• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Kondisi Geografi Dan Luas Wilayah Desa Senakin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PEMBAHASAN. 1. Kondisi Geografi Dan Luas Wilayah Desa Senakin"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

19 BAB IV

PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Desa Senakin

1. Kondisi Geografi Dan Luas Wilayah Desa Senakin

Desa Senakin adalah salah satu dari 14 desa, 69 dusun, dan 13 ketemanggungan (wilayah adat) di kecamatan Sengah Temila yang berada di wilayah kabupaten Landak dengan Tripologi wilayah atas tanah dataran bergelombang, hutan, perkebunan, tanah gambut, rawa, persawahan, danau dan tanah kering. Desa Senakin kecamatan Sengah Temila kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah ± 16, 192,98 Ha, jarak desa dengan kecamatan adalah ± 16 km. Jarak desa Senakin dengan ibu kota kabupaten Ngabang adalah ±57 Km. Ada pun batas-batas wilayah lokasi penelitian:

 Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Menyuke  Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Sebangki  Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Ngabang  Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Mandor 2. Keadaan Iklim dan Curah Hujan

Iklim dan curah hujan di Daerah Sengah Temila seperti umumnya daerah tropis di Indonesia. Panas rata-rata mencapai pada siang hari antara 270C sampai dengan 290C1 seperti temperatur rata-rata daerah khatulistiwa. Sedangkan curah hujan selama satu tahun ini keadaannya baik.

(2)

20 Wilayah kecamatan Sengah Temila merupakan lahan yang subur karena teletak di dataran tinggi. Tanahnya merupakan jenis tanah yang cocok untuk dijadikan lahan pertanian, hal itu dapat menjadikan pertanian maupun perkebunan cukup berkembang untuk semua jenis tanaman maupun bahan pangan.

3. Data penduduk Desa Senakin menurut Agama Tabel 1.1

Struktur Pemeluk Agama

Agama Jumlah Total

Kristen Katolik 4.748

Kristen Protestan 1.470

Islam 403

Budha 216

Hindu 7

Sumber : Registrasi penduduk tahun 2011 desa Senakin kecamatan Sengah Temila

Dalam kehidupan sehari-hari desa Senakin diwarnai dengan berbagai kegiatan keagamaan. Masyarakat suku dayak khususnya di desa Senakin terdapat beberapa agama sebagai kepercayaan masyarakat diantaranya ialah, kristen katolik, kristen protestan, islam, budha, dan hindu. Kebanyakan masyarakat desa Senakin menganut agama Kristen Katolik karena sebelum masuknya agama lain, masyarakat desa

(3)

21 Senakin sudah mengenal agama Kristen Katolik. Selebihnya masyarakat memeluk agama Islam, Kristen Protestan, Budha dan Hindu. Hal ini ditunjang dengan adanya sarana peribadatan yang memadai yaitu mesjid 2 buah, gereja katolik 8 buah, gereja prostestan 7 buah dan vihara 2 buah.

Sejak tahun 1835 agama Kristen Protestan masuk ke Kalimantan. Agama ini disebarkan oleh seorang misionaris berkebangsaan Jerman bernama Barnstein ke masyarakat Dayak.

4. Jumlah penduduk desa Senakin Kecamatan Sengah Temila menurut jenis kelamin

Tabel 1.2

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan Total Jumlah Penduduk

Jumlah: 3.503 3.341 6.844

Sumber : registrasi penduduk tahun 2011 desa Senakin

Jumlah penduduk desa Senakin berdasarkan hasil pendataan terakhir pada bulan Agustus 2012 berjumlah 6.844 jiwa yang terdiri dari jumlah kepala keluarga 1.638 (KK).Dengan jumlah kepala keluarga miskin/rumah tangga yang mendapatkan bantuan di desa Senakin adalah 1.336 KK.

Berdasarkan tabel di atas mengenai jumlah kepala keluarga menurut data penduduk sejahtera antara lain, penduduk pra sejahtera

(4)

22 terdapat 668 KK, penduduk sejahtera I adalah 480 KK, sejahtera II adalah 315 KK, penduduk sejahtera III adalah 175 KK.

5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur Tabel 1.3

Jumlah Penduduk Desa Senakin Menurut Umur

Kelompok Umur Jumlah Penduduk Jumlah L P 0-5 310 309 619 6-12 1.493 1.488 1.060 13-16 815 811 1.626 17-40 1.492 1.491 2.982 40+ 279 278 557 Jumlah 6.844

Sumber: registrasi penduduk tahun 2011 desa Senakin kecamatan Sengah Temila

Dari tabel tersebut di atas mengenai jumlah penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat bahwa nampak jumlah penduduk desa Senakin 3.305, merupakan penduduk usia produktif, sedangkan sisanya 3.539, merupakan penduduk non produktif.

