• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intani Quarta Lailaty

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Intani Quarta Lailaty"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Alelopati Tumbuhan Invasif (Bartlettina sordida) terhadap Germinasi Biji

Tumbuhan Budidaya (Brassica rapa) dan Tumbuhan Pengganggu (Taraxacum officinale)

Intani Quarta Lailaty

UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jl. Kebun Raya Cibodas, Sindanglaya, Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, Indonesia 43253, Tel/fax: +62-263-512233

Email: [email protected]

ABSTRACT

Bartlettina sordida (Less.) R.M.King & H.Rob. (Asteraceae) is an exotic plant found around Cibodas

Botanic Gardens and potentially became invasive plants. This plant is thought to have allelopatic compounds that can inhibit the growth of other plants. The aim of the research was to determine the effect of Bartlettina sordida leaves and litter’s extract on seed germination of crop (Brassica rapa) and weed (Taraxacum officinale). Treatments included leaves extract (1 and 3 weeks) and litter extract (1,2,3, and 4 weeks) with a concentration of 25%, 50%, 75%, 100% and aquadest as control using a completely randomized block design with three replications. The results showed that the higher concentration of leaves extract, the lower of the percentage of seed germination, root length, fresh weight and dry weight for both crops, B. sordida and T. officinale. The tallest plant for both plants was obtained from leaves extract of 25% concentration. In general, leaves extract of three weeks gave a higher yield for all parameters of observation. Litter extract treatments increased the percentage of germination, plant height, root length, fresh weight and dry weight for all concentrations compared with controls for both plants. Litter extract of one week was an optimum time for all growth parameters of B. sordida and T. officinale.

Keywords : Allelopathy, Bartlettina sordida, germination, Taraxacum officinale, Brassica rapa

1. PENDAHULUAN

Kebun raya merupakan institusi tempat berbagai koleksi tumbuh-tumbuhan hidup yang didokumentasikan untuk tujuan penelitian ilmiah, konservasi, pameran, dan pendidikan (Wyse Jackson & Shuterland, 2000). Kebun Raya di kawasan tropis memegang peranan yang penting dalam distribusi, naturalisasi dan penyebaran tumbuhan asing ke seluruh dunia (Dawson et al., 2008). Kebun Raya Cibodas (KRC) adalah sebagai lembaga konservasi tumbuhan ex situ bagi jenis-jenis tumbuhan yang berasal dari kawasan dataran tinggi basah bagian barat Indonesia. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Muttaqien, dkk. (2010), diperoleh data beberapa jenis tumbuhan invasif yang terdapat di kawasan KRC, antara lain Cestrum aurantiacum Lindl. (Solanaceae), Austroeupatorium

inulaefolium (Asteraceae), Bartlettina sordida (Less.) R.M.King & H.Rob. (Asteraceae), Passiflora edulis Sims

(Passifloraceae), Strobilanthes hamiltoniana (Steud.) (Acanthaceae) dan Calathea lietzei E.Morren (Maranthaceae). Tumbuhan invasif merupakan tumbuhan native ataupun non native yang tumbuh mendominasi dan

uncontrol di suatu wilayah, sehingga kehadirannya mengganggu tanaman asli yang terdapat di wilayah tersebut.

Menurut Tjitrosemito (2004), jenis tumbuhan invasif memiliki beberapa kelebihan, antara lain pertumbuhannya cepat, jumlah biji yang dihasilkan banyak, metode penyebaran biji efektif, dan reproduksinya cepat. Selain itu pada tumbuhan invasif banyak terkandung metabolit sekunder seperti senyawa alelopat yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain.

