• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN CIMT SISI LESI ANTARA DM DAN NONDM DENGAN ATAU TANPA DISLIPIDEMIA PENDERITA STROK ISKEMIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN CIMT SISI LESI ANTARA DM DAN NONDM DENGAN ATAU TANPA DISLIPIDEMIA PENDERITA STROK ISKEMIK"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

COMPARISON OF CIMT LESION SIDE BETWEEN DM AND NONDM WITH OR WITHOUT DISLIPIDEMIA IN ISCHEMIC

STROKE

Imelda Farida Ahmad1, Yudy Goysal,1Abdul Muis1, Amiruddin Aliah 1, Cahyono Kaelan 1, Idham Jaya Ganda2

1

Bagian Ilmu Penyakit Saraf, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar,

2

Bagian Ilmu Penyakit Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar

Alamat Korespondensi :

Imelda Farida Ahmad

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, 90245

HP: 081342061019

(2)

ABSTRAK

Proses aterosklerosis dapat menyebabkan degenerasi tunika intima media arteri karotis (CIMT) yang dapat dilihat dengan pemeriksaan carotid doppler. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan carotid intima media thickness (CIMT) sisi lesi antara DM dan non DM dengan atau tanpa dislipidemia pada penderita strok iskemik. Desain penelitian adalah Cross Sectional Study, pada 40 subjek penderita strok iskemik. Masing-masing 20 subjek diabetes melitus dan 20 subjek non diabetes melitus di Rumah Akademis Makassar, dari bulan Maret hingga Juni 2013. Pada kelompok penelitian dilakukan pemeriksaan ketebalan tunika intima media arteri karotis komunis sisi lesi dengan menggunakan carotid doppler. Sampel yang diambil adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata CIMT penderita strok iskemik yang disertai DM dan dislipidemia secara bermakna lebih tinggi daripada tanpa dislipdemia (p<0,05) Selain itu nilai rerata CIMT penderita strok iskemik yang non DM disertai dislipidemia secara bermakna lebih tinggi daripada tanpa dislipidemia. Demikian pula pada penderita DM nilai CIMTnya lebih tinggi dari nonDM. Penelitian ini menunjukkan penderita DM rata-rata memiliki ketebalan tunika intima lebih tinggi daripada nonDM

Kata kunci: CIMT, DM, Strok iskemik, carotid doppler

ABSTRACT

The process of atherosclerosis can cause degeneration of the intima and media layers that can be seen by by carotid Doppler examination. This study aims to compare of CIMT lesion side in patients with ischemic stroke between DM and Non DM with or without dislipidemia. Design of this study was a Cross Sectional involve 40 subjects of ischemic stroke. which 20 subjects were in Diabetes melitus and and 20 were in Non diabetes melitus as control group. This study was performed at Akademis hospital Makassar started from March until June 2013. The result showed that mean value of CIMT in patient DM and dislipidemia was higher and more significantthan without dislipidemia (p< 0,05).and mean value of CIMT with NonDM accompanied dislipidemia more higher than DM and non dislipidemia patients and mean value of CIMT with duslipidemia patient was significantly higher than without dislipdemia patient. And so do CIMT value in DM patient were higher than non DM. Tis study showed DM patient had tunica intima thickness higher than non DM.

(3)

PENDAHULUAN

Strok adalah masalah kesehatan utama, merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada manusia masa puncak produktif dan menjadi penyebab kematian nomor tiga dan penyebab kecacatan nomor satu (Misbach,2011). Di Amerika Serikat strok menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker. Setiap tahunnya 500.000 orang-orang Amerika terserang strok, 400.000 orang terkena strok iskemik dan 100.000 orang menderita strok hemoragik (termasuk perdarahan intraserebral dan subarachnoid) dengan 175 orang diantaranya mengalami kematian (Trush, 2005). Strok telah terbukti menjadi penyebab utama kecacatan kronik di semua lapisan masyarakat. Penderita yang selamat dari strok dapat mengalami kecacatan fungsi kognitif, sensorik, maupun motorik akibat kerusakan otak (Gofir, 2007).

