• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN ENREKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN ENREKANG"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN ENREKANG

Oleh:

RATNO

Nomor Induk Mahasiswa : 10561 0541 115

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

SKRIPSI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN ENREKANG

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara ( S.Sos)

Disusun dan Diajukan Oleh:

RATNO

Nomor Stambuk: 10561 05411 15

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMNISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)

i

(4)
(5)

iii

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhimgga kehadirat Allah SWT, yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Implementasi Kebijakan Pendafataran Tanah Sistematis Lengkap

di Kantor Pertanahan Kabuapaten Enrekang”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terwujud tanpa adanya

bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Dr. Fatmawaty, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA

selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan

mengarahkan penulis, sehingga ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat dan

bantuan, baik moril maupun materil.

5. Seluruh Dosen dan Staf pegawai yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Teman – teman yang senantiasa memberikan support untuk menyelesaikan study Irjan

Fadly, S.H., Suwadiman Usman, S.T., dan Surya Asrul, S.T,.

7. Teman – teman di lingkungan Tamalate dan juga di Rusunawa Unhas Joko Sulaiman,

(7)

v

S.PWK., Habibur Fathur Rachman, S.T., Muhammad Rahmat, S.T., Gugun Gunawan,

dan Afriansyah.

8. Komunitas Seni Massenrempulu dan Massenrempulu Independent Scooter Family

yang telah memberikan penglaman hidup yang berarti.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat

penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan

sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 26 Agustus 2020

(8)

vi ABSTRAK

RATNO. 2020, Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap Di Kantor Pertanahan Kabupaten Enrekang (dibimbing oleh Fatmawati dan Nasrul Haq)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi kebijakan pendaftaran tanah sistematis lengkap di kantor pertanahan Kabupaten Enrekang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 7 orang. Pengumpulan data yang digunakan adalah observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan yang dilakukan di kantor pertanahan dalam pendaftaran tanah sistematis lengkap (PTSL) di Kabupaten Enrekang belum berjalan dengan baik, hal ini dilihat dari aspek informasi karena terlebih dahulu memahami lalu melakukan sosialisasi, dari isi kebijakan memberikan dampak yang bermanfaat bagi masyarakat, dari dukungan masyarakat dalam program ini ikut serta terlibat dalam proses pelaksanaan program PTSL , pembagian potensi yang dilakukan dengan memberikan tanggung jawab dan wewenang kepada Kantor Desa dan masyarakat yang terlibat dalam program PTSL. Adapun menjadi faktor penghambat yaitu animo masyarakat yang kurang, berkas yang dimiliki masyarakat tidak lengkap, dan batas administrasi desa belum jelas.

(9)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

HALAMAN PENERIMAAN TIM ……… ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x BAB I. PENDAHULUAN………. 1 A. Latar Belakang……… .... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Penelitian Terdahulu ... 8

B. Pergertian Kebijakan Publik ... 9

C. Pergertian Implementasi Kebijakan Publik ... 10

D. Model – Model Implementasi Kebijakan ... 12

E. Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap ... 17

F. Kerangka Pikir ... 19

G. Fokus Penelitian ... 20

H. Deskripsi Fokus Penelitian ... 20

BAB III. METODE PENELITIAN ... 23

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 23

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 23

C. Sumber Data ... 24

D. Informan Penelitian ... 24

E. Teknik Pengumpulan Data ... 25

F. Teknik Analisis Data ... 26

G. Pengabsahan Data ... 27

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 29

B. Hasil Penelitian ... 32

(10)

viii BAB V. PENUTUP ... 67 A. Kesimpulan ... 67 B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN... 71

(11)

ix DAFTAR TABEL Tabel 1 Informan Penelitian No Nama Informan Penelitian Jabatan Jumlah

1. Saiiful, S.IP Seksi Hubungan Hukum Pertanahan

1

2. Usmayadi Syarifuddin Kepala Desa Karueng 1

3. Ir. Rusdi Kepala Desa Lebang 1

4. Abd Wahab Keapala Desa Labuku 1

5. Peserta program PTSL Masyarakat 3

Tabel 2

Jumlah penduduk di Kabupaten Enrekang

No Nama Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Cendana 4254 4579 8833 2 Baraka 11347 11108 22455 3 Buntu Batu 6955 6647 13602 4 Anggeraja 12643 12687 25330 5 Malua 3989 4178 8167 6 Alla 11380 10821 22201 7 Curio 8243 7865 16108 8 Masalle 6593 6288 12881 9 Baroko 5444 5139 10583 10 Enrekang 15727 16494 32221 11 Bungin 2264 2187 4451 12 Maiwa 12358 12424 24782

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikiran

Gambar 4.1

Peta Kabupaten Enrekang IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

OPTIMALISASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDAFATARAN TANAH

SISTEMATUS LENGKAP DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN ENREKANG - Informasi - Isi Kebijakan - Dukungan Masyarakat - Pembagian Potensi

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepastian hukum penting untuk mengatur kehidupan masyarakat adil, agar

menghindarkan pelanggaran yang dapat dilakukan oleh masyarakat ataupun

penegak hukum itu sendiri. Untuk itu diperlukan adanya kaidah hukum yang dapat

dipergunakan negara dalam mengatur tatanan kehidupan masyarakat. Demikian

pula mengenai lahan, Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960

tentang Peraturan Dasar Pokok – Pokok Agraris di dalam Pasal 19 menyatakan

untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di

seluruh wilayah Republik Indonesia dan bahwa sertifikat hak atas tanah merupakan

bukti yang kuat mengenai suatu penguasaan atau kepemilikan tanah. Menurut

ketentuan – ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah, Pendaftaran

tersebut meliputi : (1) Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah; (2)

Pendaftaran hak – hak atas tanah dan peralihan hak – hak tersebut; (3) Pemberian

surat – surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.

Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah,

menjelaskan tujuan dan kegunaan pendaftaran tanah dan salah satu produknya

bernama sertifikat hak atas tanah tersebut. Untuk memberikan kepastian hukum

dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan

(14)

membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. Dalam peraturan

Mentri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1

Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis

Lengkap, yang mengatur pelaksanaan pendaftaran tanah sistematis lengkap

dilaksanakan untuk seluruh obyek Pendaftaran Tanah di seluruh wilayah Republik

Indonesia dan mengatur percepatan pelaksanaan pendaftaran tanah sistematis

lengkap.

Nomor 12 tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah

Sistematis Lengkap. Dalam Pasal 1 ayat (2) Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap

merupakan kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan serentak

bagi semua obyek pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia dalam

satu wilayah desa / kelurahan atau nama lainnya yang setingkat dengan itu, yang

meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis

mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah untuk keperluan

pendaftarannya. Penyelenggaraan pendaftaran tanah sistematis lengkap dapat

dilaksanakan sebagai kegiatan rutinitas Kantor Pertanahan atau merupakan

kegiatan tahunan dari suatu proyek/program. Salah satu tahapan dari kegiatan

pendaftaran tanah adalah kegiatan fisik. Pengumpulan data fisik meliputi : (1)

Penetapan batas bidang tanah; (2) Pengukuran batas bidang tanah; (3) Pemetaan

bidang tanah; (4) Pengumuman data fisik; (5) Menjalankan prosedur dan

memasukkan data dan informasi yang berkaitan dengan data fisik bidang tanah di

aplikasi KKP dengan berpedoman kepada ketentuan peraturan perundang –

(15)

Tujuan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) adalah untuk percepatan

pemberian kepastian hukum dan perlindungan hukum Hak atas Tanah masyarakat

secara pasti, sederhana, cepat, lancar, aman, adil, merata dan terbuka serta

akuntabel, sehingga dapat menigkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat

dan ekonomi negara, serta mencegah sengketa dan konflik pertanahan. Atas dasar

ketentuan di atas, perlu adanya tindakan pemerintah serta kesadaran masyarakat

dalam rangka pendataan tanah demi terwujudkan tertib administrasi, tertib hukum

dan memenuhi tuntutan masyarakat Indonesia. Penyelengaraan pendaftaran tanah

akan menghasilkan suatu produk akhir yaitu berupa sertifikat tanah sebagai tanda

bukti kepemilikan hak atas tanah. Namun dalam pelaksanaannya, pasti ada

hambatan, baik dalam pelaksanaan admnistrasi maupun dari masyarakat itu sendiri.

