Versi Tayang
STRATEGI ALOKASI AIR DAN
ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN DI
DAS BRANTAS
PROF. DR. IR. PITOJO TRI JUWONO, MT.,IPU.
Profesor Bidang Manajemen dan Rekayasa SDA
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
WEBINAR JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN#1
Jumat, 17 Juli 2020
OUTLINE
SISTEM ALOKASI AIR DAS BRANTAS
PENDAHULUAN
ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN
1
2
3
PERMASALAHAN UTAMA PENYEDIAAN AIR
4
KESIMPULAN
Versi Tayang
1
Versi Tayang
SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGS)
97,50%
2,50%
Air Laut
Air Tawar
68,7% 0,4%
30,1%
0,8%
Air di Es & Gletser
Air Permukaan & Atmosfer Air Tanah
Air di Lapisan Tanah Beku SUMBER : World Water Assessment, 2006
Keterangan:
D : Domestik (Rumah Tangga) M : Municipal (Perkotaan) I : Industrial
Sumber:
Puslitbang SDA, 2012
Roadmap CC Water Sector, 2011
DMI (106 m3/th) 34,100 (19.5%) PERTANIAN (106 m3/th) 141,000 (80.5 %) DM (106 m3/th) 6.400 (3,7%) SUDAH DIMANFAATKAN (106 m3/th) 175,100 (25.3%) BELUM DIMANFAATKAN (106 m3/th) 516,200 (74.7%) INDUSTRIAL (106 m3/th) 27.700 (15,8%)
AIR BAKU TERSEDIA (106 m3/th)
POTENSI DAPAT DIMANFAATKAN
3,906,500 691,300 INDONESIA 3.906,500 SUMATERA 840,700 JAVA 164,000 KALIMANTAN 1,314,000 SULAWESI 299,200 BALI + NUSA TENGGARA 49,600 MALUKU 176,700 PAPUA 1,062,100
DISTRIBUSI
Konsumsi Beras
2500 liter/1 kg
X
237.641.326 Jiwa
(BPS, 2010)Virtual Water - Nasi
Jumlah Penduduk
2500
X
Indonesia 139 kg / jiwa / tahun
Jepang 70 kg / jiwa / tahun
India 76 kg / jiwa / tahun
Thailand 104 kg / jiwa / tahun
Vietnam 170 kg / jiwa / tahun
82.59 milyar m
3/tahun
Kebutuhan Air Indonesia
untuk Memenuhi Kebutuhan
Konsumsi Beras per tahun
Sumber: Kementerian PUPR
MENGAPA
KEBUTUHAN AIR IRIGASI
DI INDONESIA SANGAT TINGGI ?
Versi Tayang
7/17/2020
Sumber: Bappenas, 2010
KEBUTUHAN AIR SEMAKIN MENINGKAT
SEIRING PERTAMBAHAN PENDUDUK
Tahun 2030 di proyeksikan
kebutuhan airnya sangat tinggi
Versi Tayang
2
SISTEM ALOKASI AIR DI DAS
BRANTAS
Definisi: suatu kegiatan pengaturan pemberian air yang didasarkan atas ketersediaan air
berdasarkan kebutuhan air menurut jenis pemanfaatan, volume dan waktu tertentu yang
disesuaikan dengan hasil kesepakatan urutan prioritasnya.
Kelebihan Air pada musim penghujan, namun saat musim kemarau kekurangan air Keseimbangan Air Banyaknya Pemanfaat air Rusaknya daerah
tangkapan air konflik sosialMenghindari
ALOKASI AIR
Evolution of techniques for basin allocation planning: infrastructure development to demand management
ALOKASI AIR
Perencanaan
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengendalian
Pemantauan dan Evaluasi
Pengawasan
PENGELOLAAN ALOKASI AIR
Pengelolaan alokasi air rangkaian kegiatan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,
evaluasi, pengendalian dan pengawasan. Rangkaian kegiatan tersebut membentuk suatu siklus seperti
terlihat pada bagan alir di bawah ini :
a. Pengumpulan Data
- Data Statis : Kapasitas tamp. Waduk, kapasitas pengaliran sungai, sistem sungai, titik tinjau pengambilan air,
dll
- Data Dinamis: Data Debit, data keb. Air
(RTTG dan Pertek), Prakiraan Sifat hujan
(BMKG) b. Analisis Data - Validasi Data - Perhitungan Keandalan Debit Ketersediaan Air - Perhitungan Kebutuhan Air - Perhitungan Kesimbangan Air d. Penetapan Dilakukan Pembahasan untuk disepakati di forum TKPSDA, sebelum disahkan oleh pejabat yang
berwenang
1. Perencanaan
c.Pola Alokasi Air
- Draft Rencana Tahunan Operasi Waduk (TMA, Inflow,
Outfloww) - RAAT (Rencana Alokasi Air untuk berbagai kebutuhan
dengan mempertimbangkan
Operasionalisasi Alokasi Air Prosedur Operasi
Standar (SOP)
Your Text Here
Penyiapan Sumberdaya
(1)
(2)
(3)
Manual bagi pengelola sumberdaya air untuk pelaksanakan alokasi air yang memuat produr rinci yang harus dilakukan dalam setiap kondisi.