Beberapa faktor risiko pada strok berdasarkan data penelitian dari 28 Rumah sakit di Indonesia didapatkan hipertensi sebesar 73,9%, Fibrilasi atrium 3,4%, diabetes mellitus 17,3%, hiperkolestrolemia 16,4%, merokok 20,45%. Diabetes melitus (DM) dan peningkatan kadar lemak darah (dislipidemia) merupakan dua dari faktor risiko strok iskemik menurut The WHO Task Aorce on Stroke and Other Cerebrovascular Disorder yang dapat menyebabkan terjadinya proses aterosklerosis pada lapisan tunika intima media arteri karotis (Misbach, 2011). Ini sesuai dengan penelitian Rehman MU,(2011 bahwa kondisi diabetes, cholesterol HDL, mempecepat terjadinya ketebalan tunika intima media (Rehman,2011). Demikian pula pada penelitian di India yang menunjukkan bahwa CIMT pada penderita stroke dengan beberapa faktor risiko relative lebih tinggi secara signifikan (Jain, 2012). Aterosklerosis adalah pengerasan pada pembuluh darah arteri yang terjadi karena proses pengendapan lemak, komplek karbohidrat dan produk darah, jaringan ikat dan kalsium, yang mengakibatkan hilangnya elastisitas arteri, disertai perubahan degenerasi lapisan media dan intima. Penekanan yang terlalu banyak pada arteri dapat menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi tebal dan kaku akhirnya membatasi

(4)

darah yang mengalir ke organ dan jaringan yang menimbulkan proses arteriosklerosis ( Murtala dkk.,2010)

Bila aterosklerosis terjadi pada arteri yang mensuplai darah ke otak yaitu arteri karotis maka akan menimbulkan risiko strok dan bila terjadi pada arteri koronaria dapat menimbulkan penyakit jantung iskemia. Menurut Homoud 2008, aterosklerosis adalah penyebab utama penyakit jantung koroner. Lesi aterosklerosis pada arteri karotis, juga seringkali merupakan faktor risiko terjadinya stroke tromboembolik. Sebelum terjadinya penyempitan arteri atau penyumbatan mendadak, aterosklerosis biasanya tidak menimbulkan gejala. Aterosklerosis dapat menjadi kronik dengan menunjukkan tanda-tanda kerusakan yang meningkat sebanding dengan umur (penyakit degenerative) dan lamanya menderita aterosklerosis. (Murtala dkk., 2010)

Diabetes merupakan salah satu faktor risiko utama pada strok iskemik dan berhubungan dengan angka mortalitas. Milikan 1987 menyatakan bahwa 10-30% penderita strok sebelumnya adalah penderita Diabetes. Telah dikemukakan pada “Framingham Study” bahwa insiden strok Iskemik didapatkan 2,5-3,5 kali lebih tinggi pada DM dibanding non DM (Basjiruddi,2009). Peningkatan kadar gula darah dapat memperburuk prognosis strok. Hal ini disebabkan fungsi vasodilatasi arteri serebral yang berkurang pada penderita diabetes. Demikian pula pada penderita DM kelompok usia 60-69 tahun adalah lima kali lebih tinggi dibandingkan non DM (Misbach, 2011). Hal ini sesuai dengan penelitian di jerman bahwa IMT arteri karotis kommunis secara signifikan dipengaruhi oleh umur, maupun jenis kelamin (Linnebank et al.,2011).

Pada DM tipe 2 ditandai dengan gagalnya kemampuan memproduksi insulin yang cukup untuk mencegah resistensi insulin, dan sering bersamaan dengan faktor risiko lain termasuk hipertensi, obesitas dan hiperlipidemia. Hal ini menimbulkan suatu keadaan yang disebut sindroma metabolik, dimana dengan adanya sindroma ini maka risiko strok akan meningkat menjadi 1,5 kali lipat, sedang risiko pada DM lebih dari 2 kali lipat. Metabolik sindrom dan derajat resistensi insulin merupakan

(5)

faktor risiko independen untuk stroke, dan bila keduanya ada pada pasien akan meningkatkan risiko strok tiga kali lipat. Sindrom ini secara langsung merupakan mata rantai terjadinya perubahan pada arteri besar seperti arteri karotis dengan bertambah tebalnya tunika media-intima yang akan menambah kerusakan vaskular kearah aterosklerosis (Basjiruddin,2009).

