• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA ANAK BUAH KAPAL (ABK) DI PELABUHAN TANJUNG TEMBAGA PROBOLINGGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA ANAK BUAH KAPAL (ABK) DI PELABUHAN TANJUNG TEMBAGA PROBOLINGGO"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

22

FAKTOR-FAKTOR YANG PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA ANAK BUAH KAPAL (ABK) DI PELABUHAN

TANJUNG TEMBAGA PROBOLINGGO Nia Sari, Nur Cholis

STIKes Surya Mitra Husada Kediri

ABSTRACT

Sexual Transmited Diseases (STD), is still a problem in the developing world. Since 2008 to 2011, the data of patient visits with cases PMS obtained from the Port Health Office Class II Probolinggo has increased. The purpose of this study was to analyze the factors that influence the behavior of the prevention of sexually transmitted diseases in the Anak Buah Kapal at Tanjung Tembaga Probolinggo.

This research was an observational analytic cross sectional. The sampling technique used is accidental sampling the number of samples obtained by 30 ABK.

The results showed that the factors that influence the behavior of the prevention of Sexually Transmitted Diseases in ABK in the Port of Tanjung Tembaga Probolinggo is ABK position, old crew sailing and knowledge about sexually transmitted diseases. The value of the determination coefficient of 0.505 indicates 50.5% behavioral prevention of Sexually Transmitted Diseases in ABK in the Port of Tanjung Tembaga Probolinggo influenced by ABK position, old crew sailing and knowledge about sexually transmitted diseases. And the dominant factor is the knowledge about sexually transmitted diseases crew. Thus it can be seen that the better knowledge of the Ship's Men (ABK) on infectious diseases the better the crew's behavior towards the prevention of sexually transmitted diseases in Tanjung Copper Probolinggo. Health services particularly in the port can provide services that can enhance knowledge ABK ABK thus able to prevent the incidence of sexually transmitted diseases (STDs) for the creation of the port of Tanjung Tembaga became healthy.

Key words : STD, Anak Buah Kapal, Knowledge

PENDAHULUAN

Sexual Transmited Diseases (STD), atau yang lebih sering disebut sebagai Penyakit Menular Seksual (PMS) didefinisikan sebagai penyakit-penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis. Dekade terakhir ini, insidens PMS di berbagai negara di seluruh dunia mengalami

peningkatan yang cukup cepat. (Ditjen PP dan PL, 2011)

PMS/STD sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang. Insidens maupun prevalensi yang sebenarnya di berbagai negara tidak di ketahui dengan pasti. World Health Organization (WHO, 2011) melaporkan setiap tahun di seluruh negara terdapat sekitar 448 juta penderita baru, yang meliputi

(2)

23 penyakit gonorhoe, sifilis, klamidia, dan trikomoniasis dan terjadi pada orang dewasa usia 15 - 49 tahun, sedangkan untuk kasus HIV/AIDS ada sekitar 34 juta orang penderita di dunia pada tahun 2010. Jumlah tersebut menurut hasil analisis WHO cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan insidens PMS dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut: perubahan demografik, fasilitas kesehatan yang tersedia kurang memadai, pendidikan kesehatan dan pendidikan seksual kurang tersebar luas, kontrol PMS belum dapat berjalan baik serta adanya perubahan sikap dan perilaku masyarakat.

Di Indonesia statistik kasus HIV/AIDS yang dilaporkan Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI selama tahun 2011 ditemukan HIV sebanyak 21.031 kasus dan AIDS sebanyak 4162 kasus. Jawa Timur menduduki posisi kesebelas tertinggi sebagai propinsi dengan penderita HIV/AIDS dengan prevalensi 12,27 per 100.000 penduduk. Di Kota Probolinggo sendiri tahun 2009 terdapat sebanyak 8 kasus dimana ada 1 kasus yang diperoleh dari hasil pemeriksaan sampel darah dari para pendonor darah, yaitu dari 2.996 pendonor darah dan diperiksa sampel darahnya ditemukan 1 orang yang positif HIV/AIDS (Sie PP & PL Dinkes Kota Probolinggo, 2009). Data kunjungan pasien dengan kasus PMS yang diperoleh dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Probolinggo yang mempunyai otoritas bidang kesehatan di Pelabuhan Tanjung Tembaga yaitu setiap tahun ditemukan kasus PMS. Pada tahun 2008 terdapat 3 kasus, tahun 2009 terdapat 4 kasus, tahun 2010 terdapat 5 kasus dan selama tahun 2011 ditemukan kasus PMS

sebanyak 5 orang yang semuanya merupakan ABK.

