• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN DAN PENETAPAN SEBAGAI SITUS CAGAR BUDAYA GUA JEPANG DI TRETES PRIGEN GUNA PELESTARIAN DAN PENCIPTAAN DAYA TARIK WISATA BARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN DAN PENETAPAN SEBAGAI SITUS CAGAR BUDAYA GUA JEPANG DI TRETES PRIGEN GUNA PELESTARIAN DAN PENCIPTAAN DAYA TARIK WISATA BARU"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

35

PENCIPTAAN DAYA TARIK WISATA BARU

Edy Suharyono

Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta haryoedy@gmail.com

ABSTRACT

Sebuah situs Gua buatan yang diduga sebagai peninggalan tentara Jepang yang terletak di Wilayah Tretes, Prigen, Pasuruan , Jawa Timur telah lama diketahui oleh masyarakat , lokasi Gua ini terletak di sebuah resort dan daerah tujuan wisata yang terkenal. Namun masyarakat cenderung untuk membiarkan situs ini tidak diberdayakan dan tertutup oleh semak-semak maupun tertimbun tanah, padahal jika dikembangkan gua ini akan menjadi sebuah daya tarik wisata sejarah yang sangat menarik. Untuk itu perlu dilakukan kajian yang dibantu oleh tim ahli dari Balai Arkeologi untuk memastikan keaslian dan kelayakan bahwa gua tersebut sebagai situs cagar budaya dan dapat dikembangkan menjadi salah satu daya tarik wisata di wilayah Tretes.

An artificial cave site that is suspected of being a relic of the Japanese army located in the Tretes, Prigen, Pasuruan, East Java Region has long been known by the public, this Cave is located in a resort and famous tourist destination. But the community tends to leave this site unempowered and covered by bushes or buried in the ground, even though if developed this cave will be a very interesting historical tourism attraction. For this reason, it is necessary to conduct a study, assisted by a team of experts from the Archaeological Center to ensure the authenticity and feasibility of the cave as a cultural heritage site and can be developed as one of the tourist attractions in the Tretes region.

Keywords : Japanese artificial cave , Tourist attractions

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bagi masyarakat Jawa timur nama Tretes bukanlah nama yang asing , karena sejak jaman penjajahan Belanda wilayah ini telah terkenal sebagai sebuah resot yang sangat terkenal, bahkan sisa-sisa peninggalan kolonial masih banyak tersisa . Disini dahulu merupakan tempat pariwisata dan peristirahatan para pembesar dan orang-orang kaya Belanda, hal ini ditandai banyak dibangun villa dan rumah-rumah singgah

milik warga negara Belanda , kemudian pada jaman penjajahan Jepang daerah ini dijadikan basis pertahanan tntara Jepang, bangunan-bangunan milik bangsa Belanda yang ditinggalkan diambil alih oleh tentara Jepang, salah satunya adalah sebuah bangunan penginapan yang kemudian pada saat ini menjadi Hotel Inna Tretes; Di area hotelini ditemukan sebuah Gua buatan yang menurut cerita masyarakat dan pengelola Hotel Inna Tretes adalah peninggalan Tentara Jepang yang dibangun sekitar tahun 1942 sampai tahun 1943.

(2)

Gua ini diduga oleh masyarakat setempat memiliki hubungan dan tembus dengan Gua lain yang terletak dilokasi pinggir jalan yang berjarak sekitar 700 meter , menurut penuturan merekat gua tersebut memiliki banyak cabang yang terhubung dengan mulut gua yang lain yang terletak di tengan pemukiman yang kini telah tertimbun dan menjadi pemukiman penduduk.

Masyarakat , pemerintah maupun pengelola Hotel Inna Tretes kurang peduli terhadap keberadaan situs gua ini, bahkan karena dianggap membahayakan atau memberikan kesan menakutkan maka gua ini sengaja untuk ditimbun atau ditutup dengan semak belukar agar tidak dimasuki oleh orang, padahal kalau situs ini dieksplorasi secara baik akan menjadi sebuah atraksi pariwisata sejarah yang sangat menarik dan dapat memberikan manfaat besar bagi pariwisata di wilayah Tretes khususnya serta sangat bermanfaat dalam pendidikan sejarah bangsa .

