• Tidak ada hasil yang ditemukan

HERITABILITAS SIFAT AGRONOMI PENTING BEBERAPA KLON UBI JALAR LOKAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HERITABILITAS SIFAT AGRONOMI PENTING BEBERAPA KLON UBI JALAR LOKAL"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

® PS AGRONOMI PPs UNHALU

156

H

ERITABILITAS

S

IFAT

A

GRONOMI

P

ENTING

B

EBERAPA

K

LON

U

BI

J

ALAR

L

OKAL

YANG

D

IBUDIDAYAKAN DI

D

ESA

-

DESA

P

INGGIRAN

K

OTA

K

ENDARI

Heritability of Some Important Agronomic Characters of Several Local

Sweet Potato Clones Cultivated in Kendari Suburb Villages

Oleh:

Nur Fajriani

1)

, Dirvamena Boer

2*)

, Ni Wayan Sri Suliartini

2)

,

I Gusti Ray Sadimantara

2)

, dan Suaib

2)

.

1)Alumni S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo 2)Dosen Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo *) Alamat surat-menyurat:dirvamenaboer@yahoo.com

ABSTRACT. An experiment was carried out at Experimental Station of Agriculture Faculty Haluoleo University

Kendari, from November 2010 until March 2011 to estimate the genetic heritability of the some important characters of Kendari’s sweet potato. This research was arranged in Randomized Block Design (RBD) with three groups as replications, so there were 21 experimental units. The variables measured were: vine length (cm), vine internode length (cm), vine internode diameter (cm), branch number, aboveground fresh weight per plant (g), aboveground dry weight per plant (g), storage root fresh weight per plant (kg), storage root dry weight per plant (kg), storage root number per plant, storage root length (cm), storage root diameter (cm), storage root fresh weight per plot (kg), marketable storage root number, marketable storage root fresh weight (g), leaf shape, storage root shape, storage root skin colour, storage root flesh colour, and storage root formation. Results of this research indicated that genetic variability for vine length, vine internode length, branch number, aboveground fresh weight per plant, aboveground dry weight per plant, storage root number per plant, storage root diameter, storage root fresh weight per plant, storage root dry weight per plant, storage root fresh weight per plot, marketable storage root number, and marketable storage root fresh weight, were narrow, and no one showed high heritability.

Key Words: agronomy characters, heritability, sweet potato.

ABSTRAK. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Unit Lahan Kering Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo

Kendari. Berlangsung sejak bulan November 2010 sampai Maret 2011 yang bertujuan untuk mengetahui variabilitas genetik beberapa karakter penting tanaman ubi jalar yang dibudidayakan di desa-desa sekitar kota Kendari. Penelitian ini disusun berdasarkan pola rancangan acak kelompok (RAK) dengan faktor tunggal (klon) tiga kelompok sebagai ulangan. Jumlah klon ubi jalar yang diteliti tujuh jenis sehingga terdapat 21 petak. Tiap petak terdiri dari satu genotipe. Variabel yang diamati adalah: panjang sulur (cm), panjang ruas antar sulur (cm), diameter sulur (cm), jumlah cabang, berat segar tanaman per tanaman (g), berat kering tanaman per tanaman (g), jumlah umbi per tanaman, panjang umbi (cm), diameter umbi (cm), berat umbi segar per tanaman (g), berat umbi kering per tanaman (g), berat umbi segar per klon (kg), jumlah umbi layak jual, berat umbi segar layak jual (g), bentuk daun, bentuk umbi, warna kulit umbi, warna daging umbi, dan susunan pertumbuhan umbi. Hasil penelitian menunjukkan variabilitas genetik yang sempit terdapat pada karakter: panjang sulur, panjang ruas antar sulur, diameter sulur, jumlah cabang, berat segar tanaman per tanaman, berat kering tanaman per tanaman, jumlah umbi per tanaman, panjang umbi, diameter umbi, berat umbi segar per tanaman, berat umbi kering per tanaman, berat umbi segar per klon, jumlah umbi layak jual, berat umbi segar layak jual, dan tidak ada karakter yang menunjukkan heritabilitas yang tinggi.

Kata kunci: sifat-sifat agronomi, ubi jalar, variabilitas genetik.

PENDAHULUAN

Ubi jalar adalah jenis tanaman dikotil yang berasal dari famili Convolvulaceae. Famili

Convol-vulaceae terdiri dari 55 genera dan lebih dari 1000

spesies (Watson dan Dallwitz, 2000). Nama ilmiah dari spesies ini adalah Ipomea batatas L. Sejumlah besar kultivar dari Ipomea batatas masih ditemu-kan. Sebagian besar kultivar ini telah dikembangkan melalui pemuliaan sistematis dan hibridisasi alami

(2)

serta mutasi. Dari sejumlah spesies-spesies yang ada seperti uwi, ubi kayu, dan talas, hanya Ipomea

batatas yang secara ekonomis dijadikan sebagai

makanan terutama makanan pokok bagi sebagian besar penduduk di kawasan tropis (Onwueme dan Charles, 1994). House dalam tahun 1980 telah menyusun klasifikasi taksonomi ubi jalar, dimana sebanyak 25 spesies liar termasuk dalam seksi

batatas, sub-seksi Aequisepalae yang terdiri dari Ipomea tiliacea, Ipomea trifida, Ipomea triloba, Ipomea trichocarpa, dan Ipomea lacunosa

(Diongzon dan Catalino, 1982).

