• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Daftar lnventaris Masalah atas Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4. Daftar lnventaris Masalah atas Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

4. Daftar

lnventaris

Masalah·

atas

Rancangan

Undang-Undang

tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor

23

Tahun

2002

Tentang Perlindungan

(2)

·~-·,.. NO. 1. 2. 3. 4.

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM)

-ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

RUU

TANGGAPAN PE.MERINTAH USULAN PEMERINTAH

RAN CAN GAN Tetap

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... TAHUN ...

TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG

PERLINDUNGAN ANAK .

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: Te tap

a. bahwa bahwa Negara Kesatuan Republik Te tap Indonesia menjamin kesejahteraan

tiap-tiap warga negaranya, · termasuk perlindungan terhadap hak Anak yang

merupakan hak asasi manusia; ..

b. bahwa setiap Anak berhak atas Te tap

(3)

5.

6.

berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

c. bahwa Anak sebagai tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa memiliki peran strategis, ciri, dan sifat khusus sehingga wajib dilindungi dari segala bentuk perlakuan tidak manusiawi yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia;

d. bahwa dalam rangka meningkatk:Eln perlindungan terhadap Anak perlu dilakukan penyesuaian terhadap beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

7. e. bahwa berdasarkan pertimbangan seba:gaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; 8. Mengingat: Tetap Te tap Tetap Tetap

(4)

9. 1. Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28B ayat (2), Pasal 28G ayat (2), dan Pasal 281 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

10. 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);

11. Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

12. Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN

2002 TENTANG

PERLINDUNGAN ANAK.

13. Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) diubah sebagai berikut:

Tetap

Tetap

Te tap

Tetap

(5)

14. 1. Ketentuan Pasal 1 angka 1, angka 7, Pemerintah mengusulkan perubahan angka 15, angka 17, clan angka 18 substansi secara lebih komprehensif untuk diubah, clan cliantara angka 15 clan menyempurnakan Pasal 1 Unclang-Unclang angka 16 clisisipkan 1 (satu) angka, yaitu Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlinclungan angka 15a, sehingga Pasal 1 berbunyi Anak.

sebagai berikut:

15. Pasal 1

16.

Dalam Unclang-Unclang ini yang climaksucl dengan:

1. Anak aclalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas} tahun, termasuk Anak yang masih dalam kanclungan, dengan tanpa membedakan status perkawinan.

17. 2. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menJrumn dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat clan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

18. 3. Keluarga aclalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri,

Te tap

Pemerintah mengusulkan penyesuruan definisi Anak, tanpa mencantumkan frasa "dengan tan pa membedakan status perkawinan". Definisi ini mengacu pacla clefinisi Anak clalam Unclang-Undang No:i:nor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Te tap

Te tap

1. Ketentuan Pasal 1 angka 7, angka 8, angka 15, angka 17, clan angka 18 cliubah, diantara angka 10 dan angka 11 clisisipkan 3 (tiga) angka yaitu angka lOa, angka lOb, clan angka lOc, dan diantara angka 15 dan angka 16 disisipkan 1 (satu) angka, yaitu angka 15a, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:

1. Anak adalah seseorang yang berusia 18 (clelapan belas) termasuk anak yang masih kanclungan.

belum tahun, dalam

(6)

atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga.

19. 4. Orang tua adalah ayah dan/atau ibu kandung, atau ayah dan/ atau ibu tiri, atau ayah dan/ atau ibu angkat.

20. 5. Wali adalah orang atau badan yang dalam kenyataannya menjalankan kekuasaan asuh sebagai orang tua terhadap anak.

21. 6. Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial.

22. 7. Anak penyandang disabilitas adalah anak yang mengalami keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik sehingga mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dalam lingkunganya.

Te tap

Tetap

Tetap

Pemerintah mengusulkan penyesuru.an 7. definisi penyandang disabilitas dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities

(Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas).

Anak penyandang disabilitas adalah Anak yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi pen uh dan ef ektif berdasarkan kesamaan hak.

23. 8. Anak yang memiliki keunggulan adalah Pemerintah mengusulkan penyempurnaan 8. Anak yang memiliki keunggulan adalah anak yang mempunyai kecerdasan luar definisi "Anak yang memiliki keunggulan" Anak yang mempunyai kecerdasan luar

(7)

biasa, atau memiliki potensi dan/ atau dengan menambahkan frasa "tidak terbatas bakat istimewa. pada kemampuan intelektual, tetapi juga

pada bidang lain".

24. 9. Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.

25. 10. •Anak asuh adalah anak yang diasuh oleh seseorang atau Iembaga, untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan, dan kesehatan, karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya tidak mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajar.

26.

Tetap

--Tetap

Pemerintah mengusulkan penambahan 1 Oa. substansi baru yakni angka IOa tentang definisi "Anak Korban Kejahatan Seksual", karena Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak belum mengatur mengenai Anak Korban Kejahatan Seksual, sementara dalam kondisi di masyarakat sudah banyak terjadi fenomena Anak Korban Kejahatan Seksual. Definisi disesuaikan dengan penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 44

biasa, atau memiliki potensi dan/ a tau bakat istimewa tidak terbatas pada kemampuan intelektual, tetapi JUga pada bidang lain.

Anak korban kejahatan seksual adalah Anak korban persenggamaan, pencabulan, atau perkosaan yang didahului dengan tindakan kekerasan (penganiayaan}, dengan paksa~, tipu muslihat, serangkaian kebohongan, pembujukan, a tau kontak tubuh yang menyerang dan/ atau menimbulkan nafsu birahi.

(8)

27.

28.

29. 11. Kuasa asuh· adalah kekuasaan orang tua untuk mengasuh, mendidik, memelihara, membina, melindungi, dan menumbuhkembangkan anak sesuai dengan agama yang dianutnya dan kemampuan, bakat, serta minatnya.

Tahun 2008 tentang Pornografi dan Penjelasan Pasal 281 KUHP.

Pemerintah mengusulkan penambahan !Ob. Anak korban jaringan terorisme substansi baru yakni angka 1 Ob tentang adalah Anak korban pengaruh definisi "Anak Korban Jaringan Terorisme", ideologi atau faham-faham yang tidak karena Dalam Undang-Undang Perlindungan sesuai dengan norma-norma yang Anak belum mengatur mengenai Anak tumbuh dan berkembang di Korban Jaringan Terorisme, sementara Indonesia.

dalam kondisi di masyarakat sudah banyak terjadi · fenomena Anak Korban Jaringan Terorisme.

Pemerintah mengusulkan penambahan lOc. substansi baru yakni angka 1 Oc ten tang definisi "Anak Dengan Perilaku Sosial Menyimpang", karena Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak belum mengatur mengenai Anak dengan perilaku sosial menyimpang, sementara dalam kondisi di masyarakat sudah banyak terjadi fenomena. Anak dengan perilaku sosial menyimpang.

Te tap

Anak dengan perilaku sosial menyimpang adalah Anak yang memiliki tingkah laku, perbuatan, dan persepsi yang berlebihan terhadap diri dan lingktingannya yang bertentangan · dengan norma-norma sosial.

30. 12. Hak anak adalah bagian dari hak asasi Pemerintah mengusulkan penyempurnaan 12. Hak Anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, redaksional yaitu dengan menambahkan manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, frasa "Pemerintah Daerah", sebagai dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga,

(9)

31.

masyarakat, pemerintah, dan negara.

13. Masyarakat adalah keluarga, kelompok, sosial dan/ atau kemasyarakatan.

perseorangan, dan organisasi organisasi

konsekuensi pemisahan tugas wewenang antara Pemerintah Pemerintah Daerah.

dan dan

Hal in1 sesuai dengan definisi yang ada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Te tap

32. 14. Pendamping adalah pekerja sosial yang Te tap mempunyai kompetensi profesional

dalam bidangnya.

33. 15. Perlindungan khusus adalah Pemerintah mengusulkan penyempurnaan 15. perlindungan yang diberikan kepada redaksional yakni:

anak dalam situasi darurat, anak yang - Anak korban kekerasan fisik, psikis berhadapan dengan hukum, anak dari

kelompok minoritas dan terisolasi, anak Pemerintah mengusulkan penambahan yang dieksploitasi secara ekonomi substansi mengenai:

dan/ atau seksual, anak yang - Anak korban kejahatan seksual

diperdagangkan, anak yang menjadi Anak dengan Perilaku Sosial korban penyalahgunaan narkotika, Menyimpang,

alkohol, psikotropika, dan zat adiktif - Anak Korban Jaringan Terorisme, dan lainnya (NAPZA), anak yang menjadi Anak yang menjadi korban stigmatisasi korban pornografi, anak korban dari pelabelan terkait dengan kondisi HIV/ AIDS, anak korban penculikan, orang tuanya.

penjualan, perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/ atau mental, anak korban kejahatan seksual, anak

masyarakat, negara, pemerintah, dan pemerintah daerah.

Perlindungan khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada Anak dalam situasi darurat, Anak yang berhadapan dengan hukum, Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, Anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/ atau seksual, Anak yang diperdagangkan, Anak yang menjadi korban penyalahgunaan Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), Anak yang menjadi korban pornografi, Anak korban HIV/ AIDS, Anak korban penculikan, penjualan, perdagangan, Anak korban kekerasan fisik dan/ atau psikis,

(10)

penyandang disabilitas, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran.

34. · 15a. Kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap Anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan a tau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/ atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan,

perampasan kemerdekaan melawan hukum .

a tau secara

. 35. 16. Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi.

36. 17. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dal~ Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 37. 18. Pemerintah Daerah adalah gubernur,

bupati, dan walikota serta perangkat

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Anak korban kejahatan seksual, Anak korban Jaringan terorisme, Anak penyandang disabilitas, Anak korban perlakuan salah dan penelantaran, Anak dengan perilaku sosial menyimpang, Anak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan terkait dengan kondisi orang tuanya.

(11)

38.

39.

daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan.

40. 2. Diantara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 9 disisipkan l(satu) ayat, yakni ayat (la}, dan ayat (2) diubah, sehingga Pasal 9 berbunyi sebagai berikut:

41. Pasal 9

( 1} Setiap Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengaJaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat anak.

42. (la) Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dan satuan pendidikan agama dari kejahatan seksual dan kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, dan/atau pihak lain.

Pemerintah mengusulkan redaksional.

penambahan 2. Pasal 6 diubah, sehingga Pasal 6 berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan Pasal 6

substansi Pasal 6 dengan menambahkan Setiap Anak berhak untuk beribadah frasa "atau wali". menurut agamanya, berpikir, dan

Te tap

Te tap

Pemerintah belum dapat mempertimbangkan, karena substansi m1 telah diatur Pasal 54 (Nomor DIM 118) usulan perubahan pemerintah. __

berekspresi sesuru dengan tingkat kecerdasan dan usianya,. dalam bimbingan orang tua atau wali.

(12)

43. (2) Selain mendapatkan hak Anak

44.

45.

46.

47.

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dan ayat (la), bagi Anak penyandang disabilitas berhak memperoleh pendidikan luar biasa dan bagi Anak yang memiliki keunggulan berhak mendapatkan pendidikan khusus.

Te tap

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional, dengan mengganti frasa "Penyandang Cacat" menjadi "" Penyandang Disabilitas" dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights

of Persons with Disabilities (Konvensi

Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas).

3. Pasal 12 diubah sehingga Pasal 12 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 12

Setiap Anak penyandang disabilitas berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.

Pemerintah mengusulkan substansi dalam Pasal 14.

perubahan 4. Pasal 14 diubah, sehingga terdiri dari 2 (dua) ayat dan berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah mengusulkan Pasal 14 yang lama menjadi Pasal 14 ayat (1), dan menambahkan 1 (satu) ayat baru.

Pasal 14

(1) Setiap Anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/ atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi Anak dan merupakan pertimbangan

(13)

48. 3. Ketentuan Pasal 15 ditambahkan 1 (satu) huruf, yakni huruf f, sehingga Pasal 15 berbunvi sebagai berikut:

Tetap

(2) Dalam hal terjadi pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Anak tetap berhak:

a. bertemu langsung dan berhubungan pribadi secara tetap dengan kedua orangtuanya;

b. mendapatkan pengasuhan, pemeliharaan, pendidikan dan perlindungan untuk proses tumbuh kembang dari kedua orangtuanya sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya;

c. memperoleh pembiayaan hidup dari kedua orangtuanya; dan

d. memperoleh hak anak lainnya.

Dalam hal rm Pemerintah mengusulkan tambahan Penjelasan Pasal 14 ayat (1): Yang dimaksud dengan "pemisahan" antara lain pemisahan akibat perceraian dan situasi lainnya dengan tidak menghilangkan hubungan Anak dengan kedua orangtuanya (seperti Anak yang ditinggal orang tuanya ke luar negeri un tuk bekerja, Anak yang orang tuanya ditahan a tau dipenjara).

(14)

49. Pasal 15

50.

51.

52.

Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari:

a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik; b. pelibatan dalam sengketa bersenjata; c. pelibatan dalam kerusuhan sosial;

d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan;

e. pelibatan dalam peperangan; dan

f. kejahatan seksual.

Tetap

Pemerintah mengusulkan redaksional.

penambahan 5. Ketentuan Pasal 20 diubah, sehingga Pasal 20 berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional yaitu dengan menambahkan frasa "Pemerintah Daerah", sebagai konsekuensi pemisahan tugas dan wewenang antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Hal m1 sesuai dengan definisi yang ada

dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Pasal 20

Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.

Pemerintah mengusulkan redaksional.

penambahan 6. Ketentuan mengenai judul Bagian Kedua diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah mengusulkan judul diubah dengan menambahkan "Pemerintah Daerah".

bagian frasa

Bagian- Kedua

Kewajiban dan Tanggung Jawab Negara, Pemerintah, dan Pemerintah

(15)

54.

55.