Kitadakpedulian masyarakat , pemerintah maupun pengelola hotel Inna Tretes tentang keberadaan gua ini, hingga saat ini kesulitan mengumpulkan catatan sejarah, saksi sejarah yang dapat digali sebagai referensi untuk menuliskan kronologi yang valid bagaimana asal mula dan keberadaan gua ini yang sebenarnya.

Prigen adalah daerah tujuan wisata andalan Kabupaten Pasuruan, khususnya Tretes merupakan daerah tujuan wisata yang sudah cukup dikenal luas di wilayah Jawa Timur pada umumnya, namun melalui berjalannya waktu ternyata Tretes saat ini tidak menjadi daerah tujuan wisata unggulan lagi dikarenakan kalah bersaing dengan daerah lain misalnya wilyah Batu Malang.

Sebetulnya secara gegrafik Tretes adalah sebuah resort yang paling dekat dan mudah dijangkau dari Surabaya pusat ibu kota Jawa Timur dan pusat pusat kota industri seperti Gresik, Mojokerto dan Sidoarjo,

akan tetapi atraksi wisatanya yang tidak berkembang di wilayah ini maka Tretes semakin hari ditinggalkan pengunjung. Semestinya pemerintah , masyarakat dan para pelaku pariwisata yang lain bepikir dan bekerja keras bagaimana mengembangangkan potensi yang ada di Tretes untuk dapat dijadikan daya tarik wisata yang diminati masyarakat , salah satunya adalah potesi Gua Jepang yang dapat digunakan sebagai obyek wisata Pendidikan Sejarah, karena jangan sampai generasi penerus bangsa ini akan kurang mengerti sejarah bangsanya atau kurang menghayati arti perjuangan para pendahulu dan para pahlawan yang membangun negara ini. Untuk itu selayaknya situs-situs sejarah harus mendapatkan perhatian serius dari semua pihak, jangan sampai rusak, hilang atau tak terawat dengan sia-sia.

Mulai tahun 2016 Inna Tretes , yang merupakan Hotel milik negara di bawah PT Hotel Indonesia Natour ( Persero ) mulai menyadari manfaat keberadaan gua di area hotel yang sangat strategis ini, dengan inisiatif sendiri membersihkan area luar mulut gua, dan untuk menghilangkan kesan seram dibuatlah relief dan taman yang menarik disekitar mulut gua, mulut gua di buka, timbunan sampah dan tanah yang menutupi mulut gua dibersihkan sehingga memungkinkan orang bisa masuk atau melihat dalam ruangan gua. Akses masuk ke lokasi di bangun dan arah penunjuk jalan bagi pengunjung dipasang sehingga memudahkan para pengunjung dengan nyaman dan aman bisa mendekati mulut gua.

Di dalam gua tersebut dihuni jutaan kelelawar yang setiap senja tiba akan keluar secara bersama-sama kemudian pagi hari masuk kembali ke dalam gua. Hal ini menambah daya tarik gua sebagai eko wisata, pengunjung pada saat senja tiba bisa menyaksikan juataan kelelawar

(3)

keluar gua secara bersamaan berhamburan terbang keluar mencari mangsa. Kondisi gua setelah di buka dalam kondisi sangat gelap, pengap oleh bau kotoran kelelawar, permukaan lantai gua tidak rata banyak reruntuhan tanah dan bebatuan sehingga membahayakan bagi pengunjung untuk bisa masuk gua , kedalaman gua belum bisa terdeteksi dengan lorong panjang, lembab dan terjal serta minimnya oksigen menyebabkan orang masuk hanya sekitar 10 meter sudah merasa sesak nafas . Jutaan kelelawar bergelantungan di langit langit gua , jika ada pengunjung masuk ke dalam gua, maka kelelawar akan merasa terganggu oleh suara dan sinar lampu pengunjung, maka Inna Tretes hotel membatasi kedalaman yang diperbolehkan agar tidak mengganggu kehidupan kelelawar .

