• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Arsitektur Analisis Arsitektur Biomorfik Pada Karya Santiago Calatrava

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Arsitektur Analisis Arsitektur Biomorfik Pada Karya Santiago Calatrava"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN SEMINAR PENELITIAN

JUDUL:

ANALISIS ARSITEKTUR BIOMORFIK PADA

KARYA SANTIAGO CALATRAVA

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Ujian Sidang Sarjana Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan

Institut Teknologi Medan

Disusun oleh :

NICO TRIWAHYUDA

13 104 018

MHD. HABIBI HASIBUAN

13 104 032

SRI SURIYANTI

13 104 046

SYAFRIJAL KAUTSAR

13 104 048

ANDRI UTAMA

13 104 064

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN

(2)

LAPORAN SEMINAR PENELITIA

JUDUL:

ANALISIS ARSITEKTUR BIOMORFIK PADA

KARYA SANTIAGO CALATRAVA

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Ujian Sidang Sarjana Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan

Institut Teknologi Medan

Ir. MUSANI, MT MEYGA FITRI HANDAYANI, ST, MT

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Ir. MUSANI, MT DR. CUT NUR’AINI, ST, MT

Ketua Jurusan Teknik Arsitektur Koordinator Seminar

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN

2017

Ketua Jurusan Teknik Arsitektur Koordinator Seminar Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing 1 Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing 2

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan karunianya berupa ide dan ilham kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Seminar Arsitektur, dengan judul“ANALISIS ARSITEKTUR BIOMORFIK PADA KARYA SANTIAGO CALATRAVA” Laporan Seminar ini ditulis sesuai dengan program pendidikan pada Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Medan, sebagai syarat untuk mengikuti tugas akhir. Selama penyusunan laporan ini, kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dalam pencarian judul maupun teknis penyusunannya. Untuk itu disini tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dorongan dan kebutuhan materi kepada kami sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.

2. Bapak Ir. Musani, MT selaku ketua jurusan Teknik Arsitektur Institut Teknilogi Medan

3. Bapak M. Amin ST, MT selaku sekretaris jurusan Teknik Arsitektur Institut Teknilogi Medan

4. Bapak Ir. Musani, MT. Selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu dalam membimbing kami

5. Ibu Meyga Fitri Handayani ST.MT selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing kami sampai menyelesaikan laporan seminar penelitian ini.

6. Ibu Dr.Cut Nuraini.ST,MT selaku koordinator seminar jurusan Teknik Arsitektur Institut Teknilogi Medan.

7. Serta segala pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan seminar ini.

Dalam penyusunan laporan ini kami telah berusaha semaksimal mungkin. Dan kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan dalam menyusun laporan ini dapat lebih baik.

(4)

Demikianlah pengantar ini kami sampaikan, kami mengharapkan dapat menjadi suatu bacaan yang menarik dan bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya.

Medan, Februari, 2017

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR GAMBAR ...v

DAFTAR SKEMA ...vi

DAFTAR TABEL ...vi

BAB I PENDAHULUAN...1 1.1. Latar Belakang ...1 1.2. Rumusan Masalah ...2 1.3. Tujuan ...2 1.4. Batasan Penelitian ...2 1.5. Manfaat Penelitian ...2 1.6. Sistematika Laporan...3 1.7. Kerangka Penelitian ...4

BAB II. TINJAUAN LITERATUR ...5

2.1. Teori Arsitektur ...5

2.1.1. Analogi Biologis...6

A. Arsitektur Organik ...6

B. Arsitektur Biomorfik...6

2.2. Teori Arsitektur Biomorfik ...7

2.3. Persekutuan antara Manusia dan Alam ...13

2.4. Sejarah dan Perkembangan Arsitektur Biomorfik ...14

2.4.1. Arsitek yang Menerapkan Biomorfik ...15

2.5. Bentuk ...18

A. Perubahan Bentuk ...18

B. Pergabungan Bentuk ...19

(6)

BAB III. METODE ...25

3.1. Metode Penelitian...25

3.2. Metode Penentuan Sampel Penelitian ...27

3.3. Metode Analisa ...29

BAB IV. ANALISA ...30

4.1. Landasan Penelitian ...31

4.2. Kajian Arsitektur Biomorfik Pada Bentuk, Lyon-statolas railway and airport station ...31

4.2.1. Terinspirasi pada proses-proses pertumbuhan makhluk hidup yang berkaitan dengan perubahan bentuk/transformasi ...31

4.2.2. Struktur berfungsi sebagai struktural ...33

4.2.3. Struktur berfungsi sebagai ornamental ...34

4.2.4. Dinamis...34

4.3. Kajian Arsitektur Biomorfik Pada Bentuk, Turning Torso...35

4.3.1. Terinspirasi pada proses-proses pertumbuhan makhluk hidup yang berkaitan dengan perubahan bentuk/transformasi ...36

4.3.2. Struktur berfungsi sebagai struktural ...37

4.3.2. Struktur berfungsi sebagai ornamental ...38

4.3.3. Dinamis...39

4.4. Kajian Arsitektur Biomorfik Pada Bentuk, Geometris Kuwait Pavilion ...41

4.4.1. Terinspirasi pada proses-proses pertumbuhan makhluk hidup yang berkaitan dengan perubahan bentuk/transformasi ...41

4.4.2. Struktur berfungsi sebagai struktural...42

4.4.3. Struktur berfungsi sebagai Ornamental ...43

4.4.4. Dinamis...43

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...47

5.1. Kesimpulan ...47

5.2. Saran...48

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prof. Ir. Frank Lloyd Wright ...6

Gambar 2.2 Layout dasar Pramida Besar Khufu...10

Gambar 2.3 Gare de Lyon train station Paris, France ...10

Gambar 2.4 Jembatan Benjamin Franklin, Philadelphia ...10

Gambar 2.5 Jembatan Benjamin Franklin, Philadelphia...11

Gambar 2.6 Analogi Struktural Pada Pohon ...14

Gambar 2.7 Sistem Pondasi Akar Tunjang Untuk Pencakar Langit...16

Gambar 2.8 Akar Tunjang...16

Gambar 2.9 Lobby Gedung Administrasi S.C Yohnson & Son Inc. Wisconsin...16

Gambar 2.10 Geodesic Dome, karya Buckminster Fuller ...17

Gambar 2.11 Olympic Stadium, Munich,...17

Gambar 2.12 Sarang Laba-Laba ...17

Gambar 2.13 Perubahan Bentuk ...18

Gambar 2.14 Perubahan Akibat Pengurangan ...19

Gambar 2.15 Perubahan Akibat Penambahan...19

Gambar 2.16 Pergabungan Bentuk ...19

Gambar 2.17 Spatial Tension...20

Gambar 2.18 Edge To Edge Contact...20

Gambar 2.19 Face To Face Contact ...20

Gambar 2.20 Interlocking Relationship ...20

Gambar 2.21 Santiago Calatrava...21

Gambar 2.22 Auditoriode Tenerife Patio...23

Gambar 2.23 Geometris Kuwait Pavilion ...23

Gambar 2.24 WTC Transit Hub...23

Gambar 2.25 Turning Torso...24

Gambar 2.26 L’Humisferic City of arts and Sciences ...24

Gambar 2.27 Lyon- statolas railway and airport station ...24

Gambar 3.1 Geometris Kuwait Pavilion ...28

Gambar 3.2 Turning Torso...29

(8)

Gambar 4.1 Lyon- statolas railway and airport station ...31

Gambar 4.2 Analisa persamaan bentuk...32

Gambar 4.3 Analisa bentuk tulang belakang pada objek ...32

Gambar 4.4 Analisa bentuk fasad sayap dan kepala burung elang ...33

Gambar 4.5 Analisa bentuk struktur yang berfungsi struktural ...33

Gambar 4.6 Analisa bentuk struktur yang berfungsi sebagai ornamental ...34

Gambar 4.7 Analisa bentuk lengkungan yang dinamis pada objek ...34

Gambar 4.8 Turning Torso...35

Gambar 4.9 Karya-karya santiago...36

Gambar 4.10 Analisa persamaan bentuk tulang belakang manusia dengan objek ....37

Gambar 4.11 Analisa structural yang memakai struktur kantilever vertical yang mendukung keberdiriannya di atas tanah ...38

Gambar 4.12 Analisa perubahan bentuk terhadap titik core ...38

Gambar 4.13 Analisa struktur berfungsi sebagai ornament pada fasad ...39

Gambar 4.14 Analisa bentuk miring pada denah yang dinamis terhadap objek ...39

Gambar 4.15 Analisa bentuk miring pada denah yang dinamis terhadap objek ...40

Gambar 4.16 Geometris Kuwait Pavilion ...41

Gambar 4.17 Analisa persamaan bentuk jari-jemari manusia yang sedang menggenggam ...42

Gambar 4.18 Analisa struktur yang berfungsi sebagai struktural ...42

Gambar 4.19 Analisa struktur yang berfungsi sebagai struktural ...43

Gambar 4.20 Analisa struktur yang berfungsi sebagai ornamental ...43

Gambar 4.21 Analisa pola elemen atap yang dinamis ...44

DAFTAR SKEMA Skema 1.1 Rangka penelitian...4

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Karya-karya Santiago Calatrava ...27

Tabel 3.2 Proses Penilaian Objek Penelitian...28

Tabel 3.3 Objek-objek yang terpilih ...29

(9)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Sutrisno (1983) menyatakan bahwa arsitek kenamaan dari Amerika Prof. Ir. Frank Lloyd Wright (1869–1959) mendapat ide dari alam untuk prinsip-prinsip arsitektur dan dekorasi. Keadaan alam dapat dimanfaatkan sebagai contoh desain untuk gedung – gedung yang mempergunakan prinsip struktur dan motif alam. Aliran ini disebut arsitektur Biomorfik. Menurut sutrisno dalam bukunya’’

Bentuk Struktur Bangunan Dalam Arsitektur Modern’’ Arsitektur biomorfik

mempunyai pandangan bahwa alam adalah dasar konstruksi. Memanfaatkan keadaan alam sebagai sistem struktur yang aktif dengan mempergunakan sistem yang ada di alam untuk tujuan arsitektur.

