• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perdagangan Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perdagangan Indonesia"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia Volume 6, Agustus 2010

TINJAUAN UMUM: HINGGA JUNI 2010

Ekspor selama semester I 2010 telah berhasil mencapai angka US$ 72,5 miliar atau naik sebesar 44,8% dibandingkan semester I tahun 2009.

Kenaikan ekspor selama semester I 2010 ini didorong oleh naiknya ekspor non migas sebesar 38,4% dengan nilai mencapai USS$ 59,4 miliar yang telah memberikan kontribusi terhadap total ekspor lebih dari 80%. Meningkatnya ekspor non migas semester I 2010 juga didukung oleh membaiknya kinerja ekspor di semua sektor seperti pertanian yang naik sebesar 11,5%; industri sebesar 33,5% dan pertambangan & lainnya sebesar 66,6% (Tabel 1). Rata-rata ekspor non migas dalam periode ini sebesar US$ 9,8 miliar dimana angka ini masih diatas rata-rata nilai ekspor non migas periode yang sama tahun 2008 yang saat itu mencapai kinerja tertinggi sepanjang sejarah ekspor non migas Indonesia. Meskipun total ekspor bulan Juni 2010 mengalami penurunan dibandingkan bulan Mei, namun penurunan tersebut tidak terlalu signifikan, yaitu 2,9%. Namun, ekspor non migas bulan Juni justru meningkat sebesar US$ 31,2 miliar dibandingkan bulan yang sama tahun 2009 dengan nilai mencapai US$ 10,4 miliar dan lebih tinggi 1% dibandingkan bulan sebelumnya tahun 2010. Hingga Juni 2010 ekspor non migas mampu memberikan surplus neraca perdagangan sebesar US$ 8,9 miliar (7,4% lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009).

Perdagangan

Indonesia

Tinjauan Terkini

Volume 6, Agustus 2010

Daftar Isi …

 Tinjauan Umum Hingga Juni 2010

 Beberapa Produk Yang Mengalami Peningkatan Ekspor dan Impor

Pengarah Kabalitbang Perdagangan Penanggung Jawab Kapusdata Perdagangan Tim Penulis Yati Nuryati Deasi Natalia Nurozy Supervisi Sjamsu Rahardja Ernawati Munadi

• Ekspor selama semester I 2010 telah berhasil mencapai angka US$ 72,5 miliar atau naik sebesar 44,8% dibandingkan semester I tahun 2009.

• Membaiknya kinerja ekspor pada periode tersebut diatas mengindikasikan sustainability yang kuat dari pemulihan ekspor Indonesia sebagai refleksi dari proses pemulihan perekonomian dunia.

Tingginya permintaan ekspor tersebut juga terjadi pada komoditas-komoditas primer yang pada akhirnya mendorong kenaikan harga-harga dunia komoditas primer.

• Indonesia kembali diuntungkan dari naiknya harga-harga komoditas, dimana hampir semua produk komoditas ekspor Indonesia mengalami peningkatan

(2)

2

Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia Volume 6, Agustus 2010

Tabel 1. Kinerja Ekspor Indonesia, Januari-Juni 2010

Jun-09 Mei-10 Jun-10* Perub (%) mom (%) yoy (%)