Senyawa alelopat merupakan senyawa yang bersifat toksik yang dihasilkan oleh suatu tanaman. Senyawa alelopat yang pertama ditemukan pada tahun 1928 oleh Davis pada larutan hasil “leaching” serasah kering Black Walnut (Kenari hitam) mampu menekan perkecambahan dan pertumbuhan benih tanaman yang ada dibawah pohon kenari hitam tersebut. Hasil penelitian lainnya telah dilaporkan bahwa senyawa alelopat juga dapat merusak dan menghambat pertumbuhan tanaman penghasil senyawa alelopati itu sendiri yang disebut dengan autotoksik (Djazuli, 2011). Senyawa alelopat kebanyakan terkandung pada jaringan tanaman, seperti akar, ubi, rhizome, batang, daun, bunga, buah dan biji yang dikeluarkan tanaman melalui cara penguapan, eksudasi akar, hasil lindihan dan pelapukan sisa-sisa tanaman (Moenandir, 1988). Beberapa senyawa yang diidentifikasi sebagai alelopat adalah flavanoid, tanin, asam fenolat, asam ferulat, kumarin, terpenoid, stereoid, sianohidrin, quinon, asam sinamik dan derivatnya (Risvi et

al.,1992).

Senyawa alelopat yang dihasilkan oleh tumbuhan tertentu dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh alelokemi yang dihasilkan dapat bersifat positif maupun negatif. Pengaruh negatif yaitu penghambatan pertumbuhan dan perubahan morfologi pada pertumbuhan tanaman lain ataupun tanaman itu sendiri. Di sisi lain senyawa alelopati ternyata mempunyai potensi yang sangat baik untuk bahan baku herbisida organik. Sebagai contoh, eksudat rhizome alang-alang sangat efektif untuk menghambat

(2)

pertumbuhan gulma daun lebar, sedangkan ekstrak akar jagung dapat digunakan untuk menghambat gulma melalui peningkatan aktivitas enzim katalase dan peroksidase. Namun demikian, penggunaan ekstrak rhizome alang-alang perlu dibatasi mengingat ekstrak alang-alang tersebut juga dapat menghambat pertumbuhan tomat dan ketimun (Djazuli, 2011).

Salah satu jenis tumbuhan berpotensi invasif yang banyak ditemukan di wilayah Kebun Raya Cibodas adalah Bartlettina sordida (Less.) R.M.King & H.Rob. (Asteraceae). Blue mist plant (B. sordida) merupakan

evergreen shrub yang dapat tumbuh hingga ketinggian dua meter. Bentuk daun sederhana, terbalik, bulat telur,

panjang 15-25 cm dan lebar 15-20 cm. Tepi daun serrate-dentate, tulang daun menonjol di bawah. Batang muda ditutupi rambut-rambut berwarna merah keunguan. Bunga berwarna biru, ungu atau pink. Tiap bunga terdiri dari 8-150 biji. B. sordida merupakan native di dataran tinggi Meksiko. Pertumbuhannya banyak di daerah yang lembab, tanah subur di daerah beriklim hangat sedang, umumnya di selokan lembab dan tepi hutan hujan. Reproduksi melalui biji dan distribusinya melalui angin (Biosecurity Quensland, 2010).

B. sordida berpotensi invasif dan diduga memiliki senyawa alelopat yang dapat menghambat pertumbuhan

tanaman lain. Di wilayah KRC juga banyak ditemukan T. officinale (Asteraceae) tumbuh secara alami yang dianggap sebagai tumbuhan pengganggu dan mudah berkembang biak. Oleh karena itu, diperlukan informasi mengenai alelopati tumbuhan B. sordida terhadap germinasi biji. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh ekstrak daun dan serasah tumbuhan B. sordida terhadap germinasi biji tumbuhan pengganggu (T. officinale) dan tumbuhan budidaya (B. rapa).

2. METODOLOGI 2.1 Pembuatan ekstrak akuades daun Bartlettina sordida (Less.) R.M.King

Bahan dikoleksi dari sekitar Kebun Raya Cibodas, dicuci sampai bersih, kemudian dikeringanginkan di ruangan selama 14 hari. Selanjutnya, daun yang telah kering disimpan pada suhu ruangan sebelum diekstrak. Sebanyak 50 gram serbuk daun masing-masing tumbuhan diekstraksi dengan 1000 ml akuades pada suhu ruang dengan variasi waktu 1 dan 3 minggu. Filtrat disaring menggunakan kertas saring Whatmann. Kemudian filtrat yang dihasilkan ditetapkan sebagai konsentrasi ekstrak 100%. Larutan ekstrak 100% tersebut dijadikan sebagai larutan stok. Untuk mendapat seri konsentrasi 25; 50; dan 75%, maka dilakukan pengenceran larutan stok.