Masyarakat masih ada yang belum mengerti akan pentingnya suatu pendataan

tanah. Pemegang hak atau tanah berhak mendapatkan bukti otentik yang

berkekuatan hukum tentang kepemilikan tanahnya dari lembaga yang berwenang,

yaitu Badan Pertanahan Nasional.

Sebelum adanya program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap ini dalam

pelaksanaannya pemohon mendatangi Kantor Pertanahan dalam pengurusan

sertifikat tanah kemudian mengikuti beberapa tahap untuk mengurus sertifikat

tanah. Mengenai waktu dalam pembuatan sertifikat tanah itu, tergantung dari luas

tanah dan jenis peruntukan tanah tersebut. Contohnya 38 hari untuk tanah pertanian

seluas kurang dari 2 hektar. Mengenai biaya pengurusan sertifikat tanah

sebenarnya tergantung dari lokasi, peruntukan dan luas tanah. Sedangkan adanya

(16)

seluruh wilayah Indonesia para petugas dari Kantor Pertanahan meninjau dan

melaksanakan secara langsung dengan bekerjasama dengan aparatur desa /

kelurahan atau nama lain yang setingkat dengan itu untuk melaksanakan program

PTSL ini. Dalam proses pelaksanaan program PTSL diharapkan dapat

dilaksanakan dengan proses yang cepat dan juga masyarakat tidak lagi

mengeluarkan biaya transportasi untuk mendatangi kantor Pertanahan terkhusus

masyarakat yang berada di daerah pedalaman karena sudah dapat mengurus

sertifikat tanah di kantor desa. Adapun dalam proses program Pendaftaran Tanah

Sistematis Lengkap ini tidak dikenakan biaya / gratis yang ditanggung oleh

pemerintah. Adapun mengenai beban biaya yang dibayarkan masyarakat tertuang

dalam keputusan SKB 3 Mentri Nomor 25 Tahun 2017, ketiga mentri tersebut

adalah Mentri ATR, Mentri Dalam Negri, dan Mentri Desa yaitu kategori I untuk

Porvinsi Papua, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur sebesar Rp. 450.000;

kategori II untuk Provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Sulawesi Tengah,

Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat sebesar Rp. 350.000;

kategori III untuk Provinsi Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Sealatan,

Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat,

Kalimantan Timur sebesar Rp. 250.000; kategori IV untuk Provinsi Riau, Jambi,

Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Kalimantan Selatan sebesar Rp. 200.000;

dan kategori V untuk Pulau Jawa dan Bali sebesar Rp. 150.000 yang ditanggung

oleh peserta program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap ini yang dikeluarkan

untuk (1) Penyediaan Surat Tanah bagi yang belum ada; (2) Pembuatan dan

(17)

terkena; dan (4) Dan lain – lain seperti materai, FotoCopy Lettter, Saksi,dsb.

Dalam program pemerintah Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap untuk

Kabupaten Enrekang pada tahun 2018 dibebankan 3.000 sertifikat, ada 3 desa yang

di amanahkan yaitu Desa Karueng, Desa Lebang, dan Desa Labuku. Tetapi hanya

1.985 yang terealisasi dari 3.000 yang ditargetkan. Adapun pada

pengimplementasian Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap Kabupaten Enrekang

pada tahun 2019 dibebankan 2.990 di Desa Malalin, Kecamatan Cendana, Desa

Tapong, Desa Baringin, Desa Patondon Salu, Desa Mangkawani, dan Desa Botto

Malangga, Kecamatan Maiwa yang telah direalisasikan juga 2.990 sesuai target

yang diberikan. Pelaksanaan program PTSL Pada tahun 2018 program PTSL

dilaksanakan pada bulan Maret dan selesai pada bulan Desember, sedangkan pada

tahun 2019 program PTSL dilaksanakan pada bulan Maret dan selesai lebih cepat

yang awalnya ditargetkan selesai di bulan akhir Desember bisa selesai di awal

Oktober yang telah berhasil menerbitkan 4.975 sertifikat. Jadi, penelitian ini

borfokus pada pengimplementasian pada tahun 2018. Berdasarkan hasil observasi,

terdapat beberapa hambatan yang membuat program PTSL ini tidak mencapai

target, yakni : (1) Animo masyarakat kurang terhadap program PTSL ini; (2) Rata – rata bidang tanah di Enrekang tidak memiliki berkas yang lengkap; (3) Batas administrasi desa belum jelas.

Manriknya penelitian ini menggunakan ruang lingkup Ilmu Administrasi

Negara dengan kajian mengenai pelaksanaan pendaftaran tanah sistematis lengkap

tanah yang belum bersertifikat pada Kantor Pertanahan Kabupaten Enrekang.

(18)

permasalahan mengenai program percepatan pendaftaran tanah sistematis lengkap

berikut masalah – masalah yang terjadi di lapangan sebagai bahan penyusunan

skripsi dengan judul, “Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis

Lengkap (PTSL) di Kantor Pertanahan Kabupaten Enrekang.” B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana implementasi program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap

(PTSL) di Kantor Pertanahan Kabupaten Enrekang ?

2. Apakah faktor – faktor yang menjadi penghambat atau kendala dalam

implementasi Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Kantor

Pertanahan Kabupaten Enrekang ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui implementasi program pendaftaran tanah sistematis

lengkap (PTSL) di Kantor Pertanahan Kabupaten Enrekang

2. Untuk mengetahui kendala apa saja yang menghambat pengimplementasian

program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Kantor

Pertanahan Kabupaten Enrekang

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, pemikiran

(19)

berkenaan dengan pengimplementasian program percepatan pendafataran

tanah sistematis lengkap

b. Sebagai salah satu sumber data dan informasi atau bahan referensi dasar

bagi para mahasiswa dan peneliti yang berminat untuk melakukan

penelitian.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai sumber data dan informasi, serta dasar pertimbangan bagi pihak

Kantor Pertanahan dalam implementasi kebijakan Pendaftaran Tanah

Sistematis Lengkap (PTSL) yang dapat meningkatkan kualitas dalam

pelaksanaannya.

b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pemahaman mengenai pelaksanaan Pendafataran Tanah Sistematis

(20)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian – penelitian terdahulu yang relevan dalam mendukung

penelitian ini, di anataranya :

1. Peneitian Taufik Imam Ashari (2018) dengan judul “Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Kabupaten Lampung Selatan” yang menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan Pendaftaran Tanah

Sistematis Lengkap (PTSL) dalam upaya percepatan persertipikatan tanah

secara menyeluruh di Kabupaten Lampung Selatan , dilihat dari indikator yang

telah dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn dalam Subarsono (2012: 99)

belum berjalan secara optimal. Dikarenakan, pada sumber daya non manusia

dan disposisi implementor tidak sesuai dengan pernyataan Van Meter dan Van

Horn. Dilihat dari sumber daya non manusia, sebenarnya sarana dan prasarana

yang ada pada Balai Desa atau Kelurahan sudah sangat sudah mendukung akan

tetapi pada implementasinya di lapangan aparatur desa atau kelurahan tidak

memakai sarana dan prasarana yang ada. Pada segi disposisi implementor juga

tidak sesuai karena salah satu implementor yaitu pada tingkat keluarahan tidak

memahmi dan menjalankan tugasnya sesuai dengan standart operating

procedur (SOP).

