Abstrakโ Kemacetan adalah salah satu permasalahan yang
sering dihadapi di sejumlah perkotaan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kendaraan tanpa ada pengaturan yang baik. Pada
paper ini dibahas kontrol waktu hijau pada pengaturan lampu
lalu lintas agar panjang antrian di jalanan minimal dan tidak terjadi kemacetan. Model jalan yang digunakan pada paper adalah model jalan 1 arah dengan 6 persimpangan dan 13 jalan yang disebut links. Metode Multi-Agent Model Predictive Control (Multi-Agent MPC), yang disebut juga MPC tersebar, digunakan untuk mengatur waktu lampu hijau pada lampu lalu lintas. Dari hasil simulasi diperoleh distribusi waktu hijau pada subsistem 3 anatara 0 samapai 81.9 detik.
Kata Kunciโ Multi-Agent Model Predictive Control (Multi-Agent MPC), Optimasi Waktu Hijau, Quadratic Programming.
I. PENDAHULUAN
EMACETAN[1] adalah masalah utama yang sering dihadapi di sejumlah perkotaan. Kemacetan disebabkan oleh adanya jumlah kendaraan yang berlebih atau terlalu banyak yang beroperasi di suatu tempat. Jumlah kendaraan yang terlalu banyak tanpa adanya pengaturan yang baik dapat menyebabkan terjadinya kemacetan yang parah. Sehingga ini diperlukan adanya pengaturan lalu lintas.
Berdasarkan permasalah diatas, dibutuhkan suatu teknologi pengaturan atau kontrol terutama untuk mengendalikan sebuah lampu lalu lintas pada persimpangan jalan. Lampu lalu lintas pada persimpangan jalan harus dapat dikendalikan atau dikontrol dengan semudah mungkin untuk mengurangi kepadatan kendaraan dan memperlancar arus lalu lintas di persimpangan jalan. Lampu lalu lintas adalah lampu yang digunakan untuk mengatur kelancaran lalu lintas di persimpangan jalan dengan cara mengatur arus lalu lintas dari masing-masing arah untuk berjalan secara bergantian.
Metode[4] analisis model untuk mengatur jaringan lalu lintas perkotaan antara lain menggunakan Multi-Agent Model Predictive Control (MPC). Multi-Agent MPC yang disebut juga MPC tersebar, menyelesaikan masalah jaringan lalu lintas dilakukan oleh agent secara desentralisasi, dimana jaringan akan terbagi menjadi beberapa sub-sistem dan terjadi komunikasi antar agent dalam sistem sehingga diperoleh solusi opimal secara lokal dan global.
Pada paper ini akan dibahasa mengenai pengoptimalkan waktu hijau untuk meminimasi panjang antrian serta mendapatkan sebaran lama waktu hijau yang terjadi pada
jaringan lalu lintas perkotaan. Sehingga tidak tejadi kemacetan pada lalu lintas.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Jaringan Lalu Lintas Perkotaan
Sebuah jaringan perkotaan[4] terdiri dari interseksi dan persimpangan yang bergabung dengan jalan yang mewakili jalan, jalan raya atau sebarang infrastruktur yang menggabungkannya. Sebuah persimpangan terdiri atas himpunan jalan yang berakhir pada suatu titik yang sama. Sebuah jalan adalah himpunan bagian dari jalanan kecil dari sebuah link dimana kendaraan dapat melintasi sebuah persimpangan secara stimultan. Sebuah stage adalah periode waktu selama dimana sinyal lampu lalu lintas terjadi. Aliran maksimum dimana sebuah kendaraan dapat melintasi jalan dari sebuah persimpangan ketika jalanan memiliki hak untuk melintas disebut derajat kejenuhan (saturation flow) dimana biasanya dinyatakan dalam kendaraan per jam. Lama lampu kuning diantara phase yang berurutan untuk menjamin keamaan disebut waktu hilang (lost time). Perulangan dari stage disebut waktu sikel (cycle time).
