• Tidak ada hasil yang ditemukan

ESTUARI SEBAGAI HABITAT VITAL PENDUKUNG RUAYA IKAN KATADROM (Analisis Kasus Alur Ruaya Ikan Sidat di Estuari Serayu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ESTUARI SEBAGAI HABITAT VITAL PENDUKUNG RUAYA IKAN KATADROM (Analisis Kasus Alur Ruaya Ikan Sidat di Estuari Serayu)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ESTUARI SEBAGAI HABITAT VITAL PENDUKUNG RUAYA

IKAN KATADROM

(Analisis Kasus Alur Ruaya Ikan Sidat di Estuari Serayu)

Sutrisno Anggoro

FPIK-Universitas Diponegoro

WEBINAR PRODI MSP, FPIK Undip Semarang,

12 Agustus 2020

(2)

MEKANIKA FLUIDA, prepared by : suripin

Pendahuluan:

Sejak 2018 Estuaria Serayu sampai Alur Laut 12 mil ditetepkan sebagai Alur Migrasi Biota

Laut Katadromik (Ikan Sidat) sesuai Perda No 13 tahun 2018 tentang RZWP3K Prov. Jawa

Tengah (2014-2034)

Dalam pengelolaannya perlu memaduharmonikan antara RZWP3K dengan RTRW Prov.

Jawa Tengah dan Perda 09/2011 RTRW Kab.Cilacap serta Kep.Men PU No 37/KPTS/M/2013

ttg PPSAWS Serayu sesuai Kewenangan berdasar UU 23/2014 & UU 1/2014

Peta Rencana

(3)

Estuari Sungai

Serayu

(4)

MEKANIKA FLUIDA, prepared by : suripin

S

Wilayah Alur Ruaya: Muara – Bendung

Gerak Serayu

(5)

Jalur Ruwaya Biota Laut Rencana Alur Kabel

Keputusan Perhubungan No. KP 476 Tahun 2015

Perda Provinsi Jawa Tengah No. 4 Tahun 2014

Area Labuh Kapal / Jangkar

SBNP Hijau Eksisting Kawasan Konservasi

Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Zona Pemanfaatan Umum

(6)

MEKANIKA FLUIDA, prepared by : suripin

Beberapa Jalur Irigasi di Sub DAS Estuari-Bendung Gerak

Serayu

(7)

MEKANIKA FLUIDA, prepared by : suripin

POTENSI & MASALAH

POTENSI:

1.

HABITAT VITAL

2.

ALUR RUAYA BIOTA AKUATIK

3.

JASA EKOSISTEM LAINNYA (NUTRIEN &

POLLUTION TRAP), Sumber Bhn Air Minum, dll

7

1

2

3

4

MASALAH ANTROPOGENIK:

1.

PENCEMARAN: INDUSTRI & DOMESTIK

2.

BENDUNG GERAK

3.

SAMPAH DI BANTARAN & AIR SUNGAI

4.

PENAMBANGAN PASIR

5.

PENANGKAPAN LARVA SIDAT DI BENDUNG &

ESTUARI

MASALAH ALAMI:

EROSI & SEDIMENTASI MUARA

(8)

MEKANIKA FLUIDA, prepared by : suripin

Berbagai Faktor yang mempengaruhi ruaya sidat di

Estuari- Bendung Gerak Serayu

8

Stress Osmotik &

(9)

DAUR HIDUP & MIGRASI BIOTA KATADROMIK (Diadromik) SIDAT:

Fenomena Reproductive Homming

PAYAU

Brackishwater

Laut Dalam

Muara

Sungai

Potadrom

Oseanodrom

(10)

DAMPAK BENDUNG TERHADAP DAUR HIDUP & MIGRASI BIOTA

KATADROMIK SIDAT

PAYAU

Brackishwater

Laut Dalam

Muara

Sungai

Bendung

Potadrom

Oseanodrom

(11)

Penangkapan larva Sidat (Glass eel dan Elver ) di bawah Bendung

Gerak Serayu) ---berpotensi mengganggu Ruaya & Restoking Sidat

(12)