Pemerintah mengusulkan substansi.

penambahan 7. Ketentuan Pasal 21 diubah, sehingga Pasal 21 berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional yaitu dengan menambahkan frasa "Pemerintah Daerah", sebagai konsekuensi pemisahan tugas dan wewenang antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Hal ini sesuai dengan definisi yang ada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Pemerintah mengusulkan Pasal · 21 yang lama menjadi Pasal 21 ayat (1), dan menambahkan 5 (lima) ayat baru agar selaras dengan kesepakatan world fit for children Tahun 2000 (UN).

Pasal 21

(1) Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati pemenuhan hak Anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum Anak, urutan kelahiran Anak, dan kondisi fisik dan/ atau mental.

(2) Untuk menjamin pemenuhan hak Anak sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1), Negara berkewajiban untuk memenuhi, melindungi, dan menghormati hak Anak.

(3) Untuk menjamin pemenuhan hak Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang penyelenggaraan perlindungan anak. (4) Untuk menjamin pemenuhan hak anak

dan melaksanakan kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3}, Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mendukung kebijakan nasional dalam penyelenggaraan perlindungan anak di daerah.

(16)

56.

57.

ayat (4) cliwujudkan melalui komitmen daerah membangun Kabupaten/Kota LayakAnak.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak diatur dalam Peraturan Presiden.

Pemerintah substansi.

mengusulkan penambahan 8. Ketentuan Pasal 22 diubah, sehingga Pasal 22 berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional yaitu dengan menambahkan frasa "Pemerintah Daerah", sebagai konsekuensi pemisahan tugas dan wewenang antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Hal ini sesuai dengan definisi yang ada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentimg Pemerintahan Daerah.

Pasal 22

Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak.

Pemerintah mengusulkan tambahan Penjelasan pada Pasal 22:

Yang dimaksud dengan "dukungan sarana dan prasarana" juga meliputi optimalisasi peran dari unit-unit pelayanan teknis perlindungan Anak antara lain Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang (GT PPTPPO), Rumah Sakit Rujukan, Rumah Perlindungan Trauma Center (RPTC), Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA).

(17)

58. 59. 60. 61. Pemerintah substansi.

mengusulkan penambahan 9. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 23 diubah, dan ditambahk:an 1 (satu) ayat baru, yakni ayat (3), sehingga Pasal 23 berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional yaitu dengan menambahkan (1)

frasa "Pemerintah Daerah", sebagai

Pasal 23

Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap Anak.

konsekuensi pemisahan tugas dan wewenang antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Hal ini sesuai dengan definisi yang ada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

(2) Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak.

(3) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dilakukan bersama-sama antara lain dengan organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, akademisi, dan pemerhati anak.

Pemerintah substansi.

mengusulkan penambahan 10. Ketentuan Pasal 24 diubah, sehingga Pasal 24 berbunvi sebagai berikut: Pemerintah mengusulkan penyempurnaan

redaksional yaitu dengan menambahkan frasa "Pemerintah Daerah", sebagai konsekuensi pemisahan tugas dan

Pasal 24 .

Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah menjamin Anak untuk memoergunakan haknya dalam

(18)

62.

63.

64.

65.

wewenang antara Pemerintah dan menyampaikan pendapat sesuai dengan Pemerintah Daerah. Hal ini sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan Anak.

definisi yang ada dalam .. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Pemerintah mengusulkan redaksional.

penambahan 11. Ketentuan mengenai judul Bagian Keempat diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Bagian Keempat

Kewajiban dan Tanggung Jawab Orangtua Keluarga, dan W ali

Pemerintah · substansi.

mengusulkan penambahan 12. Ketentuan ayat ( 1} Pasal 26 diubah, dengan menambah huruf d dan menambah 1 (satu} ayat baru yakni ayat (3}, sehingga Pasal 26 berbunyi sebagai berikut:

- Pemerintah mengusulkan penambahan 1 (satu} huruf bani, yaitu huruf d untuk (l} memasukkan tentang kewajiban orang tua dan satuan pendidikan dalam memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai-nilai budi pekerti pada anak agar tidak terjadi degradasi moral di masyarakat.

- Pemerintah mengusulkan penambahan 1 (satu} ayat menjadi ayat (3) untuk mengatur mengenai, pengalihan kewajiban dan tane:gumriawab aoabila keluarga tidak

Pasal 26

Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:

a. mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi Anak; b. menumbuhkembangkan Anak ·

sesuru dengan kemampuan, bakat, dan minatnya;

c. meJ)cegah terjadinya perkawinan pada usia anak; dan

d. memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai-nilai budi pekerti pada Anak.

(19)

66.

67.

dapat menjalankan tanggungjawabnya dialihkan pada wali.

kewajiban sehingga

dan (2) dapat

Dalam hal orang tua tidak ada, atau tidak diketahui keberadaannya, atau karena suatu sebab, tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggungjawabnya, maka kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat beralih kepada keluarga, yang dilaksanak:an sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Dalam hal keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kewajiban dan tanggung jawab dapat beralih kepada Wali yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah substansi.

mengusulkan penambahan 13. Ketentuan ayat (4) Pasal 27 diubah, sehingga Pasal 27 berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional dalam Pasal 27 ayat (4) tentang perlunya berita acara dari pihak kepolisian. Sesuai dengan Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Penibahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 ten tang Administrasi Kependudukan

Pasal 27

(1) Identitas diri setiap anak harus diberikan sejak kelahirannya.

(2) Identitas sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1) dituangkan dalam akta kelahiran.

(3} Pembuatan akta kelahiran didasarkan 18

(20)

68. 4. Ketentuan Pasal 28 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Te tap

69. Pasal 28 Tetap

70.

71.

( 1) Pembuatan akta kelahiran dilakukan oleh instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di · bidang administrasi kependudukan.

(2) Pembuatan akta kelahiran Pemerintah mengusulkan penyempurnaan

(3)

diselenggrakan paling tingkat kelurahan/ desa.

rendah pada redaksional dalam Pasal 28 ayat (2) dengan mengganti kata "Pembuatan" dengan kata "Pencatatan" sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

Pembuatan akta kelahiran sebagaimana Pemerintah mengusulkan penyempurnaan dimaksud pada ayat ( 1) harus diberikan redaksional dalam Pasal 28 ayat (3) paling lambat 30 (tiga puluh) hari disesuaikan dengan Pasal 69 Undang-terhitung sejak tanggal disampaikannya Undanf! Nomor 23 Tahun 2006 sebagaimana

pada surat keterangan dari orang yang menyaksikan dan/ atau membantu proses kelahiran.

(4) Dalam hal Anak yang proses kelahirannya tidak diketahui, dan orang tuanya tidak diketahui keberadaannya, pembuatan akta kelahiran untuk Anak: tersebut didasarkan pada keterangan orang yang menemukannya, dan dilengkapi berita acara pemeriksaan kepolisian.

(2) Pencatatan kelahiran diselenggarakan paling rendah pada tingkat kelurahan/ desa.

(3) Akta kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) diterbitkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tangflal dipenuhinva semua

(21)

Iaporan kelahiran.

72. {4) Pembuatan akta kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat { 1) tidak dikenai biaya.

73. {5) Ketentuan mengenai tata cara dan syarat pembuatan akta kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

74.

75.

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, yaitu batas waktu penerbitan akta kelahiran paling lambat 30 hari sejak tanggal dipenuhinya semua persyaratan sesuru dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tetap

Te tap

persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah mengusulkan redaksional.

penambahan 14. Ketentuan ayat (3) Pasal 29 diubah, sehingga Pasal 29 berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional yaitu dengan menambahkan frasa "Pemerintah Daerah", sebagai (1)

konsekuensi pemisahan tugas dan wewenang antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Hal ini sesuai dengan definisi yang ada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Pasal 29

Jika terjadi perkawinan campuran antara warga negara Republik Indonesia dan warga negara as1ng, anak yang dilahirkan dari perkawinan terse but berhak memperoleh kewarganegaraan dari ayah atau ibunva sesuru dengan ketentuan

(22)

76. 5. Di antara ayat (2} dan ayat (3} Pasal 33 disisipkan 1 ( satu} ayat, yakni ayat (2a} sehingga Pasal 33 berbunyi sebagai berikut:

77.

(1}

Pasal 33

Dalam hal orang tua anak tidak cakap melakukan perbuatan hukum, atau tidak diketahui tempat tinggal atau keberadaannya, seseorang atau badan hukum yang memenuhi persyaratan dapat ditunjuk sebagai wall dari anak yang bersangkutan.

Te tap

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Dalam hal terjadi perceraian dari perkawinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), anak berhak untuk memilih atau berdasarkan putusan pengadilan, berada dalam pengasuhan salah satu dari kedua orang tuanya. (3) Dalarn hal terjadi perceraian

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), sedangkan Anak belum mampu menentukan pilihan dan ibunya berkewarganegaraan Republik Indonesia, demi kepentingan terbaik Anak atau · atas permohonan ibunya, Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban mengurus status kewarganegaraan Republik Indonesia bagi Anak tersebut.

15. Ketentuan ayat (4) Pasal 33 diubah, sehingga Pasal 33 berbunyi se bagai berikut:

(23)

78. (2) Untuk menjadi wali Anak sebagaimana Te tap dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

melalui penetapan pengadilan.

79. (2a) Perwalian sebagaimana dimaksud pada Pemerintah mengusulkan menghapus ayat (1) meliputi perwalian terhadap diri Usulan ayat (2a) karena telah diatur dalam dan harta kekayaannya. ayat (4) Usulan Pemerintah

80. (3) Wali yang ditunjuk sebagaimana Te tap dimaksud dalam ayat (2) harus memiliki

kesamaan dengan agama yang dianut anak.

81. (4) Untuk kepentingan anak, wali Pemerintah mengusulkan penyempurnaan (4) Wali sebagaimana dimaksud pada ayat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) redaksional bahwa Wali tidak hanya (2) bertanggungjawab terhadap diri wajib mengelola harta milik anak yang bertanggungjawab pada harta milik Anak Anak dan wajib mengelola harta milik bersangkutan. tetapi juga pada diri Anak Anak yang bersangkutan untuk

kepentingan terbaik bagi Anak. 82. (5) Ketentuan mengenai syarat dan tata

cara penunjukan wali sebagaimana Te tap dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

83. Pemerintah mengusulkan penambahan 16. Ketentuan ayat (2) Pasal 35 diubah, substansi. sehingga Pasal 35 berbunyi sebagai

berikut:

84. Pemerintah mengusu}kan untuk mengganti Pasal 35

frasa "wali pengawas" menjadi "wali (1) Dalam hal anak belum mendapat pengganti", sesuai dengan Pasal 332 penetapan pengadilan mengenai wali, KUHPerdata. maka harta kekayaan anak tersebut

(24)

85. 86. 87. Pemerintah mengusulkan substansi. Pemerintah mengusulkan substansi.

dapat diurus oleh Balai Harta Peninggalan atau lembaga lain yang mempunyai kewenangan untuk itu. (2) Balai Harta Peninggalan atau lembaga

lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bertindak sebagai wali

pengganti untuk mewakili kepentingan anak.

(3) Pengurusan harta sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1) dan ayat (2)

hams mendapat penetapan pengadilan.

penambahan 17. Di antara Pasal 38 dan Pasal 39 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 38A, sehingga Pasal 38A berbunyi sebagai berikut:

Pasal 38A

Ketentuan lebih Ian jut mengenai Pelaksanaan Pengasuhan Anak, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dan Pasal 38, diatur dengan Peraturan Pemerintah.

penambahan 18. Di antara ayat (2) dan ayat (3) Pasal 39 disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (2a) dan di antara ayat (4) dan ayat (5) Pasal 39 disisipkan 1 ( satu) ayat yakni ayat (4a), sehingga Pasal 39 berbunyi sebagai berikut:

(25)

88. Pemerintah mengusulkan tambahan 1 (satu) ayat di antara ayat (2) dan ayat (3), yakni ayat (2a) merujuk pada ketentuan Pasal 277 dan 278 KUHP tentang kejahatan terhadap asal usul Anak dan Pasal 28 ayat ( 1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 ten tang Administrasi Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2013.

Pasal 39

(1) Pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak dan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pengangkatan anak sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1), tidak memutuskan hubungan darah antara anak yang diangkat dan orang tua kandungnya.

(2a) Pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dicatatkan dalam akta kelahiran.

(3) Calon orang tua . angkat harus seagama dengan agama yang dianut oleh calon anak angkat.

(4) Pengangkatan anak oleh warga negara asing hanya dapat dilalrukan sebagai upaya terakhir.

(4a) Dalam hal Anak tidak diketahui asal usulnya, maka orang yang akan mengangkat Anak tersebut harus menyertakan identitas Anak sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (4).

(5) Dalam hal asal usul anak tidak diketahui, maka agama anak disesuaikan dengan agama mayoritas penduduk setempat.

(26)

89. Pemerintah mengusulkan redaksional.

penambahan 19. Ketentuan Pasal 41 diubah, sehingga Pasal 41 berbunyi sebagai berikut:

90. Pemerintah mengusulkan penyempurnaan

redaksional yaitu dengan menambahkan (1)

frasa "Pemerintah Daerah", sebagai konsekuensi pemisahan tugas dan wewenang antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Hal ini sesuai dengan defmisi yang ada dalam Undang-Undang (2)

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional pada ayat (2), yaitu ketentuan mengenai pelaksanaaan pengangkatan Anak diatur lebih Ianjut dengan Peraturan Pemerintah.

91. 6. Di antara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 42 disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (la), sehingga Pasal 42 berbunyi sebagai berikut:

92. Pasal 42

(1) Setiap Anak mendapat perlindungan untuk beribadah menurut agamanya.

Te tap

93. (la) Perlindungan untuk beribadab Pemerintah berpandangan bahwa DIM 93 ini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sama dengan rumusan Pasal 43 ayat (2). dilakukan dalam bentuk pembinaan, Namun demikian Pemerintah bersedia bimbingan, dan pengamalan ajaran membahas lebih mendalam.

Pasal 41

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pengangkatan Anak.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaaan pengangkatan Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

(27)

agama bagi Anak.