Dalam perkembangan arsitektur biomorfik sejak tahun 1960-an sudah menggunakan struktur-struktur pneumatik (memiliki gaya tarik dan tekan) bersel banyak (unsur biologis). Struktur sebagai pembentuk ruang merupakan hal prioritas yang harus dicapai arsitektur (sebagai wujud) yang dapat dilihat. Perkembangan struktur dan konstruksi arsitektur biomorfik dengan mengambil unsur biologis merupakan bukti bahwa alam tidak hanya menjadi tempat tinggal manusia tapi juga mampu memberikan ide bagi manusia dalam berkarya (Kapugu. R, Dkk; 2012).

Kapugu. R, Dkk (2012) menyatakan bahwa Arsitektur adalah perpaduan antara seni dan teknik merancang bangunan. Pada penjelasan ini para ahli teori menjabarkan arsitektur itu berdasarkan analogi-analogi. Analogi-analogi tersebut yaitu: analogi matematis, analogi biologis, analogi romantik, analogi linguistik, analogi mekanik, analogi pemecahan masalah, analogi adhocis, analogi bahasa pola, analogi dramaturgi. analaogi biologis terbagi menjadiu dua yaitu ,analogi organik dan analogi biomorfik, banyak arsitek-arsitek yang menganut analogi biomorfik, termasuk Santiago Calatrava arsitek yang menganut analogi biomorfik dalam setiap rancangannya.

Ghina T.N, (2009) menyatakan bahwa Santiago Calatrava dikenal sebagai seorang architect engineer dari Spanyol. Dalam penerapan desain Santiago

(10)

Calatrava sering menggunakan fluiditas struktur dalam ekspresi bentuknya dan merupakan pencetus utama yang memulai bentukan struktur sebagai elemen merancang. Sesi pertama yang diamatinya dalam merancang adalah aspek bentuk dari ekspresi struktur Santiago Calatrava melalui pencarian data tentang dasar bentuk, baik berupa bentuk massa dan bentuk struktur. Selanjutnya mencari perilaku struktur berdasarkan mekanika struktur yang mendasarinya atau dengan melakukan studi bentuk dan gerak alamiahnya.

Ada beberapa karya Santiago Calatrava yang menggunakan struktur biomorfik, yaitu : Auditoriode Tenerife Patio (Spanyol, 2003), Geometri Kuwait

Pavilion (Spanyol, 1992), WTC Transit Hub (Amerika Serikat, 2001), Turning Torso (Swedia, 2005), L’Humisferic City of arts and Sciences (Spanyol, 2000),

dan Lyon- statolas railway and airport station (Prancis, 1994). Dari beberapa karya tersebut, dipilih tiga karya yang sesuai dengan kriteria pemilihan penelitian, tiga karya terpilih selanjutnya dijelaskan pengaplikasiannya sesuai dengan prinsip – prinsip Arsitektur Biomorfik. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan memahami bagaimana penerapan konsep arsitektur biomorfik pada rancangan Santiago Calatrava.

1.2.

Rumusan Masalah

Permasalahan pada dalam penelitian ini yaitu, bagaimana penerapan konsep arsitektur biomorfik pada rancangan Santiago Calatrava.

1.3.

Tujuan

Tujuan penelitian ini yaitu, mengetahui penerapan konsep arsitektur biomorfik pada rancangan Santiago Calatrava.

1.4.

Batasan Penelitian

Batasan dari penelitian ini adalah, menganalisis perancangan Santiago Calatrava dengan landasan prinsip-prinsip arsitektur biomorfik; dari analisis dilakukan pada bentuk bangunan yang dipilih.

(11)

1.5.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini bagi mahasiswa adalah memberi pengetahuan tentang Arsitektur Biomorfik dan bagi Fakultas Dan Jurusan sebagai penambah refrensi tentang Arsitektur dengan adanya laporan seminar ini dan juga bagi masyarakat akan memberi wawasan tentang arsitektur biomorfik dan biasa menjadi inspirasi dalam ke depannya.

1.6.

Sistematika Laporan

Sistematika penulisan laporan seminar ini dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan ide gagasan awal yang menguraikan pokok persoalan dan pokok gagasan untuk menuntun ke arah pembahasan secara umum lebih lanjut. Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan, Batasan Penelitian, Sistematika Pembahasan, dan Kerangka Penelitian.

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Berisi tentang pengertian, teori-teori dalam arsitektur dan Biodata Arsitek Santiago Calatrava beserta karya-karyanya.

BAB III METODE

Berisi tentang metode penelitian

BAB IV ANALISA

Menguraikan tentang kajian penerapan arsitektur biomorfik pada tiga karya Santiago Calatrava.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari analisa yang dilakukan dalam penelitian ini dan juga saran yang diharapkan dapat diterapkan pada lingkungan arsitek maupun pendidikan arsitektur.

(12)

1.7.

Kerangka Penelitian

Skema 1.1. Rangka penelitian. (Sumber: Analisis, 2016) F E E D B A C K IDE/GAGASAN

Kurangnya penjelasan tentang arsitektur biomorfik pada masyarakat.

DATA

 Biografi Santiago Calatrava

 karya Santiago calatraca

Latar Belakang Penelitian

 Alam sebagai Desainer

 Karya Santiago Calatrava yang menempelkan struktur biomorfik LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Bagaimana penerapan konsep Arsitektur Biomorfik pada rancangan

Santiago caltrava

TEORI & LITERATUR

 Analogi biologis - Organik - Biomorfik

 Bentuk dalam arsitektur

KESIMPULAN & SARAN ANALISA

 Prinsip perencanaan arsitektur biomorfik pada desain Santiago Calatrava

(13)

BAB II. TINJAUAN LITERATUR

2.1. Teori Arsitektur

Dharma (1998) menyatakan bahwa kata ARSITEK berasal dari bahasa Yunani yaitu “Architekton” Archi yang berarti pemimpin dan Tekton berarti membangun jadi arsitek adalah pemimpin pembangunan (Master – Builder). Teori paling kuno tentang arsitektur berasal dari Marcus Vitruvius Polio ( abad 1 SM ) dalam bukunya The Ten Books Of Architecture. Vitruvius menyimpulkan 3 aspek atau syarat yang harus dipenuhi dalam arsitektur yaitu, Firmitas ( Kekuatan ) Utilitas ( Kegunaan ) dan Venustas ( Keindahan ).

Dharma (1998) menyatakan bahwa teori arsitektur adalah ungkapan umum tentang apakah arsitektur, apa yang harus dicapai dengan arsitektur, & bagaimana cara yang paling baik untuk merancang. Teori dalam arsitektur adalah hipotesa, harapan & dugaan-dugaan tentang apa yang terjadi bila semua unsur yang dijadikan bangunan di kumpulkan dalam suatu cara, tempat, & waktu tertentu.

Desain dalam arsitektur sebagian besar lebih merupakan kegiatan merumuskan & bukan menguraikan. Arsitektur menganalisa & memadukan bermacam-macam dalam cara-cara baru & keadaan-keadaan baru, sehingga hasilnya tidak seluruhnya dapat diramalkan. Teori dalam arsitektur mengemukakan arah, tetapi tidak dapat menjamin kepastian hasilnya.

Teori tentang apakah sebenarnya arsitektur meliputi identifikasi variabel-variabel penting seperti ruang, struktur, atau proses-proses kemasyarakatan. Dengan pengertian-pengertian tersebut bangunan-bangunan seharusnya dilihat, dinikmati, atau dinilai. Para ahli teori arsitektur seringkali mendasarkan diri pada analogi-analogi dalam menganjurkan cara-cara khusus untuk memandang arsitektur.

Analogi-analogi digunakan memberikan jalan untuk mengatur tugas-tugas desain dalam tatanan hirarki, sehingga arsitek dapat mengetahui hal-hal mana yang harus dipikirkan & hal-hal mana yang dapat dibiarkan pada tahap berikutnya dalam proses perancangan.

(14)

2.1.1. Analogi Biologis

Ada 2 bentuk teori arsitektur yang berdasarkan analogi biologis yaitu: (Dharma.A; 1998).

A. Arsitektur Organik

Dharma. A (1998) menyatakan arsitektur organik memusatkan perhatian pada hubungan antara bagian-bagian bangunan atau antara bangunan-bangunan & lingkungannya. Kota organik menunjukan keterpaduan secara keseluruhan dari semua bagian. Perintis dari arsitektur organik adalah F.L Wright, yang mempunyai karakteristik :

- Berkembang ke luar dari dalam & selera dengan kondisi-kondisi keadaannya.

- Konstruksi mengikuti sifat bahan. - Keterpaduan unsur-unsur bangunan

- Menggambarkan waktu, tempat & tujuan masyarakat yang membuatnya.

B. Arsitektur Biomorfik

Dharma. A (1998) menyatakan bahwa arsitektur biomorfik memusatkan perhatian pada proses-proses pertumbuhan & kemampuan bergerak yang berkaitan dengan organisme-organisme. Arsitektur biomorfik memiliki kemampuan untuk tumbuh & berubah melalui perluasan, penggandaan, pemisahan, regenerasi, & perbanyakan.

Gambar 2.1 : Prof. Ir. Frank Lloyd Wring (1869–1959) (Sumber : Sutrisno. R ; 1983)

Sutrisno (1983) menyatakan bahwa arsitek kenamaan dari Amerika Prof. Ir. Frank Lloyd Wring (1869–1959) mendapat ide dari alam untuk prinsip-prinsip

(15)

arsitektur dan dekorasi. Arsitektur biomorfik mempunyai pandangan bahwa alam adalah dasar konstruksi.

2.2. Teori Arsitektur Biomorfik.

Sutrisno (1983) menyatakan bahwa struktur bangunan adalah komponen penting dalam arsitektur. Tidak ada bedanya apakah bangunan dengan strukturnya hanya tempat untuk berlindung satu keluarga yang bersifat sederhana, ataukah tempat berkumpul atau bekerja bagi orang banyak, seperti perkantoran, gedung ibadah, hotel, gedung bioskop, stasiun dan sebagainya.

Beban-beban yang dipikulnya, berat bahan dari elemen-elemen beserta berat strukturnya sendiri disalurkan oleh struktur atau kerangka bangunan kekulit bumi. Kecuali beban-beban tersebut, struktur harus memikul beban-beban lain akibat dari angin dan gempa bumi. Dengan menggunakan bahan-bahan tertentu sebagai dinding dan atap, ruangan didalam gedung harus diamankan dari hujan, panas terik matahari, bahaya petir dan kebakaran. Maka fungsi dari struktur adalah untuk melindungi suatu ruangan tertentu terhadap iklim, bahaya-bahaya yang ditimbulkan alam dan menyalurkannya semua macam beban ketanah. Penentuan struktur yang cukup kuat, tepat dan ekonomis menambah keindahan arsitektur / ekonomis disini adalah satu segi moral dalam diri pencipta untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal, jadi bukan berarti murah.

Sutrisno. R (1983) menyatakan horatio Greenough dalam bukunya Form and

function, mengemukakan pendapatnya mengenai hubungan erat antara bentuk,

fungsi dan alam. Ia menyatakan dalam mempelajari prinsip-prinsip konstruksi, hendaknya kita belajar dari alam. Apabila diperhatikan dalam dunia fauna, tidak ada bentuk yang tidak berkembang, serta tidak ada hokum proporsi yang ditentukan oleh kemauan. Teori yang dikemukakan adalah Form follows function berarti, bentuk mengikuti fungsi, Prinsip ini membawa dua ketentuan yaitu:

a. Bentuk akan berubah bila fungsi berubah

(16)

Sutrisno. R (1983) menyatakan Mies van der Rohe berkata, bahwa fungsi adalah seni. Bila dimengerti dengan sepenuhnya akan kata-kata tersebut diatas, maka akan didapat arti yang dalam. Kata-kata ini menekankan kesatuan yang seharusnya ada dalam arsitektur modern antara seni dan teknik.

Kesatuan ini mewujudkan bentuk yang disebut struktur form atau bentuk struktur. Dalam mengupas masalah bentuk struktur kita akan bertolak dari pemikiran yang sederhana atas dimensi-dimensi garis kepada dimensi-dimensi bidang, untuk akhirnya menuju kepada dimensi bentuk, struktur dari ruang.

Arsitektur dihadapkan pada hokum-hukum baru. Karenanya, konstruksi dengan metode-metode barunya membuat langgam lama tidak beraku lagi. Adalah wajar bila suatu bentuk arsitektur menuntut suatu kejelasan konstruksi yang dikandungnya (clearity of structure).

Dapat disimpulkan, bahwa struktur bangunan sebagai penjelmaan ekspresi dari suatu system konstruksi yang memenuhi suatu fungsi dalam dengan tepat, akan memancarkan keindahan yang logis. Ruang yang tercangkup dan terlindung dengan suatu organisasi fungsional sesuai kebutuhan dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas seperti listrik, mesin pendingin air, saniter dan sebagainya. Kesemuanya memerlukan perawatan dan perbaikan selama umur bangunan.

Dalam keseluruhan, bangunan gedung menyangkut pula keadaan alam sekitarnya, perencana tata kota dan tata regional. Seorang insinyur sipil spesialis struktur bangunan gedung Pier Luigi Nervi yang berbakat seni dengan karya-karyanya yang sempurna dan indah berkata: “Apabila penemuan struktur memperbolehkan pemecahan yang efisien tentang problema-problema baru yang dihadapkan sehari-hari oleh aktifitas yang selalu bertumbuh didalam bidang konstruksi bangunan, haruslah struktur itu menuju kepada kombinasi yang harmonis antara intuisi pribadi kita dengan kenyataan yang non pribadi menjadi ilmu struktur yang realitas dan kuat (Sutirno. R 1983).

Sutrisno. R (1983) menyatakan bahwa Sejak zaman dahulu, dimulai dari pembangunan piramida, istana dan candi di mesir, pembangunan zaman yunani dan zaman romawi, pembangunan abad Renaissance di eropa hingga kini, seorang arsitek adalah unik. Sebagai perbedaan dapat dikemukakan disini,

(17)

bahwa: Dahulu struktur bangunan ditentukan secara empiris dan titik berat bangunan terletak pada seni. Arsitek-arsitek besar pada zaman Renaissance seperti Leonardo de Vinci dan Michelangelo dapat pula merangkap sebagai pelukis, ahli music, pemahat patung, sastrawan dan ahli bangunan gedung. Pada zaman sekarang, dimulai tahun seribu Sembilan ratusan pengetahuan menjadi begitu luas dengan kemajuan dan perkembangan pesat mengenai teknologi dan industri, maka seorang arsitek tidak dapat bekerja seorang diri.

Disamping arsitek yang mengkhususkan pada bangunan utiliter, ada yang mengkhususkan pada bangunan industry, perumahan, perencanaan kota dan sebagainya. Arsitektur menjadi perpaduan antara seni dan teknik. Maka seorang arsitek sebagai seniman harus bekerja sama dengan insinyur sipil bidang struktur sebagai teknikus untuk perencanaan gedung-gedung yang besar atau khusus.

Disamping itu arsitek perlu saran, kemudian menyerahkan perencanaan fasilitas bangunan kepada ahli-ahli lain seperti insinyur listrik, insinyur mesin, ahli pendingin ruang dan sebagainya. Walaupun demikian halnya, arsitek bertindak sebagai coordinator dari pada ahli-ahli tersebut, disamping bertindak sebagai creator atau pencipta.

Sutrisno. R (1983) menyatakan dalam garis besarnya struktur bangunan yang paling ideal adalah yang paling stabil, kuat, fungsional, ekonomis dan estetis. Bila syarat fungsi, struktur dan bentuk sudah tepat, maka estetikanya yang mencakup segi-segi arsitektur, ekologi, social budaya, sejarah, tradisi ekonomi merupakan syarat ketiga yang harus diperhitungkan. Adakalanya segi estetikanya suatu gedung lebih diutamakan, sehingga strukturnya tersembunyi didalam dinding-dinding yang berfungsi sebagai pelindung dan penghias. Ada pula bangunan yang direncanakan sedemikian rupa dengan dinding kerawang atau “tabir” penahan panas matahari yang ditempatkan terlepas dan diluar rangka bangunan, sehingga strukturnya masih Nampak jelas atau samar-samar. Dalam seni patung atau pada bangunan yang dianggap sebagai sebuah patung (sculpture), strukturnya tidak tampak sama sekali.

Sutrisno. R (1983) menyatakan bahwa pada umumnya terdapat lima golongan bentuk Struktur, yaitu:

(18)

1) Struktur massa, padat atau solid.

Gambar 2.2 : Layout dasar Pramida Besar Khufu (Sumber : Anonim1; 2009)

2) Struktur rangka atau Skeloton, yang dibagi dalam:

Gambar 2.3 : Gare de Lyon train station Paris, France (Sumber : Anonim2; 2011)

 Struktur rangka bidang dalam dua dan tiga dimensi.  Struktur rangka ruang (dalam tiga dimensi).

3) Struktur permukaan bidang dibagi dalam:

Gambar 2.4 : Jembatan Benjamin Franklin, Philadelphia (Sumber : Anonim3; 2008)

 Struktur Lipatan.  Struktur cangkang.

a. Struktur cangkang tebal. b. Struktur cangkang tipis. c. Struktur membrane.

d. Struktur dengan bentuk bertahan sendiri. e. Struktur rangka permukaan bidang.

(19)

4) Struktur kabel dan jaringan atau struktur taril dan tekan.

Gambar 2.5 : Jembatan Benjamin Franklin, Philadelphia (Sumber : Anonim4; 2013)

5) Struktur biomorfik.

Dari alam manusia belajar banyak hal, termasuk prinsip struktur dan motif alam. Menerapkan sistem struktur yang ada di alam pada bangunan kini semakin populer dilakukan oleh arsitek. Aliran yang menggunakan bio struktur disebut arsitektur biomorfik (Sutrisno. R, 1983).

Struktur biomorfik merupakan sistem struktur yang mengambil kolaborasi (kerjasama) antara manusia dengan alam sebagai dasar bentuk yang dipadukan. Struktur ini lahir dari pemikiran akan pentingnya berorientasi ke alam beserta lingkungannya. Biomorfik berpegang pada pendirian bahwa alam sendiri adalah konstruksi yang ideal dalam arsitektur. Penyaluran gaya yang terjadi tergantung dari bentuk dan prinsip kerja makhluk-makhluk alam, menjadi analogi dasar perencanaan (Somaatmadja, Sukardi dan Tangoro, 2006).

Somaatmadja, Dkk. (2006) menyatakan bahwa dalam setiap karya arsitektur biomorfik, selalu memberikan kesan rancangan bahwa tubuh makhluk hidup memiliki konsep arsitektur. Bahwa makhluk hidup merupakan dasar untuk mengerti arsitektur. Arsitektur biomorfik Terpusat pada pertumbuhan proses-proses dan kemampuan gerakan yang berhubungan dengan organisme. Kita dapat mendesain bangunan jika kita mengerti proporsi manusia, ukuran tinggi badan, perilaku, dan lain-lainnya yang nantinya akan terproses di dalam bangunan yang kita bangun.

Struktur biomorfik merupakan sistem struktur yang mengambil kolaborasi (kerja sama) antara manusia dengan alam sebagai dasar bentuk yang dipadukan dengan teknologi sistem struktur. Sampai saat ini, berbagai macam bentuk

(20)

organisme di alam yang digunakan sebagai sumber konsep dari struktur biomorfik antara lain (Somaatmadja, Sukardi dan Tangoro, 2006):

- Struktur bentuk binatang - Struktur bentuk telur

- Struktur bentuk gelembung sabun - Struktur bentuk pohon

- Struktur bentuk sarang laba-laba

- Struktur bentuk sarang lebah, dan sebagainya

Penyaluran gaya yang terjadi pada struktur biomorfik tergantung dari bentuk dan prinsip kerja makhluk-makhluk alam yang menjadi analogi dasar perencanaan. Menurut buku “Ilmu Bangunan: Struktur Bangunan Tinggi dan Bentang Lebar” yang ditulis oleh Somaatmadja, Struktur biomorfik dapat dibagi dalam beberapa bagian yaitu:

a. Struktur rangka jaringan.

Titik pusat utama sebagai penggantung jaringan ganda ke arah perletakan struktur. Semua beban/ gaya disalurkan ke segala arah, seperti pada bentuk pondasi sarang laba-laba.

b. Struktur diatom dan radiola.

Merupakan struktur cangkang mengikuti bentuk diatom dan radiolarian, sifatnya ringan dan kuat. Struktur ini mempunyai bentuk bulat, silindris, datar, pelana, dan juga kubah. Semua gaya/ beban disalurkan sama rata ke segala arah.

c. Struktur bentuk yang mengikuti kekuatan.

Struktur ini mengambil bentuk berdasarkan gaya yang bekerja pada struktur tubuh makhluk hidup, seperti gaya yang bekerja pada tulang-tulang daun dan persendian tulang manusia. Beban disalurkan di sepanjang struktur utama. Sistem pohon merupakan perpaduan antara sistem kantilever, bracing seperti halnya ranting pohon. Sistem ini terdiri dari cabang-cabang yang rigid, terbentuk oleh sistem segitiga, di mana kolom-kolom horizontal ditumpu oleh kolom vertikal.

(21)

d. Struktur akar tumbuh-tumbuhan.

Tidak hanya pada struktur atas tetapi juga struktur bawah (substructure) yaitu struktur pondasi yang menggunakan bentuk akar tunjang atau serabut dari pohon. Struktur pondsi ini dibagi dalam bentuk:

o Struktur pondasi akar tunjang.

o Struktur pondasi cakar ayam.

2.3. Persekutuan antara Manusia dan Alam.

Kapugu ,R (2012) menyatakan bahwa hubungan manusia dengan alam sangatlah erat. Alam merupakan tempat tinggal manusia dengan dimensinya yang luas. Sejak zaman manusia primitif, manusia memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai tempat tinggal mereka. Goa, merupakan tempat tinggal mereka untuk melindungi diri dari panas, hujan, dingin, dan serangan hewan liar, serta bahaya lainnya. Secara bertahap seiring dengan berkembangnya peradaban manusia, manusia memanfaatkan dan mengubah alam. Manusia mengeksploitasi alam terlalu banyak sehingga alam mulai rusak.

Arsitektur hibrid merupakan arsitektur yang berkembang dengan ide menggabungkan dua unsur menjadi satu unsur dengan jati diri baru yang lebih fresh dalam arsitektur.

“the art or science of building; specify the art or practice of designing

structures and esp. Inhabitable ones.” (Kapugu ,R 2012, Hibryd Space, Zellner. 1999).

Terkait dengan manusia yang mulai bermasalah dengan alam. Beberapa arsitek mulai menanggapi hal ini dengan memasukan unsur alam kedalam rancangan karya mereka. Aliran ini disebut arsitektur biotektur. Alam tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia dengan berbagai elemen- elemen alam di dalamnya menurut mereka merupakan konstruksi dalam arsitektur yang ideal. Lingkungan buatan manusia seperti gedung-gedung, taman-taman adalah aransemen dari elemen-elemen dari alam. Sususnan kembali dalam skala kecil.

(22)

Alam memproduksi segala hal yang dibutuhkan manusia. Keadaan alam dapat dimanfaatkan sebagai contoh desain untuk gedung-gedung yang mempergunakan prinsip struktur dan motif alam. Aliran ini disebut arsitektur biomorfik. Hal yang berhubungan erat ialah dengan memanfaatkan keadaan alam sebagai sistem struktur yang aktif dengan mempergunakan sistem yang ada di alam untuk tujuan arsitektur. Pendekatan ini disebut struktur biomorfik.

2.4. Sejarah dan Perkembangan Arsitektur Biomorfik.

Sutrisno (1983) menyatakan bahwa ide dengan memanfaatkan model-model dari alam kedalam arsitektur lahir belum begitu lama. Pada saat itu desain yang meniru dari alam sering diterapkan pada dekorasi saja.

Gambar 2.6 : Analogi Struktural Pada Pohon (Sumber : Kapugu , R ;2012. Synder. C ;1985)

Bentuk-bentuk alami tanaman dan hewan memberikan kepada perancang inspirasi dalam penerapannya pada struktur dan desain bangunan mereka. Semua bentuk di alam memiliki mekanisme yang memikul beban, dengan karakteristik-karakteristiknya yang merupakan hasil tanggapan struktural intern dan ekstern (beban dalam dan luar). Pengembangan sistem-sistem struktural yang tepat dan berhasil dalam bentuk-bentuk alamiah kini mulai diterapkan dan berkesinambungan. Analogi struktural pada pohon sebagai contoh yang paling mudah untuk dipahami sebagai analogi bio struktur.

Pada gambar tersebut terlihat analisa kekuatan struktur pohon saat menopang beban intern dan ekstern. Batang pohon yang tebal cukup kuat untuk

(23)

mendukung beban-beban vertikal dari dahan-dahan ke tanah. Pohon juga cukup fleksibel saat menahan beban cabang-cabang samping yang lumayan banyak. Pada struktur akar, akar menyebar ke bawah seperti jari-jari lingkaran ke bawah tanah. Akar yang menyebar ini fungsinya untuk mendistribusi beban keseluruhan dari pohon tersebut sekaligus menjadi jangkar agar jangan tumbang karena angin. Jadi sistem struktural pada pohon memberikan ide dalam rancangan arsitektur tentang sistem tanggap tenaga, artinya tiap komponen melaksanakan fungsi struktural setempat yang serasi, bersama-sama membentuk suatu kesatuan yang dalam memikul beban.

Bentuk-bentuk yang sering dianalogikan dalam rancangan arsitektur selama berabad-abad sebelumnya juga telah mengalami proses analisa terlebih dahulu. Contohnya gua-gua batu alam, lengkungan pada gua memberi ide struktur lengkung yang diterapkan pada karya arsitektur. Begitu banyak unsur-unsur dari alam yang memberikan konsep pada gagasan-gagasan struktural yang berlaku. Konstruksi beton cangkang tipis - cangkang-cangkang telur, struktur jaring labah-labah - jaring kabel, sistem struktur sel daun – pelat berusuk

isostatik. Jadi bisa kita simpulkan bahwa perkembangan biostruktur sudah

dimulai sejak zaman primitif, kemudian pada tahun 1970-an semakin berkembang hingga sekarang. Penggunaan unsur alam tidak hanya pada sistem struktur dan konstruksi makhluk hidup semata tapi perancang beranalogi hingga pada bentuk struktur makhluk hidup (biostruktur) itu sendiri. (Sutrisno. R, Modern, 1983).

