• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Multi-Agent Model Predictive Control (MPC) untuk Optimasi Waktu Hijau pada Jaringan Lalu Lintas Perkotaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Multi-Agent Model Predictive Control (MPC) untuk Optimasi Waktu Hijau pada Jaringan Lalu Lintas Perkotaan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrakโ€” Kemacetan adalah salah satu permasalahan yang

sering dihadapi di sejumlah perkotaan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kendaraan tanpa ada pengaturan yang baik. Pada

paper ini dibahas kontrol waktu hijau pada pengaturan lampu

lalu lintas agar panjang antrian di jalanan minimal dan tidak terjadi kemacetan. Model jalan yang digunakan pada paper adalah model jalan 1 arah dengan 6 persimpangan dan 13 jalan yang disebut links. Metode Multi-Agent Model Predictive Control (Multi-Agent MPC), yang disebut juga MPC tersebar, digunakan untuk mengatur waktu lampu hijau pada lampu lalu lintas. Dari hasil simulasi diperoleh distribusi waktu hijau pada subsistem 3 anatara 0 samapai 81.9 detik.

Kata Kunciโ€” Multi-Agent Model Predictive Control (Multi-Agent MPC), Optimasi Waktu Hijau, Quadratic Programming.

I. PENDAHULUAN

EMACETAN[1] adalah masalah utama yang sering dihadapi di sejumlah perkotaan. Kemacetan disebabkan oleh adanya jumlah kendaraan yang berlebih atau terlalu banyak yang beroperasi di suatu tempat. Jumlah kendaraan yang terlalu banyak tanpa adanya pengaturan yang baik dapat menyebabkan terjadinya kemacetan yang parah. Sehingga ini diperlukan adanya pengaturan lalu lintas.

Berdasarkan permasalah diatas, dibutuhkan suatu teknologi pengaturan atau kontrol terutama untuk mengendalikan sebuah lampu lalu lintas pada persimpangan jalan. Lampu lalu lintas pada persimpangan jalan harus dapat dikendalikan atau dikontrol dengan semudah mungkin untuk mengurangi kepadatan kendaraan dan memperlancar arus lalu lintas di persimpangan jalan. Lampu lalu lintas adalah lampu yang digunakan untuk mengatur kelancaran lalu lintas di persimpangan jalan dengan cara mengatur arus lalu lintas dari masing-masing arah untuk berjalan secara bergantian.

Metode[4] analisis model untuk mengatur jaringan lalu lintas perkotaan antara lain menggunakan Multi-Agent Model Predictive Control (MPC). Multi-Agent MPC yang disebut juga MPC tersebar, menyelesaikan masalah jaringan lalu lintas dilakukan oleh agent secara desentralisasi, dimana jaringan akan terbagi menjadi beberapa sub-sistem dan terjadi komunikasi antar agent dalam sistem sehingga diperoleh solusi opimal secara lokal dan global.

Pada paper ini akan dibahasa mengenai pengoptimalkan waktu hijau untuk meminimasi panjang antrian serta mendapatkan sebaran lama waktu hijau yang terjadi pada

jaringan lalu lintas perkotaan. Sehingga tidak tejadi kemacetan pada lalu lintas.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Jaringan Lalu Lintas Perkotaan

Sebuah jaringan perkotaan[4] terdiri dari interseksi dan persimpangan yang bergabung dengan jalan yang mewakili jalan, jalan raya atau sebarang infrastruktur yang menggabungkannya. Sebuah persimpangan terdiri atas himpunan jalan yang berakhir pada suatu titik yang sama. Sebuah jalan adalah himpunan bagian dari jalanan kecil dari sebuah link dimana kendaraan dapat melintasi sebuah persimpangan secara stimultan. Sebuah stage adalah periode waktu selama dimana sinyal lampu lalu lintas terjadi. Aliran maksimum dimana sebuah kendaraan dapat melintasi jalan dari sebuah persimpangan ketika jalanan memiliki hak untuk melintas disebut derajat kejenuhan (saturation flow) dimana biasanya dinyatakan dalam kendaraan per jam. Lama lampu kuning diantara phase yang berurutan untuk menjamin keamaan disebut waktu hilang (lost time). Perulangan dari stage disebut waktu sikel (cycle time).

