• Tidak ada hasil yang ditemukan

Post 7sjsuwhg

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Post 7sjsuwhg"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM

DALAM TRADISI SEDEKAH DESA

PADA MASYARAKAT NYATNYONO

SKRIPSI

Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

RIZALATUL UMAMI

11108061

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM

DALAM TRADISI SEDEKAH DESA

PADA MASYARAKAT NYATNYONO

SKRIPSI

Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

RIZALATUL UMAMI

11108061

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(4)

KEMENTRIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA PROGRAM STUDI PGMI

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706 Fax (0298) 323455 Kode Pos 50721 Wesite: www.stainsalatiga.ac.id Email: [email protected]

SKRIPSI

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA PADA MASYARAKAT NYATNYONO

Oleh: Rizalatul Umami

NIM: 11108061

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada tanggal 01 September 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I.).

Ketua Penguji : H. Agus Waluyo, M.Ag

Sekretaris Penguji : Nafis Irkhami, M.Ag. M.A

Penguji I : Drs. Imam Baihaqi, M.Ag

Penguji II : Drs. Bahroni, M. Pd

Penguji III : Drs. Djuz’an, M.Hum

Salatiga,01 September 2012

Ketua STAIN Salatiga

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rizalatul Umami

NIM : 11108061

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI

SEDEKAH DESA PADA MASYARAKAT NYATNYONO

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

ilmiah.

Salatiga, 8 Agustus 2012

Yang menyatakan,

(6)

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706,323433 Fax323433 Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]

Drs. Djus’an, M. Hum. Dosen Stain Salatiga Persetujuan Pembimbing

Lamp. : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudari : Rizalatul Umami

Kepada

Yth. Ketua STAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka

bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari:

Nama : Rizalatul Umami

Nim : 111 08 061

Jurusan/Progdi : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam

Judul : Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah Desa

Pada Masyarakat Nyatnyono

Dengan ini kami memohon skripsi saudari tersebut di atas supaya segera

dimunaqosahkan.

Demikian agar menjadi maklum.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 13 Agustus 2012

Pembimbing

Drs.Djuz’an.M.Hum.

(7)

MOTTO

Menangislah karena kekurangan ilmu dan berbahagialah

(8)

PERSEMBAHAN

Ter u n t u k a ya h d a n b u n d a k u , Wi d a ya t d a n N u r A l i ya h

ju g a u n t u k a d i k k u Sa i fu l H i d a ya t ya n g sel a l u

m en yem a n g a t i k u

k a si h sa ya n g d a n sen yu m k a l i a n y a n g sen a n t i a sa

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puja dan puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah

melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya dalam penyusunan skripsi berjudul

Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah Desa Pada Masyarakat

Nyatnyono. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi

Muhamad yang telah menerangi dunia dengan kesempurnaan agama Islam.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I.) pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

Salatiga. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian kualitatif untuk mengetahui

seberapa jauh penghayatan agama dan pendidikan perilaku pada masyarakat desa

Nyatnyono. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan semua pihak yang terkait. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Widayat dan bundaku Nur Aliyah tercinta yang telah mencurahkan

pengorbanan dan doa restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.

2. Bapak Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Dr.

Imam Sutomo, M.Ag.

3. Dosen Pembimbing Bapak Drs.Djuz’an.M.Hum. atas bimbingan, arahan, dan

(10)

4. Kepala program studi Pendidikan Agama Islam, ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.

5. Bapak Fahrodin selaku kepala desa Nyatnyono yang telah memberikan ijin

penelitian bagi penulis.

6. Adikku tersayang Saiful Hidayat dan keluargaku yang telah memberikan

bantuan dan motivasi dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

7. Untuk Pipih Aim, Maz Luk, dan ponak’anku Ali, Afif, Maz Duwiex, Maz

Zaqi, Mba Pendhel yang selalu menemaniku.

8. Temen-temenku mba iza, kiki luke, janah, nur, zaida, imanuel, zee, om ocex,

aa painu, oziex yang selalu memebri motivasi, semangat aku.

9. Keluarga besar PAI B 2008 seperjuangan.

10. Temen-temen hen’s kos Mba syum, Mba sania, Mba nana, ukhiya, iim, ratna,

ambar dan yuni, silvi yang selalu memberiku motivasi.

11. Masyarakat Nyatnyono atas bantuan dan pengalaman yang diberikan.

12. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam

penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,

sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para Pembaca dan dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 04 Agustus 2012

(11)

ABSTRAK

Umami, Rizalatul. 2012 “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah Desa Pada Masyarakat Nyatnyono”. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs.Djuz’an.M.Hum.

Kata Kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Sedekah Desa Pada

Masyarakat Nyatnyono

Penelitian ini hadir untuk mengungkapkan seberapa jauh makna yang terkandung dalam proses peran tersebut dalam hal penghayatan agama dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat Nyatnyono. Diambilnya permasalahan ini berdasarkan pertimbangan, bahwa saat ini semakin surut dan tenggelamnya tradisi-tradisi lokal yang banyak mengadung nilai-nilai pendidikan Islam akibat tradisi-tradisi modern yang serba instant. Untuk itulah, mutlak dibutuhkan usaha untuk menjaga dan melestarikan tradisi lokal tersebut yang ada di desa Nyatnyono dan memberdayakan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung di dalamnya. Dari apa yang dilakukan oleh masyarakat Nyatnyono, setidaknya merupakan salah satu wujud upaya untuk menjaga dan melestarikan tradisi lokal tersebut, yang di dalamnya menggambarkan bahwa pendidikan, khususnya pendidikan Islam tidak mutlak diperoleh melalui lembaga formal saja.Dari permasalahan tersebut peneliti merumuskan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Mengapa masyarakat desa Nyatnyono melakukan tradisi sedekah desa?, 2.Bagaimana proses pelaksanaan tradisi sedekah desa di desa Nyatnyono?, 3.Nilai-nilai pendidikan islam apa saja yang terkandung dalam tradisi sedekah desa?. Sehubungan dengan pertanyaan tersebut maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang mengembangkan model fenomenologis.

Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi, interview/wawancara, dan dokumentasi.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO ... v

4. Substansi (isi) Utama Kebudayaan... 21

B. Pendidikan Islam ... 24

a. Pengertian Islam ... 24

b. Pengertian Pendidikan... 25

c. Pengertian Pendidikan Islam ... 25

(13)

e. Tujuan Pendidikan... 28

f. Materi ... 31

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 37

A. Paparan Data ... 37

B. Temuan Penelitian ... 40

BAB IV PEMBAHASAN ... 55

BAB V PENUTUP ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Setiap bangsa dan suku bangsa tentunya memiliki agama sebagai

kepercayaan yang mempengaruhi manusia sebagai individu, juga sebagai

pegangan hidup. Di samping agama, kehidupan manusia juga

dipengaruhi oleh kebudayaan. Kebudayaan menjadi identitas dari bangsa

dan suku bangsa. Suku tersebut memelihara dan melestarikan budaya

yang ada. Dalam masyarakat, baik yan kompleks maupun yang

sederhana, ada sejumlah nilai budaya yang satu dengan yang lain saling

berkaitan hingga menjadi suatu sistem, dan sistem itu sebagai pedoman

dari konsep-konsep yang ideal dalam kebudayaan memberi pendorong

yang kuat terhadap arah kehidupan warga masyarakatnya.