Jun'10 / Jun'09 2009 2010* Jun/Mei 10/09 EKSPOR Total 9.381,5 12.656,6 12.293,5 31,0 50.073,4 72.522,0 -2,9 44,8 Non Migas 7.929,4 10.287,4 10.392,0 31,1 42.899,1 59.357,9 1,0 38,4 Migas 1.452,1 2.369,3 1.901,5 31,0 7.174,3 13.164,1 -19,7 83,5 Minyak Mentah 660,8 783,7 752,2 13,8 3.272,3 4.557,0 -4,0 39,3 Hasil Minyak 187,5 481,9 234,1 24,9 870,9 2.116,5 -51,4 143,0 Gas 603,8 1.103,6 915,2 51,6 3.031,1 6.490,6 -17,1 114,1 IMPOR Total 7.935,5 9.980,4 11.713,2 47,6 41.377,3 62.890,6 17,4 52,0 Non Migas 6.493,7 8.003,8 9.323,7 43,6 33.967,1 49.767,1 16,5 46,5 Migas 1.441,8 1.976,6 2.389,5 65,7 7.410,2 13.123,5 20,9 77,1 Minyak Mentah 624,0 686,3 681,1 9,2 2.837,6 4.223,4 -0,8 48,8 Hasil Minyak 801,6 1.259,0 1.639,2 104,5 4.281,6 8.551,4 30,2 99,7 Gas 16,2 31,3 69,2 327,4 291,0 348,7 121,1 19,8 NERACA Total 1.446,0 2.676,2 580,3 -59,9 8.696,1 9.631,4 -78,3 10,8 Non Migas 1.435,7 2.283,6 1.068,3 -25,6 8.932,0 9.590,8 -53,2 7,4 Migas 10,3 392,7 -488,0 -4.820,3 -235,9 40,6 -224,3 -117,2 Minyak Mentah 36,8 97,4 71,1 93,1 434,7 333,6 -27,0 -23,3 Hasil Minyak -614,1 -777,1 -1.405,1 128,8 -3.410,7 -6.434,9 80,8 88,7 Gas 587,6 1.072,3 846,0 44,0 2.740,1 6.141,9 -21,1 124,2 * Angka Sementara Sumber : BPS DESCRIPTION Jan - Jun Juta USD

Membaiknya kinerja ekspor pada periode tersebut diatas mengindikasikan sustainability yang kuat dari pemulihan ekspor Indonesia sebagai refleksi dari proses pemulihan perekonomian dunia.

Tanda-tanda pemulihan ini telah ditunjukkan dengan mulai pulihnya pertumbuhan ekonomi di beberapa negara mitra dagang pada semester I tahun 2010 seperti Amerika Serikat, Jepang, China, India serta negara-negara Asean lainnya seperti Malaysia, Thailand dan Filipina (IMF dalam Business News, 2010). Proses pemulihan perekonomian dunia tersebut mulai terasa imbasnya dan telah mendorong peningkatan perdagangan dunia, terutama permintaan ekspor dari negara-negara mitra dagang utama khususnya negara-negara Asia (Gambar 1a). Kenaikan ekspor negara mitra dagang utama seperti Jepang naik sebesar 53% dibandingkan periode yang sama tahun 2009 dengan nilai mencapai US$ 7,6 miliar, Amerika Serikat sebesar 29,1% dengan nilai US$ 6,2 miliar. Peningkatan permintaan ekspor juga tengah terjadi di negara-negara Asia, seperti China (naik 60,4%) dan Korea Selatan (naik 74,6%) yang terus menguat secara signifikan seiring dengan proses pemulihan ekonomi global tersebut. Indonesia, dengan rasio ekspor terhadap produk domestik bruto (PDB) berkisar 29,7%, juga memiliki peluang ekspor ke luar negeri yang tidak bisa diabaikan.

Pertumbuhan Ekspor (%) Negara-negara Di Asia

-40,00 -30,00 -20,00 -10,00 0,00 10,00 20,00 30,00 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Thai China Malaysia Jepang Fhilipina Indonesia

(3)

3

Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia Volume 6, Agustus 2010

100 150 200 250 300 350 400 450

Jan.08 Mei.08 Sep.08 Jan.09 Mei.09 Sep.09 Jan.10 Mei.10 Jul.10 Cocoa ($/kg) Rubber ($/kg) Kopi Robusta b/c/Kg

Pertumbuhan GDP (%) Negara-negara Di Asia

-40,00 -30,00 -20,00 -10,00 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Thai China Malaysia Jepang Fhilipina Indonesia

Gambar 1b. Pertumbuhan GDP Beberapa Negara Asia

Tingginya permintaan ekspor tersebut juga terjadi pada komoditas-komoditas primer yang pada akhirnya mendorong kenaikan beberapa harga komoditas primer. Permintaan dunia terhadap

komoditas cukup tinggi, misal kelapa sawit dan karet, dimana permintaan dunia untuk jenis komoditi ini relatif cukup tinggi, yaitu lebih dari 30%. Tingginya permintaan ekspor tersebut menyebabkan harga di tingkat internasional cenderung meningkat dengan indeks kenaikan harga pangan rata-rata mencapai 5,1% (Commodity Market Review, 2010).