6. Penduduk berdasarkan pendidikan

Pendidikan penduduk Desa Senakin tergolong meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya hal ini terlihat di desa

(5)

23 tersebut terdapat: 9 orang lulusan S2, 342 orang lulusan S1, 1.026 orang lulusan D2/D3, 2.053 orang lulusan SMA/Sederajat, 2.053 orang lulusan SMP,dan 1.361 orang lulusan SD. Di samping menempuh pendidikan umum, terdapat penduduk yang memiliki pendidikan khusus seperti pondok pesantren, kursus keterampilan dan lain-lain. 7. Mata pencaharian penduduk

Tabel 1.4

Mata pencaharian penduduk tampak dalam tabel berikut ini: No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Tani 4.810 2 PNS 126 3 TNI/Polri 12 4 Pengusaha 72 5 Swasta 1.200 6 Pensiunan PNS 320 Jumlah 6.540

Sumber: registrasi penduduk tahun 2011 desa senakin

Mata pencaharian utama masyarakat desa Senakin adalah petani sawah dan karet (80%), sedangkan sebagian kecil lainnya adalah pegawai negeri sipil (PNS), wiraswasta, dan pedagang. Diluar kegiatan bertani, masyarakat desa Senakin juga bertenak.

Masyarakat desa Senakin untuk mengisi waktu-waktu luang juga dilatih keterampilan mengerjakan kerajinan tangan yaitu

(6)

24 membuat anyaman-anyaman berupa bakul, tikar dan lain sebagainya. Material yang digunakan adalah daun pandan dan rotan jenis kerajinan tangan tersebut di atas umumnya dibuat oleh wanita. Sedangkan jenis kerajinan yang dibuat oleh laki-laki adalah kerajinan besi berupa mandau, tangkin, sumpit, dan lain-lain. Kerajinan kayu dan batu pada umumnya untuk membuat patung-patung. Hasil kerajinan itu digunakan sebagai bahan-bahan dalam acara adat dan ritual dan dapat juga dijual-belikan untuk menambah penghasilan keluarga.

Secara khusus sektor perternakan telah menjadi bagian erat dari kebudayaan masyarakat Dayak. Pola perternakan masyarakat desa Senakin disesuaikan dengan hamparan padang savana. Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan jumlah ternak besar dipelihara penduduk desa Senakin dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel. 1.5

Pertenakan dan Populasi Ternak Besar

Jenis Ternak Populasi Ternak

Sapi 150

Kambing 157

Babi 674

Ayam 5000

(7)

25 Berdasarkan tabel.1.5 nampak bahwa jenis ternak ayam yang populasinya sangat tinggi karena ayam merupakan ternak yang bisa dijadikan penunjang dalam kebutuhan perokonomian masyarakat. Ayam bagi masyarakat dapat dijadikan usaha pertenakan ayam yang nantinya dapat dijual di pasar-pasar, sehingga populasi ayam sangat tinggi dan masyarakat banyak yang bertenak ayam.

B. Masyarakat Dayak Kanayatn

Salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia adalah masyarakat etnik Dayak. Masyarakat Dayak Kanayatn yang merupakan salah satu dari 405 sub suku Dayak yang bermukim di Kalimantan Barat, tepatnya di daerah kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, serta Kabupaten Bengkayang, sebagian kecil di kabupaten Ketapang serta kabupaten Sanggau. Suku bangsa, suku Dayak memiliki kebudayaan dan adat istiadat tersendiri tidak sama dengan suku bangsa lainnya. Adat istiadat yang hidup di dalam masyarakat Dayak merupakan unsur terpenting, karena akar dan identitas bagi manusia Dayak.

Suku bangsa Dayak sebagai masyarakat hukum adat yang mempunyai hubungan yang erat dengan lingkungan hidupnya. Mereka sering dipengaruhi oleh alam pikiran relegio magis. Relegio magis/sakral artinya percaya pada kekuatan gaib (magis) sebagai sesuatu kekuatan yang menguasai alam semesta dan seisinya dalam keadaan kesinambungan. Karena itu, setiap masyarakat hukum adat pada dasarnya merasa wajib

(8)

26 untuk senantiasa turut menjaga dan mempertahankan keadaan kesinambungan alam yang terwujud berkat adanya kekuatan gaib. Kepala suku di masyarakat Dayak Kanayatn sangatlah dihormati dan ramah karena pada saat itu kekuasan tertinggi adalah kepala suku.