Menurut Austin (1987) berdasarkan data taksonomi yang didukung dengan pengamatan geografi dan hubungan antar kerabat liar Ipomea

batatas dikelompokkan ke dalam seksi batatas

bersama Ipomea gracilis, Ipomea tiliacea, Ipomea

trifida, Ipomea triloba, Ipomea cordatriloba, Ipomea trichocarpa, Ipomea lacunosa, Ipomea ramosissima, Ipomea cyananchifolia, Ipomea peruviana, Ipomea tenuissima dan Ipomea littoralis. Tanaman ini merupakan tanaman

heksa-ploid yang diduga autoheksaheksa-ploid bergenom B, berciri tak serasi sendiri (self-incompatibility) tetapi serasi silang (cross-compatible) antar anggota kelompok. Tanaman ini memiliki kromosom dasar x = 15 sehingga kromosomnya berjumlah 90 (2n = 6x = 90) (Purba, 2001).

Ubi jalar pertama kali dideskripsikan pada tahun 1753 oleh Linnaeus sebagai Convolvulus

batatas. Kemudian, pada tahun 1791 Lamarck

mengklasifikasikan spesies ini dalam genus Ipomea berdasarkan bentuk stigma dan permukaan tepung sarinya. Atas dasar itulah, namanya berubah men-jadi Ipomea batatas (L.) Lam. (Huaman, 1992). Sis-tematika ubi jalar diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Subdivisi:

Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Convol-vulales, Family: Convolvulaceae, Genus: Ipomea,

dan Spesies: [Ipomea batatas ( L.) Lam.].

Tanaman ubi jalar merupakan tanaman semusim yang batangnya seperti sulur-sulur yang menjalar, tipis, berwarna hijau, gelap, hingga coke-lat dan mengdanung getah. Daunnya melekat pada tangkai daun yang panjang dan mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda, tergantung pada varietas (Sastrahidayat dan Soemarno, 1991). Rukmana (1997) menyatakan bahwa daun ubi jalar berbentuk bulat sampai lonjong dengan tepi rata atau berlekuk dalam, sedangkan bagian ujung daun meruncing. Helaian daun berukuran lebar, me-nyatu mirip bentuk jantung, namun ada pula yang bersifat menjari. Daun biasanya berwarna hijau tua atau hijau kekuning-kuningan. Dari ketiak daun akan tumbuh karangan bunga berbentuk terompet,

tersusun dari lima helai daun mahkota, lima helai daun bunga, dan satu tangkai putik.

Ubi biasanya dihasilkan dalam tanah lapis-an atas setebal 25 cm. Umbi slapis-angat bervariasi dalam hal ukuran, bentuk, warna, dan kualitas atau rasanya, tergantung pada varietas, dan umbi dewasa mengandung getah. Umbi-umbinya kaya pati dan juga mengdanung sejumlah gula, protein, dan lemak (Sastrahidayat dan Soemarno, 1991). Selanjutnya menurut Sastrahidayat dan Soemarno (1991), terdapat ratusan jenis kultivar ubi jalar yang diusahakan. Kebanyakan kultivar mempunyai batang menjalar yang cukup panjang, tetapi ada juga varietas yang tajuknya merumpun, batangnya lebih pendek dan tumbuh lebih tegak.

Menurut Kuckuk et al. (1991) heritabilitas menggambarkan kekuatan pengaruh poligen terha-dap pengaruh lingkungan. Rasyad (1999) menyata-kan bahwa heritabilitas merupamenyata-kan gambaran besarnya kontribusi genetik untuk suatu karakter yang terlihat di lapangan, dan dijadikan sebagai ukuran mudahnya suatu karakter untuk dimodifi-kasi. Pendugaan heritabilitas merupakan cara yang efisien untuk menentukan kelayakan bagi perbaik-an sifat (Jones, 1986 dalam Singleton, 2008).

Terdapat tiga teknik utama pendugaan heritabilitas, yaitu analisis komponen ragam, reg-resi tetua-turunan, dan pendugaan ragam dari populasi homogenous (Warner, 1952). Mangoendi-djojo (2003) menyatakan bahwa sesuai dengan komponen ragam genetiknya, heritabilitas dibeda-kan dalam dua macam, yaitu: heritabilitas dalam arti luas (broad sense heritability) dan heritabilitas dalam arti sempit (narrow sense heritability).