Suatu penelitian kasus kontrol dan prespektif epidemiologi menunjukkan efek independen diabetes pada strok iskemik pada laki-laki maupun perempuan, dengan peningkatan risiko relatif strok pada penderita diabetes 1,8 hingga hampir 6 kali. The Atherosclerosis Risk in Communities Study Investigators (ARIC) menemukan pasien-pasien yang sebelumnya menderita DM yang tidak terdiagnosis ternyata mengalami kecepatan progresi aterosklerosis karotis yang lebih besar dibanding pasien yang telah diketahui menderita DM (Liviakis et al., 2010).

Diabetes mempercepat perkembangan aterosklerosis arteri karotis. Pada suatu populasi berdasarkan studi kohort 1192 pria dan wanita yg diperiksa interval 5 tahun, perkembangan ketebalan intima media pada pemeriksaan USG common arteri karotid (CCA) dan interna arteri karotid (ICA) adalah sekitar dua kali pada penderita diabetes dibandingkan dengan penderita non diabetes. Tingkat kemajuan pada ICA lebih besar pada pasien yang tidak terdiagnosis diabetes dibandingkan dengan pasien yang diabetes (Hennerici,2004).

IMT pada CCA pasien diabetes dan strok akut secara signifikan lebih besar dibanding pada pasien strok yang non diabetes. Pada studi sebelumnya menunjukkan bahwa resistensi insulin menunjukkan suatu gambaran yang penting pada syndrome DM type 2 tidak berkorelasi dengan IMT (Idris et al.,2006). kemudian studi lain menemukan bahwa, pada pasien DM menyebabkan regresi dari CIMT (Al-Nimer, 2009).

Beberapa studi dalam menilai ketebalan intima media sebagai tanda lesi awal dari aterosklerosis dilakukan oleh Bachtiar Murtala dkk, (2011) pada penelitiannya yang menghubungkan Intima Media Thickness (IMT) arteri karotis dengan fraksi lipid, yang menunjukkan hubungan yang signifikan (Murtala,2011). Polak Fj pada

(6)

penelitiannya menunjukkan adanya hubungan yang signifikan progresifitas IMT pada penderita diabetes control and complication Trial (DCCT) disertai dengan merokok dan hipertensi, sedangkan umur tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada penderita strok iskemik (Murtala dkk.,2011).

Beberapa studi lain menunjukkan prevalensi IMT pada populasi secara umum. Bermacam-macam metode telah dibuat dengan berbagai interprestasi. Bahkan pada tiga studi berbasis populasi di Eropa cukup sebanding dengan kriteria untuk IMT. Kuopio ischaemic Heart Disease Risk Factor Study (KIHD) menurut Salonen et al., The San Daniele Project (SDP) (Prati et al., 1992) dan The investigation Pre-Cliniques de Paris (IPC) (Bonithon-Kopp et al., 1993), terdapat perbedaan yang bermakna tentang prevalensi tersebut. Misalnya sekitar 37% laki-laki Filandia memiliki ketebalan dinding arteri sementara laki-laki Italia dilaporkan hanya memiliki ketebalan sekitar 9,4%. Demikian pula IMT lebih tinggi pada wanita Prancis (30,4%) dibandingkan wanita Italia (Hennerici,2004).