Dalam kehidupan Dayak Kanayatn, sudah sejak lama meyakini bahwa kosmos diciptakan Jubata. Jubata adalah Maha Pencipta, dan Pemelihara segala sesuatu yang ada di alam nyata maupun di alam maya.Masyarakat Adat Dayak Kanayatn sangat yakin bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini berasal dari Jubata. karena itu dikalangan masyarakat adat Dayak Kanayatn Jubata sangat dihormatai, dimuliakan dan diagungkan. Jubata diyakini sebagai yang sangat baik, sangat murah hati, sangat adil, tetapi tidak segan untuk menghukum perbuatan-perbuatan yang jahat. Jubata-lah yang menciptakan dunia dan segala isinya.

Bagi masyarakat suku Dayak Kanayatn untuk dapat mengerti dan paham sosok jubata secara jelas bukanlah sederhana, perlu waktu yang cukup banyak karena tidak dapat dipisahkan dan sangat erat sekali kaitannya dengan adat, mithe-mithe tentang kejadian alam semesta.

C. Sejarah Tangkin

Masyarakat suku Dayak di pulau Kalimantan mengenal berbagai macam senjata yang biasa digunakan untuk berburu dan berperang pada zaman dahulu. Beberapa jenis senjata tradisional tersebut diantaranya sumpitan, tombak, perisai, mandau dan dohong. Masing-masing suku memiliki senjata khas tersendiri, seperti suku Dayak Kanayatn yaitu

(9)

27 Tangkitn. Tangkin adalah benda pusaka dan dianggap sebagai benda keramat, tangkitn secara turun temurun diwariskan oleh nenek moyang.

Tangkitn merupakan salah satu senjata utama dari sekitar banyak jenis senjata tradisional khas Suku Dayak Kanayatn. Tangkitn adalah senjata yang dipakai oleh kaum lelaki digunakan untuk mengayau. Pada zaman dulu tradisi mengayu menjadi suatu kepercayaan bagi masyarakat Dayak untuk mempertahankan dirinya dari serangan musuh, sehingga Tangkitn yang sering digunakan untuk mengayau adalah sangat keramat. Karena Tangkitn merupakan salah satu senjata yang dikeramatkan oleh masyarakat Dayak, maka dalam proses pembuatannya pun tidak bisa sembarangan, melainkan harus ditempa siang dan malam hari secara bergantian selama satu minggu sampai biji besi itu melebur. Sebagai senjata keramat, tangkitn biasanya selalu disimpan di tempat khusus. Tangkitn tidak digunakan secara sembarangan mengingat fungsionalitasnya dalam setiap upacara adat merupakan salah satu prasyarat. Ia tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti alat untuk memotong kayu, menebas semak dan lain-lain.

Tangkitn adalah sejenis parang yang dibuat dari besi. Bagian hulunya melengkung dan pada ujung bertampuk kuningan. Tangkitn yang bentuk hulunya menyerupai salib oleh masyarakat Dayak disebut tangkitn perempuan, sedangkan tangkitn yang tidak terdapat tonjolan polos disebut tangkitn laki-laki. Alas pegangan hulu tangkitn laki-laki biasanya dilapis dengan lilitan kain merah karena letak kekuatan magis Tangkitn terletak

(10)

28 pada lilitan kain merah tersebut, konon cerita pada lilitan kain merah tersebut empu memasukkan kekuatan magis selain itu kain merah juga melambangkan keberanian. Sarung tangkitn dibuat dari kayu tipis dan pipih yang dililit dengan gelang rotan dan diperkuat dengan plat kuningan. Kadang-kadang ada tangkitn yang sarungnya diukir dengan motif yang disesuaikan dengan selera pemiliknya. Tangkitn selain dipergunakan sebagai senjata untuk mempertahankan diri juga dipakai oleh penari laki-laki dalam acara tarian adat. Alat ini hanya dapat dijumpai pada masyarakat Dayak di Pontianak, Kalimantan Barat.

Tangkitn merupakan simbol dari sebuah kekuasaan. Kekuasaan tersebut terkait erat dengan mitologi Dayak bahwa semakin banyak kepala musuh yang dipenggal, maka akan semakin tinggi status sosial seseorang yang disebut sebagai mamut menteng (orang yang memiliki kekuatan). Seseorang yang mamut menteng dapat secara aklamasi menjadi seorang pemimpin. Hal ini bukan tanpa dasar mengingat kegigihannya dalam membela komunitas sukunya agar selamat dari berbagai serangan yang memusnahkan. Kegiatan kayau-mangayau (saling bunuh dengan penggal kepala) adalah sebuah pertarungan mempertahankan entitas dan eksistensi. Kesemuanya tidak dilakukan tanpa dasar, melainkan karena persoalan politik kekuasaan dan pertahanan eksistensi dan jatidiri yang terancam. Berkaitan dengan fungsi utama sebagai senjata perang di masa lalu, tangkitn warisan leluhur diyakini suku Dayak sebagai penjelmaan diri sang empunya. Artinya, ia dapat menjelma secara fisik di tengah-tengah

