• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB XII Safeguard Lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB XII Safeguard Lingkungan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013

Dalam mewujudkan pembangunan permukiman yang bersih, indah, sehat dan nyaman harus disiapkan pula kerangka pengamanannya. Upaya yang perlu dilakukan dalam menunjang hal tersebut apabila terbentuknya

safeguard pada kawasan permukiman tersebut. Dengan adanya safeguard

tersebut, maka akan menjamin terwujudnya kawasan permukiman sebagaimana diidam-idamkan penghuninya. Orang yang bertempat tinggal pada kawasan permukiman tersebut, tentu saja tidak ingin terganggu oleh berbagai bentuk gangguan baik dalam bentuk kebisingan maupun limbah dan sampah yang akan timbul di permukiman meraka.

Dalam upaya mewujudkan lingkunga yang bersih, sehat, indah dan nyaman perlu adanya komitmen bersama pada setiap kawasan permukiman dari setiap anggota masyarakatnya. Adapun hal-hal yang perlu mendapatkan komitmen bersama setiap anggota masyarakat, khususnya dalam menjaga kawasan permukiman dapat diuraikan sebagai berikut :

12.1. Safeguard Lingkungan

Kabupaten Merangin memiliki potensi sumberdaya alam (SDA) cukup melimpah. Namun demikian, keberadaan sumberdaya tersebut belum mampu dikelola dengan baik sejak beberapa dasawarsa terakhir ini. Dalam pengelolaan SDA terlihat belum dibarengi dengan pengelolaan dampak yang ditimbulkan secara memadai, sehingga muncul anggapan bahwa SDA dikelola tanpa mempertimbangkan aspek lingkungan, etika, moral, adat istiadat, dan azas keadilan. Sebagi

(2)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 304 konsekuensinya kegiatan eksploitasi SDA di daerah ini belum sepenuhnya memperhatikan aspek keberlanjutannya. Oleh karena itu, pemanfaatan SDA sering menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, baik secara parsial maupun meluas ke berbagai daerah.

Kerusakan lingkungan secara umum diakibatkan karena ketidak tahuan, kealpaan, ketidak pedulian, keserakahan, dan kesalahan kebijakan yang diterapkan dalam kegiata itu. Dalam konteks ini, kerusakan lingkungan sudah saatnya harus ditangani secara bersama-sama, baik oleh eksekutif, legislatif, dunia usaha, dan bahkan masyarakat luas.

Isu kritis lingkungan di Kabupaten Merangin adalah kerusakan akibat aktifitas penambangan emas tanpa izin (PETI) dan penambangan bahan ga,ian C secara illegal. Kedua akitifitas ini mencakup luas lahan sekitar 613.000 hektar, meliputi Kecamatan Tabir, Tabit Timur, Tabir Ilir, Tabir Ulu, Tabir Selatan, Bangko, Nalo Tantan, Pamenang, Pamenang Barat, Renah Pamenang, Pamenang Selatan, Pangkalan Jambu, Sungai Manau dan Renah Pembarap. Para penambang tersebut dalam menjalankan kegiatannya telah memanfaatkan air baik yang besumber dari aliran sungai maupun air jebakan untuk media pembuangan limbah. Di sisi lain, sungai merupakan bagian terpenting bagi kehidupan masyarakat setempat, terutama untuk mendukung kehidupan sehari-hari seperti mencuci, mandi, air minum, dan bahkan untuk keramba ikan. Sebagai akibat kegiatan PETI dan penambangan liar ini, telah menjadikan fungsi lingkungan di sekitar kegiatan menjadi terganggu, yaitu:

(1) berubahnya rona awal lingkungan, berupa lubang-lubang terbuka yang ditinggalkan oleh para penambang.

(2) Tercemarnya air sungai dan air permukaan yang berpengaruh juga terhadap biota air.

(3) Rusaknya ekosistem lingkungan sekitar lokasi kegiatan PETI dan (4) Terjadinya kekeruhan air oleh berbagai polutan.