2. Penelitian Alfi Khairi (2017) dengan judul Implementasi “Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Kabupaten Singingi” yang menyimpulkan bahwa Implementasi Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di

(21)

Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2017 belum terlaksana dengan baik. Hal ini

yang paling dominan untuk mempengaruhi implementasi Program Pendaftaran

Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Kabupaten Kuantan Singingi adalah faktor

sumber daya.

B. Teori Kebijakan Publik

Secara terminologi pengertian kebijakan publik (public policy) ternyata banyak

sekali, tergantung dari sudut mana kita mengartikannya. Menurut Woll

sebagaimana dikutip Tangkilisan (2003: 2) menyebutkan bahwa kebijakan publik

ialah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat,

baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi

kehidupan masyarakat. Hal ini dipengaruhi oleh keterlibatan faktor – faktor bukan

pemerintah. Robert Eyestone sebagaimana dikutip Agustino (2008: 6)

mendefinisikan kebijakan publik sebagai “hubungan antara unit pemerintah dengan lingkungannya”. Banyak pihak beranggapan bahwa definisi tersebut masih terlalu luas untuk dipahami, karena apa yang dimaksud dengan kebijakan publik dapat

mencakup banyak hal.

Menurut Thomas R Dye sebagaimana dikutip Winarno (2009: 19) mendefinisikan kebijakan publik sebagai “is whatever government choose to do or

not to do” ( apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau untuk tidak

dilakukan ). Definisi ini menekankan bahwa kebijakan publik adalah perwujudan “tindakan” dan bukan merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat publik semata. Di samping itu pilihan pemerintah atau pejabat publik karena

(22)

melakukan sesuatu. James E Anderson dikutip Winarno (2012) mengungkapkan

bahwa kebijakan adalah “ a purposive course of action followed by an actor or set

of actors in dealing with a problem or matter of concer “ ( serangkaian tindakan

yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku

atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu).

Dari beberapa pendapat di atas penulis dapat berpendapat bahwa kebijakan

publik adalah suatu tindakan yang dilakukan kelompok atau individu yang

mempunyai tujuan tertentu untuk memecahkan masalah demi kepentingan orang

banyak.

C. Teori Implementasi Kebijakan Publik

Menururt Anderson dalam Putra (2003: 82) implemntasi kebijakan dapat dilihat

dari empat aspek yaitu sebagai berikut :

1. Who is involved in policy implementation yang berarti siapa yang

mengimplemntasikan kebijakan

2. The nature of the administrative process yang berarti hakekat dari proses

administrasi

3. Compliance with policy content yang berarti kepatuhan kepada kebijakan

4. Impact yang berarti efek dari dampak dari implemntasi kebijakan

Menurut Van Metter dan Van Horrn dalam Agustino (2008: 195) menjelaskan

implementasi kebijakan adalah tindakan – tindakan yang dilakukan baik oleh

individu – individu / pejabat – pejabat atau kelompok – kelompok pemerintah atau

swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam

(23)

Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Agustino (2008: 196) menjelaskan

implementasi kebijakan adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya

dalam bentuk undang – undang, namun dapat pula berbentuk perintah – perintah

atau keputusan – keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan

peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah – masalah

yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan dan sasaran yang ingin

dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur peran

implementasinya.

Menurut Purwanto dan Sulisyasuti (2012: 21), “implementasi intinya adalah kegiatan untuk menditribusikan keluaran kebijakan (to deliver policy output) yang

dilakukan oleh para implementor kepada kelompok sasaran (target group) sebagai

upaya untuk mewujudkan kebijakan”.

Ripley dan Franklin dalan Winarno (2014: 148) menyatakan bahwa

implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang – undang ditetapkan yang

memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu jenis

keluaran yang nyata (tangible output).

Thomas R Dye dalam Agustino (20018: 7) mendefinisikan kebijakan publik

merupakan upaya yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak

dilakukan yang berupa sasaran atau tujuan program – program pemerintah.

Kata implementasi sendiri berasal dari bahasa Inggris “to implement ” artinya

mengimplementasikan. Arti implementasi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa

(24)

suatu tindakan atau pelaksana rencana yang telah disusun secara cermat dan rinci

(matang).

Dalam kalimat lain implementasi itu sebagai penyedia sarana untuk

melaksanakan sesuatu yang menyebabkan dampak terhadap sesuatu. Sesuatu

tersebut dilakukan agar timbul dampak berupa undang – undang, peraturan

pemerintah, keputusan peradilan serta kebijakan yang telah dibuat oleh lembaga

pemerintah dalam kehidupan bernegara.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas yang mendefinisikan implementasi

kebijakan, maka penulis mangambil kesimpulan bahwa penegertian implementasi

adalah suatu proses yang melibatkan sejumlah sumber yang termasuk manusia,

dana, dan kemampuan organisasional yang dilakukan pemerintah, baik berupa

undang – undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan serta kebijakan yang

telah dibuat oleh lembaga pemerintah dalam kehidupan bernegara untuk mencapai

tujuan yang ingin dicapai.

D. Model – Model Implementasi Kebijakan 1. Model Grindle

Menurut Merilee S. Grindle dalam Subarsono (2010) menuturkan bahwa

keberhasilan proses implementasi kebijakan sampai kepada tercapainya hasil

tergantung kepada kegiatan program yang telah dirancang dan pembiayaan cukup,

selain dipengaruhi oleh Content Of Policy (isi kebijakan) dan Contes Of

Implementations (konteks imlementasinya).

a. Isi kebijakan yang dimaksud meliputi :

(25)

2). Jenis manfaat yang dihasilkan (tipe of benefit)

3). Derajat perubahan yang diinginkan (extent of change envisioned).

4). Kedudukan pembuat kebijakan (site of decision making)

5). Para pelaksana program (program implementor)

6). Sumber daya yang dikerahkan (resources commited)

b. Sedangkan konteks imlementasi yang dimaksud :

1). Kekuasaan (power)

2). Kepentingan strategi aktor yang terlibat (interest strategis of actors

involved).

3). Karakteristik lembaga dan penguasa (institution and regine characteristics).

4). Kepatuhan dan daya tanggap pelaksana (compliance and responsiveness).

2. Model Mazmanian dan Sabatier

Terdapat 3 (tiga) kelompok variabel yang memengaruhi keberhasilan

implementasi kebijakan publik menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Agustino

(2008), yaitu:

a. Mudah tidaknya masalah dikendalikan (tractability of the problem)

Kategori tractability of the problem mencakup variabel-variabel: (1) Tingkat

kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan; (2) Tingkat kemajemukan

kelompok sasaran; (3) Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi; dan

(4) Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan.

b. Kemampuan kebijakan untuk menstrukturisasikan proses implementasi (ability

(26)

Kategori ability of statute to structure implementation mencakup

variabel-variabel: (1) Kejelasan isi kebijakan; (2) Seberapa jauh kebijakan tersebut

memiliki dukungan teoretis; (3) Besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap

kebijakan tersebut; (4) Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar

instansi pelaksana; (5) Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan

pelaksana; (6) Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan; dan (7)

Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam

implementasi kebijakan.

c. Variabel di luar kebijakan/ variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting

implementation)

Kategori nonstatutory variables affecting implementation mencakup

variabel-variabel: (1) Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan

teknologi; (2) Dukungan publik terhadap kebijakan; (3) Sikap dari kelompok

pemilih (constituent groups); dan (4) Tingkat komitmen dan keterampilan dari

aparat dan implementor.