DAUR HIDUP & ADAPTASI OSMOTIK SIDAT TERHADAP PERUBAHAN

MILLIEU EXTERIEUR ESTUARI

Glass eel

Sentar Sentar

Elver

Sentar Sentar

Elver

Leptocephalus

Induk/Spawner

Yelow eel

Silver eel

Eggs (Telur)

OK

ORK

ORK

OR

ORL

(13)

Fase Larva Awal Ikan Sidat (Glass Eel Ikan Sidat yang

tertahan Estuari-Bendung Gerak Serayu)

(14)

KONDISI HABITAT SIDAT DI ESTUARIA S. SERAYU CILACAP

PARAMETER

WAKTU

: (Surut)

& Pasang

2017

2018

2019

2020

SALINITAS,

permil

Surut

Pasang

(0- 6)

7-25

(0-6)

7-25

(0-5)

7-27

(0-5)

7-27

Osmolaritas

media, mOsm/l

H20

Surut

Pasang

(2.92-175.08)

204.27-729.50

2.93-175.12

204.27-787.90

IKS

3-9

3-9

3-9

3-9

Status

Non-klorisodikasi

Non-klorisodikasi

Osmol.darah

sidat, mOsm/l

H20

Surut

Pasang

(3.26-174.50)

204.85-435.95

(3.25-146.56)

204.90-450.03

(3.27-147.00)

204.80-460.64

(3.27-174.52)

204.85-460.58

Tingkat Kerja

TKO Surut

0.34-0.58

0.34-0.60

Osmotik (TKO)

TKO

Pasang

0.58

279.47

0.53

327.30

Status

Iso-hiperosmotik

Iso-hiperosmotik

Indeks Ponderal

Kn

Glass eel

Elver

(

0.12-0.20

) ;

1.25-2.50

(

0.12-0.20

) ;

1.26-2.50

(

0.12-0.20

) ;

1.25-2.50

Saprobitas

ß-MS

ß-MS

ß-MS

ß-MS

(15)

KONDISI CEKAMAN OSMOTIK SIDAT DI PERAIRAN BENDUNG GERAK

SUNGAI SERAYU

PARAMETER

WAKTU

2017

2018

2019

2020

SALINITAS, permil

0.00

0.00

0.00

0.00

Osmol media,

mOsm/l H20

2.92

2.93

IKS <1 <1 <1 <1

Status Non klorisodikasi Non Klorisodikasi

Osmolaritas darah,

mOsm/ H20

Std

Glass eel

Elver

3.20-4.11

(29.76-204.28)

3.48-4.25

(29.00-205.00)

3.55-4.42

(29.85-207.85)

3.55-4.65

(30.00-210.44)

Status media

Iso-hiposmotik

Iso-hiposmotik

TKO

Std

Glass eel

Elver

0.28-1.19

26.84-201.36

0.56-1.33

26.08-202.08

0.62-1.49

26.93-204.92

0.62-1.72

27.07-207.51

Pola Osmoregulasi

Iso-hiperosmotik

Iso-hiperosmotik

Indeks Ponderal:

GE

& Elver

K

Glass eel

Elver

(

0.12-0.20

) ;

2.26-2.50

(

0.12-0.20

) ;

2.26-2.50

(

0.12-0.20

) ; 2.26-2.50

TROSAP Index

ß-MS

ß-MS

ß-MS

ß-MS

(16)

Stadia

Status Cekaman Osmotik

Indek Klorisodikasi

(IKS)=

Klorisodikasi = (Cl) +( Na)/

1/3

(𝑪𝒂 + 𝑴𝒈 + 𝑲)

TKO

mOsm/l H20)

Pasang

(Surut)

Glass eel

(Osmokonformer)

4-9 (maks.

12

)

4.33 – 28.50

(0.34-0.58)

Elver

(Osmoregulator

Lemah)

4-9 (maks.

