SKRIPSI
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN ENREKANG
Oleh:
RATNO
Nomor Induk Mahasiswa : 10561 0541 115
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
SKRIPSI
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN ENREKANG
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara ( S.Sos)
Disusun dan Diajukan Oleh:
RATNO
Nomor Stambuk: 10561 05411 15
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMNISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
i
iii
iv
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhimgga kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Implementasi Kebijakan Pendafataran Tanah Sistematis Lengkap
di Kantor Pertanahan Kabuapaten Enrekang”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terwujud tanpa adanya
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ibu Dr. Fatmawaty, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA
selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan
mengarahkan penulis, sehingga ini dapat diselesaikan.
2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat dan
bantuan, baik moril maupun materil.
5. Seluruh Dosen dan Staf pegawai yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Teman – teman yang senantiasa memberikan support untuk menyelesaikan study Irjan
Fadly, S.H., Suwadiman Usman, S.T., dan Surya Asrul, S.T,.
7. Teman – teman di lingkungan Tamalate dan juga di Rusunawa Unhas Joko Sulaiman,
v
S.PWK., Habibur Fathur Rachman, S.T., Muhammad Rahmat, S.T., Gugun Gunawan,
dan Afriansyah.
8. Komunitas Seni Massenrempulu dan Massenrempulu Independent Scooter Family
yang telah memberikan penglaman hidup yang berarti.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 26 Agustus 2020
vi ABSTRAK
RATNO. 2020, Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap Di Kantor Pertanahan Kabupaten Enrekang (dibimbing oleh Fatmawati dan Nasrul Haq)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi kebijakan pendaftaran tanah sistematis lengkap di kantor pertanahan Kabupaten Enrekang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 7 orang. Pengumpulan data yang digunakan adalah observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan yang dilakukan di kantor pertanahan dalam pendaftaran tanah sistematis lengkap (PTSL) di Kabupaten Enrekang belum berjalan dengan baik, hal ini dilihat dari aspek informasi karena terlebih dahulu memahami lalu melakukan sosialisasi, dari isi kebijakan memberikan dampak yang bermanfaat bagi masyarakat, dari dukungan masyarakat dalam program ini ikut serta terlibat dalam proses pelaksanaan program PTSL , pembagian potensi yang dilakukan dengan memberikan tanggung jawab dan wewenang kepada Kantor Desa dan masyarakat yang terlibat dalam program PTSL. Adapun menjadi faktor penghambat yaitu animo masyarakat yang kurang, berkas yang dimiliki masyarakat tidak lengkap, dan batas administrasi desa belum jelas.
vii DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
HALAMAN PENERIMAAN TIM ……… ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x BAB I. PENDAHULUAN………. 1 A. Latar Belakang……… .... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Penelitian Terdahulu ... 8
B. Pergertian Kebijakan Publik ... 9
C. Pergertian Implementasi Kebijakan Publik ... 10
D. Model – Model Implementasi Kebijakan ... 12
E. Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap ... 17
F. Kerangka Pikir ... 19
G. Fokus Penelitian ... 20
H. Deskripsi Fokus Penelitian ... 20
BAB III. METODE PENELITIAN ... 23
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 23
B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 23
C. Sumber Data ... 24
D. Informan Penelitian ... 24
E. Teknik Pengumpulan Data ... 25
F. Teknik Analisis Data ... 26
G. Pengabsahan Data ... 27
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
A. Deskripsi Objek Penelitian ... 29
B. Hasil Penelitian ... 32
viii BAB V. PENUTUP ... 67 A. Kesimpulan ... 67 B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN... 71
ix DAFTAR TABEL Tabel 1 Informan Penelitian No Nama Informan Penelitian Jabatan Jumlah
1. Saiiful, S.IP Seksi Hubungan Hukum Pertanahan
1
2. Usmayadi Syarifuddin Kepala Desa Karueng 1
3. Ir. Rusdi Kepala Desa Lebang 1
4. Abd Wahab Keapala Desa Labuku 1
5. Peserta program PTSL Masyarakat 3
Tabel 2
Jumlah penduduk di Kabupaten Enrekang
No Nama Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Cendana 4254 4579 8833 2 Baraka 11347 11108 22455 3 Buntu Batu 6955 6647 13602 4 Anggeraja 12643 12687 25330 5 Malua 3989 4178 8167 6 Alla 11380 10821 22201 7 Curio 8243 7865 16108 8 Masalle 6593 6288 12881 9 Baroko 5444 5139 10583 10 Enrekang 15727 16494 32221 11 Bungin 2264 2187 4451 12 Maiwa 12358 12424 24782
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikiran
Gambar 4.1
Peta Kabupaten Enrekang IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
OPTIMALISASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDAFATARAN TANAH
SISTEMATUS LENGKAP DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN ENREKANG - Informasi - Isi Kebijakan - Dukungan Masyarakat - Pembagian Potensi
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepastian hukum penting untuk mengatur kehidupan masyarakat adil, agar
menghindarkan pelanggaran yang dapat dilakukan oleh masyarakat ataupun
penegak hukum itu sendiri. Untuk itu diperlukan adanya kaidah hukum yang dapat
dipergunakan negara dalam mengatur tatanan kehidupan masyarakat. Demikian
pula mengenai lahan, Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok – Pokok Agraris di dalam Pasal 19 menyatakan
untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di
seluruh wilayah Republik Indonesia dan bahwa sertifikat hak atas tanah merupakan
bukti yang kuat mengenai suatu penguasaan atau kepemilikan tanah. Menurut
ketentuan – ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah, Pendaftaran
tersebut meliputi : (1) Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah; (2)
Pendaftaran hak – hak atas tanah dan peralihan hak – hak tersebut; (3) Pemberian
surat – surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.
Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah,
menjelaskan tujuan dan kegunaan pendaftaran tanah dan salah satu produknya
bernama sertifikat hak atas tanah tersebut. Untuk memberikan kepastian hukum
dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan
membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. Dalam peraturan
Mentri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1
Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap, yang mengatur pelaksanaan pendaftaran tanah sistematis lengkap
dilaksanakan untuk seluruh obyek Pendaftaran Tanah di seluruh wilayah Republik
Indonesia dan mengatur percepatan pelaksanaan pendaftaran tanah sistematis
lengkap.
Nomor 12 tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap. Dalam Pasal 1 ayat (2) Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
merupakan kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan serentak
bagi semua obyek pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia dalam
satu wilayah desa / kelurahan atau nama lainnya yang setingkat dengan itu, yang
meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis
mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah untuk keperluan
pendaftarannya. Penyelenggaraan pendaftaran tanah sistematis lengkap dapat
dilaksanakan sebagai kegiatan rutinitas Kantor Pertanahan atau merupakan
kegiatan tahunan dari suatu proyek/program. Salah satu tahapan dari kegiatan
pendaftaran tanah adalah kegiatan fisik. Pengumpulan data fisik meliputi : (1)
Penetapan batas bidang tanah; (2) Pengukuran batas bidang tanah; (3) Pemetaan
bidang tanah; (4) Pengumuman data fisik; (5) Menjalankan prosedur dan
memasukkan data dan informasi yang berkaitan dengan data fisik bidang tanah di
aplikasi KKP dengan berpedoman kepada ketentuan peraturan perundang –
Tujuan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) adalah untuk percepatan
pemberian kepastian hukum dan perlindungan hukum Hak atas Tanah masyarakat
secara pasti, sederhana, cepat, lancar, aman, adil, merata dan terbuka serta
akuntabel, sehingga dapat menigkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat
dan ekonomi negara, serta mencegah sengketa dan konflik pertanahan. Atas dasar
ketentuan di atas, perlu adanya tindakan pemerintah serta kesadaran masyarakat
dalam rangka pendataan tanah demi terwujudkan tertib administrasi, tertib hukum
dan memenuhi tuntutan masyarakat Indonesia. Penyelengaraan pendaftaran tanah
akan menghasilkan suatu produk akhir yaitu berupa sertifikat tanah sebagai tanda
bukti kepemilikan hak atas tanah. Namun dalam pelaksanaannya, pasti ada
hambatan, baik dalam pelaksanaan admnistrasi maupun dari masyarakat itu sendiri.