Dengan adanya bebagai ritual dan tradisi budaya yang

dilaksanakan secara islami di jawa, telah memperkokoh eksistensi esensi

ajaran islam di tengah, masyarakat Indonesia dan Asia Tenggara, karena

berbagai tradisi islam di jawa yang terkait dengan siklus kehidupan

tersebut kemudian berkembang hampir keseluruh pelosok tanah air,

bahkan Asia Tenggara di mana komunitas orang-orang muslim jawa juga

berkembang. Sebaliknya, ajaran islam justru menjadi kuat ketika ia telah

metradisi dan membudaya di tengah kehidupan masyarakat setempat, di

mana esensi ajarannya sudah include dalam tradisi masyarakat setempat.

(15)

Dalam hal ini islam bukan sekedar tidak memiliki isi dalam

sanubari budaya masyarakat. Islam hadir sebagai mercursuar rahmat

semesta dan masyarakat setiap detik kehidupan mereka yang diantaranya

diwujudkan dalam apresiasi islam atas berbagai ritual dalam siklus

kehidupan masyarakat. Oleh karenanya tradisi dan budaya dalam silam

jawa menjadi penentu dalam kelangsungan syari’at islam. Ketika tradisi

dan budaya terakomodasi dalam suatu agama akhirnya ajaran agama

muncul sebagai hal yang mendarah daging dalam suatu komunitas

masyarakat masyarakat. Inilah antara lain yang terjadi antara islam dan

jawa, dan kemudian membentuk gugus budaya islam jawa.

Adapun seperti halnya di kalangan masyarakat jawa khusunya di

daerah Ungaran desa Nyatnyono terdapat berbagai ritual yang sangat

sakral. Salah satunya adalah sedekah desa merupakan upacara yang

diadakan setiap satu tahun sekali, bahkan pada masyarakat jawa, sering

kali diadakannya tradisi tersebut. Di desa Nyatnyono dalam upacara

sedekah desa yang dilakukan selalu identik dengan mistisis.

Kehidupan beragama masyarakat desa Nyatnyono secara umum

tergolong biasa-biasa saja. Artinya ada sebagian yang taat dan sebagian

lagi tidak taat. Dari segi akhlak, tergolong rendah tingkat pengalamannya

(menengah ke bawah). Sedangkan dari sisi syari’at, tergolong tingkat

pengalaman menengah atas. Dengan demikian masyarakat tersebut

dikategorikan masyarakat yang menjalankan ajaran agama, walaupun

(16)

Dalam pemahan ajaran agama, masyarakat desa Nyatnyono

tergolong muqallid, yaitu mengikuti orang lain dalam i’tikad (perkataan

dan perbuatan) yang semata-mata berbaik sangka tanpa alasan yang tepat

untuk mengikutinya. Mereka tidak berfikir yang menjadi dasar akidah

islam adalah Al-Qur’an dan Hadits, tetapi yang terpenting adalah pikiran

dinamis yang tidak dibebani oleh kekeliruan-kekeliruan yang turun

temurun.

Masyarakat desa Nyatnyono yang memiliki sitem kekerabatan

yang tinggi menyebabkan setiap kegiatan sosial dan agama dilakukan

secara gotong royong dan tolong menolong. Mengenai yang dilakukan,

benar dan salah tidak menjadi sorotan, orientasinya adalah keamanan dan

ketentraman hidup masyarakat. Perbuatan benar dan salah tergantung

dari baik atau buruknya tujuan dari perbuatan yang dilakukan.

Begitu juga dengan adanya tradisi sedekah desa yang dilakukan

setiap satu tahun sekali yang dimana akan mempererat kekerabatan yang

tinggi. Sedangkan menurut Harapandi Dahri mendefinisikan Tradisi

adalah suatu kebiasaan yang teraplikasikan secara terus-menerus dengan

berbagai simbol dan aturan yang berlaku pada sebuah komunitas.

(Masrin,2009:3)

Awal-mula dari sebuah tradisi adalah ritual-ritual individu

kemudian disepakati oleh beberapa kalangan dan akhirnya diaplikasikan

(17)

menjadi sebuah ajaran yang jika ditinggalkan akan mendatangkan

bahaya.

Tradisi dan kebudayan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa

manusia menurut Alisyahbana; merupakan suatu keseluruhan yang

kompleks yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda-beda seperti

pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan segala

kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. (Masrin,

2009:2)

Menurut Koentjaraningrat (1984: 5) kebudayaan itu mempunyai

paling sedikit tiga wujud ialah:

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan,

nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peratuan dan sebagainya.

2. Wujud kebudayaan sebagai satu kompleks aktifitas kelakuan berpola dari

manusia dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Tradisi sebagai salah satu bagian dari kabudayaan menurut

pakar hukum F.Geny adalah fenomena yang selalu merealisasikan

kebutuhan masyarakat. Adapun masyarakat jawa yang kebanyakan

penduduk beragama islam sehingga tradisi dan budaya yang berkembang

pesat di pulau jawa dijiwai ajaran islam.

Berdasarkan kerangka pikir di atas, penulis tertarik mencoba

menuangkan dalam suatu penelitian guna mengetahui maksud dan tujuan

(18)

telah mentradisi dikalangan masyarakat Nyatnyono dan sekitarnya.

Dimana anggapan dari masyarakat Nyatnyono dan sekitarnya yang

mayoritas beragama islam bahwa pelaksanaan dari kegiatan tradisi

sedeekah desa tersebut masih mengandung nilai-nilai pendidikan agama

islam, oleh karena itu dalam peneliti ini peneliti mengambil judul skripsi

“NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH

DESA PADA MASYARAKAT NYATNYONO”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam skripsi

ini adalah sebagai berikut:

1. Mengapa masyarakat desa Nyatnyono melakukan tradisi sedekah desa?

2. Bagaiman proses pelaksanaan tradisi Sedekah desa di Desa Nyatnyono?

3. Nilai-nilai pendidikan Islam apa saja yang terkandung dalam tradisi

Sedekah desa?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tujuan dilaksanakannya tradisi Sedekah desa di Desa

Nyatnyono.

2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan tradisi Sedekah desa di Desa

Nyatnyono.

3. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam

(19)

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis.

1. Secara teoritis menambah pengetahuan tentang salah satu bagian tradisi

masyarakat Nyatnyono yang masih bertahan hingga saat ini, juga sebagai

usaha untuk memperkaya keputskaan budaya.

2. Secara praktis diharapkan agar menjadi informasi yang penting bagi

pemerintahan mengenai tradisi masyarakat Nyatnyono, juga sebagai

pengetahuan untuk meninjau kembali program pengembangan kebudayaan

di Kabupaten Semarang khususnya di Kecamatan Ungaran,. Selain itu

semoga dapat menjadi informasi bagi kajian-kajian yang sejenis dengan cara

memahami bentuk-bentuk yang menyimpan makna bagi kehidupan orang

banyak dan bermanfaat untuk memahami tradisi-tradisi lain yang sejenis

yang ada pada masyarakat Nyatnyono.

E.Penegasan Istilah

Dalam upaya menghindari dari interpresasi yang bias, penulis

terlebih dahulu menjelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul

penelitian ini. Disamping itu, dengan adanya penjelasan istilah yang

detail, maka gambaran dari judul penelitian akan lebih jelas dan spesifik.

Antara lain sebagai berikut :

1. Nilai

Untuk memahami pengertian nilai berikut ini akan disajikan

(20)

transsituational goal, varying in importance that serve as guiding

principles in the life of a person or other social entity”. Nilai artinya

sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.

