• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DINAMIS SISTEM STRUKTUR DENGAN SKEMA MASSA KONSISTEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DINAMIS SISTEM STRUKTUR DENGAN SKEMA MASSA KONSISTEN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 4, No. 1, Oktober 2015, Halaman: 1 - 6, ISSN: 1907-4247 (Print), ISSN: 2477-4863 (Online) Alamat Website: http://cantilever.unsri.ac.id

ANALISIS DINAMIS SISTEM STRUKTUR DENGAN

SKEMA MASSA KONSISTEN

Binsar Hariandja

Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung (Jalan Ganesha 10, Bandung)

E-mail: binsar_hariandja@ymail.com

Abstract

The paper deals with frequency analysis of irreguler framed structures. The analysis used finite element method cast in matrix formulation. Apart from frequency analysis of framed structures that assumed to be of frame with relative rigid floor system, and the mass of structure is lumped at each floor, the analysis adopted consistent mass formulation. To reduce structural degrees of freedom, static condensation and multi-point constraint algorithms where used. The natural frequency resulted out of proposed analysis was then compared to that obtained by assuming rigid floor. The difference was due to the different schemes used in the consideration of inertial mass forces.

Key Words: dynamic analysis, finite element method, multi-point constraints, static condensation, natural frequency.

1. PENDAHULUAN

Dalam konteks penerapan metoda numerik, lazimnya analisis dilakukan dengan menggunakan model diskrit sebagai representasi struktur yang sebenarnya. Model diskrit disusun dengan mengambil beberapa asumsi yang menyederhanakan kerumitan geometri sistem struktur. Agar asumsi yang diambil tidak menimbulkan deviasi yang tidak bisa diterima dari pada solusi, model diskrit yang digunakan diambil lebih halus. Sayangnya, penghalusan model diskrit menimbulkan jumlah derajat kebebasan yang semakin besar. Untuk mengatasi hal ini, diambil beberapa teknik reduksi jumlah derajat kebebasan, misalnya dengan mengasumsikan suatu hubungan antar komponen derajat kebebasan. Teknik ini lazim dinamakan sebagai proses kondensasi.

Cara lain adalah dengan mengambil asumsi dari pada medan perpindahan sistem struktur. Dalam

gaya lateral (misalnya gempa), lantai per lantai dianggap sebagai sub-sistem diafragma yang kaku, sehingga perpindahan sistem struktur hanya merupakan simpangan horizontal dari tiap lantai. Lihat Gambar 1 sebagai penjelasan. Untuk contoh portal bidang ini, ada 6 x 3 = 18 derajat kebebasan aktif pada titik simpul (nodes) 2, 3, 5, 6, 8 dan 9. Jika dianggap bahwa lantai merupakan sub-sistem kaku, maka hanya ada 2 derajat kebebasan berupa simpangan (sway) lantai 1 dan lantai 2. Dengan pengambilan asumsi ini, jumlah derajat kebebasan direduksi dari 18 menjadi 2. Model inilah yang lazim digunakan dalam analisis sistem struktur portal terhadap gaya lateral, yang untuk sistem portal yang reguler, solusi masih memberikan hasil yang cukup baik.

Sekarang, tinjaulah sistem struktur dalam Gambar 2 yang pada hakekatnya merupakan sistem struktur Gambar 1, tetapi dengan kolom tengah bawah 45 yang dihilangkan. Terhadap gaya lateral,

(2)

maka selain mengalami perpindahan horizontal, sistem struktur juga akan mengalami perpindahan vertikal di titik simpul 5 dan dengan demikian juga perpindahan vertikal titik simpul 6. Perpindahan ini lazim dinamakan efek Vierendel. Kalau dalam model struktur Gambar 1, keseimbangan cukup diterapkan di arah kedua perpindahan horisontal, maka dalam model struktur Gambar 2, keseimbangan juga harus ditinjau di arah perpindaha vertikal dan juga di arah rotasi titik-titik simpul. Pengandaian bahwa lantai per lantai merupakan sub-sistem yang kaku, tidak lagi akan memberikan hasil yang cukup teliti.

