• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembentukan dan pembaharuan hukum yang responsif atas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembentukan dan pembaharuan hukum yang responsif atas"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peranan penerapan suatu sistem hukum dalam pembangunan demi

terciptanya pembentukan dan pembaharuan hukum yang responsif atas kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum yang baru, baik yang diciptakan untuk menunjang pembangunan itu sendiri maupun yang merupakan refleksi perkembangan politik, ekonomi dan sosial dalam masyarakat. Tujuan dari pembaharuan hukum sendiri jelas harus terarah pada usaha pembentukan sistem hukum nasional dan hukum yang responsif pada kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan masyarakat sebagai keseluruhan. Dengan begitu kegiatan pembaharuan hukum mempunyai arti yang luas, yang bergerak merefleksikan perubahan-perubahan baik dari segi politik, ekonomi, maupun sosial dan seirama dengan perkembangan dan peningkatan kebutuhan-kebutuhan dan corak interaksi dari masyarakat.

Pemahaman terhadap berbagai sistem hukum saat ini semakin memegang peranan penting. Hal ini merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindari, mengingat interaksi antar bangsa yang semakin intense baik yang bersifat privat maupun publik yang di dalamnya diperlukan aturan main yang didasarkan pada suatu norma hukum atau Legal Norm tertentu yang sangat dipengaruhi oleh sistem

(2)

hukum masing-masing negara.1

Sistem hukum pengangkutan yang berlaku di dunia pada saat ini sudah semakin berkembang, begitu juga halnya di Indonesia. Saat ini hukum pengangkutan yang berlaku di Indonesia tidak hanya menjadikan KUH Dagang saja sebagai dasar hukum atau acuan hukum nya, namun sudah semakin banyak aturan-aturan hukum, baik melalui Undang-Undang peraturan presiden, peraturan Pemahaman tentang sistem hukum bermanfaat dalam memahami bagaimana menentukan arah pembangunan hukum nasional yang responsif terhadap instrumen-instrumen hukum asing, namun tidak menanggalkan dan meninggalkan budaya hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Begitu juga hal nya terkait dengan sistem hukum pengangkutan yang berlaku di Indonesia pada saat ini.

Sejalan dengan pelaksanan pembangunan di Indonesia yang sasaran utamanya di bidang pembangunan ekonomi, maka kegiatan perdagangan merupakan salah satu sektor pembangunan ekonomi yang senantiasa harus diperhatikan tumbuh-kembang peranannya. Untuk memperlancar arus barang dan jasa guna menunjang kegiatan perdagangan tersebut, diperlukan adanya sarana pengangkutan yang memadai, baik pengangkutan melalui darat, laut maupun udara. Pengembangan sarana pengangkutan tersebut pastinya memerlukan sistem yang lebih efektif dan efisien untuk kepentingan nasional, maka dari itu sangatlah diperlukan pada saat ini suatu sistem atau jaringan kerja yang mampu mewujudkan pelayanan dengan kualitas yang lebih efisien, lebih produktif dan lebih kompetitif.

1

Ade Maman Suherman, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum, ( PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006), hlm V.

(3)

menteri, maupun peraturan lainnya yang lebih khusus mengatur tentang hukum pengangkutan tersebut. Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar pastinya sangat memerlukan suatu perkembangan dalam sistem hukum yang mengatur mengenai sistem hukum pengangkutan agar dapat lebih maju dan siap dalam mengahadapi persaingan ekonomi global.

