• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDISARJANA KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDISARJANA KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2017"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

PROGRAM STUDISARJANA KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2017

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI

(APD) DENGAN KEJADIAN ISPA DI PABRIK ESGI SAMBI

1)

Nella Nur Nadia Sakti,

2)

S. DwiSulisetyawati,

3)

Sunardi

1) Mahasiswa Sarjana Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta 2),3) Dosen Prodi Sarjana Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 menunjukkan ISPA di

Jawa Tengah sebanyak 29,1%. ISPA merupakan penyakit dengan presentasi

tertinggi dari 10 penyakit utama. Selain itu data klinik pabrik ESGI Sambi pada

bulan Desember, Januari, Februari, Maret menunjukkan ISPA merupakan

penyakit pertama dari 10 penyakit dengan kunjungan pasien terbanyak pada bulan

tersebut.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan

alat pelindungdiri (APD) dengan kejadian ISPA di pabrik ESGI Sambi.

Metode penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Teknik

pengambilan sampel menggunakan teknik Consecutive Sampling dengan jumlah

sampel sebanyak 85 responden. Penelitian dilakukan di pabrik ESGI Sambi pada

bulan Januari 2017. Analisa data menggunakan Uji Chi Square di peroleh hasil

perilaku penggunaan alat pelindung diri 37.65% baik. Kejadian ISPA mayoritas

tidak ISPA 28.24%. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan perilaku

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan kejadian ISPA di Pabrik ESGI

Sambi dengan hasil p value (0,360) > 0,005.

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan perilaku penggunaan alat

pelindung diri (APD) dapat mengurangi kejadian ISPA di pabrik ESGI Sambi.

Penelitian menunjukkan pemakaian alat pelindung diri (APD) dengan kategori

baik, kejadian ISPA di pabrik ESGI Sambi menurun.

Kata Kunci

: perilaku, penggunaan APD, ISPA.

Daftar Pustaka : 35 (2002 - 2016)

(2)

2

STUDY PROGRAM OF NURSING

HEALTH SCIENCE SCHOOL OF KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2017

Behavior Relationships Using Personal Protective Equipment (PPE) with

Genesis ISPA in ESGI Sambi Factory

Nella Nur Nadia Sakti

Abstract

Data Basic Health Research (RISKESDAS) 2007 shows ISPA in Central Java as

much as 29.1%. ISPA is a disease with the highest percentage of 10 major diseases.

Besides clinical data ESGI Sambi Factory in December, January, February, March

showed ISPA is the first disease of 10 diseases with the most patient visits for the month.

This study aims to determine the relationship between the uses of Personal Protective

Equipment (PPE) with ISPA in the ESGI Sambi Factory.

This research method used cross sectional study design. Mechanical sampling

used Consecutive Sampling with a total sample of 85 respondents. The study was

conducted at the ESGI Sambi Factory in January. Behavior used of personal protective

equipment 37.65% fine. The incidence of ISPA was 28.24% majority did not. The results

showed no association behavior of the use of Personal Protective Equipment (PPE) with

ISPA in the ESGI Sambi Factory with the result p value (0.360) > 0.005.

Based on the results of the study expected behavior of the use of Personal

Protective Equipment (PPE) can reduce the incidence of ISPA in the ESGI Sambi

Factory. Research showed the use of Personal Protective Equipment (PPE) in both

categories, the incidence of ISPA in the ESGI Sambi Factory decreased.

Keywords

: Behavior, use of PPE, ISPA

Bibliography

: 35 (2002 - 2016)

(3)

3

PENDAHULUAN

ISPA adalah radang akut saluran

pernafasan atas maupun bawah yang

disebabkan infeksi jasad remik atau

bakteri, virus maupun rikitsia tanpa atau

disertai radang parenkim paru.(Vietha,

2009). Manifestasi klinis dari ispa

adalah batuk, bersin dan kongesti nasal,

pengeluaran mukus dan rabus dari

hidung serta turun ke tenggorokan, sakit

kepala, demam derajat ringan, malaise

(tidak enak badan) (Carwin Elizabeth,

2009).

