• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

laporan manajemen tata lingkungan akuakultur

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM MANAJEMEN TATA LINGKUNGAN

OLEH : LA ODE TANDA

I1A2 10 127

Laporan ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Kelulusan Mata Kuliah Manajemen Tata Lingkungan

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

2014

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Laporan Praktikum Manajemen Tata Lingkungan

Laporan Lengkap : Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Mata Kuliah Manajemen Tata Lingkungan

Nama : LA ODE TANDA

(2)

Kelompok : 3 (Tiga)

Program Studi : Budidaya Perairan

Laporan lengkap ini

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Koordinator Asisten Asisten Pembimbing

Oce Astuti, S.Pi., M.Si Oce Astuti, S.Pi., M.Si NIP. 19760515 200212 2 001 NIP. 19760515 200212 2 001

Mengetahui : Koordinator Mata Kuliah

Ir. Abdul Rahman Nurdin, M.Si NIP. 19690418 199403 1001

Kendari, .... Juni 2014 Tanggal Pengesahan

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Lengkap Praktikum Manajemen Tata Lingkungan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Dengan selesainya penyusunan laporan lengkap ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada koordinator mata kuliah Manajemen Tata Lingkungan ini serta seluruh asisten yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktikum, yang telah banyak memberikan saran dan petunjuk dalam pembuatan laporan ini dan tidak terkecuali pada teman-teman yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam laporan lengkap ini masih jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat serta petunjuk kepada semua yang telah banyak membantu penulis sehingga laporan lengkap ini dapat terselesaikan, amin.

Kendari, Juni 2014

(4)

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii DAFTAR ISI...iv DAFTAR GAMBAR...vi DAFTAR TABEL...vii I. PENDADULUAN A. Latar Belakang...1

B. Tujuan dan kegunaan...2

II. TINJAUAN PUSTAKA...3

III. METODELOGI PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat...5

B. Alat dan Bahan...5

C. Prosedur Kerja...5

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan...7

B. Pembahasan...8

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...12

B. Saran...13

DAFTAR PUSTAKA ... 14

LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR Gambar Judul Halaman 1 Gambaran Umum Lokasi...7

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1 Alat dan Bahan beserta kegunaannya ………..5 2 Hasil pengamatan pratikum Manajemen Tata Lingkungan………...………...7

(6)

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Biota air membutuhkan lingkungan yang nyaman agar dapat hidup sehat dan tumbuh optimal. Bila lingkungan tersebut tidak memenuhi syarat, biota air dapat mengalami stres, mudah terserang penyakit yang akhirnya akan menyebabkan kematian. Untuk itu pertimbangan atau faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan perairan adalah penting untuk diperhatikan karena kualitas tanah dan air sangat mempengaruhi semua jenis organisme yang hidup di air.

Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Kegiatan budidaya tambak yang terus menerus menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, yang ditandai dengan menurunnya kualitas air. Kendala lingkungan yang dihadapi dalam kegiatan budidaya diantaranya penataan wilayah atau penataan ruang pengembangan budidaya yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan akibat pengelolaan yang tidak tepat, sehingga menimbulkan permasalahan lingkungan dengan segala aspek komplikasinya dalam kurun waktu yang panjang (Kordi dan Tancung. 2007).

Kegagalan panen yang seringkali banyak dialami petani tambak Ikan Bandeng (Chanos chanos) maupun udang merupakan salah satu petunjuk telah terjadinya degradasi kualitas lahan dan air pendukung usaha budidaya, kegagalan terjadi akibat dari

(7)

diabaikannya daya dukung atau kemampuan dari tambak sebagai media kegiatan budidaya.