Penyusunan SOP Berdasarkan : • Batas akseptabilitas pelayanan
air
• Batas akseptabilitas operasional prasarana pengairan
• Kewenangan pengambilan
keputusan pada berbagai kondisi yang tidak normal.
Pemeriksaan kesiapan prasarana pengairan
Pemeriksaan peralatan
pemantauan termasuk kalibrasinya. Pemeriksaan peralatan pendukung :
Sarana komunikasi, telemetri,dll Penyiapan Tenaga Kerja, diperlukan
Pelatihan dan Knowledge sharing pola alokasi air dan SOP
Pengamatan debit pengambilan dan kondisi air yang meliputi: inflow, outflow, tinggi muka air dan kualitas air.
Pengamatan kondisi bangunan pengambilan air.
Pengaturan distribusi air disesuaikan dengan pola alokasi air.
Pelaksanaan Penegakan Hukum terhadap pelanggaran pengambilan air.
2. Pelaksanaan Alokasi Air
3. Pemantauan Dan Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara periodik untuk mengetahui kesesuaian antara
pelaksanaan alokasi air dengan pola yang telah ditetapkan.
Dalam hal terjadi ketidaksesuaian dengan pola maka dilakukan analisis terhadap sebab akibat untuk dirumuskan rencana
pengendaliannya.
Evaluasi
Pemantauan dilakukan untuk memperoleh informasi pelaksanaan alokasi air dan dilaksanakan:
• secara periodik/berkala pada titik titik pantau utama.
• secara insidentil dalam hal ditengarai adanya penyimpangan.
Pengendalian dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi penyimpangan melalui koreksi terhadap pelaksanaan dan atau koreksi terhadap perencanaan.
(1)
Koreksi terhadap perencanaan dilakukan apabila terjadi penyimpangan yang
berlebihan antara lain perubahan kondisi cuaca, bencana alam, kebijakan.
(3)
Koreksi terhadap penyimpangannya masih dalam batas toleransi yang diperbolehkan.
Koreksi pelaksanaan dilakukan melalui tindakan koreksi dan pencegahan. Tindakan koreksi atas sarana dan prasarana (termasuk
SOP) untuk mengurangi/menghilangkan penyimpangan yang terjadi. Diperlukan tindakan pencegahan.
. (2)
Koreksi dimaksud dengan menghitung kembali pola alokasi air dengan
memasukkan asumsi dan kebijakan baru yang disusun melalui mekanisme
perencanaan sebagaimana diuraikan diatas.
(4)
Pengecekan alokasi
air di lapangan
Pengecekan tingkat
Pemerataan pembagian air
5. Pengawasan
Agar pelaksanaan pengalokasian air berjalan efektif dan sesuai dengan persyaratan teknis yang ditetapkan,
diperlukan suatu pengawasan yang dilakukan oleh Dinas yang membidangi sumber daya air
1. UU RI No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air
2. UU No. 23 Tahun 2014 tetang Pemerintahan Daerah
3. Permen PUPR No. 06/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Sumber
Air dan Bangunan Pengairan
4. Permen PUPR No. 01/PRT/2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air
5. Permen PUPR No. 28/PRT/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan
Garis Sempadan Danau
6. Permen PUPR No. 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah
Sungai
7. Permen PUPR No. 14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah
Irigasi.
8. SNI 6728.1;2015, Penyusunan Neraca Spasial Sumber Daya Alam, Bagian I:
Sumber Daya Air
9. Surat Edaran – Direktur Jenderal Sumber Daya Air No.04/SE/D/2012 tentang
Alokasi Air
Ketersediaan Air
Keseimbangan
Permintaan Air
Prinsip Waduk Tahunan dan Waduk Harian :
LWL HWL
HWL = Muka Air Tinggi
LWL-1 = Muka Air Rendah operasional (kondisi normal) LWL-2 = Muka Air Rendah emergency (kondisi kekeringan)
T1 = Pengisian T2 = Pengosongan
MEKANISME PENYUSUNAN POLA ALOKASI AIR
Data Hidrologi (Ketersediaan Air) Data Pemakaian (Kebutuhan Air) Penyiapan Konsep Rencana Alokasi Air Tahunan Pembahasan dengan Berbagai Sektor Pengesahan Rencana Alokasi Air Tahunan Penerapan Rencana Alokasi Air Tahunan Pelaporan dan Evaluasi Dev iasi? Revisi Rencana Alokasi Air Tahunan OPERATOR = PJT-1 OPERATOR = PJT-1 Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air (TKPSDA) Tidak YaBalai & Balai Besar National Public Type of RBO UPT Daerah Provincial Public Type of RBO Perum Jasa Tirta Corporate Type of RBO
Koordinasi antar Institusi lingkup wilayah sungai
Hubungan antara lembaga dan instansi di wilayah sungai diwadahi melalui Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA) yang
berfungsi sebagai hub/ penghubung untuk regulator, pengembang, operator dan pengguna.
