BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN Bantarjati 9, yang beralamat di Jalan Dalurung No. 20 Kecamatan Bogor Utara Kota Bogor. Jumlah tenaga pendidik sebanyak 13 orang guru yang terdiri dari 9 Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 4 guru honorer, selain itu ada juga seorang TU/operator sekolah dan seorang penjaga sekolah. Di sekolah ini terdapat sepuluh rombel kelas yang digunakan untuk proses pembelajaran.
Alasan melakukan penelitian di SD tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut:
a) SD Negeri Bantarjati 9 Kota Bogor merupakan SD yang belum menerapkan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran IPS.
b) Guru-guru di SD Negeri Bantarjati 9 Kota Bogor ingin mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL).
c) Guru-guru di SD Negeri Bantarjati 9 Kota Bogor belum pernah melakukan tindakan secara khusus terhadap kemampuan perspektif global.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VI yang berjumlah 72, terdiri dari kelas VI A dan VI B. Kelas VI A berjumlah 36, sebagai kelas kontrol dan kelas VI B berjumlah 36, sebagai kelas eksperimen.
Alasan melakukan penelitian di kelas tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut:
b. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada observasi awal, guru-guru di SD Negeri Bantarjati Kota Bogor khususnya di kelas VI kurang memperhatikan pentingnya kemampuan perspektif global.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode eksperimen kuasi. Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap kemampuan perspektif global, antara yang mendapat model Problem Based Learning (PBL) dengan siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode ceramah.
Creswell (2008: 299) mengemukakan pendapatnya bahwa penelitian eksperimen dilakukan ketika kita ingin membangun kemungkinan penyebab dan akibat antara variabel bebas dan terikat, dalam penelitian ini, variabel bebasnya adalah model Problem Based Learning (PBL) dan variabel terikatnya adalah kemampuan perspektif global. Desain penelitian eksperimen kuasi bentuk nonequivalent groups pretest-posttets design ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
1 2
1 2
Nonequivalent Groups Pretest-Posttets Design
(Fraenkel and Wallen, 2007: 278)
Keterangan:
A : Kelas Eksperimen B : Kelas Kontrol
X2 : Pembelajaran dengan perlakuan menggunakan metode ceramah untuk kelas kontrol
O1 : Pre test (tes awal sebelum perlakuan)
O2 : Post test (tes akhir sesudah perlakuan
Dimana dilakukan tes awal (pre test) terhadap kelompok ekperimen dan kontrol tersebut berupa soal tes kemampuan perspektif global. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dan pada kelas kontrol dengan pembelajaran metode ceramah. Setelah kedua kelompok mendapat perlakuan dalam pembelajaran, maka diakhiri dengan pemberian tes akhir (post test) terhadap kedua kelompok siswa berupa soal tes. Perangkat soal tes awal dan akhir menggunakan perangkat tes yang sama.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasy experiment), menurut Samad (2009),
menyatakan bahwa: “Quasi experiment menggunakan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberikan perlakuan (treatment), bukan menggunakan subjek yang diambil secara acak.” Sejalan dengan itu, Darmadi (2011: 36), menyatakan bahwa: “Quasi arti lain dari semu. Penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian eksperimen atau eksperimen semu.” Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang telah diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan memanipulasi semua variabel yang relevan.
D. Definisi Operasional
1. Model Problem Based Learning (PBL)
Model Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa, menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai pembelajaran, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, memiliki strategi belajar sendiri dan kecakapan berpartisipasi dalam tim. Adapun langkah-langkah yang dimaksud adalah 1) Orientasi siswa kepada masalah, 2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar; 3) Membimbing penyelidikan individual dan kelompok; 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
2. Kemampuan Perspektif Global
Kemampuan perspektif global adalah kemampuan siswa memandang dunia dengan menekankan pada saling keterkaitan antarbudaya, umat manusia dan kondisi planet bumi. Indikatornya terdiri dari: 1) memahami masalah global; 2) memahami keadaan Sumber Daya Alam; 3) mengenal budaya antar daerah; 4) mengetahui perubahan yang diharapkan dalam pembangunan ekonomi; 5) menentukan sikap dalam menjaga kelestarian lingkungan.