Seperti yang dijelaskan oleh Paez Ozuna dkk (1998), bahwa apabila dalam suatu lingkungan terjadi penurunan produksi secara drastis sampai hanya sebagian kecil saja yang mampu bertahan hidup, maka lingkungan tersebut telah mengalami tekanan akibat pencemaran atau penurunan mutu lingkungan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kondisi kualitas lingkungan tersebut maka petani tambak harus melakukan kegiatan budidayanya secara baik dan terkontrol. Seperti melakukan pergantian air tambak rutin secara berkala serta lebih memperhatikan dalam manajerial tambaknya yakni proses persiapan tambak seperti pemupukan dan pengapuran.

Kegiatan Praktikum Manajemen Tata lingkungan perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan kaitannya dengan penurunnya kualitas lahan dan air serta kemampuan tambak dalam mendukung kegiatan budidaya agar sesuai dengan hasil yang diharapkan bagi para petani tambak yang terdapat di Kota Kendari.

B. Tujuan dan Kegunaan

Adapun yang menjadi tujuan dari pratikum Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur ini adalah untuk mengatahui kendala lingkungan kaitannya dengan menurunnya kualitas lahan dan kualitas air dalam budidaya perairan.

Sedangkan kegunaan dari pratikum ini adalah agar mahasiswa yang memprogram mata kuliah ini dapat mengetahui serta memahami faktor-faktor yang mempengaruhi menurunnya kualitas lahan dan kualitas air dalam budidaya perairan, sehingga kedepannya dapat dilakukan pencegahan.

(8)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Paez Ozuna dkk (1998), menyatakan bahwa apabila dalam suatu lingkungan terjadi penurunan produksi secara drastis sampai hanya sebagian kecil saja yang mampu bertahan hidup, maka lingkungan tersebut telah mengalami tekanan akibat pencemaran atau penurunan mutu lingkungan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kondisi kualitas lingkungan tersebut maka petani tambak harus melakukan kegiatan budidayanya secara baik dan terkontrol. Seperti melakukan pergantian air tambak rutin secara berkala serta lebih memperhatikan dalam manajerial tambaknya yakni proses persiapan tambak seperti pemupukan dan pengapuran.

Potter (1977) dalam Afrianto dan Liviawaty (1991) yang menyatakan bahwa tanah liat dan lumpur berpasir merupakan media yang baik untuk pertumbuhan klekap karena banyak mengandung unsur hara dimana klekap merupakan pakan alami bagi ikan.

Pertumbuhan dan kehidupan biota air sangat dipengaruhi suhu air. Kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis adalah antara 28ºC-32ºC. Pada kisaran tersebut konsumsi oksigen mencapai 2,2 mg/g berat tubuh/jam. Di bawah suhu 25ºC, konsumsi oksigen mencapai 1,2 mg/g berat tubuh/jam. Pada suhu 18ºC-25ºC, ikan masih bertahan hidup, tetapi nafsu makannya mulai menurun. Suhu 12ºC-18ºC mulai berbahaya bagi ikan, sedangkan suhu di bawah 12ºC ikan tropis akan mati kedinginan. Berdasarkan pernyataan Ahmad dan Cholik (2001), bahwa ikan Bandeng masih hidup normal pada suhu 35ºC. Secara teoritis, ikan tropis masih hidup normal pada suhu 30ºC-35ºC kalau konsentrasi oksigen terlarut cukup tinggi.

Semakin tinggi suhu air, semakin rendah daya larut oksigen di dalam air, dan sebaliknya. Suhu mempengaruhi metabolisme, daya larut gas-gas, termasuk oksigen serta berbagai reaksi kimia di dalam air. Semakin tinggi suhu air, semakin tinggi pula laju

(9)

metabolisme udang yang berarti semakin besar konsumsi oksigennya, padahal kenaikan suhu tersebut bahkan mengurangi daya larut oksigen dalam air.

Menurut Boyd (1989), salinitas adalah kadar seluruh ion – ion yang terlarut dalam air. Komposisi ion – ion pada air laut dapat dikatakan mantap dan didominasi oleh ion – ion tertentu seperti klorida, karrbonat, bikarbonat, sulfat, natrium, kalsium, magnesium (Mc Lusky, 1971 dalam Kordi, 1996).

Salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air. Semakin tinggi salinitas, akan semakin besar pula tekanan osmotiknya. Biota yang hidup di air asin harus mampu menyesuaikan dirinya terhadap tekanan osmotik dari lingkungannya. Penyesuaian ini memerlukan banyak energi yang dipeeroleh dari makanan dan digunakan untuk keperluan tersebut. Menurut Liao 1986 dalam Saenong, (1992) bahwa tekanan osmotik cairan tubuh ikan Bandeng dan tekanan osmotik lingkungan akan seimbang (isosmotik) pada salinitas 28 ppt.

Raswin, (2003) menyatakan bahwa DO optimum untuk budidaya ikan Bandeng (C. chanos) ialah >3 mg/L sudah cukup baik. Oksigen terlarut berperan dalam mendekomposisi limbah organic di badan air, Boyd et al., (1998) menyatakan bahwa oksigen terlarut dibutuhkan untuk mendekomposisi limbah organik dalam perairan.

Tambak memerlukan kondisi air yang subur untuk mendukung pertumbuhan pakan alaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat Pantjara dkk. (2007) menjelaskan bahwa nitrat dalam air merupakan indikator tingkat kesuburan di dalam tambak. Selanjutnya Utojo (2010) menambahkan bahwa untuk tambak tradisional konsentrasi nitrat diperlukan untuk menstimulir pertumbuhan klekap, plankton dan lumut sebagai pakan alami utama ikan.

Alifuddin (2003), menjelaskan bahwa pH air tambak sangat penting karena mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung pada organisme budidaya dan plankton. Menurut Raswin (2003) menjelaskan bahwa nilai pH yang baik untuk budidaya ikan berkisar antara 6,5 hingga 9, selanjutnya Achmad (2001) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001) menjelaskan bahwa khusus untuk udang nilai pH yang baik adalah antara 7-9, sedangkan pH > 10 tidak baik untuk pertumbuhan udang.

(10)

BAB III. METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat

Pratikum ini dilaksanakan pada Hari Kamis Tanggal 29 Mei 2014 dan bertempat di Tambak Masyarakat kawasan Teluk Kendari, Kelurahan Anduonuhu Kota kendari Provinsi Sulawesi Tenggara, sedangkan analisis kualitas air dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo Kendari.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada pratikum Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur dapat dillihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Alat dan Bahan Pratikum Manajemen Tata Lingkungan No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan

1. Alat

- pH Meter - Alat untuk mengukur pH - DO Meter mg/l Alat untuk mengukur DO - Thermometer 0C Alat untuk mengukur suhu

- Refraktometer ppm Alat untuk mengukur salinitas - Gelas aqua - Untuk menyimpan sampel pH - Botol aqua - Menyimpan sampel Sampel Nitrat 2. Bahan

- Sampel air Tambak - Sebagai bahan uji - Tissu - Untuk membersikan alat - Sampel Nitrat - Sebagai bahan uji

C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dalam pratikum ini adalah sebagai berikut : 1. Kualitas Air

1.1. Pengukuran Suhu Air

· Memasukkan termometer ke dalam air sungai dengan kedalaman tertentu.

· Mengamati perubahan yang terjadi pada termometer kemudian mencatat perubahan suhu yang terjadi.