(3)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 305 Secara rinci masalah lingkungan terdampak oleh PETI dan penambangan galian C illegal dapat dikelompokkan menjadi 6 (enam) aspek, yaitu:

(1) Ekologi. Kerusakan ekologi diakibatkan oleh terganggunya ekosistem, kerusakan penutupan vegetasi hutan, vegetasi perdu dan lahan terbuka, sehingga terjadi penurunan keragaman spesies flora dan hilangnya habitat yang ada di sekitar lokasi penambangan. Gangguan ekologis disebabkan pula oleh penggunaan merkuri/air raksa yang tidak terkontrol, sehingga menyebabkan pencemaran pada air dan tanah, kondisi ini berdampak pada kesehatan manusia dan/atau makhluk hidup lainnya yang hidup disekitarnya.

(2) Sosial Budaya. Praktek PETI dan penambangan galian C liar membawa dampak sosial seperti munculnya kegiatan prostitusi, perjudian, penjualan minuman keras (miras), dan peningkatan kriminalitas.

(3) Hukum. Kegiatan PETI dan penambangan galian C liar dapat berlangsung dan sulit dihapuskan karena adanya oknum-oknum dari aparat Pemerintah Daerah yang turut mendukung (backing) praktek itu. Hal ini tentu menimbulkan masalah hukum di Kabupaten Merangin.

(4) Ekonomi. Pihak-pihak yang paling dirugikan oleh kegiatan PETI dan penambangan galian C liar terutama adalah pemerintah daerah, yaitu dalam bentuk hilangnya royalti, pajak, dan PAD. Selain itu, masyarakat setempat tidak pula merasakan manfaat dengan kehadiran PETI dan penambangan galian C liar tersebut. (5) Kelembagaan. Dampak yang timbul pada lembaga yaitu

ketidakjelasan kewenangan atau tanggungjawab dalam penanganan PETI dan penambangan galian C liar, karena kegiatan itu bersifat ilegal.

(6) Manajemen. PETI dan penambangan galian C liar melakukan kegiatan eksplorasi/eksploitasi secara amatir, sehingga tidak

(4)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 306 efesien dan tidak pula dikelola dengan baik, sebagai akibatnya, PETI tidak memperhitungkan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan eksporasi dan/atau eksploitasi.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dampak negatif praktek PETI dan penambangan galian C liar lebih banyak dibandingkan dengan dampak positifnya. Dampak negatif yang dimaksud antara lain :

(1) suhu tanah meningkat, sehingga terjadi penurunan kesuburan lahan;

(2) fungsi dan bentuk lahan berubah;

(3) akumulasi senyawa beracun semakin dekat ke permukaan tanah dan beraaneka ragam;

(4) populasi hama meningkat;

(5) jenis biota tertentu menjadi punah; (6) ekosistem air/sungai semakin rusak; (7) kualitas air secara umum menurun;

(8) limbah batu/material galian semakin menumpuk.

Dalam rangka mengantisipasi dan mengendalikan kerusakan lingkungan yang lebih serius, pemerintah daerah telah berupaya menyusun program-program strategis, antara lain:

(1) Peningkatan kerjasama usaha antar kelompok. Dalam program ini pemerintah berupaya melaksanakan/mengikuti temu usaha dan lokakarya di dalam ataupun di luar daerah, mengundang investor, dan melakukan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat dan dunia usaha.

(2) Pamanfaatan SDA secara optimal namun seimbang dan ramah lingkungan. Program utama di sini mencakup upaya melakukan penyuluhan kelestarian lingkungan, peningkatan kinerja aparatur pengelolaan SDA dan lingkungan, pengawasan dan pembinaan terhadap industri pengelola SDA, inventarisasi perizinan dalam pengelolaan SDA, reboisasi dan rehabilitasi lingkungan, dan pemeliharaan lingkungan areal.

(5)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 307 (3) Pemberhentian eksploitasi SDA ilegal. Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah yaitu dengan merazia kegiatan ilegal tersebut.

(4) Penanganan dan pemecahan masalah dari kegiatan pembalakan (illegal logging) dan PETI. Dalam konteks ini, solusi yang diberikan oleh pemerintah yaitu memberikan bimbingan dan penerangan lepada para pelaku kegiatan ilegal akan dampak dan bahaya yang timbal terhadap lingkungan, dan memberikan alternatif dalam mencari sumber kehidupan.