Proses globalisasi yang semakin lama semakin intens terjadi memberi implikasi bahwa setiap negara dituntut untuk dapat mengantisipasi dan bisa beradaptasi dengan kecenderungan globalisasi dan bisa menuju peratapan dunia (compression of the world ) yang semakin tanpa batas ( borderless ).2

Dalam kaitannya dengan kerjasama antar negara tersebut, para menteri luar negeri di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand merancang

Joint declaration yang mencakup kesadaran akan perlunya meningkatkan saling

pengertian untuk hidup bertetangga secara baik serta membina kerja-sama yang bermanfaat diantara negara-negara yang sudah terikat oleh pertalian sejarah dan budaya. Upaya pembentukan organisasi kerja-sama kawasan telah membuahkan Untuk mengantisipasi saling bersinggungan dibidang ekonomi memerlukan adanya harmonisasi hukum ekonomi lintas negara termasuk kesepakatan aturan main yang berlaku. Pada dasarnya tujuan utama suatu negara melakukan hubungan internasional adalah untuk memenuhi kepentingan nasional yang tidak dimiliki di dalam negeri sehingga di perlukan suatu kerja-sama untuk mempertemukan kepentingan nasional antar-negara.

2

Latif Adam dan Maxensius Tri Sambodo, Infestasi dan Perdagangan Luar

Negeri:Dinamika Globalisasi dan Perannysa Dalam Pertumbuhan Ekonomi, diambil dari Jurnal

Ekonomi Dan Pembangunan VOL XVI (2) 2008 , (Jakarta : LIPI Press, 2008), Hlm 15-16, diakses pada tanggal 4 agustus 2010.

(4)

hasil dengan di tanda-tangani nya Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok pada tanggal 08 agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Malaysia dan para Menteri Luar Negeri Indonesia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Deklarasi tersebut menandai berdirinya perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara (Association of South East Asian Nations/ASEAN ). Kini ASEAN terdiri dari sepuluh (10) negara yaitu Lima (5) negara pendiri dan Lima (5) negara yang bergabung kemudian yaitu Brunei darussalam (1984), Vietnam (1995), Myanmar dan Laos (1997), dan Kamboja (1999).3

Pentingnya suatu Visi bersama untuk membangun integrasi Ekonomi bersama antar negara di kawasan ASEAN telah mendorong para pemimpin negara-negara ASEAN untuk membuat suatu Deklarasi bersama yang disebut dengan “Declaration On The Asean Economic Community (AEC) blueprint” yang ditanda-tangani pada tanggal 20 November 2007 yang lalu, yang merupakan cetak biru untuk melakukan Transformasi guna menjadikan ASEAN sebagai suatu

single market and production base, highly competitive, and fully integrated into global community by 2015. Deklarasi tersebut merupakan kelanjutan dan

penyempurnaan dari kesepakatan dalam “Declaration of ASEAN concord II (Bali Concord II)”, yang pada salah satu butir kesepakatannya, menegaskan kembali

National Single Window (NSW).

4

3

Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia,

ASEAN Selayang Pandang, Tahun 2007

http://www.Deplu.go.id diunduh 22 Agustus 2010. 4

Tim Persiapan National Single Window (NSW) Republik Indonesia, Penerapan Sistem

National Single Window Menuju Otomasi Sistem Pelayanan yang Terintegrasi Untuk Mewujudkan Reformasi Layanan Publik di Bidang Ekspor-Impor, http://www.insw.go.id diunduh pada 21 Mei 2010.

(5)

Salah satu komitmen bersama dalam melaksanakan deklarasi tersebut adalah kesepakatan untuk membangun ASEAN Single Window (ASW) yang merupakan sistem terintegrasi yang mewadahi suatu lingkungan fasilitas perdagangan (trade-facilitating environtment), yang didasari pada standarisasi data, informasi parameter, prosedur, formalitas, dan international best practises, yang berkaitan dengan proses kepabean dan keluar masuk barang.

Pada tingkat Nasional, pada hari senin tanggal 17 desember 2007, Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perhubungan, mewakili Pemerintah Indonesia secara resmi melakukan peresmiaan “Implementasi Tahap Kesatu Sistem NSW di Indonesia” dan sekaligus melakukan peluncuran “Official Website dan Portal INSW” sebagai gerbang utama sistem layanan publik yang terintegrasi secara elektronik, yang menyediakan fasilitas untuk pelayanan seluruh kegiatan yang terkait dengan Ekspor-impor.5

Penerapan INSW ini juga untuk mempermudah para pelaku usaha untuk dapat melakukan pengeluaran barang impor atau pemasukan barang ekspor dari dan ke kawasan pabean dengan menggunakan dokumen yang hanya diajukan melalui satu jendela saja, yang artinya pelayanan ini bersifat satu penyampaian, Suatu negara memiliki tujuan neraca perdagangan yang surplus atau ekspor lebih besar dari pada impor. Dengan demikian liberalisasi perdagangan akan berpengaruh terhadap neraca perdagangan yakni pertumbuhan ekspor dan impor. Pertumbuhan ekspor dan impor inilah yang menentukan Neraca Perdagangan Surplus atau Defisit.

5 Ibid.

(6)

satu pemrosesan, dan satu pemutusan (Single Submission, Single Processing, dan

Single Decision). Dalam bahasa sederhana NSW merupakan kantor maya (Virtual Office) yang menangani proses perizinan ekspor- impor dilakukan secara

elektronik penuh, dimana sebelumnya pengusaha menggunakan kertas (manual) atau Disket/USB (semi-elektronik) untuk mengurus dokumen.

Dengan adanya NSW proses perizinan dilakukan secara cepat, menghemat waktu dan biaya karena tidak perlu lagi datang ke kantor pelayanan sehingga tidak terjadi hubungan dengan pihak (contact person) pejabat, barang pun bisa tiba dengan cepat di tempat tujuan, biaya produksi dan transaksi menjadi rendah sehingga mampu menekan ekonomi biaya tinggi (high cost economy).

Pelaksanaan NSW ini membawa tantangan baru. Tantangan mendasar

adalah Harmonisasi Data. Pembagian informasi antara instansi sepertinya

sederhana, tetapi seringkali sangat sulit. Instansi yang berbeda memiliki peraturan yang berbeda untuk barang atau pelabuhan yang sama. Demi terciptanya kesesuaian berbagai jenis data adalah tugas yang panjang dan berat, tetapi harus dilakukan demi berbagi informasi, namun perlu disusun rangkaian data bersama sehingga tidak ada kesalahpahaman atau salah tafsir antar instansi. Tantangan

kedua adalah masalah teknis : metode pertukaran data. Seperti harmonisasi data,

masalah ini sepertinya sederhana, akan tetapi dalam sistem TI warisan yang menggunakan sistem keamanan dan protokol keamanan berbeda, hal ini adalah tantangan. Tantangan ketiga adalah masalah Legalitas. Pembagian data antar instansi memerlukan kerangka hukum yang memastikan semua pihak dapat

(7)

mengandalkan informasi yang dimasukkan secara elektronik dan dibagi menjadi sistem jendela tunggal.6

1. Bagaimanakah jalannya arus barang ekspor dan impor dalam perdagangan internasional?

Berdasarkan pemikiran pentingnya penerapan INSW tersebut sebagai layanan publik yang terintegrasi secara elektronik, yang menyediakan fasilitas untuk pelayanan seluruh kegiatan yang terkait dengan ekspor-impor dimana hal tersebut merupakan hal yang baru di indonesia, serta bagaimana pula efektivitas yang muncul hingga saat ini sejak diterapkannya INSW tersebut, maka dalam skripsi ini masalah yang dibahas mengenai :

Efektivitas Penerapan Indonesia Nasional Single Window ( INSW ) berdasarkan Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2008 Sebagai Upaya Pendorong Kelancaran Arus Barang Ekspor dan Impor (Studi Pada Bea dan Cukai Belawan).

B. Perumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan penulisan uraikan adalah :

2. Bagaimana penerapan Sistem INSW terkait dengan prosedur Kepabean dan dampaknya bagi perdagangan ekspor-impor di Indonesia?

6 Li San Cheung (Pierre), Surat Pembaca,

Http://www.senada.or.id, diunduh pada 22 agustus 2010.

(8)

3. Bagaiamanakah bentuk efektivitas yang muncul tehadap Penerapan sistem INSW pada Bea dan Cukai Belawan dalam upaya pendorong kelancaran arus barang ekspor dan impor?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

I. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini antara lain :

a. Untuk mengetahui jalannya arus perdagangan internasional .

b. Untuk mengetahui penerapan Sistem INSW terkait dengan prosedur Kepabean dan dampaknya bagi perdagangan ekspor-impor di Indonesia.

c. Untuk mengetahui efektivitas yang muncul tehadap Penerapan sistem INSW pada Dirjen Bea dan Cukai Belawan sebagai upaya peningkatan kinerja sistem hukum Pengangkutan di Indonesia.

II. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut :

a. Secara teoretis, untuk menambah pengetahuan penulis tentang perdagangan internasional dan bagaimana ciri-ciri beserta karakteristiknya, untuk mengetahui para pihak yang terkait dalam teknik perdagangan internasional, beserta hubungan pihak

(9)

Kepabean dalam kegiatan pengangkutan di pelabuhan. Selain itu, dapat juga memberikan informasi kepada masyaraakat agar lebih mengenal penerapan sistem INSW tersebut dalam kegiatan ekspor-impor di Indonesia.

b. Secara praktis, diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran Juridis bagi pihak-pihak yang memiliki kompetensi dalam bidang hukum bisnis maupun perdagangan baik nasional maupun internasional maupun pihak lain yang merasa tertarik terhadap masalah yang akan dibahas.

D. Keaslian Penulisan

Keaslian penulisan skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran penulis dengan mengambil panduan dari buku-buku dan beberapa sumber lain yang berkaitan dengan judul, ditambah sumber riset dari Bea dan Cukai di pelabuhan Belawan kota Medan. Setelah penulis melihat perpustakaan di Fakultas Hukum jurusan Hukum Perdata Dagang yang ada, penulis tidak menjumpai judul skripsi ini.

Dalam penulisan ini yang harus ditekankan adalah bagaimana efektivitas yang muncul terhadap penerapan INSW ini sebagai upaya pendorong kelancaran arus barang ekspor dan impor. Selain itu juga karena penulis ingin mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana proses berlakunya penerapan masuknya barang ekspor dan impor melalui portal INSW di Bea dan Cukai Belawan.

(10)

Penulisan ini disusun berdasarkan literatur-literatur yang berkaitan dengan hukum Perdata, hukum Dagang, hukum Internasional, hukum Pengangkutan, serta Peraturan Perundang-undangan yang membahas mengenai pertanggung-jawaban pengangkut terhadap barang yang diangkut melalui pengangkutan laut, beserta Undang-undang tentang Kepabean dan peraturan presiden yang menjadi dasar hukum penerapan INSW tersebut, oleh karena itu penulisan ini asli karya penulis.

E. Tinjauan Kepustakaan

Demi kelancaran arus barang ekspor dan impor dalam perdagangan internasional diperlukan suatu sistem yang dapat memperlancar kegiatan ekspor dan impor tersebut. Dalam hal ini kepabeanan dalam pelaksanaan tugas sebagai pengawas lalu-lintas barang tidak terlepas dari sistem dan prosedur yang berlaku dalam perdagangan internasional atau yang dikenal dengan sebutan teknik perdagangan internasional. Semua tata cara yang diketahui dan dilaksanakan oleh orang atau badan hukum dalam transaksi perdagangan global, terutama dalam hal pemenuhan hak dan kewajiban para pihak yang terkait didalamnya. Beberapa hal yang terkait dalam transaksi perdagangan internasioanl adalah berupa Dokumen-dokumen pelengkap dan incoterm. Dokumen-Dokumen-dokumen pelengkap tersebut sangatlah erat berkaitan dengan hukum pengangkutan.

Dalam pelaksanaan pengangkutan terlebih dahulu harus dilakukan perjanjian pengangkutan agar lebih mudah untuk mengetahui pihak yang bertanggung jawab apabila terjadi masalah dan resiko yang di tanggung,

(11)

WIWOHO Soedjono, mengemukakan pertanggung jawaban pengangkut adalah pada saat barang-barang ada dibawah penguasaan nya yaitu di pelabuhan pemuatan, selama berlangsungnya pengangkutan sampai di pelabuhan pembongkaran.7

Ketentuan yang mengatur tentang perjanjian ini terdapat dalam Buku III KUH Perdata, dimana KUH Perdata ini memiliki sifat terbuka artinya ketentuan-ketentuannya dapat dikesampingkan, sehingga hanya berfungsi mengatur saja. Berdasarkan ilmu yang diperoleh dari Dosen, Bapak Tan Kamello yang menjelaskan dalam materi kuliah Hukum Perdata, bahwa sifat terbuka dari KUH Perdata ini tercermin dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang mengandung asas kebebasan berkontrak, maksudnya setiap orang bebas untuk menentukan bentuk, macam dan isi perjanjian asalkan tidak bertentangan dengan peraturan Berdasarkan ilmu yang diperoleh melalui penjelasan dosen, Bapak Hasnil Siregar, dalam perkuliahan hukum pengangkutan, dapat ditafsirkan bahwa pertanggung jawaban pengangkut adalah pada saat barang-barang ada dibawah penguasaan pengangkut sampai pada saat barang-barang itu diserahkan kepada consignee atau penerima barang.

Berbicara Pengangkutan, dimana sebelum melakukan perjanjian khususnya perjanjian yang dilakukan melalui transaksi secara elektronik, tentunya tidak terlepas dari konsep perjanjian secara mendasar sebagaimana termuat dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang menegaskan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

7

Wiwoho Soedjono, Hukum Laut Khusus Tentang Pengangkutan Barang di Indonesia, (Liberty, Yogyakarta, 1986), Hlm.59

(12)

perundang-undangan yang berlaku, kesusilaan dan ketertiban umum, serta selalu memperhatikan syarat sahnya perjanjian sebagaimana termuat dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang mengatakan bahwa, syarat sahnya sebuah perjanjian adalah sebagai berikut:

1. Kesepakatan para pihak dalam perjanjian; 2. Kecakapan para pihak dalam perjanjian; 3. Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal.

Kesepakatan berarti adanya persesuaian kehendak dari para pihak yang membuat perjanjian, sehingga dalam melakukan suatu perjanjian tidak boleh ada pakasaan, kekhilapan dan penipuan (dwang, dwaling, bedrog).

Oleh sebab itu, jelaslah bahwa sebelum melakukan kegiatan pengangkutan haruslah terjadi kesepakatan para pihak dalam bentuk perjanjian. selanjutnya mengenai hubungan hukum pengangkutan dengan sistem INSW, dimana pihak kepabeanan sebagai pengawas adalah hubungan hak dan kewajiban secara bertimbal-balik, yang timbul karena perbuatan, kejadian, dan keadaan dalam proses pengangkutan. Dalam pengangkutan barang melalui laut, pelabuhan merupakan tempat tiba nya sarana pengangkut, dimana dalam kedatangan sarana pengangkut tersebut di pelabuhan tujuan wajiblah mendapat pengawasan dari pihak Bea dan Cukai. Kegiatan pengangkutan barang di pelabuhan tujuan baik yang di dalam daerah pabean dan membawa barang-barang yang berasal dari luar daerah pabean maupun yang berasal dari dari dalam daerah pabean yang diangkut melalui luar daerah pabean merupakan objek pengawasan dari Bea dan Cukai.

(13)

Oleh sebab itu dalam kegiatan pengangkutan ini, pihak Bea dan Cukai sebagai pengawas dan fasilitas yang bertugas dalam mengawasi keluar-masuknya arus barang, serta sebagai pengamanan penerimaan negara demi lancarnya arus administrasi dan barang sudah barang tentu berperan penting dalam Pengangkutan barang khusus nya di pelabuhan. Pada saat ini sudah diperkenalkan adanya suatu sistem baru yang dikenal dengan INSW. Dimana dengan diluncurkannya satu sistem yang sangat penting tersebut, yaitu Sistem Nasional Single Window diharapkan dapat mewujudkan terciptanya kelancaraan arus barang ekspor, impor, dan transit, dalam rangka meningkatkan daya saing nasional.

Sistem ini terletak dalam konteks yang lebih besar, dalam perspektif yang lebih makro, baik nasional, regional, dalam arti kawasan dan kemudian global. Disini kesiapan sistem pelayanan ekspor-impor yang ada di institusi Kepabeanan merupakan kunci utama keberhasilan penerapan sistem NSW, mengingat penerapan sistem ini dari awal diarahkan kepada dukungan percepatan proses pemberian Customs Clearance. Demikian juga yang terkait dengan aspek teknis lainnya, seperti penggunaan format elemen data yang mengikuti standar internasional, penetapan bisnis proses yang comply and compatible dengan

international best practices, akan menjadi titik kunci dalam mendukung

keberhasilan penerapan sistem NSW.8

8

Tim Persiapan National Single Window (NSW) Republik Indonesia, Penerapan Sistem

National Single Window Menuju Otomasi Sistem Pelayanan yang Terintegrasi Untuk Mewujudkan Reformasi Layanan Publik di Bidang Ekspor-Impor,

F. Metode Penelitian

http://www.insw.go.id diunduh pada 21 Mei 2010.

(14)

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yaitu pengumupulan data yang berkaitan dengan permasalahan, kemudian penulis mengadakan analisa terhadap masalah yang dihadapi tersebut.

1. Lokasi Penelitian

Penelitian di lakukan di kantor Bea dan Cukai Belawan 2. Jenis Penelitian

Penulisan ini menggunakan metode penelitian hukum normatif-empiris,9 dalam penelitian empiris10

a. Bahan hukum primer. Berupa peraturan

perundang-undangan, yang bersifat mengikat dan disahkan oleh pihak yang berwenang, yaitu Peraturan Presiden no 10 tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik dalam Kerangka INSW.

dilakukan untuk memperoleh data primer yaitu dengan melakukan studi dan wawancara kepada pihak Bea dan cukai Belawan Medan, sedangkan penelitian hukum normatif, dilakukan melalui kajian terhadap peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan skripsi. Data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

b. Bahan hukum sekunder, bahan hukum yang menunjang

bahan hukum primer seperti ahli hukum

9

Pada hukum normatif-empiris yang diteliti adalah data primer dan data sekunder. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (UI Press, Jakarta, 1986), hlm.52.

10

Penelitian hukum empiris atau dengan istilah lain biasa digunakan adalah penelitian hukum sosiologis dan dapat pula disebut dengan penelitian lapangan.

(15)

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang

memberikan petunjuk dan penjelasaan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus bahasa Indonesia, ensiklopedi, dan sejenisnya.

3. Teknik pengumpulan data

a. Studi Kepustakaan (Library research) yaitu metode

pengumpulan data dengan mempelajari dan melakukan analisa secara sistematika terhadap sejumlah literatur di perpustakaan berupa buku-buku dan peraturan perundang-undangan, catatan materi perkuliahan dan sumber lainnya yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

b. Studi Lapangan (Field research) yaitu penelitian yang

dilakukan secara langsung ke lapangan, perolehan data ini dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada pihak Bea dan Cukai Belawan Medan sebagai instansi yang bertanggung jawab atas pengoperasian sistem NSW.

4. Analisis data

Analisis data dalam penulisan ini digunakan data kualitatif, yaitu suatu analisis data secara jelas serta diuraikan dalam bentuk kalimat sehingga diperoleh gambaran yang jelas yang

(16)

berhubungan dengan skripsi ini, dalam hal ini diperoleh dari hasil wawancara terhadap pihak Bea dan Cukai Belawan Medan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (Lima) bab, dimana masing-masing bab akan menguraikan permasalahannya secara tersendiri. Dalam 5 (Lima) bab terperinci akan diuraikan pokok-pokok pembahasannya, sebagai berikut ;

BAB I : Bab ini merupakan bab Pendahuluan yang isinya antara lain memuat Latar belakang, Pokok permasalahan, Tujuan dan manfaat Penulisan, Keaslian penulisan, Tinjauan kepustakaan, Metode penelitian, Sistematika penulisan.

BAB II : Bab ini akan membahas tentang Jalannya arus barang ekspor dan impor dalam perdagangan internasional, pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan perdagangan internasional, beserta peran dan tanggung jawab hukum pihak Kepabean yang diatur dalam Undang-undang Nomor 17 tahun 2006 sebagai pengawas atas lalu-lintas keluar-masuk barang ekspor dan impor daerah kepabeanan juga latar belakang lahirnya sistem INSW.

BAB III : Bab ini akan membahas Penerapan sistem INSW terkait dengan prosedur Kepabean dan dampaknya bagi perdagangan

(17)

ekspor-impor di Indonesia berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik Dalam Kerangka Indonesia Nasional single Window, dimana isinya memuat tentang strategi dan pengembangan sistem tersebut, tahapan-tahapan dalam penerapan sistem INSW, serta bentuk perlindungan hukum terhadap pihak pengguna portal INSW, baik instansi pemerintah maupun pemakai jasa pelabuhan (eksportir, importir) atas implementasi sistem INSW tersebut. BAB IV : Bab ini akan membahas tentang efektivitas Penerapan INSW

pada Bea dan Cukai Belawan Medan yaitu instansi yang bertanggung jawab atas pengoperasian sistem NSW tersebut sebagai adaya upaya pendorong kelancaran arus barang ekspor dan impor, dimana isinya memuat tentang mekanisme penerapan sistem INSW, efektivitas seperti apa yang muncul dengan lahirnya sistem INSW serta hambatan apa yang muncul dalam pelaksanaan INSW tersebut pada Bea dan Cukai Belawan,Medan.

BAB V : Bab Penutup, berisikan kesimpulan berdasarkan uraian dan data yang merupakan kesimpulan dan saran atas permasalahan yang di bahas, dan saran-saran yang bermanfaat dan dapat dijadikan rekomendasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Referensi

Dokumen terkait

Hotelling yang ditampilkan pada Gambar 4. diketahui bahwa proses produksi transformator hermetically sealed 100 kVA belum terkendali secara statistik dalam mean

Dalam lingkungan kerja yang seperti ini para karyawan merasa tidak enak dan tidak aman dalam bekerja, sehingga produktivitas dan efisiensi kerja akan menurun, ini

Balai Perbenihan Tanaman Hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana, sertifikasi perbenihan dan pembibitan, pengelolaan sumber benih

Suatu proses adiabatik dikenakan keatas 15 mol gas unggul.. Dalam situasi l, suhu akhir gas dalam unit SI adalah berhampiran dengan; a. Dalam situasi 1, haba yang diserap oleh gas

Bank yang mengelola modalnya dengan baik serta menahan atau menyimpan modal tersebut dalam jumlah yang cukup besar dapat menciptakan likuiditas yang tinggi dan

Range kadar hormon steroid pada ikan Lukas pada akhir periode predomestikasi 1; 2; 4 dan 8 bulan dari sampel dengan bobot badan terendah – tertinggi ... 38 5.9 Variasi

Tujuan pemberian makanan tambahan pada bayi usia lebih dari 6 bulan adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat mencukupi kebutuhan

Pendidikan Agama Islam Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Agama Islam Aplikasi Wawasan Budi Luhur Cisco Fundamental