2.4.1. Arsitek yang Menerapkan Biomorfik.

Frank L. Wright (1869-1959) adalah pelopor arsitek yang mulai menerapkan idenya dari alam untuk prinsip- prinsip arsitektur dalam karyanya. Prinsip akar tunggal pada tanaman dikotil diambil sebagai ide untuk sistem pondasi pada bangunan karya F.L. Wright.

(24)

Gambar 2.7 : Sistem Pondasi Akar Tunjang Untuk Pencakar Langit. (Sumber : Sutrisno. R ; 1983)

Gambar 2.8 : Akar Tunjang ( Akar Tunggal ) (Sumber: Anonim5; 2011)

Gambar 2.9 : Lobby Gedung Administrasi S.C Yohnson & Son Inc. Wisconsin (Sumber : Sutrisno. R ; 1983)

Buckminster Fuller dan Paolo Soleri telah mendesain dan membuat gedung-gedung dengan struktur yang diperoleh prinsipnya dari bentuk-bentuk khusus dan teknik dari sistem pada cangkang binatang, formasi geologi dan susunan-susunan atom.

(25)

Gambar 2.10: Geodesic Dome, karya Buckminster Fuller (1954) (Sumber: Anonim6; 2008)

Frei Otto menerapkan struktur kabel dan jaringan yang adalah terapan dari system struktur jaring laba-laba pada rancangan stadiumnya.

Gambar 2.11 : Olympic Stadium, Munich, 1972 (Sumber: Anonim7; 2009)

Gambar 2.12: Sarang Laba-Laba (Sumber : Sutrisno. R ; 1983)

Jaring laba-laba terbuat dari protein yang membentuk struktur kristal datar tipis yang disebut betasheets. Struktur yang tipis ini bersifat lentur, tahan terhadap gaya tarik dan gesek. Pada pengaplikasiannya, material baja yang digunakan karena sifat baja yang mirip dengan sifat struktur kristal sarang laba-laba. Namun akhir-akhir ini dilakukan riset oleh para ilmuwan di Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Cambridge, AS bahwa lembar kristal tipis pada sarang laba-laba lebih kuat dari baja.

(26)

Seiring dengan berkembangnya dunia arsitektur, biostruktur tidak diterapkan pada pondasi dan atap, tetapi para arsitek dalam rancangannya beranalogi biostruktur sehingga menghasilkan rancangan dengan bentuk yang mirip biostruktur itu sendiri. “Form follow structure” merupakan ciri arsitektur hibrid yang mengaplikasikan biostruktur.

2.5. Bentuk

Bentuk mempunyai pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan & pemikiran pengamat (Dharma A,1998:67). Hingo Haring (dalam Dharma, 1998) menyebutkan bentuk adalah perwujudan dari organisasi ruang yang merupakan hasil dari proses pemikiran atas pertimbangan fungsi dan ekspresi, Mies Van Der Rohe (dalam Dharma, 1998) menyebutkan bentuk adalah wujud dari penyelesaian akhir konstruksi dan Benjamin Hander (dalam Dharma, 1998) menyebutkan bentuk adalah suatu keseluruhan dari fungsi-fungsi yang bekerja secara bersamaan yang hasilnya merupakan susunan benda.

A. Perubahan Bentuk.

Ada tiga perubahan dalam bentuk yaitu (Dharma A,1998:14) yaitu, 1) perubahan dimensi, 2) perubahan akibat pengurangan, 3) perubahan akibat penambahan, adapaun penjelasan sebagai berikut :

a) Perubahan Dimensi

Tetap memiliki identitas asalnya,

Gambar 2.13 : Perubahan Bentuk (Sumber : Dharma. A ; 1998)

(27)

b) Perubahan Akibat Pengurangan (Substractive)

Besarnya perubahan menentukan apakah bentuk tersebut dapat mempertahankan identitas asalnya.

Gambar 2.14 : Perubahan Akibat Pengurangan (Sumber : Dharma. A ; 1998)

c) Perubahan Akibat Penambahan (Additive)

Besarnya perubahan menentukan apakah bentuk tersebut dapat mempertahankan identitas asalnya.

Gambar 2.15 : Perubahan Akibat Penambahan (Sumber : Dharma. A ; 1998)

B. Pergabungan Bentuk.

Ada empat pergabungan bentuk (Darma A,1998:15) yaitu 1) Spatial

Tension, 2) Edge To Edge Contact, 3) Face to Face Contact, 4) Interlocking Relationship, adapun penjelasan sebagai berikut :

Gambar 2.16 : Pergabungan Bentuk (Sumber : Dharma. A ; 1998)

(28)

a) Spatial Tension

Gambar 2.17 : Spatial Tension (Sumber : Dharma. A ; 1998)

Kedua bentuk secara relatif berdekatan atau memiliki kesamaan visual.

b) Edge To Edge Contact

Gambar 2.18 : Edge To Edge Contact (Sumber : Dharma. A ; 1998)

Dua buah bentuk satu sisi bersamaan dan dapat berporos pada sisi tersebut.

c) Face to Face Contact

Gambar 2.19 : Face To Face Contact (Sumber : Dharma. A ; 1998)

Adanya bidang-bidang datar pada bentuk-bentuk yang terletak sejajar

d) Interlocking Relationship

Gambar 2.20 : Interlocking Relationship (Sumber : Dharma. A ; 1998)

Kedua bentuk saling menerus kedalam masing-masing volume ruangnya.

(29)

2.6. Biografi Santiago Calatrava

Gambar 2.21 : Santiago Calatrava. (Sumber : Ghina T. N, 2009)

Ghina T.N; (2009) menyatakan bahwa Santiago Calatrava dikenal sebagai seorang architect engineer dari Spanyol yang menyelesaikan kuliah arsitektur di

Escuela Technica Superior de Arquitectura de Valencia dan tesis doktoralnya di

teknik sipil Swiss Federal Institute of Technology ETH Zurich. Dalam penerapan desain Santiago Calatrava sering menggunakan fluiditas struktur dalam ekspresi bentuknya dan merupakan pencetus utama yang memulai bentukan struktur sebagai elemen merancang. Sesi pertama yang diamatinya dalam merancang adalah aspek bentuk dari ekspresi struktur Santiago Calatrava melalui pencarian data tentang dasar bentuk, baik berupa bentuk massa dan bentuk struktur. Selanjutnya mencari perilaku struktur berdasarkan mekanika struktur yang mendasarinya atau dengan melakukan studi bentuk dan gerak alamiahnya. Bagian ketiga, berupaya untuk mencari dasar kerja mekanisasinya yang memudahkan implementasi konstruksinya di lapangan, terutama untuk pengembangan yang akan dilakukan terhadapnya.

Proses pembelajaran struktur yang paling berharga dari Santiago Calatrava, seperti diungkapkan dalam Kennneth Frampton (1995), dikatakan ”pelajaran yang bisa ditarik dari alam, adalah bimbingan dan metafora yang sebenarnya dari mengamati tumbuhan dan hewan (proses pengenalan secara motorik, lab alam).

2.6. Biografi Santiago Calatrava

Gambar 2.21 : Santiago Calatrava. (Sumber : Ghina T. N, 2009)

Ghina T.N; (2009) menyatakan bahwa Santiago Calatrava dikenal sebagai seorang architect engineer dari Spanyol yang menyelesaikan kuliah arsitektur di

Escuela Technica Superior de Arquitectura de Valencia dan tesis doktoralnya di

teknik sipil Swiss Federal Institute of Technology ETH Zurich. Dalam penerapan desain Santiago Calatrava sering menggunakan fluiditas struktur dalam ekspresi bentuknya dan merupakan pencetus utama yang memulai bentukan struktur sebagai elemen merancang. Sesi pertama yang diamatinya dalam merancang adalah aspek bentuk dari ekspresi struktur Santiago Calatrava melalui pencarian data tentang dasar bentuk, baik berupa bentuk massa dan bentuk struktur. Selanjutnya mencari perilaku struktur berdasarkan mekanika struktur yang mendasarinya atau dengan melakukan studi bentuk dan gerak alamiahnya. Bagian ketiga, berupaya untuk mencari dasar kerja mekanisasinya yang memudahkan implementasi konstruksinya di lapangan, terutama untuk pengembangan yang akan dilakukan terhadapnya.

Proses pembelajaran struktur yang paling berharga dari Santiago Calatrava, seperti diungkapkan dalam Kennneth Frampton (1995), dikatakan ”pelajaran yang bisa ditarik dari alam, adalah bimbingan dan metafora yang sebenarnya dari mengamati tumbuhan dan hewan (proses pengenalan secara motorik, lab alam).

2.6. Biografi Santiago Calatrava

Gambar 2.21 : Santiago Calatrava. (Sumber : Ghina T. N, 2009)

Ghina T.N; (2009) menyatakan bahwa Santiago Calatrava dikenal sebagai seorang architect engineer dari Spanyol yang menyelesaikan kuliah arsitektur di

Escuela Technica Superior de Arquitectura de Valencia dan tesis doktoralnya di

teknik sipil Swiss Federal Institute of Technology ETH Zurich. Dalam penerapan desain Santiago Calatrava sering menggunakan fluiditas struktur dalam ekspresi bentuknya dan merupakan pencetus utama yang memulai bentukan struktur sebagai elemen merancang. Sesi pertama yang diamatinya dalam merancang adalah aspek bentuk dari ekspresi struktur Santiago Calatrava melalui pencarian data tentang dasar bentuk, baik berupa bentuk massa dan bentuk struktur. Selanjutnya mencari perilaku struktur berdasarkan mekanika struktur yang mendasarinya atau dengan melakukan studi bentuk dan gerak alamiahnya. Bagian ketiga, berupaya untuk mencari dasar kerja mekanisasinya yang memudahkan implementasi konstruksinya di lapangan, terutama untuk pengembangan yang akan dilakukan terhadapnya.

Proses pembelajaran struktur yang paling berharga dari Santiago Calatrava, seperti diungkapkan dalam Kennneth Frampton (1995), dikatakan ”pelajaran yang bisa ditarik dari alam, adalah bimbingan dan metafora yang sebenarnya dari mengamati tumbuhan dan hewan (proses pengenalan secara motorik, lab alam).

(30)

Kesesuaian alam dan bangunan, adalah (pertama) penggunaan material secara optimal, dan (ke-dua) kemampuan organisme mengubah bentuk, tumbuh dan bergerak” (Ghina T.N; 2009).

Santiago Calatrava adalah seorang arsitek sekaligus insinyur yang karya arsitekturnya terkenal melalui inovasi struktur sebagai pembentuk estetikanya. Struktur yang ia buat merupakan perpaduan antara karya seni, arsitektur,

engineering, dan menunjukkan kecintaannya pada bentuk dan gerak alami. Pilihan

warna putih digunakan pada hampir semua karyanya karena ia ingin menitikberatkan pada tampilan bentuk dan gerak pada arsitekturnya. Calatrava membuat sketsa yang pada nantinya akan menjadi inspirasi bentuk pada karya arsitekturnya. Kebanyakan inspirasi bentuknya datang dari bentuk tubuh manusia (yang bergerak). Selain sketsa, ia juga senang membuat model tiga dimensi atau sculpture untuk membuktikan keterbangunan desainnya dan kemungkinan sistem struktur yang dapat digunakan.

Ada tiga hal yang menjelaskan sebagian karakteristik arsitektur Santiago Calatrava, yakni geometri, mekanik, dan statik. Geometrinya merupakan transformasi bentuk dari struktur yang melipat dan dapat terbuka. Dari segi mekanik, arsitekturnya memiliki ciri khas dengan membuat bagian-bagiannya dapat bergerak dari satu posisi ke posisi lain. Sedangkan dari segi statik, karya-karyanya tentu saja mengandalkan stabilitas atau kekokohan struktur. Namun Calatrava dianggap sebagai arsitek yang berani karena dapat membuat struktur yang terlihat tidak stabil. karena Calatrava sendiri berhasil membuat arsitektur yang berasal dari representasi figur hewan atau manusia, arsitektur yang dapat bergerak (Ghina T.N; 2009).

Ada 6 karya Santiago calatrava yang arsitekturnya terkenal melalui inovasi struktur sebagai pembentuk estetikanya, yaitu:

1. Auditoriode Tenerife Patio.

Berlokasi : Canary Islands, Spanyol. Di Bangun : 1997 - 2003.

(31)

Gambar 2.22 : Auditoriode Tenerife Patio (Sumber : Alpat. S, 2009)

2. Geometris Kuwait Pavilion. Berlokasi : Seville, Spanyol. Di Bangun : 1992

Gambar 2.23: Geometris Kuwait Pavilion (Sumber : Alpat. S, 2009) 3. WTC Transit Hub

Berlokasi : New York, Amerika Serikat. Di Bangun : 2003.

Gambar 2.24 : WTC Transit Hub (Sumber: Anonim8; 2009)

4. Turning Torso

Berlokasi : Malmo, Swedia Di Bangun : 2005

(32)

Gambar 2.25 : Turning Torso

(Sumber : Alpat. S, 2009)

5. L’Humisferic City

Berlokasi : Valencia, Spanyol.

Di Bangun : 1996.

Gambar 2.26 : L’Humisferic City of arts and Sciences (Sumber : Alpat. S, 2009)

6. Lyon- statolas railway and airport station.

Berlokasi : Lyon, France. Di Bangun : 1989-1994.

Gambar 2.27 : Lyon- statolas railway and airport station (Sumber : Alpat. S, 2009)

(33)

BAB III. METODE

3.1.

Metode Penelitian

Dalam proses penelitian arsitektur biomorfik terhadap karya Santiago Calatrava, metode yang dipakai adalah metode penelitian secara Library research. Penelitian berasal dari bahasa Inggris yaitu research (re berarti kembali, dan

search berarti mencari) (Khatibah; 2011, Yousda, 1993:12). Dari pengertian

tersebut dapatlah di pahami bahwa research itu adalah berarti mencari kembali. Menurut kamus Webster’s New International, penelitian adalah

penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Sedangkan menurut hilway dalam bukunya Introduction to Research mengemukakan bahwa penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap sesuatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut (Khatibah; 2011, Yousda, 1993:12).

Dari pengertian tersebut dapatlah dipahami secara luas, penelitian dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyimpulkan data dengan menggunakan metode/teknik tertentu guna mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi dalam penelitian kepustakaan. Studi pustaka menempati posisi yang sangat penting dalam penelitian. Walaupun sebagian orang membedakan antara riset kepustakaan dan riset lapangan, akan tetapi kedua - duanya memerlukan penelusuran pustaka. Ada perbedaan yang melekat pada riset kepustakaan dengan riset lapangan, perbedaannya yang utama adalah terletak pada tujuan, fungsi atau kedudukan studi pustaka dalam masing-masing penelitian tersebut. Riset lapangan, penelusuran pustaka sebagai langkah awal dalam rangka untuk menyiapkan kerangka penelitian yang bertujuan memperoleh informasi penelitian sejenis, memperdalam kajian teoritis. Sementara dalam riset pustaka, penelusuran pustaka lebih dari pada sekedar melayani fungsi-fungsi yang disebutkan untuk memperoleh data penelitiannya. Tegasnya riset pustaka

(34)

membatasi kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan (Khatibah; 2011, Zed, 2008: 1-2).

Banyak orang beranggapan bahwa penelitian perpustakaan itu adalah membaca dan mempelajari buku-buku kemudian disimpulkan. Tidak perlu meneliti, baca saja sejumlah buku yang berhubungan dengan objek penelitian kita, maka tahulah kita apa hasilnya. Berbagai jenis media cetak (buku, majalah, koran dll) dokumen, atau non cetak dapat disimpan di perpustakaan. Kemudian dikoleksi dengan menggunakan katalog, atau bentuk koleksi yang lain. Dalam koleksi tersebut telah diklasifikasi berdasarkan kelompok ilmu pengetahuan diberbagai disiplin ilmu. Dengan adanya kalsifikasi berbagai disiplin ilmu dengan koleksi perpustakaan yang secara umum digunakan (katalog), peneliti dengan mudah dapat meneliti kepustakaan.

Khatibah (2011) menyatakan bahwa di dalam buku Mestika zed Metode

Penelitian Kepustakaan, ada empat langkah penelitian kepustakaan, adalah :

1. Menyiapkan alat perlengkapan, alat perlengkapan dalam penelitian kepustakaan hanya pensil atau pulpen dan kertas catatan

2. Menyusun bibliografi kerja, bibliografi kerja ialah catatan mengenai bahan sumber utama yang akan dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Sebagian besar sumber binliografi berasal dari koleksi perpustakaan yang di pajang atau yang tidak dipajang.

3. Mengatur waktu, dalam hal mengatur waktu ini, tergantung personal yang memanfaatkan waktu yang ada, bisa saja merencanakan berapa jam satu hari, satu bulan, terserah bagi personal yang bersangkutan memanfaatkan waktunya.

4. Membaca dan membuat catatan penelitian, artinya apa yang dibutuh dalam penelitian tersebut dapat dicatat, supaya tidak bingung dalam lautan buku yang begitu banyak jenis dan bentuknya.

Ternyata kepustakaan tidak hanya mengumpulkan, membaca dan mencatat literatur / buku-buku yang dipahami banyak orang, tetapi jauh dari itu, penelitian kepustakaan harus memperhatikan langkah-langkah dalam meneliti kepustakaan, harus memperhatikan metode penelitian dalam rangka mengumpulkan data,

(35)

membaca dan mengolah bahan pustaka serta peralatan yang harus dipersiapkan dalam penelitian tersebut, kegunaannya mempermudah peneliti dalam mendapatkan data. Ada langkah-langkah penelitian pustaka in, yaitu:

1. Menyiapkan alat-alat pensil atau pulpen dan buku catatan. 2. Menyusun catatan mengenai bahan sumber utama.

3. Mengatur waktu penelitian.

4. Membaca dan membuat catatan penelitian.

3.2.