Bekenaan dengan keberadaan situs yang dicurigai sebagai cagar budaya, sesuai dengan UU No 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya, maka siapapun tidak boleh merusak, merubah atau menghilangkan benda-benda cagar budaya dan wajib melaporkan kepada pemerintah. Maka Inna Tretes tidak melakukan apapun dan membiarkan tetap asli apa adanya dan membatasi jumlah pengunjung untuk bisa masuk ke dalam gua.

2. Rumusan Masalah

Melihat latar belakang di atas ada beberapa permaslahan yang perlu dibahas dalam tulisan ini :

a. Bagaimana caranya mengetahui secara otentik dan legal bahwa Gua yang ada di Hotel Inna Tretes dan Gua yang di curigai sebagai tembusannya merupakan Gua buatan peninggalan Tentara Jepang b. Bagaimana mendapatkan penetapan

sebagai Cagar Budaya sehingga dapat menjadi bagian situs yang dilindungi negara dan dapat difahami oleh pihak pihak terkait mengenai hak dan

kewajiban dalam menjaga kelestariannya. c. Bagaimana memanfaatkan situs Gua

Jepang tersebut sehingga memberi manfaat bagi masyarakaat luas.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Cagar Budaya

Menurut UU Republik Indonesia No 11 Tahun 2010 memberikan pengertian yang menyangkut Cagar Budaya diantaranya adalah :

1. Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.

2. Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia.

3. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap

4. Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan manusia.

5. Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar Budaya,

(4)

Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu.

6. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.

7. Kepemilikan adalah hak terkuat dan terpenuh terhadap Cagar Budaya dengan tetap memperhatikan fungsi sosial dan kewajiban untuk melestarikannya.

8. Penguasaan adalah pemberian wewenang dari pemilik kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau setiap orang untuk mengelola Cagar Budaya dengan tetap memperhatikan fungsi sosial dan kewajiban untuk melestarikannya.

9. Dikuasai oleh Negara adalah kewenangan tertinggi yang dimiliki oleh negara dalam menyelenggarakan pengaturan perbuatan hukum berkenaan dengan pelestarian Cagar Budaya.

10.Pengalihan adalah proses pemindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan Cagar Budaya dari setiap orang kepada setiap orang lain atau kepada negara. 11.Kompensasi adalah imbalan berupa uang

dan/atau bukan uang dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

12.Insentif adalah dukungan berupa advokasi, perbantuan, atau bentuk lain bersifat nondana untuk mendorong pelestarian Cagar Budaya dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

13.Tim Ahli Cagar Budaya adalah kelompok ahli pelestarian dari berbagai bidang ilmu yang memiliki sertifikat kompetensi untuk memberikan rekomendasi penetapan, pemeringkatan, dan penghapusan Cagar Budaya.

14.Tenaga Ahli Pelestarian adalah orang yang karena kompetensi keahlian khususnya dan/atau memiliki sertifikat di

bidang Pelindungan, Pengembangan, atau Pemanfaatan Cagar Budaya.

15.Kurator adalah orang yang karena kompetensi keahliannya bertanggung jawab dalam pengelolaan koleksi museum.

16.Pendaftaran adalah upaya pencatatan benda, bangunan, struktur, lokasi, dan/ atau satuan ruang geografis untuk diusulkan sebagai Cagar Budaya kepada pemerintah kabupaten/kota atau perwakilan Indonesia di luar negeri dan selanjutnya dimasukkan dalam Register Nasional Cagar Budaya.

17.Penetapan adalah pemberian status Cagar Budaya terhadap benda, bangunan, struktur, lokasi, atau satuan ruang geografis yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota berdasarkan rekomendasi Tim Ahli Cagar Budaya. 18.Register Nasional Cagar Budaya adalah

daftar resmi kekayaan budaya bangsa berupa Cagar Budaya yang berada di dalam dan di luar negeri.