(11)

29 peperangan atau sebaliknya, tidak kasat mata (nonvisual) sehingga dikenal dengan “tangkitn terbang”. Ia bisa dikontrol oleh yang empunya untuk melakukan serangan balasan, jadi hanya bersifat reaktif atas sesuatu yang terjadi. Ia tidak bersifat aktif dan agresif. Bagi masyarakat suku Dayak, tangkitn menyisakan sejuta misteri yang tak terpecahkan hingga kini. Konon di masa lalu sebuah tangkitn seolah memiliki aura, seolah sesuatu yang dapat dipelihara, disuruh atau tunduk atas kekuasaan pemiliknya. Ia seolah dapat menjadi „kawan‟ yang sangat patuh dan sangat jarang mencelakai „tuannya‟.

D. Makna Tangkin Bagi Masyarakat

Tangkitn bagi masyarakat Dayak memiliki makna yang sangat magis dan memiliki nilai situs budaya sekaligus sebagai benda pustaka. Tankitn bagi masyarakat suku Dayak Kanayatn merupakan senjata yang disakralkan, Tangkitn memiliki makna yang sangat magis karena pada zaman dulu Tangkitn digunakan sebagai senjata pertahanan diri pada saat perang/mengayau (memotong kepala musuh atau lawan). Kekuatan Tangkitn terdapat pada kain merah yang dililitkan pada gagang, selain itu juga terdapat logam kuningan. Tangkitn juga sebagai simbol status sosial seseorang yang sangat berpengaruh karena tidak sembarang orang yang bisa memiliki senjata Tangkitn, khusus orang yang memiliki ilmu tinggi (magis) dan orang dari keturunan bangsawan. Tangkitn juga sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena Tangkitn merupakan unsur yang dapat menyelamatkan manusia menjelang kematian.

(12)

30 Diceritakan bahwa ketika pada zaman kayo (memotong kepala lawan) tradisi ini secara turun temurun dilakukan oleh masyarakat Dayak untuk memperlihatkan suatu ilmu/magis/kekuatan yang dimiliki orang tersebut.

Tangkitn Dayak juga dipercaya sebagai sebuah kegiatan sakral yang selalu dihubungkan dengan berbagai aspek kebudayaan, seperti mempertahankan diri juga dipakai oleh penari dalam acara tarian adat. Tangkitn memang dikenal luas di kalangan masyarakat dayak, seperti dayak Iban, Ngaju, Kayan dan sebagainya. Tetapi dalam pembahasan mengenai Tangkitn kali ini dibatasi hanya pada Tangkitn Suku Dayak Kanayatn.

Makna Tangkitn pada masyarakat Dayak dimasa lampau merupakan simbol fisik yang secara langsung memperlihatkan strata atau tingkat (status sosial) seseorang dalam masyarakat. Tingkat status sosial dalam masyarakat suku Dayak Kanayatn digolongkan masyarakat tingkat atas dan menengah. Golongan yang termaksud tingkat atas adalah orang-orang yang memiliki ekonomi tinggi seperti para bangsawan (kepala adat), dimana pada zaman dulu orang-orang bangsawan sangat dihormati. Sedangkan orang-orang tingkat menengah adalah orang-orang yang memiliki ekonomi rendah seperti para petani dan buruh.

Bentuk senjata ini mirip dengan parang. Karena pentingnya peranan Tangkitn oleh masyarakat Dayak, maka Tangkitn dilambangkan sebagai pioner atau perintis dalam perjuangan sehari-hari untuk menumpas, memotong, membersihkan, meratakan, serta mencegah dari

(13)

31 rintangan dan halangan yang dihadapi, baik bahaya yang datang dari dalam maupun dari luar. Sejarah mencatat bahwa Tangkitn yang asli dibuat dari besi yang dilebur secara khusus oleh orang yang ahli, dengan hulunya yang melengkung, dimana pada kedua ujungnya terdapat kuningan.

Pada dasarnya, jenis-jenis Tangkitn pada semua masyarakat Dayak memiliki bentuk yang sama.Tangkitn adalah sejenis parang yang dibuat dari besi. Bagian hulunya melengkung dan pada ujung bertampuk kuningan. Tetapi ada sedikit perbedaannya jika dilihat dari hulunya (gagang), yaitu Tangkitn yang hulunya diberi sedikit tonjolan menyerupai salib oleh masyarakat setempat disebut Tangkaitn perempuan sedangkan Tangkitn yang tidak terdapat tonjolan (yang polos) disebut Tangkitn laki-laki. (Abdul Kahar, dkk, 1997:8)

Gambar : Tangkitn laki-laki Gambar: Tangkitn Perempuan

Alas pegangan hulu (gagang) pada Tangkitn biasanya dilapis dengan lilitan kain merah, itu bertanda melambangkan keberanian. karena sakral Tangkitn ini tidak tajam dan tidak diasah.

