• Tidak ada hasil yang ditemukan

Geologi Regional Bengkulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Geologi Regional Bengkulu"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

GEOLOGI PROVINSI BENGKULU

disusun untuk memenuhi tugas UTS Geologi Urban

oleh Syakira Trsnafiah

270110140043

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI JURUSAN TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

(2)

I. Geologi Regional Bengkulu

Gambar Provinsi Bengkulu

Secara geografis, Bengkulu terletak pada koordinat 30°45’ – 30°59’ Lintang Selatan dan 102°14’ – 102°22’ Bujur Timur. Posisi geografis tersebut terletak di pantai bagian Barat Pulau Sumatera yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Secara umum bagian tengah Peta Geologi Lembar Bengkulu dan sekitarnya (S. Gafoer, T. C. Amin dan R. Pardede, 1992) skala 1: 250.000, ditempati oleh beberapa gunungapi muda, antara lain Bukit Dingin dengan ketinggian mencapai 2.020 m di atas permukaan laut (dpl), Bukit Balai (1.683 m dpl), Bukit Condong (2.079 m dpl), Bukit Daun (2.467 m dpl), Gunung Hulupalik (2.493 m dpl), dan Bukit Gendahululai (2.130 m dpl). Gunung-gunung tersebut membentuk jajaran gunung api strato sebagai bagian dari rangkaian Pegunungan Bukit Barisan dengan arah yang umum terbentang dari Barat Laut – Tenggara. Di bagian Barat dan Timur dibatasi oleh perbukitan bergelombang, setempat dengan timbulan tajam terdapat di bagian Utara dan Selatan. Dataran sempit terdapat setempat-setempat di daerah pantai pada bagian Barat Daya.

Sesar Sumatera dengan arah umum Barat Laut – Tenggara memotong batuan berumur Oligosen sampai Kuarter, misalnya sesar Semangko yang relatif searah dengan pulau Sumatera yang menyebabkan terjadinya gempa di sepanjang zona sesar tersebut. Di beberapa tempat terlihat bahwa sesar Sumatera merupakan kontak antara batuan vulkanik Kuarter dengan batuan padu berumur lebih tua. Dataran sempit yang dijumpai setempat-setempat di bagian Barat Daya menurut Ratman dkk. (1978) dibentuk oleh material lepas berukuran lempung sampai kerikil dengan ketebalan kurang dari 5m.

(3)

Geologi regional Provinsi Bengkulu

Daerah Bengkulu terletak antara perbatuan pre-tersier, tersier, vulkan dan batuan alluvial. Keadaan ini banyak memberi pengaruh bagi keadaan bumi dankehidupan penduduk. Pada beberapa daerah persebaran batuan-batuan ini mengandung barang-barang tambang seperti emas, perak, kaolin kuarsa dan lain-lain. Di atas dan di lereng tanah-tanah gunung, penduduk hidup sebagai petani. Daerah vulkanis seperti dilembah semangka dan sepanjang bukit barisan merupakan daerah yang subur sekali tanahnya.

Di propinsi Bengkulu sedikit sekali dijumpai formasi tersier, terutama skiskristalin yang termasuk jenis genes dan glimmer skis,di samping itu masih terdapat batuan plutonik-granit sampai horuklonde granit. Persebarannya terbatas di daerah pegunungan bukit barisan, antara lain di sebelah tenggara Gunung Patah( Bengkulu Utara) formasi trias terdapat di sebelah tenggara dan sebelah barat kota curup (Kabupaten Rejang Lebong) yang terdiri atas Janis batu tulis flitis disamping batu pasir kwarsitis, filit berkapur, batu kapur, dan jenis tuf yang penyebarannya agak luas sampai ke daerah perbatasan Sumatera Selatan. Kesebelah barat dan Timur laut Muara Aman formasi dari tersier tua terutama terdapat terutama terdapat di daerah pegunungan buki barisan. Batuan penyusun atau pembentuknya adalah batuan bereksi, konglomerat dan batu pasir yang banyak mengandung kwarsa.

Formasi tersier muda mempunyai daerah persebaran yang sangat luas dan merupakan perbukitan di sebelah barat bukit barisan. Jenis batuannya terutama terdiri atas batu pasir dan tanah liat yang tersusun dalam struktur berlipat. Disamping itu terdapat jenis andosit tua yakni berupa tonjolan di antara punggung-punggung Bukit Barisan dari daerah vulkanik.