Maksud dan tujuan tulisan ini adalah menyusun suatu analisis sistem struktur yang merupakan sistem portal yang ireguler, atau sistem struktur yang tidak merupakan sistem portal sama sekali, dengan menggunakan model diskrit serta medan perpindahan dan massa yang konsisten. Dalam hal ini, derajat kebebasan yang aktif semua disertakan dalam analisis dengan konsekuensi jumlah derajat kebebasan yang besar. Jumlah derajat kebebasan kemudian diredusir dengan menerapkan kondensasi statis (statical condensation) atas beberapa derajat kebebasan.

Gambar 1. Struktur Reguler, Lantai per Lantai Kaku

Gambar 2. Struktur Ireguler, Lantai per Lantai Tidak Kaku

2. ANALISIS SISTEM STRUKTUR PORTAL REGULER

Dalam pasal ini dilakukan pembahasan analisis sistem struktur reguler terhadap gaya eksitasi gempa, dengan mengambil asumsi bahwa lantai per lantai merupakan sub-sistem yang kaku. Struktur dalam Gambar 1 ditampilkan kembali dalam Gambar 3 dengan menuliskan gaya-gaya beserta konsiderasi keseimbangan gaya horizontal.

Keseimbangan gaya-gaya horizontal pada level tingkat 1 dan tingkat 2 memberikan sistem persamaan simultan yang dalam notasi matriks dituliskan dalam bentuk

(1) 0 0 36 36 36 72 2 1 2 1 2 1 2 1 3 3 3 3 t U M M U U M M U U L EI L EI L EI L EI & & & & & &       − =             +                   − −

Gambar 3. Derajat Kebebasan Struktur Ireguler dalam mana {

U

1,

U

2} adalah perpindahan horisontal lantai 1 dan lantai 2, {

M

1,

M

2} massa lantai 1 dan lantai 2, {U&&1,U&&2} percepatan lantai 1 dan 2,

U&

&

t percepatan tanah,

EI

kekakuan lentur kolom dan

L

panjang kolom. Untuk struktur dalam Gambar 2 diperoleh persamaan

(2) 0 0 36 36 36 60 2 1 2 1 2 1 2 1 3 3 3 3 t U M M U U M M U U L EI L EI L EI L EI & & & & & &       − =             +                   − −

Dengan menggunakan prosedur yang standard, dari Pers. (1) dapat dihitung frekuensi alami dengan ragam yang koresponden.

8 7 1 4 2 9 6 3 5 7 3 1 17 14 20 10 9 8 12 11 19 4 2 6 5 16 18 13 15 1

P

2

P

2 U U2 U2 1 U U1 U1

3

2 1 4

5

6

7

8

9

(3)

3. ANALISIS SISTEM STRUKTUR DENGAN MODEL MASSA KONSISTEN

Dalam model massa yang konsisten seperti ini, semua derajat kebebasan dianggap aktif dan disertakan dalam persamaan keseimbangan struktur seperti dalam Gambar 4. Untuk dapat memper-hitungkan gaya-gaya akibat akselerasi tanah, perletakan 1 dan 7 diberi derajat kebebasan horisontal. Dengan demikian ada 20 derajat kebebasan. Derajat kebebasan diatur sedemikian hingga

U

1 dan

U

2 merupakan derajat kebebasan dasar (master degrees of freedom), U3 hingga U18 merupakan derajat kebebasan terkondens (slave degrees of freedom), semua ini merupakan derajat kebebasan yang bebas (free degrees of freedom), sedangkan U19 dan U20 merupakan derajat kebebasan terkekang (restrained degrees of freedom). Dengan demikian, vektor perpindahan