Maksudnya kualitas yang memang membangkitkan respon

penghargaan. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan

manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat lebih

lanjut Schwartz juga menjelaskan bahwa nilai adalah (1) suatu

keyakinan, (2) berkaitan dengan cara tingkah laku atau tujuan akhir

tertentu, (3) melampaui situasi spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau

evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian, serta

(5) tersusun berdasarkan drajat kepentingannya. (Masrin, 2009:8-9)

Menurut Sidi Gazalba, nilai merupakan sesuatu yang bersifat

abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya

persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik,

melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki.

(Masrin, 2009: 9), sedang menurut Chabib Thoha nilai merupakan

sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah

berhubungan dengan subjek yang memberi arti (manusia yang

meyakini). Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi

manusia sebagai acuan tingkah laku. (Masrin, 2009: 9)

2.Pendidikan Islam

Pendidikan adalah proses yang berlangsung untuk

(21)

manusia. Menurut Ahmad D. Marimba yang dikutip oleh Heri Noer

Aly, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si

pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik

menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Adapun menurut

Hujair AH Sanaky, Pendidikan adalah usaha sadar yang dibutuhkan

untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang perannya di masa

datang. (Masrin,2009:9)

Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas dapat

disimpulkan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha

manusia untuk dapat membantu, melatih, dan mengarahkan anak

melalui transmisi pengetahuan, pengalaman, intelektual dan

keberagamaan orang tua (pendidik) dalam kandungan sesuai dengan

fitrah manusia supaya dapat berkembang sampai pada tujuan yang

dicita-citakan, yaitu kehidupan yang sempurna dengan terbentuknya

kepribadian yang utama.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam adalah

ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Pendidikan Islam menurut

Tadjab secara sederhana dapat diartikan sebagai pendidikan yang

dilaksanakan dengan bersumber dan berdasar atas ajaran agama Islam.

(Masrin,2009:9)

Masih banyak lagi pengertian pendidikan islam dan para ahui,

namun dan beberapa pengertian tersebut dapat kita petik, pada

(22)

rohani pada tingkat kehidupan mdividu dan sosial untuk

mengembangkan fitroh manusia berdasarkan hukum-hukum islam

menuju terbentuknya manusia ideal (insan kamil) yang berkepribadian

muslim dan berakhlak tenpuji serta taat pada islam sehingga dapat

mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai

pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada

pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk

mencapai tujuan hidup, yaitu mengabdi pada Allah SWT. Nilai-nilai

tersebut perlu ditanamkan pada anak sejak kecil, karena pada waktu

itu adalah masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan yang baik

kepadanya.

3. Tradisi

Tradisi adalah sebagai suatu yang telah dilakukan untuk sejak

lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat.

(Andika, Amri, 2008: 1)

Menurut Harapandi Dahri menyatakan bahwa Tradisi adalah

suatu kebiasaan yang teraplikasikan secara terus-menerus dengan

berbagai simbol dan aturan yang berlaku pada sebuah komunitas.

Awal-mula dari sebuah tradisi adalah ritual-ritual individu kemudian

disepakati oleh beberapa kalangan dan akbirnya diaplikasikan secara

(23)

menjadi sebuah ajaran yang jika ditinggalkan akan mendatangkan

bahaya. (Masrin,2009:3)

4. Sedekah

Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu

pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain

secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah

tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang

sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala

semata. (http://Sedekah 12-11-20011)

Menurut fuqaha, sedekah dalam arti sadaqah at-tatawwu'

berbeda dengan zakat. Sedekah lebih utama jika diberikan secara

diam-diam dibandingkan diberikan secara terang-terangan dalam arti

diberitahukan atau diberitakan kepada umum. Hal ini sejalan dengan

hadits Nabi SAW dari sahabat Abu Hurairah. Dalam hadits itu

dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah SWT yang mendapat

naungan-Nya di hari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi

sedekah dengan tangan kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan

tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan oleh tangan

kanannya tersebut. ( http://Sedekah 12-11-2011)

Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau

sanak saudara terdekat sebelum diberikan kepada orang lain.

Kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan kepada orang yang

(24)

yang lebih utama disedekahkan, para fuqaha berpendapat, barang yang

akan disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas baik dan

disukai oleh pemiliknya.

5. Desa

Menurut William Ogburn dan MF Nimkoff, Desa adalah

kesatuan organisasi kehidupan sosial di dalam daerah terbatas. Desa

dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul

desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan

desa dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian desa

yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa

atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada.

(http://Pengertian Desa 23-11-2011)

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun

2005 tentang Desa, disebut bahwa, Desa adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan

dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia. (http://Pengertian Desa 23-11-2011)

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Untuk pemecahan masalah penelitian ini, peneliti

(25)

literatur-literatur untuk ditela’ah secara komprehensif khususnya yang

berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan agama islam dan tradisi

sedekah desa. Oleh kerena itu jenis penelitian ini termasuk penelitian

documenter. Dalam melakukan penelitian bentuk yang digunakan

adalah penelitian kualitatif, adapun strategi pendekatan yang

digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian adalah strategi

terpancang yaitu pelaku melakukan tela’ah secara seksama terhadap

dokumen-dokumen.

2. Kehadiran peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpulan

data dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan

data-data dilapangan, sedangkan instrument pengumpulan data-data yang lain

selain manusia adalah berbagai bentuk alat bantu dan berupa

dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang

keabsahan hasil penelitian namun berfungsi sebagai instrument

pendukung. Oleh karena itu kehadiran peneliti secara langsung

dilapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus

yang diteliti sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif

dengan informan dan atau sumber data lainnya disini mutlak

dilakukan.

3. Lokasi Penelitian

Obyek penelitian ini adalah Desa Sendang Rejo Kelurahan

(26)

4. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Dari sumber data yang telah dihimpun di lapangan, maka

jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang

merupakan bentuk luar dari ciri-ciri yang teramati yang membantu

dalam memahami interpretasi yang diberikan informan. Data yang

merupakan interpretasi yang dikemukakan oleh infornian, yaitu

data yang dihimpun, yang berhubungan dengan ritual tradisi

Sedekah desa, kehidupan beragama, nilai-nilai pendidikan Islam

dan aktifitas kegiatan masyarakat pada desa Nyatnyono.

b. Sumber Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian

ini diambil dari:

1) Data primer adalah data yang didapatkan melalui narasumber,

yaitu ketua adat, tokoh agama, dan penghulu, serta melalui

informan (kepala desa, tokoh pemuda, dan tokoh masyarakat).

Selain itu, data tersebut diperoleh melalui pengamatan lapangan

(pada waktu pelaksanaan tradisi sedekah desa).

2) Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari

sumber-sumber yang mendukung seperti dokumentasi, arsip desa dan

referensi yang berkaitan dengan penelitian.

(27)

a. Wawancara mendalam dan langsung kepada narasumber dan informan.

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data berupa sejarah

dilaksanakannya Sedekah desa, upaya masyarakat mempertahankan

tradisi, unsur-unsur ritual yang terkandung dalam nilai-nilai pendidikan

Islam dan tujuan dilaksanakannya.

b. Observasi langsung terlibat (participant observation), teknik metode ini

digunakan untuk mendapatkan fakta-fakta empirik yang tampak (kasat

mata) dan guna memperoleh dimensi-dimensi baru untuk pemahaman

konteks maupun fenomena yang diteliti yang digunakan untuk

mendapatkan data mengenai kehidupan beragama dan kegiatan

aktivitas-aktifitas kebiasaan pada masyarakat di Desa Nyatnyono.

c. Dokumentasi, metode ini merupakan pengumpulan data yang

mendukung kegiatan penelitian, seperti data asal usul Desa Nyatnyono,

letak wilayah, kondisi geografis, kependudukan, sosial budaya, fasilitas

sosial, struktur pemerintahan desa, dan kehidupan beragama, lebih

singkatnya potret masyarakat Desa Nyatnyono.

6. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul dan dihimpun, selanjutnya di

lakukan analisis data. Dalam penelitian kualitatif, data yang terkumpul

di analisis setiap waktu secara induktif, selama penelitian berlangsung

dengan mengolah bahan empirik (synthesizing), supaya dapat

disederhanakan ke dalam bentuk yang lebih mudah. Analisis data

(28)

dengan menghubungkan dan menafsirkan hasil data kemudian

memberi kesimpulan induktif berdasarkan dengan kualitas atau mutu.

Analisis ini juga disebut dengan analisis data kualitatif, yaitu data

yang berhubungan dengan katagorisasi, karakteristik.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Agar data mempunyai validitas, rehabilitas dan objektivitas

yang tinggi, perlu dilakukan triangulasi data. Triangulasi data adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang

lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu yaitu triangulasi sumber, metode dan

teori. (Moleong 2011: 178)

Dalam penelitian ini hanya dilakukan triangulasi sumber yaitu

membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

metode kualitatif.

8. Tahap-tahap Penelitian

Beberapa urutan bagian yang dijadikan pedomen dalam

pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut:

1) Persiapan meliputi penyusunan proposal, pengurusan penelitinan, dan

penyusunan jadwal kegiatan.

2) Pengumpulan data meliputi pengumpulan dokumen dan penela’ahan

(29)

3) Analisi data meliputi : analisis awal, reduksi data, analisi data temuan,

pengayaan dan pendalaman dan merumuskan kesimpulan.

4) Penyusunan laporan meliputi penyusunan laporan sementara (draf)

penilaian laporan penelitian sementara, perbaikan laporan dan

penyusunan laporan akhir.

G.Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, terdiri dari lima bab yang dapat

dijelaskan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab I pendahuluan ini berisi tentang Latar belakang

masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat

penelitian, Penegasan istilah, Metode penelitian yang dimana

meneakup: Pendekatan dan jenis penelitian, Kehadiran peneliti,

Lokasi peneliti, Sumber data, Prosedur pengumpulan data,

Analisis data, Pengecekan keabsahan data, Tahap-tahap

penelitian dan Sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab II kajian pustaka ini diuraikan sebagai

pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian

tentang: Pengertian sedekah desa, Sejarah sedekah desa,

(30)

Pendidikan Islam meliputi: Pengertian pendidikan islam, Tujuan

pendidikan islam, dan Unsur-unsur pendidikan islam.

BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Pada bab III ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data

dan temuan yang berkaitan dengan Paparan data yang meliputi:

Gambaran umum lokasi, Latar belakang adanya tradisi Sedekah

Desa di Nyatnyono. Temuan penelitian meliputi: Rangkaian

ritual adat sedekah desa, Prosesi upacara sedekah desa.

BAB IV : PEMBAHASAN

Pada bab IV pembahasan, yang akan membahas tentang

Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam dalam Tradisi Sedekah

Desa.

BAB V : PENUTUP

Pada bab V merupakan bagian akhir penulisan skripsi,

akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir. Saran-saran yang

berhubungan dengan penelitian dari pihak-pihak terkait dari

(31)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Sedekah Desa

1. Pengertian Sedekah Desa

Tradisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah adat kebiasaan

turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam

masyarakat. Sedangkan dalam Kamus Induk Istilah Ilmiah, tradisi adalah

adat kebiasaan dan kepercayaan yang secara turun temurun dipelihara.

Adapun Tradisi Sedekah Desa merupakan upacara adat yang

dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur atas anugerah yang telah

diberikan oleh Sang Pencipta, yang dilakukan dengan berbagai ritual yang

terkandung dalam tradisi atau kebiasaan masyarakat kampung yang telah

mengakar. (Masrin,2009:2) Sejalan dengan pengertian di atas, upacara di

sini merupakan sumber pengetahuan tentang bagaimana seseorang bertindak

dan bersikap terhadap suatu gejala yang diperolehnya melalui proses belajar

dari generasi sebelumnya dan kemudian harus diturunkan kepada generasi

berikutnya.

Ritual keagamaan yang dibungkus dengan bentuk tradisi ini

dilakukan secara turun temurun dan berkelanjutan dalam periodik waktu

tertentu, hingga terjadi akulturasi dengan budaya lokal. Seperti apa yang

diperlihatkan masyarakat Nyatnyono dalam pengungkapan rasa syukur atas

(32)

disimpulkan bahwasanya pengertian dari sedekah desa adalah bersedekah

kepada desa yang ditempatinya agar desa tersebut terhindar dari malapetaka

dan menjadikan desa tersebut tentram dan nyaman.

2. Sejarah Sedekah Desa

Agama Islam merupakan agama yang mayoritas dianut oleh

masyarakat di Desa Nyatnyono yang dibawa oleh pendatang dari luar Desa

Nyatnyono. Islam secara perlahan berhasil membentuk masyarakat Muslim

di Desa Nyatnyono.

Kehidupan beragama yang kuat dan kebudayaan lama yang telah

melekat pada masyarakat Desa Nyatnyono menjadikan keduanya saling

mempengaruhi dalam kehidupan masyarakat. Tidak sedikit yang percaya

terhadap mistis walaupun telah beragama Islam.

Masyarakat percaya dengan adanya kekuatan-kekuatan ghaib dan

tempat-tempat yang dianggap sangat sakral disekeliling mereka yang

dimana sering kali didatangi oleh penjuru daerah luar pulau jawa yang

mendatangi makam dan mata air yang kramat. Banyak dari penduduk yang

masih pergi ke makam-makam yang dianggap keramat sebagai permohonan

sebelum melakukan suatu hal yang dianggap penting, seperti akan

melakukan usaha atau lainnya, dengan melalui berziarah denagn meminta

permohonan kepada Allah lantara berziarah dimakam para wali atau ulama’

di desa tersebut. (Bpk.Tresh, 22-05-2012)

Dalam kehidupannya dikenal tahap-tahap upacara dalam lingkaran

(33)

Tuhan, kelahiran, menikah, memasuki rumah untuk menetap, sampai

kepada upacara meninggalnya seseorang, walaupun sebagian dari hal

tersebut telah dihilangkan. Walaupun hampir semua penduduk asli Desa

Nyatnyono beragama Islam namun masih banyak terdapat unsur-unsur yang

tidak bernafaskan Islam. Masyarakatnya masih percaya dengan hal-hal yang

berbau tahayyul dan mistik, yang dianggap bisa memberikan keberkahan

bagi kehidupan mereka.

Tradisi sedekah desa yang sudah ada sejak nenek moyang dan tidak

bisa dihapus atau dihilangkan karena upacara tersebut adalah suatu

kebudayaan yang sangat kental di desa Nyatnyono tersebut. Upacara

tersebut dilaksana kan setiap setahun sekali dan acara tersebut berlangsung

selama tiga hari. Dalam upacara tersebut banyak unsus-unsur yang berbau

mistik namun juga barbau dengan keislaman, apabila upacara tradisi

tersebut tidak dilaksanakan maka desa tersebut akan mendatangkan bahaya

seperti hal nya tanah longsor, banyaknya orang yang meninggal, para petani

mengalami penyurutan panenan dan masih banyak lainnya.