Period prevalence Influenza atau

Infeksi

Saluran

Pernafasan

Atas

berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan

dan keluhan penduduk di Indonesia

tahun

2007

untuk

Jawa

Tengah

prevalensi kejadian ISPA adalah 29,1%.

Tahun 2013 adalah 29,1% dengan 5

provinsi

dengan

prevalensi

ISPA

tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur

(41,7%), Papua (31,1%), Nusa Tenggara

Barat (28,3%) dan Jawa Timur (28,3%)

(RISKESDAS,2013).

Alat pelindung diri adalah peralatan

yang harus disediakan oleh instansi,

pengusaha untuk setiap pekerjanya

(karyawan).

Alat

pelindung

diri

merupakan peralatan keselamatan yang

harus digunakan oleh tenaga kerja

apabila berada dalam kerja yang

berbahaya. (Cahyono, 2004).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan

yang dilakukan peneliti pada bulan

Agustus 2016 sebanyak 10% dari total

karyawan 1998 yaitu sejumlah 200

karyawan

tidak

memakai

masker

sebagai APD. Pengamatan dilakukan

sejak bulan Maret - Agustus 2016, setiap

bulanya terdapat 5% karyawan dari

jumlah 600 karyawan yang berkunjung

ke klinik untuk berobat ISPA tanpa

menggunakan masker. Menurut hasil top

ten disease yang di buat oleh pihak

compliance pabrik terdapat urutan

pertama kasus ISPA dengan hasil pada

bulan Desember 2015 180 orang, bulan

Januari 2016 sebanyak 114 Orang, bulan

Februari 2016 sebanyak 139 orang,

bulan Maret 2016 sebanyak 144 orang.

Upaya yang sudah dilakukan oleh pihak

pabrik yaitu memberikan penyuluhan

kepada karyawan tentang penyakit

ISPA.

Berdasarkan

data

yang

telah

diuraikan pada latar belakang, maka

perumusan masalahnya adalah “Perilaku

Penggunaan APD dengan Kejadian

ISPA di Pabrik ESGI Sambi”.

Tujuan Umum dari penelitian ini

yaitu

untuk

mengetahui

hubungan

perilaku penggunaan APD dengan

kejadian ISPA di Pabrik ESGI Sambi.

Tujuan Khusus dari penelitian ini yaitu

untuk

mengidentifikasi

karakteristik

umur, lama bekerja, jenis pekerjaan,

(4)

4

jabatan, pendidikan terakhir di pabrik

ESGI Sambi, mengidentifikasi perilaku

penggunaan alat pelindung diri (APD) di

pabrik ESGI Sambi, mengidentifikasi

kejadian ISPA pada karyawan di pabrik

ESGI Sambi, menganalisis hubungan

perilaku penggunaan APD dengan

penyakit ISPA di Pabrik ESGI Sambi.

Manfaat dari penelitian ini yaitu bagi

peneliti untuk memperoleh pengetahuan

tentang hubungan perilaku penggunaan

ISPA

di

Pabrik

ESGI

Sambi,

meningkatkan

komunikasi

kepada

karyawan untuk bekal pengetahuan

tentang

APD

dan

ISPA,

dapat

menambah

pengalaman

dan

pengetahuan khususnya terhadap ISPA.

Bagi Institusi Pendidikan yaitu untuk

menambah khazanah ilmu pengetahuan

khususnya tentang ISPA agar tidak

berlanjut menjadi berat. Bagi Karyawan

yaitu

untuk

memberikan

wacana

pengetahuan tentang syarat pemakaian

APD, memberikan informasi tentang

penyakit ISPA. Bagi pabrik yaitu

sebagai bahan masukan untuk pabrik

ESGI Sambi dalam kepatuhan karyawan

menggunakan masker dengan penyakit

ISPA. Bagi peneliti lain yaitu hasil

penelitian ini dapat dijadikan sebagai

data

dan

informasi

dasar

untuk

mengembangkan

dan

melaksanakan

penelitian lebih lanjut tentang perilaku

penggunaan APD dengan kejadian

ISPA.