Masyarakat masih ada yang belum mengerti akan pentingnya suatu pendataan
tanah. Pemegang hak atau tanah berhak mendapatkan bukti otentik yang
berkekuatan hukum tentang kepemilikan tanahnya dari lembaga yang berwenang,
yaitu Badan Pertanahan Nasional.
Sebelum adanya program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap ini dalam
pelaksanaannya pemohon mendatangi Kantor Pertanahan dalam pengurusan
sertifikat tanah kemudian mengikuti beberapa tahap untuk mengurus sertifikat
tanah. Mengenai waktu dalam pembuatan sertifikat tanah itu, tergantung dari luas
tanah dan jenis peruntukan tanah tersebut. Contohnya 38 hari untuk tanah pertanian
seluas kurang dari 2 hektar. Mengenai biaya pengurusan sertifikat tanah
sebenarnya tergantung dari lokasi, peruntukan dan luas tanah. Sedangkan adanya
seluruh wilayah Indonesia para petugas dari Kantor Pertanahan meninjau dan
melaksanakan secara langsung dengan bekerjasama dengan aparatur desa /
kelurahan atau nama lain yang setingkat dengan itu untuk melaksanakan program
PTSL ini. Dalam proses pelaksanaan program PTSL diharapkan dapat
dilaksanakan dengan proses yang cepat dan juga masyarakat tidak lagi
mengeluarkan biaya transportasi untuk mendatangi kantor Pertanahan terkhusus
masyarakat yang berada di daerah pedalaman karena sudah dapat mengurus
sertifikat tanah di kantor desa. Adapun dalam proses program Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap ini tidak dikenakan biaya / gratis yang ditanggung oleh
pemerintah. Adapun mengenai beban biaya yang dibayarkan masyarakat tertuang
dalam keputusan SKB 3 Mentri Nomor 25 Tahun 2017, ketiga mentri tersebut
adalah Mentri ATR, Mentri Dalam Negri, dan Mentri Desa yaitu kategori I untuk
Porvinsi Papua, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur sebesar Rp. 450.000;
kategori II untuk Provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat sebesar Rp. 350.000;
kategori III untuk Provinsi Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Sealatan,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat,
Kalimantan Timur sebesar Rp. 250.000; kategori IV untuk Provinsi Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Kalimantan Selatan sebesar Rp. 200.000;
dan kategori V untuk Pulau Jawa dan Bali sebesar Rp. 150.000 yang ditanggung
oleh peserta program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap ini yang dikeluarkan
untuk (1) Penyediaan Surat Tanah bagi yang belum ada; (2) Pembuatan dan
terkena; dan (4) Dan lain – lain seperti materai, FotoCopy Lettter, Saksi,dsb.
Dalam program pemerintah Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap untuk
Kabupaten Enrekang pada tahun 2018 dibebankan 3.000 sertifikat, ada 3 desa yang
di amanahkan yaitu Desa Karueng, Desa Lebang, dan Desa Labuku. Tetapi hanya
1.985 yang terealisasi dari 3.000 yang ditargetkan. Adapun pada
pengimplementasian Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap Kabupaten Enrekang
pada tahun 2019 dibebankan 2.990 di Desa Malalin, Kecamatan Cendana, Desa
Tapong, Desa Baringin, Desa Patondon Salu, Desa Mangkawani, dan Desa Botto
Malangga, Kecamatan Maiwa yang telah direalisasikan juga 2.990 sesuai target
yang diberikan. Pelaksanaan program PTSL Pada tahun 2018 program PTSL
dilaksanakan pada bulan Maret dan selesai pada bulan Desember, sedangkan pada
tahun 2019 program PTSL dilaksanakan pada bulan Maret dan selesai lebih cepat
yang awalnya ditargetkan selesai di bulan akhir Desember bisa selesai di awal
Oktober yang telah berhasil menerbitkan 4.975 sertifikat. Jadi, penelitian ini
borfokus pada pengimplementasian pada tahun 2018. Berdasarkan hasil observasi,
terdapat beberapa hambatan yang membuat program PTSL ini tidak mencapai
target, yakni : (1) Animo masyarakat kurang terhadap program PTSL ini; (2) Rata – rata bidang tanah di Enrekang tidak memiliki berkas yang lengkap; (3) Batas administrasi desa belum jelas.
Manriknya penelitian ini menggunakan ruang lingkup Ilmu Administrasi
Negara dengan kajian mengenai pelaksanaan pendaftaran tanah sistematis lengkap
tanah yang belum bersertifikat pada Kantor Pertanahan Kabupaten Enrekang.
permasalahan mengenai program percepatan pendaftaran tanah sistematis lengkap
berikut masalah – masalah yang terjadi di lapangan sebagai bahan penyusunan
skripsi dengan judul, “Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap (PTSL) di Kantor Pertanahan Kabupaten Enrekang.” B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana implementasi program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
(PTSL) di Kantor Pertanahan Kabupaten Enrekang ?
2. Apakah faktor – faktor yang menjadi penghambat atau kendala dalam
implementasi Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Kantor
Pertanahan Kabupaten Enrekang ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui implementasi program pendaftaran tanah sistematis
lengkap (PTSL) di Kantor Pertanahan Kabupaten Enrekang
2. Untuk mengetahui kendala apa saja yang menghambat pengimplementasian
program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Kantor
Pertanahan Kabupaten Enrekang
D. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, pemikiran
berkenaan dengan pengimplementasian program percepatan pendafataran
tanah sistematis lengkap
b. Sebagai salah satu sumber data dan informasi atau bahan referensi dasar
bagi para mahasiswa dan peneliti yang berminat untuk melakukan
penelitian.
2. Manfaat praktis
a. Sebagai sumber data dan informasi, serta dasar pertimbangan bagi pihak
Kantor Pertanahan dalam implementasi kebijakan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap (PTSL) yang dapat meningkatkan kualitas dalam
pelaksanaannya.
b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman mengenai pelaksanaan Pendafataran Tanah Sistematis
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian – penelitian terdahulu yang relevan dalam mendukung
penelitian ini, di anataranya :
1. Peneitian Taufik Imam Ashari (2018) dengan judul “Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Kabupaten Lampung Selatan” yang menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap (PTSL) dalam upaya percepatan persertipikatan tanah
secara menyeluruh di Kabupaten Lampung Selatan , dilihat dari indikator yang
telah dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn dalam Subarsono (2012: 99)
belum berjalan secara optimal. Dikarenakan, pada sumber daya non manusia
dan disposisi implementor tidak sesuai dengan pernyataan Van Meter dan Van
Horn. Dilihat dari sumber daya non manusia, sebenarnya sarana dan prasarana
yang ada pada Balai Desa atau Kelurahan sudah sangat sudah mendukung akan
tetapi pada implementasinya di lapangan aparatur desa atau kelurahan tidak
memakai sarana dan prasarana yang ada. Pada segi disposisi implementor juga
tidak sesuai karena salah satu implementor yaitu pada tingkat keluarahan tidak
memahmi dan menjalankan tugasnya sesuai dengan standart operating
procedur (SOP).