}

{U didekomposir atas vektor perpindahan dasar

}

{Um , vektor perpindahan terkondensir {Us}, dan vektor perpindahan terkekang

{

U

r

}

. Vektor perpindahan dasar {Um}dan vektor perpindahan terkondens {Us} membentuk vektor perpindahan

bebas

{

U

f

}

. Dengan demikian, keseimbangan dalam Pers. (1) didekomposir dalam bentuk

Gambar 4. Keseimbangan Gaya-gaya Pada Lantai ) 3 ( } { } { } { } { } { } { ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [           =                     r s m r s m rr rs rm sr ss sm mr ms mm P P P U U U K K K K K K K K K atau (4) } { } { } { } { ] [ ] [ ] [ ] [       =             r f r f rr rf fr ff P P U U K K K K

yang secara konsisten dapat digunakan untuk menyusun gaya-gaya inersia akibat percepatan tanah dan keseimbangan sistem struktur.

Pertama, untuk mendapatkan vektor gaya dalam struktur akibat akselerasi gaya gempa, disusun persamaan-persamaan sebagai berikut. Karena medan percepatan merupakan turunan dari pada medan perpindahan terhadap waktu, maka percepatan tanah juga mengikuti pola medan perpindahan yang secara kinematis dimungkinkan (kinematically admissible) maka dapat dituliskan

(5)

}

0

{

}

0

{

}

{

}

{

]

[

]

[

]

[

]

[

=

r f rr rf fr ff

U

U

K

K

K

K

&

&

&

&

Percepatan gempa mengakibatkan akselerasi pondasi struktur sebesar

{ }

{ }

(6)

20 19 t r t r

U

P

U

P

P

U

&

&

&

&

=

&

&

=

yang dengan Pers. (5) memberikan

{ }

U

&

&

f

=

{

[ ] [ ]

K

ff −1

K

fr

{ }

P

r

}

U

&

&

t

=

{ }

P

f

U

&

&

t

(7)

sehingga percepatan struktur menjadi

{ } { }

{ }

[ ] [ ]

[ ]

{ }

(8) 1 r fs ff t r f U I K K U P P

U&& && &&

        =       = −

Perpindahan ini kemudian digunakan untuk menyusun gaya inersia pada elemen sebagai berikut. Pertama, percepatan ujung elemen dihitung dengan

{ }

U&&e =

[ ]

Te

{ }

U&& (9)

pada tata sumbu global, dan

{ }

u

& =

&

e

[ ]

R

e

{ }

U

&

&

e

(

10

)

pada tata sumbu lokal. Percepatan titik bermateri elemen menjadi

{ }

(11) ) ( ) ( 0 ) ( ) ( 0 0 0 ) ( 0 0 ) ( ) ( ) ( 6 5 3 2 4 1 e u x N x N x N x N x N x N x w x u & &       =       2 1

(4)

dalam mana [3] ] ) / ( ) / ( 2 [ ) ( ) / ( 2 ) / ( 3 ) ( / ) ( ] ) / ( ) / ( 2 ) / [( ) ( ) / ( 2 ) / ( 3 1 ) ( / 1 ) ( 3 2 6 3 2 5 4 3 2 3 3 2 2 1 L x L x L x N L x L x x N L x x N L x L x L x L x N L x L x x N L x x N + − = − = = + − = + − = − = (12) (12)

Kerja luar yang dilakukan oleh gaya inersia di arah perpindahan {

u

,

w

} menjadi

{ }

[ ]

∫∫

{ }

[ ]

(13)

+ = u Nmdx u Nmda W

δ

T

δ

T

δ

yang jika perpindahan maya juga diinterpolasikan serupa dengan Pers. (11), akan menghasilkan matriks massa elemen dalam bentuk

[ ] { } (14) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 6 5 6 3 6 2 6 6 5 5 5 3 5 2 5 4 4 1 4 6 3 5 3 3 3 2 3 6 2 5 2 3 2 2 2 4 1 1 1 0 mAdx u N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N N m e l e &&                     =

dengan hasil

[ ]

(15) 105 / 3 210 / 2 11 0 140 / 3 210 / 2 11 0 210 / 2 11 35 / 13 0 420 / 2 3 70 / 9 0 0 0 3 / 0 0 6 / 140 / 3 420 / 2 13 0 105 / 3 210 / 2 11 0 210 / 2 11 70 / 9 0 210 / 2 11 35 / 13 0 0 0 6 / 0 0 3 /                 = L L L L L L L L L m L L L L L L L L L L mA e m

dalam mana

m

adalah massa balok per meter kubik,

A

luas penampang dan

L

panjang balok. Terlihat bahwa matriks massa bersifat simetri dan dapat dirakitkan ke dalam matriks massa struktur dengan melakukan transformasi dari tata sumbu lokal ke tata sumbu global

{ }

m =e

[ ]

Re

{ }

Me (16) dan merakitkannya ke dalam matriks massa struktur dengan menggunakan matriks tujuan

[ ]

[ ] [ ] [ ][ ][ ]

(17) 1 i i i T i n i T i R m R T T M

= =

yang identik dengan perakitan matriks kekakuan global. Matriks kekakuan, matriks massa dan vektor

gaya inersia struktur digabungkan dalam sistem persamaan keseimbangan dinamis dalam bentuk

(18) } 0 { } 0 { } 0 { } { } { } { ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ } { } { } { ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] [           =                     +                     r s m rr rs rm sr ss sm mr ms mm r s m rr rs rm sr ss sm mr ms mm U U U M M M M M M M M M U U U K K K K K K K K K & & & & & &

dalam mana sub-sub matriks yang berkaitan dengan matriks massa dalam Pers. (18) disusun berdasarkan komputasi beban inersia ekivalen dalam Pers. (8). Bentuk persamaan keseimbangan juga dapat dipartisi dalam bentuk

[ ] [ ]

[ ] [ ]

{ }

{ }

[

[ ] [ ]

] [ ]

{ }

{ }

{ }

{ }

0 (19) 0       =             +             s m ss sm ms mm s m ss sm ms mm U U M M M M U U K K K K & & & &

Solusi dari pada Pers. (18) adalah dengan terlebih dahulu melakukan proses kondensasi yang merupakan penyelesaian sebagian dari pada sub-matriks yang berkaitan dengan perpindahan terkekang. Solusi antara untuk perpindahan terkekang memberikan

{ }

Us =−

[ ] [ ]

Kss−1

{

Ksm

{ }

Um+

[ ]

Msm

{ }

U&& +m

[ ]

Mss

{ }

U&&s

}

(20) dan kemudian digunakan untuk mendapatkan persamaan

[ ]

Kmm'

{ }

Um +

[

Mmm'

]

{ }

U&&m =

{ }

0 (21) dalam mana

[ ]

[

] [

][ ] [

]

[ ]

mm

[

mm

] [

ms

][ ] [

ss sm

]

sm ss ms mm mm M K M M M K K K K K 1 ' 1 ' − − − = − = (22)

Solusi dari pada Pers. (21) untuk

{ }

Um kemudian dimasukkan ke dalam Pers. (20) untuk mendapatkan

{ }

Us dalam melengkapi solusi. Dengan demikian,

didapatkan orde yang lebih rendah dalam menentukan frekuensi alami dari pada sistem struktur.

Yang menjadi pertanyaan adalah, bagai mana memilih derajat kebebasan yang akan dikondensir dalam

{ }

Us dan derajat kebebasan yang akan

dipertahankan dalam

{ }

Um . Umumnya, derajat kebebasan paling luar yang merupakan batas-batas sistem struktur perlu dipertahankan. Kemudian, dapat dilakukan proses sensitivitas untuk mengenali derajat kebebasan yang dominan serta yang perlu ikut dipertahankan. Ini dilakukan dalam proses pemrograman dalam bab berikut ini.

(5)

4. PENYUSUNAN PROGRAM KOMPUTER

Suatu program paket komputer untuk analisis dinamis sistem struktur yang telah dipaparkan dalam Bab III, telah disusun dengan menggunakan bahasa tinggi Fortran. Program tersebut disusun mampu melakukan perhitungan-perhitungan analisis, termasuk proses kondensasi statis [1] dan proses kekangan multi titik [3] sebagai mana telah diuraikan dalam Bab III tersebut.

Pertama, diatur urutan derajat kebebasan menurut pola dalam Pers. (18) untuk mendapatkan susunan dalam urutan

{ }

Um ,

{ }

Us dan

{ }

Ur . Dengan demikian, derajat kebebasan dasar, terkondensir dan terkekang tersusun berkelompok seperti dalam Pers. (3) atau (18). Sayangnya, proses ini akan memperbesar lebar pita (bandwidth) dari pada matriks kekakuan struktur.

Cara kedua adalah dengan tidak perlu menyusun derajat kebebasan

{ }

Um ,

{ }

Us dan

{ }

Ur secara berurutan. Kemungkinan derajat kebebasan terkondens berada di antara derajat kebebasan dasar. Dengan demikian, penyelesaian antara seperti dalam Pers. (19) dan solusi dalam Pers. (21) tidak dapat diterapkan karena persamaan keseimbangan tidak terpartisi seperti dalam Pers. (18). Untuk pola proses seperti ini, pelaksanaan proses kondensasi dapat dilakukan secara baris per baris (row wise) ketimbang secara partisi matriks (matrix wise) [2].

Program yang sudah tersusun kemudian diterapkan terhadap kasus struktur portal reguler dalam Gambar 1 dan portal irreguler dalam Gambar 2. Proses studi kasus ini dipaparkan dalam bab berikut ini.

5. STUDI KASUS

Studi kasus dalam hal ini dilakukan dengan menggunakan program paket komputer yang telah disusun terhadap sistem struktur dalam Gambar 1. Analisis dilakukan dalam dua pola. Pertama, analisis dilakukan dengan mengikuti asumsi bahwa lantai per lantai adalah kaku. Kedua, analisis digunakan terhadap struktur ireguler dalam Gambar 2. Dalam model ini, dilakukan dua jenis analisis, yaitu dengan

memisalkan bahwa lantai per lantai adalah kaku, dan bahwa sistem struktur ireguler dianalisis secara matriks konsisten, namun dengan meninggalkan derajat kebebasan yang sama dengan analisis yang pertama, yaitu simpangan horisontal lantai 1 dan lantai 2. Lihat Tabel 1 sebagai penjelasan.

Tabel 1. Pembagian Pola Analisis

Analisis Keterangan

I portal 2 tingkat, reguler, lantai kaku

II

1 portal 2 tingkat, ireguler, lantai kaku 2 portal 2 tingkat, ireguler, model

konsisten

Berdasarkan hasil dari pada ketiga ragam analisis dalam Tabel 1, didapatkan kaji banding hasil keluaran sebagai berikut. Pertama, untuk dua ragam, didapatkan hasil frekuensi alami seperti dalam Tabel 2. Terlihat bahwa frequensi alami Ragam II.1 identik dengan frequensi alami Ragam I karena didasarkan atas asumsi yang sama. Namun, frequensi alami Ragam II.2 berbeda dengan frequensi alami kedua ragam yang pertama, karena didasarkan atas massa yang konsisten. Jika pada analisis kedua ragam yang pertama, massa dipusatkan (lumbed) pada level perpindahan 1 dan 2, maka massa pada analisis yang ketiga tersebar seturut dengan lokasi titik bermateri komponen batang.

Tabel 2. Perbandingan Frekuensi Alami Analisis Frekuensi Alami (rad/det)

ragam 1 ragam 2

I 1.684 0.202

II.1 1.684 0.202

II.2 1.197 0.5366

Dengan demikian, analisis ragam yang ketiga akan lebih mendekati kenyataan dibandingkan dengan analisis ragam yang memisalkan tingkat kaku dibandingkan dengan kolom, dan massa dipusatkan pada level tingkat. Kesalahan yang diakibatkan oleh asumsi ini relatif kecil untuk portal reguler, namun kesalahan akan semakin besar untuk portal yang semakin ireguler. Untuk portal ireguler atau struktur yang paling umum, analisis lebih tepat

(6)

6. KESIMPULAN

Dari kaji banding hasil analisis yang dilakukan dalam Bab 5, disimpulkan bahwa penyederhanaan sistem struktur yang lazim diambil dalam analisis dinamis sistem struktur portal, yang mengasumsikan bahwa lantai per lantai adalah kaku, menghasilkan ketelitian hasil analisis yang tergantung kepada reguler tidaknya sistem struktur.

Untuk sistem struktur portal yang reguler, pengandaian tersebut masih memberikan hasil yang cukup baik. Namun, untuk struktur yang ireguler, selain perpindahan yang bersifat simpangan ke samping (side sway), muncul pula pola perpindahan yang vertikal serta perpindahan rotasi titik-titk simpul. Untuk kasus yang demikian ini, sebaiknya digunakan model diskrit dan analisis yang konsisten, sebagai mana telah dibahas dalam tulisan ini.

Program yang telah disusun khusus untuk analisis frekuensi dalam tulisan ini, siap dikembangkan untuk digunakan dalam analisis dinamis sistem struktur yang reguler maupun yang tidak. Program tersebut telah dilengkapi dengan algoritma kondensasi statis untuk mengurangi derajat kebebasan sistem diskrit struktur, dan dilengkapi pula dengan algoritma kekangan multi titik untuk dapat memproses persamaan yang mengkaitkan hubungan antar komponen perpindahan struktur.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan program komputer yang dituliskan dalam bahasa Fortran serta khusus diperuntukkan bagi penelitian ini dibantu oleh Jeply Murdiaman, pengetikan naskah serta penggambaran yang teliti dilakukan oleh Setriwaldi. Untuk itu, penulis menghaturkan banyak terima kasih.

REFERENSI

1) Paz, M., 1987, Dinamika Struktur: Teori dan Perhitungan, alih bahasa oleh Manu, A.P., Penerbit Erlangga, Jakarta. 2) Hariandja, B., 1997, Analisis Struktur Berbentuk Rangka

Dalam Formulasi Matriks, Penerbit Aksara Hutasada, Bandung.

3) Hariandja, B., 2015, Metoda Elemen Hingga, Penerbit Teknik Sipil, Universitas Pancasila, Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Struktur Reguler, Lantai per Lantai Kaku
Gambar 4. Keseimbangan Gaya-gaya Pada Lantai
Tabel 2. Perbandingan Frekuensi Alami

Referensi

Dokumen terkait

Setelah material dilakukan pengujian awal kemudian dilanjutkan proses perlakuan panas atau Heat treatment dengan suhu 830 C dengan penahanan waktu ± 20 menit setelah

Gambar 4.5 Diagram Hasil Keterampilan Proses Sains Siswa Siklus II Pelaksanaan siklus II yang dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, dalam gambar 6 terlihat bahwa pertemuan 1

Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo provinsi Jawa tengah tentang Susunan Case Manager RSUD Tugurejo Provinsi Jawa Tengah periode 2014 – 2016.. Nomor

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus.Masing-masing siklus terdiri dari tahapan planning (perencanaan), action (tindakan),

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berhujjah dengan maslahat mursalah dan menjadikannya sebagai dalil hukum adalah suatu keharusan yang tetap

Di samping jenis tindak pidana atau kasus dari warga binaan, terdapat aspek lain yang juga memengaruhi adanya pembedaan antara satu kelompok warga binaan dengan

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dievaluasi bahan pakan hasil samping agro industri berupa ampas tahu, bungkil kopra, bungkil kelapa sawit, bungkil

Setelah melakukan percobaan dengan software ETAP 4.0, penulis dapat menyimpulkan bahwa motor membutuhkan arus yang besar saat starting, menyebabkan arus pada