(4)

Satuan batuan di daerah ini terdiri dari satuan batuan volkanik Tersier Formasi Hulusimpang, batuannya berupa breksi volkanik, dibeberapa tempat mengalami mineralisasi. Formasi Bal batuannya breksi gunung api dan tufa. Satuan batuan sedimen Tersier dan Kuarter yang terdiri dari Formasi Seblat tersusun oleh perulangan batu-pasir, batulempung, batulanau sisipan batugamping. Formasi Lemau terdiri dari batulempung, batupasir sisipan batubara. Formasi Simpangaur berupa batupasir tufaan, batulempung. Formasi Bintunan yang berupa konglomerat aneka bahan. Satuan batuan lainnya adalah batuan intrusi yang berumur Tersier terdiri dari granodiorit dan andesit. Satuan gunung api kuarter yang didominasi oleh breksi dan tufa sena satuan endapan aluvial. Struktur sesar yang berarah baratlaut – tenggara merupakan sesar Seblat – Ketahun yang mengindikasikan sebagai sesar aktif. Disamping itu dijumpai beberapa sesar lain yang berarah timurlaut – baratdaya. Struktur berbentuk melingkar dan poligonal mengindikasikan sebagai daerah mineralisasi terutama di daerah Ulu Ketenong, Tebolai, Lebong Tandai, dan Seblat.

Keterdapatan Gunung Bawah Laut di Bengkulu

Gunung bawah laut (seamount) Bengkulu telah menjadi isu nasional. Gunung tersebut secara tidak sengaja ditemukan dalam penelitian sebelumnya. Berdasarkan temuan tersebut, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan penelitian lanjutan menggunakan multibeam echosounder untuk menghasilkan topografi dasar laut (peta batimetri) resolusi tinggi. Dalam terminologi geologi, peta batimetri dapat diinterpretasikan sebagai sebuah seri kejadian geologi. Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan kondisi geologi dan geomorfologi gunung bawah laut tersebut berdasarkan data multibeam dan CTD. Pengambilan data multibeam menggunakan Simrad EM 12D yang terpasang di KR. Baruna Jaya III dan Elac SeaBeam 1050D yang terpasang di R/V Baruna Jaya IV. Data tersebut diproses menggunakan software Caris Hips & Sips.

Selanjutnya, dilakukan interpretasi geologi terhadap data multibeam. Hasil interpretasi dilengkapi dengan data CTD (conductivity, temperature, depth) yang diambil di beberapa stasiun di area penelitian. Berdasarkan pengolahan data multibeam menunjukkan bahwa di perairan Bengkulu terdapat gunung raksasa yang disebut gunung bawah laut Bengkulu (Bengkulu Seamount). Selain itu terdapat dua gunung yang lebih kecil di sebelah baratnya. Data multibeam juga menunjukkan jejak aliran lava dari puncak gunung bawah laut Bengkulu ke arah barat.

(5)

Terbentuknya gunung bawah laut ini diakibatkan oleh magma yang menerobos ke atas melalui rekahan hingga ke permukaan lantai samudera. Geomorfologi gunung bawah laut Bengkulu merupakan kompleks rift volcano dan bentuk gunung api tipe shield volcano. Hasil interpretasi tersebut dilengkapi dengan data CTD yang kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa gunung bawah laut Bengkulu merupakan gunung api yang tidak aktif. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut berupa pemetaan tingkat lanjut pada lantai samudera dan pengambilan conto batuan.

II. Potensi Ekonomi Bengkulu

Provinsi Bengkulu memiliki berbagai potensi ekonomi yang dapat mengangkat perekonomian daerah ini, antara lain :

1. Sektor Pertambangan

Potensi tambang galian di Provinsi Bengkulu cukup beragam dari batubara, emas, pasir besi, batu gamping, serta bahan galian C seperti pasir dan batu. Selain tambang galian, Bengkulu juga memiliki berbagai sumber energi yang dapat diberdayakan yaitu :

 Panas bumi yang muncul pada jalur patahan (sesar) seperti di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Bengkulu Selatan, mempunyai potensi cukup besar untuk membangkit tenaga listrik. Energi panas bumi dimaksud terdapat di Bukit Daun sebanyak 250 MW, tambang Sawah 400 MW dan Gedang Hulu Lais 500 MW.