2. Penelitian Alfi Khairi (2017) dengan judul Implementasi “Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Kabupaten Singingi” yang menyimpulkan bahwa Implementasi Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di
Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2017 belum terlaksana dengan baik. Hal ini
yang paling dominan untuk mempengaruhi implementasi Program Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Kabupaten Kuantan Singingi adalah faktor
sumber daya.
B. Teori Kebijakan Publik
Secara terminologi pengertian kebijakan publik (public policy) ternyata banyak
sekali, tergantung dari sudut mana kita mengartikannya. Menurut Woll
sebagaimana dikutip Tangkilisan (2003: 2) menyebutkan bahwa kebijakan publik
ialah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat,
baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Hal ini dipengaruhi oleh keterlibatan faktor – faktor bukan
pemerintah. Robert Eyestone sebagaimana dikutip Agustino (2008: 6)
mendefinisikan kebijakan publik sebagai “hubungan antara unit pemerintah dengan lingkungannya”. Banyak pihak beranggapan bahwa definisi tersebut masih terlalu luas untuk dipahami, karena apa yang dimaksud dengan kebijakan publik dapat
mencakup banyak hal.
Menurut Thomas R Dye sebagaimana dikutip Winarno (2009: 19) mendefinisikan kebijakan publik sebagai “is whatever government choose to do or
not to do” ( apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau untuk tidak
dilakukan ). Definisi ini menekankan bahwa kebijakan publik adalah perwujudan “tindakan” dan bukan merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat publik semata. Di samping itu pilihan pemerintah atau pejabat publik karena
melakukan sesuatu. James E Anderson dikutip Winarno (2012) mengungkapkan
bahwa kebijakan adalah “ a purposive course of action followed by an actor or set
of actors in dealing with a problem or matter of concer “ ( serangkaian tindakan
yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku
atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu).
Dari beberapa pendapat di atas penulis dapat berpendapat bahwa kebijakan
publik adalah suatu tindakan yang dilakukan kelompok atau individu yang
mempunyai tujuan tertentu untuk memecahkan masalah demi kepentingan orang
banyak.
C. Teori Implementasi Kebijakan Publik
Menururt Anderson dalam Putra (2003: 82) implemntasi kebijakan dapat dilihat
dari empat aspek yaitu sebagai berikut :
1. Who is involved in policy implementation yang berarti siapa yang
mengimplemntasikan kebijakan
2. The nature of the administrative process yang berarti hakekat dari proses
administrasi
3. Compliance with policy content yang berarti kepatuhan kepada kebijakan
4. Impact yang berarti efek dari dampak dari implemntasi kebijakan
Menurut Van Metter dan Van Horrn dalam Agustino (2008: 195) menjelaskan
implementasi kebijakan adalah tindakan – tindakan yang dilakukan baik oleh
individu – individu / pejabat – pejabat atau kelompok – kelompok pemerintah atau
swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam
Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Agustino (2008: 196) menjelaskan
implementasi kebijakan adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya
dalam bentuk undang – undang, namun dapat pula berbentuk perintah – perintah
atau keputusan – keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan
peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah – masalah
yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur peran
implementasinya.
Menurut Purwanto dan Sulisyasuti (2012: 21), “implementasi intinya adalah kegiatan untuk menditribusikan keluaran kebijakan (to deliver policy output) yang
dilakukan oleh para implementor kepada kelompok sasaran (target group) sebagai
upaya untuk mewujudkan kebijakan”.
Ripley dan Franklin dalan Winarno (2014: 148) menyatakan bahwa
implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang – undang ditetapkan yang
memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu jenis
keluaran yang nyata (tangible output).
Thomas R Dye dalam Agustino (20018: 7) mendefinisikan kebijakan publik
merupakan upaya yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak
dilakukan yang berupa sasaran atau tujuan program – program pemerintah.
Kata implementasi sendiri berasal dari bahasa Inggris “to implement ” artinya
mengimplementasikan. Arti implementasi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
suatu tindakan atau pelaksana rencana yang telah disusun secara cermat dan rinci
(matang).
Dalam kalimat lain implementasi itu sebagai penyedia sarana untuk
melaksanakan sesuatu yang menyebabkan dampak terhadap sesuatu. Sesuatu
tersebut dilakukan agar timbul dampak berupa undang – undang, peraturan
pemerintah, keputusan peradilan serta kebijakan yang telah dibuat oleh lembaga
pemerintah dalam kehidupan bernegara.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas yang mendefinisikan implementasi
kebijakan, maka penulis mangambil kesimpulan bahwa penegertian implementasi
adalah suatu proses yang melibatkan sejumlah sumber yang termasuk manusia,
dana, dan kemampuan organisasional yang dilakukan pemerintah, baik berupa
undang – undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan serta kebijakan yang
telah dibuat oleh lembaga pemerintah dalam kehidupan bernegara untuk mencapai
tujuan yang ingin dicapai.
D. Model – Model Implementasi Kebijakan 1. Model Grindle
Menurut Merilee S. Grindle dalam Subarsono (2010) menuturkan bahwa
keberhasilan proses implementasi kebijakan sampai kepada tercapainya hasil
tergantung kepada kegiatan program yang telah dirancang dan pembiayaan cukup,
selain dipengaruhi oleh Content Of Policy (isi kebijakan) dan Contes Of
Implementations (konteks imlementasinya).
a. Isi kebijakan yang dimaksud meliputi :
2). Jenis manfaat yang dihasilkan (tipe of benefit)
3). Derajat perubahan yang diinginkan (extent of change envisioned).
4). Kedudukan pembuat kebijakan (site of decision making)
5). Para pelaksana program (program implementor)
6). Sumber daya yang dikerahkan (resources commited)
b. Sedangkan konteks imlementasi yang dimaksud :
1). Kekuasaan (power)
2). Kepentingan strategi aktor yang terlibat (interest strategis of actors
involved).
3). Karakteristik lembaga dan penguasa (institution and regine characteristics).
4). Kepatuhan dan daya tanggap pelaksana (compliance and responsiveness).
2. Model Mazmanian dan Sabatier
Terdapat 3 (tiga) kelompok variabel yang memengaruhi keberhasilan
implementasi kebijakan publik menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Agustino
(2008), yaitu:
a. Mudah tidaknya masalah dikendalikan (tractability of the problem)
Kategori tractability of the problem mencakup variabel-variabel: (1) Tingkat
kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan; (2) Tingkat kemajemukan
kelompok sasaran; (3) Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi; dan
(4) Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan.
b. Kemampuan kebijakan untuk menstrukturisasikan proses implementasi (ability
Kategori ability of statute to structure implementation mencakup
variabel-variabel: (1) Kejelasan isi kebijakan; (2) Seberapa jauh kebijakan tersebut
memiliki dukungan teoretis; (3) Besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap
kebijakan tersebut; (4) Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar
instansi pelaksana; (5) Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan
pelaksana; (6) Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan; dan (7)
Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam
implementasi kebijakan.
c. Variabel di luar kebijakan/ variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting
implementation)
Kategori nonstatutory variables affecting implementation mencakup
variabel-variabel: (1) Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan
teknologi; (2) Dukungan publik terhadap kebijakan; (3) Sikap dari kelompok
pemilih (constituent groups); dan (4) Tingkat komitmen dan keterampilan dari
aparat dan implementor.
