NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM TRADISI SEDEKAH DESA
PADA MASYARAKAT NYATNYONO
SKRIPSI
Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
RIZALATUL UMAMI
11108061
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
DALAM TRADISI SEDEKAH DESA
PADA MASYARAKAT NYATNYONO
SKRIPSI
Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
RIZALATUL UMAMI
11108061
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
KEMENTRIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA PROGRAM STUDI PGMI
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706 Fax (0298) 323455 Kode Pos 50721 Wesite: www.stainsalatiga.ac.id Email: [email protected]
SKRIPSI
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA PADA MASYARAKAT NYATNYONO
Oleh: Rizalatul Umami
NIM: 11108061
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada tanggal 01 September 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I.).
Ketua Penguji : H. Agus Waluyo, M.Ag
Sekretaris Penguji : Nafis Irkhami, M.Ag. M.A
Penguji I : Drs. Imam Baihaqi, M.Ag
Penguji II : Drs. Bahroni, M. Pd
Penguji III : Drs. Djuz’an, M.Hum
Salatiga,01 September 2012
Ketua STAIN Salatiga
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rizalatul Umami
NIM : 11108061
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI
SEDEKAH DESA PADA MASYARAKAT NYATNYONO
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Salatiga, 8 Agustus 2012
Yang menyatakan,
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706,323433 Fax323433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
Drs. Djus’an, M. Hum. Dosen Stain Salatiga Persetujuan Pembimbing
Lamp. : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudari : Rizalatul Umami
Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka
bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari:
Nama : Rizalatul Umami
Nim : 111 08 061
Jurusan/Progdi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam
Judul : Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah Desa
Pada Masyarakat Nyatnyono
Dengan ini kami memohon skripsi saudari tersebut di atas supaya segera
dimunaqosahkan.
Demikian agar menjadi maklum.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 13 Agustus 2012
Pembimbing
Drs.Djuz’an.M.Hum.
MOTTO
Menangislah karena kekurangan ilmu dan berbahagialah
PERSEMBAHAN
Ter u n t u k a ya h d a n b u n d a k u , Wi d a ya t d a n N u r A l i ya h
ju g a u n t u k a d i k k u Sa i fu l H i d a ya t ya n g sel a l u
m en yem a n g a t i k u
k a si h sa ya n g d a n sen yu m k a l i a n y a n g sen a n t i a sa
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puja dan puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya dalam penyusunan skripsi berjudul
Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah Desa Pada Masyarakat
Nyatnyono. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhamad yang telah menerangi dunia dengan kesempurnaan agama Islam.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I.) pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Salatiga. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian kualitatif untuk mengetahui
seberapa jauh penghayatan agama dan pendidikan perilaku pada masyarakat desa
Nyatnyono. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan semua pihak yang terkait. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Widayat dan bundaku Nur Aliyah tercinta yang telah mencurahkan
pengorbanan dan doa restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.
2. Bapak Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Dr.
Imam Sutomo, M.Ag.
3. Dosen Pembimbing Bapak Drs.Djuz’an.M.Hum. atas bimbingan, arahan, dan
4. Kepala program studi Pendidikan Agama Islam, ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
5. Bapak Fahrodin selaku kepala desa Nyatnyono yang telah memberikan ijin
penelitian bagi penulis.
6. Adikku tersayang Saiful Hidayat dan keluargaku yang telah memberikan
bantuan dan motivasi dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
7. Untuk Pipih Aim, Maz Luk, dan ponak’anku Ali, Afif, Maz Duwiex, Maz
Zaqi, Mba Pendhel yang selalu menemaniku.
8. Temen-temenku mba iza, kiki luke, janah, nur, zaida, imanuel, zee, om ocex,
aa painu, oziex yang selalu memebri motivasi, semangat aku.
9. Keluarga besar PAI B 2008 seperjuangan.
10. Temen-temen hen’s kos Mba syum, Mba sania, Mba nana, ukhiya, iim, ratna,
ambar dan yuni, silvi yang selalu memberiku motivasi.
11. Masyarakat Nyatnyono atas bantuan dan pengalaman yang diberikan.
12. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam
penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,
sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para Pembaca dan dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 04 Agustus 2012
ABSTRAK
Umami, Rizalatul. 2012 “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah Desa Pada Masyarakat Nyatnyono”. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs.Djuz’an.M.Hum.
Kata Kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah Desa Pada
Masyarakat Nyatnyono
Penelitian ini hadir untuk mengungkapkan seberapa jauh makna yang terkandung dalam proses peran tersebut dalam hal penghayatan agama dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat Nyatnyono. Diambilnya permasalahan ini berdasarkan pertimbangan, bahwa saat ini semakin surut dan tenggelamnya tradisi-tradisi lokal yang banyak mengadung nilai-nilai pendidikan Islam akibat tradisi-tradisi modern yang serba instant. Untuk itulah, mutlak dibutuhkan usaha untuk menjaga dan melestarikan tradisi lokal tersebut yang ada di desa Nyatnyono dan memberdayakan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung di dalamnya. Dari apa yang dilakukan oleh masyarakat Nyatnyono, setidaknya merupakan salah satu wujud upaya untuk menjaga dan melestarikan tradisi lokal tersebut, yang di dalamnya menggambarkan bahwa pendidikan, khususnya pendidikan Islam tidak mutlak diperoleh melalui lembaga formal saja.Dari permasalahan tersebut peneliti merumuskan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Mengapa masyarakat desa Nyatnyono melakukan tradisi sedekah desa?, 2.Bagaimana proses pelaksanaan tradisi sedekah desa di desa Nyatnyono?, 3.Nilai-nilai pendidikan islam apa saja yang terkandung dalam tradisi sedekah desa?. Sehubungan dengan pertanyaan tersebut maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang mengembangkan model fenomenologis.
Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi, interview/wawancara, dan dokumentasi.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
NOTA PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
MOTTO ... v
4. Substansi (isi) Utama Kebudayaan... 21
B. Pendidikan Islam ... 24
a. Pengertian Islam ... 24
b. Pengertian Pendidikan... 25
c. Pengertian Pendidikan Islam ... 25
e. Tujuan Pendidikan... 28
f. Materi ... 31
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 37
A. Paparan Data ... 37
B. Temuan Penelitian ... 40
BAB IV PEMBAHASAN ... 55
BAB V PENUTUP ... 64
A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Setiap bangsa dan suku bangsa tentunya memiliki agama sebagai
kepercayaan yang mempengaruhi manusia sebagai individu, juga sebagai
pegangan hidup. Di samping agama, kehidupan manusia juga
dipengaruhi oleh kebudayaan. Kebudayaan menjadi identitas dari bangsa
dan suku bangsa. Suku tersebut memelihara dan melestarikan budaya
yang ada. Dalam masyarakat, baik yan kompleks maupun yang
sederhana, ada sejumlah nilai budaya yang satu dengan yang lain saling
berkaitan hingga menjadi suatu sistem, dan sistem itu sebagai pedoman
dari konsep-konsep yang ideal dalam kebudayaan memberi pendorong
yang kuat terhadap arah kehidupan warga masyarakatnya.