Menurut Klug dan Cummings (2005) heri-tabilitas dalam arti luas mengukur proporsi ragam fenotip yang disebabkan oleh variasi genetik bagi populasi tunggal pada lingkungan yang terbatas selama penelitian. Ukuran heritabilitas dalam arti luas yang bernilai mendekati 1 menunjukkan bahwa kondisi lingkungan mempunyai pengaruh yang kecil pada perbedaan fenotip yang diamati pada suatu populasi. Suatu pendugaan yang nilai-nya mendekati 0,0 mengindikasikan bahwa ling-kungan hampir seluruhnya bertanggung jawab bagi perbedaan-perbedaan tersebut. Heritabilitas dalam arti sempit adalah bagian dari ragas fenotipik yang disebabkan oleh ragam genotipik aditif. Ukuran heritabilitas dalam arti sempit bermanfaat bagi pendugaan fenotip keturunan selama seleksi. Nilai heritabilitas yang mendekati 1 benar-benar me-nunjukkan kemampuan untuk membuat penduga-an ypenduga-ang akurat pada fenotip keturunpenduga-an didasarkpenduga-an pada informasi fenotip tetua.

Jika heritabilitas dalam arti sempit suatu sifat bernilai tinggi, maka sifat tersebut

(3)

dikendali-kan oleh tindak gen aditif pada kadar yang tinggi. Sebaliknya, jika heritabilitas dalam arti sempit ber-nilai rendah, maka sifat tersebut dikendalikan oleh tindak gen bukan aditif (dominan dan epistatis) pada kadar yang tinggi. Heritabilitas akan ber-makna apabila varians genetik didominasi oleh varians aditif karena pengaruh aditif setiap alel akan diwariskan dari tetua kepada progeninya (Suprapto dan Kairuddin dalam Pandiangan, 2008).

Menurut Fehr (1991) nilai heritabilitas yang tinggi untuk suatu karakter menggambarkan karakter tersebut penampilannya lebih ditentukan oleh faktor genetik. Karakter yang demikian mudah diwariskan pada generasi berikutnya, sehingga seleksinya dapat dilakukan pada generasi awal. Nilai heritabilitas rendah untuk suatu karakter menggambarkan karakter tersebut sangat dipenga-ruhi oleh faktor lingkungan, pewarisannya sulit sehingga seleksi hanya efektif dilakukan pada gene-rasi lanjut. Angka pewarisan merupakan gambaran dari besarnya kontribusi genetik suatu karakter yang akan diwariskan. Ragam genetik yang luas dan dengan nilai angka pewarisan yang tinggi meru-pakan salah satu syarat efektifnya program seleksi (Anwar, 2007).

Belum diketahui nilai heritabilitas bebe-rapa karakter penting tanaman ubi jalar yang di-budidayakan di Kendari. Heritabilitas menjadi poin penting yang perlu diketahui guna mengoptimal-kan pemuliaan ubi jalar. Hal ini tidak lain karena selain kemajuan seleksi, nilai duga heritabilitas yang tinggi merupakan pertimbangan yang penting agar seleksi klon ubi jalar unggul dapat berlangsung efektif dan efisien. Melihat pentingnya mengetahui nilai heritabilitas beberapa sifat agronomi ubi jalar lokal yang ada di Kendari, maka penelusuran in-formasi guna menemukan klon unggul ubi jalar lokal yang ada di Kendari menjadi penting dan perlu dilakukan melalui penelitian “Heritabilitas Beberapa Klon Ubi Jalar yang Dibudidayakan di Kendari”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menge-tahui nilai heritabilitas beberapa karakter penting tanaman ubi jalar yang dibudidayakan di Kendari. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat bagi peneliti selanjutnya dalam memilih karakter untuk seleksi agar diper-oleh kemajuan seleksi yang optimal. Selain itu, juga menambah informasi ilmiah dalam hubungan dengan berbagai aspek yang berhubungan dengan ubi jalar.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Perco-baan Unit Lahan Kering Fakultas Pertanian

Univer-sitas Haluoleo, Kendari. Dimulai dari bulan Novem-ber 2010 sampai Maret 2011. Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi bibit stek ubi jalar yang dibudidayakan di Kendari, pupuk kdanang kotoran sapi, pupuk Urea, SP36, KCl, kayu dolken, paku, plastik pagar, amplop, kantung plas-tik, dan label. Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi cangkul, parang, gembor, palu, gergaji, pisau, timbangan analitik, timbangan kasar, jangka sorong, meteran, oven, sprayer, kamera digital, dan alat tulis menulis.

Pencarian klon-klon ubi jalar lokal dilaku-kan di sentra-sentra penanaman dan produksi ubi jalar yang ada di daerah Kendari. Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari vege-tasi yang tumbuh di atasnya yang dapat meng-ganggu pertumbuhan tanaman ubi jalar. Setelah lahan dibersihkan, maka dilanjutkan dengan pem-buatan bedengan dengan ukuran 1,2 x 2,1 m dengan tinggi bedengan 60 cm.

Dari hasil eksplorasi diperoleh bibit stek yang memenuhi syarat untuk dijadikan bibit (bibit stek berumur 2 bulan atau lebih dan dalam keada-an sehat dkeada-an normal). Bibit stek kemudikeada-an dikum-pulkan pada suatu tempat dan sebagian daunnya dibuang. Bibit stek kemudian dikumpulkan dalam satu ikatan (rata-rata 100 bibit stek dalam satu ikatan) lalu disimpan di tempat yang teduh selama 1–7 hari dengan tidak bertumpuk.