METODE

Penelitian

ini

menggunakan

rancangan penelitian cross sectional

yaitu suatu penelitian survey analitik.

Sampel diambil sebanyak 85 responden

di Pabrik ESGI Sambi. Teknik

sampling dilakukan dengan consecutive

sampling yaitu pemilihan sampel dengan

menetapkan subjek yang memenuhi

kriteria penelitian dimaksukkan dalam

penelitian sampai kurun waktu tertentu,

sehingga

jumlah

responden

dapat

terpenuhi. Adapun kriteria inklusi yaitu

karyawan yang bekerja minimal 1 th di

Pabrik ESGI Sambi, karyawan yang

didiagnosa ISPA oleh dokter, karyawan

yang sering berkunjung ke klinim

dengan keluhan ISPA, bersedia menjadi

responden, bisa membaca dan menulis.

Kriteria eklusi dalam penelitian ini

adalah karyawan yang menderita ISPA

sebelum masuk Pabrik ESGI Sambi.

Waktu dan tempat penelitian dilakukan

di Pabrik Eco Samrt Garmen Indonesia

(ESGI) Sambi, pada bulan Januari 2017.

Teknik pengambilan data dilakukan

dengan cara membagikan kuesioner

kepada responden dengan cara member

ceklist. Kuesioner terdiri dari 18

pertanyaan.

sebelum

dilakukan

penelitian di Pabrik ESGI Sambi,

peneliti melakukan uji validitas di

(5)

5

Pabrik PT. Pan Brothers Butuh Boyolali.

Hasil uji validitas yaitu r tabel = 0,210

(nilai r tabel untuk n = 30) sehingga

semua indikator tersebut dinyatakan

valid. Untuk hasil uji reliabilitas

diperoleh nilai Alfa Cronbach’s 0,829.

Analisa variabel menggunakan Uji Chi

Square sahingga dapat diketahui korelasi

antara variabel bebas dan terikat dengan

kemaknaan ɑ > 0,05 (ada hubungan)

sedangkan ɑ < 0,05 tidak ada hubungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Univariat

1. Umur Responden

Berdasarkan

hasil

penelitian

karakteristik

responden berdasarkan umur

menunjukkan bahwa responden

terbanyak dengan usia 30-39

sebanyak 58 responden (68,2%)

diikuti usia 20-29 sebanyak 19

responden (22,3%) dan yang

terakhir usia 40-49 sebanyak 8

responden (9,4%).

Penelitian ini sejalan

dengan

penelitian

beberapa

faktor

yang

berhubungan

dengan kejadian ispa pada

pekerja wanita PT. Samkyung

Jaya Garment Kab. Semarang

yang dilakukan oleh Maria

Citra Osana (2016), dengan

hasil yang didapatkan bahwa

umur diatas 30 tahun sebanyak

62 responden (63,3%). Hal ini

disebakan karena perusahaan

akan mempertahankan pekerja

yang

telah

berpengalaman

dibidang garment, selain untuk

kebutuhan pemenuhan target

order dalam system produksi

dengan mempekerjakan pekerja

yang

sudah

lama

dan

berpengalaman

maka

dapat

pula

mengurangi

resiko

terjadinya

kesalahan

dalam

proses produksi.

Gunarso

(2010)

mengemukakan bahwa makin

tua umur seseorang maka

proses–proses

perkembangan

mentalnya

bertambah

baik,

akan tetapi pada umur tertentu

bertambahnya

proses

perkembangan ini tidak secepat

ketika berusia belasan tahun.

Semakin meningkatnya usia

seseorang maka

kerentanan

efek

pemajanan

semakin

meningkat

sehingga

akan

mengalami gangguan saluran

pernafasan.