 Energi air yang banyak di Provinsi Bengkulu, masih banyak yang belum diberdayakan menjadi PLTA terdapat di:

 Kabupaten Rejang Lebong terdapat 15 lokasi sumber energi air dengan total kapasitas 20.772 KW.

 Kabupaten Bengkulu Utara terdapat 25 lokasi sumber energi air dengan total kapasitas 3.031 KW.

 Kabupaten Bengkulu Selatan terdapat 19 lokasi sumber energi air dengan total kapasitas 11.603 KW.

(6)

Dengan letak strategis Provinsi Bengkulu di pantai barat Sumatera dan menghadap ke Samudera Hindia maka daerah ini memiliki potensi ekonomi yang cukup besar di sektor perikanan. Bengkulu memiliki panjang pantai mencapai 500 km², luas laut teritorial 53.000 km² dan luas zona ekonomi eksklusif (ZEE) 685.000 km². Adapun jenis-jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.

Daerah alam bengkulu mempunyai potensi mineral dan batubara yang sangat berprospek secara ekonomi, keterdapatan batubara banyak ditemukan didaerah Bengkulu Utara dan Selatan, sedangkan potensi emas terdapat dikisaran pejajaran bukit barisan, kisaran kabupaten rejang lebong dan daerah kecamatan puteri hijau yang mempunyai potensi emas yang belum terlalu di eksplorasi lebih lanjut.

III. Potensi Bencana Alam

Kerusakan akibat Gempa Bumi di Bengkulu 2007 silam

Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster) maupun oleh ulah manusia (man-made disaster). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bencana antara lain: Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia (man-made hazards) yang menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR) dapat dikelompokkan menjadi bahaya geologi (geological hazards), bahaya hidrometeorologi (hydrometeorological hazards), bahaya biologi (biological hazards), bahaya teknologi (technological hazards) dan penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation) Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat, infrastruktur serta elemen-elemen di

(7)

dalam kota/ kawasan yang berisiko bencana Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen di dalam masyarakat

Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa – Nusa Tenggara , Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Bengkulu berada di pulau Sumatera, sehinga berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986).

Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Dengan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering mengalami tsunami. Tsunami yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh gempa-gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya (Puspito, 1994). Selama kurun waktu 1600-2000 terdapat 105 kejadian tsunami yang 90 persen di antaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen oleh letusan gunung berapi dan 1 persen oleh tanah longsor (Latief dkk., 2000). Wilayah pantai di Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana tsunami terutama pantai barat Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa, pantai utara dan selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, pulau-pulau-pulau-pulau di Maluku, pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh pantai di Sulawesi. Laut Maluku adalah daerah yang paling rawan tsunami. Dalam kurun waktu tahun 1600-2000, di daerah ini telah terjadi 32 tsunami yang 28 di antaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 4 oleh meletusnya gunung berapi di bawah laut. Di daerah Bengkulu rawan terjadi gempa bumi seperti kejadian gempa bumi di Bengkulu ketika 2007 silam.

Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan kondisi tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi itu dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti

(8)

terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan. Seiring dengan berkembangnya waktu dan meningkatnya aktivitas manusia, kerusakan lingkungan hidup cenderung semakin parah dan memicu meningkatnya jumlah kejadian dan intensitas bencana hidrometeorologi (banjir, tanah longsor dan kekeringan) yang terjadi secara silih berganti di banyak daerah di Indonesia. Meskipun pembangunan di Indonesia telah dirancang dan didesain sedemikian rupa dengan dampak lingkungan yang minimal, proses pembangunan tetap menimbulkan dampak kerusakan lingkungan dan ekosistem. Pembangunan yang selama ini bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam (terutama dalam skala besar) menyebabkan hilangnya daya dukung sumber daya ini terhadap kehidupan mayarakat. Dari tahun ke tahun sumber daya hutan di Indonesia semakin berkurang, sementara itu pengusahaan sumber daya mineral juga mengakibatkan kerusakan ekosistem yang secara fisik sering menyebabkan peningkatan risiko bencana.