3. Model Implementasi Kebijakan Elmore, dkk

Model yang disusun Richard Elmore, Michael Lipsky, Benny Hjern dan David O’Porter dalam Yulianto (2015) dimulai dari mengidentifikasikan jaringan aktor yang terlibat dalam proses pelayanan dan menanyakan kepada mereka: tujuan,

strategi, aktivitas, dan kontak – kontak yang mereka miliki. Model implementasi

ini didasarkan pada jenis kebijakan publik yang mendorong masyarakat untuk

mengerjakan sendiri implementasi kebijakannya sendiri atau tetap melibatkan

(27)

yang dibuat haurs sesuai dengan harapan, keinginan, publik yang menjadi target

atau kliennya, dan sesuai pula dengan pejabat eselon rendah yang menjadi

pelaksanaanya. Kebijakan model ini biasanya diprakarsai oleh masyarakat, baik

secara langsung maupun melalui lembaga – lembaga nirlaba kemasyarakatan

(LSM).

4. Model Implementasi Kebijakan Goggin

Menurut Malcolm Goggin, Ann Bowman, dan James Lester dalam Yulianto (2015) mengembangkan apa yang disebutnya sebagai “communication model” untuk implementasi kebijakan yang lebih ilmiah dengan mengedepankan

pendekatan metode penelitian dengan adanya variabel independen, intervening,

dan dependen juga meletakkan komunikasi sebagai penggerak dalam implementasi

kebijakan. Untuk mengimplementasi kebijakan dengan model Goggin ini dapat

mengidentifikasi variabel – variabel yang mempengaruhi tujuan – tujuan formal

pada keseluruhan implementasi, yakni : (a) Bentuk dan isi kebijakan, termasuk

didalamnya kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi, (b)

Kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana maupun insentif

lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif, dan (c) pengaruh

lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristik, motivasi, kecenderungan

hubungan antara warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya.

5. Model Implementasi Kebijakan Richard Matland

Richard Matland dalam Subarsono (2010) mengembangkan sebuah model yang

disebut dengan Model Matriks Ambiguitas-Konflik yang menjelaskan bahwa

(28)

Kebijakan di sini memliki ambiguitas atau kemenduaan yang rendah dan konflik

yang rendah. Implementasi secara politik adalah implementasi yang perlu

dipaksakan secara politik, karena walaupun ambiguitasnya rendah, tingkat

konfliknya tinggi. Implementasi secara simbolik dilakukan pada kebijakan yang

mempunyai ambiguitas tinggi dan konflik yang tinggi.

6. Model Implementasi Kebijakan Jan Merse

Jan Merse dalam Yulianto (2015) mengemukakan bahwa “Model implementasi kebijakan dipengaruhi oleh faktor – faktor yaitu : (a) informasi, (b) isi kebijakan,

(c) dukungan masyarakat secara fisik dan non fisik, (d) pembagian potensi.

Menurutnya, informasi kebijakan publik perlu disampaikan kepada pelaku

kebijakan agar dapat mengetahui, memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah,

kelompok sasaran kebijakan agar para pelaku kebijakan dapat mempersiapkan

dengan benar apa yang harus dipersiapkan dan lakukan untuk melaksanakan

kebijakan publik agar apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan dapat dicapai

sesuai yang diharapkan. Dukungan masyarakat tetap dibutuhkan, yang berkaitan

erat dengan partisipasi masyarakat sebagai salah satu stakeholder dalam proses

pelaksanaan program. Penegasan di atas membuktikan bahwa setiap implementasi

program tetap membutuhkan dukungan masyarakat atau partisispasi masyarakat

sebagai stakeholder. Oleh karena pentingnya partisipasi masyarakat dal setiap

implementasi kebijakan program pembangunan dan kemasyarakatan. Menurut Jan

Merse isi kebijakan yang dimaksud ialah jenis manfaat yang diterima oleh target

group. Faktor ke empat yang mempengaruhi keberhasilan kebijakan menurut Jan

(29)

wewenang dan tanggung jawab. Menurut Abidin dalam Tahir (2015) mengatakan

kewenangan adalah kekuasaan tertentu yang dipunyai secara diakui pihak – pihak

lain untuk menggunakan peralatan yang tersedia dalam melaksanakan kebijakan.

Kewenangan berkaitan dengan posisi yang berkaitan dengan posisi yang

bersangkutan dan peraturan perundang – undangan yang mengaturnya.

Berdasarkan uraian berbagai model implementasi kebijakan yang telah

dikemukakan, maka penelitian ini akan menggunakan model implementasi

kebijakan Jan Merse dalam Yulianto (2015) untuk menganalisis implementasi

kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Badan Pertanahan Nasional

Kabupaten Enrekang. Pemilihan model implementasi kebijakan Jan Merse di

dasarkan oleh adanya variabel informasi, isi kebijakan, dukungan masyarakat dan

pembagian potensi yang dapat mencakup semua variabel yang dikemukakan oleh

model implementasi kebijakan yang lain.

E. Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap

Di dalam Peraturan Mentri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 pada Pasal 1 menyebutkan

bahwa, Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) adalah kegiatan

pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak bagi semua

obyek pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia dalam satu

wilayah desa / kelurahan atau nama lainnya yang setingkat dengan itu, yang

meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis

mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah untuk keperluan

(30)

1. Adapun ruang lingkup pengukuran dan pemetaan bidang tanah sistematis

lengkap ini adalah :

(a). Ketersediaan Peta Dasar Pendaftaran Tanah

(b). Metode pelaksana pengukuran dan pemetaan bidang tanah

(c). Petugas pelaksana Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah

(d). Proses Pengukuran Bidang Tanah dan pengumpulan informasi Bidang

Tanah

(e). Pelaksanaan Pemetaan Bidang Tanah

(f). Entri data dan integritas data dalam aplikasi Komputerisasi Kegiatan

Pertanahan (KKP)

(g). Pengumuman

(h). Kendali mutu kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah sistematis

lengkap

(i). Pelaporan

2. Kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah sistematis lengkap dapat

dibiayai dengan :

(a). Anggaran Pemerintah Pusat (APBN),

(b). Anggaran Pemerintah Daerah (APBD),

(c). Dana desa,

(d). Swadaya masyarakat,

(e). Swasta melalui program Corporate Social Responsibility (CSR)

(31)

F. Kerangka Pikir

Penelitian ini berjudul “Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Kantor Pertanahan Kabupaten Enrekang”. Penelitian ini akan dianalisis

melalui model implementasi kebijakan publik yang dikemukakan oleh Jan Merse

dalam Koryati (2004) yaitu : (1). Informasi, (2). Isi kebijakan, (3). Dukungan

masyarakat baik secara fisik atau non fisik, (4). Pembagian potensi.

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi rekomendasi bagi Kantor

Pertanahan Kabupaten Enrekang dalam mengimplementasikan kebijakan

Pendafataran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dapat meningkat secara

berkelanjutan. Uraian yang telah dikemukakan, mendasari lahirnya kerangka pikir

penelitian seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikiran

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

OPTIMALISASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDAFATARAN TANAH

SISTEMATUS LENGKAP DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN ENREKANG - Informasi - Isi Kebijakan - Dukungan Masyarakat - Pembagian Potensi

(32)

G. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah pemusatan konsentrasi terhadap tujuan penelitian yang

sedang dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada 4 variabel, yaitu: (1)

Informasi. (2) Isi kebijakan, (3) Dukungan masyarakat (fisik dan non fisik), (4)

Pembagian potensi yang saling berhubungan mengenai pengimplementasian

kebijakan pendaftaran tanah sistematis lengkap (PTSL) yang ada di Badan

Pertanahan Nasional Kabupaten Enrekang.

H. Deskripsi Fokus Penelitian

Deskripsi fokus penelitian adalah penguraian kata – kata secara jelas dan

terperinci terhadap konsentrasi tujuan penelitian yang sedang dilakukan.