19.Penghapusan adalah tindakan menghapus status Cagar Budaya dari Register Nasional Cagar Budaya. 20. Cagar Budaya Nasional adalah Cagar Budaya peringkat nasional yang ditetapkan Menteri sebagai prioritas nasional.

20.Pengelolaan adalah upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan Cagar Budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesarbesarnya kesejahteraan rakyat. 21.Pelestarian adalah upaya dinamis

untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya.

22.Pelindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan dengan cara Penyelamatan, Pengamanan, Zonasi,

(5)

Pemeliharaan, dan Pemugaran Cagar Budaya.

23.Penyelamatan adalah upaya menghindarkan dan/atau menanggulangi Cagar Budaya dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan.

24.Pengamanan adalah upaya menjaga dan mencegah Cagar Budaya dari ancaman dan/atau gangguan.

25.Zonasi adalah penentuan batas-batas keruangan Situs Cagar Budaya dan Kawasan Cagar Budaya sesuai dengan kebutuhan.

26.Pemeliharaan adalah upaya menjaga dan merawat agar kondisi fisik Cagar Budaya tetap lestari.

27.Pemugaran adalah upaya pengembalian kondisi fisik Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan Struktur Cagar Budaya yang rusak sesuai dengan keaslian bahan, bentuk, tata letak, dan/atau teknik pengerjaan untuk memperpanjang usianya.

28.Pengembangan adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi Cagar Budaya serta pemanfaatannya melalui Penelitian, Revitalisasi, dan Adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan Pelestarian. 29.Penelitian adalah kegiatan ilmiah yang

dilakukan menurut kaidah dan metode yang sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan bagi kepentingan Pelestarian Cagar Budaya, ilmu pengetahuan, dan pengembangan kebudayaan.

30.Revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting Cagar Budaya dengan penyesuaian fungsi ruang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat.

31.Adaptasi adalah upaya pengembangan Cagar Budaya untuk kegiatan yang

lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan melakukan perubahan terbatas yang tidak akan mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau kerusakan pada bagian yang mempunyai nilai penting.

32.Pemanfaatan adalah pendayagunaan Cagar Budaya untuk kepentingan

sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan

kelestariannya.

2. Pengertian Pariwisata

Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yakni terdiri dari du buah suku kata yaitu “ pari” dan “wisata” . Pari berarti banyak , berkali-kali atau berputar-putar , sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan secara berkali-kali atau berkeliling , dan dalam istilah Bahasa Inggrisnya yaitu Tourism. Yoeti ( 1996:112 )

Pariwisata adalah sejumlah kegiatan terutama yang ada kaitannya dengan perekonomian secara langsung berhubungan dengan masuknya orang-orang asing melalui lalu lintas di suatu negara tertentu, kota dan daerah.

Menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta dalam Oka A.Yoeti (1992:8)

Menurut Undang-undang no 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pariwisata adalah "Berbagai macam kegiatan wisata dan didukung fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan penhgusaha"

3. Pengertian Daya Tarik Wisata

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009 Tentang kepariwisataan, Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan

(6)

alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.

Menurut A. Yoeti dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata” tahun 1985 menyatakan bahwa daya tarik wisata atau “tourist attraction”, istilah yang lebih sering digunakan, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu.

Nyoman S. Pendit dalam bukunya “ Ilmu Pariwisata” tahun 1994 mendefiniskan daya tarik wisata sebagai segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan dan nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke suatu daerah tertentu.

4. Jenis-jenis Pariwisata

Host and Guest (1989) dalam Kusumanegara (2009:3) mengklasifikasikan jenis pariwisata sebagai berikut:

a. Pariwisata Etnik (Etnhic Tourism), yaitu perjalanan untuk mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang menarik.

b. Pariwisata Budaya (Culture Tourism), yaitu perjalanan untuk meresapi atau untuk mengalami gaya hidup yang telah hilang dari ingatan manusia.

c. Pariwisata Rekreasi (Recreation Tourism), yaitu kegiatan pariwisata yang berkisar pada olahraga, menghilangkan ketegangan dan melakukan kontak social dengan suasana santai.

d. Pariwisata Alam (Eco Tourism), yaitu perjalanan kesuatu tempat yang relative masih asli atau belum tercemar, dengan tujuan untuk mepelajari, mengagumi, menikmati pemandangan, tumbuhan, dan binatang liar serta perwujudan budaya

yang ada atau pernah ada di tempat tersebut.

e. Pariwisata Kota (City Tourism), yaitu perjalanan dalam suatu kota untuk menikmati pemandangan, tumbuhan dan binatang liar serta perwujudan budaya yang ada atau pernah ada di tempat tersebut.

f. Rersort City, yaitu kota atau perkampungan yang mempunyai tumpuan kehidupan pada persediaan sarana atau prasarana wisata yaitu penginapan, restoran, olahraga, hiburan dan persediaan tamasya lainnya.

g. Pariwisata Agro (Agro Tourism yang terdiri dari Rural Tourism atau Farm Tourism) yaitu merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan. Jenis wisata ini bertujuan mengajak wisatawan memikirikan alam dan kelestariannya.

5. Gua Jepang

Istilah Gua Jepang digunakan untuk menyebut sarana pertahanan Tentara Jepang yang dibuat dengan cara melubangi dinding bukit secara horisontal ( Chawari, 2013 : 2, dalam Laporan Peninjauan Arkeologi ).

Gua Jepang dibangun untuk mendapatkan ruang dalam tanah yang cukup terlindung dari pengaruh luar, baik hujan, panas maupun cuaca dingin ( Chawari, 2016 : 31 ).

Gua Jepang mempunyai ciri-ciri : lubang ( pintu ) masuk cenderung berbentuk lingkaran , bangunan gua bentuknya memanjang, lebih mudah ditembus ke arah mana saja sesuai dengan yang dikehendaki, jumlah lubang ( jalan ) masuk bisa berjumlah banyak dan cenderung tidak memakai lubang angin ( ventilasi) dan lubang tempat meletakkan senjata ( Chawari, 2012 : 4 : 5 )

(7)

METODOLOGI PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2013:2), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Menurut Darmadi (2013:153), Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciriciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu

Sesuai dengan penelitian kualitatif dan jenis sumber data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Maryadi dkk (2010:14), Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teknik yang memungkinkan diperoleh data detail dengan waktu yang relatif lama. Menurut Sugiyono (2005:62), “Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data”. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pengumpulan data merupakan teknik yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan dari narasumber dengan menggunakan banyak waktu. Penggumpulan data yang dilakukan oleh peneliti sangat diperlukan dalam suatu penelitian ilmiah. 39 39 Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik wawancara, dan dokumentasi. Berikut ini akan dijelaskan teknik-teknik pengumpulan data yang

digunakan oleh peneliti sebagai berikut. a. Teknik Observasi.

Menurut Nawawi dan Martini (1992:74), “Observsi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala pada obyek penelitian”. Adanya observasi peneliti dapat mengetahui kegiatan pengamen jalanan yang berada di Surakarta, dalam kesehariannya melakukan mengamen. Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan yang dilakukan oleh peneliti guna menyempurnakan penelitian agar mencapai hasil yang maksimal.

b. Teknik Wawancara.

Menurut Sugiyono (2010:194), Pengertian wawancara sebagai berikut: Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti akan melaksanakan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

c. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan terstruktur karena peneliti menggunakan pedoman wawancara yang disusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data yang dicari. Wawancara pada penelitian ini dilakukan pada responden yang memiliki pengetahuan atau memiliki pemahaman tentang Gua Jepang, petugas Inna tretes, dan masyarakat Tretes yang tinggal di sekitar Gua Jepang . Metode wawancara yang digunakan untuk memperkuat dan memperjelas data yang diperoleh yaitu data tentang keberadaan Gua Jepang di Tretes.

(8)

Dokumentasi.

Menurut Hamidi (2004:72), Metode dokumentasi adalah informasi yang berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari perorangan. Dokumentasi penelitian ini merupakan pengambilan gambar oleh peneliti untuk memperkuat hasil penelitian. Menurut Sugiyono (2013:240), dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumentel dari seseorang. Dokumentasi merupakan pengumpulan data oleh peneliti dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen dari sumber terpercaya yang mengetahui tentang narasumber, para ahli dan pelaku sejarah. Metode dokumentasi menurut Arikunto (2006:231) yaitu mencari data mengenai variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Berdasarkan kedua pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa pengumpulan data dengan cara dokumentasi merupakan suatu hal dilakukan oleh peneliti guna mengumpulkan data dari berbagai hal media cetak membahas mengenai narasumber yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi untuk mencari data tentang keberadaan Gua Jepang di Tretes

2. Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2006:102), Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur kejadian (variabel penelitian) alam maupun sosial yang diamati. Menurut Sanjaya (2011:84), Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Di Tretes , Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur ditemukan objek yang diduga merupakan cagar budaya .

Secara rinci temuan-temuan tersebut adalah 1. Gua I

Gua I ini tepatnya terletak di areal Hotel Inna Tretes Jln. Pesanggrahan No 2 Trets 67157, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Secara astronomis objek tersebut terletak pada koordinat 7˚ 41’ 34.5” LS 112˚ 37’ 40.8” BT, dengan ketinggian 782 meter dpl.

Gambar 1 . Photo kondisi awal gua

Gua yang ada di komplek Hotel Inna tretes ini menghadap ke arah timur laut dan bentuk denahnya tidak beraturan. Kondisi tertutup oleh semak-semak dan mulut gua tertutup oleh tanah dan bebatuan, sehingga tidak bisa bisa untuk dimaksuki . Untuk mengungkap lebih lanjut keberadaan gua ini mulai dilakukan tahapan penelitian sebagai berikut :

a. Tahap Eksplorasi

Tahap ini dilakukan penggalian tanah dan batuan serta pebersihan semak-semak untuk membuka mulut gua, sehingga dapat dengan mudah orang masuk ke dalam Gua.

Gambar 2. Photo penulis dlam proses pembersihan dan mebuka gua

(9)

Mulut gua sudah bersih dan memungkinkan untuk dilakukan eksplorasi lebih lanjut, namun hal ini belum dapat dilakukan karena kondisi gua masih sangat berbahaya oleh udara yang sangat pengap dan bau kotoran kelelawar. Akses ke perut gua baru bisa dijangkau sekitar 10 meter , sehingga eksplorasi dihentikan jangan sampai mengganggu keberadaan kelelawar yang berada di dalamnya.

Gambar 3 . Photo Penulis setelah selesai membuka dan membersihkan mulut dan dinding luar gua

Kondisi luar mulut Gua sudah bersi dan mulut gua sudah terbuka yang memungkinkan pengunjung bisa melihat kondisi dalam gua walaupun sangat dibatasi hanya dapat dilakukan dari luar gua tau masuk dengan kedalaman sangat terbatas. Untuk pengamanan dinding luar gua dan tanpa merusak keaslian dalam gua perlu dilakukan tindakan pembenahan berikutnya. b. Tahap Renovasi

Tahap berikutnya adalah melakukan renovasi mulut gua dan dinding luar gua, karena terdapat retakan tanah yang dapat memnyebabkan runtuhnya bangunan di atasnya serta untuk mengurangi kesan seram dan kumuh.

Gambar 4. Photo renovasi mulut dan dinding luar gua

Dengan direnovasi dinding luar gua , maka menjadikan keberadaannya dikenal dan mengundang daya tarik tamu hotel atau pengunung untuk melihat dan masuk ke dalam gua, namun pihak Manajemen hotel masih melarang pengunjung untuk memasuki gua, atau melakukan penelusuran ke dalam gua demi kelestarian dan keaslian dalam gua.