(Bpk.Tresh,22-05-2012)

Tujuan lainnya daripada upacara ritual tradisi sedekah desa ini

adalah menjalin silaturrahmi antar warga satu sama lain dan saling

bergotong royong atau saling mambantu sehingga menjadikan desa tersebut

aman, tentram dan dipandang desa yang sejahtera dan menjadikan desa

lebih maju dalam segala hal apapun semisal dalam petani maka panenannya

(34)

dalam menempuh pendidikan diberi kelancaran dan masih banyak lainnya.

(Bpk.Tresh, 22-07-2012)

3. Perwujudan Kebudayaan

Beberapa ilmuan seperti Talcott Parson (Sosiolog) dan al Kroeber

(Antropolog) menganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan secara

tajam sebagai suatu sistem. Di mana wujud kebudayaan itu adalah sebagai

suatu rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola. Sejalan

dengan pikiran para ahli tersebut, Koentjaraningrat mengemukakan bahwa

kebudayaan itu dibagi atau digolongkan dalam tiga wujud, yaitu (Elly

dkk,2010:28-30) :

1. Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,

norma-norma, dan peraturan. Wujud tersebut menunjukkan wujud ide dari

kebudayaan yang bersifat abstrak dan tempatnya ada di alam pikiran

warga masyarakat di mana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup.

Kebudayaan ideal ini disebut juga dengan tata kelakuan, hal ini

menunjukkan bahwa budaya ideal mempunyai fungsi mengatur,

mengendalikan dan memberi arah kepada tindakan atau perbuatan

manusia dalam masyarakat.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakkan

berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud tersebut bersifat konkret

sehingga dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakkan dan

kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Adapun wujud ini bisa

(35)

yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya

dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ini

disebut pula kebudayaan fisik. Dimana wujud budaya ini hampir

seluruhnya merupakan hasil fisik (aktivitas perbuatan, dan karya semua

manusia dalam masyarakat). Sifatnya paling konkret dan berupa

benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat yang berwujud besar

maupun kecil.

4. Substansi (isi) Utama Budaya

Substansi (isi) utama kebudayan merupakan wujud abstrak dari segala

macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat

yang memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau

berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan dan etos

kebudayaan. (Elly dkk, 2010:30-33)

1. Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk

sosial merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal

berusaha memahami: alam sekitar, alam flora fauna di daerah tempat

tinggal, zat-zat bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungan, tubuh

sifat tingkah laku manusia, ruang dan waktu.

Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di atas menusia

melakukan tiga cara yaitu: pertama, melalui pengalaman dalam

(36)

melalui pendidikan formal maupun non-formal. Ketiga, melalui

petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut sebagai

komunikasi simboliks.

2. Nilai

Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan,

dicita-citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota

masyarakat. Karena itu, sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna

dan berharga. C. Kluchohn mengemukakan, bahwa yang menentukan

orientasi nilai budaya manusia di dunia adalah lima dasar yang bersifat

universal, yaitu: (Elly dkk,2010:31)

a. Hakikat hidup manusia (MH)

b. Hakikat karya manusia (MK)

c. Hakikat waktu manusia (MW)

d. Hakikat alam manusia (MA)

e. Hakikat hubungan antarmanusia (MM)

3. Pandangan Hidup

Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa dan

masyarakat dalam menjawab atau mengatasi berbagai masalah yang

dihadapinya. Di dalamnya terkandung konsep nilai kehidupan yang

dicita-citakan oleh suatu masyarakat. Oleh karena itu, pandangan hidup

merupakan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat yang dipilih secara

selektif oleh individu atau kelompok.

(37)

4. Kepercayaan

Kepercayaan yang mengandung arti yang lebih luas daripada

agama dan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa. Pada dasarnya,

manusia memiliki naluri untuk menghambakan diri kepada yang

Mahatinggi, yaitu dimensi lain di luar diri dan lingkungannya. Dorongan

ini sebagai akibat ketidak mampunan manusia dalam menghadapi

masalah sehingga hanya Tuhan yang Mahatinggi saja mampu memberi

kekuatan dalam mencari jalan keluarnya.

5. Persepsi

Pesrsepsi atau sudut pandang ialah suatu titik tolak pemikiran yang

tersusun dari seperangkat kata-kata yang digunakan untuk memahami

kejadian atau gejala dalam kehidupan.

Persepsi terdiri atas: 1) persepsi sensorik, yaitu persepsi yang

terjadi tanpa menggunakan salah satu indra manusia. 2) persepsi telepati,

yaitu kemampuan pengetahuan kegiatan mental individu lain. 3) persepsi

clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atau kejadian di

tempat lain, jauh dari tempat orang yang bersangkutan.

6. Etos Kebudayaan

Etos atau jiwa kebudayaan (dalam antropolog) berasal dari bahasa

Inggris berarti watak khas. Etos sering tampak pada gaya perilaku warga

misalnya, kegemaran warga masyarakat, serta berbagai benda budaya

hasil karya mereka. Contoh kebudayaan batak dilihat oleh orang jawa,

(38)

orang batak memandang orang jawa memancarkan kesuraman,

keselarasan dan lainnya.

5. Pendidikan Islam

a. Pengertian Islam

Islam dari aspek kebahasaan berasal dari kata Arab yang secara

kebahasaan berarti 'Menyelamatkan' misal dalam teks 'Assalamu

Alaikum' yang berarti Semoga Keselamatan menyertai kalian semuanya.

Adapun dalam aspek kemanusian Islam berarti penerimaan dari dan

penyerahan diri kepada Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini

dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya, dan

menghindari politheisme. Perkataan ini memberikan beberapa maksud

dari al-Qur’an. Dalam Al-qur’an surat Al-Maidah ayat 3 juga ditegas

Artinya: "...Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan

telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi

agama bagimu." Adapun dalam konsep keislaman teologikal fundamental ialah

tauhid yaitu kepercayaan tentang ke-Esaan Tuhan.

(http,:\\Keislaman,03-08-2012)

b. Pengertian Pendidikan

Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa,

(39)

diturunkan dalam bahasa tersebut. Kata “Pendidikan” yang umum kita

gunakan sekarang dalam bahsa Arabnya adalah “Tarbiyah”, dengan kata

kerja “rabba”. Adapun kata “Pengajaran” dalam bahasa Arabnya adalah

“ta’lim” dengan kata kerjanya “allama”. Pendidikan dan pengajaran

dalam bahasa Arabnya adalah “Tarbiyah Islamiyah”. Adapun Tujuan

pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah

mengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan

kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam

sekitarnya di mana individu itu hidup. (IAIN Jakarta,1982/1983:25)

c. Pengertian Pendidikan Islam

Secara umum dapat kita katakan bahwa Pendidikan Islam itu

adalah pembentukan kepribadian muslim. Dari satu segi kita melihat,

bahwa pendidikan islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan

sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi

keperluan diri sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan

islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Oleh karena itu

pendidikan islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal.

Dan karena ajaran islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku

pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan

bersama, maka pendidikan islam adalah pendidikan individu dan

pendidikan masyarakat.

Sementara itu M.Arifin, menyatakan bahwa pendidikan islam

(40)

atau kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan di alam sekitarnya.