94. (2) Sebelum Anak dapat menentukan pilihannya, agama yang dipeluk Anak mengikuti agama orang tuanya.

95. 96. 97. 98. Te tap Pemerintah mengusulkan redaksional.

penambahan 20. Ketentuan ayat (1) Pasal 43 diubah, sehingga Pasal 43 berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional yaitu dengan menambahkan ( 1) frasa "Pemerintah Daerah", sebagai konsekuensi pemisahan tugas dan wewenang antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Hal ini sesuai dengan definisi yang ada dalam Undang-Undang (2) Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Pasal 43

Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat, keluarga, orang tua, wali, dan Iembaga sosial menjamin perlindungan Anak dalam memeluk agamanya.

Perlindungan anak dalam memeluk agamanya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi pembinaan, pembimbingan, dan pengamalan ajaran agama bagi anak.

Pemerintah mengusulkan redaksional.

penambahan 21. Ketentuan ayat (1) Pasal 44 diubah, sehingga Pasal 44 berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional yaitu dengan menambahkan (1) frasa "Pemerintah Daerah", sebagai konsekuensi pemisahan tugas dan wewenang antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Hal ini sesuai dengan definisi yang ada dalam Undang-Undang

Pasal 44

Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang komprehensif bagi anak, agar setiap anak memperoleh derajat kesehatan yang optimal seiak dalam

(28)

99.

100.

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

kandungan.

(2) Penyediaan fasilitas dan penyelenggaraan upaya kesehatan secara komprehensif sebagaimana dimaksud dalam ayat ( l} didukung oleh peran serta masyarakat.

(3) Upaya kesehatan yang komprehensif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi upaya promotif, preven tif, kuratif, dan rehabilitatif, baik untuk pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan.

(4) Upaya kesehatan yang komprehensif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan secara cuma-cuma bagi keluarga yang tidak mampu.

(5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang- · undangan yang berlaku.

Pemerintah mengusulkan redaksional.

penambahan 22. Ketentuan ayat (2) Pasal 45 diubah, sehingga Pasal 45 berbunyi sebagai berik\lt:

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional yaitu dengan menambahkan ( 1) frasa "Pemerintah Daerah", sebagai konsekuensi pemisahan tugas dan wewenang antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Hal ini sesuai dengan (2)

Pasal45

Orang tua dan keluarga bertanggung jawab menjaga kesehatan anak dan merawat anak sejak dalam kandungan.

(29)

101. 7. Diantara Pasal 45 dan Pasal 46 disisipkan 2 (dua) Pasal, yakni Pasal 45A dan Pasal 45B, sehingga berbunyi sebagai berikut:

102. Pasal 45A

Setiap orang dilarang melakukan aborsi terhadap Anak yang masih dalam kandungan, kecuali alasan yang dibenarkan

definisi yang ada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Te tap

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan dengan menambah frasa " dan tata cara".

sesuai dengan ketentuan Peraturan - Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi.

Perundang-undangan.

103. Pasal 45B

(1) Orang tua wajib melindungi dari perbuatan yang mengganggu kesehatan dan tumbuh kembang Anak.

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional terhadap Pasal 45B ayat (1) dengan menambahkan kewajiban Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, dan orang tua dalam melindungi Anak.

(3)

yang tidak mampu melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 ), maka Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memenuhinya.

Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 45A

Setiap orang dilarang melakukan aborsi terhadap Anak, kecuali dengan alasan dan tata cara yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 45 B

(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, dan orang tua wajib melindungi Anak dari perbuatan yang mengganggu kesehatan dan tumbuh kembang Anak.

(30)

104. (2) Dalam menjalankan kewajibannya

105.

106.

107.

108.

sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

orang tua harus melakukan aktifitas

yang melindungi jiwa Anak.

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional Pasal 45B ayat (2) dengan memasukkan peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat, dan orang tua.

(2) Dalam menjalankan kewajibannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, dan orang tua harus melakukan aktifitas yang melindungi jiwaAnak

Pemerintah mengusulkan redaksional.

penambahan 23. Ketentuan Pasal 46 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan Pasal 46

redaksional yaitu dengan menambahkan Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, frasa "Pemerintah Daerah", sebagai keluarga, dah orang tua wajib konse.kuensi pemisahan tugas dan mengusahakan agar anak yang lahir wewenang antara Pemerintah dan terhindar dari penyakit yang mengancan1 Pemerintah Daerah. Hal ini sesuai dengan kelangsungan hidup dan/ atau definisi yang ada dalam Undang-Undang menimbulkan kecacatan.

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Pemerintah mengusulkan penambahan 24. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal redaksional.

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional yaitu dengan menambahkan ( 1} frasa "Pemerintah Daerah", sebagai konsekuensi pemisahan tugas dan wewenang antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Hal ini sesuai dengan definisi yang ada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan (2)

Daerah.

4 7 diubah, sehingga Pasal 4 7 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 47

Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, keluarga, orang tua dan Masyarakat wajib melindungi anak dari upaya __ transplantasi organ tubuhnya untuk pihak lain.

Negara, Daerah,

Pemerintah, Pemerintah keluarga, orang tua dan

(31)

109.

110.

111.

masyarakat wajib melindungi an.ak dari perbuatan:

a. pengambilan organ tubuh an.ak dan/ atau jaringan tubuh anak tanpa memperhatikan kesehatan anak;

b. jual beli organ dan/ atau jaringan tubuh anak; dan

c. penelitian kesehatan yang menggunakan anak sebagai objek penelitian tanpa seizin orang tua dan tidak mengutamakan kepentingan yang terbaik bagi anak.

Pemerintah mengusulkan redaksional.

penambahan 25. Ketentuan Pasal 48 diubah, sehingga Pasal 48 berbunyi sebagai berikut: Pemerintah mengusulkan penyempurnaan Pasal 48

redaksional yaitu dengan menambahkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib frasa "Pemerintah Daerah", sebagai menyelenggarakan pendidikan dasar konsekuensi pemisahan tugas dan minimal 9 (sembilan) tahun untuk semua wewenang antara Pemerintah dan anak.

Pemerintah Daerah. Hal ini sesuai dengan definisi yang ada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Pemerintah redaksional.

mengusulkan . penambahan 26.. Ketentuan Pasal 49 diubah, sehingga Pasal 49 berbunyi sebagai berikut:

(32)

112.

113. ·8. Ketentuan Pasal 51 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

114. Pasal 51

115.

116.

Anak penyandang disabilitas diberikan kesempatan dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan inklusif dan/atau pendidikan khusus.

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan Pasal 49

redaksional yaitu dengan menambahkan Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, frasa "Pemerintah Daerah", sebagai keluarga, dan orang tua wajib memberikan konsekuensi pemisahan tugas dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada wewenang antara Pemerintah dan anak untuk memperoleh pendidikan.

Pemerintah Daerah. Hal ini sesuai dengan defmisi yang ada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah redaksional. Te tap Te tap mengusulk:an penambahan 27.

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional yaitu dengan menambahkan frasa "Pemerintah Daerah", sebagai (1) konsekuensi pemisahan tugas dan wewenang antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Hal ini sesuai dengan definisi yang ada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Ketentuan ayat (l} dan ayat (2) Pasal 53 diubah, sehingga Pasal 53 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 53

Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan · dan/ atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga kurang mampu, anak terlantar, dan anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil. (2) Pertanggungjawaban Pemerintah dan

(33)

--117. 9. Ketentuan Pasal 54 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

118. Pasal 54

( 1) Anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan dan satuan pendidikan agama wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pendidik dan tenaga kependidikan, serta pihak lain.

Te tap

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional Pasal 54 ayat ( 1), yaitu menghilangkan frasa "satuan pendidikan agama" karena sudah termasuk dalam satuan pendidikan, dan menambahkan frasa "sesama peserta didik".

dimaksud dalam ayat (1) termasuk pula mendorong masyarakat untuk berperan aktif.

Pasal 54

( 1) Anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual, dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesarna peserta didik, dan/ atau pihak lain.

Pemerintah mengusulkan penambahan Penjelasan Pasal 54 ayat (1):

Yang dimaksud dengan "lingkungan satuan pendidikan" adalah tempat atau wilayah berlangsungnya proses pendidikan.

Yang dimaksud dengan "pihak lain" antara lain: petugas keamanan, petugas kebersihan, penjual makanan, petugas kantin, jemputan sekolah, penjaga sekolah, termasuk siswa dengan siswa lainnya.

119. (2) Kekerasan sebagaimana dimaksud pada Pemerintah mengusulkan untuk menghapus (2) Perlindungan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi: ayat (2) karena sudah diatur pada ayat (1), pada ayat (1) dilakukan oleh pendidik, a. kekerasan fisik; dengan demikian materi ayat (2) berubah tenaga kependidikan, aparat

(34)

b. kekerasan psikis; dan c. kekerasan seksual. 120.

121.

menjadi pengaturan tentang subjek yang melaksanakan perlindungan.

pemerintah, dan/ atau masyarakat.

Pemerintah mengusulkan redaksional.

penambahan 28. Ketentuan ayat (1) dan ayat (4) Pasal 55 diubah, sehingga Pasal 55 berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional yaitu dengan menambahkan frasa "Pemerintah Daerah", sebagai (1) konsekuensi pemisahan tugas dan wewenang antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Hal ini sesuai dengan defmisi yang ada dalam- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah. (2)

Pemerintah juga mengusulkan tambahan frasa "rehabilitasi sosial".

Pemerintah juga mengusulkan perubahan (3) redaksional frasa "Menteri Sosial" diubah menjadi frasa "kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial " sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara.

(4)

Pasal 55

Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan pemeliharaan, perawatan, dan rehabilitasi sosial anak terlantar, baik dalam lembaga maupun di luar lembaga.

Penyelenggaraan pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan oleh lembaga masyarakat.

Untuk menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan anak terlantar, lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat, sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dapat mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait.

Dalam hal penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), pengawasannya dilakukan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial.

(35)

122.

123.

Pemerintah mengusulkan redaksional.

penambahan 29. Ketentuan ayat (1} Pasal 56 diubah, sehingga Pasal 56 berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional yaitu dengan menambahkan (1)

frasa "Pemerintah Daerah", sebagai konsekuensi pemisahan tugas dan wewenang antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Hal ini sesuai dengan definisi yang ada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

(2)

Pasal 56

Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan wajib mengupayakan dan membantu anak, agar anak dapat:

a. berpartisipasi;

b. bebas menyatakan pendapat dan berpikir sesuai dengan hati nurani dan agamanya;

c. bebas menerima informasi lisan atau tertulis sesuai dengan tahapan usia· dan perkembangan Anak;

d. bebas berserikat dan berkumpul; e. bebas beristirahat, bermain,

berekreasi, berkreasi, dan berkatya seni budaya; dan

f. memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan.

Upaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikembangkan dan disesuaikan dengan usia, tingkat kemampuan anak, dan lingkungannya agar tidak menghambat dan mengganggu perkembangan anak.

(36)

124.

125.

126. 10. Ketentuan Pasal 59 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah mengusulkan redaksional.

penambahan 30. Ketentuan ayat (2) Pasal 58 diubah, sehingga Pasal 58 berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional yaitu dengan menambahkan frasa "Pemerintah Daerah", sebagai (1) konsekuensi pemisahan tugas dan wewenang antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Hal ini sesuai dengan definisi yang ada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan (2) Daerah.

Pasal 58

Penetapan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 sekaligus menetapkan tempat penampungan, pemeliharaan, dan perawatan anak terlantar yang bersangkutan.

Pemerintah dan Pemerintah Daerah atau lembaga yang diberi wewenang wajib menyediakan tern pat sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1). Te tap 31. Ketentuan Pasal 59 diubah, sehingga

berbunyi sebagai berikut: 127. Pasal 59 Pemerintah mengusulkan Pasal 59 diubah Pasal 59

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan menjadi 2 ayat dan menyempµrnakan (1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan redaksional mengenai: lembaga negara lainnya berkewajiban bertanggung jawab untuk melllberikan dan bertanggung jawab untuk Perlindungan Khusus kepada anak dalam - Anak korban kekerasan fisik dan/ atau memberikan Perlindungan Khusus situasi darurat, anak yang berhadapan psikis. kepada Anak.

dengan . hukum, anak dari kelompok (2) Perlindungan Khusus pada Anak minoritas dan terisolasi, anak yang Pemerintah mengusulkan penambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dieksploitasi secara ekonomi dan/ atau substansi mengenai: diberikan kepada:

seksual, anak yang diperdagangkan,. anak - Anak !for ban kejahatan seksual a. Anak dalam situasi darurat;

yang menjadi korban penyalahgunaan - Anak dengan perilaku sosial b. Anak yang berhadapan dengan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat menyimpang, hukum;

adiktif lainnya {NAPZA), anak yang menjadi - Anak korban jaringan terorisme, dan c. Anak dari kelompok minoritas korban pornografi, anak korban HIV I AIDS, - Anak yang meniadi korban stigmatisasi dan terisolasi;

(37)

128.

129.

anak korban penculikan, penjualan, perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/ atau mental, anak korban kejahatan seksual, anak penyandang disabilitas, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran.

dari pelabelan terkait dengan kondisi orang tuanya.

d. Anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/ atau seksual;

e. Anak yang diperdagangkan;

f. Anak yang menjadi korban penyalahgunaan Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya {NAPZA);

g. Anak yang menjadi korban pomografi;

h. Anak korban HIV/AIDS;

1. Anak korban penculikan,

penjualan, perdagangan;

j. Anak korban kekerasan fisik dan/ atau psikis.

k. Anak korban kejahatan seksual;

I. Anak korban jaringan terorisme; m. Anak penyandang disabilitas; n. Anak korban perlakuan salah dan

penelantaran;

o. Anak dengan perilaku sosial menyimpang; dan

p. Anak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan terkait dengan kondisi orang tuanya. Pemerintah mengusulkan penambahan 32. Di antara Pasal 59 dan Pasal 60 redaksional. disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 59A, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 59A

Pemerintah mengusulkan penambahan pasal (1) Perlindungan khusus bagi Anak

(38)

130.

131.

132.

perlindungan khusus dimaksud dalam Pasal 59.

sebagaimana dilakukan melalui upaya:

a. penanganan yang cepat, termasuk pengobatan dan/ atau rehabilitasi secara fisik, psikis, dan sosial, serta pencegahan penyB.kit dan gangguan kesehatan lainnya;

b. pendampingan psikososial pada saat pengobatan sampai pemulihan;

c. pemberian bantuan sosial bagi Anak yang berasal dari keluarga tidak mampu; dan

d. pemberian perlindungan dan pendampingan pada setiap proses peradilan.

(2) Perlindungan Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pemerintah mengusulkan

redaksional.

penambahan 33. Ketentuan ayat (1) Pasal 64 diubah, sehingga Pasal 64 berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional yaitu dengan menambahkan frasa "Pemerintah Daerah", sebagai (1) konsekuensi pemisahan tugas dan wewenang antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Hal ini sesuai dengan definisi yang ada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Pasal 64

Perlindungan khusus bagi Anak yang berhadapan dengan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 me!iputi Anak yang berkonflik dengan hukum dan Anak korban tindak pidana, merupakan kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masvarakat.

(39)

(2) Perlindungan khusus bagi anak yang

berhadapan dengan hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1) dilaksanakan melalui:

a. perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak-hak anak;

b. penyediaan petugas pendamping khusus anak sejak dini;

c. penyediaan sarana dan prasarana khusus;

d. penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang terbaik bagi anak;

e. pemantauan dan pencatatan terus menerus terhadap perkembangan anak yang berhadapan dengan hukum;

f. pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orang tua atau keluarga; dan

g. perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi.

(3) Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban tindak pidana .. sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilaksanakan melalui:

a. upaya rehabilitasi, baik dalam lembaga maupun di luar lembaga; b. uoava - oerlindungan dari

(40)

133.

134.

pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi;

c. pemberian jaminan keselarnatan bagi saksi korban dan saksi ahli, baik fisik, mental, maupun sosial; dan

d. pemberian aksesibilitas untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan perkara.

Pemerintah mengusulkan redaksional.

penambahan 34. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional yaitu dengan menambahkan frasa "Pemerintah Daerah", -sebagai (1) konsekuensi pemisahan tugas dan wewenang antara Pemerintah dan Pemeriritah Daerah. Hal ini sesuai dengan definisi yang ada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah. (2)

66 diubah, sehingga Pasal 66 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 66

Perlindungan khusus bagi anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/ atau seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal . 59 merupakan kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Perlindungan khusus bagi anak yang dieksploitasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui:

a. penyebarluasan dan/ atau sosialisasi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/ atau seksual;

(41)

135.

136.

pemberian sanksi; dan

c. pelibatan berbagai instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah, perusahaan, serikat pekerja, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat dalam penghapusan eksploitasi terhadap anak secara ekonomi dan/ atau seksual.

(3) Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, a tau turut serta melakukan eksploitasi terhadap anak sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1). Pemerintah mengusulkan

redaksional.

penambahan 35. Ketentuan ayat (1) Pasal 67 diubah, sehingga Pasal 67 berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional yaitu dengan menambahkan (1) frasa "Pemerintah Daerah", sebagai konsekuensi pemisahan tugas dan wewenang antata Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Hal ini sesuai dengan definisi yang ada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

(2)

Pasal _67

Perlindungan khusus bagi Anak yang menjadi korban penyalahgunaan Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, dan terlibat dalam produksi dan distribusinya, dilakukan melalui upaya pengawasan, pencegahan, perawatan, dan rehabilitasi oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.

Setiap orang dilarang dengan sengaja menempatkan, membiarkan,

(42)

137. 11. Di antara Pasal 67 dan Pasal 68 disisipkan 2 (dua) Pasal, yakni Pasal 67 A dan Pasal 67B, sehingga berbunyi sebagai berikut:

138. Pasal 67 A

139.

-Setiap orang berkewajiban melindungi anak dari pengaruh pornografi dan mencegah akses anak terhadap informasi yang mengandung unsur pornografi.

Pasal 67B

( 1) Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban pornografi. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 merupakan kewajiban -dan tano-01ma iawab orang

Te tap

melibatkan, menyuruh melibatkan anak dalam penyalahgunaan, produksi dan distribusi napza sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1). 36. Di antara Pasal 67 dan Pasal 68 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 67A dan Pasal 67B, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan Pasal 67 A redaksional dalam Pasal 67 A.

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional dalam Pasal 67B ayat ( 1).

Selain Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan lembaga negara lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, setiap orang dan pemangku kepentingan lainnya wajib melindungi Anak dari pengaruh pornografi dan mencegah akses Anak terhadap informasi yang mengandung unsur pornografi.

Pemerinta,h. mengusulkan penambahan Penjelasan'Pasal 67A:

Yang dimaksud dengan pemangku kepentingan antara lain lembaga sosial, lembaga pendidikan.

Pasal 67B

( 1) Dalam hal Anak menjadi korban pornografi, Pemerintah, Pemerintah Daerah, lembaga negara lainnva, dan

(43)

tua, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pemangku kepentingan.

140. (2) Perlindungan khusus untuk anak korban pornografi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dilakukan melalui upaya:

141.

142.

a penyebarluasan dan/ atau sosialisasi ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang mengatur mengenai

pornografi;

b. rehabilitasi;

c. pemantauan, pelaporan, serta pemberian sanksi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan

d. pelibatan berbagai perusahaan, serikat pekerja, lembaga swadaya masyarakat, dan inasyarakat dalam penghapusan pornografi.

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional dalam Pasal 67B ayat (2) dengan mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2011 tentang Pembinaan, Pendampingan, dan Pemulihan Terhadap Anak yang Menjadi Karban atau Pelaku Pornografi.

pemangku kepentingan lainnya wajib memberikan Perlindungan Khusus. (2) Perlindungan Khusus bagi Anak yang

menjadi korban pornografi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui upaya pembinaan, pendampingan, serta pemulihan sosial, kesehatan fisik dan mental.

Pemerintah mengusulkan redaksional.

penambahan 37. Ketentuan ayat (1) Pasal 68 diubah, sehingga Pasal 68 berbunyi sebagai berikut:

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional yaitu dengan menambahkan frasa "Pemerintah Daerah", sebagai (1) konsekuensi pemisahan tugas dan wewenang antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Hal ini sesuai dengan definisi yang ada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Pasal 68

Perlindungan Khusus bagi Anak korban penculikan, penjualan, dan perdagangan Anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dilakukan melalui upaya pengawasan, perlindungan, pencegahan, perawatan, ·

(44)

143. 12. Di antara Pasal 69 dan Pasal 70 disisipkan 3 (tiga) Pasal, yakni Pasal 69A, Pasal 69B, dan Pasal 69C, sehingga berbunyi sebagai berikut:

144. Pasal 69A

Perlindungan khusus bagi anak korban kejahatan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dilakukan melalui upaya: a. penanganan yang cepat, termasuk

pengobatan secara fi.sik, mental, dan sosial, serta pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya;

b. pemberian bantuan sosial bagi anak yang berasal dari keluarga tidak mampu;

c. pemberian perlindungan dan pendampingan selama proses penyidikan; dan

d. pendampingan psikososial sehingga pulih.