Tiap genotipe ditanam pada petak ber-ukuran 1,2 x 2,1 m. Cara penanaman dilakukan dengan menggunakan sulur sepanjang 50 cm yang mengandung pucuk, kemudian pada pangkal sulur dibuat lilitan berbentuk ”O”. Sulur dengan pangkal berbentuk ”O” tersebut ditanam di bedengan dengan jarak 60 cm antar baris dan 30 cm antara tanaman dalam baris. Setiap petak terdiri dari tiga baris tanaman dengan sehingga setiap petak terdiri dari 16 tanaman, dan dari 16 tanaman, 4 tanaman dijadikan sebagai sampel pengamatan yang berada pada bagian tengah baris.

Pupuk yang digunakan adalah urea, SP-36 dan KCl yang masing-masing takarannya 75 kg ha-1, 75 kg ha-1, dan 100 kg ha-1yang diberikan dua kali.

Pemupukan pertama dilakukan pada umur satu minggu setelah tanam yang terdiri dari 1/3 bagian pupuk Urea, dan keseluruhan pupuk SP-36 dan KCl. 2/3 bagian Urea sisanya diberikan pada umur enam minggu setelah tanam. Pupuk diberikan secara tugal sedalam 5 cm berjarak 10 cm dari lubang tanam.

Pemeliharaan meliputi pembalikan sulur, penyiangan, penyulaman, pengendalian hama dan penyakit, dan penyiraman. Pembalikan sulur dila-kukan pada umur 1,5 bulan dan 2,5 bulan.

(4)

Penyi-angan dilakukan setiap bulan dimulai sejak tanam-an berumur satu bultanam-an. Penyulamtanam-an dilakuktanam-an apa-bila terdapat tanaman yang mati. Selama peneliti-an jenis penyakit ypeneliti-ang menyerpeneliti-ang tpeneliti-anampeneliti-an adalah penyakit kudis atau scab dan dikendalikan dengan menggunakan Ditane. Penyiraman dilakukan dua minggu sekali dengan pengairan permukaan. Pemanenan dilakukan ketika tanaman telah ber-umur 4 bulan dengan cara mengangkat batang tanaman dan dibabat dengan parang. Umbi yang berada di dalam tanah dibongkar dengan menggu-nakan pacul secara hati-hati agar tidak melukai umbi.

Penelitian ini adalah penelitian faktor tunggal (Klon), dan disusun berdasarkan pola ran-cangan acak kelompok (RAK) dengan tiga kelompok sebagai ulangan. Tiap petak terdiri dari satu geno-tipe. Karena jumlah klon yang diteliti ada 7 jenis maka penelitian terdiri dari 21 unit percobaan. Karakter-karakter yang diamati adalah sebagai berikut: (1) Panjang sulur (cm), diukur dari pangkal sulur utama hingga ujung pucuk terpanjang; (2) Panjang ruas antar sulur (cm), diukur lima ruas pada bagian tengah sulur; (3) Diameter ruas sulur (cm), diukur lima ruas pada bagian tengah sulur menggunakan jangka sorong; (4) Berat segar tanaman di atas tanah per tanaman (g), ditimbang bagian tanaman yang berada di atas tanah (sulur dan daun); (5) Berat kering tanaman di atas tanah per tanaman (g), ditimbang bagian tanaman yang berada di atas tanah (sulur dan daun) setelah dibersihkan dari kotoran lain dan dikeringkan di dalam oven pada suhu 70°C selama 2 x 24 jam; (6) Jumlah umbi per tanaman, ditentukan dengan menghitung jumlah umbi yang terbentuk; (7) Panjang umbi (cm), diukur dari pangkal hingga ujung umbi; (8) Diameter umbi (cm), diukur pada bagian tengah umbi menggunakan jangka sorong; (9) Berat umbi segar per tanaman (g), ditimbang berat umbi setelah umbi dipanen dan di bersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel; (10) Berat umbi kering per tanaman (g), ditimbang berat umbi setelah dikeringkan dalam oven dengan suhu 70°C selama 3x24 jam; (11) Berat segar umbi per klon (kg), ditimbang berat umbi setiap klon setelah dipanen dan dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel; (12) Jumlah cabang per tanaman, dihi-tung jumlah tiap cabang yang terbentuk; (13) Jum-lah umbi segar layak jual, yaitu jumJum-lah umbi yang bobotnya sama atau lebih besar dari 50 g umbi-1

(Wahyuni et al., 2004); dan (14) Berat umbi segar layak jual, yaitu beratnya semua umbi yang bobot-nya sama atau lebih besar dari 50 g umbi-1; Semua

karakter yang diamati diukur atau ditimbang setelah tanaman ubi jalar berumur 4 bulan atau setelah panen dilaksanakan.