(Arifin 1987: 15)

Seiring dengan sisi penting akhlak dan kepribadian mulia sebagai

inti pendidikan maka pendidikan islam, sebagaimana dinyatakan oleh

Syed Ali Ashraf dan Syed Sajjad Husein juga dapat dipahami sebagai:

(Roqib 2009:21)

Suatu pendidikan yang melatih jiwa murid-murid dengan cara

sebegitu rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan dan

pendekatan mereka terhadap segala jenis ilmu pengetahuan, mereka

dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual dan sangat sadar akan nilai etis

islam. Mereka dilatih dan mentalnya menjadi begitu berdisiplin sehingga

mereka ingin mendapatkan ilmu pengetahuan bukan semata-mata untuk

memuaskan rasa ingin tahu intelektual mereka atau hanya untuk

memperoleh keuntungan material saja, melainkan untuk berkembang

sebagai makhluk rasional yang berbudi luhur dan melahirkan

kesejahteraan spiritual, moral, dan fisik bagi keluarga, bangsa, dan

seluruh umat manusia.

Dari apa yang dinyatakan diatas maka pendidikan islam pada

hakikatnya menekankan tiga hal, yaitu: (1) suatu upaya pendidikan

dengan menggunakan metode-metode tertentu, khususnya metode latihan

untuk mencapai kedisiplinan mental peserta didik, (2) bahan pendidikan

yang diberikan kepada anak didik berupa bahan materil, yakni berbagai

(41)

hidup yang dilandasi nilai etis Islam, (3) tujuan pendidikan yang ingin

dicapai adalah mengembangkan manusia yang rasional dan berbudi

luhur, serta mencapai kesejahteraan masyarakat yang adil dan makmur

dalam rekuhan ridha Allah SWT. (Roqib 2009: 21)

d. Asas Pendidikan Islam

Islam mengatakan bahwa Al-qur’an adalah kalam Allah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril, Al-Qur’an

ini juga dipandang sebagai keagungan dan penjelasan, namun sering juga

disebut sebagai petunjuk dan buku. Al-Qur’an berisi segala hal mengenai

petunjuk yang membawa hidup manusia bahagia di dunia dan bahagia di

akhirat kelak. Kandungan yang ada didalam Al-Qur’an meliputi segala

hal sebagaimana difirman Allah “ Tidak kami luputkan dalam kitab itu

terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu.

tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, Kemudian kepada

(42)

Sebahagian Mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul

mahfudz dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan

(ditetapkan) dalam Lauhul mahfudz. dan ada pula yang menafsirkannya

dengan Al-Quran dengan arti: dalam Al-Quran itu Telah ada

pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan

pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan

kebahagiaan makhluk pada umumnya.

Jika tidak ada sesuatu yang luput dari catatan kitab Al-Qur’an ini

maka berarti Al-Qur’an berisi petunjuk segala sesuatu yang dengan jelas

dinyatakan dalam ayat lain “dank mi turunkan kepadamu kitab yang

menerangkan tiap-tiap sesuatu sebagai huda dan rahmat serta kabar

gembira bagi orang-orang yang berserah diri” (QS 16:89)

tPöqtƒur

Artinya: “ (dan ingatlah) akan hari (ketika) kami bangkitkan pada tiap-tiap

umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan kami datangkan kamu

(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan kami turunkan

kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk

(43)

Segala sesuatu ini banyak dipahami oleh para sarjana muslim

meliputi berbagai macam cabang ilmu pengetahuan itu menurut

Al-Qur’an harus dicari melalui analogi dan hadits Nabi SAW, yang

merupakan bagian dari syari’ah. Dengan demikian maka ilmu

pengetahuan itu menurut Al-Qur’an harus dicari melalui analogi dan

hadits nabi yang merupakan bagian dari syari’ah islam. Disini

pertimbangan-pertimbangan harus diteliti melalui kedua sumber

Al-Qur’an dan hadits tersebut yang secara nyata ditunjukkan melalui metode

qiyas.

e. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha

atau kegiatan selesai. Para ahli pendidikan telah member definisi tentang

tujuan pendidikan islam, di mana rumusan atau definisi yang satu

berbeda dari definisi yang lain. Meskipun demikian, pada hakikatnya

rumusan dari tujuan pendidikan islam adalah sama , mungkin hanya

redaksi dan penekananya saja yang berbeda. Abd ar-Rahman an-Nahlawi

berpendapat bahwa tujuan pendidikan islam adalah mengembangkan

pikiran manusia dan mengatur tingkah laku serta perasaan mereka

berdasarkan islam yang dalam proses akhirnya bertujuan untuk

merealisasikan ketaatan dan penghambaan kepada Allah di dalam

kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat. Definisi tujuan

(44)

menyatu dalam diri secara individual maupun sosial. (Rahman dan

Nahlawi 1992: 162)

Dalam hal ini, Zakiyah Daradjat mengemukakan:

Tujuan Pendidikan Islam adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang shaleh, teguh imannya, taat beribadah dan berakhlak terpuji. Bahkan keseluruhan gerak dalam kehidupan setiap muslim, mulia dari perbuatan, perkataan dan tindakkan apa pun yang dilakukan dengan nilai mencari ridha Allah, memenuhi segala perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya adalah ibadah. Maka untuk melaksanakan semua tugas kehidupan itu, baik bersifat pribadi maupun sosial, perlu dipelajari dan dituntun dengan iman dan akhlak terpuji. Dengan demikian, identitas muslim akan tampak dalam semua aspek kehidupannya. (Roqib 2009:31)

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan di atas maka secara

umum dapatlah dikatakan bahwa tujuan pendidikan islam adalah

pembentukan kepribadian muslim paripurna (kaffah). Pribadi yang

demikian adalah pribadi yang menggambarkan terwujudnya keseluruhan

esensi manusia secara kodrati, yaitu sebagai makhluk individual,

makhluk sosial, makhluk bermoral, dan makhluk yang ber-Tuhan. Citra

pribadi muslim seperti itu sering disebut sebagai manusia paripurna

(insan kamil) atau pribadi yang utuh, sempurna seimbang dan selaras

dengan pola takwa. Dalam hal ini ada beberapa tujuan pendidikan islam

yaitu tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara, dan tujuan

operasional. (IAIN Jakarta,1982/1983:28-31)

(45)

Tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan

pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu

meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah

laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum

pendidikan islam harus berkaitan pula dengan tujuan pendidikan

nasional negara tempat pendidikan islam itu dilaksanakan dan harus

dikaitkan pula dengan tujuan institutional lembaga yang

menyelenggarakan pendidikan itu. Tujuan umum tidak dapat dicapai

kecuali setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan,

penghayatan dan keyakinan akan kebenarannya. Tahapan-tahapan

dalam mencapai tujuan itu pada pendidikan formal (sekolah,

madrasah), dirumuskan dalam tujuan kurikuler yang selanjutnya

dikembangkan dalam tujuan instruksional.

b) Tujuan Akhir

Pendidikan islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan

akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula.

Tujuan akhir pendidikan islam itu dapat difahami dalam firman Allah

(Q.S Ali-Imran 102).