Dengan adanya bebagai ritual dan tradisi budaya yang
dilaksanakan secara islami di jawa, telah memperkokoh eksistensi esensi
ajaran islam di tengah, masyarakat Indonesia dan Asia Tenggara, karena
berbagai tradisi islam di jawa yang terkait dengan siklus kehidupan
tersebut kemudian berkembang hampir keseluruh pelosok tanah air,
bahkan Asia Tenggara di mana komunitas orang-orang muslim jawa juga
berkembang. Sebaliknya, ajaran islam justru menjadi kuat ketika ia telah
metradisi dan membudaya di tengah kehidupan masyarakat setempat, di
mana esensi ajarannya sudah include dalam tradisi masyarakat setempat.
Dalam hal ini islam bukan sekedar tidak memiliki isi dalam
sanubari budaya masyarakat. Islam hadir sebagai mercursuar rahmat
semesta dan masyarakat setiap detik kehidupan mereka yang diantaranya
diwujudkan dalam apresiasi islam atas berbagai ritual dalam siklus
kehidupan masyarakat. Oleh karenanya tradisi dan budaya dalam silam
jawa menjadi penentu dalam kelangsungan syari’at islam. Ketika tradisi
dan budaya terakomodasi dalam suatu agama akhirnya ajaran agama
muncul sebagai hal yang mendarah daging dalam suatu komunitas
masyarakat masyarakat. Inilah antara lain yang terjadi antara islam dan
jawa, dan kemudian membentuk gugus budaya islam jawa.
Adapun seperti halnya di kalangan masyarakat jawa khusunya di
daerah Ungaran desa Nyatnyono terdapat berbagai ritual yang sangat
sakral. Salah satunya adalah sedekah desa merupakan upacara yang
diadakan setiap satu tahun sekali, bahkan pada masyarakat jawa, sering
kali diadakannya tradisi tersebut. Di desa Nyatnyono dalam upacara
sedekah desa yang dilakukan selalu identik dengan mistisis.
Kehidupan beragama masyarakat desa Nyatnyono secara umum
tergolong biasa-biasa saja. Artinya ada sebagian yang taat dan sebagian
lagi tidak taat. Dari segi akhlak, tergolong rendah tingkat pengalamannya
(menengah ke bawah). Sedangkan dari sisi syari’at, tergolong tingkat
pengalaman menengah atas. Dengan demikian masyarakat tersebut
dikategorikan masyarakat yang menjalankan ajaran agama, walaupun
Dalam pemahan ajaran agama, masyarakat desa Nyatnyono
tergolong muqallid, yaitu mengikuti orang lain dalam i’tikad (perkataan
dan perbuatan) yang semata-mata berbaik sangka tanpa alasan yang tepat
untuk mengikutinya. Mereka tidak berfikir yang menjadi dasar akidah
islam adalah Al-Qur’an dan Hadits, tetapi yang terpenting adalah pikiran
dinamis yang tidak dibebani oleh kekeliruan-kekeliruan yang turun
temurun.
Masyarakat desa Nyatnyono yang memiliki sitem kekerabatan
yang tinggi menyebabkan setiap kegiatan sosial dan agama dilakukan
secara gotong royong dan tolong menolong. Mengenai yang dilakukan,
benar dan salah tidak menjadi sorotan, orientasinya adalah keamanan dan
ketentraman hidup masyarakat. Perbuatan benar dan salah tergantung
dari baik atau buruknya tujuan dari perbuatan yang dilakukan.
Begitu juga dengan adanya tradisi sedekah desa yang dilakukan
setiap satu tahun sekali yang dimana akan mempererat kekerabatan yang
tinggi. Sedangkan menurut Harapandi Dahri mendefinisikan Tradisi
adalah suatu kebiasaan yang teraplikasikan secara terus-menerus dengan
berbagai simbol dan aturan yang berlaku pada sebuah komunitas.
(Masrin,2009:3)
Awal-mula dari sebuah tradisi adalah ritual-ritual individu
kemudian disepakati oleh beberapa kalangan dan akhirnya diaplikasikan
menjadi sebuah ajaran yang jika ditinggalkan akan mendatangkan
bahaya.
Tradisi dan kebudayan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa
manusia menurut Alisyahbana; merupakan suatu keseluruhan yang
kompleks yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda-beda seperti
pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan segala
kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. (Masrin,
2009:2)
Menurut Koentjaraningrat (1984: 5) kebudayaan itu mempunyai
paling sedikit tiga wujud ialah:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peratuan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai satu kompleks aktifitas kelakuan berpola dari
manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Tradisi sebagai salah satu bagian dari kabudayaan menurut
pakar hukum F.Geny adalah fenomena yang selalu merealisasikan
kebutuhan masyarakat. Adapun masyarakat jawa yang kebanyakan
penduduk beragama islam sehingga tradisi dan budaya yang berkembang
pesat di pulau jawa dijiwai ajaran islam.
Berdasarkan kerangka pikir di atas, penulis tertarik mencoba
menuangkan dalam suatu penelitian guna mengetahui maksud dan tujuan
telah mentradisi dikalangan masyarakat Nyatnyono dan sekitarnya.
Dimana anggapan dari masyarakat Nyatnyono dan sekitarnya yang
mayoritas beragama islam bahwa pelaksanaan dari kegiatan tradisi
sedeekah desa tersebut masih mengandung nilai-nilai pendidikan agama
islam, oleh karena itu dalam peneliti ini peneliti mengambil judul skripsi
“NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH
DESA PADA MASYARAKAT NYATNYONO”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam skripsi
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengapa masyarakat desa Nyatnyono melakukan tradisi sedekah desa?
2. Bagaiman proses pelaksanaan tradisi Sedekah desa di Desa Nyatnyono?
3. Nilai-nilai pendidikan Islam apa saja yang terkandung dalam tradisi
Sedekah desa?
C.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tujuan dilaksanakannya tradisi Sedekah desa di Desa
Nyatnyono.
2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan tradisi Sedekah desa di Desa
Nyatnyono.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis.
1. Secara teoritis menambah pengetahuan tentang salah satu bagian tradisi
masyarakat Nyatnyono yang masih bertahan hingga saat ini, juga sebagai
usaha untuk memperkaya keputskaan budaya.
2. Secara praktis diharapkan agar menjadi informasi yang penting bagi
pemerintahan mengenai tradisi masyarakat Nyatnyono, juga sebagai
pengetahuan untuk meninjau kembali program pengembangan kebudayaan
di Kabupaten Semarang khususnya di Kecamatan Ungaran,. Selain itu
semoga dapat menjadi informasi bagi kajian-kajian yang sejenis dengan cara
memahami bentuk-bentuk yang menyimpan makna bagi kehidupan orang
banyak dan bermanfaat untuk memahami tradisi-tradisi lain yang sejenis
yang ada pada masyarakat Nyatnyono.
E.Penegasan Istilah
Dalam upaya menghindari dari interpresasi yang bias, penulis
terlebih dahulu menjelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul
penelitian ini. Disamping itu, dengan adanya penjelasan istilah yang
detail, maka gambaran dari judul penelitian akan lebih jelas dan spesifik.
Antara lain sebagai berikut :
1. Nilai
Untuk memahami pengertian nilai berikut ini akan disajikan
transsituational goal, varying in importance that serve as guiding
principles in the life of a person or other social entity”. Nilai artinya
sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.
Maksudnya kualitas yang memang membangkitkan respon
penghargaan. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan
manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat lebih
lanjut Schwartz juga menjelaskan bahwa nilai adalah (1) suatu
keyakinan, (2) berkaitan dengan cara tingkah laku atau tujuan akhir
tertentu, (3) melampaui situasi spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau
evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian, serta
(5) tersusun berdasarkan drajat kepentingannya. (Masrin, 2009:8-9)
Menurut Sidi Gazalba, nilai merupakan sesuatu yang bersifat
abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya
persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik,
melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki.
(Masrin, 2009: 9), sedang menurut Chabib Thoha nilai merupakan
sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah
berhubungan dengan subjek yang memberi arti (manusia yang
meyakini). Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi
manusia sebagai acuan tingkah laku. (Masrin, 2009: 9)
2.Pendidikan Islam
Pendidikan adalah proses yang berlangsung untuk
manusia. Menurut Ahmad D. Marimba yang dikutip oleh Heri Noer
Aly, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Adapun menurut
Hujair AH Sanaky, Pendidikan adalah usaha sadar yang dibutuhkan
untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang perannya di masa
datang. (Masrin,2009:9)
Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha
manusia untuk dapat membantu, melatih, dan mengarahkan anak
melalui transmisi pengetahuan, pengalaman, intelektual dan
keberagamaan orang tua (pendidik) dalam kandungan sesuai dengan
fitrah manusia supaya dapat berkembang sampai pada tujuan yang
dicita-citakan, yaitu kehidupan yang sempurna dengan terbentuknya
kepribadian yang utama.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam adalah
ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Pendidikan Islam menurut
Tadjab secara sederhana dapat diartikan sebagai pendidikan yang
dilaksanakan dengan bersumber dan berdasar atas ajaran agama Islam.
(Masrin,2009:9)
Masih banyak lagi pengertian pendidikan islam dan para ahui,
namun dan beberapa pengertian tersebut dapat kita petik, pada
rohani pada tingkat kehidupan mdividu dan sosial untuk
mengembangkan fitroh manusia berdasarkan hukum-hukum islam
menuju terbentuknya manusia ideal (insan kamil) yang berkepribadian
muslim dan berakhlak tenpuji serta taat pada islam sehingga dapat
mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai
pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada
pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk
mencapai tujuan hidup, yaitu mengabdi pada Allah SWT. Nilai-nilai
tersebut perlu ditanamkan pada anak sejak kecil, karena pada waktu
itu adalah masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan yang baik
kepadanya.
3. Tradisi
Tradisi adalah sebagai suatu yang telah dilakukan untuk sejak
lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat.
(Andika, Amri, 2008: 1)
Menurut Harapandi Dahri menyatakan bahwa Tradisi adalah
suatu kebiasaan yang teraplikasikan secara terus-menerus dengan
berbagai simbol dan aturan yang berlaku pada sebuah komunitas.
Awal-mula dari sebuah tradisi adalah ritual-ritual individu kemudian
disepakati oleh beberapa kalangan dan akbirnya diaplikasikan secara
menjadi sebuah ajaran yang jika ditinggalkan akan mendatangkan
bahaya. (Masrin,2009:3)
4. Sedekah
Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu
pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain
secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah
tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang
sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala
semata. (http://Sedekah 12-11-20011)
Menurut fuqaha, sedekah dalam arti sadaqah at-tatawwu'
berbeda dengan zakat. Sedekah lebih utama jika diberikan secara
diam-diam dibandingkan diberikan secara terang-terangan dalam arti
diberitahukan atau diberitakan kepada umum. Hal ini sejalan dengan
hadits Nabi SAW dari sahabat Abu Hurairah. Dalam hadits itu
dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah SWT yang mendapat
naungan-Nya di hari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi
sedekah dengan tangan kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan
tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan oleh tangan
kanannya tersebut. ( http://Sedekah 12-11-2011)
Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau
sanak saudara terdekat sebelum diberikan kepada orang lain.
Kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan kepada orang yang
yang lebih utama disedekahkan, para fuqaha berpendapat, barang yang
akan disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas baik dan
disukai oleh pemiliknya.
5. Desa
Menurut William Ogburn dan MF Nimkoff, Desa adalah
kesatuan organisasi kehidupan sosial di dalam daerah terbatas. Desa
dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul
desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan
desa dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian desa
yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa
atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada.
(http://Pengertian Desa 23-11-2011)
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2005 tentang Desa, disebut bahwa, Desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. (http://Pengertian Desa 23-11-2011)
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Untuk pemecahan masalah penelitian ini, peneliti
literatur-literatur untuk ditela’ah secara komprehensif khususnya yang
berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan agama islam dan tradisi
sedekah desa. Oleh kerena itu jenis penelitian ini termasuk penelitian
documenter. Dalam melakukan penelitian bentuk yang digunakan
adalah penelitian kualitatif, adapun strategi pendekatan yang
digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian adalah strategi
terpancang yaitu pelaku melakukan tela’ah secara seksama terhadap
dokumen-dokumen.
2. Kehadiran peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpulan
data dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan
data-data dilapangan, sedangkan instrument pengumpulan data-data yang lain
selain manusia adalah berbagai bentuk alat bantu dan berupa
dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang
keabsahan hasil penelitian namun berfungsi sebagai instrument
pendukung. Oleh karena itu kehadiran peneliti secara langsung
dilapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus
yang diteliti sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif
dengan informan dan atau sumber data lainnya disini mutlak
dilakukan.
3. Lokasi Penelitian
Obyek penelitian ini adalah Desa Sendang Rejo Kelurahan
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Dari sumber data yang telah dihimpun di lapangan, maka
jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang
merupakan bentuk luar dari ciri-ciri yang teramati yang membantu
dalam memahami interpretasi yang diberikan informan. Data yang
merupakan interpretasi yang dikemukakan oleh infornian, yaitu
data yang dihimpun, yang berhubungan dengan ritual tradisi
Sedekah desa, kehidupan beragama, nilai-nilai pendidikan Islam
dan aktifitas kegiatan masyarakat pada desa Nyatnyono.
b. Sumber Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian
ini diambil dari:
1) Data primer adalah data yang didapatkan melalui narasumber,
yaitu ketua adat, tokoh agama, dan penghulu, serta melalui
informan (kepala desa, tokoh pemuda, dan tokoh masyarakat).
Selain itu, data tersebut diperoleh melalui pengamatan lapangan
(pada waktu pelaksanaan tradisi sedekah desa).
2) Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
sumber-sumber yang mendukung seperti dokumentasi, arsip desa dan
referensi yang berkaitan dengan penelitian.
a. Wawancara mendalam dan langsung kepada narasumber dan informan.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data berupa sejarah
dilaksanakannya Sedekah desa, upaya masyarakat mempertahankan
tradisi, unsur-unsur ritual yang terkandung dalam nilai-nilai pendidikan
Islam dan tujuan dilaksanakannya.
b. Observasi langsung terlibat (participant observation), teknik metode ini
digunakan untuk mendapatkan fakta-fakta empirik yang tampak (kasat
mata) dan guna memperoleh dimensi-dimensi baru untuk pemahaman
konteks maupun fenomena yang diteliti yang digunakan untuk
mendapatkan data mengenai kehidupan beragama dan kegiatan
aktivitas-aktifitas kebiasaan pada masyarakat di Desa Nyatnyono.
c. Dokumentasi, metode ini merupakan pengumpulan data yang
mendukung kegiatan penelitian, seperti data asal usul Desa Nyatnyono,
letak wilayah, kondisi geografis, kependudukan, sosial budaya, fasilitas
sosial, struktur pemerintahan desa, dan kehidupan beragama, lebih
singkatnya potret masyarakat Desa Nyatnyono.
6. Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dan dihimpun, selanjutnya di
lakukan analisis data. Dalam penelitian kualitatif, data yang terkumpul
di analisis setiap waktu secara induktif, selama penelitian berlangsung
dengan mengolah bahan empirik (synthesizing), supaya dapat
disederhanakan ke dalam bentuk yang lebih mudah. Analisis data
dengan menghubungkan dan menafsirkan hasil data kemudian
memberi kesimpulan induktif berdasarkan dengan kualitas atau mutu.
Analisis ini juga disebut dengan analisis data kualitatif, yaitu data
yang berhubungan dengan katagorisasi, karakteristik.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Agar data mempunyai validitas, rehabilitas dan objektivitas
yang tinggi, perlu dilakukan triangulasi data. Triangulasi data adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu yaitu triangulasi sumber, metode dan
teori. (Moleong 2011: 178)
Dalam penelitian ini hanya dilakukan triangulasi sumber yaitu
membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
metode kualitatif.
8. Tahap-tahap Penelitian
Beberapa urutan bagian yang dijadikan pedomen dalam
pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut:
1) Persiapan meliputi penyusunan proposal, pengurusan penelitinan, dan
penyusunan jadwal kegiatan.
2) Pengumpulan data meliputi pengumpulan dokumen dan penela’ahan
3) Analisi data meliputi : analisis awal, reduksi data, analisi data temuan,
pengayaan dan pendalaman dan merumuskan kesimpulan.
4) Penyusunan laporan meliputi penyusunan laporan sementara (draf)
penilaian laporan penelitian sementara, perbaikan laporan dan
penyusunan laporan akhir.
G.Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, terdiri dari lima bab yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab I pendahuluan ini berisi tentang Latar belakang
masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat
penelitian, Penegasan istilah, Metode penelitian yang dimana
meneakup: Pendekatan dan jenis penelitian, Kehadiran peneliti,
Lokasi peneliti, Sumber data, Prosedur pengumpulan data,
Analisis data, Pengecekan keabsahan data, Tahap-tahap
penelitian dan Sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab II kajian pustaka ini diuraikan sebagai
pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian
tentang: Pengertian sedekah desa, Sejarah sedekah desa,
Pendidikan Islam meliputi: Pengertian pendidikan islam, Tujuan
pendidikan islam, dan Unsur-unsur pendidikan islam.
BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab III ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data
dan temuan yang berkaitan dengan Paparan data yang meliputi:
Gambaran umum lokasi, Latar belakang adanya tradisi Sedekah
Desa di Nyatnyono. Temuan penelitian meliputi: Rangkaian
ritual adat sedekah desa, Prosesi upacara sedekah desa.
BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bab IV pembahasan, yang akan membahas tentang
Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam dalam Tradisi Sedekah
Desa.
BAB V : PENUTUP
Pada bab V merupakan bagian akhir penulisan skripsi,
akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir. Saran-saran yang
berhubungan dengan penelitian dari pihak-pihak terkait dari
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Sedekah Desa
1. Pengertian Sedekah Desa
Tradisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah adat kebiasaan
turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam
masyarakat. Sedangkan dalam Kamus Induk Istilah Ilmiah, tradisi adalah
adat kebiasaan dan kepercayaan yang secara turun temurun dipelihara.
Adapun Tradisi Sedekah Desa merupakan upacara adat yang
dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur atas anugerah yang telah
diberikan oleh Sang Pencipta, yang dilakukan dengan berbagai ritual yang
terkandung dalam tradisi atau kebiasaan masyarakat kampung yang telah
mengakar. (Masrin,2009:2) Sejalan dengan pengertian di atas, upacara di
sini merupakan sumber pengetahuan tentang bagaimana seseorang bertindak
dan bersikap terhadap suatu gejala yang diperolehnya melalui proses belajar
dari generasi sebelumnya dan kemudian harus diturunkan kepada generasi
berikutnya.
Ritual keagamaan yang dibungkus dengan bentuk tradisi ini
dilakukan secara turun temurun dan berkelanjutan dalam periodik waktu
tertentu, hingga terjadi akulturasi dengan budaya lokal. Seperti apa yang
diperlihatkan masyarakat Nyatnyono dalam pengungkapan rasa syukur atas
disimpulkan bahwasanya pengertian dari sedekah desa adalah bersedekah
kepada desa yang ditempatinya agar desa tersebut terhindar dari malapetaka
dan menjadikan desa tersebut tentram dan nyaman.
2. Sejarah Sedekah Desa
Agama Islam merupakan agama yang mayoritas dianut oleh
masyarakat di Desa Nyatnyono yang dibawa oleh pendatang dari luar Desa
Nyatnyono. Islam secara perlahan berhasil membentuk masyarakat Muslim
di Desa Nyatnyono.
Kehidupan beragama yang kuat dan kebudayaan lama yang telah
melekat pada masyarakat Desa Nyatnyono menjadikan keduanya saling
mempengaruhi dalam kehidupan masyarakat. Tidak sedikit yang percaya
terhadap mistis walaupun telah beragama Islam.
Masyarakat percaya dengan adanya kekuatan-kekuatan ghaib dan
tempat-tempat yang dianggap sangat sakral disekeliling mereka yang
dimana sering kali didatangi oleh penjuru daerah luar pulau jawa yang
mendatangi makam dan mata air yang kramat. Banyak dari penduduk yang
masih pergi ke makam-makam yang dianggap keramat sebagai permohonan
sebelum melakukan suatu hal yang dianggap penting, seperti akan
melakukan usaha atau lainnya, dengan melalui berziarah denagn meminta
permohonan kepada Allah lantara berziarah dimakam para wali atau ulama’
di desa tersebut. (Bpk.Tresh, 22-05-2012)
Dalam kehidupannya dikenal tahap-tahap upacara dalam lingkaran
Tuhan, kelahiran, menikah, memasuki rumah untuk menetap, sampai
kepada upacara meninggalnya seseorang, walaupun sebagian dari hal
tersebut telah dihilangkan. Walaupun hampir semua penduduk asli Desa
Nyatnyono beragama Islam namun masih banyak terdapat unsur-unsur yang
tidak bernafaskan Islam. Masyarakatnya masih percaya dengan hal-hal yang
berbau tahayyul dan mistik, yang dianggap bisa memberikan keberkahan
bagi kehidupan mereka.