3. Model Implementasi Kebijakan Elmore, dkk
Model yang disusun Richard Elmore, Michael Lipsky, Benny Hjern dan David O’Porter dalam Yulianto (2015) dimulai dari mengidentifikasikan jaringan aktor yang terlibat dalam proses pelayanan dan menanyakan kepada mereka: tujuan,
strategi, aktivitas, dan kontak – kontak yang mereka miliki. Model implementasi
ini didasarkan pada jenis kebijakan publik yang mendorong masyarakat untuk
mengerjakan sendiri implementasi kebijakannya sendiri atau tetap melibatkan
yang dibuat haurs sesuai dengan harapan, keinginan, publik yang menjadi target
atau kliennya, dan sesuai pula dengan pejabat eselon rendah yang menjadi
pelaksanaanya. Kebijakan model ini biasanya diprakarsai oleh masyarakat, baik
secara langsung maupun melalui lembaga – lembaga nirlaba kemasyarakatan
(LSM).
4. Model Implementasi Kebijakan Goggin
Menurut Malcolm Goggin, Ann Bowman, dan James Lester dalam Yulianto (2015) mengembangkan apa yang disebutnya sebagai “communication model” untuk implementasi kebijakan yang lebih ilmiah dengan mengedepankan
pendekatan metode penelitian dengan adanya variabel independen, intervening,
dan dependen juga meletakkan komunikasi sebagai penggerak dalam implementasi
kebijakan. Untuk mengimplementasi kebijakan dengan model Goggin ini dapat
mengidentifikasi variabel – variabel yang mempengaruhi tujuan – tujuan formal
pada keseluruhan implementasi, yakni : (a) Bentuk dan isi kebijakan, termasuk
didalamnya kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi, (b)
Kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana maupun insentif
lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif, dan (c) pengaruh
lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristik, motivasi, kecenderungan
hubungan antara warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya.
5. Model Implementasi Kebijakan Richard Matland
Richard Matland dalam Subarsono (2010) mengembangkan sebuah model yang
disebut dengan Model Matriks Ambiguitas-Konflik yang menjelaskan bahwa
Kebijakan di sini memliki ambiguitas atau kemenduaan yang rendah dan konflik
yang rendah. Implementasi secara politik adalah implementasi yang perlu
dipaksakan secara politik, karena walaupun ambiguitasnya rendah, tingkat
konfliknya tinggi. Implementasi secara simbolik dilakukan pada kebijakan yang
mempunyai ambiguitas tinggi dan konflik yang tinggi.
6. Model Implementasi Kebijakan Jan Merse
Jan Merse dalam Yulianto (2015) mengemukakan bahwa “Model implementasi kebijakan dipengaruhi oleh faktor – faktor yaitu : (a) informasi, (b) isi kebijakan,
(c) dukungan masyarakat secara fisik dan non fisik, (d) pembagian potensi.
Menurutnya, informasi kebijakan publik perlu disampaikan kepada pelaku
kebijakan agar dapat mengetahui, memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah,
kelompok sasaran kebijakan agar para pelaku kebijakan dapat mempersiapkan
dengan benar apa yang harus dipersiapkan dan lakukan untuk melaksanakan
kebijakan publik agar apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan dapat dicapai
sesuai yang diharapkan. Dukungan masyarakat tetap dibutuhkan, yang berkaitan
erat dengan partisipasi masyarakat sebagai salah satu stakeholder dalam proses
pelaksanaan program. Penegasan di atas membuktikan bahwa setiap implementasi
program tetap membutuhkan dukungan masyarakat atau partisispasi masyarakat
sebagai stakeholder. Oleh karena pentingnya partisipasi masyarakat dal setiap
implementasi kebijakan program pembangunan dan kemasyarakatan. Menurut Jan
Merse isi kebijakan yang dimaksud ialah jenis manfaat yang diterima oleh target
group. Faktor ke empat yang mempengaruhi keberhasilan kebijakan menurut Jan
wewenang dan tanggung jawab. Menurut Abidin dalam Tahir (2015) mengatakan
kewenangan adalah kekuasaan tertentu yang dipunyai secara diakui pihak – pihak
lain untuk menggunakan peralatan yang tersedia dalam melaksanakan kebijakan.
Kewenangan berkaitan dengan posisi yang berkaitan dengan posisi yang
bersangkutan dan peraturan perundang – undangan yang mengaturnya.
Berdasarkan uraian berbagai model implementasi kebijakan yang telah
dikemukakan, maka penelitian ini akan menggunakan model implementasi
kebijakan Jan Merse dalam Yulianto (2015) untuk menganalisis implementasi
kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten Enrekang. Pemilihan model implementasi kebijakan Jan Merse di
dasarkan oleh adanya variabel informasi, isi kebijakan, dukungan masyarakat dan
pembagian potensi yang dapat mencakup semua variabel yang dikemukakan oleh
model implementasi kebijakan yang lain.
E. Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
Di dalam Peraturan Mentri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 pada Pasal 1 menyebutkan
bahwa, Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) adalah kegiatan
pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak bagi semua
obyek pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia dalam satu
wilayah desa / kelurahan atau nama lainnya yang setingkat dengan itu, yang
meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis
mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah untuk keperluan
1. Adapun ruang lingkup pengukuran dan pemetaan bidang tanah sistematis
lengkap ini adalah :
(a). Ketersediaan Peta Dasar Pendaftaran Tanah
(b). Metode pelaksana pengukuran dan pemetaan bidang tanah
(c). Petugas pelaksana Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah
(d). Proses Pengukuran Bidang Tanah dan pengumpulan informasi Bidang
Tanah
(e). Pelaksanaan Pemetaan Bidang Tanah
(f). Entri data dan integritas data dalam aplikasi Komputerisasi Kegiatan
Pertanahan (KKP)
(g). Pengumuman
(h). Kendali mutu kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah sistematis
lengkap
(i). Pelaporan
2. Kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah sistematis lengkap dapat
dibiayai dengan :
(a). Anggaran Pemerintah Pusat (APBN),
(b). Anggaran Pemerintah Daerah (APBD),
(c). Dana desa,
(d). Swadaya masyarakat,
(e). Swasta melalui program Corporate Social Responsibility (CSR)
F. Kerangka Pikir
Penelitian ini berjudul “Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Kantor Pertanahan Kabupaten Enrekang”. Penelitian ini akan dianalisis
melalui model implementasi kebijakan publik yang dikemukakan oleh Jan Merse
dalam Koryati (2004) yaitu : (1). Informasi, (2). Isi kebijakan, (3). Dukungan
masyarakat baik secara fisik atau non fisik, (4). Pembagian potensi.
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi rekomendasi bagi Kantor
Pertanahan Kabupaten Enrekang dalam mengimplementasikan kebijakan
Pendafataran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dapat meningkat secara
berkelanjutan. Uraian yang telah dikemukakan, mendasari lahirnya kerangka pikir
penelitian seperti pada gambar 2.1
Gambar 2.1
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikiran
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
OPTIMALISASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDAFATARAN TANAH
SISTEMATUS LENGKAP DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN ENREKANG - Informasi - Isi Kebijakan - Dukungan Masyarakat - Pembagian Potensi
G. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah pemusatan konsentrasi terhadap tujuan penelitian yang
sedang dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada 4 variabel, yaitu: (1)
Informasi. (2) Isi kebijakan, (3) Dukungan masyarakat (fisik dan non fisik), (4)
Pembagian potensi yang saling berhubungan mengenai pengimplementasian
kebijakan pendaftaran tanah sistematis lengkap (PTSL) yang ada di Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Enrekang.