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah

sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu

(46)

Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dapat dianggap

sebagai tujuan akhirnya. Insan kamil yang mati dan akan menghadap

Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan islam.

c) Tujuan Khusus

Tujuan ini disebut juga dengan tujuan perasionalisasi tujuan

akhir dan tujuan umum. Tujuan khusus bersifat relatif sehingga

dikemungkinkan untuk diadakan perubahan jika diperlukan sesuai

dengan tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka

tujuan akhir dan umum. Dalam tujuan ini lebih banyak dituntut dari

anak didik suatu kemampuan dan ketrampilan tertentu.

f. Materi

Materi (atau bahan) dalam pedidikan Islam yaitu:

a. Aqidah

Aqidah dalam bahasa Indonesia menurut etimologi adalah ikatan

atau sangkutan. Disebut demikian, karena ia mengikat dan menjadi

sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Adapun dalam pengertian

teknis artinya adalah iman atau keyakinan. Karena itu aqidah islam

(aqidah islamiyah) ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas

seluruh ajaran islam. Kedudukannya sangat sentral dan fundamental,

karena seperti telah disebutkan diatas, mejadi asas dan sekaligus

(47)

titik tolak kegiatan seorang muslim. Akidah islam berawal dari

keyakinan kepada Zat Mutlak Yang Maha Esa yang disebut Allah.

Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan dan wujud-Nya sehingga itu

disebut dengan tauhid. Adapun tauhid disini menjadi inti rukun iman

dan selauruh keyakinan Islam. (Daud ali,2008:199)

Sehingga dari uraian diatas, tampak logis dan sistematisnya

pokok-pokok keyakinan islam dalam istilah rukun iman itu. Bahwasanya kalau

orang telah menerima tauhid sebagai keyakinan yakni asal yang

pertama, asal dari segala-galanya dalam keyakinan islam, maka rukun

iman-lah yang menjadi inti ketauhidan pada seorang muslim.

b. Syari’ah

Makna asal syari’at adalah jalan ke sumber (mata) air. Perkataan

syari’at (syari’ah) dalam bahasa Arab itu berasal dari kata syari’, secara

harfiah berarti jalan yang harus dilalui oleh setiap muslim. Menurut

Imam Syaifi’i dalam kitab beliau ar-Risalah, syari’at adalah

peraturan-peraturan lahir yang bersumber dari wahyu dan kesimpulan-kesimpulan

yang berasal dari wahyu itu mengenai tingkah laku manusia. Oleh

karena itu, dalam praktik makna syari’at lalu disamakan dengan fiqih.

(Daud ali, 2008:235)

Sebagian ketetapan Allah baik berupa larangan maupun dalam

bentuk suruhan, syari’at mengatur jalan hidup dan kehidupan manusia.

Dilihat dari segi ilmu hukum, syari’at adalah norma hukum dasar yang

(48)

berhubungan dengan Allah maupun berhubungan dengan sesama

manusia maupun benda dalam masyarakat. Adapun ilmu fiqih adalah

ilmu yang berusaha memahami hukum-hukum dasar yang terdapat

dalam al-Qur’an dan kitab-kitab Hadis. (Daud ali 2008:236-237)

Namun demikian untuk dapat memahaminya dengan baik dan

benar, dan untuk pengembangan hukum islam, arti kedua istilah itu

harus dibedakan. Secara sederhana hukum syari’at adalah semua

ketentuan hukum yang disebut langsung oleh Allah melalui firman-Nya

yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi dan dalam kitab-kitab

hadis. Sedangkan denga hukum fiqih adalah rumusan hukum yang

dihasilkan oleh ijtihad para ahli hukum islam. (Daud ali,2008:239)

c. Akhlak

Akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab akhlak,

bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis yang

bersangkutan dengan perubahan tingkah laku antara lain budi pekerti

pada manusia. Rachmat Djatnika, 1987:25 dalam perpustakaan akhlak

diartikan juga sikap yang melahirkan perbuatan, perilaku dan tingkah

laku mungkin baik mungkin buruk. Dala hal ini budi pekerti juga

berarti yang lebih dalam lagi karena mengenai sifat dan watak yang

dimiliki seseorang, sifat dan watak yang telah melekat pada diri pribadi,

telah menjadi kepribadiannya. (Daud ali,2008:34-37)

Asmaran (1994) menyatakan akhlak terhadap makhluk dapat dibagi

(49)

menjadi dua yaitu akhlak terhadap diri sendiri dan akhlak terhadap

orang lain semisal terhadap Rasulullah, orang tua, tetangga dan

masyarakat. 2. Akhlak terhadap bukan manusia juga dapat dipecah

menjadi dua yaitu: akhlak terhadap makluk hidup bukan manusia misal,

terhadap flora dan faona dan akhlak terhadap makhluk (mati) bukan

manusia misal, akhlak terhadap tanah, air, udara dan sebagainya. (Daud

ali,2008:352)

g. Pelaksanan Tri Pusat Pendidikan

Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan

mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan

sama sekali, mustahil suatu kelompok manusia dapat berkembang

sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan

bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Adapun

pengertian Tri Pusat Pendidikan adalah tiga pusat yang

bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak

yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat yaitu:

(http,:\\pendidikanislam 08-08-2012)

Pertama, keluarga atau bisa disebut dengan orang tua

merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak, karena

dari orang tua dan keluargalah anak mula-mula menerima

pendidikan. kita telah merasakan keluarga merupakan lembaga

pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat karena

(50)

dewasa. Batas dan bicara pendidikan didalam keluarga akan selalu

mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti,

dan kepribadian tiap-tiap manusia, pendidikan yang diterima dalam

keluarga inilah yang akan di gunakan oleh anak sebagaidasar untuk

mengikuti pendidikan selanjutnya disekolah. Orang tua mempunyai

tugas dan tnggung jawab dalam keluarga terhadap pendidikan

anak lebih bersikap menentukan ; watak budi pekerti, latihan

ketrampilan, pendidikan kesosialan. Selain dari pada itu

penanaman nilai-nilai pancasila, nilai-nilai keagamaan dan

kepercayaan kepada allah di mualai dalam keluarga.

(http,:\\tripusatpendidikan08-08-2012)

Kedua, Sekolah didalam dunia pendidikan istilah sekolah

sudah sangat lazim. Sekolah merupakan salah satu pusat

pendidikan yang diharapkan bisa mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi

pekerti luhur,memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan

jasmani dan rohani,kepribadian mantap dan mandiriserta tanggung

jawab kemasyrakatan dan kebangsaan (UU No.2 tahun 1989,

tentang Sistam Pendidikan Nasional).

Ketiga, Masyarakat apabila dilihat dari konsep sosiologi

adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam suatu

(51)

pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan baanyak orang dengan

berbagai ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan

sampai pada yang berpendidikan tinggi. Ia adalah laboratorium

besar tempat para anggotanya mengamalkan semua

keterampilan yang dimilikinya. Di lihat dari lingkungan

pendidikan, masyarakat disebut lingkungan pendidikan non

formalyang memberikan pendidikan secara sengaja dan berencana

kepada seluruh anggotanya, teteapi tidak sistematis. Secara

fungsional masyarakat menerima semua anggotanya yang

pluralistik (Majemuk) itu dan mengarahkan menjadi anggota

masyarakat yang baik untuk tercapainya kesejahteraan sosial para

anggotaqnya yaitu kesejah teraan mental spiritual dan fisikal atau

kesejah teraan lahir dan batin. Kalau dilembaga pendidikan

pendidikannya adalah guru. Maka kalau di masyarakat yang

menjadi pendidikannya adalah orang dewasa yang bertanggung

jawab trehadap pendewasaan anggotanya melalui sosialisasi

lanjutan yang diletakan dasar-dasar oleh keluarga dan juga sekolah

sebelum mereka masuk kedalam masyarakat. Masing-masing

anggotanya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab baik

secara sendiri-sendiri atau secara bersama melalui institusi atau

lembaga yang dipimpinnya. (http,:\\tripusat pendidikan

(52)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Paparan Data

1. Gambaran Umum Lokasi

Desa Nyatnyono adalah sebuah desa yang terletak diprovinsi Jawa

Tengah, Kab.Semarang, Kec. Ungaran Barat Indonesia. Desa ini juga

terdapat makam Waliyulloh yang bernama Kyai Hasan Munadi sehingga

banyak orang yang berdatangan untuk berziarah dan meminta barokah.