Tradisi sedekah desa yang sudah ada sejak nenek moyang dan tidak
bisa dihapus atau dihilangkan karena upacara tersebut adalah suatu
kebudayaan yang sangat kental di desa Nyatnyono tersebut. Upacara
tersebut dilaksana kan setiap setahun sekali dan acara tersebut berlangsung
selama tiga hari. Dalam upacara tersebut banyak unsus-unsur yang berbau
mistik namun juga barbau dengan keislaman, apabila upacara tradisi
tersebut tidak dilaksanakan maka desa tersebut akan mendatangkan bahaya
seperti hal nya tanah longsor, banyaknya orang yang meninggal, para petani
mengalami penyurutan panenan dan masih banyak lainnya.
(Bpk.Tresh,22-05-2012)
Tujuan lainnya daripada upacara ritual tradisi sedekah desa ini
adalah menjalin silaturrahmi antar warga satu sama lain dan saling
bergotong royong atau saling mambantu sehingga menjadikan desa tersebut
aman, tentram dan dipandang desa yang sejahtera dan menjadikan desa
lebih maju dalam segala hal apapun semisal dalam petani maka panenannya
dalam menempuh pendidikan diberi kelancaran dan masih banyak lainnya.
(Bpk.Tresh, 22-07-2012)
3. Perwujudan Kebudayaan
Beberapa ilmuan seperti Talcott Parson (Sosiolog) dan al Kroeber
(Antropolog) menganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan secara
tajam sebagai suatu sistem. Di mana wujud kebudayaan itu adalah sebagai
suatu rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola. Sejalan
dengan pikiran para ahli tersebut, Koentjaraningrat mengemukakan bahwa
kebudayaan itu dibagi atau digolongkan dalam tiga wujud, yaitu (Elly
dkk,2010:28-30) :
1. Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, dan peraturan. Wujud tersebut menunjukkan wujud ide dari
kebudayaan yang bersifat abstrak dan tempatnya ada di alam pikiran
warga masyarakat di mana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup.
Kebudayaan ideal ini disebut juga dengan tata kelakuan, hal ini
menunjukkan bahwa budaya ideal mempunyai fungsi mengatur,
mengendalikan dan memberi arah kepada tindakan atau perbuatan
manusia dalam masyarakat.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakkan
berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud tersebut bersifat konkret
sehingga dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakkan dan
kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Adapun wujud ini bisa
yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya
dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ini
disebut pula kebudayaan fisik. Dimana wujud budaya ini hampir
seluruhnya merupakan hasil fisik (aktivitas perbuatan, dan karya semua
manusia dalam masyarakat). Sifatnya paling konkret dan berupa
benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat yang berwujud besar
maupun kecil.
4. Substansi (isi) Utama Budaya
Substansi (isi) utama kebudayan merupakan wujud abstrak dari segala
macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat
yang memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau
berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan dan etos
kebudayaan. (Elly dkk, 2010:30-33)
1. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk
sosial merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal
berusaha memahami: alam sekitar, alam flora fauna di daerah tempat
tinggal, zat-zat bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungan, tubuh
sifat tingkah laku manusia, ruang dan waktu.
Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di atas menusia
melakukan tiga cara yaitu: pertama, melalui pengalaman dalam
melalui pendidikan formal maupun non-formal. Ketiga, melalui
petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut sebagai
komunikasi simboliks.
2. Nilai
Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan,
dicita-citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota
masyarakat. Karena itu, sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna
dan berharga. C. Kluchohn mengemukakan, bahwa yang menentukan
orientasi nilai budaya manusia di dunia adalah lima dasar yang bersifat
universal, yaitu: (Elly dkk,2010:31)
a. Hakikat hidup manusia (MH)
b. Hakikat karya manusia (MK)
c. Hakikat waktu manusia (MW)
d. Hakikat alam manusia (MA)
e. Hakikat hubungan antarmanusia (MM)
3. Pandangan Hidup
Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa dan
masyarakat dalam menjawab atau mengatasi berbagai masalah yang
dihadapinya. Di dalamnya terkandung konsep nilai kehidupan yang
dicita-citakan oleh suatu masyarakat. Oleh karena itu, pandangan hidup
merupakan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat yang dipilih secara
selektif oleh individu atau kelompok.
4. Kepercayaan
Kepercayaan yang mengandung arti yang lebih luas daripada
agama dan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa. Pada dasarnya,
manusia memiliki naluri untuk menghambakan diri kepada yang
Mahatinggi, yaitu dimensi lain di luar diri dan lingkungannya. Dorongan
ini sebagai akibat ketidak mampunan manusia dalam menghadapi
masalah sehingga hanya Tuhan yang Mahatinggi saja mampu memberi
kekuatan dalam mencari jalan keluarnya.
5. Persepsi
Pesrsepsi atau sudut pandang ialah suatu titik tolak pemikiran yang
tersusun dari seperangkat kata-kata yang digunakan untuk memahami
kejadian atau gejala dalam kehidupan.
Persepsi terdiri atas: 1) persepsi sensorik, yaitu persepsi yang
terjadi tanpa menggunakan salah satu indra manusia. 2) persepsi telepati,
yaitu kemampuan pengetahuan kegiatan mental individu lain. 3) persepsi
clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atau kejadian di
tempat lain, jauh dari tempat orang yang bersangkutan.
6. Etos Kebudayaan
Etos atau jiwa kebudayaan (dalam antropolog) berasal dari bahasa
Inggris berarti watak khas. Etos sering tampak pada gaya perilaku warga
misalnya, kegemaran warga masyarakat, serta berbagai benda budaya
hasil karya mereka. Contoh kebudayaan batak dilihat oleh orang jawa,
orang batak memandang orang jawa memancarkan kesuraman,
keselarasan dan lainnya.
5. Pendidikan Islam
a. Pengertian Islam
Islam dari aspek kebahasaan berasal dari kata Arab yang secara
kebahasaan berarti 'Menyelamatkan' misal dalam teks 'Assalamu
Alaikum' yang berarti Semoga Keselamatan menyertai kalian semuanya.
Adapun dalam aspek kemanusian Islam berarti penerimaan dari dan
penyerahan diri kepada Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini
dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya, dan
menghindari politheisme. Perkataan ini memberikan beberapa maksud
dari al-Qur’an. Dalam Al-qur’an surat Al-Maidah ayat 3 juga ditegas
Artinya: "...Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi
agama bagimu." Adapun dalam konsep keislaman teologikal fundamental ialah
tauhid yaitu kepercayaan tentang ke-Esaan Tuhan.
(http,:\\Keislaman,03-08-2012)
b. Pengertian Pendidikan
Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa,
diturunkan dalam bahasa tersebut. Kata “Pendidikan” yang umum kita
gunakan sekarang dalam bahsa Arabnya adalah “Tarbiyah”, dengan kata
kerja “rabba”. Adapun kata “Pengajaran” dalam bahasa Arabnya adalah
“ta’lim” dengan kata kerjanya “allama”. Pendidikan dan pengajaran
dalam bahasa Arabnya adalah “Tarbiyah Islamiyah”. Adapun Tujuan
pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah
mengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan
kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam
sekitarnya di mana individu itu hidup. (IAIN Jakarta,1982/1983:25)
c. Pengertian Pendidikan Islam
Secara umum dapat kita katakan bahwa Pendidikan Islam itu
adalah pembentukan kepribadian muslim. Dari satu segi kita melihat,
bahwa pendidikan islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan
sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi
keperluan diri sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan
islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Oleh karena itu
pendidikan islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal.