Melihat dari fokus penelitian ada beberapa hal yang menjadi fokus dalam

penelitian ini, yaitu :

1. Informasi

Informasi terbagi jadi dua yaitu, pertama informasi untuk petugas PTSL Kantor

Pertanahan yang harus mengetahui dan memahami terlebih dahulu apa yang

mereka lakukan disaat mereka diberi perintah untuk melakukan tindakan berupa

kebijakan peraturan Mentri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 1 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran

Tanah Sistematis Lengkap, yang mengatur pelaksanaan pendaftaran tanah

sistematis lengkap dilaksanakan untuk seluruh obyek Pendaftaran Tanah di

seluruh wilayah Republik Indonesia dan mengatur percepatan pelaksanaan

pendaftaran tanah sistematis lengkap. Dan kedua informasi untuk target yang

(33)

tanah. Setelah dipahami para petugas PTSL memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai aturan dalam pelaksanaan kebijakan peraturan Mentri

Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun

2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.

Informasi memegang peran penting, karena kurangnya informasi yang dimiliki

dapat mempengaruhi kebijakan itu sendiri.

2. Isi kebijakan

Isi kebijakan adalah sejauh mana dampak yang diberikan petugas Kantor

Pertanahan Kabupaten Enrekang kepada kepentingan kelompok sasaran yang

termuat dalam kebjakan mengenai program PTSL yang bertujuan untuk

percepatan pemberian kepastian hukum dan perlindungan hukum Hak atas

Tanah masyarakat secara pasti, sederhana, cepat, lancar, aman, adil, merata dan

terbuka serta akuntabel, sehingga dapat menigkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran masyarakat dan ekonomi negara, serta mencegah sengketa dan

konflik pertanahan. Atas dasar ketentuan di atas, perlu adanya tindakan

pemerintah serta kesadaran masyarakat dalam rangka pendataan tanah demi

terwujudkan tertib administrasi, tertib hukum dan memenuhi tuntutan

masyarakat Indonesia.

3. Dukungan masyarakat

Dukungan masyarakat ialah ikut keterlibatan masyarakat sebagai salah satu

stakeholder dalam proses pelaksanaan program PTSL bersama petugas dari

Kantor Pertanahan Nasional Kabupaten Enrekang demi tercapainya tujuan

(34)

hukum Hak atas Tanah masyarakat secara pasti, sederhana, cepat, lancar, aman,

adil, merata dan terbuka serta akuntabel, sehingga dapat menigkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dan ekonomi negara, serta

mencegah sengketa dan konflik pertanahan. Atas dasar ketentuan di atas, perlu

adanya tindakan pemerintah serta kesadaran masyarakat dalam rangka

pendataan tanah demi terwujudkan tertib administrasi, tertib hukum dan

memenuhi tuntutan masyarakat Indonesia.

4. Pembagian potensi

Pembagian potensi ialah pembagian wewenang dan tanggung jawab. Artinya,

Kantor Pertanahan Kabupaten Enrekang memberikan wewenang kepada Kantor

Desa dan juga masyarakat yang terlibat dalam proses pelaksanaan program

PTSL ini yang bertujuan untuk percepatan pemberian kepastian hukum dan

perlindungan hukum Hak atas Tanah masyarakat secara pasti, sederhana, cepat,

lancar, aman, adil, merata dan terbuka serta akuntabel, sehingga dapat

menigkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dan ekonomi negara,

serta mencegah sengketa dan konflik pertanahan. Atas dasar ketentuan di atas,

perlu adanya tindakan pemerintah serta kesadaran masyarakat dalam rangka

pendataan tanah demi terwujudkan tertib administrasi, tertib hukum dan

(35)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian yang dibutuhkan pada penelitian ini kurang lebih selama 2

(dua) bulan mulai tanggal 19 November 2019 sampai 16 Januari 2020. Lokasi

penelitian berada di Kantor Pertanahan Kabupetn Enrekang karena peneliti melihat

dalam pengimplementasian kebijakan PTSL belum mencapai target yang telah

diberikan. Hal ini juga di informasikan dalam artikel Makkassar Tribun News

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu peneliti

meninjau langsung ke lapangan untuk menemukan dan melakukan observasi

sehingga dapat menghayati langsung keadaan sebenarnya mengenai Implementasi

Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Kantor Pertanahan Kabupaten

Enrekang

2. Tipe Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah fenomologi yaitu peneliti

mengumpulkan data dengan wawancara dan data secara tertulis hal ini dibuat agar

tujuan dari penelitian bisa akurat dengan apa yang terjadi dilapangan dan apa yang

tertuang pada dokumen – dokumen kemudian selanjutnya dengan observasi

(36)

Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Kantor

Pertanahan Kabupaten Enrekang.

C. Sumber Data

Dalam pengumpulan data-data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan

ini maka data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer, yakni :

1. Data Sekunder

Pada data sekunder, sumber data dalam penelitian yang diperoleh peneliti

didapatkan secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat

oleh pihak lain). Baik berupa buku, catatan atau laporan historis yang telah

tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak di

publikasikan berkaitan dengan Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah

Sistematis Lengkap di Kantor Pertanahan Kabupaten Enrekang

2. Data Primer

Pada data primer, sumber data dalam penelitian diperoleh langsung dari sumber

asli (tidak melalui media perantara) dengan langsung menanyakan keterangan dari

pihak Kantor Pertanahan atau masyarakat sebagai peserta yang mengetahui tentang

Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Kantor

Pertanahan Kabupaten Enrekang.

D. Informan Penelitian

Adapun informan dalam penelitian ini akan disesuaikan dengan apa yang

(37)

Tabel 1 Informan Penelitian

No Nama Informan Penelitian

Jabatan Jumlah

1. Saiiful, S.IP Seksi Hubungan Hukum Pertanahan 1

2. Usmayadi Syarifuddin Kepala Desa Karueng 1

3. Ir. Rusdi Kepala Desa Lebang 1

4. Abd Wahab Keapala Desa Labuku 1

5. Peserta program PTSL Masyarakat 3

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan: (1) Wawancara;

(2) Studi dokumentasi; (3) Media review; dan (4) Observasi.

1. Wawancara

Penggunaan metode ini ditujukan untuk menggali informasi tentang

Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Kantor

Pertanahan Kabupaten Enrekang agar biasa mendalam berkaitan dengan

permasalahan penelitian.

Terkait penelitian, peneliti ini menggunakan metode in depth interview,

disitu penelitian dengan informan dengan responden bertatapan secara langsung

untuk mendapat informasi agar lisan dengan maksud data dapat dijelaskan

(38)

Tanah Sistematis Lengkap. Untuk membuat wawancara yang berisi butir-butir

pertanyaan terkait permasalahan penelitian.

2. Studi dokumentasi

Peneliti melakukan studi kompetensi guna mendapatkan data sekunder dengan

cara melakukan kajian terhadap data – data dokumen pribadi dan dokumen

resmi, buku – buku, skripsi, laporan dan dolumentasi lainnya baik visual

maupun berupa tulisan yang berkaitan dengan masalah penelitian berupa

Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Kantor

Pertanahan Kabupaten Enrekang

3. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian secara berulang

terhadap suatu objek pengamatan pada tempat yang sama ataupun berbeda.

Observasi difokuskan pada pengamatan langsung terhadap Implementasi

Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Kantor Pertanahan

Kabupaten Enrekang

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

data interaktif dari Miles dan Huberman (1992), yaitu: (1) Reduksi data (data

reduction), dengan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting, mencari tema dan pola dari data; (2) Penyajian data (data

display), menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

(39)

(verification), penarikan kesimpulan terhadap makna-makna yang muncul dari

data.