(11)

· Mengabil sampel air dengan menggunakan pipet tetes

· Meneteskan air tersebut dipreparat Refraktometer dan kemudian mengamati perubahan

· Mencatat Hasilnya 1.3. Pengambilan Sampel DO

· Memasukkan botol sample ke dalam perairan dalam keadaan tertutup. · Membuka penutup botol di dalam air dan memasukkan air ke dalam

botol

· Mengangkat botol dari dalam air dan memastikan tidak ada gelembung air di dalam botol dengan cara mengguncang botol sample

1.4. Pengukuran Nitrat

· Mengambil sampel tahah pada dasar tambak · Kemudian melakukan analisa di Laboratorium 1.5. Pengukuran pH air

· Memasukan pH meter ke dalam air kurang lebih 1 menit

· Mengankat pH meter dan melihat hasil (angka digital) yang tertera

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan

1. Parameter yang Diamati

Adapun hasil pengamatan yang kami lakukan dalam praktek Manajemen Tata Lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Hasil pengamatan pratikum Manajemen Tata Lingkungan

(12)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Suhu Air Salinitas DO Nitrat pH Topografi Tektur tanah 27 0 C 9 ppt 4,1 mg/l 0,0036 mg/l 7 Dataran rendah Lumpur berpasir

2. Gambaran Umum Lokasi

Gambar 1. Gambaran Umum Lokasi Praktek

Praktek Manajemen Tata Lingkungan kali ini dilakukan di Tambak Masyarakat di kawasan Teluk Kendari, Kelurahan Anduonuhu, Kota kendari. Di bagian selatan tambak tempat pengambilan sampel berbatasaan dengan jembatan yang merupakan Muara Sungai, bagian utara berbatasaan dengan Muara Sungai Teluk Kendari, bagian timur berbatasan dengan Ruko, Rumah makan dan Jalan Raya dan bagian barat berbatasan Tambak Warga lainnya. Tambak tersebut dekat dengan pemukiman warga, maka secara tidak langsung degradasi lingkungan yang diakibatkan pencemaran dari limbah buangan rumah tangga tidak bisa dihindari.

B. Pembahasan

Dalam Manajemen Tata Lingkungan perairan ada beberapa hal atau faktor yang mempengaruhi kualitas lahan maupun kualitas air yang disebabkan karena adanya pencemaran atau penurunan mutu lingkungan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kondisi kualitas lingkungan tersebut maka perlu dilakukan manajemen dalam melakukan penataan kondisi lahan maupun lingkungan perairan. Dalam pratikum kali ini ada beberapa indikator yang diamati mengenai manajemen lahan dan lingkungan perairan adalah suhu, salinitas, DO, nitrat, pH, topografi dan tekstur tanah.

1. Suhu Perairan

Pertumbuhan dan kehidupan biota air sangat dipengaruhi suhu air. Kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis adalah antara 28ºC-32ºC. Pada kisaran tersebut konsumsi oksigen mencapai 2,2 mg/g berat tubuh/jam. Di bawah suhu 25ºC, konsumsi oksigen mencapai 1,2 mg/g berat tubuh/jam. Pada suhu 18ºC-25ºC, ikan masih bertahan hidup, tetapi nafsu makannya mulai menurun. Suhu 12ºC-18ºC mulai berbahaya

(13)

bagi ikan, sedangkan suhu di bawah 12ºC ikan tropis akan mati kedinginan (Ahmad dkk.,1998).

Semakin tinggi suhu air, semakin rendah daya larut oksigen di dalam air, dan sebaliknya. Suhu mempengaruhi metabolisme, daya larut gas-gas, termasuk oksigen serta berbagai reaksi kimia di dalam air. Semakin tinggi suhu air, semakin tinggi pula laju metabolisme udang yang berarti semakin besar konsumsi oksigennya, padahal kenaikan suhu tersebut bahkan mengurangi daya larut oksigen dalam air.

Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan di lokasi pratikum kisaran suhu air yang didapatkan adalah sebesar 27°C, keadaan ini menunjukan bahwa tambak tersebut dalam kondisi yang optimal untuk kehidupan organisme. Hal ini sesuai dengan pernyataan Buwono (1993), suhu yang ideal untuk kehidupan ikan maupun udang berkisar antara 25-30°C. Ikan Bandeng masih hidup normal pada suhu 35ºC. Secara teoritis, ikan tropis masih hidup normal pada suhu 30ºC-35ºC kalau konsentrasi oksigen terlarut cukup tinggi (Ahmad dkk.,1998).