Daerah.

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional dalam Pasal 69A pada huruf a dengan mengganti kata pengobatan dengan "pengobatan dan/ atau pemulihan" dan huruf c dengan menambahkan frasa "dan pemeriksaan di pengadilan".

dan rehabilitasi oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. (2) Setiap orang dilarang menempatkan,

membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan penculikan, penjualan, a tau perdagangan sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1).

38. Diantara Pasal 69 dan Pasal 70 disisipkan 5 (lima) pasal, yakni Pasal 69A, Pasal 69B, Pasal 69C, Pasal 69D, dan Pasal 69E, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 69A

Perlindungan Kh.usus bagi Anak korban kekerasan fisik dan/ atau psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dilakukan melalui upaya:

a. penanganan yang cepat, termasuk pengobatan dan/ atau rehabilitasi secara fisik, psikis, dan sosial, serta pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya;

b. pendampingan psikososial pada saat pengobatan sampai pemulihan;

c. pemberian bantuan sosial. bagi Anak yang berasal dari keluarga tidak mampu; dan

d pemberian perlindungan dan pendampingan pada setiap tingkat

(45)

145. (I)

Pasal 69B

Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan perlindungan terhadap anak korban kejahatan seksual.

Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional dalam Pasal 69B ayat (1) dengan menambahkan kata "masyarakat" mengacu kepada Inpes Nomor 5 Tahun 2014 tentang Gerakan Nasional Anti Kejahatan Seksual Terhadap Anak.

pemeriksaan mulai dari penyidikan, penuntutan, dan persidangan.

Pasal 69B

( 1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat berkewajiban melakukan perlindungan terhadap Anak korban kejahatan seksual.

146. (2) Perlindungan terhadap kejahatan seksual dimaksud pada ayat ( 1) Peraturan Pemerintah.

anak korban Pemerintah mengusulkan untuk dihapus sebagaimana karena pengaturan sudah diatur dalam Pasal diatur dengan 70A.

147. Pasal 69C

148.

Perlindungan khusus bagi anak korban

HN /AIDS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dilakukan melalui upaya pengawasan, pencegahan, pengobatan, perawatan, dan rehabilitasi oleh Pemerintah dan masyarakat.

Tetap

Pemerintah mengusulkan penambahan Pasal Pasal 69D baru tentang substansi perlindungan

khusus bagi Anak korban kejahatan seksual. Perlindungan Khusus bagi Anak korban kejahatan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dilakukan melalui upaya : a. edukasi tentang kesehatan reproduksi,

(46)

149.

150.

151.

kesusilaan;

b. rehabilitasi sosial;

c. pendampingan psikososial pada saat pengobatan sampai pemulihan; dan d. pemberian perlindungan dan

pendampingan pada setiap tingkat pemeriksaan mulai dari penyidikan, penuntutan, dan persidangan.

Pemerintah mengusulkan penambahan Pasal Pasal 69E baru tentang substansi perlindungan

khusus bagi Anak korban jaringan terorisme. Perlindungan Khusus bagi Anak korban jaringan terorisme sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 59 dilakukan melalui upaya: a. edukasi tentang pendidikan, ideologi,

dan nilai-nilai nasionalisme;

b. konseling tentang bahaya terorisme; c. rehabilitasi sosial; dan

d. pendampingan.

Pemerintah mengusulkan penambahan 39. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2)

redaksional.

Pemerintah mengusulkan penyempumaan redaksional, frasa "penyandang cacat" menjadi "penyandang disabilitas" yang (1)

mengacu kepada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 ten tang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities

(Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas} dan menambahkan subtansi barn oada Pasal 70 avat (1) huruf d.

Pasal 70 diubah, sehingga Pasal 70 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 70

Perlindungan Khusus bagi Anak penyandang disabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dilakukan melalui upaya:

a. perlakuan Anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak Anak;

(47)

152. 153. Pemerintah mengusulkan redaksional. b. pemenuhan kebutuhan-kebutuhan khusus;

-c. perlakuan yang sama dengan Anak Iainnya untuk mencapai integrasi sosial sepenuh mungkin dan pengembangan individu; dan

d. pendampingan bagi Anak penyandang disabilitas.

(2) Setiap orang dilarang memperlakukan Anak dengan mengabaikan pandangan mereka secara diskriminatif, termasuk labelisasi dan penyetaraan dalam pendidikan bagi Anak penyandang disabilitas.

Pemerintah mengusulkan penambahan Penjelasan Pasal 70 ayat (1) huruf b:

Yang dimaksud dengan "pemenuhan kebutuhan-kebutuhan khusus" meliputi aksesibilitas bagi Anak penyandang disabilitas.

penambahan 40. Ketentuan ayat (1) Pasal 71 diubah, sehingga Pasal 71 berbunyi se bagai berikut:

Pemerintah mengusulkan peny~mpurnaan redaksional yaitu dengan menambahkan (1) frasa "Pemerintah Daerah", sebagai

Pasal 71

Perlindungan khusus bagi Anak korban perlakuan salah dan penelantaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dilakukan melalui konsekuensi pemisahan tugas dan

Referensi

Dokumen terkait

• Klik Delete pada Rows & Columns Group dan pilih apa yang ingin dihapus (cell, kolom, baris, atau seluruh tabel).. Menggabungkan dan

Kadar bilirubin dalam serum dipengaruhi oleh metabolisme hemoglobin, fungsi hepar dan kejadian-kejadian pada saluran empedu. Apabila destruksi eritrosit bertambah, maka

Adapun referensi lain mengatakan waktu yang baik dalam memulai pemberian MP–ASI pada bayi adalah umur 6 bulan. Pemberian makanan pendamping pada bayi sebelum umur tersebut

Hasil pengukuran radiasi Radon dan Thoron pada beberapa pemukiman di kota Makassar, didapatkan bahwa ada beberapa rumah dengan tingkat konsentrasi Radon yang melebihi

Hal ini jugalah yang menyebabkan rendahnya nilai modulus young pada formulasi pati:gelatin 10:0 (g/g) dan konsentrasi gliserol 25% yang diimbangi dengan

Penerapan pendekatan inkuiri pada pembelajaran IPA mendapat respon baik dari peserta didik, Hal ini dapat dilihat dari aktivitas belajar peserta didik dan pemahamannya

Instrumen yang digunakan di dalam penelitian ini terdiri atas dua, yakni : instrumen tes hasil belajar matematika khususnya pada pokok bahasan pecahan dan

Laba adalah pendapatan dan keuntungan setelah dikurangi beban dan kerugian. Laba merupakan pengukuran aktivitas operasi dan ditentukan menggunakan dasar akuntansi akrual. Dalam hal