Sebuah jaringan lalu lintas perkotaan dipandang sebagai graf berarah yang simpulnya dinyatakan sebagai persimpangan ๐‘— โˆˆ ๐ฝ dan belokannya mewakili ke jalan ๐‘ง โˆˆ ๐‘. Himpunan I๐‘— dan O๐‘— secara berurutan adalah jalan yang masuk dan yang keluar dari persimpangan j. Rute kendaraan yang masuk dimodelkan dengan laju perputaran (turning rates). Secara spesifik, laju perputaran ๐œ๐‘ง,๐‘ค menambah laju kendaraan yang mencapai persimpangan j dari jalan z โˆˆ I๐‘— dan berbelok ke jalan w โˆˆ O๐‘—. Untuk memperoleh tujuan dari analisis kendali lalu lintas, laju perputaran (turning rates) ๐œ๐‘ง,๐‘ค, waktu sikel C๐‘— , waktu hilang L๐‘— pada saat di persimpangan dan derajat kejenuhan S๐‘ง dari jalanan dinyatakan konstan.

Diberikan F๐‘— adalah himpunan phase di persimpangan j dimana u๐‘— ,๐‘– menotasikan waktu hijau dari phase i โˆˆ F๐‘—. Secara khusus setiap persimpangan menjalankan dengan waktu sikel yang sama C dimana dijalankan dengan constraint

uj,i

iโˆˆFj + L๐‘— = ๐ถ.

Aliran dinamis lalu lintas dari jaringan berdasarkan gambar 1 diberikan [5]:

โˆ†๐‘ฅ๐‘ง ๐‘ก + 1 = โˆ†๐‘‡(๐‘ž๐‘ง ๐‘ก + ๐‘‘๐‘ง ๐‘ก โˆ’ ๐‘๐‘ง ๐‘ก โˆ’ ๐‘๐‘ง(๐‘ก) (1)

Penerapan Multi-Agent Model Predictive

Control (MPC) untuk Optimasi Waktu Hijau

pada Jaringan Lalu Lintas Perkotaan

Zendhiastara Arthananda1, Subchan2, dan Kamiran3

Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail: [email protected]1 [email protected]2 , [email protected]3

(2)

dimana

โˆ†๐‘‡ = kontrol interval

๐‘ฅ๐‘ง = jumlah kendaraan di link z ๐‘ž๐‘ง = aliran masuk dari link z ๐‘๐‘ง = aliran keluar

๐‘๐‘ง = permintaan yang dinyatakan dengan kendaraan yang tidak berasal dari link yang berdekatan yang masuk ke dalam jaringan.

Gambar 1. Aliran Dinamis Lalu Lintas

Permintaan ๐‘๐‘ง dan aliran keluar ๐‘๐‘ง disatukan bersama menjadi sebuah ganguang atau disturbance, sebut saja ๐‘’๐‘ง. Dengan mengasumsi bahwa aliran masuk dan aliran keluar dari link z dengan hak untuk berjalan sama dengan derajat kejenuhan atau saturation flow ๐‘†๐‘ง, maka (1) menjadi :

๐‘ฅ๐‘ง ๐‘ก + 1 =

๐‘ฅ๐‘ง ๐‘ก + โˆ†๐‘‡ ๐‘คโˆˆ๐ผ๐‘— 1๐œ๐‘ค,๐‘ง๐‘†๐ถ๐‘ค ๐‘–โˆˆ๐‘‰๐‘ค๐‘ข๐‘—1,๐‘– ๐‘ก โˆ’๐‘†๐ถ๐‘ง ๐‘–โˆˆ๐‘‰๐‘ง๐‘ข๐‘—2,๐‘– ๐‘ก + ๐‘’๐‘ง (2)

Mengeneralisasikan (2) untuk semua jaringan link ke dalam matrik dengan persamaan:

๐‘ฅ ๐‘ก + 1 = ๐ด๐‘ฅ ๐‘ก + ๐ต๐‘ข(๐‘ก) + ๐‘’(๐‘ก) (3) dimana

๐‘ฅ ๐‘ก : vektor keadaan

๐‘ข(๐‘ก) : vektor kendali yang mengandung sinyal ๐‘ข๐‘— ,๐‘– ๐‘ก A : matriks keadaan

B : matriks kendali B. Model Jalan

Model yang digunakan pada penulisan paper ini adalah sebagai berikut[4]:

Gambar 2. Model Jalan

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwasanya model jaringan lalu lintas yang digunakan pada usulan Tugas akhir ini terdapat 6 persimpangan atau intersection yang dinotasikan dengan angka dan 13 jalan satu arah atau links yang dinotasikan dengan xi | i =1, ... , 13. Dan daerah yang diamati

yaitu disekitar persimpangan nomor 3. C. Model Predictive Control (MPC)

Model Predictive Contol atau MPC adalah suatu metode proses control lanjutan yang banyakditerapkanpada proses industri. Dari sekian banyak algoritma multivariable control, MPC adalah salah satunya[2]

Lima konsep yang dikenal di dalam MPC yaitu[2]: a. Model proses dan disturbance

b. Performance index

c. Pengendalian/penanganan constraint d. Optimalisasi

e. Receding horizon principle Metode MPC dijelaskan di bawah ini.

Gambar 3. Struktur dasar MPC

Prediction horizon dalam MPC mengacu pada langkah yang digunakan untuk memprediksi keluaran. Pada prediction horizon kendali masukan sebelumnya menjadi pedoman untuk menentukan prediksi kendali masukan yang akan digunakan untuk memprediksi keluaran selanjutnya. Dalam MPC sinyal kendali (kontrol) mengalami perubahan setiap waktu, sehingga respon mampu menghasilkan nilai yang semakin baik pada sistem.

D. Multi-Agent Model Predictive Control

Model pengendalian optimal [4] yang digunakan pada MPC linier ini adalah Quadratic Programming (QP). Pada kasus ini, MPC linier tanpa memperhitungkan ganguan (disturbance), maka bentuk (3) menjadi :

๐’™๐‘š(๐‘ก + 1) = ๐ด๐‘š๐’™๐‘š ๐‘ก + ๐ต๐‘š๐‘–๐’–๐‘– ๐‘ก ๐‘–โˆˆ๐ผ ๐‘š

4 dimana I(m) = {m} โˆช {๐‘– โˆถ (๐‘–, ๐‘š) โˆˆ ๐ธ adalah himpunan input tetangga dari sub-sistem m, yang mana sub-sistem mempengaruhi keadaan dari m.

MPC mendapatkan sinyal kontrol untuk waktu t dengan menyelesaikan masalah Quadratic Programming (QP) : ๐‘ƒ ๐‘ก โˆถ min ๐‘€๐‘š=1๐œ™๐‘š(๐‘ก) = ๐‘€๐‘š =1 ๐‘‡๐‘˜=112 ๐‘ฅ ๐‘š ๐‘ก + ๐‘˜๐‘‡๐‘„๐‘š๐‘ฅ๐‘š๐‘ก+๐‘˜+๐‘ข๐‘š๐‘ก+๐‘˜โˆ’1๐‘‡๐‘…๐‘š๐‘ข๐‘š(๐‘ก+๐‘˜โˆ’1) (5) kendala : ๐ฑ m(t) = ๐ฑm ๐ฑ m t + k + 1 = Am๐ฑm t + k + iโˆˆI m Bmi๐ฎi t + k , ๐‘šโˆˆ โ„ณ, ๐‘˜โˆˆ๐’ฏ (6) ๐ถ๐‘š๐’–๐‘š ๐‘˜ โ‰ฅ ๐‘๐‘š, ๐‘š โˆˆ โ„ณ, ๐‘˜ โˆˆ ๐’ฏ (7)