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Jan.08 Mei.08 Sep.08 Jan.09 Mei.09 Sep.09 Jan.10 Mei.10 Jul.10 Wheat ($/mt) Soy Bean (b/$/mt) Kopi Arabika b/c/Kg CPO ($/mt)

Sumber: Commodity Market Review, DECPG Wordbank (diolah)

Gambar 2. Harga-harga Komoditi di Pasar Internasional

Indonesia kembali diuntungkan dari naiknya harga-harga komoditas, dimana sejumlah produk komoditas ekspor Indonesia mengalami peningkatan. Kenaikan ekspor komoditas tersebut mencapai

78,1% dengan pangsa ekspor sebesar 20% dari total ekspor non migas selama semester I 2010. Ekspor komoditas yang kinerjanya cukup baik tetap berpaku pada kinerja ekspor komoditi utama dan potensial.

(4)

4

Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia Volume 6, Agustus 2010

Nilai Ekspor (US$ Juta) Pertumbuhan (%)

3.640,3 3.165,6 1.667,2 3.415,2 2.620,1 750,1 646,6 352,6 392,0 278,9 4.318,7 4.035,9 3.549,4 3.822,0 3.630,7 922,5 920,1 354,2 553,0 219,0 TPT Elektronik Karet dan Produk Karet Sawit dan Produk Sawit Produk Hasil Hutan Alas Kaki Otomotif Udang Kakao Kopi Jan-Mei '10 Jan-Mei '09

Gambar 3. Nilai dan Pertumbuhan Ekspor 10 Produk Utama

Ekspor komoditas Indonesia juga diuntungkan dari adanya FTA. Saat ini yang tengah hangat dibicarakan adalah mengenai pelaksanaan ACFTA. Sesuai dengan tujuan pelaksanaan ACFTA, beberapa manfaat dari implementasi ini khususnya untuk sektor pertanian antara lain: (a) peningkatan volume perdagangan produk pertanian melalui penurunan tarif bea masuk di negara RRC yang penduduknya terbesar di dunia dan merupakan salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia; (b) peningkatan kerjasama investasi; (c) kerjasama ekonomi melalui kerjasama peningkatan capacity

building. Disamping adanya manfaat diatas, mengingat pengelolaan produksi pertanian oleh petani

China sudah maju dan sangat efisien maka pemerintah dan para pelaku usaha agrisbisnis Indonesia masih dituntut untuk dapat meningkatkan daya saing komoditas, khususnya untuk produk sayuran dan buah-buahan. Jadi dengan melihat situasi produk dan petani Indonesia, kemungkinan penerapan ACFTA, regulasi penurunan tarif tidak semua komoditas diuntungkan. Adapun list produk ekspor Indonesia yang mengalami penurunan tariff dalam kerangka ACFTA disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Produk- Produk Ekspor Indonesia Yang Mengalami Penurunan Tarif AC-FTA

Sumber: BTBMI, 2008 (diolah Litbang Perdagangan)

18,6 27,5 112,9 11,9 38,6 23,0 42,3 0,5 41,1 -21,5

1 Kopi Arabika dan Kopi Robusta 5 5 0 0 0 0

2 Kakao 5 5 0 0 0 0

3 Karet 5 5 0 0 0 0

4 Tepung gandum 5 5 0 0 0 0

5 Tepung meslin 5 5 0 0 0 0

6 Tepung gandum hitam 5 5 0 0 0 0

7 Maizena (tepung jagung) 5 5 0 0 0 0

8 Sayuran yang dapat dimakan 5 5 0 0 0 0

9 Kopra. 5 5 0 0 0 0

10 Buah-buahan (Melon) 5 5 0 0 0 0

11 Agar-agar 5 5 0 0 0 0

12 Kacang-kacangan berbiji 8 8 5 0 0 0

13 Lemak dan minyak hewani 5 5 0 0 0 0

14 Lobster 5 5 0 0 0 0

AC 2011 AC 2012 AC-2010

(5)