2. Salinitas

Salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air. Semakin tinggi salinitas, akan semakin besar pula tekanan osmotiknya. Biota yang hidup di air yang bersalinitas tinggi harus mampu menyesuaikan dirinya terhadap tekanan osmotik dari lingkungannya. Penyesuaian ini memerlukan banyak energi yang diperoleh dari makanan dan digunakan untuk keperluan tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi pratikum nilai salinitas yang didapatkan yaitu 9 ppt, nilai ini masih layak untuk kehidupan organisme budidaya khususnya ikan bandeng maupun udang. Hal ini sesuai dengan pendapat Mintardjo et al., (1985), yang menyatakan bahwa Salinitas yang baik untuk kegiatan budidaya ikan dan udang adalah 10-25 ppt.

3. DO

Biota air membutuhkan oksigen terlarut guna pembakaran makanan untuk menghasilkan aktivitas seperti berenang, pertumbuhan, reproduksi, dan lain-lain. Oleh karena itu, ketersediaan oksigen bagi biota air menentukan lingkaran aktivitasnya, konversi pakan, demikian juga laju pertumbuhan bergantung pada oksigen, dengan ketentuan faktor kondisi lainnya adalah optimum. Karena itu, kekurangan oksigen dalam air dapat mengganggu biota air, termasuk kepesatan pertumbuhannya. Kandungan

(14)

oksigen terlarut dalam tambak di lokasi pratikum yaitu 4,1 mg/l, termasuk konsentrasi yang cukup baik untuk pertumbuhan ikan bandeng maupun udang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kordi dan Tancung (2007), bahwa kandungan oksigen terlarut untuk pertumbuhan optimal ikan Bandeng yaitu berkisar 4-7 mg/l. Sedangkan pertumbuhan optimal untuk Udang Windu yaitu berkisar 5-10 mg/l.

4. Nitrat

Nitrat dalam air merupakan indikator tingkat kesuburan di dalam tambak, konsentrasi nitrat diperlukan untuk menstimulir pertumbuhan klekap, plankton dan lumut sebagai pakan alami utama ikan. Kosentrasi nitrat dalam tambak di lokasi pratikum yaitu 0,0036 mg/l. Wardoyo (1982) dalam Resti (2002) mengatakan bahwa alga khususnya fitoplankton dapat tumbuh optimal pada kandungan nitrat sebesar 0,09-3,5 mg/l. Pada konsentrasi dibawah 0,01 mg/l atau diatas 4,5 mg/l nitrat dapat merupakan faktor pembatas. Ditinjau dari kandungan nitrat tambak di lokasi pratikum tergolong memiliki tingkat kesuburan rendah.

5. Derajat Keasaman (pH)

pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan khususnya tambak karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Nilai pH pada tambak budidaya mempunyai pengaruh yang besar terhadap organisme budidaya sehingga seringkali dijadikan petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan. Perairan asam akan kurang produktif, bahkan dapat menyebabkan kematian pada hewan budidaya. Pada keasaman yang tinggi (pH rendah) kandungan oksigen terlarut akan berkurang. Hal sebaliknya terjadi pada perairan basa. Berdasarkan hasil pengamatan nilai pH di tambak lokasi pratikum yaitu sekitar 7. Dari data hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa pH dalam tambak ini cukup normal bagi kegiatan budidaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Khordi dan Tanjung (2007), yang menyatakan bahwa hubungan antara pH air dan kehidupan ikan budidaya, apabila pH <4,5 air bersifat racun bagi ikan, pH 5-6,5 pertumbuhan ikan terhambat dan ikan sangat sensitif terhadap bakteri parasit, pH yang terbaik dalam budidaya dalah 6,5 – 9,0 dan kisaran optimum adalah pH 7,5- 8,7.