(3)

๐ท๐‘š๐’–๐‘š ๐‘˜ = ๐‘‘๐‘š, ๐‘š โˆˆ โ„ณ, ๐‘˜ โˆˆ ๐’ฏ (8) State prediction [3] dari subsistem m pada saat t+k adalah fungsi keadaannya pada saat t dan sinyal kendali atas waktu t+k adalah

๐’™ ๐‘š ๐‘ก + ๐‘˜ = ๐ด๐‘š๐‘˜๐’™๐‘š(๐‘ก) + ๐‘˜๐‘™=1 ๐‘–โˆˆ๐ผ(๐‘š)๐ด๐‘™โˆ’1๐‘š ๐ต๐‘š๐‘–๐’–๐‘–(๐‘ก + ๐‘˜ โˆ’ ๐‘™) (9)

Misalkan ๐’– ๐‘š ๐‘ก = (๐’– ๐‘š(๐‘ก), โ€ฆ , ๐’–๐‘š(๐‘ก + ๐พ โˆ’ 1)) adalah vector kendali dan ๐’™ ๐‘š(๐‘ก) = (๐’™ ๐‘š(๐‘ก + 1), โ€ฆ . , ๐’™ ๐‘š(๐‘ก + ๐พ)) adalah variabel kendali atas waktu horizon. Dengan mendefinisikan :

๐ด ๐‘š= ๐ด๐‘š ๐ด๐‘š2 โ‹ฎ ๐ด๐‘š๐พ dan ๐ต ๐‘š๐‘– = ๐ต๐‘š๐‘– 0 โ‹ฏ 0 ๐ด๐‘š๐ต๐‘š๐‘– ๐ต๐‘š๐‘– โ‹ฎ โ‹ฎ ๐ด๐‘š๐พ=1๐ต๐‘š๐‘– ๐ด๐‘š๐พโˆ’2๐ต๐‘š๐‘– โ‹ฏ 0 โ‹ฑ 0 โ‹ฏ ๐ต๐‘š๐‘–

diperoleh state prediction yakni

๐’™ ๐‘š ๐‘ก = ๐ด ๐‘š๐’™๐‘š+ ๐‘–โˆˆ๐ผ(๐‘š)๐ต ๐‘š๐‘–๐’–๐‘–(๐‘ก) (10)

Dengan menggunakan (10), maka fungsi objektif menjadi : ๐“๐‘š ๐‘ก = 1 2๐’™๐‘š ๐‘‡ ๐‘ก ๐ด ๐‘š ๐‘‡๐‘„ ๐‘š๐ด ๐‘š๐ฑm+ iฯตI m ๐’™๐‘š๐‘‡ ๐‘ก ๐ด ๐‘š๐‘‡๐‘„ ๐‘š๐ต ๐‘š๐‘–๐’–๐‘– ๐‘ก + 1 2 ๐’™๐‘š ๐‘‡๐ด ๐‘š ๐‘‡๐‘„ ๐‘š๐ต ๐‘š๐‘–๐’–๐‘–(๐‘ก) +12๐‘ข ๐‘š๐‘‡๐‘… ๐‘š๐’–๐‘š(๐‘ก) jฯตI m iฯตI m (11) Lalu mendefinisikan : ๐‘”๐‘š๐‘– = ๐ต ๐‘š๐‘–๐‘‡๐‘„ ๐‘š๐ด ๐‘š๐’™๐‘š ๐‘ข๐‘›๐‘ก๐‘ข๐‘˜ ๐‘– โˆˆ ๐ผ ๐‘š ๐ป๐‘š๐‘–๐‘— = ๐ต ๐‘š๐‘–๐‘‡๐‘„ ๐‘š๐ต ๐‘š๐‘— ๐‘ข๐‘›๐‘ก๐‘ข๐‘˜ ๐‘–, ๐‘— โˆˆ ๐ผ ๐‘š , ๐‘– โ‰  ๐‘š ๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž๐‘ข ๐‘— โ‰  ๐‘š ๐ป๐‘š๐‘š๐‘š = ๐ต ๐‘š๐‘š๐‘‡๐‘„ ๐‘š๐ต ๐‘š๐‘š + ๐‘… ๐‘š ๐‘ ๐‘ก = ๐‘šโˆˆโ„ณ21๐’™๐‘š ๐‘ก ๐‘‡๐ด ๐‘š๐‘‡๐‘„ ๐‘š๐ด ๐‘š๐’™๐‘š ๐‘ก merupakan konstanta dan diabaikan ke dalam tujuan optimasi.