5

Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia Volume 6, Agustus 2010

Namun ditengah kembali bergairahnya harga komoditas dunia, ada komoditas Indonesia yang tidak terlalu menunjukkan kinerja ekspor yang baik. Selama periode Januari-Mei 2010 hampir semua kinerja

ekspor 10 komoditi utama menunjukkan peningkatan, kecuali ekspor produk Kopi yang menunjukkan penurunan ekspor sebesar 21,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Namun, penurunan ekspor selama periode ini lebih dikarenakan oleh turunnya volume ekspor kopi, yaitu sebesar 24,6% dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Penurunan volume ini relatif tinggi setelah terjadi penurunan volume ekspor kopi yang tertinggi terjadi pada periode sama tahun 2007 yaitu 45%. Selama ini produksi Kopi Indonesia sekitar 70% digunakan untuk ekspor, yang terdiri dari 85% kopi Robusta dan sisanya jenis kopi Arabika. Ekspor Kopi Robusta Indonesia di pasar internasional dihadapkan dengan pesaing utama yaitu Vietnam. Bukan hanya sebagai pesaing utama, kopi Vietnam khususnya kopi Robusta juga lebih bersaing dibandingkan dengan kopi Indonesia karena Vietnam dapat memberikan diskon harga kopi Robusta dua kali lebih besar dibandingkan harga kopi Indonesia (Commodity Insight, 2010). Hal ini yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ekspor kopi Indonesia menurun ditengah harga kopi yang meningkat di pasar internasional.

Gambar 4. Performa Kopi Indonesia dan Dunia

Menurunnya ekspor kopi Indonesia juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap produksi dan konsumsi dunia. Ekspor Indonesia merupakan bagian yang relatif cukup besar setelah Brazil dan Pantai Gading. Namun, kontribusi ekspor Indonesia terhadap produksi kopi dunia hanya sebesar 5,8% dan terhadap konsumsi dunia hanya sebesar 5,9 tahun 2008. Pada tahun 2010 diprediksikan kontribusi ekspor kopi Indonesia terhadap produksi kopi dunia akan mengalami penurunan, yaitu hanya sebesar 4,1% dan terhadap tingkat konsumsi dunia hanya sebesar 4,3% (Gambar 4) .

(6)

6

Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia Volume 6, Agustus 2010

Beberapa hal yang ditengarai perlu dilakukan Indonesia dalam upaya menjaga kinerja ekspor Kopi adalah peningkatan produksi yang seimbang antara Arabika dan Robusta dalam memenuhi permintaan kopi dunia (yaitu Arabika); meningkatkan pengetahuan pasca panen sehingga mutu kopi menjadi lebih berkualitas; serta menyediakan fasilitas produksi kopi yang lebih baik lagi terutama ditingkat usaha industri skala kecil dan menengah, seperti mesin/peralatan, pengering, pengupas serta sortasi.

Dari sisi impor, naiknya harga komoditas dunia juga perlu diwaspadai mengingat kenaikan harga tersebut diikuti oleh naiknya nilai impor bahan baku. Indonesia juga merupakan importir untuk

produk-produk yang merupakan bagian dari industri di dalam negeri, seperti Gandum dan kedelai. Impor Gandum Indonesia selama semester I 2010 telah mencapai US$ 649,3 juta dengan kenaikan mencapai 24,4% dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Naiknya harga Gandum menyebabkan permintaan terhadap kedelai tinggi. Selama periode tersebut impor kedelai Indonesia, yaitu sebesar US$ 381,9 juta atau naik sebesar 54,9% dibandingkan periode yang sama tahun 2009.Kondisi ini lambat laun mendongkrak harga kedelai di pasar dunia yang cenderung naik. Tingginya harga Gandum dikarenakan adanya kekhawatiran rendahnya panen Gandum di daerah sentra produksi Gandum di Eropa terutama Rusia akibat musim panas. Selanjutnya karena perubahan iklim tersebut, produksi yang dihasilkan dipenuhi dari stock yang ada dan dalam jangka panjang akan muncul restocking yang menyebabkan pergerakan harga perlahan-lahan akan naik. Dengan kenaikan harga di pasar internasional yang mencapai rata-rata 10% untuk Gandum dan 5% untuk kedelai, maka secara tidak langsung akan meningkatkan biaya produksi bagi industri dalam negeri pengguna bahan baku impor tersebut, seperti industri pakan ternak (untuk kedelai) dan industri tepung terigu serta makanan olahan yang berbahan baku terigu. Kenaikan biaya produksi ini akan menyebabkan produk hasil industri dalam negeri menjadi kurang berdaya saing.