Nilai rerata setiap variabel yang diamati, dihitung dan dianalisis berdasarkan tabel analisis ragam (Singh dan Chaudhary, 1979) dan tabel analisis ragam tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis ragam dan harapan kuadrat tengah dari RAK untuk suatu karakter

SK Db KT F-hitung E(KT)

Ulangan n-1 KTu KTu/Kte σ2e+ gσ2u

Genotipe g-1 KTg KTg/Kte σ2

e+ nσ2g

Error (g-1) (n-1) KTe σ2e

Total ng-1

Keterangan: n = jumlah ulangan; g = Jumlah klon

Berdasarkan tabel analisis ragam ditentu-kan ragam genotipe dan ragam fenotipe dari suatu karakter, yaitu sebagai berikut:

n / ) KT KT ( g e g  2 ...(1) ) n / ( e g p 2 2 2  ...(2)

Dengan: KTg= Kuadrat tengah genotipe

KTe= Kuadrat tengah error

Sementara itu, nilai heritabilitas dalam arti luas setiap sifat bagi masing-masing klon dihitung sesuai formula Allard, (1960), seperti berikut:

% x n % x H e g g p g 100 100 2 2 2 2 2 2         ...(3)

Nilai heritabilitas sebesar: (i) 2

H

> 50% dinyatakan tinggi, (ii) 20% ≤ 2

H

≤ 50% dinyatakan sedang, dan (iii) 2

H

< 20% dinyatakan rendah (Mc.Whirter, 1979 dan Stanfield, 1988).

HASIL

Nilai pendugaan parameter heritabilitas beberapa karakter ubi jalar disajikan pada Tabel 2.

(5)

Tabel 2. Pendugaan komponen ragam dan heritabilitas pada beberapa karakter ubi jalar

Heritabilitas (%)

Karakter KTg KTe σ2g σ2p

Nilai Kriteria

Panjang sulur (cm) 9.660,34 3.061,70 2.199,55 3.320,12 66,25 Tinggi

Diameter sulur (cm) 0,015 0,0003 0,0049 0,005 98,00 Tinggi

Panjang ruas antar sulur (cm) 5,17 0,22 1,65 1,72 96,00 Tinggi

Jumlah cabang 91,64 10,90 26,91 30,54 88,11 Tinggi

Berat segar tanaman (g) 5.813,19 6.092,30 -93,04 1.937,73 0,00 Rendah

Berat kering tanaman (g) 218,42 133,44 28,33 72,81 38,90 Sedang

Jumlah umbi 4,64 0,44 1,40 1,55 90,32 Tinggi

Panjang umbi (cm) 7,35 2,29 1,70 2,50 68,00 Tinggi

Diameter umbi (cm) 2,44 0,83 0,54 0,82 65,85 Tinggi

Berat umbi segar per tanaman (g)* 0,03 0,02 0,003 0,011 27,30 Sedang

Berat umbi kering per tanaman (g)* 0,04 0,03 0,003 0,013 23,08 Sedang

Berat umbi segar per klon (kg) 1,20 0,11 0,40 0,44 90,90 Tinggi

Jumlah umbi segar layak jual 0,29 0,23 0,02 0,10 20,00 Sedang

Berat umbi segar layak jual (g)* 0,04 0,04 0,00 0,013 0,00 Rendah

*) Data hasil transformasi logaritma

Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa nilai heritabilitas berkisar antara 0,00 sampai 98,00%. Heritabilitas tertinggi adalah 98,00% pada variabel pengamatan diameter sulur dan terendah adalah 0,00% pada variabel berat segar tanaman dan berat umbi segar layak jual. Variabel yang memiliki nilai heritabilitas tinggi meliputi panjang sulur, diameter sulur, panjang ruas antar sulur, jumlah cabang, jumlah umbi, panjang umbi, diameter umbi, dan berat umbi segar per klon. Sementara itu, variabel yang memiliki nilai heritabilitas sedang adalah berat kering tanaman, berat umbi segar per tanaman, berat umbi kering per tanaman dan jum-lah umbi segar layak jual. Variabel yang memiliki nilai heritabilitas rendah adalah berat segar tanam-an dtanam-an berat umbi segar layak jual.

PEMBAHASAN

Apabila hanya melihat nilai variabilitas genetik saja, maka sulit menentukan variabilitas yang menurun sehingga dibutuhkan data nilai duga heritabilitas (Tampake dan Luntungan, 2002). Oleh karena itu pendugaan nilai heritabilitas sangat penting peranannya.

Pendekatan berdasarkan nilai duga herita-bilitas menunjukkan bahwa karakter yang memiliki nilai heritabilitas tinggi ditemukan pada panjang sulur, panjang ruas antar sulur, diameter sulur, jumlah cabang, jumlah umbi, panjang umbi, diame-ter umbi, dan berat umbi segar per klon. Nilai heri-tabilitas yang tinggi pada beberapa karakter juga

dilaporkan oleh Tsegaye et al. (2007) pada karakter panjang sulur, panjang ruas antar sulur, diameter sulur, jumlah umbi, panjang umbi, diameter umbi, dan berat umbi segar per klon, Wahyuni et al. (2004) pada karakter panjang sulur, panjang umbi, dan diameter umbi, Jones (1969) pada karakter panjang sulur, diameter sulur, dan panjang ruas antar sulur, dan Mok et al. (1997) pada karakter jumlah umbi.