Pada sisi lain laju pembangunan mengakibatkan peningkatan akses masyarakat terhadap ilmu dan teknologi. Namun, karena kurang tepatnya kebijakan penerapan teknologi, sering terjadi kegagalan teknologi yang berakibat fatal seperti kecelakaan transportasi, industri dan terjadinya wabah penyakit akibat mobilisasi manusia yang semakin tinggi. Potensi bencana lain yang tidak kalah seriusnya adalah faktor keragaman demografi di Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2004 mencapai 220 juta jiwa yang terdiri dari beragam etnis, kelompok, agama dan adat-istiadat. Keragaman tersebut merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang tidak dimiliki bangsa lain. Namun karena pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak diimbangi dengan kebijakan dan pembangunan ekonomi, sosial dan infrastruktur yang merata dan memadai, terjadi kesenjangan pada beberapa aspek dan terkadang muncul kecemburuan sosial. Kondisi ini potensial menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat yang dapat berkembang menjadi bencana nasional.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu merilis data bencana alam di daerah itu sepanjang 2013 mencapai 19 kali, dan didominasi oleh longsor dan banjir. Bencana longsor dan banjir itu didominasi di enam kabupaten di Bengkulu, dengan kerugian materil mencapai ratusan juta rupiah menurut Kepala BPBD Provinsi Bengkulu, Kollendri. Enam kabupaten yang dilanda bencana itu meliputi Kabupaten Kepahiang, Lebong, Kaur, Bengkulu Utara, Seluma. Menurutnya, 19 kali bencana terdiri atas 11 banjir dan 8 kali longsor. Meski demikian, bencana tersebut tidak mengakibatkan jatuhnya jumlah korban jiwa. Musibah tersebut kebanyakan merusak rumah, jalan umum, dan sebagainya, tetapi tidak sampai memakan korban jiwa. Bengkulu merupakan wilayah yang termasuk dalam cincin

(9)

api dengan ancaman multibencana, didominasi oleh gempa bumi, tsunami, angin topan, petir, banjir dan longsor. Untuk antisipasi penanganan bencana, pemerintahs setempat saat ini tengah menyiapkan rancangan Peraturan Daerah (Perda) Penanggulangan Bencana.

IV. Infrastruktur Jalan di Bengkulu

Peta infrastruktur Provinsi Bengkulu

Jalan merupakan urat nadi perekonomian yang menghubungkan kegiatan ekonomi antar wilayah sehingga distribusi barang dan jasa dapat bergerak dengan lancar. Infrasruktur jalan pada umumnya merupakan barang publik dan kurang menarik bagi sektor swasta untuk menyediakannya, maka sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk menyediakannya. Sampai dengan tahun 2010 panjang jalan di Pulau Sumatera sepanjang 7.811 Km atau bertambah sepanjang 1.889 Km dibandingkan tahun 2008 yaitu 5.922 Km. Hasil penelitian Taryono (2013), menunjukkan pentingnya sarana dan prasarana infrastruktur bagi masyarakat ternyata tidak dibarengi dengan penganggaran yang memadai. Misalnya, Peranan belanja langsung terutama untuk belanja modal, barang dan jasa yang penting bagi penyediaan infrastruktur terus menunjukkan penurunan. Pada tahun 2007 ratio belanja langsung terhadap

(10)

APBD sebesar 60,91% kemudian pada tahun 2012 peranan belanja langsung menjadi 41,30%.

Kualitas Infrastruktur Wilayah Rendah

Jalan raya di Kota Bengkulu

Posisi Bengkulu yang relatif terisolir sangat bergantung pada jaringan jalan Jalur Lintas Barat Sumatera yang menghubungkan Bengkulu dengan Sumatera Selatan dan Sumatera Barat. Secara keseluruhan wilayah Bengkulu dilayani oleh jaringan jalan sepanjang 7.776 km. Dari segi kuantitas ketersediaan jaringan jalan di Bengkulu cukup baik. Hal ini terlihat dari indikator kerapatan jalan, yang menunjukkan rasio panjang jalan dalam kilometer terhadap luas wilayah dalam kilometer persegi, dan dinyatakan dalam persen.

Angka kerapatan jalan (road density) di wilayah ini lebih tinggi dari angka nasional dan beberapa provinsi lain di Pulau Sumatera. Cara lain untuk mengetahui tingkat defisiensi infrastruktur wilayah adalah dengan membandingkan tingkat kerapatan jalan dan pendapatan perkapita antarprovinsi di Indonesia. Hal ini didasari asumsi bahwa terdapat korelasi antara kerapatan jalan dan tingkat pendapatan per kapita di suatu perekonomian.