Sebuah jaringan lalu lintas perkotaan dipandang sebagai graf berarah yang simpulnya dinyatakan sebagai persimpangan ๐ โ ๐ฝ dan belokannya mewakili ke jalan ๐ง โ ๐. Himpunan I๐ dan O๐ secara berurutan adalah jalan yang masuk dan yang keluar dari persimpangan j. Rute kendaraan yang masuk dimodelkan dengan laju perputaran (turning rates). Secara spesifik, laju perputaran ๐๐ง,๐ค menambah laju kendaraan yang mencapai persimpangan j dari jalan z โ I๐ dan berbelok ke jalan w โ O๐. Untuk memperoleh tujuan dari analisis kendali lalu lintas, laju perputaran (turning rates) ๐๐ง,๐ค, waktu sikel C๐ , waktu hilang L๐ pada saat di persimpangan dan derajat kejenuhan S๐ง dari jalanan dinyatakan konstan.
Diberikan F๐ adalah himpunan phase di persimpangan j dimana u๐ ,๐ menotasikan waktu hijau dari phase i โ F๐. Secara khusus setiap persimpangan menjalankan dengan waktu sikel yang sama C dimana dijalankan dengan constraint
uj,i
iโFj + L๐ = ๐ถ.
Aliran dinamis lalu lintas dari jaringan berdasarkan gambar 1 diberikan [5]:
โ๐ฅ๐ง ๐ก + 1 = โ๐(๐๐ง ๐ก + ๐๐ง ๐ก โ ๐๐ง ๐ก โ ๐๐ง(๐ก) (1)
Penerapan Multi-Agent Model Predictive
Control (MPC) untuk Optimasi Waktu Hijau
pada Jaringan Lalu Lintas Perkotaan
Zendhiastara Arthananda1, Subchan2, dan Kamiran3
Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: [email protected]1 [email protected]2 , [email protected]3
dimana
โ๐ = kontrol interval
๐ฅ๐ง = jumlah kendaraan di link z ๐๐ง = aliran masuk dari link z ๐๐ง = aliran keluar
๐๐ง = permintaan yang dinyatakan dengan kendaraan yang tidak berasal dari link yang berdekatan yang masuk ke dalam jaringan.
Gambar 1. Aliran Dinamis Lalu Lintas
Permintaan ๐๐ง dan aliran keluar ๐๐ง disatukan bersama menjadi sebuah ganguang atau disturbance, sebut saja ๐๐ง. Dengan mengasumsi bahwa aliran masuk dan aliran keluar dari link z dengan hak untuk berjalan sama dengan derajat kejenuhan atau saturation flow ๐๐ง, maka (1) menjadi :
๐ฅ๐ง ๐ก + 1 =
๐ฅ๐ง ๐ก + โ๐ ๐คโ๐ผ๐ 1๐๐ค,๐ง๐๐ถ๐ค ๐โ๐๐ค๐ข๐1,๐ ๐ก โ๐๐ถ๐ง ๐โ๐๐ง๐ข๐2,๐ ๐ก + ๐๐ง (2)
Mengeneralisasikan (2) untuk semua jaringan link ke dalam matrik dengan persamaan:
๐ฅ ๐ก + 1 = ๐ด๐ฅ ๐ก + ๐ต๐ข(๐ก) + ๐(๐ก) (3) dimana
๐ฅ ๐ก : vektor keadaan
๐ข(๐ก) : vektor kendali yang mengandung sinyal ๐ข๐ ,๐ ๐ก A : matriks keadaan
B : matriks kendali B. Model Jalan
Model yang digunakan pada penulisan paper ini adalah sebagai berikut[4]:
Gambar 2. Model Jalan
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwasanya model jaringan lalu lintas yang digunakan pada usulan Tugas akhir ini terdapat 6 persimpangan atau intersection yang dinotasikan dengan angka dan 13 jalan satu arah atau links yang dinotasikan dengan xi | i =1, ... , 13. Dan daerah yang diamati
yaitu disekitar persimpangan nomor 3. C. Model Predictive Control (MPC)
Model Predictive Contol atau MPC adalah suatu metode proses control lanjutan yang banyakditerapkanpada proses industri. Dari sekian banyak algoritma multivariable control, MPC adalah salah satunya[2]
Lima konsep yang dikenal di dalam MPC yaitu[2]: a. Model proses dan disturbance
b. Performance index
c. Pengendalian/penanganan constraint d. Optimalisasi
e. Receding horizon principle Metode MPC dijelaskan di bawah ini.