Collecting Data
(Data Hidrologi, Data Teknis Bangunan Keairan, RTTG, Prakiraan Sifat Hujan, Kapasitas Tamp.
Waduk, dll) Debit Andalan Dengan
Pertimbangan Prakiraan Sifat Hujan
Urutan simulasi
1. Pengaturan air irigasi (k) atau pengurangan luas tanam, dan atau 2. Pengurangan alokasi untuk Industri s/d 30%
3. Qk-PDAM s/d – 10%
Debit Tersedia
Analisis Q pemanfaatan dari Hulu hingga Hilir Brantas,
Serta Simulasi Waduk (Qtersedia– Qirg (rttg) – Q rki)
Qtersedia < Qkeb
Ya
Tidak
1. Debit aktual tertinggi pada irigasi di WS Brantas yaitu pada tahun 2017 sebesar 3120,48 m3/detik.
2. Produksi listrik di WS Brantas terbesar yaitu pada Bendungan Sutami dengan produksi tertinggi tahun 2016 sebesar 616.908.000 kWh.
3. Total layanan air baku untuk produksi air baku industri di WS Brantas tahun 2015 s/d 2019 sebesar 900.010.000 m3. 4. Total layanan air baku
untuk produksi air baku PDAM di WS Brantas tahun 2015 s/d 2019 sebesar 1.937.520.000 m3.
RKI RKI
D.I. Besuk, Kd Kudi, Pengkol 534 Ha BENDUNG LENGKONG BARU BENDUNG MENTURUS BENDUNG JATIMLEREK BEND. SELOREJO BEND. MRICAN WD. BENING D.I. Bening
8.752 Ha D.I. Jatimlerek1.812 Ha D.I. Menturus3.632 Ha
D.I. Delta Brantas 17.942 Ha D.I. Jatikulon 638 Ha (619) D.I. Siman 23.060 Ha (23.456) D.I. Mrican Kiri
12.729 Ha D.I. Blader , Kluwih, Gelang 1.701 Ha WD. BENDUNG BENDUNG SEGAWE WD. WONOREJO BENDUNG TIUDAN 8 6 5 7
D.I. Mrican Kanan 17.612 Ha
RKI
KRITERIA PJT I KRITERIA BMKG 0 85 90 100 110 115 Normal Atas Normal Bawah Normal 0 10 20 30 35 40 50 60 65 70 80 90 100 Normal
Normal Basah Normal Kering
Kering Basah % thd Curah Hujan Rata-Rata 30 thn Terakhir % Probabilitas Keandalan Debit
1. BMKG (Berdasarkan Prediksi Sifat Hujan)
a. Normal : Antara 85% s/d 115% (terhadap rata-rata data 30 tahun terakhir) b. Di Atas Normal : > 115% (terhadap rata-rata data 30 tahun terakhir)
c. Di Bawah Normal : < 85% (terhadap rata-rata data 30 tahun terakhir) 2. PERUM JASA TIRTA I (Berdasarkan Keandalan Debit)
Berdasarkan debit andalan yang dihitung berdasarkan data debit historis (bukan curah hujan), namun diidentikkan dengan kriteria BMKG, sbb:
a. Normal : Antara 35% s/d 65% b. Basah (Atas Normal) : < 35%
c. Kering (Bawah normal) : > 65%
DASAR PENENTUAN PROSENTASE KEANDALAN
DEBIT UNTUK RAAT DAS BRANTAS OLEH PJT I
PRAKIRAAN AWAL MUSIM HUJAN 2019/2020
PRAKIRAAN CURAH HUJAN DESEMBER 2019
RENCANA TAHUNAN OPERASI WADUK (RTOW) DAN
RENCANA ALOKASI AIR TAHUNAN (RAAT) MUSIM HUJAN
2019/2020 DAN MUSIM KEMARAU 2020
KONDISI NORMAL
RENCANA TAHUNAN OPERASI WADUK (RTOW) DAN RENCANA ALOKASI AIR TAHUNAN (RAAT) MUSIM HUJAN 2019/2020 DAN
MUSIM KEMARAU 2020 KONDISI NORMAL
Waduk Sutami-Lahor memiliki ketersediaan volume air untuk musim kemarau 2020 sebesar 142.152.815,71 m3,
Sebagai Waduk Penyangga Utama di WS Brantas
Waduk Sutami Lahor memasok kebutuhan
alokasi air sampai hilir WS Brantas
Waduk Selorejo memiliki ketersediaan volume air untuk musim kemarau 2020 sebesar 31.141.814,15 m3.