Faktor

usia

mempengaruhi

kekenyatalan

paru sebagaimana jaringan lain

dalam tubuh (siswanto,1991)

(6)

6

2. Lama Bekerja

Berdasarkan

hasil

penelitian

karakteristik

responden berdasarkan lama

bekerja

menunjukkan

responden terbanyak dengan

lama

bekerja

2-5

tahun

sebanyak

34

responden

(40,1%) dan lama bekerja 6-10

tahun sebanyak 34 responden

(40%) dan yang terakhir 11-14

tahun sebanyak 17 responden

(20%).

Penelitian ini sejalan

dengan penelitian hubungan

karakteristik

dan

perilaku

pekerja yang terpajan debu

kapas dengan kejadian ISPA di

PT. Unitex Tahun 2011 yang

dilakukan oleh Ketty Rohani

Sormin (2011), dengan hasil

yang didapat pekerja diatas 14

tahun sebanyak 10 orang yang

menderita

ispa

dan

lama

bekerja dibawah 14 tahun

sebanyak 11 orang. Namun hal

ini bertolak belakang dengan

teori dimana lama bekerja

selama bertahun-tahun dapat

memperparah

kondisi

kesehatan pernafasan pekerja

karena frekuensi terpajan debu

setiap

harinya

(Suma’mur,

2009).

Dari hasil penelitian

menunjukkan

bahwa

sebagian pekerja di PT ESGI

Sambi

mempunyai

masa

kerja 2-5 tahun, hal ini

disebakan

karena

banyak

pekerja

yang

tidak

mempunyai pilihan untuk

memilih pekerjaan yang lain

karena keterbatasan sumber

daya

manusia

misalnya

pendidikan dan keterbatasan

ketrampilan, selain itu juga

didaerah Kabupaten Boyolali

adalah

kawasan

industry

yang mayoritas perusahaan

yang berdiri adalah pabrik

garment. Sehingga pekerja

untuk memilih tetap bekerja

diperusahaan tersebut dengan

kondisi

lingkungan

yang

dapat

menyebabkan

terjadinya fungsi paru.

3. Jenis Pekerjaan

Berdasarkan

hasil

penelitian

karakteristik

responden

berdasarkan

pekerjaan

menunjukkan

responden terbanyak dengan

jenis

pekerjaan

Sewing

sebanyak 60 responden (70,6%)

diikuti

jenis

pekerjaan

Administrasi

sebanyak

10

responden (11,8%), berikutnya

(7)

7

Mekanik sebanyak 8

responden

(9,4%)

sisanya

Supervisor

sebanyak

7

responden (8,3%).

Penelitian ini sejalan

dengan penelitian kadar debu

total dan gejala ispa ringan

pada

pekerja

departemen

pemintalan di industry tekstil

PT. Unitex, Tbk Bogor yang

dilakukan oleh Alya Mutiara

Basti (2014), dengan hasil yang

didapat bagian ring spinning 25

pekerja (46,3%), combing &

drawing

31,5%,

blowing

carding 12 orang (22,2%).

Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian

pekerja pabrik ESGI Sambi

bagian sewing lebih mudah

terserang ispa dengan hasil 60

responden

(70,6%).

Dikarenakan

pada

bagian

sewing lebih sering kontak

langsung dengan bahan tekstil,

dari proses mengambar pola

hingga proses menjahit menjadi

bahan jadi siap pakai.

4. Jabatan

Berdasarkan

hasil

penelitian

karakteristik

responden berdasarkan jabatan

menunjukkan

responden

terbanyak

dengan

jabatan

sebagai operator sebanyak 57

responden (67,1%) sisanya staf

sebanyak

28

responden

(32,9%).

Menurut Kamus Besar

Bahasa

Indonesia

(KBBI)

operator adalah orang yang

bertugas menjaga, melayani,

dan

menjalankan

suatu

pearlatan, mesin, telepon, radio

dan

sebagainya.

Peneliti

meneliti tentang jabatan karena

dari

hasil

penelitian

menunjukkan 57 responden

(67,1 %) penyakit ispa banyak

diderita oleh bagian operator.

Bagian operator berhubungan

langsung dengan mesin, bahan

yang

siap

untuk

dijahit.