Melalui langkah-langkah operasional yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Merangin tersebut, diharapkan terjadinya kerusakan lingkungan secara cepat mapun lambat dapat dikurangi. Walaupun terjadinya kerusakan ini tidak dapat dihindarkan, baik melalui kegiatan illegal maupun terprogram oleh pemerintah, tetapi secara lebih jauh lagi, dampak yang timbul dapat diminimalkan. Sehingga tatanan kehidupan masyarakat betul-betul dapat dihindarkan dari pengaruh rusaknya lingkungan.

12.2. Penilaian Dampak Lingkungan dan Sub Proyek

Beranjak dari isu pokok sebagaimana diuraikan di atas, penilaian terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh PETI dan penambangan galian C liar dapat dilakukan pada setiap komponen lingkungan, termasuk diantaranya adalah komponen sosial ekonomi dan budaya ( sosekbud ), komponen kualitas udara, komponen fisika kimia, dan komponen biologi.

Dampak sosekbud akibat PETI dan penambangan galian C liar terlihat dengan masuknya masyarakat pendatang di daerah PETI dan penambangan galian C liar, sehingga kultur budaya setempat berubah. Secara spesifik perubahan yang terjadi yaitu munculnya praktek prostitusi dan kegiatan asusila lainnya, perjudian, dan penggunaan miras. Dalam mensikapi isu sosial ini, kontrol dari berbagai pihak

(6)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 308 memegang peranan penting, diantaranya lembaga adat, tokoh masyarakat, dan aparat pemerintah. Upaya persuasif perlu juga dilakukan kepada para pelaku penambang ilegal. Penegakkan hukum secara konsekuen dan konsisten harus dilakukan oleh pemerintah daerah.

Dampak sosial lain yaitu hilangnya mata pencaharian penduduk setempat, terutama yang berladang/berkebun/bersawah, karena lahan mereka dijadikan kegiatan PETI dan areal penambangan galian C liar. Dalam isu ini, masyarakat memerlukan matapencaharian alternatif untuk menopang kehidupannya, oleh karena itu pemerintah perlu melakukan kajian ekonomis dan memfasilitasi masyarakat untuk mendapatkan sumber pencaharian baru. Penurunan kualitas udara akibat kegiatan PETI dan penambangan galian C liar merupakan dampak negatif yang ditimbulkan oleh pengoperasian mesin dompeng dan penambang pasir liar. Alat ini menghasilkan emisi gas buang seperti CO, SO2, metan dan Nox. Selain emisi gas buang, peralatan yang digunakan dalam kagiatan PETI dan penambangan galian C liar menimbulkan juga peningkatn debu di udara, sehingga kualitas udara menurun. Kebisingan merupakan dampak lain dari penggunaan alat-alat penambangan tersebut. Kondisi fisika-kimia sistem hidrologi di daerah PETI dan penambangan galian C liar merupakan komponen lingkungan yang juga mengalami degradasi kualitasnya. Perubahan itu dapat dilihat dari beberapa parameter fisika dan kimia air yang dianalisis dari contoh-contoh air Sungai Tabir seperti Dam Sesah, Kecamatan Margo Tabir (sampel 1), Dam Betuk Kecamatan tabir Lintas (sampel 2), dan Sungai Mesumai di Sungai Manau (sampel 3). Analisis dilakukan pula dari contoh-contoh air yang diambil dari Sungai Mesumai di Sungai manau (sampel 1), Sungai Tabir di Tanjung Ilir (sampel 2), dan Sungai Belengo di Pamenang barat. Hasil analisis sampel-sampel tersebut diperlihatkan pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2.

(7)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 309 Tabel 12.1. Hasil Analisis Kualitas Air Sungai

Sample Dari Sungai Tabir Tahun 2006.