Metode Penentuan Sampel Penelitian

Santiago Calatrava di kenal sebagai seorang architect engineer dari spanyol, dalam penerapan desainnya dia sering menggunakan fluiditas struktur dalam ekspresi bentuknya dan merupakan pencetus utama yang memulai bentuk struktur sebagai elemen merancang. Berikut beberapa karya Santiago clatrava, Yaitu :

Pada karya-karya di samping maka dipilih 3 karya yang memiliki kriteria yang dapat dilihat secara langsung sebagai berikut :

1. Ide rancanganterinspirasi pada proses pertumbuhan makhluk hidup

2. Prinsip struktur dari alam atau biostruktur.

3. Dinamis dan progresif

4. Rasional ( dapat di terima akal sehat )

Tabel 3.1 : Karya-karya santiago.

1. Auditoriode Tenerife Patio 2. Geometris Kuwait Pavilion 3. WTC Transit Hub

4. Turning Torso 5. L’Humisferic City of arts and Sciences

6. Lyon- statolas railway and airport station

(36)

Tabel 3.2 : Proses Penilaian Objek Penelitian

No Bangunan 1 2 3 4 Nilai

1. Auditoriode Tenerife patio.

3

2. Geometris Kuwait pavilion.

4

3. WTC Transit Hub.

3

4. Turning Torso

4

5. L’Humisferic City of arts and

science.

2

6. Lyon- Statolas railway and

airport station.

4

1= Tidak Baik 2= Cukup 3= Baik 4= Sangat Baik (Sumber : Analisis, 2016)

Dari penilaian di atas dapat di simpulkan bahwa karya yang memenuhi kriteria penilaian objek yang dipilih adalah sebagai berikut:

1. Geometris Kuwait Pavilion.

Geometris Kuwait Pavilion berlokasi di kota seville negara spanyol

yang di bangun pada tahun 1992 dan bangunan ini berfungsi sebagai

Conferension Hall.

Gambar 3.1: Geometris Kuwait Pavilion (Sumber : Alpat. S, 2009)

2. Turning Torso.

Turning Torso berlokasi di kota malmo negara swedia yang di bangun

pada tahun 2005 dan bangunan ini berfungsi sebagai apartement.

Gambar 3.2 : Turning Torso (Sumber : Alpat. S, 2009)

(37)

3. Lyon- statolas railway and airport station.

Lyon- statolas railway and airport station berlokasi di kota lyon

negara francis yang di bangun pada tahun 1998 dan selesai pada tahun 1994 dan bangunan ini berfungsi sebagai stasiun.

Gambar 3.4 : Lyon- statolas railway and airport station (Sumber : Alpat. S, 2009)

Tabel 3.3 : Objek-objek Yang Terpilih.

No Objek Terpilih Lokasi Bangunan Tahun Di Bangun Fungsi Bangunan

1 Geometris

Kuwait Pavilion Seville, Spanyol 1992 Conferension Hall

2 Turning Torso Malmo, Swedia 2005 Apartement

3

Lyon- statolas railway and airport station

Lyon, France 1998-1994 Stasiun

(Sumber : Analisis, 2016)

3.3.

Metode Analisa

Langkah yang dilakukan dalam melakukan metode analisa , sebagai berikut ;

 Mencari literature yang berkaitan dengan arsitektur biomorfik dan biografi Santiago Calavatra beserta beberapa karyanya.

 Literatur diatas sebagai pedoman untuk menentukan prinsip-prinsip arsitektur biomorfik, dan selanjutnya prinsip-prinsip tersebut sebagai landasan untuk menganalisis perancangan bangunan Santiago calatrava yang terpilih.

(38)

BAB IV. ANALISA

4.1. Landasan Penelitian.

Arsitektur biomorfik mempunyai pandangan bahwa alam adalah dasar konstruksi, Keadaan alam dapat dimanfaatkan sebagai contoh desain untuk gedung-gedung yang mempergunakan prinsip struktur dan motif dari alam. Hal yang prinsip ialah dengan memanfaatkan keadaan alam sebagai sistem struktur yang aktif dengan mempergunakan sistem yang ada di alam untuk tujuan arsitektur.

Ketika struktur digunakan secara simbolis, maka digunakan secara arsitektur untuk melambangkan teknik yang hebat dan untuk memperkenalkan teknologi seni terkini. Dalam hal ini, ekspos struktur merupakan hal yang harus dilakukan. Arsitektur biomorfik mengutamakan unsur-unsur kebenaran yang diungkap secara jelas sehingga terbuka terhadap kemungkinan penilaian, dukungan ataupun sanggahan.

Dari penjabaran di literatur, dapat disimpulkan bahwa arsitektur biomorfik memiliki beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam perancangannya. Adapun prinsip-prinsip tersebut sebagai landasan penelitian untuk mempermudah dalam mengkaji objek-objek yang dijadikan sebagai bahan penelitian, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Terinspirasi pada proses-proses pertumbuhan makhluk hidup yang berkaitan dengan perubahan bentuk atau transformasi.

2. Struktur berfungsi sebagai struktural

3. Struktur berfungsi sebagai ornamental

(39)

4.2.

Kajian Arsitektur Biomorfik Pada Bentuk, Lyon- statolas

railway and airport station.

Gambar 4.1 : Lyon-statolas railway and airport station.

(Sumber : haslinda; 2012)

Stasiun Lyon-Satolas adalah terminal untuk kereta TGV yang menghubungkan bandara ke kota Lyon, 30 kilometer ke arah selatan. Bangunan yang dirancang oleh arsitek Santiago Calatrava ini dibentuk oleh baja dan struktur beton dengan ketinggian hampir empat puluh meter, dan selesai di bangun pada tahun 1994. Bangunan ini memiliki daya tarik tersendiri dari pandangan pertama bagi siapa saja yang melihatnya, kesan pertama yang dapat di ambil pada objek ini adalah bentuk yang menyerupai burung yang sedang melebarkan sayapnya.

4.2.1 Terinpirasi pada proses-proses pertumbuhan makhluk

hidup

yang

berkaitan

dengan

perubahan

bentuk/

transformasi.

Terbentuknya objek ini karena adanya proses-proses pertumbuhan mahkluk hidup, makhluk hidup yang dipakai dalam proses perancangan bentuk ini adalah proses pergerakan burung elang yang sedang mengibaskan sayapnya.

(40)

Gambar 4.2 :Analisa persamaan bentuk.

(Sumber: Haslinda; 2012 & Analisis; 2016)

Terlihat dari gambar 4.2, sinkronnya pergerakan burung elang dan objek bangunan terlihat pada bagian atas objek menyerupai lengkungan tulang belakang burung elang dan sebagai inti pergerakan makhluk hidup, bisa dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 :Analisa bentuk tulang belakang pada objek.

(Sumber: Haslinda; 2012 & Analisis; 2016)

Dibagian depan objek terlihat menyerupai bentuk paruh burung elang yang menunduk kebawah, yang dibuat sebagai pintu masuk/main entrens objek tersebut, terlihat pada gambar 4.4.

Selanjutnya dibagian samping objek menyerupai bentuk pergerakan sayap burung elang yang sedang melebarkan sayapnya, terlihat pada gambar 4.4, Bentuk pergerakan sayap tersebut berfungsi sebagai struktur bagian atas objek, yang menggunakan struktur tulang saying burung elang.

Sistem rangka batang dengan bentuk dasar tulang rusuk dan sayap burung sebagai sistem keseimbangan

Lengkungan tulang belakang dari struktur tulang burung

Struktur yang meneruskan gaya dari lengkungan tulang belakang menuju pondasi

(41)

Gambar 4.4 :Analisa bentuk fasad sayap dan kepala burung elang.

(Sumber: Haslinda; 2012 & Analisis; 2016)

4.2.2. Struktur berfungsi sebagai struktural.

Objek ini memiliki bentangan yang sangat lebar untuk mendukung bentuk bangunan bentang lebar, diperlukan system struktur yang dapat mengimbangi beban vertical. Dari beberapa struktur bagian tubuh elang diambil struktur tulang punggung burung yang dapat menyeimbangi beban vertical pada objek, terlihat pada gambar 4.5.

Gambar 4.5 :Analisa bentuk struktur yang berfungsi struktural.

(Sumber: Analisis; 2016)

Bentuk struktur tulang punggung tersebut menggunakan truss baja dan strukturnya di perkuat dengan prinsip kinerja kaki burung elang sebagai kolom yang meneruskan beban ke pondasi menuju ketanah.

(42)

4.2.3. Struktur berfungsi sebagai ornamental.

Pada bagian samping objek terlihat struktur tulang rusuk burung elang dibikin sebagai struktur pembantu beban vertical, selain itu berguna sebagai ornamen fasad pada objek.

Gambar 4.6 :Analisa bentuk struktur yang berfungsi sebagai ornamental.