G. Pengabsahan Data

Pengabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan yaitu :

1. Perpanjangan pengamatan

Peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, mewawancara

kembali sumber data, baik yang pernah ditemui maupun yang baru. Hal ini

dilakukan guna menguatkan hubungan peneliti dengan narasumber agar

terbangun kondisi yang akrab, terbuka, dan saling memercayai, sehingga

dapat menggali dan mendapatkan informasi yang tepat.

2. Peningkatan ketekunan peneliti

Peneliti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan,

sehingga kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti

dan sistematis.

3. Triangulasi

Memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

tersebut. Tringulasi dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu: (1) Triangulasi

sumber, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan data yang telah

diperoleh dari beberapa sumber; (2) Triangulasi teknik, dengan menguji

kredibilitas data melalui pengecekan data kepada sumber yang sama dengan

teknik yang berbeda; dan (3) Tringulasi waktu, dengan menguji kredibilitas

(40)
(41)

29 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

Kabupaten Enrekang termasuk dalam salah satu wilayah dalam provinsi

Sulawesi Selatan yang secara astronomis terletak pada 314’36”_350’00 Lintang Selatan dan 11940’53”_12006’33” Bujur Timur dan berada pada ketinggian 442 mdpl, dengan luas wilayah sebesar 1.786,01 . Jarak dari Ibu Kota Provinsi

Makassar ke Kab Enrekang berjarak 235 Km.

1. Batas Daerah Kabupaten Enrekang

Secara administratif Kabupaten Enrekang mempunyai batas-batas wilayah yakni

di Sebelah Utara perbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja dengan di Sebelah

Timur perbatasan dengan Kabupaten Luwu, dan di Sebelah Selatan perbatasan

dengan Kabupaten Sidrap dan di Sebelah Barat perbatasan dengan Kabupaten

Pinrang.

Setelah setengah dasawarsa telah mengalami perubahan administrasi

pemerintahan baik pada tingkat kecamatan ataupun pada tingkat kelurahan atau

desa yang pada awalnya tahun 1995 hanya mempunyai jumlah 5 Kecamatan dan

54 kelurahan atau desa dan pada tahun 2008 jumlah kecamatan telah berubah

menjadi 12 dan 129 desa atau kelurahan. Adapun pembagian kecamatan dalam

lingkup Kabupaten Enrekang antara lain :

a. Kecamatan Alla

b. Kecamatan Anggeraja

(42)

d. Kecamatan Masalle

e. Kecamatan Buntu Batu

f. Kecamatan Baroko g. Kecamatan Cendana h. Kecamatan Curio i. Kecamatan Baraka j. Kecamatan Bungin k. Kecamatan Maiwa l. Kecamatan Malua

Secara umum, bentuk topografi wilayah Enrekang telah terbagi atas wilayah

perbukitan (karst) yang telah terbentang di bagian Utara dan Tengah lembah yang

curam, sungai, berbagai jenis flora yang banyak ditemukan pohonan bitti, pohon

hitam Sulawesi, pohon ulin/kayu besi, kayu bayam, kayu kuning. Selain itu

terdapat juga rotan. Jenis anggrek juga banyak ditemukan dan berbagai jenis

tanaman lainnya.

2. Keadaan Sistem Sosial

Terbentuknya struktur pelapisan masyarakat Enrekang mulai dari konsep to

manurung bagaimana cara kedatangan to manurung yang tiba-tiba, turun dari

langit dan dianggap luar biasa. Dan dapat memberikan sikap kewibawaan yang

ampuh dalam menghadapi rakyat. Hal ini pula memberikan satu anggapan bahwa

status sosial to manurung dan keturunan lebih tinggi dari pada masyarakat biasa.

(43)

a. Golongan To Puang atau Arung (Bangsawan) bagi seluruh masyarakat

Enrekang, keturunan To Puang dianggap titisan dewa sehingga mereka

mempunyai peran didalam memegang pucuk pimpinan yang tertinggi dalam

suatu daerah kekuasaan.

b. Golongan “To Merdeka” (Rakyat Biasa) golongan ini mempunyai golongan

tengah dimana mereka tidak sebagaian kaum bangsawan (penguasa) dan bukan

tergolong orang yang diperhamba.

c. Golongan “To Kaunan” (Hamba milik To Puang) golongan yang di perhamba

ataupun abdi dari orang lain.

3. Pemerintahan

Pada mulanya terbentuk Kabupaten Enrekang yang telah berapa kali mengalami

pergantian Bupati sampai sekarang. Pelantikan Bupati Enrekang yang pertama

yaitu pada tanggal 19 Februari tahun 1960 dan telah ditetapkannya sebagai hari

terbentuknya Daerah di Kabupaten Enrekang. Berikut ialah daftar Bupati

Kabupaten Enrekang yang menjabat sejak pembentukan pada tahun 1960 :

a. Andi Babba Mangopo (1960-1963)

b. Muhammad Nur (1963-1964)

c. Muhammad Cahtif Lasiny (1964-1965)

d. Bambang Soetrisna (1965-1969)

e. Abullah Rachman, B.A (1969-1971)

f. Drs. Mappatoeran Parawansa (1971-1973)

g. Mochammad Daud (1973-1978)

(44)

i. Muhammad Saleh Nurdin Agung (1983-1988)

j. Mayjend. TNI H.M. Amin Syam ( 1988-1993)

k. Andi Rachman (1993-1998)

l. Drs. Andi Iqbal Mustafa (1998-2003)

m. Ir.H.La Tinro La Tunrung (2003-2013)

n. Drs. H. Muslimin Bando, M.Pd (2013-Sekarang)

4. Keadaan Penduduk

Adapun jumlah penduduk di Kabupaten Enrekang di beberapa Kecamatan dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2

Jumlah penduduk di Kabupaten Enrekang

No Nama Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Cendana 4254 4579 8833 2 Baraka 11347 11108 22455 3 Buntu Batu 6955 6647 13602 4 Anggeraja 12643 12687 25330 5 Malua 3989 4178 8167 6 Alla 11380 10821 22201 7 Curio 8243 7865 16108 8 Masalle 6593 6288 12881 9 Baroko 5444 5139 10583 10 Enrekang 15727 16494 32221 11 Bungin 2264 2187 4451 12 Maiwa 12358 12424 24782 B. Hasil Penelitian

1. Visi Misi Kabupaten Enrekang

Di Kabupaten Enrekang sebagai daerah yang bisa di katakan cukup potensial

dilihat dari segi sumber daya alamnya. Tingkat aksesbilitas dukungan sarana dan

prasarana sesungguhnya kemungkinan untuk mencapai daerah argopolitan dimana

(45)

terhadap tumbuh kembang berbagai sektor lainnya, seperti industri pemgolahan

perdagangan, lembaga keuangan dan sebagainya. Pengembangan daerah

argopolitan dimaksud yaitu harus tetap mengacu kepada prinsip-prinsip otonomi

dan kemandirian yang melalui pengembangan interkoneksitas antara daerah, baik

di Sulawesi Selatan maupun diluar Sulawesi Selatan. Pembangunan daerah harus

dipandang didalam perspektif masa depan sehingga pelaksanaanya, pembangunan

akan selalu ditempatkan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, kerangka

pembangunan yang seperti itu akan menempatkan aspek kelestarian dilingkungan

sebagai persyaratan paling utama proses untuk pencapaian Visi yang telah di

tetapkan.