Gambar 3. Struktur dasar MPC
Prediction horizon dalam MPC mengacu pada langkah yang digunakan untuk memprediksi keluaran. Pada prediction horizon kendali masukan sebelumnya menjadi pedoman untuk menentukan prediksi kendali masukan yang akan digunakan untuk memprediksi keluaran selanjutnya. Dalam MPC sinyal kendali (kontrol) mengalami perubahan setiap waktu, sehingga respon mampu menghasilkan nilai yang semakin baik pada sistem.
D. Multi-Agent Model Predictive Control
Model pengendalian optimal [4] yang digunakan pada MPC linier ini adalah Quadratic Programming (QP). Pada kasus ini, MPC linier tanpa memperhitungkan ganguan (disturbance), maka bentuk (3) menjadi :
๐๐(๐ก + 1) = ๐ด๐๐๐ ๐ก + ๐ต๐๐๐๐ ๐ก ๐โ๐ผ ๐
4 dimana I(m) = {m} โช {๐ โถ (๐, ๐) โ ๐ธ adalah himpunan input tetangga dari sub-sistem m, yang mana sub-sistem mempengaruhi keadaan dari m.
MPC mendapatkan sinyal kontrol untuk waktu t dengan menyelesaikan masalah Quadratic Programming (QP) : ๐ ๐ก โถ min ๐๐=1๐๐(๐ก) = ๐๐ =1 ๐๐=112 ๐ฅ ๐ ๐ก + ๐๐๐๐๐ฅ๐๐ก+๐+๐ข๐๐ก+๐โ1๐๐ ๐๐ข๐(๐ก+๐โ1) (5) kendala : ๐ฑ m(t) = ๐ฑm ๐ฑ m t + k + 1 = Am๐ฑm t + k + iโI m Bmi๐ฎi t + k , ๐โ โณ, ๐โ๐ฏ (6) ๐ถ๐๐๐ ๐ โฅ ๐๐, ๐ โ โณ, ๐ โ ๐ฏ (7)
๐ท๐๐๐ ๐ = ๐๐, ๐ โ โณ, ๐ โ ๐ฏ (8) State prediction [3] dari subsistem m pada saat t+k adalah fungsi keadaannya pada saat t dan sinyal kendali atas waktu t+k adalah
๐ ๐ ๐ก + ๐ = ๐ด๐๐๐๐(๐ก) + ๐๐=1 ๐โ๐ผ(๐)๐ด๐โ1๐ ๐ต๐๐๐๐(๐ก + ๐ โ ๐) (9)
Misalkan ๐ ๐ ๐ก = (๐ ๐(๐ก), โฆ , ๐๐(๐ก + ๐พ โ 1)) adalah vector kendali dan ๐ ๐(๐ก) = (๐ ๐(๐ก + 1), โฆ . , ๐ ๐(๐ก + ๐พ)) adalah variabel kendali atas waktu horizon. Dengan mendefinisikan :
๐ด ๐= ๐ด๐ ๐ด๐2 โฎ ๐ด๐๐พ dan ๐ต ๐๐ = ๐ต๐๐ 0 โฏ 0 ๐ด๐๐ต๐๐ ๐ต๐๐ โฎ โฎ ๐ด๐๐พ=1๐ต๐๐ ๐ด๐๐พโ2๐ต๐๐ โฏ 0 โฑ 0 โฏ ๐ต๐๐
diperoleh state prediction yakni
๐ ๐ ๐ก = ๐ด ๐๐๐+ ๐โ๐ผ(๐)๐ต ๐๐๐๐(๐ก) (10)
Dengan menggunakan (10), maka fungsi objektif menjadi : ๐๐ ๐ก = 1 2๐๐ ๐ ๐ก ๐ด ๐ ๐๐ ๐๐ด ๐๐ฑm+ iฯตI m ๐๐๐ ๐ก ๐ด ๐๐๐ ๐๐ต ๐๐๐๐ ๐ก + 1 2 ๐๐ ๐๐ด ๐ ๐๐ ๐๐ต ๐๐๐๐(๐ก) +12๐ข ๐๐๐ ๐๐๐(๐ก) jฯตI m iฯตI m (11) Lalu mendefinisikan : ๐๐๐ = ๐ต ๐๐๐๐ ๐๐ด ๐๐๐ ๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐ โ ๐ผ ๐ ๐ป๐๐๐ = ๐ต ๐๐๐๐ ๐๐ต ๐๐ ๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐, ๐ โ ๐ผ ๐ , ๐ โ ๐ ๐๐ก๐๐ข ๐ โ ๐ ๐ป๐๐๐ = ๐ต ๐๐๐๐ ๐๐ต ๐๐ + ๐ ๐ ๐ ๐ก = ๐โโณ21๐๐ ๐ก ๐๐ด ๐๐๐ ๐๐ด ๐๐๐ ๐ก merupakan konstanta dan diabaikan ke dalam tujuan optimasi.
sehingga fungsi objektif pada (5) dapat ditulis dalam bentuk Quadratic Programming : ๐ ๐ก โถ min ๐ ๐ข =1 2 ๐ข ๐ป๐ข + ๐โฒ๐ข (12) Kendala : ๐ถ ๐๐ข ๐ ๐ โฅ ๐ ๐, ๐ โ โณ (13) ๐ท ๐๐ข ๐ ๐ = ๐ ๐, ๐ โ โณ (14) Dimana ๐ป = ๐ด๐บ 0 00 ๐ป213 ๐ด๐ป ๐ป615 0 0 0 0 0 ๐ป231 ๐ด๐ผ ๐ป651 0 0 0 0 0 ๐ป233 0 0 0 0 ๐ด๐ฝ 0 0 0 0 ๐ป655 0 0 0 0 0 dan ๐ = ๐11 0 ๐21 ๐22 ๐31 0 ๐51 ๐61 0 0 0 0 0 0 0 0 ๐23 0 0 0 ๐33 0 0 0 ๐34 ๐44 ๐54 0 0 0 ๐55 ๐65 0 0 0 ๐66 ๐ถ ๐ = ๐ถ๐ 0 0 ๐ถ๐ 0 โฏ 0 0 0 โฏ 0 0 0 โฎ 0 0 0 โฎ 0 0 ๐ถ๐ โฏ 0 0 โฎ โฑ โฎ โฎ 0 โฏ ๐ถ๐ 0 0 โฏ 0 ๐ถ๐ , ๐ ๐= ๐1 ๐2 ๐3 โฎ ๐5 ๐6 ๐ท๐ = ๐ท๐ 0 0 ๐ท๐ 0 โฏ 0 0 0 โฏ 0 0 0 โฎ 0 0 0 โฎ 0 0 ๐ท๐ โฏ 0 0 โฎ โฑ โฎ โฎ 0 โฏ ๐ท๐ 0 0 โฏ 0 ๐ท๐ , ๐ ๐ = ๐1 ๐2 ๐3 โฎ ๐5 ๐6 III PEMBAHASAN A. Model Jalan Lalu Lintas Perkotaan
Dengan menggunakan (2) pada bab II, maka dapat diperoleh A=I dan B adalah matriks input control yang berukuran 13x13.
Tabel 1. Nilai parameter
๐1,4 = 0.20 ๐2,4= 0.25 ๐3,4= 0.65 ๐6,5= 0.50 ๐1,6= 0.05 ๐2,6= 0.30 ๐3,6= 0.05 ๐7,5= 0.80 ๐1,11= 0.05 ๐2,11= 0.30 ๐3,11= 0.05 ๐8,7= 0.40 ๐1,13= 0.70 ๐2,13= 0.15 ๐3,13= 0.15 ๐8,10= 0.60 ๐9,7= 0.60 ๐ถ1= 192.0 ๐ถ5= 91.7 ๐9,10= 0.40 ๐ถ2= 132.6 ๐ถ6= 131.3 ๐10,12= 0.80 ๐ถ3= 81.9 ๐1= ๐2= ๐3 = ๐4= ๐5 = ๐7= ๐8 = ๐9= ๐10 = ๐12= ๐13 = 3600 ๐11,12= 0.50 ๐ถ4= 165.6 ๐6= ๐11 = 1800
Dengan memasukkan nilai parameter pada Tabel 1, dapat diperoleh matriks B berukuran 13x13 sebagai berikut
B = . dimana A = -1.875 I = 3.5165 II = 1.0989 Q = -2.1739 Y = -1.9629 B1 = -1.875 J = 0.0938 R = -2.1739 Z = 3.1407 C = -1.875 K = 0.5625 S = 1.3043 AA = 0.9815 D = 0.375 L = 0.0938 T = 0.8696 AB= -2.7418 E = 0.4688 M = -2.1978 U = -3.9258 AC= 0 F = 1.2188 N = -4.3956 V = 0 AD= 0.2813 G = -2.7149 O = 0.8696 W = 0.5625 AE= 0.2813 H = -2.7149 P = 1.3043 X = 0.0938 AF= 2.7418
Selanjutnya, menggunakan (10), maka akan diperoleh state prediction di setiap subsistem m dimana I(m) = {m} โช {๐ โถ (๐, ๐) โ ๐ธ} adalah himpunan input tetangga dari sub-sistem m, yang mana sub-sub-sistem mempengaruhi keadaan dari m.
Untuk subsistem 1 dengan m=1, diperoleh ๐ 1(๐ก) = ๐ด 1๐1 ๐ก + ๐ต 11๐1 (15) Untuk subsistem 2 dengan m=2, diperoleh
๐ 2(๐ก) = ๐ด 2๐2 ๐ก + ๐ต 21๐1+ ๐ต 22๐2+ ๐ต 23๐3 (16) Untuk subsistem 3 dengan m=3, diperoleh
๐ 3= ๐ด 3๐3 ๐ก + ๐ต 31๐1+ ๐ต 33๐3+ ๐ต 34๐4 (17)
Untuk subsistem 4 dengan m=4, diperoleh ๐ 4(๐ก) = ๐ด 4๐4 ๐ก + ๐ต 44๐4 (18) Untuk subsistem 5 dengan m=5, diperoleh ๐ 5(๐ก) = ๐ด 5๐5 ๐ก + ๐ต 51๐1+ ๐ต 54๐4+ ๐ต 55๐5 (19)
Untuk subsistem 6 dengan m=6, diperoleh ๐ 6(๐ก) = ๐ด 6๐6 ๐ก + ๐ต 61๐1+ ๐ต 65๐5+ ๐ต 66๐6 (20)
Selanjutnya substitusi (15) โ (20) ke dalam (5) maka akan diperoleh (12), dimana
๐ป = ๐ด๐บ 0 00 ๐ป2130 0 0 0๐ด๐ป ๐ป615 0 ๐ป231 ๐ด๐ผ ๐ป651 0 0 0 0 0 ๐ป233 0 0 0 0 ๐ด๐ฝ 0 0 0 0 ๐ป655 0 0 0 0 0 Dengan ๐ด๐บ = ๐ป211+ ๐ป311+ ๐ป511+ ๐ป611 ๐ด๐ป = ๐ป314+ ๐ป514 ๐ด๐ผ = ๐ป341+ ๐ป541 ๐ด๐ฝ = ๐ป344+ ๐ป544 B. Formulasi Dekomposisi
Untuk distribusi tersebar, [4] seorang agent m menentukan nilai dari variable kendali local dari subsistem m . Nilai dari ๐๐ didapatkan dengan menyelesaikan sebuah masalah optimasi lokal ๐๐(๐ก) di setiap waktu. Desain dari himpunan {๐๐(๐ก)} dan pasangan antar agent disebut formulasi dekomposisi. Formulasi dikatakan perfect jika setiap subsistem ๐๐(๐ก) menjamin semua kendala pada fungsi objektif P(t) yang bergantung pada ๐ ๐. Untuk perfect dekomposisi, diberikan:
๐ผ (๐) = {๐: ๐ โ ๐ผ ๐ , ๐ โ ๐} adalah himpunan output tetangga dari subsistem m yang mana sebarang subsistem i dengan keadaan ๐ ๐ dipengaruhi oleh ๐ ๐.
๐ถ ๐ = { ๐, ๐ โ ๐ผ ๐ ๐ฅ๐ผ ๐ : ๐ = ๐ ๐๐ก๐๐ข ๐ = ๐} adalah subsitem berpasangan dari quadratic yang bergantung pada ๐ ๐.
๐ถ ๐, ๐ = { ๐, ๐ โ ๐ผ ๐ ๐ฅ๐ผ ๐ : ๐ = ๐ ๐๐ก๐๐ข ๐ = ๐} adalah pasangan dari quadratic dengan ๐ โ ๐ผ ๐ yang bergantung pada ๐ ๐.