2.2 Pembuatan ekstrak akuades serasah Bartlettina sordida (Less.) R.M.King

Bahan tumbuhan berupa serasah daun dari beberapa tumbuhan invasif dikoleksi dari sekitar Kebun Raya Cibodas. Sebanyak 50 gram serasah daun dicuci bersih, kemudian direndam dalam 1000 ml aquades dengan variasi waktu 1, 2, 3 dan 4 minggu. Setelah itu filtrat dipisahkan dengan kertas saring Whatmann dan disimpan pada suhu rendah sebelum digunakan.

2.3 Uji pengaruh ekstrak terhadap germinasi biji tumbuhan pengganggu dan tumbuhan budidaya

Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Konsentrasi ekstrak yang digunakan yaitu 25; 50; 75 dan 100% dan kontrol (akuades). Biji tanaman yang akan diamati germinasinya direndam selama 15 menit dalam larutan NaClO 2%. Selanjutnya, 10 biji diletakkan pada kertas tissue yang telah dilembabkan dengan masing-masing konsentrasi ekstrak tanaman sebanyak 5 ml dalam petridish steril. Setiap perlakuan dilakukan tiga kali ulangan. Pengamatan persentasi germinasi dilakukan hingga biji pada perlakuan kontrol mencapai germinasi 100%. Setelah 14 hari, dilakukan pengamatan tinggi batang dan panjang akar. Selanjutnya dilakukan pengujian berat basah dan berat kering untuk masing-masing perlakuan.

2.4 Analisis Data

Data dianalisis menggunakan analisis ANOVA (Analisis Varian) pada tingkat kesalahan 5% untuk mengetahui adanya pengaruh pada setiap perlakuan. Apabila dari hasil ANOVA terdapat pengaruh, maka dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada tingkat kepercayaan 95%.

3. HASIL DAN DISKUSI

Pada penelitian ini digunakan ekstrak daun dan serasah dari B. sordida untuk membandingkan aktivitas alelopati pada bahan yang masih segar dan telah menjadi eksudat atau leaching. Pengujian dilakukan pada tumbuhan pengganggu dan tumbuhan budidaya. Parameter yang diamati meliputi persentase germinasi, morfologi tanaman (tinggi batang dan panjang akar), serta produktivitas tanaman (berat basah dan berat kering).

a. Germinasi Biji

Dari Tabel 1 dan 6 diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun B. sordida yang diberikan maka persentase germinasi biji semakin kecil. Perlakuan kontrol dan ekstrak daun 25% menghasilkan 100%

(3)

germinasi biji pada tanaman B. rapa. Hubungan antara konsentrasi dan waktu berbeda nyata pada germinasi biji B.

rapa (Tabel 2). Hal ini menunjukkan adanya aktivitas alelopati yang menghambat germinasi biji untuk kedua jenis

tanaman. Sementara pada perlakuan ekstrak serasah tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada persentase germinasi biji untuk kedua tanaman uji (Tabel 3 dan 8). Pada ekstrak serasah, secara umum waktu ekstraksi 1 minggu menghasilkan persentase germinasi yang paling tinggi dibandingkan waktu ekstraksi yang lain (Tabel 5 dan 10).

Tabel 1. Parameter pertumbuhan B. rapa dengan aplikasi ekstrak daun B. sordida

--- --- Konsentrasi Germinasi (%) Tinggi batang (cm) Panjang akar (cm) Berat basah (gr) Berat kering (gr)

Kontrol 100d 3,82b 3,85d 0,44d 0,021c

25% 100d 5,90c 2,51c 0,43d 0,019c

50% 90c 5,60c 2,02c 0,33c 0,018c

75% 38,3b 3,43b 1,21b 0,16b 0,011b

100% 10a 0,70a 0,29a 0,01a 0,002a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama untuk masing-masing kolom tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.