Dari segi kualitas, terlihat bahwa hampir 40 persen panjang jalan di Bengkulu masih belum beraspal. Kondisi ini mengurangi daya dukung jalan bagi pergerakan barang. Kondisi jalan yang buruk akan meningkatkan waktu tempuh perjalanan dan membengkakkan biaya distribusi barang antar daerah, yang akhirnya menghambat perekonomian daerah.

V. Infrastruktur Air Bersih di Bengkulu

Diperlukan investasi yang signifikan pada bidang air bersih dan sanitasi. Ketidakcukupan pelayanan air bersih dan sanitasi menghalangi status Indonesia sebagai negara dengan

(11)

penghasilan menengah, melemahkan daya saing kota-kotanya, dan sangat mempengaruhi kehidupan rakyat, Word Bank (2010). Pada wilayah Bengkulu, sebagian besar 73% desa dengan sumber air bersih untuk kebutuhan domestik masyarakat bersumber dari air Pompa Listrik/Tangan/Sumur. Sumber air bersih dari mata air juga masih menjadi pilihan bagi 152 desa/kelurahan yang terdapat di Provinsi Bengkulu. Terjadinya degradasi lingkungan seperti pencemaran air sungai dan danau tidak mengurangi keinginan masyarakat untuk menggunakan sumber air bersih dari sungai/danau/kolam untuk kebutuhan domestiknya. Kondisi ini tercermin dari sebanyak 77 desa/kelurahan di Provinsi Bengkulu masih menggunakan sumber air dari sungai/danau/kolam untuk kebutuhan domestiknya.

DAFTAR PUSTAKA

Daniel W, 2013. Dahlan: Sumatera Bisa Maju, Tinggal Listrik & Infrastruktur Disiapkan. detikFinance. Selasa, 11/8/2016 18:57 WIB.

bengkulu-online.com, Selasa, 11/8/2016 18:00 WIB. bengkuluekspress.com, Selasa, 11/8/2016 18:20 WIB.

http://www.bappeda.bengkuluprov.go.id/data-spasial/peta-wilayah.php, Selasa, 11/8/2016 19:20 WIB.

www.pu.go.id, Selasa, 11/8/2016 18:28 WIB. loketpeta.pu.go.id, Selasa, 11/8/2016 18:39 WIB.

Gambar

Gambar Provinsi Bengkulu

Referensi

Dokumen terkait

dengan arah baratlaut – tenggara, di bagian barat dibatasi oleh tinggian Kuching yang berarah utara – selatan, berupa batuan dasar berumur Pratersier.. Pada bagian

Pada akhir Miosen Awal, diendapkan perselingan batupasir- batuserpih, napal dengan lapisan batugamping dari Formasi Birang di cekungan sebelah selatan dan ekuivalen

Nama formasi ini pertama kali diajukan oleh Kastowo dan Silitonga (1975) dengan lokasi tipe di daerah Tuhur, berumur Trias dan dapat dibagi menjadi dua anggota yaitu dari tua ke

Keseluruhan geometri Cekungan Ombilin memanjang dengan arah umum barat laut-tenggara, dibatasi oleh sesar baratlaut-tenggara Sitangkai di utara dan Sesar Silungkang di selatan

Zona Pegunungan Selatan dibatasi oleh Dataran Yogyakarta-Surakarta di Zona Pegunungan Selatan dibatasi oleh Dataran Yogyakarta-Surakarta di sebelah barat dan

Kondisi fisiografi di Pulau Sumatera sangat unik yaitu berupa pulau-pulau di sebelah barat Sumatera yang membentang dari Simeuleu hingga Enggano, rangkaian bukit barisan,

Fisiografi dan geomorfologi regional dataran Yogyakarta termasuk dalam Pegunungan Kulon. Pegunungan Kulon di bagian utara dan timur dibatasi oleh lembah Progo, dan di bagian selatan

Pada Eosen Akhir, kompresi yang terus berlanjut akibat kedatangan Blok Luconia dari arah utara ke zona subduksi menghasilkan kolisi yang k Luconia di sebelah utara dengan kerak