Namun demikian secara umum naiknya impor bahan baku masih seiring dengan geliat industri dalam negeri. Selama semester I 2010, nilai impor bahan baku Indonesia meningkat lebih dari 50%

dengan nilai mencapai US$ 46,2 miliar. Impor bahan baku merupakan bagian yang terbesar dari total impor Indonesia selain impor barang konsumsi dan impor barang modal. Impor bahan baku penolong memberikan kontribusi yang relatif besar terhadap total impor Indonesia, yaitu mencapai 73,5% selama periode ini. Namun demikian tingginya impor bahan baku ini seiring dengan geliat industri di dalam negeri. Data selama periode semester I dalam lima tahun terakhir menunjukkan bahwa pertumbuhan impor bahan baku memiliki tren yang sama dengan pertumbuhan indeks output industri. Artinya kenaikan impor disertai dengan kenaikan produksi di dalam negeri. Implikasinya impor bahan baku masih tetap diperlukan selama barang impor tersebut dapat mendorong sisi produksi (supply side) (Gambar 5).

-100,0 -50,0 0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 350,0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 (%) -6,0 -4,0 -2,0 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 (%)

Perub. Impor Bahan Baku Perub. Indeks Output Industri Sumber: CEIC (diolah)

(7)

7

Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia Volume 6, Agustus 2010

BEBERAPA PRODUK YANG MENGALAMI PENINGKATAN EKSPOR DAN IMPOR:

Selama semester pertama tahun 2010 ini, hampir 77% komoditi untuk HS 2 digit mengalami

pertumbuhan positif atau sekitar 75 produk.. Adapun ke 75 produk tersebut dibagi ke dalam:

1. Produk dengan pertumbuhan ekspor relatif kecil tetapi kontribusinya terhadap ekspor non migas

tinggi. Selama semester I tahun 2010 (Jan-Jun), produk yang mengalami pertumbuhan relatif kecil

tetapi memiliki kontribusi yang tinggi terhadap total ekspor nonmigas adalah Lemak & Minyak Hewan/Nabati (HS 15); Mesin/Perlatan Listrik (HS 85) dan Karet dan Barang dari Karet dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 4,7%; 4,3% dan 7,9% dengan kontribusi ketiganya sebesar 25%.

Grafik Pertumbuhan dan Pangsa Ekspor

0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 Pertumbuhan Rata-Rata (%) - 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 HS 15 HS 85 HS 40 HS 62 HS 87 HS 71 HS 38 HS 47 Pangsa (%)

2. Produk dengan pertumbuhan ekspor cukup tinggi tetapi kontribusinya terhadap ekspor non migas

kecil. Produk yang memiliki pertumbuhan ekspor yang cukup tinggi dan pangsa sedang selama

semester I ini adalah Perhiasan/Permata (HS 71) dengan pertumbuhan 29,4% dan pangsa 1,4%. 3. Produk dengan pertumbuhan sedang tetapi kontribusinya terhadap ekspor non migas kecil. pada

periode ini, produk yang memiliki pertumbuhan sedang tetapi kontribusinya kecil adalah Berbagai Produk Kimia (HS 38); serta Bubur Kayu/Pulp (HS 47) dengan pertumbuhan rata-rata selama semester I masing-masing sebesar 14,1,% dan 10,5%; dengan kontribusi keduanya hanya sebesar 2,5%.

4. Produk dengan pertumbuhan kecil tetapi kontribusi terhadap ekspor non migas sedang. Produk dengan pertumbuhan kecil diantaranya adalah Pakaian Jadi Bukan Rajutan (HS 62) dan Kendaraan serta Bagiannya (HS 87) dengan pertumbuhan masing-masing sebasar 0,6% dan 2,6%. Kedua produk ini memberikan kontribusi sebesar 5,1%.

• Dalam periode semester I 2010 ini produk impor yang mengalami pertumbuhan positif mencapai 75

produk pada HS 2 digit atau sebesar 77% dari keseluruhan jumlah produk impor pada HS 2 digit.