H. Deskripsi Fokus Penelitian
Deskripsi fokus penelitian adalah penguraian kata – kata secara jelas dan
terperinci terhadap konsentrasi tujuan penelitian yang sedang dilakukan.
Melihat dari fokus penelitian ada beberapa hal yang menjadi fokus dalam
penelitian ini, yaitu :
1. Informasi
Informasi terbagi jadi dua yaitu, pertama informasi untuk petugas PTSL Kantor
Pertanahan yang harus mengetahui dan memahami terlebih dahulu apa yang
mereka lakukan disaat mereka diberi perintah untuk melakukan tindakan berupa
kebijakan peraturan Mentri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 1 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap, yang mengatur pelaksanaan pendaftaran tanah
sistematis lengkap dilaksanakan untuk seluruh obyek Pendaftaran Tanah di
seluruh wilayah Republik Indonesia dan mengatur percepatan pelaksanaan
pendaftaran tanah sistematis lengkap. Dan kedua informasi untuk target yang
tanah. Setelah dipahami para petugas PTSL memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai aturan dalam pelaksanaan kebijakan peraturan Mentri
Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun
2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.
Informasi memegang peran penting, karena kurangnya informasi yang dimiliki
dapat mempengaruhi kebijakan itu sendiri.
2. Isi kebijakan
Isi kebijakan adalah sejauh mana dampak yang diberikan petugas Kantor
Pertanahan Kabupaten Enrekang kepada kepentingan kelompok sasaran yang
termuat dalam kebjakan mengenai program PTSL yang bertujuan untuk
percepatan pemberian kepastian hukum dan perlindungan hukum Hak atas
Tanah masyarakat secara pasti, sederhana, cepat, lancar, aman, adil, merata dan
terbuka serta akuntabel, sehingga dapat menigkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat dan ekonomi negara, serta mencegah sengketa dan
konflik pertanahan. Atas dasar ketentuan di atas, perlu adanya tindakan
pemerintah serta kesadaran masyarakat dalam rangka pendataan tanah demi
terwujudkan tertib administrasi, tertib hukum dan memenuhi tuntutan
masyarakat Indonesia.
3. Dukungan masyarakat
Dukungan masyarakat ialah ikut keterlibatan masyarakat sebagai salah satu
stakeholder dalam proses pelaksanaan program PTSL bersama petugas dari
Kantor Pertanahan Nasional Kabupaten Enrekang demi tercapainya tujuan
hukum Hak atas Tanah masyarakat secara pasti, sederhana, cepat, lancar, aman,
adil, merata dan terbuka serta akuntabel, sehingga dapat menigkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dan ekonomi negara, serta
mencegah sengketa dan konflik pertanahan. Atas dasar ketentuan di atas, perlu
adanya tindakan pemerintah serta kesadaran masyarakat dalam rangka
pendataan tanah demi terwujudkan tertib administrasi, tertib hukum dan
memenuhi tuntutan masyarakat Indonesia.
4. Pembagian potensi
Pembagian potensi ialah pembagian wewenang dan tanggung jawab. Artinya,
Kantor Pertanahan Kabupaten Enrekang memberikan wewenang kepada Kantor
Desa dan juga masyarakat yang terlibat dalam proses pelaksanaan program
PTSL ini yang bertujuan untuk percepatan pemberian kepastian hukum dan
perlindungan hukum Hak atas Tanah masyarakat secara pasti, sederhana, cepat,
lancar, aman, adil, merata dan terbuka serta akuntabel, sehingga dapat
menigkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dan ekonomi negara,
serta mencegah sengketa dan konflik pertanahan. Atas dasar ketentuan di atas,
perlu adanya tindakan pemerintah serta kesadaran masyarakat dalam rangka
pendataan tanah demi terwujudkan tertib administrasi, tertib hukum dan
23 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian yang dibutuhkan pada penelitian ini kurang lebih selama 2
(dua) bulan mulai tanggal 19 November 2019 sampai 16 Januari 2020. Lokasi
penelitian berada di Kantor Pertanahan Kabupetn Enrekang karena peneliti melihat
dalam pengimplementasian kebijakan PTSL belum mencapai target yang telah
diberikan. Hal ini juga di informasikan dalam artikel Makkassar Tribun News
B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu peneliti
meninjau langsung ke lapangan untuk menemukan dan melakukan observasi
sehingga dapat menghayati langsung keadaan sebenarnya mengenai Implementasi
Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Kantor Pertanahan Kabupaten
Enrekang
2. Tipe Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah fenomologi yaitu peneliti
mengumpulkan data dengan wawancara dan data secara tertulis hal ini dibuat agar
tujuan dari penelitian bisa akurat dengan apa yang terjadi dilapangan dan apa yang
tertuang pada dokumen – dokumen kemudian selanjutnya dengan observasi
Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Kantor
Pertanahan Kabupaten Enrekang.
C. Sumber Data
Dalam pengumpulan data-data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan
ini maka data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer, yakni :
1. Data Sekunder
Pada data sekunder, sumber data dalam penelitian yang diperoleh peneliti
didapatkan secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat
oleh pihak lain). Baik berupa buku, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak di
publikasikan berkaitan dengan Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap di Kantor Pertanahan Kabupaten Enrekang
2. Data Primer
Pada data primer, sumber data dalam penelitian diperoleh langsung dari sumber
asli (tidak melalui media perantara) dengan langsung menanyakan keterangan dari
pihak Kantor Pertanahan atau masyarakat sebagai peserta yang mengetahui tentang
Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Kantor
Pertanahan Kabupaten Enrekang.
D. Informan Penelitian
Adapun informan dalam penelitian ini akan disesuaikan dengan apa yang
Tabel 1 Informan Penelitian
No Nama Informan Penelitian
Jabatan Jumlah
1. Saiiful, S.IP Seksi Hubungan Hukum Pertanahan 1
2. Usmayadi Syarifuddin Kepala Desa Karueng 1
3. Ir. Rusdi Kepala Desa Lebang 1
4. Abd Wahab Keapala Desa Labuku 1
5. Peserta program PTSL Masyarakat 3
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan: (1) Wawancara;
(2) Studi dokumentasi; (3) Media review; dan (4) Observasi.
1. Wawancara
Penggunaan metode ini ditujukan untuk menggali informasi tentang
Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Kantor
Pertanahan Kabupaten Enrekang agar biasa mendalam berkaitan dengan
permasalahan penelitian.
Terkait penelitian, peneliti ini menggunakan metode in depth interview,
disitu penelitian dengan informan dengan responden bertatapan secara langsung
untuk mendapat informasi agar lisan dengan maksud data dapat dijelaskan
Tanah Sistematis Lengkap. Untuk membuat wawancara yang berisi butir-butir
pertanyaan terkait permasalahan penelitian.
2. Studi dokumentasi
Peneliti melakukan studi kompetensi guna mendapatkan data sekunder dengan
cara melakukan kajian terhadap data – data dokumen pribadi dan dokumen
resmi, buku – buku, skripsi, laporan dan dolumentasi lainnya baik visual
maupun berupa tulisan yang berkaitan dengan masalah penelitian berupa
Implementasi Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Kantor
Pertanahan Kabupaten Enrekang
3. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian secara berulang
terhadap suatu objek pengamatan pada tempat yang sama ataupun berbeda.