Mitos seputar isu yang terkait PMS, HIV dan AIDS banyak berkembang di masyarakat, seperti meminum obat antibiotik seperti supertetra, penisilin, dll sebelum ataupun sesudah berhubungan seks dapat mencegah PMS, HIV dan AIDS (Ditjen PP dan PL Kemenkes RI, 2009). Mengantisipasi mitos yang saat ini berkembang dan dipercaya oleh masyarakat, adalah salah satu tindakan yang harus segera dilakukan untuk mendukung program penanggulangan PMS, HIV dan AIDS. Salah satu pencegahan terhadap Penyakit Menular Seksual dengan pemakaian kondom. Kondom sekarang ini lebih difungsikan sebagai penghambat atau barrier yang dapat mencegah darah, lendir, sperma, atau cairan vagina berpindah pada pasangan selama melakukan hubungan seks. Kelompok yang beresiko tinggi menderita penyakit menular seksual antara lain ABK yang berperilaku seksual tidak sehat apalagi tidak memakai kondom.

dari penelitian ini adalah menganalisa menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan Penyakit Menular Seksual pada Anak Buah Kapal di Pelabuhan Tanjung Tembaga Probolinggo.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik observasional secara cross

sectional. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan adalah Accidental Sampling dengan jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 30 ABK dengan menggunakan kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah regresi linier berganda.

(3)

24

HASIL

1. Crosstabulasi umur dengan Perilaku Pencegahan PMS Tabel 1. Tabulasi silang antara

Perilaku Pencegahan PMS dengan Umur Anak Buah Kapal (ABK)

Umur Perilaku Pencegahan Total Kuran g Cuku p Baik 20-30 th 0 3 8 11 0% 10% 26.7 % 36.7% 31-40 th 0 2 11 13 0% 6.7% 36.7 % 43.3% >40 th 2 0 4 6 6.7% 0% 13.3 % 20.0% Total 2 5 23 30 6.7% 16.7 % 76.7 % 100% Tabel 1 menunjukkan 36.7% ABK mempunyai perilaku pencegahan terhadap PMS yang baik dan berumur 31 sampai dengan 40 tahun.

2. Crosstabulasi status pernikahan dengan Perilaku Pencegahan PMS

Tabel 2. Tabulasi silang antara Perilaku Pencegahan PMS dengan Status pernikahan ABK Anak Buah Kapal (ABK) Status Pernika han Perilaku Pencegahan Total Kurang Cukup Baik

Belum menika h 0 2 9 11 0% 6.7% 30% 36.7 % Menika h 2 3 14 19 6.7% 10% 46.7 % 63.3 % Total 2 5 23 30 Status Pernika han Perilaku Pencegahan Total Kurang Cukup Baik

Belum menika h 0 2 9 11 0% 6.7% 30% 36.7 % Menika h 2 3 14 19 6.7% 10% 46.7 % 63.3 % Total 2 5 23 30 6.7% 16.7% 76.7 % 100% Pada tabel 2 diatas, diketahui

bahwa dari 76.7% ABK yang mempunyai perilaku pencegahan terhadap PMS baik terdapat 46.7% ABK dengan status sudah menikah dan 30% belum menikah.

3. Crosstabulasi pendidikan dengan Perilaku Pencegahan PMS

Tabel 3. Tabulasi silang antara Perilaku Pencegahan PMS dengan Pendidikan Anak Buah Kapal (ABK) Pendidika n Perilaku Pencegahan Total Kurang Cuku p Baik SD 2 1 7 10 6.7% 3.3% 23.3% 33.3% SMP 0 2 4 6 0% 6.7% 13.3% 20% SMA 0 2 11 13 0% 6.7% 36.7% 43.3% PT 0 0 1 1 0% 0% 3.3% 3.3% Total 2 5 23 30 6.7% 16.7 % 76.7% 100% Pada tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa dari 33.3% ABK yang berpendidikan SD terdapat

(4)

25 6.7% ABK mempunyai perilaku pencegahan terhadap PMS kurang.

4. Crosstabulasi jabatan ABK dengan Perilaku Pencegahan PMS

Tabel 4. Tabulasi silang Perilaku Pencegahan PMS dengan Jabatan Anak Buah Kapal (ABK)

Jabatan Perilaku Pencegahan Total Kuran g Cukup Baik Nahkoda 1 1 2 4 3.3% 3.3% 6.7% 13.3% Muallim 0 2 2 4 0% 6.7% 6.7% 13.3% KKM 0 1 2 3 0% 3.3% 6.7% 10% Staf 1 1 17 19 3.3% 3.3% 56.7 % 63.3% Total 2 5 23 30 6.7% 16.7% 76.7 % 100% Pada tabel 4 diatas diketahui bahwa dari 76.7% ABK yang mempunyai perilaku pencegahan baik, terdapat lebih dari setengah (56.7%) ABK mempunyai jabatan staf.

5. Crosstabulasi lama bekerja dengan Perilaku Pencegahan PMS

Tabel 5. Tabulasi silang Perilaku Pencegahan PMS dengan Pengalaman Bekerja ABK Pengal aman Bekerja Perilaku Pencegahan Total Kuran g Cukup Baik 1 – 5 tahun 0 5 14 19 .0% 16.7% 46.7% 63.3 % >5 2 0 9 11 tahun 6.7% .0% 30.0% 36.7 % Total 2 5 23 30 6.7% 16.7% 76.7% 100. 0%

Pada tabel 5, diketahui dari 63.3% ABK yang mempunyai pengalaman bekerja sebagai ABK selama 1 sampai dengan 5 tahun terdapat 46.7% memiliki perilaku pencegahan baik terhadap PMS.

6. Crosstabulasi lama berlayar dengan Perilaku Pencegahan PMS

Tabel 6. Tabulasi silang Perilaku Pencegahan PMS dengan Pengalaman Bekerja ABK Lama berlayar Perilaku Pencegahan Total Kurang Cukup Baik

0 – 1 bulan 1 1 8 10 3.3% 3.3% 26.7% 33.3% >1 bulan 1 4 15 20 3.3% 13.3% 50% 66.7% Total 2 5 23 30 6.7% 16.7% 76.7% 100% Dari 76.7% ABK yang mempunyai perilaku pencegahan baik terdapat 50% ABK berlayar selama lebih dai 1 bulan dan 26.7% ABK berlayar selama sampai dengan 1 bulan.

7. Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Menular Seksual pada Anak Buah Kapal (ABK)

Tabel 7. Tabulasi silang Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Menular Seksual

(5)

26 pada Anak Buah Kapal (ABK) Pen geta huan Perilaku Pencegahan Total Kura ng Cukup Baik Kuran g 1 (3.33 %) 0 (0%) 0 (0%) 1 (3.33%) Cuk up 1 (3.33 %) 1 (3.33%) 3 (10.0%) 5 (16.7 %) Baik 0 (0%) 4 (13.3%) 20 (66.7%) 24 (80%) Total 2 (6.67 %) 5 (16.7%) 23 (76.7%) 30 (100%) Hasil penelitian pada tabel 7 diatas diketahui Anak Buah Kapal yang mempunyai pengetahuan tentang PMS baik, terdapat 66.7% yang memiliki perilaku pencegahan baik terhadap PMS.

8. Hasil Uji Statistik

Tabel 8. Hasil analisis regresi linier Variabel B P value Umur 4.122 0.423 Status 1.094 0.843 Pendidikan -2.464 0.482 Jabatan 4.697 0.037 Lama_bekerja 3.829 0.452 Lama_berlayar 11.109 0.008 Pengetahuan 1.201 0.000 Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa variabel yang mempengaruhi perilaku ABK dalam pencegahan PMS adalah jabatan ABK, lama berlayar dan pengetahuan ABK terhadap PMS.

PEMBAHASAN

Menurut hasil penelitian jabatan ABK mempengaruhi perilaku

pencegahan terhadap PMS. Semakin tinggi jabatan ABK maka semakin baik perilaku pencegahan terhadap PMS. adapun jabatan ABK dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah nahkoda, mualim, kapala kamar mesin dan staf (buruh). Berdasarkan hasil penelitian ratarata tingkat pendidikan tertinggi dimiliki oleh nahkoda. Selain itu semakin tinggi jabatan ABK maka semakin lama pula pengalaman dibidang perkapalan.

Hasil diatas didukung oleh hasil dari uji statistic yang menunjukkan lama berlayar memiliki pengaruh terhadap perilaku pencegahan PMS. Semakin lama waktu layar seorang ABK semakin baik perilaku pencegahan terhadap PMS.

Sedangkan untuk variable pengetahuan ABK didapatkan kesimpulan bahwa pengetahuan memiliki pengaruh terhadap perilaku pencegahan PMS. Nilai beta menunjukkan tanda positif menunjukkan semakin baik pengetahuan ABK tentang penyakit menular seksual semakin baik pula perilaku pencegahan ABK terhadap penyakit menular seksual.

Notoatmodjo (2007), mendefinisikan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Peningkatan pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan kesehatan yang merupakan suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok dan individu dengan harapan bahwa individu dapat memperoleh pengetahuan kesehatan yang lebih

(6)

27 baik. Peningkatan pengetahuan melalui pendidikan kesehatan akan menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan berpengaruh terhadap perilakunya (Notoatmodjo, 2007).

Adanya persepsi, tradisi, kepercayaan yang negatif terhadap suatu penyakit merupakan hambatan yang menyebabkan masyarakat berperilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Untuk itu diperlukan komunikasi, pemberian informasi-informasi tentang kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. Pemberian pendidikan kesehatan yang tepat merupakan proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mampu menjadi mampu untuk mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri.

KESIMPULAN

1. Ada pengaruh jabatan ABK terhadap perilaku pencegahan PMS

2. Ada pengaruh lama berlayar ABK terhadap perilaku pencegahan PMS

3. Ada pengaruh Pengetahuan ABK tentang PMS terhadap perilaku pencegahan PMS 4. Ada pengaruh pengetahuan ABK

tentang PMS terhadap perilaku pencegahan PMS

DAFTAR PUSTAKA

Daili Fahmi Syaiful. (2003). Penyakit

Menular Seksual. Jakarta:

FKUI

Hakim,Lukman.(2003). Epidemiologi Penyakit Menular Seksual. Jakarta,FKUI

Hidayat, Al.(2008). Metode

Penelitian Keperawatan

Tehnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medik

Mansjoer, Arif dkk.(2007). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI

Maulana, Heri DJ.(2009). Promosi Kesehatan: Buku Kedokteran EGC

Notoatmodjo, Soekidjo, (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan: Rineka Cipta

RI, Depkes. (2004). Infeksi Menular Seksual. Jakarta: Ditjen PPM & PL

RI, Kemenkes.(2008). Anda & HIV AIDS, IMS. Jakarta : Ditjen PP dan PL

RI, Kemenkes.(2008). Infeksi Menular Seksual dan Infeksi Saluran Reproduksi pada

Pelayanan Kesehatan

Reproduksi Terpadu.

Jakarta : Ditjen PP dan PL RI, Kemenkes.(2009). HIV/AIDS,

IMS Pencegahan dan

Penularan. Jakarta : Ditjen PP dan PL

RI, Kemenkes.(2009). Modul A-1

“Kebijakan Dalam

Penanggulangan IMS, HIV dan AIDS”. Jakarta : Ditjen

PP dan PL

RI, Kemenkes.(2009). Modul B-13 “Mitos dan Fakta Seputar HIV/AIDS”. Jakarta : Ditjen PP dan PL

RI, Kemenkes.(2011). Profil Ditjen PP dan PL Kemenkes RI”. Jakarta : Ditjen PP dan PL

(7)

28 Sastroasmoro, S. (200).

Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinik: Jakarta. CV. Salemba Medika

WHO,(2003). Guidenes for the

Management of Sexually

Transmited Infections.

Geneva.

Wirya, Duarsa N. (2003). Penyakit Menular Seksual.Jakarta: FKUI

Gambar

Tabel  2.    Tabulasi  silang  antara  Perilaku  Pencegahan  PMS  dengan  Status  pernikahan  ABK  Anak  Buah  Kapal (ABK)  Status  Pernika han  Perilaku Pencegahan  Total Kurang  Cukup Baik

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam

Dari penelitian dan pengamatan yang dilakukan kepada sejumlah media social Twitter, Facebook, dan yang paling utama adalah Instagram yang dimilikioleh pemerintah terkait

Kepelabuhanan perikanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan perikanan dalam menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu

Ketiga ruangan ini sebagai pilot project dikarenakan persentase kejadian plebitis tertinggi di RS X adalah ruang Paru-Syaraf (68,57%) dan ruang Interne (53,94%)

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Penelitian ini menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS) karena variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel un- observed yaitu variabel

Sp yang mengeluhkan sesak nafas dan diperoleh data objektif pernafasan pasien 26 x/menit, pasien terpasang terapi oksigen 4 lpm dengan nasal kanul, batuk dengan mengeluarkan

policies and practices of the state’s criminal justice agencies. Moving toward or expanding evidence-based practices will require resources for planning, staff