Dan karena ajaran islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku
pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan
bersama, maka pendidikan islam adalah pendidikan individu dan
pendidikan masyarakat.
Sementara itu M.Arifin, menyatakan bahwa pendidikan islam
atau kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan di alam sekitarnya.
(Arifin 1987: 15)
Seiring dengan sisi penting akhlak dan kepribadian mulia sebagai
inti pendidikan maka pendidikan islam, sebagaimana dinyatakan oleh
Syed Ali Ashraf dan Syed Sajjad Husein juga dapat dipahami sebagai:
(Roqib 2009:21)
Suatu pendidikan yang melatih jiwa murid-murid dengan cara
sebegitu rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan dan
pendekatan mereka terhadap segala jenis ilmu pengetahuan, mereka
dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual dan sangat sadar akan nilai etis
islam. Mereka dilatih dan mentalnya menjadi begitu berdisiplin sehingga
mereka ingin mendapatkan ilmu pengetahuan bukan semata-mata untuk
memuaskan rasa ingin tahu intelektual mereka atau hanya untuk
memperoleh keuntungan material saja, melainkan untuk berkembang
sebagai makhluk rasional yang berbudi luhur dan melahirkan
kesejahteraan spiritual, moral, dan fisik bagi keluarga, bangsa, dan
seluruh umat manusia.
Dari apa yang dinyatakan diatas maka pendidikan islam pada
hakikatnya menekankan tiga hal, yaitu: (1) suatu upaya pendidikan
dengan menggunakan metode-metode tertentu, khususnya metode latihan
untuk mencapai kedisiplinan mental peserta didik, (2) bahan pendidikan
yang diberikan kepada anak didik berupa bahan materil, yakni berbagai
hidup yang dilandasi nilai etis Islam, (3) tujuan pendidikan yang ingin
dicapai adalah mengembangkan manusia yang rasional dan berbudi
luhur, serta mencapai kesejahteraan masyarakat yang adil dan makmur
dalam rekuhan ridha Allah SWT. (Roqib 2009: 21)
d. Asas Pendidikan Islam
Islam mengatakan bahwa Al-qur’an adalah kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril, Al-Qur’an
ini juga dipandang sebagai keagungan dan penjelasan, namun sering juga
disebut sebagai petunjuk dan buku. Al-Qur’an berisi segala hal mengenai
petunjuk yang membawa hidup manusia bahagia di dunia dan bahagia di
akhirat kelak. Kandungan yang ada didalam Al-Qur’an meliputi segala
hal sebagaimana difirman Allah “ Tidak kami luputkan dalam kitab itu
terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu.
tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, Kemudian kepada
Sebahagian Mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul
mahfudz dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan
(ditetapkan) dalam Lauhul mahfudz. dan ada pula yang menafsirkannya
dengan Al-Quran dengan arti: dalam Al-Quran itu Telah ada
pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan
pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan
kebahagiaan makhluk pada umumnya.
Jika tidak ada sesuatu yang luput dari catatan kitab Al-Qur’an ini
maka berarti Al-Qur’an berisi petunjuk segala sesuatu yang dengan jelas
dinyatakan dalam ayat lain “dank mi turunkan kepadamu kitab yang
menerangkan tiap-tiap sesuatu sebagai huda dan rahmat serta kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri” (QS 16:89)
tPöqtƒur
Artinya: “ (dan ingatlah) akan hari (ketika) kami bangkitkan pada tiap-tiap
umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan kami turunkan
kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk
Segala sesuatu ini banyak dipahami oleh para sarjana muslim
meliputi berbagai macam cabang ilmu pengetahuan itu menurut
Al-Qur’an harus dicari melalui analogi dan hadits Nabi SAW, yang
merupakan bagian dari syari’ah. Dengan demikian maka ilmu
pengetahuan itu menurut Al-Qur’an harus dicari melalui analogi dan
hadits nabi yang merupakan bagian dari syari’ah islam. Disini
pertimbangan-pertimbangan harus diteliti melalui kedua sumber
Al-Qur’an dan hadits tersebut yang secara nyata ditunjukkan melalui metode
qiyas.
e. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha
atau kegiatan selesai. Para ahli pendidikan telah member definisi tentang
tujuan pendidikan islam, di mana rumusan atau definisi yang satu
berbeda dari definisi yang lain. Meskipun demikian, pada hakikatnya
rumusan dari tujuan pendidikan islam adalah sama , mungkin hanya
redaksi dan penekananya saja yang berbeda. Abd ar-Rahman an-Nahlawi
berpendapat bahwa tujuan pendidikan islam adalah mengembangkan
pikiran manusia dan mengatur tingkah laku serta perasaan mereka
berdasarkan islam yang dalam proses akhirnya bertujuan untuk
merealisasikan ketaatan dan penghambaan kepada Allah di dalam
kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat. Definisi tujuan
menyatu dalam diri secara individual maupun sosial. (Rahman dan
Nahlawi 1992: 162)
Dalam hal ini, Zakiyah Daradjat mengemukakan:
Tujuan Pendidikan Islam adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang shaleh, teguh imannya, taat beribadah dan berakhlak terpuji. Bahkan keseluruhan gerak dalam kehidupan setiap muslim, mulia dari perbuatan, perkataan dan tindakkan apa pun yang dilakukan dengan nilai mencari ridha Allah, memenuhi segala perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya adalah ibadah. Maka untuk melaksanakan semua tugas kehidupan itu, baik bersifat pribadi maupun sosial, perlu dipelajari dan dituntun dengan iman dan akhlak terpuji. Dengan demikian, identitas muslim akan tampak dalam semua aspek kehidupannya. (Roqib 2009:31)
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan di atas maka secara
umum dapatlah dikatakan bahwa tujuan pendidikan islam adalah
pembentukan kepribadian muslim paripurna (kaffah). Pribadi yang
demikian adalah pribadi yang menggambarkan terwujudnya keseluruhan
esensi manusia secara kodrati, yaitu sebagai makhluk individual,
makhluk sosial, makhluk bermoral, dan makhluk yang ber-Tuhan. Citra
pribadi muslim seperti itu sering disebut sebagai manusia paripurna
(insan kamil) atau pribadi yang utuh, sempurna seimbang dan selaras
dengan pola takwa. Dalam hal ini ada beberapa tujuan pendidikan islam
yaitu tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara, dan tujuan
operasional. (IAIN Jakarta,1982/1983:28-31)
Tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu
meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah
laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum
pendidikan islam harus berkaitan pula dengan tujuan pendidikan
nasional negara tempat pendidikan islam itu dilaksanakan dan harus
dikaitkan pula dengan tujuan institutional lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan itu. Tujuan umum tidak dapat dicapai
kecuali setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan,
penghayatan dan keyakinan akan kebenarannya. Tahapan-tahapan
dalam mencapai tujuan itu pada pendidikan formal (sekolah,
madrasah), dirumuskan dalam tujuan kurikuler yang selanjutnya
dikembangkan dalam tujuan instruksional.
b) Tujuan Akhir
Pendidikan islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan
akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula.