No Parameter Satuan Sampel Baku

mutu *)

1 2 3

FISIKA

1 Kekeruhan NTU 32 21 51 <25 **)

2 TSS mg/l 24 62 38 200

3 Suhu (insitu) oC 27 26 27 Normal

4 TDS mg/l 165,7 19,1 20,3 1000 KIMIA 1 pH (insitu) - 7,51 7,42 7,48 5-9 2 O terlarut (DO) mg/l <0,01 <0,01 <0,01 <6 3 BOD mg/l 4 3 6 5 4 Sulfactan anion (MBAS) mg/l 0,288 0,102 0,142 1,0 5 Minyak&lemak mg/l 17,6 18,8 18 Nihil 6 Kesadahan (CaCO3) mg/l 24 20 18 500 **) 7 Hg mg/l <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 8 Pb mg/l <0,01 <0,01 <0,01 0,1 9 Zn mg/l <0,01 <0,01 <0,01 5 10 Fe mg/l <0,01 <0,01 <0,01 0,1

Tabel 12.2. Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Sample Dari Sungai Tembesi Tahun 2006

No Parameter Satuan Sampel Baku

mutu *)

1 2 3

FISIKA

1 Kekeruhan NTU 16 10 21 <25 **)

2 TSS mg/l 26 12 36 200

3 Suhu (insitu) oC 27 26 27 Normal

4 TDS mg/l 151,8 158,8 7,2 KIMIA 1 Ph (insitu) - 7,32 5,19 6,88 5-9 2 O terlarut (DO) mg/l <0,01 <0,01 <0,01 <6 3 BOD mg/l 2 2 2 5 4 Sulfactan anion (MBAS) mg/l 0,045 0,035 0,025 1,0 5 Minyak&lemak mg/l 11,2 8,4 14 Nihil 6 Kesadahan (CaCO3) mg/l 24 20 18 500 **) 7 Hg mg/l <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 8 Pb mg/l <0,01 <0,01 <0,01 0,1 9 Zn mg/l <0,01 <0,01 <0,01 5 10 Fe mg/l <0,01 <0,01 <0,01 0,1

(8)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 310 Tabel 12.3. Hasil Analisis Kualitas Air Sungai

Sample Dari Sungai Belengo Tahun 2006.

No Parameter Satuan Sampel Baku

mutu *)

1 2 3

FISIKA

1 Kekeruhan NTU 32 21 51 <25 **)

2 TSS mg/l 24 62 39 200

3 Suhu (insitu) oC 27 26 28 Normal

4 TDS mg/l 165,7 19,1 20,3 1000 KIMIA 1 pH (insitu) - 7,51 7,42 8,21 5-9 2 O terlarut (DO) mg/l <0,01 <0,01 <0,01 <6 3 BOD mg/l 4 5 7 5 4 Sulfactan anion (MBAS) mg/l 0,288 0,102 0,142 1,0 5 Minyak&lemak mg/l 17,6 18,8 18.9 Nihil 6 Kesadahan (CaCO3) mg/l 24 20 17 500 **) 7 Hg mg/l <0,001 <0,001 <0,002 <0,001 8 Pb mg/l <0,01 <0,01 <0,01 0,1 9 Zn mg/l <0,01 <0,01 <0,01 5 10 Fe mg/l <0,01 <0,01 <0,01 0,1

Perubahan kondisi lingkungan di lokasi PETI, penambangan galian C illegal dan sekitarnya terlihat juga pada komponen biologi. Pembersihan/pembukaan lahan telah mengakibatkan hilangnya beberapa jenis vegetasi, dan suksesi alamiah di daerah ini biasanya sulit terjadi. Terkait dengan kondisi ini, maka diperlukan upaya revegetasi yang memerlukan studi lanjut guna mendapatkan jenis tanaman yang sesuai dengan jenis lahan. Selain vegetasi, fauna yang hidup di daerah itupun terkena dampak langsung dari kegiatan PETI, karena areal tempat hidupnya semakin berkurang, yang berarti pula lahan tempat mencari makan semakin menyusut. Akibat jangka panjang dari perubahan kondisi ini tentu terkait dengan kemampuan fauna untuk mempertahankan generasi semakin berkurang, sehingga populasi jenis hewan tertentu di masa mendatang akan mengalami penurunan.

Dampak negatif terhadap kehidupan flora dan fauna tidak hanya terlihat di lingkungan daratan, tetapi dialami juga oleh biota air. Hal itu terjadi karena PETI dan penambangan galian C illegal telah

(9)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 311 mengakibatkan penurunan kualitas air, yang terlihat dari adanya peningkatan kekeruhan air, padatan tersuspensi, dan kandungan minyak. Sebagai konsekuensi dari peningkatan unsur-unsur itu, penetrasi cahaya yang diperlukan untuk proses fotosintesa biota air semakin berkurang. Kondisi itu menyebabkan tingkat produktifitas perairan semakin menurun pula. Penurunan tingkat prodktifitas akan berakibat terganggunya keseimbangan level tropik pada daerah terdampak, sehingga kelimpahan biota air pada wilayah itu akan menurun. Persoalan lingkungan ini perlu mendapatkan perhatian ekstra serius dari pemerintah dalam rangka mendapatkan pemecahan yang tepat dan komprehensif.