Beliaulah yang menyebarluaskan agama islam di desa Nyatnyono tersebut

dan beliaulah yang memberi nama desa dengan sebutan desa Nyatnyono

yang artinya dari istilah jawa “lagi menyat wis ana”, artinya baru bangun

sudah ada. Dan desa ini juga terdapat air keramat yang dinamakan dengan

Sendang Keramat, yang dimana air tersebut bisa digunakan obat berbagai

jenis penyakit. Air Sendang Keramat tersebut terletak disebelah kiri atau

utara makam Waliyulloh, sehingga para ulama menyatakan air tesbut

merupakan sebagian kecil karomah Waliyulloh.

2. Batas-batas Administrasi

Desa Nyatnyono berbatasan dengan sebelah utara Desa Lerep,

sebelah timur Desa Kel. Genuk, sebelah barat PTP Sebigo, dan sebelah

selatan dengan Desa Gogik.

Adapun secara Administrasi Desa Nyatnyono dibagi menjadi

(53)

Dusun Krajan, Dusun Siroto, Dusun Sendang Putri, Dusun Sendang Rejo

dan Dusun Branggah. Adapun masing-masing terdiri dari :

a. Dusun Ngaglik atau RW. I terdiri dari 3 RT

b. Dusun Gelap atau RW. II terdiri dari 3 RT

c. Dusun Sipol atau RW III terdiri dari 2 RT

d. Dusun Krajan atau RW IV terdiri dari 6 RT

e. Dusun Siroto atau RW V terdiri dari 6 RT

f. Dusun Sendang putri atau RW VI terdiri dari 2 RT

g. Dusun Sendang Rejo atau RW VII terdiri dari 7 RT

h. Dusun Branggah blanten atau RW VII terdiri dari 6 RT

3. Kependudukan

Jumlah Penduduk WNI di Desa Nyatnyono sampai dengan

akhir 31 Desember 2011 sebanyak 9.290 Jiwa terdiri dari 988 KK

dan 913 Perumahan, dengan dibedakan Jenis kelamin antara lain :

- Laki – laki : 4.795 Jiwa

- Perempuan : 4.495 Jiwa

- Jumlah : 9.290 Jiwa

Adapun luas dan batas wilayah Desa Nyatnyono merupakan

salah satu Desa di wilayah Kecamatan Ungaran yang mempunyai

wilayah + 425 Ha yang terdiri dari:

- Tanah sawah & Ladang : 15.5 Ha

- Tanah untuk pemukiman : 67 Ha

(54)

- Bamgunan Umum : 7.4 Ha

- Jalan, makam, dan lain-lain : 28 Ha

- Lain – lain : 63 Ha

4. Geografi

Secara Geografis Desa Nyatnyono Kec. Ungaran Barat Kabupaten

Semarang terletak dilereng Gunung Ungaran atau sebelah Barat Kota

Ungaran, dengan ketinggian berkisar + 600 s/d 800 meter diatas

permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 24 0C – 280 C, Tipologi

tanahnya berbukit sedang dan sebagian dataran. Disamping itu keadaan

tanahnya merupakan tanah yang sebagian besar untuk kegiatan pertanian

dan sisanya untuk tanaman budidaya. Desa Nyatnyono boleh dikatakan

cukup subur, kesuburan ini terutama karena sifat tanahnya yang

berhumus, bebatuan serta didukung ketersediaan air yang cukup. Potensi

ini yang akhirnya menghijaukan daerah atau wilayah Desa Nyatnyono dan

sekitarnya.

5. Latar Belakang Adanya Tradisi Sedekah Desa Di Nyatnyono

Ditengah tantangan yang semakin besar pada masa kini dan masa

yang akan datang, peranan islam sebagai tenaga pendorong yang memberi

makna dan orientasi kehidupan pemeluknya sangat diperlukan, lebih dari

masa-masa sebelumnya.

Dilihat dari pandangan ini, Nampak bahwa kebudayaan adalah inti

pengembangan kehidupan manusia, karena kebudayaan merupakan tenaga

(55)

setiap upaya pembangunan manusia hendaknya berpijak pada landasan

realitas budayanya. Kesenian dan tradisi yang beraneka macam lebih

banyak yang harus dihadapi, yang memang merupakan suatu keharusan

dalam kehidupan umat manusia. Sama halnya dengan tradisi sedekah desa

yang sudah berkembang dan menjadi tradisi kebudayaan orang jawa yang

ada sejak zaman dahulu.

Adapun yang melatar belakangi adanya tradisi sedekah desa tidak

ada bahwasannya tradisi tersebut telah dilaksanakan secara turun temurun

dan tidak diketahui asal usul serta awal mulai dilaksanakannya. Perayaan

ini biasa dilaksanakan penduduk Desa Nyatnyono setiap tahun sekali

bertepatan pada bulan syawal dan acara tersebut berlangsung selama tiga

hari. Diadakannya tradisi tersebut bertujuan untuk nyelameti desa agar

desa tersebut menjadi tentram, sejahtera, harmonis, selaras dan seimbang.

(Bpk. Sutoyo, 14-05-2012)

Upaya manusia juga untuk menjaga kelestarian desa tersebut.

Adapun penyelenggaraan upacara tradisi tersebut pada umunya bertujuan

untuk menghormati, mensyukuri pemberian Tuhan mohon keselamatan

kepada Tuhan melalui arwah leluhur atau nenek moyang atau kepada

kekuatan-kekuatan Illahi yang lain.

B. Temuan Penelitian

1. Sedekah Desa

Sedekah desa merupakan upacara adat yang dimana turun temurun

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, faktor-faktor kebertahanan dalam proses transformasi nilai-nilai kearifan lokal paketan sebagai upaya menjaga dan melestarikan

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, faktor-faktor kebertahanan dalam proses transformasi nilai-nilai kearifan lokal paketan sebagai upaya menjaga dan melestarikan

Diharapkan masyarakat juga memiliki kesadaran untuk senantiasa menjaga dan melestarikan Kesenian Lokal yang menjadi warisan turun temurun dari nenek

“Bagaimana merancang buku infografis sejarah dan aplikatif Tari Remo Surabayan, sebagai upaya menjaga dan melestarikan budaya lokal Surabaya ?”..

Tradisi ataupun budaya yang ada dalam suatu wilayah secara tidak langsung akan membiasakan masyarakat untuk menjaga dan melestarikan budaya yang telah dimilikinya,

Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang sangat cinta akan budaya leluhur, keseriusan dalam menjaga dan melestarikan suatu tradisi warisan leluhur dirasa sudah menjadi

Untuk masyarakat Desa cikakak agar tetap menjaga dan melestarikan tradisi Jaro Rojab yang berkaitan dengan budaya sesuai dengan ajaran Islam agar pemaknaan dari sebuah tradisi tetap

Upaya pemeliharaan dan pembangunan budaya yang dilakukan oleh keraton memiliki dampak positif yang signifikan, termasuk dalam melestarikan tradisi, menjaga pengetahuan budaya,