Tujuan akhir pendidikan islam itu dapat difahami dalam firman Allah
(Q.S Ali-Imran 102).
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dapat dianggap
sebagai tujuan akhirnya. Insan kamil yang mati dan akan menghadap
Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan islam.
c) Tujuan Khusus
Tujuan ini disebut juga dengan tujuan perasionalisasi tujuan
akhir dan tujuan umum. Tujuan khusus bersifat relatif sehingga
dikemungkinkan untuk diadakan perubahan jika diperlukan sesuai
dengan tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka
tujuan akhir dan umum. Dalam tujuan ini lebih banyak dituntut dari
anak didik suatu kemampuan dan ketrampilan tertentu.
f. Materi
Materi (atau bahan) dalam pedidikan Islam yaitu:
a. Aqidah
Aqidah dalam bahasa Indonesia menurut etimologi adalah ikatan
atau sangkutan. Disebut demikian, karena ia mengikat dan menjadi
sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Adapun dalam pengertian
teknis artinya adalah iman atau keyakinan. Karena itu aqidah islam
(aqidah islamiyah) ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas
seluruh ajaran islam. Kedudukannya sangat sentral dan fundamental,
karena seperti telah disebutkan diatas, mejadi asas dan sekaligus
titik tolak kegiatan seorang muslim. Akidah islam berawal dari
keyakinan kepada Zat Mutlak Yang Maha Esa yang disebut Allah.
Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan dan wujud-Nya sehingga itu
disebut dengan tauhid. Adapun tauhid disini menjadi inti rukun iman
dan selauruh keyakinan Islam. (Daud ali,2008:199)
Sehingga dari uraian diatas, tampak logis dan sistematisnya
pokok-pokok keyakinan islam dalam istilah rukun iman itu. Bahwasanya kalau
orang telah menerima tauhid sebagai keyakinan yakni asal yang
pertama, asal dari segala-galanya dalam keyakinan islam, maka rukun
iman-lah yang menjadi inti ketauhidan pada seorang muslim.
b. Syari’ah
Makna asal syari’at adalah jalan ke sumber (mata) air. Perkataan
syari’at (syari’ah) dalam bahasa Arab itu berasal dari kata syari’, secara
harfiah berarti jalan yang harus dilalui oleh setiap muslim. Menurut
Imam Syaifi’i dalam kitab beliau ar-Risalah, syari’at adalah
peraturan-peraturan lahir yang bersumber dari wahyu dan kesimpulan-kesimpulan
yang berasal dari wahyu itu mengenai tingkah laku manusia. Oleh
karena itu, dalam praktik makna syari’at lalu disamakan dengan fiqih.
(Daud ali, 2008:235)
Sebagian ketetapan Allah baik berupa larangan maupun dalam
bentuk suruhan, syari’at mengatur jalan hidup dan kehidupan manusia.
Dilihat dari segi ilmu hukum, syari’at adalah norma hukum dasar yang
berhubungan dengan Allah maupun berhubungan dengan sesama
manusia maupun benda dalam masyarakat. Adapun ilmu fiqih adalah
ilmu yang berusaha memahami hukum-hukum dasar yang terdapat
dalam al-Qur’an dan kitab-kitab Hadis. (Daud ali 2008:236-237)
Namun demikian untuk dapat memahaminya dengan baik dan
benar, dan untuk pengembangan hukum islam, arti kedua istilah itu
harus dibedakan. Secara sederhana hukum syari’at adalah semua
ketentuan hukum yang disebut langsung oleh Allah melalui firman-Nya
yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi dan dalam kitab-kitab
hadis. Sedangkan denga hukum fiqih adalah rumusan hukum yang
dihasilkan oleh ijtihad para ahli hukum islam. (Daud ali,2008:239)
c. Akhlak
Akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab akhlak,
bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis yang
bersangkutan dengan perubahan tingkah laku antara lain budi pekerti
pada manusia. Rachmat Djatnika, 1987:25 dalam perpustakaan akhlak
diartikan juga sikap yang melahirkan perbuatan, perilaku dan tingkah
laku mungkin baik mungkin buruk. Dala hal ini budi pekerti juga
berarti yang lebih dalam lagi karena mengenai sifat dan watak yang
dimiliki seseorang, sifat dan watak yang telah melekat pada diri pribadi,
telah menjadi kepribadiannya. (Daud ali,2008:34-37)
Asmaran (1994) menyatakan akhlak terhadap makhluk dapat dibagi
menjadi dua yaitu akhlak terhadap diri sendiri dan akhlak terhadap
orang lain semisal terhadap Rasulullah, orang tua, tetangga dan
masyarakat. 2. Akhlak terhadap bukan manusia juga dapat dipecah
menjadi dua yaitu: akhlak terhadap makluk hidup bukan manusia misal,
terhadap flora dan faona dan akhlak terhadap makhluk (mati) bukan
manusia misal, akhlak terhadap tanah, air, udara dan sebagainya. (Daud
ali,2008:352)
g. Pelaksanan Tri Pusat Pendidikan
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan
mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan
sama sekali, mustahil suatu kelompok manusia dapat berkembang
sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan
bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Adapun
pengertian Tri Pusat Pendidikan adalah tiga pusat yang
bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak
yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat yaitu:
(http,:\\pendidikanislam 08-08-2012)
Pertama, keluarga atau bisa disebut dengan orang tua
merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak, karena
dari orang tua dan keluargalah anak mula-mula menerima
pendidikan. kita telah merasakan keluarga merupakan lembaga
pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat karena
dewasa. Batas dan bicara pendidikan didalam keluarga akan selalu
mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti,
dan kepribadian tiap-tiap manusia, pendidikan yang diterima dalam
keluarga inilah yang akan di gunakan oleh anak sebagaidasar untuk
mengikuti pendidikan selanjutnya disekolah. Orang tua mempunyai
tugas dan tnggung jawab dalam keluarga terhadap pendidikan
anak lebih bersikap menentukan ; watak budi pekerti, latihan
ketrampilan, pendidikan kesosialan. Selain dari pada itu
penanaman nilai-nilai pancasila, nilai-nilai keagamaan dan
kepercayaan kepada allah di mualai dalam keluarga.
(http,:\\tripusatpendidikan08-08-2012)
Kedua, Sekolah didalam dunia pendidikan istilah sekolah
sudah sangat lazim. Sekolah merupakan salah satu pusat
pendidikan yang diharapkan bisa mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur,memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani,kepribadian mantap dan mandiriserta tanggung
jawab kemasyrakatan dan kebangsaan (UU No.2 tahun 1989,
tentang Sistam Pendidikan Nasional).