Tabel 2. Hubungan antar perlakuan dari ekstrak daun B. sordida terhadap pertumbuhan tanaman B. rapa ---

Parameter Konsentrasi Waktu Konsentrasi x waktu

% germinasi ** ** **

Tinggi batang ** ns **

Panjang akar ** ns ns

Berat basah ** ** **

Berat kering ** ** **

Keterangan : ns berarti tidak terdapat perbedaan yang nyata, ** menunjukkan perbedaan yang nyata

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun yang diberikan menyebabkan semakin banyak senyawa alelopat yang diserap oleh biji. Chon, et al. (2003) menyatakan bahwa senyawa alelopat yang banyak terkandung pada spesies-spesies Asteraceae meliputi senyawa fenol, syringic, ferulic dan asam chlorogenic. Senyawa-senyawa fenol yang terserap kedalam biji dapat menghambat metabolisme perombakan endosperm dan dapat merusak daya katalitik enzim germinasi terutama yang terkait dengan perombakan karbohidrat. Penghambatan germinasi disebabkan oleh meningkatnya aktivitas enzim katalase dan peroksidase. Senyawa tanin (golongan polifenol) dapat menghambat aktivitas enzim-enzim germinasi seperti selulase, poligalakturonase, proteinase, dehidrogenase dan dekarboksilase (Einhellig, 1995). Selain itu, penghambatan germinasi dapat dikarenakan oleh hambatan penyerapan air. Ekstrak daun dan serasah memiliki potensial air yang lebih rendah. Perbedaan potensial air di dalam dan luar sel ini menyebabkan terhambatnya proses difusi air ke dalam biji, sehingga menghambat perkecambahan.

Tabel 3. Parameter pertumbuhan B. rapa dengan aplikasi ekstrak serasah B. sordida

Konsentrasi Germinasi (%) Tinggi batang (cm) Panjang akar (cm) Berat basah (gr) Berat kering (gr)

Kontrol 100b 3,225a 3,268ab 0,248a 0,0197a

25% 99,17b 4,085b 3,445b 0,440b 0,0272b

50% 100b 4,492c 3,23ab 0,426b 0,0277b

75% 95a 4,412cd 2,705a 0,479b 0,0289b

100% 100b 4,955d 3,332ab 0,514b 0,0303b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama untuk masing-masing kolom tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.

Efek penghambatan alelopati bervariasi pada masing-masing spesies, tergantung dari fitotoksisitasnya. Menurut penelitian yang dilaporkan Politycka & Lipinska (2005), senyawa alelopati ditemukan pada semua organ tanaman, namun organ vegetatif, terutama daun mengandung senyawa alelokemi yang paling tinggi. Serasah dari beberapa tanaman dapat menghambat germinasi biji dan pertumbuhan seedling melalui leaching senyawa alelokemi. Namun, pada penelitian ini ekstrak serasah belum dapat menghambat germinasi biji secara signifikan. Menurut Kelsey & Everett’s (1995), aktifitas fitotoksik mempengaruhi proses fisiologis, tetapi tidak berefek pada germinasi. Selain itu, pada ekstrak serasah kemungkinan telah terjadi penurunan jumlah dan kualitas ataupun struktur senyawa alelokemi akibat adanya aktivitas detritivor dan dekomposer yang menyebabkan penurunan aktivitas alelopati.

(4)

Tabel 4. Hubungan antar perlakuan ekstrak serasah B. sordida terhadap parameter pertumbuhan tanaman B. rapa

Parameter Konsentrasi Waktu Konsentrasi x waktu

% germinasi ** ns ns

Tinggi batang ** ** ns

Panjang akar ns ns ns

Berat basah ** ns ns

Berat kering ** ** ns

Keterangan : ns berarti tidak terdapat perbedaan yang nyata, ** menunjukkan perbedaan yang nyata

Tabel 5. Hubungan waktu ekstraksi dan parameter pertumbuhan B. rapa dengan ekstrak serasah B. sordida Waktu Germinasi (%) Tinggi batang (cm) Panjang akar (cm) Berat basah (gr) Berat kering (gr)

1 minggu 98,67a 4,656b 3,052a 0,426ab 0,0266b

2 minggu 98a 4,229a 3,019a 0,410ab 0,0217a

3 minggu 100a 4,067a 3,459a 0,380a 0,0305b

4 minggu 98,67a 4,303a 3,255a 0,468b 0,0282b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama untuk masing-masing kolom tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.

b. Morfologi Tanaman

Salah satu parameter pertumbuhan yang mudah diamati adalah tinggi batang. Dari Tabel 1, terlihat bahwa konsentrasi ekstrak daun 25% memberikan hasil maksimum pada tinggi batang B. rapa, sedangkan tinggi batang T.

officinale tertinggi terdapat pada perlakuan 50% ekstrak daun B. sordida. Namun, konsentrasi 100% menghasilkan

tinggi batang terendah untuk kedua tanaman dengan aplikasi ekstrak serasah daun. Menurut tabel 2, konsentrasi ekstrak daun berpengaruh terhadap tinggi batang B. rapa, namun tidak memberi efek yang signifikan pada tinggi batang T. officinale (Tabel 7). Sebaliknya pada aplikasi ekstrak serasah, tinggi batang semakin tinggi seiring dengan kenaikan konsentrasi ekstrak pada tanaman B. rapa (Tabel 3). Sedangkan pada T. officinale tidak terlihat secara signifikan perbedaan tinggi batang antar konsentrasi ekstrak serasah B. sordida (Tabel 8). Lama ekstraksi serasah 1 minggu merupakan waktu optimum bagi pertumbuhan batang B. rapa dan T. officinale (Tabel 5 dan 10).

Parameter pertumbuhan lain yang diamati yaitu panjang akar. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun B.

sordida yang diberikan menyebabkan panjang akar semakin pendek untuk kedua tanaman uji (Tabel 1 dan 6).

Sementara dari Tabel 3 dan 8 diketahui bahwa aplikasi ekstrak serasah tidak menunjukkan hasil yang signifikan untuk perbedaan panjang akar pada tanaman B. rapa maupun T. officinale. Lama ekstraksi serasah 1 minggu merupakan waktu optimum dalam pembentukan panjang akar maksimal untuk kedua tanaman tersebut (Tabel 5 dan 10).

Secara umum, konsentrasi ekstrak daun yang semakin meningkat menyebabkan akar dan batang menjadi semakin pendek. Akar menyerap air untuk dapat tumbuh semakin panjang. Adanya ekstrak daun menyebabkan kandungan air semakin sedikit, namun kandungan alelokemik dalam pelarut semakin tinggi. Senyawa alelopati yang larut dalam akuades, antara lain senyawa fenolik dan turunannya. Senyawa fenolik yang bersifat toksik tersebut diserap oleh membran sel, sehingga dapat menyebabkan terjadinya penghambatan pembelahan sel-sel akar dan batang. Beberapa senyawa alelopati yaitu senyawa fenol dan derivatnya seperti kumarin, asam sinamat, asam benzoat dapat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan, menurunkan daya permeabilitas membran sel, menghambat aktivitas enzim, dan menyebabkan kerusakan hormon IAA dan giberelin (Einhellig 1995). Senyawa fenol dan derivatnya juga dapat meningkatkan dekarboksilasi IAA, sehingga IAA menjadi tidak aktif dan pertumbuhan menjadi terhambat (Ismaini, 2015). Sementara pada ekstrak serasah tidak menghasilkan perbedaan pertumbuhan tinggi batang dan panjang akar yang signifikan. Hal ini dikarenakan kemungkinan senyawa alelokemi yang dihasilkan pada ekstrak serasah belum cukup mempengaruhi proses fisiologi pada kedua tanaman. Semakin lama waktu ekstraksi serasah juga mempengaruhi struktur dan kualitas alelokemi, sehingga waktu optimum untuk pertumbuhan akar dan batang pada kedua tanaman uji adalah 1 minggu.

(5)

Tabel 6. Parameter pertumbuhan T. officinale dengan aplikasi ekstrak daun B. sordida

--- --- Konsentrasi Germinasi (%) Tinggi batang (cm) Panjang akar (cm) Berat basah (gr) Berat kering (gr)

Kontrol 88,33c 0,77ab 0,458a 0,051d 0,0039c

25% 80c 0,83ab 0,416a 0,057d 0,0035c

50% 36,67b 0,94b 0,387a 0,033c 0,0023b

75% 26,67b 0,73ab 0,457a 0,020b 0,0020b

100% 10a 0,48a 0,359a 0,009a 0,0009a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama untuk masing-masing kolom tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.

Tabel 7. Hubungan antar perlakuan dari ekstrak daun B. sordida terhadap pertumbuhan tanaman T. officinale ---

Parameter Konsentrasi Waktu Konsentrasi x waktu

% germinasi ** ** ns

Tinggi batang ns ns ns

Panjang akar ns ** ns

Berat basah ** ** **

Berat kering ** ** ns

Keterangan : ns berarti tidak terdapat perbedaan yang nyata, ** menunjukkan perbedaan yang nyata

c. Produktivitas tanaman

Produktivitas tanaman dapat dilihat berdasarkan kualitas dan atau kuantitas tanaman itu sendiri. Pertumbuhan dapat diukur dengan berbagai parameter yang dapat menggambarkan pertambahan protoplasma, misalnya berat basah dan berat kering. Untuk tumbuhan tingkat tinggi, pengukuran berat basah tidak selalu reliable karena sebagian besar jaringan tumbuhan terdiri atas air yang mencapai sekitar 80%. Kandungan air sangat mudah berubah dan berat basah akan berubah seiring dengan perubahan status air pada tumbuhan. Meskipun demikian pengukuran berat basah mudah dilakukan dan tidak menimbulkan kerusakan. Berat kering merupakanpengukuran protoplasma atau bahan kering. Pengukuran berat kering lebih reliable karena tidak terpengaruh oleh status air tumbuhan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa berat basah dan berat kering pada tanaman B.

rapa dan T. officinale semakin menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak daun B. rapa (Tabel 1 dan

6). Konsentrasi dan waktu menghasilkan perbedaan yang signifikan dalam hasil pengukuran berat basah dan berat kering kedua tanaman (Tabel 2 dan 7). Hal ini menunjukkan bahwa senyawa alelopat yang terdapat pada ekstrak daun dapat menghambat pertumbuhan dan menekan produktivitas tanaman. Sementara pada Tabel 3 dan 8 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak serasah yang diberikan menghasilkan peningkatan produktivitas berupa berat basah dan berat kering pada dua tanaman uji tersebut. Waktu ekstraksi 1 minggu merupakan waktu optimum yang ditunjukkan dengan nilai berat basah dan berat kering yang paling tinggi.

Tabel 8. Parameter pertumbuhan T. officinale dengan aplikasi ekstrak serasah B. sordida

Konsentrasi Germinasi (%) Tinggi batang (cm) Panjang akar (cm) Berat basah (gr) Berat kering (gr)

Kontrol 75a 0,71a 0,45a 0,036a 0,0026a

25% 73,33a 1,02b 0,64b 0,058b 0,0038b

50% 75a 1,05b 0,68b 0,056b 0,0043b

75% 75a 1,00b 0,67b 0,059b 0,0039b

100% 78,33a 0,96b 0,65b 0,058b 0,0042b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama untuk masing-masing kolom tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.

Tabel 9. Hubungan antar perlakuan ekstrak serasah B. sordida terhadap pertumbuhan tanaman T. officinale

Parameter Konsentrasi Waktu Konsentrasi x waktu

% germinasi ns ** **

Tinggi batang ** ** ns

Panjang akar ** ** ns

Berat basah ** ** ns

Berat kering ** ns ns

(6)

Tabel 10. Hubungan waktu ekstraksi dan parameter pertumbuhan T. officinale dengan ekstrak serasah B. sordida Waktu Germinasi (%) Tinggi batang (cm) Panjang akar (cm) Berat basah (gr) Berat kering (gr)

1 minggu 88,67c 1,02b 0,69c 0,062b 0,0039c

2 minggu 80b 1,03b 0,60b 0,044a 0,0035c

3 minggu 66,67a 0,96b 0,68c 0,052ab 0,0023b

4 minggu 66a 0,77a 0,50a 0,055ab 0,0020b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama untuk masing-masing kolom tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.

B. sordida, tumbuhan asing dengan nama daerah babakoan ini lebih dikenal dengan nama Eupatorium sordidum Less. Di daerah (sub) tropis tanaman ini digunakan secara luas sebagai tanaman hias. Pada mulanya

tumbuhan ini diintroduksi dari daerah asalnya Meksiko ke KRC, Indonesia. Pertama kali dikoleksi sejak bulan Oktober 1899 (Dihm 417, L). tumbuhan ini lalu lepas dari KRC dan kini dapat ditemukan dengan mudah sepanjang jalur pendakian dan daerah terbuka menuju Curug Cibeureum, TNGP. Selain itu, B. sordida banyak ditemukan di Hutan Wornojiwo dan berpotensi invasif (Tjitrosoedirdjo & Veldkamp 2008; Muttaqien, dkk., 2010).

Saat ini kebutuhan dan penggunaan herbisida kimia sintetis untuk tanaman perkebunan sangat tinggi. Dalam rangka mendukung gerakan pertanian organik di Indonesia, diperlukan pestisida organik khususnya herbisida organik yang efektif untuk menekan pertumbuhan gulma terutama pada tanaman perkebunan. Selain pengaruh negatif bagi pertumbuhan tanaman lain dan dirinya sendiri, senyawa alelopati ternyata mempunyai potensi yang sangat baik untuk bahan baku herbisida organik. Selanjutnya Halbrent (1996) melaporkan bahwa rotasi tanaman dengan tanaman pupuk hijau Brassica napus L. yang memproduksi senyawa alelopati dapat menekan penyakit nematoda di dalam tanah. Oleh karena itu, tanaman invasif seperti Bartlettina sordida dapat dikembangkan dan digunakan sebagai bioherbisida maupun pupuk organik, sehingga dapat dimanfaatkan lebih lanjut.

4. Kesimpulan

Aplikasi ekstrak daun Bartlettina sordida menurunkan persentase perkecambahan, panjang akar, berat basah dan berat kering tanaman Brassica rapa dan Taraxacum officinale seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak daun. Tinggi batang tertinggi terdapat pada aplikasi ekstrak daun dengan konsentrasi 25%. Lama ekstraksi daun optimum yaitu 3 minggu. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak serasah, semakin tinggi pula persentase germinasi, tinggi batang, panjang akar, berat basah dan berat kering pada kedua tanaman uji. Satu minggu merupakan waktu optimum untuk ekstraksi serasah B. sordida.

Penelitian ini akan dilanjutkan dengan penelitian lanjutan mengenai potensi aktivitas alelopati tanaman-tanaman invasif lain di sekitar wilayah Kebun Raya Cibodas. Selanjutnya akan diteliti lebih lanjut mengenai senyawa dan kadar alelokemi yang terkandung pada masing-masing bahan tanaman.

5. Referensi

Biosecurity Quensland, 2010, Blue Mist Plant, Bartlettina sordida. Department of Employment, Economic Development and Innovation. Quensland.

Chon, S.U., Kim, Y.M., Lee, J.C., 2003, Herbicidal Potential and Quantifications of Causative Allelochemicals from Several Compositae Weeds, Weed Research 43 : 444–450.

Dawson, W., Mndolva, A.S., Burslem, D.F.R.P., Hulme, P.E, 2008, Assessing the Risks of Plant Invasions Arising from Collections in Tropical Botanical Gardens, Biodivers Conserv 17: 1979-1995.

Djazuli, M, 2011, Alelopati pada Beberapa Tanaman Perkebunan dan Teknik Pengendalian serta Prospek Pemanfaatannya, Perspektif 10 : 44 – 50

Einhellig, F.A., 1995, Allelopathy: Current status and future goals. Dalam Inderjit, Dakhsini KMM, Einhellig FA (eds). Allelopathy, Organism, Processes and Applications, American Chemical Society, Washington DC. Halbrent, J.M., 1996, Allelopathy in the Management of Plant Parasitic Nematodes. Journal of Nematology 28 (1):

(7)

Ismaini, L., 2015, Pengaruh Alelopati Tumbuhan Invasif (Clidemia hirta) terhadap Germinasi Biji Tumbuhan Asli (Impatiens platypetala), Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon (I) 4 : 834-837

Kelsey, R.G. & Everett, R.L., 1995, Allelopathy. In: Bedunah D, Sosebee R (eds) Wildland Plants: Physiological Ecology and Developmental Morphology. Society for Range Management, Denver, Colo, pp. 479–549. Moenandir, J., 1993, Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 102. Mutaqien, Z., V.V. M. Tresnanovia , M. Zuhri, 2010, Penyebaran Tumbuhan Asing di Hutan Wornojiwo Kebun

Raya Cibodas, Cianjur, Jawa Barat, Prosiding Seminar Kebun Raya Cibodas LIPI 550-558

Politycka, B., Lipinska, H., 2005, Pot Cultures: Simple Tool and Complex Problem, Allelopathy Journal, 16. Risvi, S. J. H. & V. Risvi, 1992, Allelopathy, Chapman and Hall Pub. Co. Ltd. Madras.

Tjitrosemito, S., 2004, The Concept of Invasive Alien Species. Regional Training Course on Integrated Management

of Invasive Alien Plant Species. BIOTROP, Bogor, Indonesia, hal. 16

Tjitrosoedirdjo, S.S., Veldkamp, J.F., 2008, XI. Bartlettina sordida (Eupatorium sordidum) (Compositae), an Invasive Alien Plants Species In the Gede Pangrango National Park, West Java, Indonesia. Flora

Malesiana Bulettin. Leiden 14 (3): 172.

W. Jackson, P.S. & Sutherland, L.A, 2000, International Agenda for Botanic Gardens in Conservation, Botanic Gardens Conservation International, U.K.

Gambar

Tabel 2. Hubungan antar perlakuan dari ekstrak daun B. sordida terhadap pertumbuhan tanaman B
Tabel 4. Hubungan antar perlakuan ekstrak serasah B. sordida terhadap parameter pertumbuhan tanaman B
Tabel 9. Hubungan antar perlakuan ekstrak serasah B. sordida terhadap pertumbuhan tanaman T
Tabel 10. Hubungan waktu ekstraksi dan parameter pertumbuhan T. officinale dengan ekstrak serasah B

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN WIRAUSAHA DALAM MENJALANKAN BISNIS USAHA PADA TAHU

Tingginya nilai penurunan fosfat pada reaktor biofilter bermedia proses anaerob-aerob (T2) dibandingkan dengan nilai penurunan reaktor tanpa media proses

Dari semua uraian yang telah penulis paparkan di atas, maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemberdayaan santri miskin melalui program kewirausahaan yang

Program audit adalahrencana langkah kerja yang harus dilakukan selama pemeriksaan yangdidasarkan atas tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sertainformasi yang ada tentang

variabel persepsi kualitas produk, kesa- daran merek, Fitur Produk dan harga ber-pengaruh positif signifikan terhadap ke-putusan pembelian produk ponsel Xiaomi di

bahwa penyusunan laporan kinerja instansi pemerintah di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diatur dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor

dalam kese kese#aria #arian n se)ag se)agai ai rangsangan menemukan ide& rangsangan menemukan ide& •. • Men Mengam gamati ati -!n -!nt!# t!# nas naska ka#

Tugas Akhir ini pada dasarnya merupakan modifikasi permainan tradisional Tak Benteng menjadi suatu bentuk game digital yang dimainkan melalui Personal Computer