Adapun Misi Kabupaten Enrekang ialah :

a. Pilar pendukung perekonomian bagi perkembangan perekonomian Sul-Sel

melalui pengembangan bagai komoditas unggulan khususnya pada sektor

pertanian.

b. Untuk mengembangkan kerja sama kawasan dan keterkaitan fungsional, antara

daerah agar tetap mengacu pada semangat kemandirian dan otonomi.

c. Untuk mengembangkan implementasi pembangunan yang lebih menekankan,

pada perkembangan di bagian kawasan Timur Enrekang didalam rangka

mewujudkan keseimbangan pembangunanya antara wilayah di Kabupaten

Enrekang.

d. Melakukan penataan tata ruang yang mampuh memberi peluang bagi terciptanya

struktur ekonomi dan wilayah yang kuat sehingga memungkinkanya muncul

(46)

e. Menomor satukan norma dan nilai budaya tradisional ataupun keagamaan seperti

kejujuran, keadilan, keterbukaan, saling menghormati, semangat gotong royong,

dan kerja sama didalam berbagai aktifitas pemerintahan, pembangunanya dan

kemasyarakatan.

Gambar 4.1

Peta Kabupaten Enrekang

2. Tujuan

Merupakan penjabaran dari, misi-misi dan telah bersifat operasional tentang apa

saja yang dicapai:

a. Komoditas unggulan, Kabupaten Enrekang mampu memenuhi dari kebutuhan

pasar lokal dan regional maupun untuk kebutuhan ekspor.

b. Pembangunan sumber daya yang menjadi pilar pendukung ekonomi

kerakyatan.

(47)

Enrekang.

d. Terwujudnya kerja sama antara pemerintah di Kabupaten Enrekang dengan

berbagainya macam pihak.

e. Meningkatkan pengolahan potensi dikawasan timur Kabupaten Enrekang.

f. Terwujudnya penataan wilayah, kawasan yang digunakan dan berhasil.

g. Terwujudnya, peningkatan kesejahteraan sosial.

h. Terwujudnya, ketahanan budayanya dan spiritual.

j. Terwujudnya kepemerintahan yang baik partisipatif transparan dan

akuntabel.

k. Untuk Tercapai peraturan dan keamanan ataupun ketertiban dalam

masyarakat.

3. Sasaran

Sasaran yaitu penjabaran dari tujuan, dapat terukur tentang apa saja yang akan

dicapai atau yang akan dihasilkan. Fokus utama sasaran adalah tindakan dan

alokasi sumber daya daerah dalam kegiatan kepemerintahan Kabupaten Enrekang

yang bersifat spesifik dapat dinilai, diukur, dan dapat dicapai dengan berorentasi

pada hasil yang dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun. Sasaran pemerintah

Kabupaten Enrekang yaitu :

a. Meningkatkan daya saing komoditas yang unggulan di Kabupaten

Enrekang.

b. Tumbuh kembangnya sistem perdagangan dan perekonomiana.

c. Meningkatnya sarana dan prasarana fisik pemerintahan.

(48)

e. Meningkatnya kemampuan pembiayaan.

f. Meningkatnya kualitas pelaku ekonomi.

g. Terjalinnya kerja sama dengan pihak luar negeri dalam berbagai bidang

pembangunan.

h. Terwujudnya pemberdayaan Kecamatan dan Desa/Kelurahan.

i. Meningkatnya kerja sama dengan pemerintah Provinsi dalam berbagai

bidang pemerintahan pembangunan dan kemasyarakatan.

j. Meningkatnya kerja sama dengan pemerintah Kabupaten dalam berbagai

bidang pembangunan.

k. Meningkatnya kerja sama dalam berbagai bidang.

l. Terjadinya pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukan atau kesesuaian

lahan.

m. Tercipta pelestarian alam maupun lingkungan hidup.

n. Peningkatan penyelenggaraan pendidikan.

o. Meningkatnya ketahanan budaya dan kehidupan keagamaan.

p. Meningkatnya status sosial masyarakat.

q. Meningkatnya derajat kesejahteraan masyarakat.

r. Tercapai hukum dan penegakan hukum.

s. Bertambah kualitas aparatur.

t. Meningkatnya wawasan kebangsaan.

4. Struktur Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Enrekang Struktur Organisasi Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Enrekang

(49)

b. Sub Bagian Tata Usaha terbagi atas 3 yaitu : (1) Urusan Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan, (2) Urusan Umum dan Kepegawaian, (3) Urusan Keuangan dan BMN

c. Seksi Infrastruktur Pertanahan terbagi atas 2 yaitu : (1) Subseksi Pengukuran

dan Pemetaan Dasar dan Tematik, (2) Subseksi Pengukuran dan Pemetaan

Kadastral

d. Seksi Hubungan Hukum Pertanahan terbagi atas 3 yaitu : (1) Subseksi

Penetapan Hak Tanah dan Pemberdayaan Hak Tanah Masyarakat, (2)

Subseksi Pendaftaran Hak Tanah (3) Subseksi Pemeliharaan Data Hak Tanah

dan PPAT

f. Seksi Penataan Pertanahan terbagi atas 2 yaitu : (1) Subseksi Penatagunaan

Tanah dan Kawasan Tertentu, (2) Subseksi Landrefom dan Kosolidasi Tanah

g. Seksi Pengadaan Tanah terbagi atas 2 yaitu : (1) Subseksi Pemanfaatan Tanah

Pemerintah dan Penilaian Tanah, (2) Subseksi Fasilitasi Pengadaan dan

Penetapan Tanah Pemerintah

h. Seksi Penanganan Masalah dan Pengendalian Pertanahan terbagi atas 2 yaitu

: (1) Subseksi Penanganan Sengketa, Konflik dan Perkara, (2) Subseksi

Pengendalian Pertanahan

5. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Enekang

a. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Enrekang mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional di

kabupaten/kota yang bersangkutan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana

(50)

(1). Penyusunan rencana, program, anggaran, dan pelaporan;

(2). Pelaksanaan survey, pengukuran, dan pemetaan;

(3). Pelaksanaan penetapan hak tanah, pendaftaran tanah dan pemberdayaan

masyarakat

(4). Pelaksanaan pemetaan pertanahan;

(5). Pelaksanaan pengadaan tanah;

(6). Pelaksanaan pengendalian pertanahan dan penanganan sengketa dan

perkara pertanahan; dan

(7). Pelaksanaan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit

organisasi Kantor Pertanahan

b. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, Sub bagian

Tata Usaha mempunyai tugas melakukan pemberian dukungan administrasi

kepada seluruh unit organisasi Kantor Pertanahan. Sub bagian Tata Usaha

menyelenggarakan fungsi :

(1). Penyususnan rencana, program, dan anggaran, serta pelaporan;

(2). Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan program strategis

pertanahan;

(3). Pelaksanaan urusan organisasi, ketatalaksanaan, analisis jabatan, dan

pengelolaan urusan kepegawaian;

(4). Pengordinasian dan fasilitasi peaksanaan reformasi birokrasi di Kantor

Pertanahan

(5). Pelaksanaan urusan keuangan dan administrasi barang milik negara;

(51)

dan penyelenggaraan layanan pengadaan;

(7). Pengordinasian dan fasilitasi penegelolaan pelayanan pertanahan, dan

(8). Pelaksanaan urusan hubungan masyarakat dan pelayanan informasi,

advokasi hukum, peraturan perundang – undangan, dan penanganan

pengaduan masyarkat.

c. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 37, Seksi

Infrastruktur Pertanahan mempunyai tugas melakukan pengoordinasian dan

pelaksanaan pengukuran dan pemetaan dasar, pengukuran dan pemetaan

kadastral. Serta survey dan pemetaan tematik. Seksi Infrastruktur Pertanahan

menyelenggarakan fungsi :

(1). Pelaksanaan pengukuran dan pemetaan dasar;

(2). Pelaksanaan pengukuran batas administrasi, kawasan dan wilayah

tertentu;

(3). Pelaksanaan pembinaan tenaga teknis, surveyor, dan petugas survei dan

pemetaan tematik;

(4). Pelaksanaan pengelolaan dan pemutakhiran peralatan teknis serta

teknologi pengukuran dan pemetaan;