Ketiga, Masyarakat apabila dilihat dari konsep sosiologi
adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam suatu
pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan baanyak orang dengan
berbagai ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan
sampai pada yang berpendidikan tinggi. Ia adalah laboratorium
besar tempat para anggotanya mengamalkan semua
keterampilan yang dimilikinya. Di lihat dari lingkungan
pendidikan, masyarakat disebut lingkungan pendidikan non
formalyang memberikan pendidikan secara sengaja dan berencana
kepada seluruh anggotanya, teteapi tidak sistematis. Secara
fungsional masyarakat menerima semua anggotanya yang
pluralistik (Majemuk) itu dan mengarahkan menjadi anggota
masyarakat yang baik untuk tercapainya kesejahteraan sosial para
anggotaqnya yaitu kesejah teraan mental spiritual dan fisikal atau
kesejah teraan lahir dan batin. Kalau dilembaga pendidikan
pendidikannya adalah guru. Maka kalau di masyarakat yang
menjadi pendidikannya adalah orang dewasa yang bertanggung
jawab trehadap pendewasaan anggotanya melalui sosialisasi
lanjutan yang diletakan dasar-dasar oleh keluarga dan juga sekolah
sebelum mereka masuk kedalam masyarakat. Masing-masing
anggotanya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab baik
secara sendiri-sendiri atau secara bersama melalui institusi atau
lembaga yang dipimpinnya. (http,:\\tripusat pendidikan
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Paparan Data
1. Gambaran Umum Lokasi
Desa Nyatnyono adalah sebuah desa yang terletak diprovinsi Jawa
Tengah, Kab.Semarang, Kec. Ungaran Barat Indonesia. Desa ini juga
terdapat makam Waliyulloh yang bernama Kyai Hasan Munadi sehingga
banyak orang yang berdatangan untuk berziarah dan meminta barokah.
Beliaulah yang menyebarluaskan agama islam di desa Nyatnyono tersebut
dan beliaulah yang memberi nama desa dengan sebutan desa Nyatnyono
yang artinya dari istilah jawa “lagi menyat wis ana”, artinya baru bangun
sudah ada. Dan desa ini juga terdapat air keramat yang dinamakan dengan
Sendang Keramat, yang dimana air tersebut bisa digunakan obat berbagai
jenis penyakit. Air Sendang Keramat tersebut terletak disebelah kiri atau
utara makam Waliyulloh, sehingga para ulama menyatakan air tesbut
merupakan sebagian kecil karomah Waliyulloh.
2. Batas-batas Administrasi
Desa Nyatnyono berbatasan dengan sebelah utara Desa Lerep,
sebelah timur Desa Kel. Genuk, sebelah barat PTP Sebigo, dan sebelah
selatan dengan Desa Gogik.
Adapun secara Administrasi Desa Nyatnyono dibagi menjadi
Dusun Krajan, Dusun Siroto, Dusun Sendang Putri, Dusun Sendang Rejo
dan Dusun Branggah. Adapun masing-masing terdiri dari :
a. Dusun Ngaglik atau RW. I terdiri dari 3 RT
b. Dusun Gelap atau RW. II terdiri dari 3 RT
c. Dusun Sipol atau RW III terdiri dari 2 RT
d. Dusun Krajan atau RW IV terdiri dari 6 RT
e. Dusun Siroto atau RW V terdiri dari 6 RT
f. Dusun Sendang putri atau RW VI terdiri dari 2 RT
g. Dusun Sendang Rejo atau RW VII terdiri dari 7 RT
h. Dusun Branggah blanten atau RW VII terdiri dari 6 RT
3. Kependudukan
Jumlah Penduduk WNI di Desa Nyatnyono sampai dengan
akhir 31 Desember 2011 sebanyak 9.290 Jiwa terdiri dari 988 KK
dan 913 Perumahan, dengan dibedakan Jenis kelamin antara lain :
- Laki – laki : 4.795 Jiwa
- Perempuan : 4.495 Jiwa
- Jumlah : 9.290 Jiwa
Adapun luas dan batas wilayah Desa Nyatnyono merupakan
salah satu Desa di wilayah Kecamatan Ungaran yang mempunyai
wilayah + 425 Ha yang terdiri dari:
- Tanah sawah & Ladang : 15.5 Ha
- Tanah untuk pemukiman : 67 Ha
- Bamgunan Umum : 7.4 Ha
- Jalan, makam, dan lain-lain : 28 Ha
- Lain – lain : 63 Ha
4. Geografi
Secara Geografis Desa Nyatnyono Kec. Ungaran Barat Kabupaten
Semarang terletak dilereng Gunung Ungaran atau sebelah Barat Kota
Ungaran, dengan ketinggian berkisar + 600 s/d 800 meter diatas
permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 24 0C – 280 C, Tipologi
tanahnya berbukit sedang dan sebagian dataran. Disamping itu keadaan
tanahnya merupakan tanah yang sebagian besar untuk kegiatan pertanian
dan sisanya untuk tanaman budidaya. Desa Nyatnyono boleh dikatakan
cukup subur, kesuburan ini terutama karena sifat tanahnya yang
berhumus, bebatuan serta didukung ketersediaan air yang cukup. Potensi
ini yang akhirnya menghijaukan daerah atau wilayah Desa Nyatnyono dan
sekitarnya.
5. Latar Belakang Adanya Tradisi Sedekah Desa Di Nyatnyono
Ditengah tantangan yang semakin besar pada masa kini dan masa
yang akan datang, peranan islam sebagai tenaga pendorong yang memberi
makna dan orientasi kehidupan pemeluknya sangat diperlukan, lebih dari
masa-masa sebelumnya.
Dilihat dari pandangan ini, Nampak bahwa kebudayaan adalah inti
pengembangan kehidupan manusia, karena kebudayaan merupakan tenaga
setiap upaya pembangunan manusia hendaknya berpijak pada landasan
realitas budayanya. Kesenian dan tradisi yang beraneka macam lebih
banyak yang harus dihadapi, yang memang merupakan suatu keharusan
dalam kehidupan umat manusia. Sama halnya dengan tradisi sedekah desa
yang sudah berkembang dan menjadi tradisi kebudayaan orang jawa yang
ada sejak zaman dahulu.
Adapun yang melatar belakangi adanya tradisi sedekah desa tidak
ada bahwasannya tradisi tersebut telah dilaksanakan secara turun temurun
dan tidak diketahui asal usul serta awal mulai dilaksanakannya. Perayaan
ini biasa dilaksanakan penduduk Desa Nyatnyono setiap tahun sekali
bertepatan pada bulan syawal dan acara tersebut berlangsung selama tiga
hari. Diadakannya tradisi tersebut bertujuan untuk nyelameti desa agar
desa tersebut menjadi tentram, sejahtera, harmonis, selaras dan seimbang.
(Bpk. Sutoyo, 14-05-2012)
Upaya manusia juga untuk menjaga kelestarian desa tersebut.
Adapun penyelenggaraan upacara tradisi tersebut pada umunya bertujuan
untuk menghormati, mensyukuri pemberian Tuhan mohon keselamatan
kepada Tuhan melalui arwah leluhur atau nenek moyang atau kepada
kekuatan-kekuatan Illahi yang lain.
B. Temuan Penelitian
1. Sedekah Desa
Sedekah desa merupakan upacara adat yang dimana turun temurun