12

)

26.08 – 207.51

(279.47- 327.30)

Yellow Eel

(Osmoregulator

Kuat)

5 - 8

(330.40)

Silver Eel

(Osmoregulator

Kuat)

5 - 8

(490.09)

Cekaman Klorisodikasi & Osmotik berbagai stadia Sidat di

perairan Muara S. Serayu Cilacap (Des.2019-Januari, 2020)

(17)

Stadia

Status Cekaman Osmotik

Indek Klorisodikasi

(IKS)=

Klorisodikasi = (Cl) +(

Na)/ 1/3

(𝑪𝒂 + 𝑴𝒈 + 𝑲)

TKO

mOsm/l H20)

Glass eel

1-2.8 (maks.

12

)

0.28 - 1.72

Elver

1.0-2.8 (maks.

12

)

27 – 207

Yelow Eel

1.0 – 2.8

112.00 – 279

Silver Eel

1.0 – 2.8

150 – 323

Cekaman Klorisodikasi & Osmotik berbagai stadia Sidat di

perairan Bendung Gerak Serayu (Des.2019-Januari, 2020)

(18)

WQI (Water Quality Index)

Baku mutu yang digunakan dalam perhitungan yaitu KepMen LH 51/2004 untuk stasiun

1-3 dan PP No. 82 Tahun 2001 untuk stasiun 4. WQI pada semua stasiun menunjukkan

bahwa perairan tergolong tercemar ringan. Perhitungan WQI pada stasiun 1-3 lebih

tinggi dari pada stasiun 4. Hal ini dikarenakan pada stasiun 4 tidak menerima pengaruh

pasang surut, sehingga nilai WQI konstan.

No. Nilai WQI/IKA

Kualitas Air

Tingkat Kelas

1. WQI ≤ 0,30 1 Sangat bersih

2. 0,31 ≤ WI ≤ 0,89 2 Bersih

3. 0,90 ≤ WQI ≤ 2,49 3 Tercemar ringan

4. 2,50 ≤ WI ≤ 3,99 4 Tercemar sedang 5. 4,00 ≤ WQI ≤ 5,99 5 Tercemar berat 6. WQI ≥ 6,00 6 Kotor/ tercemar sangat

berat Tercemar ringan Tercemar ringan Tercemar ringan Tercemar ringan

(19)

Saprobitas Perairan

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 1 2 3 4 SI ( Sa p rob it as In d e ks) Stasiun Pasang Surut

SI

TSI

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 1 2 3 4 TS I ( Tr of ik -S ap rob ik In d e ks) Stasiun Pasang Surut

Saprobitas perairan termasuk dalam golongan Oligo-β-mesosaprobik

(tercemar ringan atau tercemar ringan sampai sedang).

Adanya perbedaan nilai saprobitas

pada setiap stasiun disebabkan

oleh sifat fisika, dan kimia perairan (di samping faktor pemangsaan

Biota

Planktonivora)

sehingga

berpengaruh

terhadap

organisme

saprobik

(20)

A

man

B

ijak

C

uai

R= B x K/C

BAHAYA (B):

-

Pencemaran Air

-

(CA)

Gangguan Alur

Migrasi (Bendung)

Cekaman Osmotik

& Thermik (COT)

KERENTANAN

-

Lokasi

-

Kemiskinan

-

Dsb

KEMAMPUAN (C)

- Daya dukung

-

Daya lenting

-

Daya tampung

-

Daya asimilatif

R = Resiko Lingkungan Terdampak

B = Bahaya CA-Klorisodikasi-COT-Bendung

K = Kerentanan

C = Kemampuan/

Ketahanan

Adaptasi

BAHAYA(B) = kejadian yg berpotensi menimbulkan kerusakan habitat atau ekofisiologis biota KERENTANAN (K)= kondisi ekofisiologis biota yg mengurangi kemampuan/Ketahanan homeostasis menanggapi dampak /tekanan tertentu Bencana (disaster) adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau ulah manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, yang menyebabkan kerusakan lingkungan hidup, hilangnya jiwa manusia/biota, serta melampaui kemampuan daya dukung lingkungan dan sumberdaya masyarakat untuk menanggulanginya.

RESIKO (R)adalah kemungkinan timbulnya kerugian pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang timbul karena suatu bahaya menjadi bencana, dapat berupa gangguan ruaya dan kehidupan biota yang berdampak pada Produksi Ikan & kesejahteraan hidup masyarakat/manusia

(21)

Formula yang dapat digunakan untuk peningkatan ketahanan

Ekofisiologis thd bencana Cemaran & Bendung:

R = (BxK)/C

rumus umum

R = (B/C) x K

artinya Bahaya dpt direduksi dengan

meningkatkan kapasitas dengan membangun atau

revitalisasi Fish-way/Fish-ladder/shelter pada Bendung/Dam

R = B x (K/C)

artinya kerentanan dpt direduksi lewat peningkatan

kapasitas dengan sinergi-harmoni Regulasi (terutama RTRW &

RZWP3K), penerapan RKL-RPL, merevitalisai bendung dengan Fish

Ladder, pengendalian pencemaran di laut/sungai/irigasi, penyuluhan &

pengendalian penangkapan ikan, Domestikasi Sidat

R = (B/C) x (K/C)

artinya mereduksi bahaya (hazard) dan

kerentanan sekaligus guna menangkal bencana

(22)

22

Perkuat Sempadan

Pantai & Sempadan

Sunga

i

cegah/kurangi

CEMARAN AIR & SAMPAH

Amankan Daerah Resapan Air, Rasionalisasi Pemanfaatan Ruang: Permukiman, Industri, Pertanian)

AMANKAN ALUR

MIGRASI BIOTA

AIR

KENDALIKAN!

Dampak KEGIATAN:

Penambangan Pasir,

Pengambilan Air Laut,

Pembuangan Limbah

Bahang, Dumping

KELOLA

FISH-WAY / FISH LADDER

Harmonisasi RTRW & RZWP3K:

Keterpaduan Kelola Hulu-hilir

K

end

a;l

ik

an

P

o

la T

anam

REKOMENDASI KETERPADUAN HULU-HILIR

PENGELOLAAN EKOSISTEM ESTUARIA UNTUK MENDUKUNG HABITAT & ALUR

RUAYA BIOTA AIR

P

STOP!

DAM/BENDUNG

PENGHALANG MIGRASI

BIOTA TANPA FISH-WAY

DA

Rasionalisasi

Tataguna Lahan

& Konservasi SDA

RE

ST

O

RA

SI

su n ga i

KONSERVASI

(Nursery &

alur ruaya)

&

(23)

TERIMA KASIH

Prof.Dr.Ir.Sutrisno Anggoro, MS

Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan-Departemen

Sumberdaya Akuatik

FPIK Universitas Diponegoro

Semarang

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “Peningkatan Karakter Tanggung Jawab Anak Melalui Metode Proyek Pada Anak Kelompok B Marfu’ah Palembang” disusun untuk memenuhi salah satu syarat

Sedangkan tenure komite audit berpengaruh negatif terhadap kualitas laba, yang di mana seseorang yang telah menjabat lama sebagai komite audit di suatu perusahaan

(2) apakah media pembelajaran GeoGebra berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik dalam materi fungsi kuadrat? Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

Mengenai pengaturan tindak pidana perdaran obat secara ilegal yang sebelumnya diatur dalam Pasal 80 Ayat (4) huruf b Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang

Pendidikan karakter mempunyai makna yang lebih tinggi dari pada pendidikan moral, karna pendidikan karakter bukan hanya berkaitan dengan masalah benar dan salah, tetapi

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Isa dan Baiyewu (2006) terhadap 251 responden, bertujuan untuk mengkaji kualitas hidup pasien DM dan untuk membandingkan faktor

Indikator seperti kertas lakmus atau penolftalein dapat digunakan untuk membedakan larutan yang bersifat asam dari larutan yang bersifat basa, tetapi tidak dapat

Penurunan tingkat insomnia disebabkan oleh disiplinnya waktu yang digunakan untuk tidur, kondusifnya lingkungan, dan menghindari makan sesaat sebelum tidur, dari