(5). Pelaksanaan pemeliharaan kerangka dasar kadastral nasional

diwilayahnya;

(6). Pelaksanaan dan pengelolaan basis data geospasial pertanahan dan

komputerisasi kegiatan Pertanahan berbasis data spasial;

(7). Pelaksanaan pengukuran dan pemetaan kadastral, pembukuan serta

(52)

perairan;

(8). Pelaksanaan survei dan pemetaan tematik pertanahan, perbatasan dan

wilayah tertentu; dan

(9). Pelaksanaan bimbingan teknis, koordinasi, pemantauan, evaluasi dan

pelaporan di seksi infrastruktur pertanahan.

d. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 41, Seksi

Hubungan Hukum Pertanahan mempunyai tugas melakukan pengoordinasian

dan pelaksanaan penetapan hak tanah dan pemberdayaan hak atas tanah

masyarakat, pendaftaran hak tanah dan pemeliharaan data hak tanah sera

pembinaan PPAT. Seksi Hubungan Hukum Pertanahan menyelenggarakan

fungsi :

(1). Pelaksanaan pemberian penetapan, perpanjangan dan penetapan kembali

hak perseorangan dan badan hukum swasta, serta hak atas ruang dan hak

komunal;

(2). Penyiapan bahan pemberian izin dan penetapan hak atas tanah badan

sosial/keagamaan serta penegasan sebagai tanah wakaf, tanah bekas milik

Belanda dan bekas tanah asing lainnya;

(3). Penyiapan bahan penunjukan badan hukum tertentu yang dapat

mempunyai hak milik;

(4). Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi tanah hak perseorangan dan

badan hukum swasta, serta hak atas ruang;

(5). Pelaksanaan pemberdayaan hak atas tanah masyarakat;

(53)

pemerintah dalam rangka pemberdayaan hak atas tanah masyarakat;

(7). Pelaksanaan pengembangan dan diseminasi model pemberdayaan hak atas

tanah masyarkat;

(8). Pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah, hak atas ruang, hak milik atas

satuan rumah susun, hak pengelolaan, hak tanggungan, tanah wakaf, hak

atas tanah badan sosial/keagamaan, dan pencatatan pembatalan hak serta

hapusnya hak;

(9). Pemeliharaan data pendaftaran tanah dan ruang, hak milik atas satuan

rumah susun, hak pengelolaan, tanah wakaf, dan pemberian izin peralihan

hak, pelepasan hak, perubahan penggunaan dan perubahan

pemanfaatan/komoditas, peralihan saham, pengembangan dan pembinaan

PPAT;

(10). Pengelolaan informasi dan komputerisasi kegiatan Pertanahan berbasis

data yuridis; dan

(11). Pelaksanaan bimbingan teknis, koordinasi, pemantauan, evaluasi dan

pelaporan di seksi hubungan hukum pertanahan.

e. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 45 Seksi

Penataan Pertanahan mempunyai tugas melakukan pengordinasian dan

pelaksanaan penatagunaan tanah dan kawasan tertentu, landreform dan

konsolidasi tanah. Seksi Penataan Pertanahan menyelenggarakan fungsi :

(1). Pelakasanaan penyusunan persediaan tanah, penetapan penggunaan dan

pemanfaatan tanah, neraca penatagunaan tanah, bimbingan dan penebitan

(54)

evaluasi perubahan penggunaan tanah, pengelolaan basis data dan sistem

informasi geografi;

(2). Pelaksanaan inventarisasi dan pengelolaan basis data potensi dan data lahan

pertanian pangan berkelanjutan;

(3), Pelaksanaan inventarisasi dan pengelolaan basis data tanah obyek

landreform, pengusulan penetapan/penegasan tanah byek landreform,

pengeluaran tanah dari obyek landreform, pendayagunaan tanah obyek

landreform dan ganti kerugian tanah obyek ladreform;

(4). Pelaksanaan redistribusi tanah dan pemanfaatan bersama atas tanah;

(5). Pelaksanaan penyusunan potensi obyek konsolidasi tanah, pelaksanaan

sosialisasi, perencanaan, pengembangan desain, promosi, koordinasi dan

kerja sama konsolidasi tanah serta bimbingan partisipasi masyarakat;

(6). Pelaksanaan pemantauan dan pengelolaan data, evaluasi, penanganan

permasalahan dan pelaporan potensi obyek konsolidasi tanah dan konslidasi

tanah;;

(7). Pelaksanaan penataan pemanfaatan kawasan, melaksanakan inventarisasi,

penyesuaian, penataan, pengendalian, zonasi, kerjasama dengan lembaga

pemerintah dan non pemerintah, penyusunan pertimbangan teknis

pertanahan, pemantauan dan evaluasi, serta pengelolaan basis data

pemanfaatan kawasan di wilayah pesisir, pulau kecil, perbatasan dan

kawasan tertentu; dan

(8). Pelaksanaan bimbingan teknis, koordinasi, pemantauan, evaluasi dan

(55)

f. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 49 Seksi

Pengadaan Tanah mempunyai tugas melakukan pengoordinasian dan

pelaksanaan pemanfaatan tanah pemerintah dan penilaian tanah, serta fasilitasi

pengadaan dan penetapan tanah pemerintah. Seksi Pengadaan Tanah

melaksanakan fungsi sebagai berikut :

(1). Pelaksanaan pemeberian perizinan kerjasama pemenfaatan tanah

pemerintah, perpanjangan perizinan kerjasama pemanfaatan tanah

pemerintah, pemberian rekomendasi pencatatan peralihan dan penghapusan

tanah pemerintah serta pemberian rekomendasi penertiban pelanggaran

perjanjian kerjasama pemanfaatan tanah pemerintah;

(2). Fasilitasi perencanan dan persiapan pengadaan tanah, pelaksanaan

pengadaan tanah pemerintah, dan penyerahan hasil pengadaan tanah;

(3). Pelaksanaan penetapan hak atas tanah, izin peralihan hak atau izin

pelepasan hak dan kerjasama pemanfaatan aset instansi pemerintah, badan

hukum pemerintah dan bada usaha pemerintah;

(4). Pelaksanaan penilaian tanah, bidang tanah dan properti;

(5). Pelaksanaan pengadaan, pemutakhiran dan kerjasama pembuatan peta zona

nilai tanah kabupaten/kota, peta zona nilai ekonomi kawasan dan potensi

sumber daya agraria;

(6). Pengelolaan informasi dan Komputerisasi kegiatan Pertanahan berbasis

data zona nilai tanah dan zona nilai ekonomi kawasan; dan

(7). Pelaksanaan bimbingan teknis, koordinasi, pemantauan, evaluasi dan

Gambar

Gambar 2.1  Bagan Kerangka Pikiran
Tabel 1  Informan Penelitian  No  Nama Informan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berjudul “Optimalisasi Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (Studi di Kantor Pertanahan Kabupaten Karanganyar) ” bertujuan untuk mengetahui

Pengaturan hukum mengenai program percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Kota Medan yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan dan Tata Ruang/Badan Pertanahan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan peneliti tentang implementasi kebijakan pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Donggala disimpulkan

Pendaftaran Tanah dengan menggunakan program Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) yang merupakan wujud pelaksanaan kewajiban pemerintah untuk

Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap ini telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam hal ini oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Flores Timur sejak tahun 2017 dalam rangka percepatan

Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk mengukur Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Kabupaten Sumedang yaitu, aspek Hal ini melihat dari 4 aspek implementasi

Efektivitas Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap PTSL Tahun 2018 Dalam Meningkatkan Minat Masyarakat Pada Pensertifikatan Tanah di Badan Pertanahan Nasional Kota Banjarbaru..

Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap pasal 1 ayat 2 yang berbunyi: “Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap yang selanjutnya disingkat PTSL