Persyaratan dalam penilaian penyakit serebrovaskular dini menggunakan pemeriksaan IMT dengan teknik Ultrasonography B-mode (Carotid Doppler) beresolusi tinggi pada arteri karotis (Alexandrov,2011). Teknik noninvasive ini telah memainkan peran sentral dalam banyak studi epidemiologi terakhir dan sedang digunakan untuk penilaian keberhasilan pencegahan aterosklerosis (Hennerici,2004) Berdasarkan berbagai studi dan teori diatas, dan beberapa penelitian ternyata menunjukkan bahwa pada DM mudah terjadi penebalan tunika intima media arteri carotis, sehingga pada penelitian ini bertujuan menilai perbandingan CIMT sisi lesi antara DM dan non DM dengan atau tanpa dislipidemia pada penderita strok iskemik akut dengan menggunakan carotid doppler.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RS Akademis Makassar. Desain penelitian ini menggunakan metode cross sectional untuk membandingkan carotid intima media

(7)

thickness (CIMT) sisi lesi antara Diabetes melitus dan non diabetes melitus dengan atau tanpa dislipidemia pada penderita strok iskemik.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah penderita strok iskemik yang DM dan non DM dengan atau tanpa dislipidemia yang berobat jalan di poli saraf RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan jejaringnya di Makassar. Didapatkan sebanyak 20 sampel dengan diabetes melitus dan 20 sampel tanpa diabetes melitus yang terdiri dari 10 sampel dislipidemia dan 10 tanpa dislipidemia.

Sampel yang diambil adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu: 1) Semua penderita strok yang terdiagnosa strok iskemik yang penderita DM disertai dan tanpa dislipidemia, non DM dengan dan tanpa dislipidemia; 2)Pertama kali mengalami strok;3) Bersedia ikut dalam penelitian.

Metode pengumpulan data

Data yang dikumpulkan, dianalisis menggunakan bantuan komputer program excel dan dianalisis statistik terhadap variabel-variabel yang diteliti dengan bantuan program Statistical Package for Social Scienses (SPSS) for Windows.

Analisis data

Data yang dikumpul diolah melalui analisis statistik, untuk membandingkan CIMT sisi iskemik dan non iskemik penderita strok iskemik antara DM dan non DM yang disertai dan tanpa dislipidemia dengan menggunakan uji T tidak berpasangan.

HASIL

Tabel 1 menunjukkan distribusi sampel penelitian berdasarkan umur, jenis kelamin, dislipidemia, hipertensi dan diabetes melitus pada subjek penelitian. Pada kelompok umur terdiri dari 27 orang (67,5%) yang ≤ dari 60 tahun dan 13 orang (32,5%) > 60 tahun. Sebagian besar distribusi sampel berjenis kelamin perempuan

sebanyak 22 orang (55%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 18 orang (45%).

Kelompok hipertensi didapatkan jumlah sampel 17(42,5%) pada tekanan darah >160, dan pada ≤ 160 berjumlah 23 orang (57,5%) dan distribusi DM dan non DM serta

(8)

dislipidemia jumlah sampel yang didapatkan baik pada kelompok perlakuan ataupun kontrol adalah 20 orang (50%). Pada kelompok yang merokok didapatkan jumlah pasien sebanyak 12 (55%) dan 28 orang (45%) yang tidak merokok.

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari hasil analisis dengan Uji T nilai rerata CIMT sisi lesi penderita strok iskemik yang diabetes melitus disertai dislipidemia lebih tinggi daripada rerata nilai CIMT penderita diabetes melitus tanpa dislipidemia dan perbedaan rerata tersebut bermakna, yang ditunjukkan oleh nilai p yang lebih kecil dari α = 0,05.

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari hasil analisis uji T, nilai rerata CIMT sisi lesi penderita strok iskemik yang Nondiabetes melitus disertai dislipidemia lebih tinggi daripada rerata nilai CIMT sisi lesi penderita Nondiabetes melitus tanpa dislipidemia dan perbedaan rerata tersebut bermakna, yang ditunjukkan oleh nilai p yang lebih kecil dari α = 0,05.

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari hasil analisis uji T, nilai rerata CIMT sisi lesi penderita strok iskemik yang diabetes melitus disertai dislipidemia lebih tinggi daripada rerata nilai CIMT sisi lesi penderita Nondiabetes melitus tanpa dislipidemia dan perbedaan rerata tersebut bermakna, yang ditunjukkan oleh nilai p yang lebih kecil dari α = 0,05.