Sehingga masalah local dari agent m adalah : ๐๐ ๐ก : min ๐๐=12๐๐โฒ๐ป๐๐๐+ ๐๐โฒ๐๐ (21) Dengan kendala: ๐ถ ๐๐ข ๐ ๐ โฅ ๐ ๐, ๐ท ๐๐ข ๐ ๐ = ๐ ๐, dimana ๐ป๐ = ๐ป๐๐๐ + ๐โ๐ผ ๐ ๐ป๐๐๐ ๐๐=12๐๐๐ + ๐๐๐ ๐โ๐ผ (๐)
Dengan mensubstitusikan pada masing-masing subsistem, maka akan diperoleh:
๐ป1= ๐ป111+ ๐ป211+ ๐ป311+ ๐ป511+ ๐ป611 ๐ป2= ๐ป222
๐ป3= ๐ป333+ ๐ป233 ๐ป4= ๐ป444+ ๐ป344+ ๐ป544
๐ป5= ๐ป555+ ๐ป655 ๐ป6= ๐ป666
Hasil dari optimasi diatas menghasilkan :
๐ฅ ๐ ๐ก + 1 ๐ก , ๐ฅ ๐ ๐ก + 2 ๐ก , . . , ๐ฅ ๐(๐ก + ๐|๐ก) dan ๐ข ๐ ๐ก ๐ก , ๐ข ๐ ๐ก + 1 ๐ก , . . , ๐ข ๐(๐ก + ๐ โ 1|๐ก)
Apabila optimasi ๐๐ ๐ก diatas feasible, maka didapatkan penyelesaian optimalnya adalah :
๐ข ๐โ ๐ก ๐ก , ๐ข ๐โ ๐ก + 1 ๐ก , . . , ๐ข ๐โ ๐ก + ๐ โ 1 ๐ก , ๐ฅ ๐โ ๐ก + 1 ๐ก , ๐ฅ ๐โ ๐ก + 2 ๐ก , . . , ๐ฅ ๐โ (๐ก + ๐|๐ก)
Sesuai dengan prinsip receding horizon pada MPC maka nilai kontrol yang didapatkan dari hasil optimisasi di atas adalah :
๐ข ๐ ๐ก ๐ก = ๐ข ๐โ (๐ก|๐ก)
Dalam paper ini digunakan subroutine qoadprog yang ada pada MATLAB untuk menyelesaikan masalah optimisasi tersebut.
C. Simulasi Model
Gambar 5. Hasil Simulasi
Hasil simulasi yang terlihat pada Gambar 5. Menunjukkan bahwa distribusi waktu hijau pada subsistem berada pada 0 sampai dengan 81.9 detik. Dalam hal ini, kendali (waktu hijau) pada subsistem ini dipengaruhi oleh kendali pada subsistem yang lain yakni 1,2,3 dan 4. Sehingga pada distribusi waktu hijau ini diperoleh waktu hijau optimal.
IV KESIMPULAN
Daerah yang diamati pada paper ini adalah daerah pada subsistem 3 dimana dipengaruhi oleh subsistem 1,2,3 dan 4. Terlihat bahwasanya diperoleh distribusi waktu hijau pada subsistem ini adalah 0 sampai dengan 81,9 detik.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Aboudolas, K., Papageorgiou, M., Kosmatopoulos, E., 2007. โControl and optimization methods for traffic signal control in large-scale congested urban road networks,โ in Proceeding of American Control Conference, New York, USA, July, pp.3132-3138. [2] Camacho, E.F., Bordons, C., 2004. Model Predictive
Control. Springer-Verlag.
[3] Camponogara E., de Oliveira, L.B., 2009. Distributed optimization for model predictive control of linear dynamic networks, Accepted by IEEE Transaction on System,Man, and Cybernetics โ Part A. <http://www.das.ufsb.br/~camponog/papers/dmpc-tuc.pdf>.
[4] Oliviera, L.B., Camponogara, E., 2010. Multi-agent model predictive control of signaling split in urban traffic networks. Transportation Research. Part C, Emerging Technologies, v.18, p. 120-139
[5] R. R. Negenborn, B.D. Schutter, and J. Hellendoorn, 2007. โMulti-agent model predictive control for
transportation networks: serial versus parallel schemes,โ to appear in Engineering Application of Artificial Intelligence.