Observasi difokuskan pada pengamatan langsung terhadap Implementasi
Kebijakan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Kantor Pertanahan
Kabupaten Enrekang
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
data interaktif dari Miles dan Huberman (1992), yaitu: (1) Reduksi data (data
reduction), dengan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, mencari tema dan pola dari data; (2) Penyajian data (data
display), menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
(verification), penarikan kesimpulan terhadap makna-makna yang muncul dari
data.
G. Pengabsahan Data
Pengabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan yaitu :
1. Perpanjangan pengamatan
Peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, mewawancara
kembali sumber data, baik yang pernah ditemui maupun yang baru. Hal ini
dilakukan guna menguatkan hubungan peneliti dengan narasumber agar
terbangun kondisi yang akrab, terbuka, dan saling memercayai, sehingga
dapat menggali dan mendapatkan informasi yang tepat.
2. Peningkatan ketekunan peneliti
Peneliti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan,
sehingga kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti
dan sistematis.
3. Triangulasi
Memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
tersebut. Tringulasi dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu: (1) Triangulasi
sumber, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan data yang telah
diperoleh dari beberapa sumber; (2) Triangulasi teknik, dengan menguji
kredibilitas data melalui pengecekan data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda; dan (3) Tringulasi waktu, dengan menguji kredibilitas
29 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
Kabupaten Enrekang termasuk dalam salah satu wilayah dalam provinsi
Sulawesi Selatan yang secara astronomis terletak pada 314’36”_350’00 Lintang Selatan dan 11940’53”_12006’33” Bujur Timur dan berada pada ketinggian 442 mdpl, dengan luas wilayah sebesar 1.786,01 . Jarak dari Ibu Kota Provinsi
Makassar ke Kab Enrekang berjarak 235 Km.
1. Batas Daerah Kabupaten Enrekang
Secara administratif Kabupaten Enrekang mempunyai batas-batas wilayah yakni
di Sebelah Utara perbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja dengan di Sebelah
Timur perbatasan dengan Kabupaten Luwu, dan di Sebelah Selatan perbatasan
dengan Kabupaten Sidrap dan di Sebelah Barat perbatasan dengan Kabupaten
Pinrang.
Setelah setengah dasawarsa telah mengalami perubahan administrasi
pemerintahan baik pada tingkat kecamatan ataupun pada tingkat kelurahan atau
desa yang pada awalnya tahun 1995 hanya mempunyai jumlah 5 Kecamatan dan
54 kelurahan atau desa dan pada tahun 2008 jumlah kecamatan telah berubah
menjadi 12 dan 129 desa atau kelurahan. Adapun pembagian kecamatan dalam
lingkup Kabupaten Enrekang antara lain :
a. Kecamatan Alla
b. Kecamatan Anggeraja
d. Kecamatan Masalle
e. Kecamatan Buntu Batu
f. Kecamatan Baroko g. Kecamatan Cendana h. Kecamatan Curio i. Kecamatan Baraka j. Kecamatan Bungin k. Kecamatan Maiwa l. Kecamatan Malua
Secara umum, bentuk topografi wilayah Enrekang telah terbagi atas wilayah
perbukitan (karst) yang telah terbentang di bagian Utara dan Tengah lembah yang
curam, sungai, berbagai jenis flora yang banyak ditemukan pohonan bitti, pohon
hitam Sulawesi, pohon ulin/kayu besi, kayu bayam, kayu kuning. Selain itu
terdapat juga rotan. Jenis anggrek juga banyak ditemukan dan berbagai jenis
tanaman lainnya.
2. Keadaan Sistem Sosial
Terbentuknya struktur pelapisan masyarakat Enrekang mulai dari konsep to
manurung bagaimana cara kedatangan to manurung yang tiba-tiba, turun dari
langit dan dianggap luar biasa. Dan dapat memberikan sikap kewibawaan yang
ampuh dalam menghadapi rakyat. Hal ini pula memberikan satu anggapan bahwa
status sosial to manurung dan keturunan lebih tinggi dari pada masyarakat biasa.
a. Golongan To Puang atau Arung (Bangsawan) bagi seluruh masyarakat
Enrekang, keturunan To Puang dianggap titisan dewa sehingga mereka
mempunyai peran didalam memegang pucuk pimpinan yang tertinggi dalam
suatu daerah kekuasaan.
b. Golongan “To Merdeka” (Rakyat Biasa) golongan ini mempunyai golongan
tengah dimana mereka tidak sebagaian kaum bangsawan (penguasa) dan bukan
tergolong orang yang diperhamba.
c. Golongan “To Kaunan” (Hamba milik To Puang) golongan yang di perhamba
ataupun abdi dari orang lain.
3. Pemerintahan
Pada mulanya terbentuk Kabupaten Enrekang yang telah berapa kali mengalami
pergantian Bupati sampai sekarang. Pelantikan Bupati Enrekang yang pertama
yaitu pada tanggal 19 Februari tahun 1960 dan telah ditetapkannya sebagai hari
terbentuknya Daerah di Kabupaten Enrekang. Berikut ialah daftar Bupati
Kabupaten Enrekang yang menjabat sejak pembentukan pada tahun 1960 :
a. Andi Babba Mangopo (1960-1963)
b. Muhammad Nur (1963-1964)
c. Muhammad Cahtif Lasiny (1964-1965)
d. Bambang Soetrisna (1965-1969)
e. Abullah Rachman, B.A (1969-1971)
f. Drs. Mappatoeran Parawansa (1971-1973)
g. Mochammad Daud (1973-1978)
i. Muhammad Saleh Nurdin Agung (1983-1988)
j. Mayjend. TNI H.M. Amin Syam ( 1988-1993)
k. Andi Rachman (1993-1998)
l. Drs. Andi Iqbal Mustafa (1998-2003)
m. Ir.H.La Tinro La Tunrung (2003-2013)
n. Drs. H. Muslimin Bando, M.Pd (2013-Sekarang)
4. Keadaan Penduduk
Adapun jumlah penduduk di Kabupaten Enrekang di beberapa Kecamatan dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2
Jumlah penduduk di Kabupaten Enrekang
No Nama Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Cendana 4254 4579 8833 2 Baraka 11347 11108 22455 3 Buntu Batu 6955 6647 13602 4 Anggeraja 12643 12687 25330 5 Malua 3989 4178 8167 6 Alla 11380 10821 22201 7 Curio 8243 7865 16108 8 Masalle 6593 6288 12881 9 Baroko 5444 5139 10583 10 Enrekang 15727 16494 32221 11 Bungin 2264 2187 4451 12 Maiwa 12358 12424 24782 B. Hasil Penelitian
1. Visi Misi Kabupaten Enrekang
Di Kabupaten Enrekang sebagai daerah yang bisa di katakan cukup potensial
dilihat dari segi sumber daya alamnya. Tingkat aksesbilitas dukungan sarana dan
prasarana sesungguhnya kemungkinan untuk mencapai daerah argopolitan dimana
terhadap tumbuh kembang berbagai sektor lainnya, seperti industri pemgolahan
perdagangan, lembaga keuangan dan sebagainya. Pengembangan daerah
argopolitan dimaksud yaitu harus tetap mengacu kepada prinsip-prinsip otonomi
dan kemandirian yang melalui pengembangan interkoneksitas antara daerah, baik
di Sulawesi Selatan maupun diluar Sulawesi Selatan. Pembangunan daerah harus
dipandang didalam perspektif masa depan sehingga pelaksanaanya, pembangunan
akan selalu ditempatkan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, kerangka
pembangunan yang seperti itu akan menempatkan aspek kelestarian dilingkungan
sebagai persyaratan paling utama proses untuk pencapaian Visi yang telah di
tetapkan.