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari hasil analisis dengan Uji T menunjukkan bahwa nilai rerata CIMT sisi lesi penderita strok iskemik disertai diabetes melitus dan tanpa dislipidemia didapatkan perbedaan yang tidak bermakna dibandingkan pada penderita Nondiabetes melitus disertai dislipidemia dan perbedaan rerata tersebut yang ditunjukkan oleh nilai p yang lebih besar dari α = 0,05.

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini kami menemukan nilai perbandingan CIMT sisi lesi pada penderita DM rata-rata lebih tinggi dibandingkan non DM. Nilai CIMT yang diperoleh antara 1,1 mm hingga 1,7 mm. Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan, dimana didapatkan nilai CIMT pada penderita DM dan rata-rata > 1 mm,

(9)

dan yang non DM < 1 mm, meskipun masih terdapat nilai CIMT DM < 1 dengan jumlah yang minimal. Dalam literatur menyatakan bahwa ketebalan kompleks lapisan intima media pada orang dewasa normal berkisar 0,5-1 mm. Penebalan CIMT > 1,0 mm merupakan keadaan abnormal menandakan perubahan paling awal aterosklerosis (Hennerici,2004). Pada penelitian ini, dari 20 orang penderita DM, 16 diantaranya memiliki ukuran CIMT yang > 1, sedang 4 yang lainnya bernilai ≤1 mm, dan pada kelompok kontrol diperoleh 13 orang dengan ukuran CIMT ≤1, dan 7 orang dengan ukuran > 1 mm, yang masing-masing terbagi Dalam kelompok dislipidemia dan nondislipidemia.

Dari 40 sampel, didapatkan penderita strok yang DM sebanyak 20 orang dan kontrol yang non DM 20 orang, serta dari kedua kelompok tersebut terbagi lagi masing-masing menjadi 10 dislipidemia dan 10 nondislipidemia. jumlah sampel yang diperoleh laki-laki lebih banyak daripada perempuan, namun pada penderita DM lebih banyak pada jenis kelamin perempuan dibanding laki-laki. Berdasarkan Framingham study diperkirakan risiko strok meningkat 1,5-3 kali pada pasien DM, begitupun pada bahwa insiden strok non hemoragik didapatkan 2,5-3,5 kali lebih tinggi pada DM dibandingkan yang non DM. Hal ini sesuai dengan penelitian liviakis L et al,(2010) Sementara Capes dkk mengatakan bahwa pada pasien dengan kadar GDP > 13,4 mmol/l, risiko strok kira-kira lebih tinggi dua kali lipat dibanding dengan kontrol metabolik. Demikian pula proporsi wanita lebih besar, dimana menurut Almdal mendapatkan risiko ateroskleoris dan relative terkena strok lebih tinggi dua hingga 6,5 kali pada wanita, oleh karena kemungkinan berhubungan dengan perbedaan sensivitas terhadap insulin yang lebih rendah dibanding laki-laki (Rehman,2011). Pada kelompok umur, sampel penelitian antara 25 tahun sampai dengan 73 tahun dengan persentase terbesar sama pada umur ≤ 60tahun, namun pada penderita DM jumlahnya sama pada kedua kelompok umur tersebut. Sesuai Copenhagen Stroke Study 2005. Usia merupakan satu faktor pengubah yang penting dimana DM menimbulkan risiko strok lebih tinggi diantara pasien yang berusia lebih muda, sesuai penelitian linnebank et al., (2011) Pada populasi yang berusia < 55

(10)

tahun. DM akan meningkatkan strok iskemik lebih tinggi. Namun pada Framingham study melaporkan bahwa risiko terjadinya strok iskemik pada DM terbanyak pada kelompok usia 60-69 tahun adalah 5 kali lebih tinggi dibandingkan penderita non DM.