Tangkitn merupakan senjata sakti pusaka suku Dayak ini dipercayai memiliki tingkat-tingkat keampuhan atau kesaktian. Kesaktian

(14)

32 Tangkitn ini tidak hanya diperoleh dari proses pembuatannya yang melalui ritual-ritual tertentu, tetapi juga diperoleh dari pengayauan (pemenggalan kepala lawan). Semakin banyak orang yang berhasil di-kayau, Tangkitn itu semakin sakti. Sebagian rambut kepala yang berhasil dikayau biasanya digunakan untuk menghias gagang mandaunya Tangkitn. Mereka percaya bahwa roh orang yang mati karena dikayau akan mendiami Tangkitn, sehingga Tangkitn tersebut menjadi sakti.

Diperkirakan pada abad 18 SM, makna Tangkitn di masyarakat suku Dayak Kanayatn masih sangat sakral dan dalam penggunaannya pun bukan sembarangan orang. Tangkin bagi mereka bukan hanya sebatas hiasan rumah apa lagi supaya dianggap hebat, karena Tangkitn memiliki kekuatan supranatural yang paling tinggi, yang paling berkuasa dan itulah Tuhan yang Maha Esa. Saat ini masih banyak Dayak yang percaya akan benda-benda bertuah, dukun dan arwah (nenek moyang/leluhur) sehingga tak heran sebagian masyarakat Dayak masih percaya pada hal-hal yang bersifat mistisisme dan bagi mereka suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan mereka sehari-hari. Masyarakat dayak Kanayatn yang pada waktu itu masih sering melakukan yang dinamakan Kayau (memotong kepala lawan/musuh) hal ini sering terjadi antara suku.

E. Pergeseran Makna Tangkitn

Menurut Charles Hose dan William Macdougall (2006:211) dan mempublikasikan masyarakat dayak pada tahun 1912 dalam buku mereka yang berjudul The Pagan Tribes Of Borneo dalam buku ini

(15)

33 menggambarkan bagaimana kehidupan masyarakat Dayak zaman dulu yang hidup dalam keterasingan. Hose dan Macdougall, bahwa menjelang tahun 1990-an banyak antropolog (etnolog) yang mengadakan penelitian dipulau Kalimantan. Beberapa dari mereka tertarik dengan berbagai ritual tradisional, kesenian, dan ilmu pengetahuan yang salah satu didalamnya terdapat praktik pembuatan Tangkitn.

Berbicara mengenai Tangkitn maka akan membahas pula mengenai salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia. Tidak semua suku Dayak Kanayatn memiliki senjata Tangkitn karena yang memiliki Tangkitn adalah seseorang yang memiliki ilmu tinggi. Tangkitn merupakan senjata tradisional masyarakat suku Dayak di Kalimantan Barat yang fungsinya sebagai senjata pertahanan diri dan berperang. Tangkitn digunakan oleh masyarakat Dayak untuk berperang atau mengayau (memotong kepala lawan). Keberadaan Tangkitn pada saat ini mulai punah karena masyarakat Dayak Kanayatn menganggap bahwa Tangkitn hanyalah mitos. Tangkitn saat ini digunakan sebagai senjata pajangan atau hiasan rumah dan sebagai media untuk menyambut tamu pada acara-acara adat (Yohanes 60 tahun)

Menurut masyarakat suku Dayak Kanayatn dalam kehidupannya sangat erat sekali dengan alam karena ia percaya alam juga dapat membantu dalam segala hal seperti Tuhan yang diakui oleh manusia dimana sumber keselamatan bagi semua umat manusia. Namun pada perkembangannya dewasa ini, pembuatan Tangkitn lebih cenderung dan

(16)

34 terfokus sebagai benda cindera mata. Sudah jarang empu yang membuat tangkitn pesanan seseorang yang membutuhkan untuk senjata andalan. Selain itu tangkitn buatan sekarang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan pasar. Sehingga bahan yang dipakai pun hanya asal-asalan saja dan sudah tidak terdiri dari bahan baku Tangkitn. Adapun cara membuat Tangkitn tidaklah sembarangan butuh keahlian khusus. Tangkitn harus ditempa siang dan malam secara bergantian selama satu minggu sampai bijih besi itu melebur. Bahan Tangitn pada zaman dulu biji besi dari pegunungan Muler. Tangkitn inilah yang oleh masyarakat Dayak diyakini memiliki nilai tinggi (magis) dan dijadikan sebagai senjata perang. Sedangkan Tangkitn yang besinya dari bahan besi biasa digunakan untuk berladang dan memotong kayu.

Dimasa kini ditengah arus globalisasi budaya yang serba modern Tangkitn sebagai benda budaya yang hampir memudar sudah banyak ditinggalkan dengan berbagai alasan:

1. Masyarakat suku Dayak Kanayatn yang sangat erat dengan lingkungan dipengaruhi oleh alam pikiran religio magis/sakral percaya pada kekuatan gaib sebagai suatu kekuatan yang menguasai alam semesta. Mereka menganggap pengetahuan atau tanda-tanda atau simbol-simbol tertentu dalam kehidupan adalah hal yang wajar.

Bagi orang Dayak berkomunikasi dengan gaib maupun alam nyata merupakan suatu hal yang biasa karena mereka memelihara pengetahuan dan kepercayaan pada tanda-tanda alam dan

(17)

simbol-35 simbol yang dapat menimbulkan keajaiban dalam suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan mereka. Sehingga pada zaman dulu masyarakat suku Dayak Kanayatn belum begitu mengerti pentingnya pendidikan bagi mereka berpikir masih primitif. Pengetahuan mereka terbatas dimana pengtahuan itu tentang alam fauna yaitu merupakan pengetahuan dasar bagi suku dayak kanayatn yang hidup dari berburu.

Jaman dahulu, sebelum pendidikan masuk hingga ke pelosok pemukiman tempat Suku Dayak berada, maka kebanyakan masyarakat Dayak melakukan usaha berupa menggarap lahan disekitar tempat tinggal mereka. Suku Dayak menanami lahan kebunnya dengan padi enam bulanan, jenis padi empat bulanan, dan juga tanaman penghasil buah misalnya singkong, ubi jalar, dan pisang. Karena kondisi tanah di Kalimantan yang lapisan humusnya tipis, maka cepat sekali lahan perkebunan Suku Dayak kehilangan kesuburan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kesuburan tanah, mereka kerap membakar lahan merekam lantas membuka lahan baru. Dalam menunggu masa panen dari lahan dan kebun mereka, biasanya matapencaharian Suku Dayak pedalaman adalah berburu di hutan atau mencari ikan di sungai. Berbagai hewan buruan seperti babi hutan, burung, dan hewan lainnya dapat menjadi makanan sehari-harinya. Saat ini, karena pendidikan yang sudah banyak masuk ke kalangan mereka, maka pola berburu mulai berubah menjadi beternak. Biasanya hewan ternak mereka adalah babi, dan juga ayam. Selain untuk bahan makanan, babi juga

(18)

36 merupakan binatang yang sering digunakan dalam berbagai upacara adat tradisional Suku Dayak.

Seiring perubahan zaman di modern ini masyarakat suku Dayak Kanyatn sudah mulai mengenal pendidikan sehingga mereka merasa bahwa makna Tangkitn hanya sebagai mitos. Bahkan sekarang ini banyak para generasi muda di suku Dayak Kanayatn jenjang pendidikannya sudah dikatakan baik bahkan ada yang pendidikannya sampai pada perguruan tinggi.

2. Kehidupan ekonomi masyarakat suku Dayak sangat minin karena pada zaman dulu orang Dayak menjalani hidupnya dengan cara mendiami hutan-hutan yang lebat. Agar bisa mendapat makanan mereka suka berburu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selain berburu, suku Dayak juga mulai bercocok tanam memanfaatkan alam. Seiring perubahan zaman di eraglobalisasi masyarakat Dayak mulai memperluas wawasannya dalam industri perdagangan dimana masyarakatnya yang memiliki keterampilan dalam membuat ayaman bagi kaum wanita, dan keterampilan dalam membuat senjata bagi kaum laki-laki. Karena permintaan ekonomi yang begitu banyak terhadap pembuat Tangkitn sehingga banyak masyarakat yang mempergunakan kesempatan itu dengan membuka tempat pemesanan Tangkitn.

3. Budaya luar tidak dapat dielakkan bahwa sangat mempengaruhi pergeseran makna tangkitn karena denga seiringnya waktu, suku

(19)

37 Dayak Kanayatn mengalami alkulturasi proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga kebudayaan itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri. Tetapi saat ini pemuda-pemudi dayak mulai sadar bahwa budaya lokal sangat penting untuk terus dijaga dengan menerima budaya luar tanpa harus meninggalkan budaya sendiri. (wawancara dengan April, 1 Januari 2013)

Tetapi arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa indonesia. Dengan perkembangan yang begitu pesat maka tangkitn sebagai benda budaya sedikit hampir memudar. Sehingga jarang sekali orang yang tahu tentang Tangkitn dan ironisnya tangkitn sebagai budaya Indonesia ini, di cap sebagai benda musyrik oleh sebagian masyarakat. Dizaman sekarang jarang sekali ditemukannya seorang empu yang masih memiliki eksitensi mempertahankan esensi seni tradisi membuat tangkitn dengan cara tradisional.

Seiring dengan perubahan zaman masyarakat dayak kanayatn tetap berusaha mempertahankan tangkitn sebagai identitas budaya dayak dengan penyaringan budaya yang masuk dan mencoba mengembangkan seni tradisional.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran makna tangkitn 1. Status sosial

(20)

38 Dalam kehidupan masyarakat Dayak Kanayatn diperkirakan pada abad 18 SM Tangkitn masih bermakna sakral. Status sosial masyarakat suku Dayak Kanayatn sesuai dengan starata sosial, yaitu orang kaya, orang miskin, petani, pedagang dan lain sebagainya. Orang-orang yang status sosialnya tinggi adalah para raja dari keturunan bangsawan sedangkan masyarakat yang status sosialnya rendah adalah golangan para petani. Sehingga masyarakat yang tergolong statusnya tinggi sangatlah dihormati. Dalam penggunannya, tangkitn tidak dipergunakan oleh sembarang orang karenan mempunyai makna yang sangat kuat.

Menurut Ardianus (keturunan panglima) yang memiliki tangkitn adalah seseorang yang berketurunan panglima. Panglima adalah gelar suku dayak Kanayatn pada zaman dulu biasa disebut juga sebagai keturunan kerajaan. Sedangkan masyarakat biasa (jelata) pada waktu itu tidak ada yang memiliki tangkitn walaupun hanya sebagai seni. Para pakar ilmu sosial telah memberikan perhatian besar terhadap berbagai kajian yang bertahan dengan status sosial (wawancara dengan Ardianus, 1 Januari 2013).

Status sosial itu dikategorikan dalam dua bagian status karena seseorang mewarisi dari keturunannya (ascribed status), dan status yang digenggam sebab prestasi yang diperoleh (achiieved status). Kelompok ascribed status bertali temali dengan keturunan, kelahiran dan warisan yang mereka peroleh dari orang tua atau kakek buyut.

(21)

39 Dalam masyarakat sederhana, karakteristik achiieved statusdipandang sebagai sukses yang tak pernag diperdebatkan. Dalam kehidupan suku dayak kanayatn hal ini merupakan suatu hal yang wajar karena mereka menganggap tangkitn merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang yang harus tetap dipertahankan. Walaupun dengan seiringnya waktu makna tangkitn mulai mengalami pergeseran dan saat ini hanya dianggap sebagai seni semata.

2. Pendidikan

Menurut Frederick .I.Mc Donald dan M.J. Langeveld, pendidikan adalah proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah kebiasaan manusia. Kebiasaan itu adalah tanggapan atau perbuatan seseorang dan sesuatu yang dilakukan seseorang. Sehingga faktor yang mempengaruhi pergeseran makna Tangkitn di suku Dayak Kanayatn salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan dimasa dulu banyak masyarakat Dayak yang kurang mengerti akan pentingnya pendidikan, sehingga banyak masyarakat suku dayak yang tidak mendapatkan pendidikan hampir rata-rata penduduknya belum mendapatkan pendidikan yang layak. Kebiasaan masyarakat suku Dayak hanyalah bertani dan berburu sehingga mereka tidak terlalu mengerti pendidikan pengetahuan mereka sangatlah terbatas, masyarakat dayak masih mempercayai mitos yang terjadi dalam kehidupan mereka, serta masih menganut animisme dan dinamisme. Yaitu percaya kepada roh-roh nenek moyang yang dianggap sebagai penyelamat bagi mereka, selai

(22)

40 itu masyarakat Dayak Kanayatn juga percaya pada benda-benda yang dianggap mereka keramat seperti pohon besar, Tangkitn jaman dulu. Mereka percaya bahwa makhluk gaib dapat menolong mereka dalam kehidupan mereka. Di masa era globalisasi dimana pendidikan dimasa sekarang sudah banyak masyarakat suku Dayak Kanayatn yang sadar akan pendidikan demi kemajuan secara individual maupun kelompok. Sehingga sudah banyak generasi muda yang tidak percaya akan mitos-motos yang ada. Misalnya dengan adanya makna tangkit yang dulu dianggap sakral, menunjukkan status sosial seseorang. Tetapi sekarang sebagai karya seni untuk memperindah atau sebagai perhiasan rumah semata.

Dapat dikatakan bahwa pengaruh pendidikan terhadap adat pada masa dulu sangatlah kurang, karena usaha pendidikan sngat terisolir dari kehidupan masyarakat pada umumnya. Setelah didirikan lebih banyak sekolah, pengaruh pendidikan mulai terasa. Apalagi sesudah adanya guru dari daerahnya sendiri, maka makin lama makin kuat faktor yang dipengaruhi oleh pendidikan.

3. Ekonomi

Pergeseran makna tangkitn di suku dayak Kanayatn pun dipengaruhi oleh segi ekonomi. Dimana pada masa masyarakat dayak kanayatn belum mengenal pendidikan, perekonomian masyarakat dayak belum bisa dikatakan baik karena kehidupan mereka selalu terkait dengan alam. Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang

(23)

41 mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan pertukaran. Dimana sekarang budaya tangkitn di suku dayak dilihat dalam segi material. Dengan seirinya waktu budaya tangkitn mengalami perubahan para pemuda-pemudi dayak membuat tangkitn dengan bernuansa moderen sehingga bagi pelaku bisnis meraup keuntungan yang dengan permintaan pelanggan yang begitu banyak dengan membuat tangkitn mereka daengan tangkitn tradisional tetapi harus ada unsur modifikasi dalam bentuk maupun motif. Tanpa melihat unsur makna yang dianggap sakral oleh nenk moyang mereka dulu, banyak pemuda pemudi suku dayak yang rela membayar mahal demi mendapat kan tangkitn yang diinginkan.

4. Budaya Luar

Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya pelestarian niali-nilai pelestarian budaya perkembangan transpormasi, telekomunikasi dan teknologi mengakibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri. Salah satu faktor yang mempengaruhi pergeseran makna tangkitn di masyarakat suku dayak Kanayatn yang sangat berperan merupakan budaya luar. Tangkitn merupakan lambang suatu suku tertentu atau tradisi dari nenek moyang. Tetapi seiring perubahan jaman makna tangkitn menagalami pergeseran yang dulu bersufat sakral, sekarang

(24)

42 hanya sebagai benda pajangan dan bahkan sebagai media untuk menyambut tamu pada acara-acara adat.

Pergeseran makna ini dipengaruhi beberapa faktor yaitu, pertama (1) sataus sosial, kira-kira pada abad 18 SM orang yang memiliki tangkint hanya yang memiliki status sosial yang lebih tinggi seperti para temenggung. Kedua (2) pendidikan, sudah banyak suku dayak Kanayatn yang berpendidikan demi kemajuan secara individual maupun kelompok. Sehingga mereka sudah tidak percaya akan makna tangkitn dan mitos-mitos yang ada. Ketiga (3) ekonomi, pemuda-pemuda mulai menerima pesanan. Sehingga orang-orang lebih tertarik dengan tangkitn sebagai pajangan rumah tanpa harus meninggalkan budaya lokal. Keempat (4) pengaruh budaya luar (modern), derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya sehingga terjadi proses akulturasi proses sosial suatu kebudayaan tertentu dihadapakan pada kebudayaan asing yang lembat laun diterima tanpa menghilangkan budaya itu sendiri.

Gambar

Gambar : Tangkitn laki-laki    Gambar: Tangkitn Perempuan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil penelitian dibeberapa tempat menunjukkan hasil yang seragam, yaitu masih terdapat air minum dari depot air minum yang tidak memenuhi persyaratan

5.124.640.000,- (Lima Milyar seratus dua puluh empat juta enam ratus empat puluh ribu Rupiah) yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DPA-SKPD

Pada penelitian ini, permasalahan PDPTW dalam menentukan sejumlah rute kendaraan memenuhi kondisi sebagai berikut, (1) terdapat satu depot dan sejumlah kendaraan yang

Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui Bagaimanakah regulasi tentang Penyidikan dan Penuntutan Tindak Pidana Korupsi; (2) Untuk mengetahui kesinkronan peraturan

Epidermis dan bulu akar. Epidermis terdiri dari sel-sel yang rapat tanpa antar sel, berdinding tipis, memanjang sejajar sumbu akar, pada penampang melintang

Citra Collection merupakan toko konvensional yang menjual baju muslim laki-laki dan perempuan, serta menjual kerudung. Citra Collection belum memiliki cabang, hanya memiliki satu

Waktu kontak nisbah enzim amobil- substrat CPO 1:1; 1:2; dan 1:3 ditentukan untuk memperoleh proses biokonversi CPO yang optimum dengan sistem curah pada skala semipilot..