6. Tekstur Tanah

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa kondisi tanah tambak yang kami amati baik untuk proses budidaya, yaitu secara umum

(15)

mengandung banyak liat dan lumpur berpasir seperti halnya yang diungkapkan oleh Potter (1977) dalam Afrianto dan Liviawaty (1991), yang menyatakan bahwa tanah liat dan lumpur merupakan media yang baik untuk pertumbuhan klekap karena banyak mengandung unsur hara dimana klekap merupakan pakan alami bandeng.

7. Topografi

Secara keseluruhan Tambak tempat pengambilan sampel yang menempati pesisir daratan serta kondisi wilayah pada umumnya merupakan dataran rendah, demikian pula tingkat kemiringan tanah berada pada klasifikasi rendah.

8. Manajemen Tata Lingkungan

Dalam kegiatan Manajemen Tata Lingkungan sangat perlu dilakukan untuk mempertahankan kondisi kualitas lahan budidaya (tambak) maupun kualitas air yang diakibatkan oleh degradasi lingkungan dan pencemaran limbah rumah tangga. Kondisi lahan budidaya baik internal (tekstur tanah) maupun eksternal (lingkungan sekitar tambak) sudah tidak layak dijadikan areal budidaya. Hal ini disebabkan karena tambak tersebut dekat dengan pemukiman warga, maka secara tidak langsung degradasi lingkungan yang diakibatkan pencemaran dari limbah buangan rumah tangga tidak bisa dihindari.

Adapun kondisi kualitas air dari beberapa parameter yang kami amati di tambak masyarakat kawasan Teluk Kendari seperti suhu perairan, salinitas, DO, nitrat, derajat keasaman dan tekstur tanah dapat disimpulkan bahwa kondisi kualitas air secara keseluruhan masih layak dijadikan sebagai areal budidaya, hanya kandungan nitrat tambak di lokasi pratikum tergolong memiliki tingkat kesuburan rendah. Berdasarkan pernyataan Khardi dan Tanjung (2007), hal tersebut disebabkan karena terdapat sisa-sisa ganggang yang mati, sisa pakan dan kotoran biota budidaya itu sendiri serta pengoperasian lahan tambak dilakukan terus-menerus tanpa istirahat dan penggunaan bahan kimia yang dapat merusak lingkungan.

Namun apabila dilakukan manajemen yang baik, seperti pengelolaan dasar tambak seperti pemberian pupuk, peristrahatan tambak, pengeringan, pergantian air dan pencucian sehingga tanah dasar tambak menjadi subur, gembur dan membuat koloid

(16)

tanah menjadi stabil, disamping itu guna mengoksidasi bahan-bahan organik dan substansi-substansi yang tersisa pada lapisan tanah dasar tambak.

(17)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas saya sebagai penulis ada beberapa hal yang dapat saya simpulkan adalah sebagai berikut :

1. Secara keseluruhan gambaran umum tambak tersebut baik internal maupun ekternal telah mengalami degradasi lingkungan yang diakibatkan pencemaran dari limbah buangan industri rumah tangga.

2. Manajemen Tata Lingkungan sangat perlu dilakukan untuk mempertahankan kondisi kualitas lahan budidaya (tambak) maupun kualitas air yang diakibatkan oleh degradasi lingkungan dan pencemaran limbah rumah tangga.

3. Parameter yang kami amati di tambak masyarakat kawasan Teluk Kendari seperti suhu perairan, salinitas, DO, nitrat, derajat keasaman dan tekstur tanah dapat disimpulkan bahwa kondisi kualitas air secara keseluruhan masih layak dijadikan sebagai areal budidaya, hanya kandungan nitrat tambak di lokasi pratikum tergolong memiliki tingkat kesuburan rendah.

4. Kondisi tanah tambak yang kami amati masih baik untuk proses budidaya, karena secara umum mengandung banyak liat dan lumpur berpasir.