(Sumber: Haslinda; 2012 & Analisis; 2016)

4.2.4. Dinamis.

Bentuk-bentuk pola yang melengkung menyerupai pola lengkungan tulang rusuk burung elang pada bagian dalam dan luar objek terlihat keseimbangan pola melengkung yang di pakai, bisa di lihat pada gambar 4.7.

Gambar 4.7 :Analisa bentuk lengkungan yang dinamis pada objek.

(Sumber: Haslinda; 2012 & Analisis; 2016)

Terlihat pada penggunaan kolom dari beton bertulang yang melengkung sejajar tetapi tetap menjadi struktur yang kokoh.

Setelah dilakukan analisa terhadap bangunan lyon-statolas railway and airport diatas dapat di simpulkan bahwa bangunan lyon-statolas railway and airport adalah bangunan biomorfik dikarenakan alasan yaitu sebagai berikut :

 Ide bentuk objek tersebut menyerupai prinsip-prinsip organ dan pergerakan pada burung elang yang sedang melebarkan sayapnya dan desain kemudian di kembangkan lebih lanjut mengikuti konsep utama

(43)

yang telah ada sehingga muncul bentuk kaki burung yang menjadi pertemuan antara dua bentuk struktur lengkungan utamanya, dan terdapat bidang yang menyerupai paruh pada bagian depan objek.

 Bangunan ini memiliki bentuk bentangan lebar maka di perlukan system struktur yang dapat mengimbangi beban vertical, bentuk struktur tulang belakang burung elang yang cocok untuk itu dipakai pada objek tersebut dengan menggunakan truss baja yang terbentuk melengkung. Strukturnya di perkuat dengan bentuk kaki burung elang sebagai kolom, meneruskan beban ke pondasi menuju ketanah.

 Pada bagian samping objek terlihat bentuk struktur tulang rusuk burung elang dibikin sebagai struktur pembantu beban vertical, selain itu berguna sebagai ornamen fasad pada objek.

 Tampak terlihat pada penggunaan kolom dari beton bertulang yang melengkung di sepanjang sisi samping objek memperlihatkan bentuk yang dinamis dan progresif tetapi tetap membuat objek memiliki struktur yang kokoh.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, bangunan Lyon-stolas ini merupakan bangunan biomorfik dikarenakan perancangan bangunan ini menggunakan ide-ide yang terbentuk dari prinsip-prinsip alam.

4.3. Kajian Arsitektur Biomorfik Pada Bentuk, Turning Torso.

Gambar 4.8 :Turning Torso.

(Sumber : Tezza Nur Ghina; 2009)

(44)

Calatrava yang berhasil diselesaikan pada tahun 2005. Bangunan ini didesain pada tahun 1999 untuk European Housing Expo tahun 2001. Tapaknya berada di kawasan terkemuka di Malmo, sebuah pelabuhan kecil terletak di selatan Swedia, yang tengah menghadapi perkembangan cepat dalam kebutuhan perumahan dikarenakan oleh pembukaan jembatan Oresund yang menghubungi antara Swedia ke daratan Eropa di tahun 2000. Proyek Santiago Calatrava ini merupakan proyek perkantoran dan hunian (Nordenson, 2003).

Gambar 4.9 :Karya-karya santiago.

(Sumber : Carter B. Horsley; 2005)

Bentuk bangunan Turning Torso yang sculptural, menjadikannya landmark kawasan yang dengan mudah terlihat dari kejauhan. Bangunan ini menciptakan identitas yang kuat untuk tapaknya dan menegaskan perpotongan antara dua jalan utama (Tzonis,2007).

Turning Torso Tower merupakan komposisi dari sembilan unit kotak

“town house”, yang masing-masing terdiri dari lima lantai. Denah bangunan ini berputar total 90 derajat. Tinggi Turning Torso dapat mencapai 623 kaki (sekitar 190 m).

4.3.1 Terinpirasi pada proses-proses pertumbuhan makhluk

hidup

yang

berkaitan

dengan

perubahan

bentuk/

transformasi.

Terbentuknya objek tersebut menyerupain bentuk tubuh manusia yang sedang melengkungkan badan, kemudian dikembangkan lebih lanjut mengikuti prinsip utama yang telah ada sehingga muncul bentuk pinggang manusia yang sedang membelokkan badan pada perspektif objek yang terlihat

(45)

objek tersebut tersusun balok-balok yang dibelokan sisi fasadnya pada setiap lantai maka tercipta bentuk lengkungan pinggang manusia.

Gambar 4.10:Analisa persamaan bentuk tulang belakang manusia dengan objek.

(Sumber: Analisis; 2016)

4.3.2 Struktur berfungsi sebagai struktural.

Objek ini memiliki bentuk melintir untuk mendukung bentuk melintir tersebut diperlukan system struktur yang dapat mengimbangi gaya pelintiran dan menahan gaya lateral yang menerpa objek tersebut struktur yang di pakai pada objek struktur kantilever vertical yang kokoh mendukung keberdiriannya diatas tanah, terlihat pada gambar4.10.

(46)

Gambar 4.11 :Analisa structural yang memakai struktur kantilever vertical yang mendukung keberdiriannya di atas tanah.

(Sumber: Analisis; 2016)

Terlihat juga pada gambar 4.12 , core sebagai inti struktur bangunan tinggi yang menahan bentuk objek yang mengelitir, struktur core tersebut menyerupai prinsip-prinsip struktur tulang belakang manusia.

Gambar 4.12 :Analisa perubahan bentuk terhadap titik core.

(Sumber: Analisis; 2016)

4.3.2 Struktur berfungsi sebagai ornamental.

Ada dua inti struktur pada objek tersebut yaitu pada bagian core dan struktur

kanti lever vertical. Struktur kantilever vertical berfungsi sebagai penahan gaya

pelintir, dan di kokohkan di setiap keliling fasad dengan rangkaian eksoskeleton mengikuti liukan pada bangunan dan menjadikan struktur ini sebagai ornament pada setiap sisi fasad objek terlihat pada gambar 4.13.

core

core

Gambar 4.11 :Analisa structural yang memakai struktur kantilever vertical yang mendukung keberdiriannya di atas tanah.

(Sumber: Analisis; 2016)

Terlihat juga pada gambar 4.12 , core sebagai inti struktur bangunan tinggi yang menahan bentuk objek yang mengelitir, struktur core tersebut menyerupai prinsip-prinsip struktur tulang belakang manusia.

Gambar 4.12 :Analisa perubahan bentuk terhadap titik core.

(Sumber: Analisis; 2016)

4.3.2 Struktur berfungsi sebagai ornamental.

Ada dua inti struktur pada objek tersebut yaitu pada bagian core dan struktur

kanti lever vertical. Struktur kantilever vertical berfungsi sebagai penahan gaya

pelintir, dan di kokohkan di setiap keliling fasad dengan rangkaian eksoskeleton mengikuti liukan pada bangunan dan menjadikan struktur ini sebagai ornament pada setiap sisi fasad objek terlihat pada gambar 4.13.

core

core

Gambar 4.11 :Analisa structural yang memakai struktur kantilever vertical yang mendukung keberdiriannya di atas tanah.

(Sumber: Analisis; 2016)

Terlihat juga pada gambar 4.12 , core sebagai inti struktur bangunan tinggi yang menahan bentuk objek yang mengelitir, struktur core tersebut menyerupai prinsip-prinsip struktur tulang belakang manusia.

Gambar 4.12 :Analisa perubahan bentuk terhadap titik core.

(Sumber: Analisis; 2016)

4.3.2 Struktur berfungsi sebagai ornamental.

Ada dua inti struktur pada objek tersebut yaitu pada bagian core dan struktur

kanti lever vertical. Struktur kantilever vertical berfungsi sebagai penahan gaya

pelintir, dan di kokohkan di setiap keliling fasad dengan rangkaian eksoskeleton mengikuti liukan pada bangunan dan menjadikan struktur ini sebagai ornament pada setiap sisi fasad objek terlihat pada gambar 4.13.

core

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu untuk menjawab tantangan kemajuan arsitektur masa kini, maka Gelanggang Olahraga ini hadir dengan menonjolkan aspek teknologi dan struktur bentang lebar

kedua, dengan sudut pandang horizontal, digunakan untuk benda yang.. berbentuk memanjang / lebar (lebar

Penerapan Struktur Bentang Lebar pada Bangunan Roller Sport Centre.. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Pencahayaan menggunakan available light yaitu sinar matahari pada saat pagi hari yang arah datangnya dari depan (front light) karena sebagian objek memiliki bentuk yang menarik

Gedung Pertunjukkan sebagai wadah pembuktian adanya bentuk arsitektur bagi pengguna objek rancangan untuk mendalami karakteristik / kualitas objek dalam edukasi

Kombinasi antara struktur sebagai pembangkit bentuk bangunan dan estetika struktur dengan struktur bentang lebar kuda-kuda pipa baja ekspose untuk elaborasi antara modul

Mahasiswa diminta untuk mencari objek-objek bangunan arsitektur mewakili langgam dan pradigma arsitektur dari masa Klasik hingga Modern untuk diidentifikasi bentuk ruang arsitektur dan

KESIMPULAN Cover pada novel Izana karya Daruma Matsuura memiliki desain komunikasi secara visual yang dapat dianalisis melalui beberapa objek di dalamnya seperti bentuk tipografi,