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Tes Kemampuan Perspektif Global
Instrumen ini digunakan untuk mengukur kemampuan perspektif global siswa. Instrumen ini disajikan dalam bentuk tes non objektif berupa uraian bebas. Setelah kisi-kisi yang mencakup variable, indikator yang diukur dan skor penilaian selesai disusun, selanjutnya akan disusun soal serta kunci jawaban untuk masing-masing soal. Adapun pedoman penskoran yang digunakan untuk mengukur kemampuan perspektif global dalam soal uraian bebas adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Perspektif Global
0 Jika salah menginterpretasikan atau salah sama sekali
1, 2, 3 1 Jika dapat menginterpretasikan sebagian dengan
benar tanpa alasan
2 Jika dapat menginterpretasikan yang benar dan memberikan alasan
3 Jika menginterpretasikan masalah global dengan lengkap
Memahami keadaan Sumber Daya Alam
0 Jika salah menginterpretasikan atau salah sama sekali
4, 5 1 Jika dapat menginterpretasikan sebagian dengan
benar tanpa alasan
2 Jika dapat menginterpretasikan yang benar dan memberikan alasan
3 Jika menginterpretasikan masalah global dengan lengkap
Mengenal budaya antar daerah
0 Jika salah menginterpretasikan atau salah sama sekali
8, 9, 10, 11 1 Jika dapat menginterpretasikan sebagian dengan
benar tanpa alasan
2 Jika dapat menginterpretasikan yang benar dan memberikan alasan
3 Jika menginterpretasikan masalah global dengan lengkap
0 Jika salah menginterpretasikan atau salah sama sekali
6, 7 1 Jika dapat menginterpretasikan sebagian dengan
benar tanpa alasan
2 Jika dapat menginterpretasikan yang benar dan memberikan alasan
3 Jika menginterpretasikan masalah global dengan lengkap
Lanjutan Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Perspektif Global
Aspek Skor Kriteria
Jawaban
No. Soal
Menentukan sikap dalam menjaga kelestarian lingkungan
0 Jika salah menginterpretasikan atau salah sama sekali
12, 13, 14, 15 1 Jika dapat menginterpretasikan sebagian dengan
benar tanpa alasan
2 Jika dapat menginterpretasikan yang benar dan memberikan alasan
3 Jika menginterpretasikan masalah global dengan lengkap
Setelah data dari uji coba terkumpul, kemudian dilakukan penganalisisan data untuk mengetahui tingkat validitas dan realibilitas
butir soal, yang dimaksudkan untuk mengetahui baik atau tidak instrumen yang akan digunakan. Adapun langkah-langkah selanjutnya yang dilakukan dalam menganalisis instrumen tersebut sebagai berikut di bawah ini.
a. Analisis Validitas Butir Soal
Validitas adalah tingkat ketepatan dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur (Sugiyono, 2004: 137). Dengan demikian, instrumen yang valid merupakan instrumen yang benar-benar tepat untuk mengukur apa yang hendak di ukur.
Untuk menentukan validitas butir soal digunakan rumus koefisien korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson
dan perhitungannya dibantu dengan program SPSS ver.
Tabel 3.3 Kriteria Validitas Item Instrumen
(Sugiono, 2013)
Berikut adalah hasil validitas butir soal dari uji coba intrumen tes kemampuan perspektif global siswa.
Tabel 3.4 Analisis Validitas Butir Soal Kemampuan Perspektif Global
No. Soal
Koefisien (rxy)
(rtabel) Validiitas Item Kesimpulan
1 0.590 0,329 Valid Dipakai
2 0.513 0,329 Valid Dipakai
3 0.496 0,329 Valid Dipakai
4 0.038 0,329 Tidak valid Diperbaiki
5 0.330 0,329 Valid Dipakai
6 0.780 0,329 Valid Dipakai
7 -0.114 0,329 Tidak valid Diperbaiki
8 0.617 0,329 Valid Dipakai
9 0.769 0,329 Valid Dipakai
10 0.817 0,329 Valid Dipakai
11 0.862 0,329 Valid Dipakai
12 0.863 0,329 Valid Dipakai
13 0.862 0,329 Valid Dipakai
14 0,817 0,329 Valid Dipakai
15 0,220 0,329 Tidak Valid Diperbaiki
(Sumber: Perhitungan dengan menggunakan Program SPSS ver. 20) Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,000-0,199 Sangat Rendah
0,200-0,399 Rendah
0,400-0,599 Sedang
0,400-0,799 Kuat
b. Analisis Reliabilitas Tes
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini tes dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen mencirikan tingkat konsistensi. Jadi, pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengukur ketetapan siswa dalam menjawab tes tersebut. Semakin tinggi reliabilitas suatu tes, semakin baik tes tersebut. Reliabilitas instrumen dalam penelitian ini juga dihitung dengan menggunakan program
SPSS versi 20. Berikut adalah tabel yang menunjukkan interpretasi besarnya koefisien korelasi untuk menenentukan tingkat reliabilitas suatu instrumen.
Tabel 3.5 Klasifikasi Reliabilitas Tes Koefisien Korelasi Interpretasi
0,000 – 0,200 Derajat reliabilitas sangat Rendah
0,200 – 0,400 Derajat reliabilitas rendah
0,400 – 0,600 Derajat reliabilitas sedang
0,600 – 0,800 Derajat reliabilitas tinggi
0,800 – 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi (Sumber: Sugiyono, 2009)
Setelah menginput data hasil uji coba soal pada program SPSS versi 20, didapatkan rhitung atau rata-rata hitung dari semua soal
sebesar 0,854. Jika dilihat pada tabel interpretasi, instrumen sudah memenuhi kriteria reliabilitas “sangat tinggi”. Artinya derajat ketetapan (reliabilitas) tes tersebut akan memberikan hasil yang relatif sama jika diteskan kembali kepada subjek yang sama pada waktu yang berbeda. Dengan kata lain instrumen yang telah disusun untuk penelitian ini memenuhi syarat.
c. Analisis Daya Pembeda
siswa yang berada pada kelompok bawah. Untuk menghitung daya pembeda dilakukan dengan program microsoft execl, sedangkan rumus yang digunakan merujuk pada Arikunto (2001) sebagai berikut.
Keterangan:
J : Jumlah peserta tes
JA : Banyaknya siswa kelompok atas JB : Banyaknya siswa kelompok bawah
BA : Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB : Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA = : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal
dengan benar
PA = : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar
Kriteria daya pembeda butir soal yang digunakan diuraikan pada tabel 3.7 berikut ini.
Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda Butir Soal Daya Pembeda (DP) Interpretasi
0,70 < DP 1,00 Sangat Baik
0,40 < DP 0,70 Baik
0,20 < DP 0,40 Cukup
0,00 < DP 0,20 Jelek
DP 0,00 Sangat Jelek
DP =
Berdasarkan hasil perhitungan, daya pembeda untuk setiap soal disajikan dalam Tabel 3.7 berikut ini.
Tabel 3.7 Hasil Analisis Daya Pembeda Uji Coba Tes Kemampuan Perspektif Global
No. Soal
Daya Pembeda Interpretasi
1 0.23 Cukup
2 0.37 Cukup
3 0.27 Cukup
4 0.70 Baik
5 0.70 Baik
6 0.37 Cukup
7 0.10 Jelek
8 0.20 Cukup
9 0.37 Cukup
10 0.30 Cukup
11 0.37 Cukup
12 0.30 Cukup
13 0.37 Cukup
14 0.30 Cukup
15 0.30 Cukup
Bedasarkan tabel 3.7 di atas, hasil analisis daya pembeda soal dengan interpretasi baik, sebanyak dua soal, interpretasi cukup sebanyak dua belas soal, dan interpretasi jelek sebanyak satu soal dan diperbaiki sehingga tetap digunakan di dalam intrumen tes.
d. Analisis Tingkat Kesukaran
sedangkan untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu soal digunakan rumus yang mengacu pada ketentuan yang diajukan oleh Arikunto (2001) sebagai berikut.
Keterangan:
IK : Indeks Kemudahan
B : Banyaknya siswa yang menjawab dengan benar JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Adapun klasifikasi indeks kemudahan menurut Arikunto (2001) ditunjukkan pada Tabel 3.8 berikut ini.
Tabel 3.8 Analisis Tingkat Kesukaran
Indeks Kesukaran (IK) Interpretasi
0,07 < IK 1,00 Soal Mudah
0,30 < IK 0,70 Soal Sedang
0,00 < IK 0,30 Soal Sukar
Berdasarkan hasil perhitungan, indeks kesukaran untuk setiap soal disajikan dalam Tabel 3.9 berikut ini.
Tabel 3.9 Hasil Analisis Indeks Kesukaran Butir Soal
No. Soal
Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0.84 Mudah
2 0.62 Sedang
3 0.66 Sedang
4 0.72 Mudah
5 0.73 Mudah
6 0.74 Mudah
7 0.94 Mudah
IK =
Lanjutan Tabel 3.9 Hasil Analisis Indeks Kesukaran Butir Soal
No. Soal
Indeks Kesukaran Interpretasi
8 0.36 Sedang
9 0.74 Mudah
10 0.29 Sukar
11 0.73 Mudah
12 0.26 Sukar
13 0.73 Mudah
14 0.29 Sukar
15 0.82 Mudah
2. Lembar Angket
Lembar angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran IPS dengan menggunakan model Problem Based Learning
(PBL). Skala yang digunakan pada angket ini yakni skala likert. Derajat penilaian terbagi kedalam lima kategori yang tersusun secara bertingkat, mulai dari dari SS (Sangat Setuju, S (Setuju), R (Ragu-ragu), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.10 Kriteria Penilaian Angket Respon Siswa
Alternatif Jawaban
Bobot Penilaian
Pernyataan positif Pernyataan Negatif
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Ragu-ragu (R) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
3. Pedoman Observasi
penggunaan model Problem Based Learning pada proses pembelajaran di kelas. Berikut pedoman penskoran hasil observasi.
Tabel 3.11 Pedoman Penskoran Hasil Observasi anggota kelompok memahami kasus-kasus atau isu-isu global yang dikemukakan anggota kelompok memahami kasus-kasus atau isu-isu global yang dikemukakan
Memahami
keadaan Sumber Daya Alam
1 Tidak baik, jika semua anggota kelompok tidak mengetahui masalah penipisan SDA
2 Cukup baik, jika 20% dari anggota kelompok mengetahui masalah penipisan SDA
3 Baik, jika 50% dari anggota kelompok mengetahui masalah penipisan SDA
4 Sangat baik, jika > 50% dari anggota kelompok mengetahui masalah penipisan SDA
Mengenal Budaya Antar Daerah
1 Tidak baik, jika semua anggota kelompok tidak mengenal budaya antar daerah
2 Cukup baik, jika 20% dari anggota kelompok mengenal budaya antar daerah
3 Baik, jika 50% dari anggota kelompok mengenal budaya antar daerah
Lanjutan Tabel 3.11 Pedoman Penskoran Hasil Observasi
Mengenal Budaya Antar Daerah
1 Tidak baik, jika semua anggota kelompok tidak mengenal budaya antar daerah
2 Cukup baik, jika 20% dari anggota kelompok mengenal budaya antar daerah
3 Baik, jika 50% dari anggota kelompok mengenal budaya antar daerah
4 Sangat baik, jika > 50% dari anggota kelompok mengenal budaya antar daerah kelompok tidak mengetahui kasus-kasus atau isu-isu yang dikemukakan
2 Cukup baik, jika 20% dari anggota kelompok mengetahui kasus-kasus atau isu-isu yang dikemukakan anggota kelompok mengetahui kasus-kasus atau isu-isu yang dikemukakan sikap dalam menjaga kelestarian lingkungan
2 Cukup baik, jika 20% dari anggota kelompok dapat menentukan sikap dalam menjaga kelestarian lingkungan
3 Baik, jika 50% dari anggota kelompok dapat menentukan sikap dalam menjaga kelestarian lingkungan
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan dan analisis data. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut: 1. Tahap Perencanaan
a) Pada tahap ini, peneliti melakukan studi pendahuluan yang meliputi studi literatur terhadap jurnal, buku, artikel, penelitian terdahulu, dan observasi ke lapangan, dan wawancara dengan beberapa guru. Hal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada kegiatan pembelajaran. Materi pada penelitian ini adalah “Peranan Indonesia di Era Globalisasi”.
b) Selanjutnya menentukan permasalahan yang akan diteliti yaitu berupa perbedaan peningkatan kelas yang didesain dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan kelas tidak didesain dengan menggunakan model PBL.
c) Hasil dari identifikasi masalah dilanjutkan dengan studi kepustakaan atau sumber rujukan berupa buku atau sumber lain yang membahas tentang model PBL. Kemudian studi lapangan untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
d) Selanjutnya menentukan subjek penelitian. Penelitian ini akan
dilaksanakan pada siswa kelas VI di SD Negeri Bantarjati 9 Kota Bogor.
e) Memberikan arahan dan pelatihan kepada guru kelas VI di kelas eksperimen tentang pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL).
f) Bersama dengan guru menyusun instrumen penelitian berupa RPP yang didesain dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dan instrumen tes (tes tulis).
g) Pengujian instrumen yang bertujuan dengan validitas dan dapat dipertanggungjawabkan.
h) Analisis hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan
a) Pelaksanaan pre test untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum ada perlakuan.
b) Pelaksanaan perlakuan oleh guru dengan penggunaan model PBL dan pembelajaran tanpa penggunaan model PBL.
c) Observasi kelas tentang pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
d) Post test untuk mengetahui kemampuan perspektif global siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
e) Wawancara dengan guru di kelas eksperimen untuk mengetahui pendapatnya mengenai penggunaan strategi pembelajaran PBL.
3. Tahap Pengelolaan dan Analisis Data
a) Pengolahan skor tes awal dan tes akhir data kemampuan perspektif global.
b) Analisis data kuantitatif dengan uji-t terhadap rata-rata skor pre test dan
post test.
c) Analisis observasi dan tes tulis.
G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapat data yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan yang berkaitan dengan penelitian, maka diperlukan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian.
a. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan perspektif global siswa setelah melaksanakan pembelajaran IPS dengan menggunakan model Problem Based Learning mencakup pre test
b. Angket
Angket diberikan kepada siswa setelah siswa melaksanakan pembelajaran IPS dengan menggunakan model Problem Based Learning. Angket berisi tentang tanggapan siswa setelah melaksanakan pembelajaran IPS dengan menggunakan model
Problem Based Learning.
c. Observasi
Menurut Sumaatmadja (1998: 105) observasi yang dilakukan di lapangan pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu observasi terkontrol dan observasi tidak terkontrol. Dalam penelitian ini observasi yang digunakan yaitu observasi terkontrol, sehingga pada saat melakukan observasi, sudah ditentukan hal-hal apa saja yang akan diobservasi.
Sugiyono (2009: 203) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
2. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul kemudian diolah untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian. Untuk mempermudah dalam pengolahan data peneliti menggunakan program SPSS versi 20. Adapun prosedur untuk pengolahan datanya sebagai berikut:
a. Analisis Data Tes Awal (Pre test)
1) Menguji normalitas distribusi dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan mengunakan uji Shapiro-Wilk. Jika signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, maka distribusi adalah distribusi normal dan jika signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusi tidak normal (Santoso, 2010: 169).
mempunyai varians yang sama. Jika signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians tidak sama (Santoso, 2010: 196).
3) Melakukan uji kesamaan dua rerata (Uji-t)
Hipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik (uji dua pihak) sebagai berikut:
Keterangan:
: 0
H Kemampuan perspektif global siswa pada tes awal tidak
berbeda secara signifikan.
:
1
H Kemampuan perspektif global siswa pada tes awal berbeda
secara signifikan.
Dengan kriteria uji diterima H0 ,jika probabilitas > 0,05
sebaliknya jika probabilitas < 0,05 maka H0ditolak (Santoso, 2010:
245).
b. Analisis Data Tes Akhir (Post test)
1) Menguji normalitas distribusi dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan mengunakan uji Shapiro-Wilk. Jika signifiansi atau nilai probabilitas > 0,05, maka distribusi adalah normal dan jika signifikasi atau probabilitas < 0,05 maka distribusi tidak normal (Santoso, 2010: 169).
2) Menguji homogenitas varians dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan mengunakan uji levene. Jika signifikansi atau nilai
probabilitas > 0,05, maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians yang sama. Jika signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians tidak sama (Santoso, 2010: 196).
3) Melakukan uji kesamaan dua rerata (Uji-t)
Keterangan :
: 0
H Kemampuan perspektif global pada tes akhir tidak berbeda
secara signifikan.
:
1
H Kemampuan perspektif global pada tes akhir berbeda secara
signifikan.
Dengan kriteria uji diterima H0 , jika probabilitas > 0,05
sebaliknya jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak (Santoso, 2010:
245). 4) Uji N Gain
Uji N gain dilakukan untuk melihat besarnya peningkatan kemampuan perspektif global sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan, baik di kelas yang melakukan pembelajaran IPS dengan menggunakan model Problem Based Learning (kelas eksperimen) maupun di kelas yang melakukan pembelajaran IPS menggunakan metode ceramah (kelas kontrol). Tinggi rendahnya N gain yang dinormalisasi (N gain) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) jika g ≥ 0,7, maka N gain yang dihasilkan termasuk kategori tinggi; (2) jika 0,7 > g ≥ 0,3, maka N -gain yang dihasilkan termasuk kategori sedang, dan (3) jika g < 0,3 maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori rendah. Uji N gain dilakukan dengan bantuan microsoft excell dengan rumus sebagai berikut:
c. Analisis Data Angket
Kelas eksperimen diberikan angket untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan model
Problem Based Learning (PBL). Data angket yang terkumpul, dihitung dan dicari persentase dari masing-masing pernyataan. Seperti dijelaskan
sebelumnya, bahwa alternatif jawaban pada angket dalam penelitian ini menggunakan skala likert.
Teknik pengolahan data angket yaitu dengan menghitung persentase setiap jawaban dari pernyataan dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
p = persentase jawaban
f = frekuensi jawaban n = banyaknya responden
d. Analisis Hasil Observasi
Analisis hasil observasi dimaksudkan untuk mengamati secara sistematik kemampuan perspektif global dalam setiap pertemuan pada penerapan model Problem Based Learning.
Penskoran dilakukan dengan menggunakan skala 1 – 4. Skor
seluruh kelompok ditentukan dengan menghitung jumlah skor yang didapat oleh setiap kelompok yang sudah ditentukan pada format lembar observasi.