Sehingga operator lebih besar

peluangnya untuk terserang

ispa.

5. Pendidikan

Berdasarkan

hasil

penelitian

karakteristik

responden

berdasarkan

pendidikan

menunjukkan

responden terbanyak dengan

pendidikan SMA sebanyak 60

responden

(70,6%)

diikuti

dengan

pendidikan

terakhir

SMP sebanyak 12 responden

(14,1%) kemudian Diploma

sebanyak 7 responden (8,2%)

(8)

8

dan yang terakhir Sarjana 6

responden (7,1%).

Penelitian ini sejalan

dengan penelitian kadar debu

total dan gejala ispa ringan

pada

pekerja

departemen

pemintalan di industry tekstil

PT. Unitex, Tbk bogor, yang

dilakukan oleh Alya Mutiara

Basti (2014). Dengan hasil

lulusan SMA yaitu sebanyak 25

dari 54 orang (46,3%), lulusan

SMK dan SMP sama-sama

banyak 13 dari 54 orang

(24,1%),

lulusan

Diploma

tiga/perguruan tinggi sebanyak

2 orang (3,7%).

Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian

besar pendidikan pabrik ESGI

sambi adalah SMA sebanyak

60 responden (70,6%). Pekerja

dibagian

sewing

tidak

memerlukan

keterampilan

khusus. Biasanya karyawan

sudah bisa beradaptasi selama

beberapa bulan bekerja. Oleh

karena itu sebagian pekerja

pabrik ESGI Sambi adalah

lulusan SMA. Adapun lulusan

diploma

atau

sarjana

ditempatkan

pada

bagian

manajemen dan kantor.

6. Perilaku

Penggunaan

Alat

Pelindung Diri (APD)

Alat

pelindung

diri

untuk

pekerja

adalah

alat

pelindung untuk pekerja agar

aman

dari

bahaya

atau

kecelakaan akibat melakukan

suatu

pekerjaanya.

Alat

pelindung diri untuk pekerja di

Indonesia sangat banyak sekali

permasalahannya dan masih

dirasakan

banyak

kekurangannya

(Husaeri

&

Yunus, 2003).

Berdasarkan

hasil

penelitian Perilaku Penggunaan

Alat Pelindung Diri (APD) di

pabrik

ESGI

Sambi

menunjukkan

data

bahwa

responden terbanyak dengan

penggunaan Alat Pelindung

Diri (APD) dalam kategori

Baik sebanyak 32 responden

(38%)

diikuti

cukup

baik

sebanyak 17 responden (20%),

tidak

baik

sebanyak

15

responden (17%), kurang baik

sebanyak 14 responden (16%)

dan yang terakhir dengan

kategori sangat baik sebanyak 7

responden (8%).

Penelitian ini sejalan

dengan

penelitian

beberapa

faktor

yang

berhubungan

(9)

9

dengan kejadian ispa pada

pekerja wanita PT. Samkyung

Jaya Garment Kab. Semarang

yang dilakukan oleh Maria

Citra Osana (2016), dengan

hasil pekerja memakai masker

selama bekerja sebesar 51,0%

dan

pekerja

yang

tidak

memakai

masker

selama

bekerja sebesar 49,0%. Hal ini

disebabkan

karena

masih

banyak pekerja yang kurang

sadar akan peran penting dari

penggunaan Alat Pelindung

Diri (APD) masker selama

bekerja

dilingkungan

yang

berdebu dan pekerja yang

merasa

kurang

nyaman

dikarenakan udara yang panas

dan pengap ketika memakai

masker, dengan begitu debu

dapat terhirup secara bebas dan

dapat mempengaruhi fungsi

paru.

Penelitian

ini

sesuai

dengan pendapat Sama’mur

(2009), bahwa penggunaan alat

pelindung diri masker berkaitan

dengan banyaknya partikulat

yang tertimbun didalam organ

paru akibat pencemaran yang

dapat mengurangi kemampuan

fungsi paru.