sehingga fungsi objektif pada (5) dapat ditulis dalam bentuk Quadratic Programming : ๐‘ƒ ๐‘ก โˆถ min ๐‘“ ๐‘ข =1 2 ๐‘ข ๐ป๐‘ข + ๐‘“โ€ฒ๐‘ข (12) Kendala : ๐ถ ๐‘š๐‘ข ๐‘š ๐‘˜ โ‰ฅ ๐‘ ๐‘š, ๐‘š โˆˆ โ„ณ (13) ๐ท ๐‘š๐‘ข ๐‘š ๐‘˜ = ๐‘‘ ๐‘š, ๐‘š โˆˆ โ„ณ (14) Dimana ๐ป = ๐ด๐บ 0 00 ๐ป213 ๐ด๐ป ๐ป615 0 0 0 0 0 ๐ป231 ๐ด๐ผ ๐ป651 0 0 0 0 0 ๐ป233 0 0 0 0 ๐ด๐ฝ 0 0 0 0 ๐ป655 0 0 0 0 0 dan ๐‘“ = ๐‘”11 0 ๐‘”21 ๐‘”22 ๐‘”31 0 ๐‘”51 ๐‘”61 0 0 0 0 0 0 0 0 ๐‘”23 0 0 0 ๐‘”33 0 0 0 ๐‘”34 ๐‘”44 ๐‘”54 0 0 0 ๐‘”55 ๐‘”65 0 0 0 ๐‘”66 ๐ถ ๐‘š = ๐ถ๐‘š 0 0 ๐ถ๐‘š 0 โ‹ฏ 0 0 0 โ‹ฏ 0 0 0 โ‹ฎ 0 0 0 โ‹ฎ 0 0 ๐ถ๐‘š โ‹ฏ 0 0 โ‹ฎ โ‹ฑ โ‹ฎ โ‹ฎ 0 โ‹ฏ ๐ถ๐‘š 0 0 โ‹ฏ 0 ๐ถ๐‘š , ๐‘ ๐‘š= ๐‘1 ๐‘2 ๐‘3 โ‹ฎ ๐‘5 ๐‘6 ๐ท๐‘š = ๐ท๐‘š 0 0 ๐ท๐‘š 0 โ‹ฏ 0 0 0 โ‹ฏ 0 0 0 โ‹ฎ 0 0 0 โ‹ฎ 0 0 ๐ท๐‘š โ‹ฏ 0 0 โ‹ฎ โ‹ฑ โ‹ฎ โ‹ฎ 0 โ‹ฏ ๐ท๐‘š 0 0 โ‹ฏ 0 ๐ท๐‘š , ๐‘‘ ๐‘š = ๐‘‘1 ๐‘‘2 ๐‘‘3 โ‹ฎ ๐‘‘5 ๐‘‘6 III PEMBAHASAN A. Model Jalan Lalu Lintas Perkotaan

Dengan menggunakan (2) pada bab II, maka dapat diperoleh A=I dan B adalah matriks input control yang berukuran 13x13.