Dengan menggunakan T U test didapatkan nilai yang bermakna pada perbandingan antara kelompok DM disertai dislipidemia dengan yang tanpa dislipdemia, demikian pula pada kelompok NonDM disertai dislipidemia dan tanpa dislipidemia, dengan nilai p < 0,05. Dengan menggunakan T U test didapatkan nilai rerata CIMT sisi lesi lebih tinggi secara bermakna pada kelompok DM disertai dislipidemia dengan nilai CIMT maximum dan minimum > 1.0 mm, dibandingkan dengan DM tanpa dislipidemia dengan tingkat kemaknaan <0.05. Demikian pula rerata CIMT kelompok non DM disertai dislipidemia dibandingkan non DM tanpa dislipidemia dengan nilai maksimum > 1.0 mm, dan minimum < 1.0 mm dengan tingkat kemaknaan diperoleh nilai p < 0.05.

Demikian pula nilai rerata CIMT DM disertai dislipidemia dibandingkan yang nonDM disertai dislipidemia kelompok DM disertai dislipidemia dibandingkan nonDM tanpa dislipidemia dan kelompok DM tanpa dislipidemia dibandingkan NonDM tanpa dislipidemia menunjukkan nilai rata-rata CIMT sisi lesi tersebut lebih tinggi secara bermakna dengan nilai p <0.05, nampak rata-rata CIMT kelompok NonDM tanpa dislipidemia nilainya < 1.0 mm. Hal ini sesuai beberapa studi yang dikemukakan beberapa peneliti, bahwa IMT pada arteri karotis kommunis penderita diabetes dan strok iskemik akut secara signifikan lebih besar dibanding pasien strok non diabetes menurut idris I,(2006) Ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-nimer,(2009). Hal ini disebabkan oleh keadaan hiperglikemi kronis akan mengaktivasi PK.C yang bersifat vasokontriksi, infiltrasi monosit melewati endotel, mengawali pembentukan ateroma di dinding pembuluh darah. Yang dapat dilihat dengan mengukur nilai CIMT dengan menggunakan carotid Doppler. Adanya peningkatan nilai CIMT yang lebih besar dari 1 mm telah menunjukkan bahwa telah

(11)

terjadi suatu aterosklerosis yang terjadi pada pada arteri yang mensuplai darah ke otak yaitu arteri karotis (Idris,2006).

Demikian pula pada kondisi profil lipid yang meningkat, dimana oksidasi LDL kolesterol sebagai kemungkinan penyebab dari kerusakan endotel. Peningkatan LDL kolesterol akan menurunkan sejumlah antioksidan pada endotel yang sehat dan menyebabkan metabolism endotel yang abnormal, gangguan pada dinding pembuluh darah yang berhubungan dengan perkembangan ateriosklerosis. Sesuai penelitian Dari penelitian Rehman,(2011) dan liviakis et al., (2010) menunjukkan ketebalan tunika intima media pada penderita dislipidemia dan DM lebih tinggi dibanding tanpa dislipidemia. Dari beberapa penelitian yang ada diketahui bahwa CIMT dapat dijadikan sebagai surrogate kerusakan atau disfungsi pembuluh darah arteri karotis.

Namun pada kelompok penderita DM tanpa dislipidemia dibandingkan dengan nonDM disertai dislipidemia, didapatkan nilai p > 0,05, yang menunjukkan bahwa perbedaan nilai CIMT pada analisis uji T tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna, karena kedua kondisi tersebut memberikan kontribusi besar terhadap terjadinya deposit plak pada dinding pembuluh darah.

Pada penelitian ini dari analisis faktor risiko tidak menunjukkan adanya pengaruh yang berarti terhadap penebalan CIMT pada sampel, baik pada kelompok umur ataupun hipertensi, Sejalan dengan penelitian Linnebank et al.,(2011) yang menunjukkan bahwa progresifitas IMT terhadapa umur tidak memberikan perbedaan yang signifikan, tetapi meskipun demikian secara angka didapatkan nilai yang tinggi pada kelompok umur > 60th, demikian pulapada kelompok hipertensi, berbeda pada kelompok jenis kelamin terutama pada jenis kelamin perempuan. Beberapa kondisi yang dari faktor risiko tersebut sehingga tidak didapatkannya peningkatan ketebalan dari arteri karotis adalah kondisi yang bukan kronik, efek dari obat-obatan (Hennerici, 2004) dan beberapa faktor lain.