7. Kejadian ISPA Pada Karyawan

di Pabrik ESGI Sambi

ISPA

atau

Acute

Respiratory Infection (ARI)

adalah

infeksi

akut

yang

menyerang salah satu bagian

atau lebih dari saluran nafas

mulai dari hidung hinggan

kantong paru (alveoli) termasuk

jaringan adneksanya seperti

sinus/rongga di sekitar hidung

(sinus para nasal), rongga

telinga tengah, dan pleura

(Depkes, 2009).

Berdasarkan

hasil

Kejadian ISPA Pada Karyawan

Di

Pabrik

ESGI

Sambi

menunjukkan

responden

terbanyak tidak ISPA sebanyak

61 responden (71.77%) dan

sisanya ISPA sebanyak 24

Responden (28.23%). Hal ini

menunjukkan bahwa karyawan

memakai masker baik sebanyak

32

responden.

Karyawan

dikatakan cukup baik dalam

memakai Alat Pelindung Diri

(APD) adalah apabila pada saat

memasuki area kerja harus

memakai Alat Pelindung Diri

(APD) lengkap salah satunya

masker, apabila karyawan tidak

memakai Alat Pelindung Diri

(APD) mendapat sanksi berupa

(10)

10

SP (Surat Peringatan) atau

disuruh kembali keluar untuk

membeli Alat Pelindung Diri

(APD).

Penelitian

ini

sesuai

dengan Undang-undang No. 1

tahun 1970, pasal 12 sub b

yang

menyebutkan

bahwa

dengan peraturan

perundang-undangan diatur kewajiban dan

hak-hak tenaga kerja untukn

memakai alat pelindung diri

yaitu

diwajibkan.

Serta

peraturan Mentri Tenaga Kerja

dan

Transmigrasi

No.

1/MEN/1981 pasal 5 ayat 2

menyebutkan bahwa tenaga

kerja

harus

memakai

alat

pelindung diri yang diwajibkan

untuk

pencegahan

penyakit

akibat kerja (Harwanti, 2009).

B. Hasil Bivariat

Hubungan Perilaku Penggunaan

Alat

Pelindung

Diri

(APD)

Dengan Kejadian ISPA Di Pabrik

ESGI Sambi

Banyak

faktor

yang

mempengaruhi penyakit saluran

pernafasan khususnya pada aspek

tenaga kerja adalah penggunaan

alat pelindung diri. Alat pelindung

diri adalah peralatan yang harus

disediakan oleh instansi, pengusaha

untuk

setiap

pekerjanya

(karyawan). Alat pelindung diri

merupakan peralatan keselamatan

yang harus digunakan oleh tenaga

kerja apabila berada dalam kerja

yang berbahaya (Cahyono, 2004)

Berdasarkan hasil penelitian

hubungan

perilaku

penggunaan

Alat Pelindung Diri (APD) dengan

Kejadian ISPA di Pabrik ESGI

Sambi menunjukkan hasil nilai p

value (0,360) < 0,05 sehingga H0:

diterima atau dapat diartikan bahwa

tidak

ada

hubungan

perilaku

penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD) dengan Kejadian ISPA di

pabrik ESGI Sambi, karena pada

saat

pengisian

pada

lembar

kuesioner di tuliskan masker N95.

Menurut Budiono (2003) Masker

respirator N95 adalah sebuah alat

pelindung pernafasan yang didesain

menutupi rapat wajah pengguna

terutama pada bagian hidung dan

mulut dan sangat efisien menyaring

partikel

di

udara

termasuk

mikroorganisme,

biasanya

digunakan pada saat kabut asap

terjadi

karena

kemampuannya

menyaring

partikel

pencemar

sangat baik. Sedangkan di Pabrik

ESGI

Sambi

karyawan

menggunakan masker biasa (Face

Mask) masker jenis ini biasanya

(11)

11

terjadi udara yang tidak sehat atau

kondisi pencemaran lainnya seperti

gunung

meletus.