Adapun Misi Kabupaten Enrekang ialah :
a. Pilar pendukung perekonomian bagi perkembangan perekonomian Sul-Sel
melalui pengembangan bagai komoditas unggulan khususnya pada sektor
pertanian.
b. Untuk mengembangkan kerja sama kawasan dan keterkaitan fungsional, antara
daerah agar tetap mengacu pada semangat kemandirian dan otonomi.
c. Untuk mengembangkan implementasi pembangunan yang lebih menekankan,
pada perkembangan di bagian kawasan Timur Enrekang didalam rangka
mewujudkan keseimbangan pembangunanya antara wilayah di Kabupaten
Enrekang.
d. Melakukan penataan tata ruang yang mampuh memberi peluang bagi terciptanya
struktur ekonomi dan wilayah yang kuat sehingga memungkinkanya muncul
e. Menomor satukan norma dan nilai budaya tradisional ataupun keagamaan seperti
kejujuran, keadilan, keterbukaan, saling menghormati, semangat gotong royong,
dan kerja sama didalam berbagai aktifitas pemerintahan, pembangunanya dan
kemasyarakatan.
Gambar 4.1
Peta Kabupaten Enrekang
2. Tujuan
Merupakan penjabaran dari, misi-misi dan telah bersifat operasional tentang apa
saja yang dicapai:
a. Komoditas unggulan, Kabupaten Enrekang mampu memenuhi dari kebutuhan
pasar lokal dan regional maupun untuk kebutuhan ekspor.
b. Pembangunan sumber daya yang menjadi pilar pendukung ekonomi
kerakyatan.
Enrekang.
d. Terwujudnya kerja sama antara pemerintah di Kabupaten Enrekang dengan
berbagainya macam pihak.
e. Meningkatkan pengolahan potensi dikawasan timur Kabupaten Enrekang.
f. Terwujudnya penataan wilayah, kawasan yang digunakan dan berhasil.
g. Terwujudnya, peningkatan kesejahteraan sosial.
h. Terwujudnya, ketahanan budayanya dan spiritual.
j. Terwujudnya kepemerintahan yang baik partisipatif transparan dan
akuntabel.
k. Untuk Tercapai peraturan dan keamanan ataupun ketertiban dalam
masyarakat.
3. Sasaran
Sasaran yaitu penjabaran dari tujuan, dapat terukur tentang apa saja yang akan
dicapai atau yang akan dihasilkan. Fokus utama sasaran adalah tindakan dan
alokasi sumber daya daerah dalam kegiatan kepemerintahan Kabupaten Enrekang
yang bersifat spesifik dapat dinilai, diukur, dan dapat dicapai dengan berorentasi
pada hasil yang dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun. Sasaran pemerintah
Kabupaten Enrekang yaitu :
a. Meningkatkan daya saing komoditas yang unggulan di Kabupaten
Enrekang.
b. Tumbuh kembangnya sistem perdagangan dan perekonomiana.
c. Meningkatnya sarana dan prasarana fisik pemerintahan.
e. Meningkatnya kemampuan pembiayaan.
f. Meningkatnya kualitas pelaku ekonomi.
g. Terjalinnya kerja sama dengan pihak luar negeri dalam berbagai bidang
pembangunan.
h. Terwujudnya pemberdayaan Kecamatan dan Desa/Kelurahan.
i. Meningkatnya kerja sama dengan pemerintah Provinsi dalam berbagai
bidang pemerintahan pembangunan dan kemasyarakatan.
j. Meningkatnya kerja sama dengan pemerintah Kabupaten dalam berbagai
bidang pembangunan.
k. Meningkatnya kerja sama dalam berbagai bidang.
l. Terjadinya pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukan atau kesesuaian
lahan.
m. Tercipta pelestarian alam maupun lingkungan hidup.
n. Peningkatan penyelenggaraan pendidikan.
o. Meningkatnya ketahanan budaya dan kehidupan keagamaan.
p. Meningkatnya status sosial masyarakat.
q. Meningkatnya derajat kesejahteraan masyarakat.
r. Tercapai hukum dan penegakan hukum.
s. Bertambah kualitas aparatur.
t. Meningkatnya wawasan kebangsaan.
4. Struktur Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Enrekang Struktur Organisasi Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Enrekang
b. Sub Bagian Tata Usaha terbagi atas 3 yaitu : (1) Urusan Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan, (2) Urusan Umum dan Kepegawaian, (3) Urusan Keuangan dan BMN
c. Seksi Infrastruktur Pertanahan terbagi atas 2 yaitu : (1) Subseksi Pengukuran
dan Pemetaan Dasar dan Tematik, (2) Subseksi Pengukuran dan Pemetaan
Kadastral
d. Seksi Hubungan Hukum Pertanahan terbagi atas 3 yaitu : (1) Subseksi
Penetapan Hak Tanah dan Pemberdayaan Hak Tanah Masyarakat, (2)
Subseksi Pendaftaran Hak Tanah (3) Subseksi Pemeliharaan Data Hak Tanah
dan PPAT
f. Seksi Penataan Pertanahan terbagi atas 2 yaitu : (1) Subseksi Penatagunaan
Tanah dan Kawasan Tertentu, (2) Subseksi Landrefom dan Kosolidasi Tanah
g. Seksi Pengadaan Tanah terbagi atas 2 yaitu : (1) Subseksi Pemanfaatan Tanah
Pemerintah dan Penilaian Tanah, (2) Subseksi Fasilitasi Pengadaan dan
Penetapan Tanah Pemerintah
h. Seksi Penanganan Masalah dan Pengendalian Pertanahan terbagi atas 2 yaitu
: (1) Subseksi Penanganan Sengketa, Konflik dan Perkara, (2) Subseksi
Pengendalian Pertanahan
5. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Enekang
a. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Enrekang mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional di
kabupaten/kota yang bersangkutan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
(1). Penyusunan rencana, program, anggaran, dan pelaporan;
(2). Pelaksanaan survey, pengukuran, dan pemetaan;
(3). Pelaksanaan penetapan hak tanah, pendaftaran tanah dan pemberdayaan
masyarakat
(4). Pelaksanaan pemetaan pertanahan;
(5). Pelaksanaan pengadaan tanah;
(6). Pelaksanaan pengendalian pertanahan dan penanganan sengketa dan
perkara pertanahan; dan
(7). Pelaksanaan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit
organisasi Kantor Pertanahan
b. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, Sub bagian
Tata Usaha mempunyai tugas melakukan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unit organisasi Kantor Pertanahan. Sub bagian Tata Usaha
menyelenggarakan fungsi :
(1). Penyususnan rencana, program, dan anggaran, serta pelaporan;
(2). Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan program strategis
pertanahan;
(3). Pelaksanaan urusan organisasi, ketatalaksanaan, analisis jabatan, dan
pengelolaan urusan kepegawaian;
(4). Pengordinasian dan fasilitasi peaksanaan reformasi birokrasi di Kantor
Pertanahan
(5). Pelaksanaan urusan keuangan dan administrasi barang milik negara;
dan penyelenggaraan layanan pengadaan;
(7). Pengordinasian dan fasilitasi penegelolaan pelayanan pertanahan, dan
(8). Pelaksanaan urusan hubungan masyarakat dan pelayanan informasi,
advokasi hukum, peraturan perundang – undangan, dan penanganan
pengaduan masyarkat.
c. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 37, Seksi
Infrastruktur Pertanahan mempunyai tugas melakukan pengoordinasian dan
pelaksanaan pengukuran dan pemetaan dasar, pengukuran dan pemetaan
kadastral. Serta survey dan pemetaan tematik. Seksi Infrastruktur Pertanahan
menyelenggarakan fungsi :
(1). Pelaksanaan pengukuran dan pemetaan dasar;
(2). Pelaksanaan pengukuran batas administrasi, kawasan dan wilayah
tertentu;
(3). Pelaksanaan pembinaan tenaga teknis, surveyor, dan petugas survei dan
pemetaan tematik;
(4). Pelaksanaan pengelolaan dan pemutakhiran peralatan teknis serta
teknologi pengukuran dan pemetaan;
(5). Pelaksanaan pemeliharaan kerangka dasar kadastral nasional
diwilayahnya;
(6). Pelaksanaan dan pengelolaan basis data geospasial pertanahan dan
komputerisasi kegiatan Pertanahan berbasis data spasial;
(7). Pelaksanaan pengukuran dan pemetaan kadastral, pembukuan serta
perairan;
(8). Pelaksanaan survei dan pemetaan tematik pertanahan, perbatasan dan
wilayah tertentu; dan
(9). Pelaksanaan bimbingan teknis, koordinasi, pemantauan, evaluasi dan
pelaporan di seksi infrastruktur pertanahan.
d. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 41, Seksi
Hubungan Hukum Pertanahan mempunyai tugas melakukan pengoordinasian
dan pelaksanaan penetapan hak tanah dan pemberdayaan hak atas tanah
masyarakat, pendaftaran hak tanah dan pemeliharaan data hak tanah sera
pembinaan PPAT. Seksi Hubungan Hukum Pertanahan menyelenggarakan
fungsi :
(1). Pelaksanaan pemberian penetapan, perpanjangan dan penetapan kembali
hak perseorangan dan badan hukum swasta, serta hak atas ruang dan hak
komunal;
(2). Penyiapan bahan pemberian izin dan penetapan hak atas tanah badan
sosial/keagamaan serta penegasan sebagai tanah wakaf, tanah bekas milik
Belanda dan bekas tanah asing lainnya;
(3). Penyiapan bahan penunjukan badan hukum tertentu yang dapat
mempunyai hak milik;
(4). Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi tanah hak perseorangan dan
badan hukum swasta, serta hak atas ruang;
(5). Pelaksanaan pemberdayaan hak atas tanah masyarakat;
pemerintah dalam rangka pemberdayaan hak atas tanah masyarakat;
(7). Pelaksanaan pengembangan dan diseminasi model pemberdayaan hak atas
tanah masyarkat;
(8). Pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah, hak atas ruang, hak milik atas
satuan rumah susun, hak pengelolaan, hak tanggungan, tanah wakaf, hak
atas tanah badan sosial/keagamaan, dan pencatatan pembatalan hak serta
hapusnya hak;
(9). Pemeliharaan data pendaftaran tanah dan ruang, hak milik atas satuan
rumah susun, hak pengelolaan, tanah wakaf, dan pemberian izin peralihan
hak, pelepasan hak, perubahan penggunaan dan perubahan
pemanfaatan/komoditas, peralihan saham, pengembangan dan pembinaan
PPAT;
(10). Pengelolaan informasi dan komputerisasi kegiatan Pertanahan berbasis
data yuridis; dan
(11). Pelaksanaan bimbingan teknis, koordinasi, pemantauan, evaluasi dan
pelaporan di seksi hubungan hukum pertanahan.
e. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 45 Seksi
Penataan Pertanahan mempunyai tugas melakukan pengordinasian dan
pelaksanaan penatagunaan tanah dan kawasan tertentu, landreform dan
konsolidasi tanah. Seksi Penataan Pertanahan menyelenggarakan fungsi :
(1). Pelakasanaan penyusunan persediaan tanah, penetapan penggunaan dan
pemanfaatan tanah, neraca penatagunaan tanah, bimbingan dan penebitan
evaluasi perubahan penggunaan tanah, pengelolaan basis data dan sistem
informasi geografi;
(2). Pelaksanaan inventarisasi dan pengelolaan basis data potensi dan data lahan
pertanian pangan berkelanjutan;
(3), Pelaksanaan inventarisasi dan pengelolaan basis data tanah obyek
landreform, pengusulan penetapan/penegasan tanah byek landreform,
pengeluaran tanah dari obyek landreform, pendayagunaan tanah obyek
landreform dan ganti kerugian tanah obyek ladreform;
(4). Pelaksanaan redistribusi tanah dan pemanfaatan bersama atas tanah;
(5). Pelaksanaan penyusunan potensi obyek konsolidasi tanah, pelaksanaan
sosialisasi, perencanaan, pengembangan desain, promosi, koordinasi dan
kerja sama konsolidasi tanah serta bimbingan partisipasi masyarakat;
(6). Pelaksanaan pemantauan dan pengelolaan data, evaluasi, penanganan
permasalahan dan pelaporan potensi obyek konsolidasi tanah dan konslidasi
tanah;;
(7). Pelaksanaan penataan pemanfaatan kawasan, melaksanakan inventarisasi,
penyesuaian, penataan, pengendalian, zonasi, kerjasama dengan lembaga
pemerintah dan non pemerintah, penyusunan pertimbangan teknis
pertanahan, pemantauan dan evaluasi, serta pengelolaan basis data
pemanfaatan kawasan di wilayah pesisir, pulau kecil, perbatasan dan
kawasan tertentu; dan
(8). Pelaksanaan bimbingan teknis, koordinasi, pemantauan, evaluasi dan
f. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 49 Seksi
Pengadaan Tanah mempunyai tugas melakukan pengoordinasian dan
pelaksanaan pemanfaatan tanah pemerintah dan penilaian tanah, serta fasilitasi
pengadaan dan penetapan tanah pemerintah. Seksi Pengadaan Tanah
melaksanakan fungsi sebagai berikut :
(1). Pelaksanaan pemeberian perizinan kerjasama pemenfaatan tanah
pemerintah, perpanjangan perizinan kerjasama pemanfaatan tanah
pemerintah, pemberian rekomendasi pencatatan peralihan dan penghapusan
tanah pemerintah serta pemberian rekomendasi penertiban pelanggaran
perjanjian kerjasama pemanfaatan tanah pemerintah;
(2). Fasilitasi perencanan dan persiapan pengadaan tanah, pelaksanaan
pengadaan tanah pemerintah, dan penyerahan hasil pengadaan tanah;
(3). Pelaksanaan penetapan hak atas tanah, izin peralihan hak atau izin
pelepasan hak dan kerjasama pemanfaatan aset instansi pemerintah, badan
hukum pemerintah dan bada usaha pemerintah;
(4). Pelaksanaan penilaian tanah, bidang tanah dan properti;
(5). Pelaksanaan pengadaan, pemutakhiran dan kerjasama pembuatan peta zona
nilai tanah kabupaten/kota, peta zona nilai ekonomi kawasan dan potensi
sumber daya agraria;
(6). Pengelolaan informasi dan Komputerisasi kegiatan Pertanahan berbasis
data zona nilai tanah dan zona nilai ekonomi kawasan; dan
(7). Pelaksanaan bimbingan teknis, koordinasi, pemantauan, evaluasi dan