Karakter-karakter yang memiliki nilai heri-tabilitas tinggi menunjukkan bahwa karakter-karakter tersebut penampilannya lebih ditentukan oleh faktor genetik sedangkan faktor lingkungan kurang berpengaruh. Ariani et al. (2010) menyata-kan bahwa nilai heritabilitas arti luas mencermin-kan besarnya peranan faktor genetik terhadap fenotipenya. Dengan demikian seleksi pada karak-ter yang memiliki nilai duga heritabilitas tinggi akan berlangsung efektif (Kole et al., 2008) sebab karak-ter ini mudah diwariskan pada generasi berikutnya, sehingga seleksinya dapat dilakukan pada generasi awal (Fehr, 1987 dalam Alnopri, 2004) sebab penampilannya relatif tetap (Rostini et al., 2006).

Heritabilitas sedang ditemukan pada karakter berat kering tanaman, berat segar umbi per tanaman, berat kering umbi per tanaman, dan jumlah umbi segar layak jual. Ini juga dilaporkan oleh Tsegaye et al. (2007) yang menemukan nilai heritabilitas sedang pada karakter berat kering umbi per tananam. Heritabilitas rendah ditemukan pada karakter berat segar tanaman dan berat umbi segar layak jual. Hasil ini didukung oleh Maluf et al.

(6)

(1983) yang memperoleh nilai heritabilitas rendah pada karakter berat umbi segar layak jual. Karakter-karakter yang memiliki nilai duga heritabi-litas sedang sampai rendah menunjukkan bahwa faktor lingkungan bertanggung jawab atas karakter-karakter tersebut. Martono (2009) me-nyatakan bahwa karakter yang memiliki nilai heri-tabilitas rendah sampai sedang berarti faktor ling-kungan lebih besar pengaruhnya daripada faktor genetik. Dengan demikian karakter-karakter yang memiliki nilai duga heritabilitas dari rendah hingga sedang kurang efektif untuk diseleksi. Seleksi akan efektif jika dilakukan pada generasi lanjut.

Nilai heritabilitas yang sangat rendah (0,00%) pada karakter berat segar tanaman dan berat umbi segar layak jual mengindikasikan bahwa nilai yang benar bagi ragam genetik adalah nol (0) atau nilai yang dekat dengan nol. Maluf et al., (1983) melaporkan bahwa karakter panjang ruas antar sulur, hasil umbi, dan rata-rata berat umbi layak jual menunjukkan nilai negatif. Hal ini dise-babkan populasi yang diamati mempunyai dasar genetik yang luas. Penjelasan yang tepat karena besaran ragam genetik yang rendah dalam hubung-annya dengan ragam lingkungan (heritabilitas rendah) daripada ketidakhadiran ragam genetik (seperti ragam genetik bernilai nol). Ini menunjuk-kan heritabilitas yang rendah bagi variabel berat segar tanaman, berat kering umbi pertanaman dan berat umbi segar layak jual. Namun karakter-karakter tersebut dapat diperoleh nilai pendugaan yang lebih besar apabila dilakukan percobaan dengan menggunakan populasi yang lebih besar, pengulangan selama beberapa tahun dan lokasi yang berbeda. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh Jones (1969), Wahyuni et al. (2004), dan Tsegaye et al. (2007). Satu hal yang harus diduga adalah heritabilitas berdasarkan tanaman tunggal akan lebih rendah karena tingginya nilai ragam lingkungan.

Dari hasil ini ditemukan bahwa karakter-karakter diameter sulur, jumlah umbi, dan berat umbi segar per klon merupakan karakter yang dapat langsung diseleksi pada generasi awal. Hal ini tidak lain karena nilai heritabilitas yang tinggi dan klon-klon yang sangat beragam secara genetik (variabilitas luas) merupakan pertimbangan yang penting agar seleksi klon ubi jalar unggul dapat berlangsung efektif dan efisien. Karakter-karakter lain seperti jumlah cabang, berat kering tanaman, panjang umbi, diameter umbi, berat umbi segar per tanaman, dan jumlah umbi layak jual tidak bisa dilakukan seleksi pada generasi awal sebab syarat variabilitas yang luas ataupun heritabilitas tinggi tidak terpenuhi sehingga seleksi tidak akan efektif dan efisien.

Sebagai kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa variabel yang memiliki nilai heritabili-tas tinggi meliputi panjang sulur, diameter sulur, panjang ruas antar sulur, jumlah cabang, jumlah umbi, panjang umbi, diameter umbi, dan berat umbi segar per klon. Variabel yang memiliki nilai heritabilitas sedang adalah berat kering tanaman, berat umbi segar per tanaman, berat umbi kering per tanaman dan jumlah umbi segar layak jual. Variabel yang memiliki nilai heritabilitas rendah adalah berat segar tanaman dan berat umbi segar layak jual.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai nilai heritabilitas ubi jalar dengan jumlah individu yang lebih banyak atau populasi yang lebih besar sehingga berpeluang untuk dapat diperoleh karakter-karakter yang mempunyai nilai herita-bilitas yang lebih tinggi.