5. Kondisi topografi tambak tempat pengambilan sampel pada umumnya merupakan dataran rendah, demikian pula tingkat kemiringan tanah berada pada klasifikasi rendah.

B. Saran

Saran saya untuk praktikum lapang selanjutnya sebaiknya juga dilakukan di perairan laut maupun tawar agar praktikan dapat melihat perbandingan secara langsung disetiap tipe perairan dalam melakukan Manajemen Tata Lingkungan.

(18)

Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 1991. Teknik Pembuatan Tanah Tambak. Kanisius. Yogyakarta.

Ahmad, T., M. Tjaronge. and F. Cholik. 2001. The Use of Mangrove Stands For Shrimp Pond Waste-water Treatment. Indonesian Fisheries Research Journal. 7(1):9-16. Alifuddin, M. 2003. Pembesaran Ikan Bandeng. Modul Penyiapan Tambak. Direktorat

Pendidikan Menegah Kejuruan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. 34 hal.

Boyd, C.E., Massaut, L. and Weddig, L.J. 1998. Towards Reducing Environmental Impacts of Pond Aquaculture. Info Fish International 2(98): 27-33.

Kordi, K dan Andi Baso Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. PT. Rhineka Cipta. Jakarta.

Paez Ozuna, F., Guererro-Galvan. and Ruiiz-Fernandez, S.R. 1998. The Enviromental Impact of Shrimp Aquaculture and The Coastal Pollution. Marine Pollution Bulletin 36(1): 65-75.

Pantjara, B., M. N. Nessa., W. Monoarfa. dan I. Djawad. 2007. Upaya Peningkatan Produktivitas Tambak di Tanah Sulfat Masam dengan Mengurangi Unsur Toksik dari Pematang. Jurnal Riset Akuakultur. 2(2):257-269.

Raswin, M. 2003. Pembesaran Ikan Bandeng, Modul Pengelolaan Air Tambak. Pdf. http://zonaikan.wordpress.com/2009/10/06/kualitas-air-tambak bandeng/. Diakses pada tanggal 3 Juni 2014.

Utojo, A. Mustafa., dan Hasnawi. 2010. Model Kesesuaian Lokasi Pengembangan Budidaya Tambak di Kawasan Pesisir Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Jurnal Riset Akuakultur. 5(3):465-479.

Gambar

Tabel 1. Alat dan Bahan Pratikum Manajemen Tata Lingkungan  No.    Alat dan Bahan      Satuan Kegunaan
Gambar 1. Gambaran Umum Lokasi Praktek

Referensi

Dokumen terkait

dukung dari kelompok tiang tersebut. Untuk bekerja sebagai tiang tersebut. Untuk bekerja sebagai kelompok tiang, jarak antar tiang kelompok tiang, jarak antar tiang yang

Yang diberikan dalam bentuk pretest (tes kemampuan awal) dan posttest (tes kemampuan akhir). Data nilai kognitif hasil belajar matematika berupa nilai

Kesimpulan yang diperoleh dari pengadian berupa pelatihan dan pendampingan pembuatan alat permainan edukatif matematika pada tutor PAUD dan guru TK IT SETIA

dan tranplantasi paru merupakan opsi bedah yang dapat dipertimbangkan pada pasien dengan PPOK yang sangat berat. 6u#ukan kepada spesialis bedah thora2 diindikasikan untuk

Penelitian ini sangat menarik untuk diteliti mengingat bahwa Pulau Dewata Bali merupakan tempat wisata yang banyak dikunjungi turis mancanegara, terdapat berbagai

Proses itosis pada tanaman umumnya terjadi selama antara 30 menit sampai beberapa jam dan merupakan bagian dari suatau proses yang berputar dan terus-menerus

Persamaan regresi linier yang digunakan dalam perhitungan kedalaman air, mempunyai koefisien korelasi lebih baik dibandingkan dua fungsi sebelumnya, Sementara itu Gambar