SIMPULAN DAN SARAN

(12)

dislipidemia lebih tinggi secara bermakna daripada yang non dislipidemia. Demikian pula pada yang non DM dan disertai dislipidemia lebih tinggi secara bermakna daripada yang penderita non DM tanpa dislipidemia. Tidak didapatkannya nilai CIMT yang bermakna antara penderita strok iskemik yang disertai DM dan nondislipidemia dengan non DM dan dislipidemia, tetapi didapatkannya nilai rerata CIMT pada penderita strok Iskemik yang disertai DM lainnya lebih tinggi secara bermakna dibandingkan penderita yang non DM. Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar, sehingga data yang terkumpul dapat lebih homogen. Dan juga disarankan dilakukannya pemeriksaan pengukuran CIMT pada penderita yang mempunyai faktor risiko strok sebagai langkah awal dalam pencegahan penyakit aterosklerosis dini.

DAFTAR PUSAKA

Al-Nimer,MS;Hussein, I.(2009). Increased mean Carotid Intima Media Thickness in type 2 DM patients with non Blood pressure component metabolic syndrome.Baghdad:International Journal of DM, Department of Pharmacology, College of Medicine Al Mustansiriyia University.

Alexandrov,AV.(2011).Principle of ekstracranial Ultrasound Examination. In Cerebrovascular Ultrasound in Stroke Prevention and Treatment: Wiley Blackwell USA. 3-13

Basjiruddin A;(2009).Diabetes Melitus and Stroke. The Pathobiogenesis dalam Neurology up date. Hal 97-107

Gofir,A.(2009). Pengantar Manajemen Stroke komprehensif. dalam Manajemen Stroke Komprehensif.Yogyakarta:Pustaka Cendekia Press.1-3

Hennerici,MJ;Meairs,SP.(2004).Carotid Artery Intima Media Thickness in Cerebrovascular Ultrasound. New York :International journal of CIMT. Cambridge University Press. 152-9

Idris,I;Thomson,GA.(2006). Diabetes Melitus and Stroke. Inct Journal Clin Pract January : European of Journal .48-56

Jain,j.(2012). Carotid Intima-media thickness and apolipoprotein in patients of ischemic stroke in a rural hospital setting in central India;A cross sectional study. Journal of neurosciences.

Liviakis,L et al.(2010).Carotid intima-media thickness for the practicing Lipidologist. Journal of Clinical Lypidology.USA: Universyti of Washington School of Medicine. 24-35

(13)

Linnebank,M et al.(2011).Homocysteine and Carotid Intima-Media thickness in a German Population: Lack of Clinical Relevan. Journal of The American Heart Association.

Murtala,B;Liyadi,F.(2010). Hubungan Ketebalan Intima Media Karotis berdasarkan pemeriksaan Ultrasonografi dengan fraksi lipid darah penderita Dislipidemia:FK-UH.

Misbach,J.(2011). Manajemen faktor risiko Stroke dalam Stroke Aspek Diagnostik, Patofisiologi: Manajemen, FKUI, Jakarta. 123-34

Rehman,MU.(2011).Association of Common Carotid Intimal Media Thickness (CCA-IMT) with risk factors atherosclerosis in patients with DM type 2 diabetes mellitus:Journal Of Pakistan Medical association.

Trush,A;Harstone.(2005).Ultrasound assessment of The extracranial cerebral circulation in Peripheral Vasculare Ultrasound. Philadelphia:Elsevier churchil livingstone. 85-9

(14)

Tabel 1. Distribusi sampel menurut jenis kelamin, kelompok umur, menderita dislipidemia, hipertensi dan merokok, DM dan NonDM

Variabel N % Umur ≤ 60th > 60th Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Dislipidemia Ya Tidak Hipertensi >160 ≤160 Merokok Ya Tidak DM Dislipidema Nondis NonDM Dislip Nondislip 27 13 22 18 20 20 17 23 12 28 10 10 10 10 67,5 32,5 55 45 50 50 42,5 57,5 55 45 25 25 25 25