KEPUSTAKAAN

Allard, R.W., 1960. Principles of Plant Breeding. John Wiley dan Sons, Inc. New York. Chichester, Brisbane, Toronto, Singapore. Alnopri, 2004. Variabilitas genetik dan heritabilitas

sifat-sifat pertumbuhan bibit tujuh geno-tipe kopi robusta-arabika. Jurnal Ilmu-ilmu

Pertanian Indonesia, 6 (1): 91– 96.

Anderson, R.L., dan T.A. Bancroft, 1952. Statistical Theory in Research, McGrawHill Book Company Inc. New York.

Anwar, S., 2007. Keragaman genetik-fenotipik dan hubungan antara karakter anatomi-morfologi-fisiologi dengan produksi bahan kering rumput pakan hasil poliploidisasi dalam kondisi tercekam aluminium.

Animal Production, 9 (1): 23–29.

Ariani, D.A., M. Syukur, dan R. Yunianti, 2010. Pendugaan parameter genetik dan eva-luasi daya hasil enam genotipe cabai half

diallel pada intensitas cahaya rendah.

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian. Austin, D.F., 1987. Hybrid Polyploids in Ipomea

batatas (Convolvulaceae). Journal of

Heredity, 68: 259–260.

Borojevic, S., 1990. Principles dan Methods of Plant Breeding. Elsevier Sci. Pub.Co. Inc. New York.

Damardjati, D.S., dan S. Widowati, 1994. Peman-faatan Ubi Jalar dalam Program Diversifi-kasi Guna Mensukseskan Swasembada Pangan. Risalah Seminar Penerapan Tek-nologi Produksi dan Pasca Panen Ubi Jalar Mendukung Agro-industri. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. No. 3, Hal: 1-25.

(7)

Diongzon, E., dan O. Catalino Jr., 1982. Breeding Sweet Potato. Regional Root Crops Pro-duction Training Course. Visayas State College of Agriculture Bay-Bay Philippines. Hal: 20.

Fehr, W. R., 1991. Principles of Cultivar Develop-ment. Theory dan Technique Volume 1. Iowa State University.

Huaman, Z., 1992. Systematic Botany dan morpho-logy of the sweet potato. Technical Infor-mation Bulletin 25. International potato center (CIP). Lima. Peru.

Huamán, Z., 1999. Sweetpotato Germplasm Mana-gement (Ipomoea batatas) Training ma-nual. International Potato Center (CIP). Lima. Peru.

Johnson, H.W., H.F. Robinson dan R.E. Comstock, 1955. Genotypic dan Phenotypic correla-tion in Soybeans dan their implicacorrela-tion in selection. Agronomy Journal, 47: 477-483. Jones, A., 1969. Quantitative inheritance of ten vine traits in sweet potato. Journal of

American Society of Horticultural Sciences, 94: 408–111.

Klug, W. S. dan M. R. Cummings. 2005. Essentials of genetics. 5th ed. Upper Saddle River, New Jersery. Pearson Education, Inc.

Kostaman, T., 2010. Budidaya Ubi Jalar Cilembu ST 1. Penyuluhan Pertanian dan Tanaman Pangan.

Kuckuck, H., G. Kobabe, dan G. Wenzel, 1991. Fundamentals of Plant Breeding. Springer Verlag. Berlin Heidelberg New York London Paris Tokyo Hongkong Barcelona Budapest.

Lestari, A.D., W. Dewi, W.A. Qosim, M.Rahardja, N. Rostini, dan R. Setiamihardja, 2006. Varia-bilitas Genetik dan HeritaVaria-bilitas Karakter Komponen Hasil dan Hasil Lima Belas Genotipe Cabai Merah. Zuriat, 17(1): 94– 102.

Lingga, P., B. Sarwono, F. Rahardi, P.C. Rahardja, J.J. Afriastini, R. Widianto, dan W.H. Apriadji, 1991. Bertanam Ubi-ubian. Penebar Swadaya. Jakarta.

Maluf, W.R., J.E.C. Mirdana dan P.E. Fereira, 1983. Broad-Sense Heritabilities of Root dan Vine Traits in Sweet Potato (Ipomea

batatas (L.) Lam). Brazillian Journal of

Genetics, 6(3): 443-451.

Mangoendidjojo, W., 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.

McWhirter, K.S., 1979. Breeding of Cross Polinated Crops. In: Knight (ed.). Plant Breeding. AAUCS. Brisbane.

Mok, G., N.L. Tjinkohadi., dan T.D. Hoang., 1997. Sweet potato breeding strategy dan germ-plasm testing in Southeast Asia. Interna-tional Potato Center, Program report, 1995–1996, Lima, Peru, pp: 104 – 109. Onwueme, I.C., dan W.B, Charles, 1994. Tropical

Root dan Tuber crops. Productions dan Prospects. FAO Plant Production dan Pro-tection Paper No. 126. Food dan Agricul-ture Organization of the United Nation. Rome.

Pandiangan, H., 2008. Studi karakter beberapa varietas tanaman kacang hijau (Phaseolus

radiatus L.) turunan kelima. Skripsi

Fakul-tas Pertanian UniversiFakul-tas Sumatera Utara. Purba, D. O., 2001. Kemampuan Silang Ubi Jalar

(Ipomea batatas (L) Lam.) Berdaging Umbi Jingga dengan Ipomea trifida Diploid. Skripsi Fakultas MIPA IPB.