12.3. Rencana Mitigasi dari Dampak Lingkungan

Dengan memperhatikan dampak negatif yang ditimbulkan oleh PETI dan penambangan galian C illegal, Pemerintah Kabupaten Merangin, dalam hal ini adalah Kantor Lingkungan Hidup, Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral, telah berupaya melakukan berbagai kegiatan dalam rangka menangani praktek pertambangan ilegal itu, diantaranya adalah:

(1) menghibau para pelaku PETI untuk menghentikan kegiatannya; (2) memantau dan mengawasi secara ketat segala jenis limbah yang

berasal dari kegiatan PETI dan penambangan galian C illegal; (3) memantau dan melakukan pengecekan badan-badan air secara

periodik untuk memastikan tingkat pencemaran air tidak semakin serius;

(4) merazia semua bentuk kegiatan ilegal yang mengeksploitasi SDA secara sembarangan dan tidak peduli dengan dampak negatif terhadap lingkungan;

(5) memberikan mata pencaharian alternatif bagi para pelaku PETI dan penambangan galian C illegal.

(10)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 312 Terkait dengan upaya-upaya penanganan dampak negatif tersebut, maka dibuat strategi penaggulangannya seperti diperlihatkan pada Gambar 12.1.

Gambar 12.1. Diagram yang Memperlihatkan Strategi Penanggulangan Dampak Negatif Terhadap

Lingkungan di daerah PETI.

Melalui skema tersebut di atas, langkah-langkah penanggulangan PETI dan penanggulangan penambangan galian C liar dilakukan Pemerintah Kabupaten Merangin. Langkah ini akan terus dilakukan, bahkan disempurnakan sehingga kegiatan liar yang berkaitan dengan penambangan dan dampaknya dapat dihindarkan secara dini.

DAMPAK NEGATIF PETI

Fisik Kimia

Strategi

Rehabilitasi Dampak Kagiatan PETI dan Pemutusan Rantai Penegakan Hukum

Pemberdayaan

(11)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 313

12.2. Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali

Kabupaten Merangin yang memiliki kepadatan penduduk yang rendah, secara nyata masih memiliki ruang yang cukup untuk penyediaan perumahan dan penyediaan prasarana lainnya. Namun demikian, upaya pengadaan tanah dan permukiman warga sebagai akibat kegiatan maupun terjadinya bencana tetap dipertimbangkan oleh Pemerintah Kabupaten Merangin. Secara mendasar pengadaan tanah adalah sebagai langkah yang perlu diambil dalam rangka meningkatkan atau setidaknya memperbaiki, pendapatan dan standart kehidupan warga yang terkena dampak akibat suatu kegiatan.

Prinsip yang diambil dalam pengadaan tanah dan permukiman kembali ini, pada dasarnya untuk memecahkan permasalahan yang mungkin timbul di daerah. Karena itu, secara dini harus dipikirkan agar terlebih dulu diantisipasi sebelum muncul di lapangan. Prinsip-prinsip yang diikuti tersebut adalah sebagai berikut :

1) Transparan. Kegiatan yang dilaksanakan harus dilakukan secara transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi harus mencakup antara lain : daftar warga dan aset ( tanah, bangunan, tanaman, atau lainnya ) yang akan terkena dampak.

2) Partisipasi. Warga yang berpotensi terkena dampak, harus terlibat dalam seluruh tahap perencanaan, seperti penentuan lokasi kegiatan, jumlah dan bentuk kompensasi serta tempat permukiman kembali.

3) Adil. Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan warga. Warga memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai, seperti tanah pengganti dan/atau uang tunai yang setara dengan harga pasar tanah dan asetnya.

4) Warga yang terkena dampak harus sepakat atas ganti rugi yang ditetapkan atau jika memungkinkan secara sukarela mengkontribusikan/hibah sebagaian tanahnya untuk kegiatan.

(12)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 314 5) Konstribusi/hibah tanah secara sukarela hanya dapat dilakukan

apabila :

 Masyarakat yang terkena dampak mendapatkan manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan harga tanah miliknya.  Tanah yang dihibahkan nilainya < 10 % dari nilai tanah,

bangunan atau aset lain yang produktif dan nilainya < 1 juta rupiah.

Penadaan tanah yang dilakukan pemerintah Kabupaten Merangin, secara umum masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan publik, baik untuk kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini sebagai akibat masih terbukanya peluang masyarakat untuk mendapatkan tanah secara murah dan memenuhi perssyaratan teknis perumahan. Sebagai akibatnya berbagai bentuk pengadaan tanah, lebih didominasi oleh masyarakat. Sebagai gambaran terhadap hal tersebut tercermin di bawah ini.

Tabel 12.4. Jenis dan Jumlah Pengadaan Tanah Di Kabupaten Merangin Tahun 2007 No. Jenis Pengadaan

Tanah Pemerintah Daerah Masyaraka/ Swasta Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pelayanan Publik Perkebunan Perumahan Industri Pertambangan Perdagangan 6 persil - - - - - 5 persil 5.326 persil 1.274 persel 5 persil 8 persil 723 persil 11 persil 5.326 persil 1.274 persel 5 persil 8 persil 723 persil 6 perseil 13.341 persil 13.347 persil

Dari gambaran sebagaimana tersebut di atas, secara jelas bahwa untuk pengadaan tanah ini, mayoritas didominasi oleh masyarakat, terutama untuk kebutuhan perkebunan, perumahan dan perdagangan. Oleh karena itu, safeguard pengadaan tanah ini untuk Kabupaten Merangin masih cukup aman. Hal ini diakinatkan terjadinya

(13)

RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 315 gesekan dalam pengadaan tanah, bak untuk kepentingan publik maupun mendukung terciptanya kesejahteraan masyarakat masih belum begitu mendesak.

Hal yang lebih penting dalam mendukung safeguard pengadaan tanah ini, adalah masih banyaknya kepemilikan tanah yang belum memeiliki kepasian hukum. Artinya, dari jumlah kepemilikan lahan yang ada, maka mayoritas tanah yang ada masih belim memiliki kepatian hitam diatas putihnya. Hal ini diakibatkan karena secara turun temurun belum ada pewarisan secara surat meyurat. Sebagai akibatnya sampai saat ini masih banyak yang belum memiliki sertitikat maupun tanda kepemilikan lainnya.

Gambar

Tabel 12.2. Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Sample                      Dari Sungai Tembesi Tahun 2006
Tabel 12.4. Jenis dan Jumlah Pengadaan Tanah            Di Kabupaten Merangin Tahun 2007  No

Referensi

Dokumen terkait

Koloni semut yang sudah terdistribusi ke sejumlah atau setiap titik, akan mulai melakukan perjalanan dari titik pertama, masing-masing sebagai titik asal dan salah satu

Gejala yang terjadi pada larva yang memakan daun yang telah diaplikasikan dengan insektisida babadotan, yaitu larva mengalami penurunan nafsu makan karena ekstrak

Pancasila merupakan ideologi Negara yang memiliki sumber nilai anti korupsi yang mampu mengikat setiap masyarakat Indonesia, tapi sekarang persoalannya adalah arah

Dengan penggabungan kedua teknologi tersebut, dimungkinkan pembangunan jaringan komputer yang relatif murah dan tampilan pada komputer Client akan sama persis dengan komputer

Hasil yang didapatkan bahwa kesadaran membayar pajak, persepsi baik atas efektivitas sistem perpajakan dan kualitas pelayanan terhadap wajib pajak secara parsial

Namun penelitian yang dilakukan oleh Abrutyn dan Berlin (1991) menyatakan pemberian immunoglobulin tetanus intratekal tidak memberikan keuntungan

Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Pasar dan juga keterbatasan sarana sosialisasi menyebabkan PKL Tlogosari tidak seluruhnya mengetahui program pengaturan dan

Advertising, Printing &amp; Media 32 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk..