i
PROSEDUR PENGURANGAN DAN PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI DI PT X DENPASAR
Oleh :
MADE DWI ARSA WIJAYA NIM : 1306043007
Tugas Akhir Studi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan
menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Perpajakan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Denpasar
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing
serta diuji pada tanggal :
Tim Penguji : Tanda Tangan
1. Ketua : Ni Luh Supadmi, SE.,M.Si.,Ak ……….
2. Sekretaris : I Gst Ayu Eka Damayanthi, SE., M.Si
.………
Mengetahui,
Ketua Program Pembimbing
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-nya, penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir Studi yang berjudul “ Prosedur Pengurangan dan
Penghapusan Terhadap Sanksi Administrasi di PT X Denpasar “
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Studi ini tidak akan berhasil tanpa
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya
dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini. Dalam kesempatan ini, penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Drs. I Komang Ardana, MM., selaku Ketua Program Diploma III Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. Ni Luh Supadmi, SE., MSi., Ak, selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir
Studi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan sampai dengan selesainya Tugas Akhir Studi ini.
5. I Gst Ayu Eka Damayanthi, SE., M.Si, selaku Pembimbing Akademis yang
telah membimbing dan memberikan dorongan selama menempuh pendidikan
di Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
iv
6. Dosen Pengajar pada Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana yang telah mendidik dan memberi bekal ilmu
pengetahuan yang tak ternilai harganya.
7. Arief Satriawan SE., Ak, selaku Pimpinan Prima Artha Konsultama yang
telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) pada lembaga yang beliau pimpin.
8. Seluruh karyawan/karyawati Prima Artha Konsultama yang telah banyak
membantu memberikan arahan selama mengikuti Praktek Kerja Lapangan
(PKL).
9. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan perhatian, juga memberikan
dorongan material maupun spiritual yang tak terhingga serta doa restu kepada
penulis dalam kuliah sampai penyusunan laporan ini.
10.Keluarga di Badan Perwakilan Mahasiswa Lembaga Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang telah memberikan dukungan
serta semangat.
11.Teman-teman Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana angkatan 2013, yang telah memberikan banyak bantuan
dan semangat selama penulis mengikuti kegiatan PKL.
12.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut
v
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, mengingat
kemampuan yang penulis miliki sangat terbatas. Penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak agar laporan ini lebih sempurna. Akhir kata penulis
berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Denpasar, 17 April 2016
vi
Judul : Prosedur Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi di PT X Denpasar
Nama : Made Dwi Arsa Wijaya
Nim : 1306043007
ABSTRAK
Dalam rangka menghadapi dampak krisis keuangan global, sangat mendesak untuk memperkuat basis perpajakan nasional guna mendukung penerimaan negara dari sektor perpajakan yang lebih stabil. Pelaksanaan kebijakan pengurangan dan penghapusan sanksi sangat efektif untuk memperkuat basis perpajakan nasional, dan masih banyak masyarakat yang ingin memanfaatkan Pengurangan dan Penghapusan Pajak sampai dengan tanggal akhir desember 2015, demikian konsideran Peraturan Mentri Keuangan Nomor 91/PMK.03/2015 yaitu tentang Pengurangan atau Penghapusan sanksi administrasi atas keterlambatan penyampaian surat pemberitahuan, pembetulan surat pemberitahuan dan Keterlambatan Pembayaran atau Penyetoran Pajak
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini menjelaskan/ mendeskripsikan Prosedur Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi di PT X Denpasar dengan sumber data dari dokumen PT X yang dimiliki oleh wajib pajak badan di Kantor Konsultan Pajak Prima Artha Konsultama.
Hasil penelitian ini menunjukkan bagaimana prosedur pengurangan dan penghapusan sanksi administrasi di PT X Denpasar yaitu wajib pajak dapat menghapuskan sanksi administrasi dengan cara membuat pembetulan bagi wajib pajak yang kurang bayar pada bulan sebelumnya serta bagi wajib pajak yang terlambat melaporkan kewajibannya, setelah itu melaporkan pembetulan atas SPT masa sebelumnya dan menunggu diterbitkannya STP (surat tagihan pajak), mengisi formulir Peraturan Mentri Keuangan 91/PMK.03/2015. Tahap terakhir menyerahkan SPT pembetulan,bukti pembayaran,formulir PMK 91/PMK.03/2015 dan STP ke Direktorat Jendral Pajak. Menunggu proses penghapusan terhadap denda yang di terima atas sanksi administrasi atas keterlambatan pelaporan dan/ kurang bayar masa sebelumnya,
vii DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 3
1.3 Kegunaan Penelitian…………... 3
1.4 Sistematika Penulisan ... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6
2.1 Landasan Teori ... 6
2.1.1 Pengertian Pajak ... 6
2.1.2 Subjek Pajak ... 8
2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak... 11
2.1.4 Objek Pajak ... 12
2.1.5 Fungsi Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi. ... 15
2.1.6 Dasar Hukum Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi... 15
2.1.7 Surat Tagihan Pajak ... 16
2.1.8 Penerbitan Surat Tagihan Pajak... 17
2.1.9 Sanksi Administrasi Surat Tagihan Pajak... 18
BAB III METODE PENELITIAN ... 19
3.1 Lokasi Penelitian ... 19
3.2 Objek Penelitian ... 19
3.3 Identifikasi Variabel ... 19
3.4 Defisini Operasional Variabel ... 19
3.5 Jenis dan Sumber Data... 20
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 20
viii
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 22
4.1 Gambaran Umum Daerah/ Deskripsi Hasil Penelitian ... 22
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 30
4.2.1 Dasar Hukum Penyampain Permohonan Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi... 30
4.2.2 Sistem Pemungutan Pajak... 31
4.2.3 Surat Tagihan Pajak... 31
4.2.4 Penerbitan Surat Tagihan Pajak... 32
4.2.5 Perhitungan Sanksi Administrasi di PT X atas Keterlambatan, Pelaporan SPT tahunan pada Tahun 2014... 33
4.2.6 Alur Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi... 34
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 38
5.1 Simpulan ... 38
5.2 Saran ... 39
DAFTAR RUJUKAN
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
x
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran
1 Surat Tagihan Pajak (STP)
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban
kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan
bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan
negara dan pembangunan nasional.
Pajak sebagai salah satu instrumen kebijakan fiskal yang dapat
digunakan oleh pemerintah sebagai tujuan ekonomi nasional. Pajak
berfungsi untuk membiayakan pengeluaran-pengeluaran Negara untuk
menjalankan tugas-tugas rutin Negara. Dalam rangka menghadapi dampak
krisis keuangan global, sangat mendesak untuk memperkuat basis
perpajakan nasional guna mendukung penerimaan negara dari sektor
perpajakan yang lebih stabil. Pelaksanaan pengurangan dan penghapusan
sanksi administrasi ini sangat efektif untuk memperkuat basis perpajakan
nasional, dan masih banyak masyarakat yang ingin memanfaatkan
2
Dalam menjalankan perannya di dunia perpajakan Direktorat
Jenderal Pajak banyak menerima kritikan terkait pembayaran pajak yang
butuh tenaga ekstra dan di katakan Bayar Pajak itu rumit, menyita waktu
dan biaya. Pertama harus minta surat setoran pajak ke kantor pajak.
Kemudian diisi manual satu-satu dan tidak boleh salah. Wajib pajak harus
pergi ke Bank dengan perhitungan biaya bensin, biaya parkir dan
mengantre di Teller Bank. Setelah itu wajib pajak harus ke Kantor Pajak
lagi untuk lapor. Wajar jika wajib pajak banyak memiliki keluhan dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.
Apalagi masalah sanksi administrasi yang diterima wajib pajak,
maka dari itu Direktorat Jendral Pajak menerapkan kebijakan pada tahun
2015 yaitu pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi bagi wajib
pajak yang terlambat mebayarkan dan melaporkan kewajiban
perpajakannya sehingga sanksi administrasi yang dikenakan bisa di
hapuskan dan wajib pajak tidak merasa terbebani dalam melakukan
kewajibannya, Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka yang
menjadi pokok permasalahan yaitu “ Prosedur Pengurangan dan
3 1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana prosedur
pengurangan dan penghapusan Sanksi Administrasi di PT X Denpasar.
1.3 Kegunaan Penelitian 1) Kegunaan Teoritis
Secara teoretis ,penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
peningkatkan mutu pendidikan di bidang perpajakan khususnya
mengenai pengurangan dan penghapusan sanksi administrasi itu
sendiri.
2) Kegunaan Praktis
Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan bagi wajib pajak untuk mengetahui bagi wajib pajak serta
bagi pihak lain ini juga diharapkan dapat membantu dalam penyajian
informasi jika melakukan penelitian serupa.
1.4 Sistematika Penulisan
Dalam pembahasan materi yang ada di dalam Tugas Akhir Studi
4 Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,
tujuan, kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka
Bab ini memuat tentang landasan teori yang mendukung
pembahasan penelitian dalam menganalisis masalah
meliputi teori-teori mengenai Pengertian pajak, Subjek
pajak, Sistem pemungutan pajak, Objek pajak, Fungsi dan
dasar hukum pengurangan dan penghapusan sanksi pajak,
Pengertian surat tagihan, Penerbitan surat tagihan pajak,
Sanksi administrasi surat tagihan pajak.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menguraikan lokasi penelitian, objek penelitian,
identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan
sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis
data.
Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini berisikan gambaran umum daerah/deskripsi hasil
5 Bab V Simpulan dan Saran
Bab ini merupakan bagian akhir dari laporan yang berisi
simpulan berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dan
dapat ditarik simpulan yang berguna bagi wajib pajak di
6 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan
peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama
melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan
pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan,
membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak
dari setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta
terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Menurut Mardiasmo (2011:1), “Pajak adalah iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.” Menurut
Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
7
Nomor 28 Tahun 2007 pada Pasal 1 Ayat 1 menyebutkan bahwa “Pajak
adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Menurut Waluyo (2011;2) “Pajak adalah iuran kepada negara (yang
dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayar menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaram-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas yang
menyelenggarakan pemerintahan”.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut.
1) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan
pelaksanaanya yang sifatnya dapat dipaksakan.
2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontrapretasi individual oleh pemerintah.
3) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
4) Pajak diperuntuhkan bagi pengeluaran – pengeluaran pemerintah,
yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan
untuk membiayai public investment.
8 2.1.2 Subjek Pajak
Subjek Pajak Penghasilan diatur pada Pasal 2 Ayat 1 Undang Undang
Pajak Penghassilan No. 36 tahun 2008, yaitu.:
1) Orang Pribadi yang dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia
ataupun di luar Indonesia.
2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan
yang berhak, atau ahli waris.
3) Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, Badan
Usaha Milik Negaraatau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan
dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi
sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan
lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
4) Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan
oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia dan
badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
Sedangkan pada Pasal 2 Ayat (2) Undang Undang Pajak
9
1) Subjek Pajak Dalam Negeri terdiri atas :
Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang
pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh
tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi
yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai
niat untuk bertempat tinggal di Indonesia, badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia, warisan yang belum terbagi
sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.
2) Subjek Pajak Luar Negeri terdiri atas:
(1) Subjek Pajak Orang Pribadi, yaitu orang yang tidak bertempat
tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan
(2) Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia
(3) Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
bukan dari menjalankan usaha atau menjalankan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
3) Subjek Pajak Badan, yaitu badan yang tidak berkedudukan di
Indonesia yang:
(1) Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia.
(2) Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
bukan dari menjalankan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
10 Yang bukan termasuk subjek pajak:
1) Kantor perwakilan Negara Asing.
2) Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari
negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka,
dengan syarat:
(1) Bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima
atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di
Indonesia.
(2) Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
(3) Organisasi Internasional, dengan syarat:
a) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut.
b) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan dari
c) Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah
yang dananya berasal dari iuran para anggota.
(4) Pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat:
a) Bukan warga negara Indonesia.
b) Tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain
11 2.1.3 Sistem pemungutan pajak
Menurut Waluyo (2010:17), sistem pemungutan pajak dibagi
menjadi 3, yaitu:
1) Official Assessment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak terutang.
Ciri-ciri official assessment system adalah sebagai berikut.
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang
berada pada fiskus.
b) Wajib Pajak bersifat pasif.
c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan
pajak oleh fiskus.
2) Self Assessment System
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, tanggung jwab kepada Wajib Pajak
untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar
3) Withholding System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut
12 2.1.4 Pengertian Objek Pajak
Objek pajak yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun, termasuk:
1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
3) Laba usaha;
4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.
6) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa
hasil usaha koperasi.
8) Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.
13
10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
11) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tetentu yang ditetapkan Peraturan Pemerintah.
12) Keuntungan selisih kurs mata uang asing.
13) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
14) Premi asuransi.
15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
16) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
17) Penghasilan dari usaha berbasis syariah.
18) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang–Undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
Sedangkan yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak berdasarkan
Pasal 4 ayat (3) Undang-Udang Nomor 36 Tahun 2008 adalah:
1) Bantuan sumbangan dan harta hibahan yang diterima oleh keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan
keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha
kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
14 2) Warisan
3) Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.
4) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau
kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah.
5) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
6) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha
Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal
pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia.
7) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh
pemberi kerja maupun pegawai.
8) Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun, dalam
bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan.
9) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
15
10) Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana
selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau
pemberian ijin usaha.
11) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia.
2.1.5 FungsiPengurangan dan Pengapusan Sanksi Administrasi
Dari segi fungsinya pengurangan dan penghapusan sanksi
administrasi tidak jauh beda dari artinya bahwa fungsinya sebagai fasilitas
bagi wajib pajak yang ingin menghapuskan dendanya akibat keterlambatan
penyampaian surat pemberitahuan, pembetulan surat pemberitahuan dan
keterlambatan pembayaran atau penyetoran pajak.
2.1.6 Dasar Hukum Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi
Yang menjadi dasar hukum adalah Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 91/PMK.03/2015 tentang Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi atas keterlambatan penyampaian surat pemberitahuan,
pembetulan, surat pemberitahuan dan keterlambatan, pembayaran atau
penyetoran pajak.
16 2.1.7 Surat Tagihan Pajak (STP)
Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak
dan atau sanksi administrasi berupa denda, dan atau bunga.
Surat tagihan pajak biasanya terbit bila wajib pajak ada melakukan
keterlambatan bayar, melaporkan SPT pembetulan dan kurang bayar
biasanya untuk satu STP, wajib pajak dapat mengajukan permohonan
pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi paling banyak 2 (dua)
kali tidak ada pembatasan jumlah STP yang hendak diajukan permohonan
pengurangan sanksi. Permohonan juga dapat mencakup pajak-pajak tahun
sebelumnya sepanjang di terbitkan STP karena wajib pajak melakukan
pelaporan, pembetulan atau pembayaran di tahun 2015.
Pajak penghasilan sesuai dengan pasal 1 Undang Undang pajak
Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas
penghasilan yang diterima dalam tahun pajak. Pajak Penghasilan termasuk
salah satu jenis pajak subjektif. Subyek pajak akan dikenai pajak apabila dia
menerima atau memperoleh penghasilan. Dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan, subyek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan
disebut sebagai Wajib Pajak.
17
2.1.8 Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)
STP dikeluarkan apabila:
a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang di bayar
b. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaaran pajak
sebagai akibat salah tulis dan/ atau salah hitung.
c. Wajib pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau
bunga;
d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak,
tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak,
tetapi tidak tepat waktu
e. Pengusaha yang telah di lakukan sebagai pengusaha kena pajak
yang tidak mengisi faktur pajak secara lengkap (selain;identitas
pembeli, nama dan tanda tangani)
f. Pengusaha kena pajak melaporkanfaktur pajak tidak sesuai
dengan masa penerbitan faktur pajak;atau
g. Pengusaha kena pajak yang gagal berproduksi dan telah di berikan
pengembalian pajak masukan sebagaimana di maksud dalam pasal
9 ayat (6a) Undang-undang pajak pertambahan nilain 1984 dan
18
2.1.9 Sanksi Administrasi Surat Tagihan Pajak (STP)
a.) Jumlah kekurangan pajak yang terutang (poin2a dan 2b) di tambah
dengan sankksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan
untuk paling lama 24 bulan, dihitung sejak saat terutang pajak atau
berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak,atau tahun pajak
sampai dengan diterbitkannya surat tagihan pajak.
b.) Terhadap pengusaha atau pengusaha kena pajak (poin d,2e,atau 2f)
selain wajib menyetor pajak yang terutang , dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 2% dari dasar pengenaan pajak.
c.) Terhadap pengusaha kena pajak (poin 2g) dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan dari jumlah pajak
yang di tagih kembali, dihitung dari tanggal penerbitan surat
keputusan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sampai
dengan tanggal penerbitan surat tagihan pajak dan bagian dari