(15)

Tabel 2. Perbedaan nilai CIMT sisi lesi penderita strok iskemik disertai DM dan dislipidemia dengan strok iskemik disertai DM dan Nondislipidemia

Nilai CIMT Strok Iskemik

sisi lesi(mm) DM+Dislipidemia DM+NonDislipidemia P N 10 10 Mean 1.400 1,120 SD 0,176 0,103 0,001 Min 1,100 0,900 Max 1,700 1,200 Nilai p = Uji T

Tabel 3. Perbedaan nilai CIMT sisi lesi pada penderita strok Iskemik disertai Non DM dan dislipidemia dengan strok Iskemik disertai NonDM dan Nondislipidemia

Nilai CIMT Strok Iskemik

sisi lesi(mm) NonDM+Dislipidemia NonDM+NonDislipidemia P N 10 10

Mean 1.030 0.740

SD 0.194 0.236 0.001 Min 0.700 0.400

Max 1,300 1.100 Nilai p dengan Uji T tidak berpasangan

(16)

Tabel 4. Perbedaan nilai CIMT sisi lesi pada penderita strok Iskemik disertai DM dan dislipidemia dengan strok Iskemik disertai NonDM dan Nondislipidemia

Nilai CIMT Strok Iskemik

Sisi lesi(mm) DM+Dislipidemia NonDM+NonDislipidemia P N 10 10

Mean 1.230 0.790

SD 0.163 0.236 0.000 Min 0.900 0.400

Max 1,700 1.100 Nilai p dengan Uji T tidak berpasangan

Tabel 5. Perbedaan nilai CIMT sisi lesi pada penderita strok Iskemik disertai DM dan Nondislipidemia dengan strok Iskemik disertai NonDM dan dislipidemia

Nilai CIMT Strok Iskemik

Sisi lesi(mm) DM+NonDislipidemia NonDM+Dislipidemia P N 10 10

Mean 1.120 1.040

SD 0.103 0.206 0.293 Min 0.900 0.700

Max 1.200 1.300 Nilai p dengan Uji T tidak berpasangan

(17)

Diabetes Melitus Non Diabetes Melitus

mean

Gbr 2. Perbedaan rerata CIMT sisi lesi pada DM dan NON DM dengan atau

Gambar

Tabel  1.  Distribusi  sampel  menurut  jenis  kelamin,  kelompok  umur,  menderita   dislipidemia, hipertensi dan merokok, DM dan NonDM
Tabel  2.  Perbedaan  nilai  CIMT  sisi  lesi  penderita  strok  iskemik  disertai    DM  dan dislipidemia dengan strok iskemik disertai DM dan Nondislipidemia
Tabel  4.  Perbedaan  nilai  CIMT  sisi  lesi  pada  penderita  strok  Iskemik      disertai    DM  dan  dislipidemia  dengan  strok  Iskemik  disertai  NonDM  dan   Nondislipidemia

Referensi

Dokumen terkait

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 24 ekor kucing domestik jantan yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan yaitu kelompok 1 sebagai kelompok

amara ke atas status libido, aras testosteron serum, berat tubuh tikus, morfometri testis dan epididimis kauda serta aktiviti enzim antioksida testis tikus teraruh diabetes

Dengan memanfaatkan sistem SCADA pada Jaringan Distribusi Tenaga Listrik, pemantauan terhadap sistem kelistrikan menjadi lebih baik, dalam keadaan normal, gangguan dan

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Motif Ibu Rumah

Kesimpulan: Berdasarkan analisis data dari penelitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kecemasan keluarga penunggu pasien di UGD Rumah Sakit Panti Rini

Di gambar 5 pengguna ingin berbicara dengan admin sehingga user bisa mengklik tombol bertanya ke admin sehingga bila ada admin yang online muncul pemberitahuan pada landbot

Untuk menghadapi tantangan ter- sebut, menurut Kane dan Stanton (2003) organisasi perusahaan harus memiliki karakteristik pendekatan pe- rencanaan SDM yang strategik yaitu:

“ Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, suku bangsa untuk