FORECASTING PENYEDIAAN AIR MUSIM KEMARAU TAHUN 2020
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00 180,00
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Debit (m3/ dt) Bulan Inflow Sutami IF 2015 IF 2016 IF 2017 IF 2018 IF 2019
POTENSI KEKERINGAN
Kondisi aktual selama tahun 2015-2019, data hidrometri Bendungan Sutami tahun 2016 menunjukkan inflow cukup
tinggi yang disebabkan curah hujan tinggi sepanjang tahun (kondisi Normal hingga La Nina lemah), sementara untuk
Analisis: Tingkat Ketersediaan Air bagi Tanaman Bulan Juli 2019
SEPT
OKT
Prediksi:
Versi Tayang
3
ANTISIPASI DAMPAK
KEKERINGAN
Memperhatikan prakiraan awal musim kering dari BMKG
Monitoring muka air waduk dan ketersediaan pada sumber air
Pengaturan alokasi air
Efisiensi penggunaan air
Meminimalkan kebocoran air pada saluran
Pencegahan terjadinya pengambilan air secara illegal
Kaji ulang pola tanam dan tata tanam
LANGKAH ANTISIPASI
TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA (TMC)
TMC adalah suatu bentuk upaya
intervensi
manusia
untuk
memodifikasi cuaca dengan tujuan
untuk
meningkatkan
intensitas
curah hujan atau mempercepat
proses hujan di suatu tempat.
Partikel higroskopik (garam NaCl
berbentuk powder dalam ukuran
orde
mikron)
dibawa
dengan
pesawat
dan
ditambahkan
langsung ke dalam awan jenis
Cummulus
(awan
berpotensi
hujan).
Jumlah
22 November –
12 Desember 2019
Hari Kegiatan
20 hari
Sorti
24 sorti
Jam Terbang
30 jam 10 menit
Bahan Semai (NaCl)
Terpakai
24.000 kg
REKAP JALUR PENERBANGAN PENYEMAIAN AWAN
Daerah Tangkapan Air Luas (km2)
Pengamatan
Hujan Jumlah Hari
Hujan rata-rata harian (mm) Akumulasi Hujan (mm) Volume Hujan (juta m3) Seluruh Lokasi Penyemaian 2166.4 Selama periodeTMC 21 4.50 94.49 204.70 Hari Penyemaian 18 4.03 72.60 157.28
Waduk Sengguruh 1691.4 Selama periodeTMC 21 5.06 106.30 179.80
Hari Penyemaian 18 4.42 79.59 134.63
Waduk Sutami 2008.5 Selama periodeTMC 21 4.65 97.72 196.27
Hari Penyemaian 18 4.12 74.13 148.89
Waduk Lahor 157.8 Selama periodeTMC 21 3.40 71.34 11.26
Hari Penyemaian 18 3.78 68.04 10.74
Tren hujan harian rerata wilayah pos hujan periode 17 November – 17 Desember 2019
Tren hujan rerata wilayah bulanan pos hujan
Tren debit rata-rata harian PDA Gadang pada periode TMC
Tren debit rata-rata
bulanan PDA Gadang
Tren debit rata-rata
Versi Tayang
4
PERMASALAHAN UTAMA
PENYEDIAAN AIR
Versi Tayang AS DIKUASAI NEGARA (70%) 32% Pertanian 34% Perkebunan 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Kelajuan deforestasi Indonesia pada 2005-2010 adalah 107% terhadap 2000-2005
Metode pertanian tidak ramah lahan
Perladangan terbuka pada kawasan kritis
Pengerukan Waduk Sengguruh
Pengerukan Waduk Sutami
Pengerukan Waduk Wlingi
Pengerukan Waduk Selorejo
KEGIATAN OPERASI & PEMELIHARAAN (OP)
WADUK DAS BRANTAS
Hauling Spoilbank Dempok 3 Hauling Spoilbank B Hauling Spoilbank Dempok 1
Hauling Spoilbank Sumberpetung 2A
KEGIATAN OPERASI & PEMELIHARAAN (OP)
WADUK DAS BRANTAS
Versi Tayang
DEGRADASI KUALITAS AIR
Sungai-sungai di Pulau Jawa banyak yang tercemar
Versi Tayang
5
Versi Tayang