Adapun ke 75 produk tersebut dibagi ke dalam:

1. Produk dengan pertumbuhan impor kecil tetapi kontribusinya terhadap impor non migas tinggi. Mesin-Mesin/Pesawat Mekanik (HS 84) Mesin/Perlatan Listrik (HS 85) merupakan dua produk yang memiliki pangsa sangat tinggi tetapi pertumbuhan semesternya kecil. Pertumbuhan masing-masing kedua produk ini hanya sebesar 3,1% dan 2,7%, akan tetapi pangsa keduanya lebih dari 32% terhadap total impor non migas.

(8)

8

Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia Volume 6, Agustus 2010

2. Produk dengan pertumbuhan impor relatif kecil dan kontribusinya terhadap impor non migas

sedang. Produk impor yang relatif kecil pertumbuhannya tetapi kontribusinya sedang adalah impor

Besi Dan Baja ( HS 72); Bahan Kimia Organik (HS 29); Kendaraan Dan Bagiannya (HS 87) dan Plastik Dan Barang Dari Plastik (HS 39) yang memiliki pertumbuhan masing-masing yaitu 4,1%; 2,8%; 5,5% serta 5,9% serta kontribusi keempatnya sebesar 21,1%

3. Produk dengan pertumbuhan sedang tetapi kontribusinya terhadap ekspor non migas relatif kecil. Bubur Kayu/Pulp (HS 47); Pebt (HS 98) serta Filamen Buatan (HS 54) memiliki pertumbuhan sedang yaitu masing-masing sebesar 9,1%; 13% dan 11,3% tetapi pangsanya relatif kecil hanya sebesar 3,7% terhadap keseluruhan ekspor non migas.

Grafik Pertumbuhan dan Pangsa Impor

0,0 3,0 6,0 9,0 12,0 15,0 Pertumbuhan Rata-Rata (%) 0,0 4,0 8,0 12,0 16,0 20,0 HS 84 HS 85 HS 72 HS 29 HS 87 HS 39 HS 47 HS 98 HS 54 Pangsa (%) Referensi:

Business News. 2010. Revisi Positif Proyeksi Pertumbuhan Tahun 2010: IMF. Edisi 12 Juli 2010. Jakarta Business News. 2010. Sekedar Mengatasi Gejolak Harga Pangan Tidak Menyelesaikan Masalah.

14 Agustus 2010.

Commodity Insight. Volume 4 Edisi Maret 2010. PT. Bank Mandiri

Commodity Market Review. 2010. DECPG Wordbank. Edisi Agustus 2010.

Gambar

Gambar 1a.Pertumbuhan Ekspor Beberapa Negara Asia
Gambar 1b. Pertumbuhan GDP Beberapa Negara Asia
Tabel 2.  Produk- Produk Ekspor Indonesia Yang Mengalami Penurunan Tarif AC-FTA
Gambar 5.  Pertumbuhan Impor Bahan Baku dengan Indeks Output Industri di Indonesia
+3

Referensi

Dokumen terkait

Apabila sistem sa luran air kondensasi KLA-60 yang acta tidak dimodifikasi (merancang yang barn), maka dikhawatirkan kebersihan air ko.lam reaktor akan terganggu

BCM 2017 Proceedings Terbit Setya Pambudi, Dandi Yunidar, Asep Sufyan M.A, 2015, Indonesian Community Understanding on Sustainable Design Concept Critical Analysis

Jasa Marga (Persero) Tbk terhadap kegiatan komunikasi eksternal perusahaan kepada community relations jalan tol sebagai bentuk upaya perusahaan dalam menjalankan

Kopling manual atau mekanis yang dikenal juga dengan istilah kopling sekunder adalah kopling yang cara kerjanya diatur oleh handel kopling. Kopling manual

tidak melakukan pengujian substantif tapi tidak se%ektensif pada  pendekatan yang pertama. Auditor lebih banyak melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai

Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair.

Hasil pemeriksan visual seperti terlihat pada Gambar 3 dan 4 diatas menunjukkan adanya kerusakan sudu yang mengalami pengecilan penampang akibat adanya fenomena creep yang terjadi

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk