• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTRODUKSI TANAMAN PAKAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH SAYURAN KUBIS UNTUK PAKAN TERNAK KAMBING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTRODUKSI TANAMAN PAKAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH SAYURAN KUBIS UNTUK PAKAN TERNAK KAMBING"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

INTRODUKSI TANAMAN PAKAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH

SAYURAN KUBIS UNTUK PAKAN TERNAK KAMBING

Syamsu Bahar

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta Jl. Raya Ragunan No. 30 Pasar Minggu, Jakarta 12540

Telp. (021) 78839949, Faks. (021) 7815020

E-mail : bptp-jakarta@litbang.deptan.go.id; syamsubahar@yahoo.com

ABSTRAK

Pada lahan tanaman sayuran kubis dapat diperoleh limbah sayuran berupa daun-daun kubis yang tersisa di lahan untuk dijadikan sebagai sumber pakan ternak. Kegiatan sampingan bagi sebagian petani sayuran adalah memelihara ternak kambing, sehingga sumber hijauan pakan dapat sebagian diperoleh dari limbah sayuran. Namun perlu tambahan sumber pakan dari lahan tersebut yaitu dengan mengimtroduksi tanaman pakan berupa tanaman leguminosa dan rumput unggul pada pematang/batas lahan atau sebagai pagar hidup. Daun leguminosa sebagai sumber hijauan yang bergizi tinggi utamanya kandungan proteinnya. Sistim budidaya tanaman sayuran dan pemeliharaan ternak kambing ini merupakan model integrasi yang dapat memberi nilai tambah bagi petani, utamanya peningkatan pendapatan.

Kata kunci: Tanaman pakan, kambing, sayuran

ABSTRACT

Forage Plant Introduction And Utilization Of Waste Cabbage Vegetable For Goat Animal Feed

On the cabbage vegetable land can be collected waste vegetable leaves of cabbage left in the land can be used as a source of forage for animal feed. Side activities of some vegetable farmers are raising cattle goats, so the source of forage can partially be obtained from vegetable waste. However, also need an additional source of forage from the land that is by introducing forage plant such as legume crops and grasses on the bund/land boundary or as living fences. Legume leaves as a source of highly nutritious forage primarily protein content. System of vegetable cultivation and livestock rearing goats is an integration model that can provide added value for farmers, the main increase in revenue.

(2)

PENDAHULUAN

Pada dasarnya sumber pakan ternak kambing bisa berasal dari mana saja, misalnya dari limbah sayuran kubis, daun-daunan di kebun, tumbuhan perdu dan rumput lapang. Hanya saja sumber pakan ini tidak menjamin ketersediaannya bila pemeliharaan ternak secara intensif dengan jumlah yang banyak. Oleh karena itu diperlukan sumber pakan yang tetap dan tersedia setiap saat di lahan usahatani tanpa harus mengambil dari tempat lain yang jauh.

Sumber pakan juga berasal dari tanaman hijauan pakan yang biasanya ditanam oleh petani untuk pelindung atau sebagai pagar dan batas lahan sekaligus untuk pakan ternak. Spesies tanaman yang digunakan sebagai pakan ternak antara lain

maculata), Lamtoro (Leucaena leucocephala) (Bahar et. al. 1992a dan Bahar et. al. 1992b). Berbagai spesies tanaman pakan yang telah diperkenalkan di beberapa negara Asia Tenggara termasuk di Indonesia antara lain Acasia angustissima, Desmodium cinerea, Arachis pintoi, Stylosanthes guianensis (Horne and Stur, 1999) dan tanaman Flemingia congesta (Bahar, et. al. 2001)

Dalam upaya mengoptimalkan sistem usahatani sayuran memungkinkan untuk dilakukannya melalui integrasi ternak kambing dimana limbah sayuran berupa daun tua dan sisa-sisa daun saat panen

dapat dimanfaatkan sebagai pakan kambing. Disamping itu spesies tanaman leguminosa pakan yang sengaja ditanam, dapat dijadikan sebagai sumber pakan.

Kajian potensi pakan lokal dan introduksi dilakukan pada lahan sayuran kubis yang oleh petani setempat juga memelihara kambing. Pakan lokal yang dimaksud adalah pakan yang ada di lahan usahatani berupa daun limbah kubis, daun-daunan di kebun, dan tumbuhan perdu. Sedangkan pakan introduksi adalah pakan berupa tanaman leguminosa yang sengaja ditanam pada lahan usahatani berupa leguminosa dan rumput unggul antara lain Arachis sp, Stylo sp, Sesbania sp, Desmodium sp, Acasia sp, Gliricidia sp, Leucaena sp, rumput Gajah dan rumput Setaria. Leguminosa sangat bermanfaat bagi ternak kambing yang sedang bunting dan menyusui karena selain berpengaruh langsung pada induk juga terhadap anak yang akan disusui (Bahar et. al. 2006).

Menurut Soedono et. al. (1993) bahwa limbah pertanian yang disuplementasi dengan daun-daun leguminosa akan menunjukkan peningkatan pertumbuhan ternak kambing. Menurut Semali dan Mathius (1993) bahwa penambahan daun lamtoro sebanyak 1 kg/ ekor/hari pada pakan dasar ternak akan meningkatkan bobot badan ternak 44 g/

(3)

bahwa penambahan daun gamal 900 g/ekor/ hari pada pakan dasar akan menunjukkan peningkatan bobot badan kambing 28 g/ekor/

Dalam usahatani hortikultura dataran tinggi, basis lahan ada pada hortikultura, sedangkan ternak kambing dapat diintroduksi pada lahan yang sama. Menurut Yusdja et. al. (2000) bahwa subsektor peternakan merupakan non land base artinya tidak selamanya memerlukan lahan khusus kecuali untuk penggembalaan.

1. Produksi pakan

Produksi pakan disajikan pada tabel 1, yaitu produksi pakan lokal dan pakan introduksi. Pakan lokal berupa daun limbah kubis yang tersisa di lahan sebanyak 438 kg bahan kering per 0,25 ha per tahun, sedangkan daun-daunan kebun, tanaman perdu dan rumpung lapang sebanyak 814 kg bahan kering per 0,25 ha per tahun. Produksi daun limbah kubis cukup tinggi, namun hanya dapat disimpan beberapa hari karena kadar air yang tinggi menyebabkannya mudah rusak. Adapun sumber pakan

introduksi berupa daun leguminosa dan rumput-rumputan unggul dapat dipanen secara bergilir sehingga tidak perlu disimpan secara khusus. Setelah 3 kali panen rumput-rumputan diberi pupuk kandang agar dapat tumbuh lebih baik dan produksi hijauan lebih tinggi sebagaimana dilaporkan oleh Pasambe et. al. (1999) bahwa pemberian pupuk kandang akan meningkatkan produksi dan kualitas hijauan pakan.

2. Daya dukung ternak

Pada Tabel 2 disajikan hasil perhitungan daya dukung ternak kambing yang dihitung berdasarkan pada produksi pakan ternak. Kebutuhan ternak dihitung atas dasar kebutuhan ”bahan kering” sehingga dengan mengetahui produksi pakan maka dapat diketahui daya dukung ternak. Perhitungan juga memperhatikan sistem pemberian pakan secara rotasi, kecuali limbah kubis. Daya dukung ternak kambing dengan pakan bersumber dari daun limbah kubis yang tersisa di lahan adalah 1,5 ekor per 0,25 ha per tahun, sedangkan dengan pakan bersumber dari daun-daunan kebun,

Tabel 1. Produksi pakan (kg/0,25 ha/tahun).

Sumber pakan Lokal Introduksi

Daun limbah tanaman kubis yang tersisa di lahan 438 -Daun-daunan dari kebun dan rumput lapang 814 -Daun leguminosa dan rumput unggul - 938 Keterangan : Perhitungan produksi pakan berdasarkan “ bahan kering”.

(4)

tanaman perdu dan rumput lapang adalah 2,3 ekor per 0,25 ha per tahun. Daya dukung dengan sumber pakan dari daun leguminosa dan rumput-rumputan unggul adalah 2,6 ekor per 0,25 ha per tahun. Perbaikan kualitas pakan dapat juga diberikan pakan tambahan berupa mineral sebagaimana dilaporkan oleh Rachman, et. al. (2004) bahwa pemberian multi nutrisi blok pada kambing akan meningkatkan produktivitas ternak kambing.

3. Kualitas pakan

Kualitas pakan didasarkan dari hasil analisa nilai gizi yang dilakukan di laboratorium. Analisa bahan pakan dilakukan terhadap kandungan bahan kering, kandungan abu, kandungan protein kasar, kandungan lemak, kandungan serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Nilai nutrisi setiap jenis pakan pada Tabel 3, menunjukkan kandungan protein kasar hijauan leguminosa memiliki rata-rata di atas 20-24% lebih tinggi dibanding jenis hijauan non-leguminosa atau rumput-rumputan dan daun-daunan yang kandungan protein kasarnya antara 8-10%. Namun, daun limbah kubis yang tidak termasuk leguminosa memiliki kandungan

protein kasar yang tinggi, yaitu lebih dari 20%.

4. Performans ternak kambing

Performans ternak kambing betina dewasa yaitu ternak yang berumur > 2 th. Peubah yang diukur adalah konsumsi pakan berdasarkan kebutuhan bahan kering. Konsumsi berdasarkan bahan kering menurut NRC (1981) sebesar 2,78% terhadap bobot hidup. Pada perlakuan A dimana petani koperator menerapkan pemberian pakan kambing dengan introduksi teknologi (Tabel 3) menunjukkan ternak kambing betina dewasa mampu mengkonsumsi pakan sebanyak 1.189 g per ekor per hari. Bila dihitung berdasarkan bobot hidup maka berarti ternak mampu mengkonsumsi pakan hingga 3,31%. Bila dibandingkan dengan konsumsi pakan pada perlakuan B (kontrol) menunjukkan konsumsi pakan kambing betina dewasa sebanyak 856 g per ekor per hari atau ternak dapat mengkonsumsi pakan berdasarkan bobot hidup sebesar 2,44 %.

Tingginya konsumsi pakan pada perlakuan A memberi dampak pada pertambahan bobot hidup sebesar 5,30 kg

Tabel 2. Daya dukung ternak kambing (per 0,25 ha/tahun).

Sumber pakan Lokal Introduksi

Daun limbah tanaman kubis yang tersisa di lahan 1,5 -Daun-daunan dari kebun dan rumput lapang 2,3 -Daun leguminosa dan rumput unggul - 2,6 Keterangan : Perhitungan kebutuhan pakan kambing berdasarkan “bahan kering”.

(5)

dalam 112 hari atau pertambahan bobot hidup harian sebesar 47,3 g. Dibanding pertambahan bobot hidup pada perlakuan B lebih kecil yaitu 2,50 kg atau pertambahan bobot hidup harian 22,3 g. Menurut Martawidjaja et al. (1999) bahwa pertambahan bobot hidup ternak erat kaitannya dengan konsumsi pakan, sedangkan menurut Mathius et al. (2002) bahwa pertambahan bobot hidup harian lebih dipengaruhi oleh protein yang dikonsumsi dibanding mengkonsumsi energi. Makin tinggi taraf kandungan protein yang dikonsumsi oleh ternak kambing maka makin besar pula responnya terhadap pertambahan bobot hidup harian.

Perlakuan A juga menunjukkan konversi pakan yang lebih baik yaitu 25,14 dibanding perlakuan B yaitu 38,39.

Konversi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi per hari dibagi pertambahan bobot hidup harian. Hal ini berarti pada perlakuan A jumlah konsumsi lebih kecil tetapi memberikan pertambahan bobot badan harian yang lebih besar. Sebaliknya terjadi pada perlakuan B yaitu konsumsi lebih besar tetapi pertambahan bobot hidup harian lebih kecil. Menurut Martawidjaja et al. (1998) bahwa konversi pakan dipengaruhi oleh kualitas pakan, nilai kecernaan dan

metabolisme di dalam jaringan tubuh ternak. Berdasarkan uji beda nyata ”t-test” terhadap peubah yang diukur yaitu konsumsi pakan, % bobot hidup, pertambahan bobot hidup, pertambahan bobot hidup harian dan konversi pakan menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf kepercayaan 95%.

Tabel 3. Hasil analisa nilai nutrisi berbagai hijauan pakan.

Jenis pakan % BK % terhadap BK

Abu PK Lemak SK BETN

Arachis sp (L) Stylo sp (L) Sesbania sp (L) Desmodium sp (L) Acasia sp (L) Gliricidia sp (L) Leucaena sp (L) Rumput Gajah (NL) Rumput Setaria (NL) Rumput Lapang (NL) Daun Kubis (NL) Daun Kakao (NL) Daun Nangka (NL) 24,1 22,6 18,3 23,0 23,0 22,1 24,8 18,2 15,9 24,4 9,9 30,1 34,4 9,4 10,1 10,2 11,0 10,1 10,2 7,5 12,0 12,0 14,5 11,8 11,1 12,2 20,8 20,7 29,2 24,0 20,0 22,5 24,2 10,7 8,3 8,2 21,5 9,8 13,4 4,0 3,7 3,4 5,8 4,1 3,2 3,7 2,7 2,9 1,4 3,3 2,5 3,7 33,2 27,7 17,1 18,7 18,0 16,3 21,5 32,3 33,7 31,8 12,9 20,1 20,7 32,6 37,8 40,1 40,5 47,8 47,8 43,1 42,3 41,1 44,2 50,5 56,5 50,0 Keterangan : L = Leguminosa; NL = Non-leguminosa; BK= Bahan Kering; SK= Serat Kasar; PK= Protein Kasar; BETN= Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

(6)

IMPLIKASI KEBIJAKAN

Petani yang menanam tanaman sayuran kubis dapat memperoleh limbah tanaman sayuran untuk dijadikan sebagai sumber pakan ternak kambing. Kebiasaan sebagian petani sayuran juga memelihara ternak kambing, sehingga sumber hijauan pakannya dapat sebagian diperoleh dari limbah sayuran. Namun selain itu perlu tambahan sumber pakan dari lahan tersebut yaitu dengan mengintroduksi dan menanam tanaman pakan berupa tanaman leguminosa dan rumput unggul pada pematang/batas lahan atau pagar hidup sebagai sumber hijauan yang bergizi tinggi utamanya kandungan protein kasar. Sistim budidaya tanaman sayuran dan memelihara ternak kambing merupakan model integrasi yang dapat memberi nilai tambah utamanya peningkatan pendapatan petani.

DAFTAR PUSTAKA

Bahar, S., R. Rachman, D. Bulo dan R. Salam. 1992a. Produksi dan kualitas hijauan lamtoro (Leucaena leucocephala) dan rumput benggala (Panicum maximum) dengan dan tanpa pemupukan pada lahan marginal. Prosiding Seminar Pertemuan Pengolahan Hasil Penelitian Peternakan di Sulawesi Selatan. Sub Balai Penelitian Ternak Gowa. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hal. 62-68.

Bahar, S., M. E. Siregar, D. Bulo dan R. Salam. 1992b. Penampilan pertumbuhan beberapa jenis tanaman pakan pada lahan marginal di Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Gowa. Sub Balai Penelitian Ternak Gowa. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 1(2):67-70.

Bahar, S. 2006. Perbaikan pakan induk kambing menyusui dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan anak. Prosiding Seminar Nasional. Balai Besar Pengkajian dan

Tabel 4. Performans kambing betina dewasa.

Uraian performans kambing Pemberian pakan Lokal Introduksi 1. Konsumsi Pakan :

- Berat kering bahan (g/ek/hr)

- % BH (kg konsumsi./kg rataan BH x100) 856,0 2,44 1.189,0 3,31 2. Bobot Hidup : - Awal (kg) - Akhir (kg)

- Pertambahan Bobot Hidup (kg) - Rataan Bobot Hidup (kg) - PBHH (g/ekor/hari) 33,00 35,50 2,50 35,30 22,30 32,00 37,30 5,30 35,80 47,30 3. Konversi Pakan (g konsumsi./g PBHH) 38,39 25,14 Keterangan : BH = Bobot Hidup; PBHH = Pertambahan Bobot Hidup Harian

(7)

Pengembangan Teknologi Pertanian. Seminar Nasional, Makassar 14-15 Nopember 2006. ISBN: 978-979-96759-5-8.

Bahar, S., S. N. Tambing, M. Sariubang dan A. Ella. 2001. Hijauan Flemingia (Flemingia congesta) untuk pakan ternak dan konservasi tanah. Prosiding Seminar Nasional. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Seminar Regional Pengembangan Teknologi Pertanian . Makassar, 23-24 Nopember 2000. Buku II. ISBN : 979-8094-71-9. Hal. 409-411.

Bahar, S., A. Ella, Sunanto, D. Pasambe dan M. Azis. 2004. Kajian pemberian pakan leguminosa, daun limbah kubis dan konsentrat pada ternak kambing. Laporan Kegiatan Pengkajian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.

Horne, P.M. and W.W. Stur. 1999. Developing Forage Technologies with Smallholders Farmers. How to select the best varieties to offer farmers in South East Asia. ACIAR and CIAT. ACIAR Monograph No. 62. 80 pp

Martawidjaja, M., B. Setiadi dan S. S. Sitorus. 1999. Pengaruh tingkat protein - energi ransum terhadap kinerja produksi kambing kacang muda. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. 4(3):167-172. Martawidjaja, M., B. Setiadi dan S. S. Sitorus.

1998. Pengaruh penambahan tetes dalam ransum terhadap produktivitas kambing kacang. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.

3(3):149-153.

Mathius, I. W., I. B. Gaga dan I. K. Sutama. 2002. Kebutuhan kambing PE jantan muda akan energi dan protein kasar : konsumsi, kecernaan, ketersediaan dan pemanfaatan nutrien. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. 7(2) : 99-109 NRC. 1981. Nutrient Requirement of Goats.

No. 15. National Academy Press. Washington, D. C.

Pasambe, D., M. Sariubang, S. Bahar dan Chalidjah. 1999. Prosiding Seminar Nasional. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kendari dan Pusat Studi Lahan Kering Universitas Haluoleo Kendari. Seminar Regional Lokasi Menunjang Pengembangan Ekonomi Kerakyatan. Kendari, 5-6 Juli 1999. Buku II. ISBN : 979-95273-4-1. Hal. 528-531.

Rachman, R., S. Bahar, H. Tabran dan Sahardi. 2004. Pengaruh pemberian multinutrisi blok (MNB) pada ternak kambing di Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Seminar Nasional Teknologi Pertanian. Makassar, 22-23 September 2001. ISBN : 979-3566-25-6. Hal.303-307.

Rangkuti, M., I. W. Mathius dan J. E. van Eys. 1993. Penggunaan Gliricidia maculata oleh ruminansia kecil : Konsumsi, Kecernaan dan Performans. Kumpulan Beberapa Hasil Penelitian Bagi Pengembangan Sub Sektor Peternakan. Sub Balai Penelitian Ternak Gowa.

Semali, A dan I. W. Mathius. 1993. Pengaruh penambahan daun lamtoro pada

(8)

ransum domba terhadap konsumsi dan daya cerna ransum. Kumpulan Beberapa Hasil Penelitian Bagi Pengembangan Sub Sektor Peternakan. Sub Balai Penelitian Ternak Gowa.

Setiadi, B., I. K. Sutama dan I. G. M. reproduksi dan produksi kambing PE pada berbagai tatalaksana perkawinan. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Peternakan, Bogor. 2(4):233-236.

Soedono, H. Hartadi, J. Sutrisno dan R. Utomo. 1993. Penggunaan limbah pertanian dengan suplementasi daun leguminosa lamtoro dalam ransum untuk pertumbuhan kambing. Kumpulan Beberapa Hasil Penelitian Bagi Pengembangan Sub Sektor Peternakan. Sub Balai Penelitian Ternak Gowa.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu produksi biskuit pakan limbah tanaman jagung dan uji produktivitas ternak domba yang diberi pakan biskuit pada skala

Setelah dilanjutkan dengan pengujian Duncan bahwa pemberian pakan berupa kotoran sapi, limbah sayur kubis, dan limbah buah pepaya memberikan pengaruh yang

Usaha produksi tanaman hortikultura memiliki potensi beragam dalam hal menghasilkan bahan baku pakan bagi ternak ruminansia. Potensi ini ditentukan oleh dua hal yaitu 1)

Berdasarkan hasil penelitian Syamsu dan Abdullah (2009), bahwa strategi pemanfaatan limbah tanaman pangan sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Sulawesi

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan teknologi Amonia Fermentasi (Amofer) menghasilkan pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan alternatif untuk ternak kambing. Teknologi

bahan pengganti hijauan untuk pakan ternak adalah limbah sayuran, karena selain. ketersediaannya yang melimpah, limbah sayuran juga memiliki kadar

Usaha produksi tanaman hortikultura memiliki potensi beragam dalam hal menghasilkan bahan baku pakan bagi ternak ruminansia. Potensi ini ditentukan oleh dua hal yaitu 1)

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu produksi biskuit pakan limbah tanaman jagung dan uji produktivitas ternak domba yang diberi pakan biskuit pada skala