Masker

ini

merupakan salah satu pencegah

penyebaran

penyakit

seperti

influenza,

tuberculosis

dan

sebagainya. Biasanya masker ini

memiliki ciri berupa adanya tali

pengikat yang dapat diikat pada

bagian belakang kepala atau karet

penggantung

yang

dapat

digantungkan

pada

telinga.

Karyawan di Pabrik ESGI Sambi

sebagian besar memakai masker

jenis face mask atau masker biasa,

sehingga

pada

saat

mengisi

kuesioner yang diberikan karyawan

sebagian besar mengisi dengan

jawaban jarang.

Hasil

penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar

karyawan di PT ESGI Sambi

selama bekerja tidak memakai Alat

Pelindung Diri (APD) dengan

perilaku

baik

sebanyak

32

responden

(37.65%).

Hal

ini

disebabkan karena masih banyak

pekerja yang kurang sadar akan

peran penting dari penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) masker

selama bekerja. Dan begitu debu

dapat terhirup secara bebas dan

dapat mempengaruhi fungsi paru.

Penggunaan alat pelindung diri

masker

berkaitan

dengan

banyaknya

partikulat

yang

tertimbun didalam organ paru

akibat pencemaran yang dapat

mengurangi kemampuan fungsi

paru, dengan menggunakan alat

pelindung diri masker maka dapat

mencegah menumpuknya partikulat

pencemar

dalam

organ

paru

sehingga

akan

mengurangi

terjadinya fungsi paru (Suma’mur,

2009).

KESIMPULAN

1. Karakteristik

responden

berdasarkan umur sebagian usia

30-39 sebanyak 58 responden

(68,2%).

Lama

bekerka

terbanyak 2-5 tahun sebanyak

34 responden (40,1%). Jenis

pekerjaan

terbanyak

Sewing

sebanyak 60 responden (70,6%).

Jabatan terbanyak sebagai

operator sebanyak 57 responden

(67,1%)

dan

Pendidikan

terbanyak SMA sebanyak 60

responden (70,6%).

2. Perilaku

penggunaan

alat

pelindung diri (APD) dalam

kategori Baik sebanyak 32

responden (38%).

3. Kejadian ISPA Pada Karyawan

Di

Pabrik

ESGI

Sambi

mayoritas tidak ISPA sebanyak

46 responden (54,1%).

(12)

12

4. Tidak ada hubungan perilaku

penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD) dengan Kejadian ISPA di

pabrik ESGI Sambi ditunjukkan

dengan nilai p value (0,360) >

0,05 sehingga Ho: diterima

SARAN

1. Bagi Peneliti

Bagi

peneliti

selanjutnya

hendaknya dapat melakukan

penelitian dengan variable yang

lebih luas tentang faktor-faktor

yang

dapat

mempengaruhi

terjadi ISPA sehingga dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat

luas.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dengan

adanya

hasil

penelitian ini diharapkan dapat

berguna sebagai bahan bacaan

dan referensi belajar khususnya

tentang perilaku penggunaan

Alat Pelindung Diri (APD)

dengan kejadian ISPA di pabrik

ESGI Sambi sehingga dapat

membantu meningkatkan mutu

dalam

pembelajaran

untuk

menghasilkan perawat yang

lebih

profesional,

inovatif,

terampil dan bermutu.

3. Bagi Karyawan

a. Bekerja sesuai dengan SOP

yang

ada dan disiplin

menggunakan

alat

pelindung diri (masker)

sesuai dengan standar untuk

mengurangi resiko terpapar

oleh pajanan berbahaya

bagi kesehatan misalnya

debu.

b. Jika ada keluhan sakit dan

mulai

timbulnya

gejala

sebaiknya tidak menunda

untuk memeriksakan diri ke

pelayanan

kesehatan

terdekat

seperti

klinik

perusahaan.

4. Bagi pabrik

Dengan

adanya

hasil

penelitian ini diharapkan pihak

pabrik dapat memperhatikan

pemakaian Alat Pelindung Diri

(APD) kepada karyawan yang

tidak patuh memakai Alat

Pelindung Diri (APD) seperti

masker. Apabila tidak memakai

Alat Pelindung Diri (APD)

dapat

memberikan

sanksi

sesuai peraturan yang berlaku.