Tabel 1. Nilai parameter

๐œ1,4 = 0.20 ๐œ2,4= 0.25 ๐œ3,4= 0.65 ๐œ6,5= 0.50 ๐œ1,6= 0.05 ๐œ2,6= 0.30 ๐œ3,6= 0.05 ๐œ7,5= 0.80 ๐œ1,11= 0.05 ๐œ2,11= 0.30 ๐œ3,11= 0.05 ๐œ8,7= 0.40 ๐œ1,13= 0.70 ๐œ2,13= 0.15 ๐œ3,13= 0.15 ๐œ8,10= 0.60 ๐œ9,7= 0.60 ๐ถ1= 192.0 ๐ถ5= 91.7 ๐œ9,10= 0.40 ๐ถ2= 132.6 ๐ถ6= 131.3 ๐œ10,12= 0.80 ๐ถ3= 81.9 ๐‘†1= ๐‘†2= ๐‘†3 = ๐‘†4= ๐‘†5 = ๐‘†7= ๐‘†8 = ๐‘†9= ๐‘†10 = ๐‘†12= ๐‘†13 = 3600 ๐œ11,12= 0.50 ๐ถ4= 165.6 ๐‘†6= ๐‘†11 = 1800

Dengan memasukkan nilai parameter pada Tabel 1, dapat diperoleh matriks B berukuran 13x13 sebagai berikut

(4)

B = . dimana A = -1.875 I = 3.5165 II = 1.0989 Q = -2.1739 Y = -1.9629 B1 = -1.875 J = 0.0938 R = -2.1739 Z = 3.1407 C = -1.875 K = 0.5625 S = 1.3043 AA = 0.9815 D = 0.375 L = 0.0938 T = 0.8696 AB= -2.7418 E = 0.4688 M = -2.1978 U = -3.9258 AC= 0 F = 1.2188 N = -4.3956 V = 0 AD= 0.2813 G = -2.7149 O = 0.8696 W = 0.5625 AE= 0.2813 H = -2.7149 P = 1.3043 X = 0.0938 AF= 2.7418

Selanjutnya, menggunakan (10), maka akan diperoleh state prediction di setiap subsistem m dimana I(m) = {m} โˆช {๐‘– โˆถ (๐‘–, ๐‘š) โˆˆ ๐ธ} adalah himpunan input tetangga dari sub-sistem m, yang mana sub-sub-sistem mempengaruhi keadaan dari m.

Untuk subsistem 1 dengan m=1, diperoleh ๐’™ 1(๐‘ก) = ๐ด 1๐’™1 ๐‘ก + ๐ต 11๐’–1 (15) Untuk subsistem 2 dengan m=2, diperoleh

๐’™ 2(๐‘ก) = ๐ด 2๐’™2 ๐‘ก + ๐ต 21๐’–1+ ๐ต 22๐’–2+ ๐ต 23๐’–3 (16) Untuk subsistem 3 dengan m=3, diperoleh

๐’™ 3= ๐ด 3๐’™3 ๐‘ก + ๐ต 31๐’–1+ ๐ต 33๐’–3+ ๐ต 34๐’–4 (17)

Untuk subsistem 4 dengan m=4, diperoleh ๐’™ 4(๐‘ก) = ๐ด 4๐’™4 ๐‘ก + ๐ต 44๐’–4 (18) Untuk subsistem 5 dengan m=5, diperoleh ๐’™ 5(๐‘ก) = ๐ด 5๐’™5 ๐‘ก + ๐ต 51๐’–1+ ๐ต 54๐’–4+ ๐ต 55๐’–5 (19)

Untuk subsistem 6 dengan m=6, diperoleh ๐’™ 6(๐‘ก) = ๐ด 6๐’™6 ๐‘ก + ๐ต 61๐’–1+ ๐ต 65๐’–5+ ๐ต 66๐’–6 (20)

Selanjutnya substitusi (15) โ€“ (20) ke dalam (5) maka akan diperoleh (12), dimana

๐ป = ๐ด๐บ 0 00 ๐ป2130 0 0 0๐ด๐ป ๐ป615 0 ๐ป231 ๐ด๐ผ ๐ป651 0 0 0 0 0 ๐ป233 0 0 0 0 ๐ด๐ฝ 0 0 0 0 ๐ป655 0 0 0 0 0 Dengan ๐ด๐บ = ๐ป211+ ๐ป311+ ๐ป511+ ๐ป611 ๐ด๐ป = ๐ป314+ ๐ป514 ๐ด๐ผ = ๐ป341+ ๐ป541 ๐ด๐ฝ = ๐ป344+ ๐ป544 B. Formulasi Dekomposisi

Untuk distribusi tersebar, [4] seorang agent m menentukan nilai dari variable kendali local dari subsistem m . Nilai dari ๐’–๐‘š didapatkan dengan menyelesaikan sebuah masalah optimasi lokal ๐‘ƒ๐‘š(๐‘ก) di setiap waktu. Desain dari himpunan {๐‘ƒ๐‘š(๐‘ก)} dan pasangan antar agent disebut formulasi dekomposisi. Formulasi dikatakan perfect jika setiap subsistem ๐‘ƒ๐‘š(๐‘ก) menjamin semua kendala pada fungsi objektif P(t) yang bergantung pada ๐’– ๐‘š. Untuk perfect dekomposisi, diberikan:

๐ผ (๐‘š) = {๐‘–: ๐‘š โˆˆ ๐ผ ๐‘– , ๐‘– โ‰  ๐‘š} adalah himpunan output tetangga dari subsistem m yang mana sebarang subsistem i dengan keadaan ๐’™ ๐‘– dipengaruhi oleh ๐’– ๐‘š.

๐ถ ๐‘š = { ๐‘–, ๐‘— โˆˆ ๐ผ ๐‘š ๐‘ฅ๐ผ ๐‘š : ๐‘– = ๐‘š ๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž๐‘ข ๐‘— = ๐‘š} adalah subsitem berpasangan dari quadratic yang bergantung pada ๐’– ๐‘š.

๐ถ ๐‘š, ๐‘˜ = { ๐‘–, ๐‘— โˆˆ ๐ผ ๐‘˜ ๐‘ฅ๐ผ ๐‘˜ : ๐‘– = ๐‘š ๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž๐‘ข ๐‘— = ๐‘š} adalah pasangan dari quadratic dengan ๐‘˜ โˆˆ ๐ผ ๐‘š yang bergantung pada ๐’– ๐‘š.

Sehingga masalah local dari agent m adalah : ๐‘ƒ๐‘š ๐‘ก : min ๐‘“๐‘š=12๐’–๐‘šโ€ฒ๐ป๐‘š๐’–๐‘š+ ๐‘”๐‘šโ€ฒ๐’–๐‘š (21) Dengan kendala: ๐ถ ๐‘š๐‘ข ๐‘š ๐‘˜ โ‰ฅ ๐‘ ๐‘š, ๐ท ๐‘š๐‘ข ๐‘š ๐‘˜ = ๐‘‘ ๐‘š, dimana ๐ป๐‘š = ๐ป๐‘š๐‘š๐‘š + ๐‘˜โˆˆ๐ผ ๐‘š ๐ป๐‘˜๐‘š๐‘š ๐‘”๐‘š=12๐‘”๐‘š๐‘š + ๐‘”๐‘–๐‘š ๐‘–โˆˆ๐ผ (๐‘š)

Dengan mensubstitusikan pada masing-masing subsistem, maka akan diperoleh:

๐ป1= ๐ป111+ ๐ป211+ ๐ป311+ ๐ป511+ ๐ป611 ๐ป2= ๐ป222

(5)

๐ป3= ๐ป333+ ๐ป233 ๐ป4= ๐ป444+ ๐ป344+ ๐ป544

๐ป5= ๐ป555+ ๐ป655 ๐ป6= ๐ป666

Hasil dari optimasi diatas menghasilkan :

๐‘ฅ ๐‘š ๐‘ก + 1 ๐‘ก , ๐‘ฅ ๐‘š ๐‘ก + 2 ๐‘ก , . . , ๐‘ฅ ๐‘š(๐‘ก + ๐‘|๐‘ก) dan ๐‘ข ๐‘š ๐‘ก ๐‘ก , ๐‘ข ๐‘š ๐‘ก + 1 ๐‘ก , . . , ๐‘ข ๐‘š(๐‘ก + ๐‘ โˆ’ 1|๐‘ก)

Apabila optimasi ๐‘ƒ๐‘š ๐‘ก diatas feasible, maka didapatkan penyelesaian optimalnya adalah :

๐‘ข ๐‘šโˆ— ๐‘ก ๐‘ก , ๐‘ข ๐‘šโˆ— ๐‘ก + 1 ๐‘ก , . . , ๐‘ข ๐‘šโˆ— ๐‘ก + ๐‘ โˆ’ 1 ๐‘ก , ๐‘ฅ ๐‘šโˆ— ๐‘ก + 1 ๐‘ก , ๐‘ฅ ๐‘šโˆ— ๐‘ก + 2 ๐‘ก , . . , ๐‘ฅ ๐‘šโˆ— (๐‘ก + ๐‘|๐‘ก)

Sesuai dengan prinsip receding horizon pada MPC maka nilai kontrol yang didapatkan dari hasil optimisasi di atas adalah :

๐‘ข ๐‘š ๐‘ก ๐‘ก = ๐‘ข ๐‘šโˆ— (๐‘ก|๐‘ก)

Dalam paper ini digunakan subroutine qoadprog yang ada pada MATLAB untuk menyelesaikan masalah optimisasi tersebut.

C. Simulasi Model

Gambar 5. Hasil Simulasi

Hasil simulasi yang terlihat pada Gambar 5. Menunjukkan bahwa distribusi waktu hijau pada subsistem berada pada 0 sampai dengan 81.9 detik. Dalam hal ini, kendali (waktu hijau) pada subsistem ini dipengaruhi oleh kendali pada subsistem yang lain yakni 1,2,3 dan 4. Sehingga pada distribusi waktu hijau ini diperoleh waktu hijau optimal.

IV KESIMPULAN

Daerah yang diamati pada paper ini adalah daerah pada subsistem 3 dimana dipengaruhi oleh subsistem 1,2,3 dan 4. Terlihat bahwasanya diperoleh distribusi waktu hijau pada subsistem ini adalah 0 sampai dengan 81,9 detik.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Aboudolas, K., Papageorgiou, M., Kosmatopoulos, E., 2007. โ€œControl and optimization methods for traffic signal control in large-scale congested urban road networks,โ€ in Proceeding of American Control Conference, New York, USA, July, pp.3132-3138. [2] Camacho, E.F., Bordons, C., 2004. Model Predictive

Control. Springer-Verlag.

[3] Camponogara E., de Oliveira, L.B., 2009. Distributed optimization for model predictive control of linear dynamic networks, Accepted by IEEE Transaction on System,Man, and Cybernetics โ€“ Part A. <http://www.das.ufsb.br/~camponog/papers/dmpc-tuc.pdf>.

[4] Oliviera, L.B., Camponogara, E., 2010. Multi-agent model predictive control of signaling split in urban traffic networks. Transportation Research. Part C, Emerging Technologies, v.18, p. 120-139

[5] R. R. Negenborn, B.D. Schutter, and J. Hellendoorn, 2007. โ€œMulti-agent model predictive control for

transportation networks: serial versus parallel schemes,โ€ to appear in Engineering Application of Artificial Intelligence.

Referensi

Dokumen terkait