Purseglove, J.W., 1974. Tropical Crops Dicotyledons I. John Willey dan Son. Ins. New York. Hal: 74–78.

Rasyad, A., 1999. Variabilitas Genetik dan Heritabi-litas Karakter Agronomis Padi Lahan Pasang Surut di Kabupaten Bengkalis dan Indragiri Hilir. Zuriat, 10(2): 80–85. Rostini N., E. Yuliani dan N. Hermiati, 2006.

Heri-tabilitas, Kemampuan Genetik dan Kore-lasi Karakter Daun dengan Buah Muda, Heritabilitas pada 21 Genotipe Nenas.

Zuriat, 17(2): 114–121.

Rozi, F., dan R. Krisdiana, 2005. Prospek Ubi Jalar Berdaging Ungu sebagai Makanan Sehat dalam Mendukung Ketahanan Pangan. Badan Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) Malang. Hal: 39–45.

Ruchjaniningsih, R. Setiamihardja, H.K. Murdaning-sih, dan W.M. Jaya, 2002. Efek Mulsa Pada Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Keta-hanan Terhadap Ralstonia solanacearum pada 13 Genotipee Kentang di Dataran Medium Jatinangor. Zuriat, 13(.2): 73– 80. Rukmana, R., 1997. Ubi Jalar. Budidaya dan Pasca

Panen. Kanisius. Yogyakarta.

Sastrahidayat, I.R., dan Soemarno, 1991. Budidaya Tanaman Tropika. Usaha Nasional. Surabaya.

Singh, R.K., dan B.D. Chaudhary, 1979. Biometrical Methods in Quantitative Genetic Analysis. Kalyani Pub. Ludhiana, New Delhi.

Singleton, M.C., 2008. Iron dan Zinc Physiology in Sweetpotato. Tesis of The School of Plant, Environmental dan Soil Sciences South-eastern Louisiana University.

(8)

Stanfield, W.D., 1988. Genetics. McGraw Hill Book Company. New York.

Tampake, H., dan H.T. Luntungan, 2002. Penduga-an parameter genetik dPenduga-an korelasi Penduga-antar sifat-sifat morfologi kelapa (Cocos

nuci-fera, Linn). Jurnal LITTRI, 8(3): 97–102.

Wahyuni, T.S., 2011. Pelestarian dan Karakterisasi Plasma Nutfah Ubi Jalar. Indonesian Legu-mes dan Tuber Crops Research Institute. Wahyuni, T.S., R, Setiamihardja, N. Hermiati, dan

K.H. Hendroatmojo, 2004. Variabilitas Ge-netik, Heritabilitas dan Hubungan antara Hasil Umbi dengan Beberapa Karakter ku-antitatif dari 52 Genotipee Ubi Jalar di Kendalpayak, Malang. Zuriat, 15(2): 109– 117.

Warner, J.N. 1952. A method for estimating herita-bility. Agronomy Journal, 44(8).

Watson, I. dan M.J. Dallwitz, 2000. The families of flowering plants. Description, illustrations, identification dan information retrival. Version: 14thDecember 2000.

Welsh, J.R., 1991. Fundamental of Plant Genetic dan Breeding. (Diterjemahkan oleh Johanis P. Mogea). Dasar-dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Erlangga. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Analisis ragam dan harapan kuadrat tengah dari RAK untuk suatu karakter
Tabel 2. Pendugaan komponen ragam dan heritabilitas pada beberapa karakter ubi jalar

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat bimbingan dan penyertaanNya saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul “Formulasi Sediaan Tabir

a. Mengetahui jenis merger dari penggabungan usaha BPR-BKK Karangmalang Sragen dan tujuan pemegang saham melakukan merger. Mengetahui dampak merger bagi para pihak. Hasil

mati, hukum bacaan qalqalah, hukum bacaan lam-ra, hukum bacaan mad dan mati, hukum bacaan qalqalah, hukum bacaan lam-ra, hukum bacaan mad dan waqaf hukum bacaan

Menurut Kaymaz (2010), hasil penelitian mendukung teori bahwa praktek rotasi pekerjaan (job rotation) berpengaruh positif pada motivasi (motivation), Kaymaz

Dari salah satu putusan yang dijadikan objek penelitian oleh penulis terlihat adanya keringanan hukuman yang dijatuhkan hakim kepada perbuatan perbarengan tindak pidana

Ukuran partikel bahan baku ransum yang berbeda dapat mempengaruhi waktu produksi dan tingkat penyusutan bahan yang berlangsung selama proses produksi yang pada akhirnya

Respon siswa memilih jawaban usaha positif dilakukan oleh gas pada lingkungan, alasan yang dikemukakan siswa adalah piston mengalami kenaikan suhu sehingga

Karena luasnya sistem informasi yang diterapkan dalam sebuah perusahaan, perlu dilakukan pembatasan ruang lingkup penelitian, yaitu pada sistem informasi akuntansi pembelian