5. Bagi Peneliti Lain

Mengadakan penelitian lebih

lanjut mengenai permasalahan

yang sama namun dengan

variabel

yang

lain

dalam

(13)

13

hubunganya

dengan

ISPA.

Serta dalam kuesioner untuk

jenis

masker

lebih

di

spesifikan.

DAFTAR PUSTAKA

Budiono, et, al. (2003). Bunga Rampai

Hiperkes dan KK Edisi Kedua

(revisi).

Badan

Penerbit

Universitas

Diponegoro

Semarang.

Balai Pustaka Departemen Pendidikan

dan

Kebudayaan

(2001).

Terjemahaan. Erlangga. Jakarta

Cahyono, A.B. (2004). Keselamatan

Kerja Bahan Kimia di Industri.

Yogyakarta

:

Gajah

Mada

University Press.

Carwin, Elizabeth. (2009). Patofisiologi

Buku Kedokteran. Jakarta :

EGC

Depkes, RI. (2009). Laporan Hasil Riset

Kesehatan

Dasar

(riskesdas)

Indonesia Tahun 2007. Jakarta.

Gunarso

(2010).

Psikologi

Perkembangan

Manusia

.

Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Harmawanti, Nunik. (2009). Pemakaian

Alat Pelindung Diri Dalam

Memberikan Perlindungan Bagi

Tenaga Kerja Di Instalasi Rawat

Inap I RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta. Laporan Khusus.

Universitas

Sebelas

Maret

Surakarta.

Maria.C.O. (2016). Beberapa Faktor

yang

Berhubungan

dengan

Kejadian ISPA pada Pekerja

Wanita

PT.Samkyung

Jaya

Garment

Kab.Semarang.

Diaskes tanggal 18 Februari

2016,

dari

http://perpusnwu.web.id/karyail

miah/documents/4977.pdf

Sama’mur. 2009. Higiene Perusahaan

dan

Kesehatan

Kerja

(Hiperkes). Jakarta : CV.

Agung Seto

Sunyoto.

2011. Analisa

Penelitian

Kesehatan. Yogyakarta : Nuha

Medika.

WHO. 2007. Infection Prevention and

Control

Of

Epidemic-and

Pandemic-Drone

Acute

Respiratory Diseuse In Health

Care. Jenewa.

Referensi

Dokumen terkait

BPR Anugrah Dharma Yuwana (ADY) Jember, dapat dilihat untuk Account Officer Landing dan Account Officer Funding (Deposito) tidak mengalami masalah karena real

Sesuai dengan pendekatan tersebut, penulis akan menganalisis kumpulan cerpen Penembak Misterius dengan asumsi bahwa PM adalah kumpulan cerpen yang mengandung maskulinitas

Fungsi modul utama adalah untuk mengolah data keluaran dari sensor yang selanjutnya ditampilkan oleh display LCD.. Dalam modul utama dibagi menjadi beberapa bagian,

Proses Pembentukan Parameter Karateristik Citra bertujuan untuk menentukan parameter-parameter karateristik citra darah tersebut dan merupakan tahap yang paling

Az ammóniaemisszió 2009 óta tapasztalható növekedésének másik oka a műtrágya-felhasználás növekedése. A műtrágya nitrogéntartalmának nö- vekedésén túl a

Dana alokasi umum yaitu sejumlah dana yang merupakan komponen terbesar dari dana perimbangan yang digunakan untuk pemerataan kemampuan keuangan atas dasar atau ketentuan yang telah

Di jalan SR pada sore hari dengan konsentrasi lebih tinggi, dimana saat pengambilan sampel secara bersamaan suhu lebih tinggi dibanding KR dengan kelembaban

 Pada penguat kelas B dengan umpan balik penguat operasional memiliki linieritas yang lebih baik dari penguat pushpull kelas B biasa karena distorsi. cross-over