3. Tahap Observasi

Tahap pertama dilakukan pencarian dokumentasi / arsip tentang keberadaan Gua Jepang di Inna Tretes pada Inna Tretes dan Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Pasuruan, namun tidak ada satupun dokumen atau arsip yang dapat mengungkap keberadaan Gua Jepang tersebut. Selanjutnya dilakukan penelusuran saksi sejarah yang dapat dimintai keterangan tentang keberadaan Gua jepang, diantaranya adalah :.

1. Bapak Dahlan, usia 71 tahun alamat Tretes, Prigen, Mantan Manajer Personalia Inna Tretes, menceritakan bahwa sejak dia mulai bekerja 50 tahun yang lalu Gua jepang itu sudah ada , kondisinya tertutup oleh semak-semak dan bebatuan. Pernah utusan Gubernur Jawa timur untuk melakukan observasi, namun utusan tersebut hanya memasuki Gua dan tidak ada tindaklanjutnya, sehingga Gua tersebut terabaikan lagi keberadaannya. Untuk menanggulangi kerusakan dan bahaya makan gua sengaja mulutnya ditutup dengan tanah agar tidak dimasuki pengunjung.

(10)

2. Bapak Kadil, Usia 54 tahun, Alamat Tretes ,Prigen, Pasuruan, mantan Karyawan Inna Tretes. Dahulu pada jaman Jepang kakeknya adalah seorang perangkat Desa, sehingga tahu persis bagaimana pembuatan gua oleh tentara Jepang yang melibatkan para pemuda dan pria dewasa untuk dijadikan Romusha kemudian dipaksa bekerja membangun Gua-gua pertahanan Jepang, diantaranya adalah gua-gua yang ada di wilayah Tretes. Sebagai kepala Desa saat itu Kakek bapak Kadil meminta kerabatnya untuk dipekerjakan di Tretes saja tidak di luar wilayah sebagaimana para Romusha yang lain.

Karena menurut para saksi dan kondisi situs memberikan bukti yang dapat diduga memang Gua tersebut merupakan situs bersejarah dan memungkinkan sebagai cagar budaya maka perlu dilaporkan kepada Dinas dan Pejabat terkait untuk dilakukan penelitian oleh para ahli yang kompeten.

Gambar 5 . Photo Kunjungan Pejabat Dinas Parbud Kabupaten Pasuruan

Menanggapi laporan tersebut, maka para pejabat terkait dari Bidang Kepurbakalaan Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Pasuruan melakukan kunjungan dan peninjauan langsung. Dari kunjungan tersebut akan ditindaklanjuti dengan melaporkan kepada Dinas terkait tingkat Provinsi atau Nasional untuk menerjunkan para ahli agar melakukan penelitian lebih

lanjut dan menetapkan status Gua Jepang ini yang diduga sebagai situs sejarah dan Cagar Budaya yang harus dilindungi dan di kembangkan kemanfaatnya untuk masyarakat.

Dari kunjungan tersebut mendorong para pejabat terkait untuk melakukan kunjungan dan kajian diantaranya, Bupati Pasuruan, Pejabat Bidang Kepurbakalaan Provinsi daerah Jawa Timur kemudian menerjunkan beberapa tenaga ahli Kepurbakalaan dari Trowulan Jawa Timur. Dari kunjungan para pejabat dan ahli terkait menyampaikan dukungan dan apresiasi terhadap penelitian dan usaha pelestarian situs ini untuk dipastikan dan ditetapkan sebagai situs Cagar budaya dan dikembangkan kemanfaatnya untuk masyarakat luas khususnya sebagai bentuk daya tarik wisata baru di wilayah Tretes.

Gambar 6 . Photo penulis bersama pejabat Kepurbakalaan Provinsi an Trowulan

Hasil kajian yang didukung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur yang dibantu oleh Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut :

1. Bagian dalam gua masih asli, dengan ketinggian 3 meter dan lebar 2 meter. 2. Pada kedalaman sekitar 3 meter

terdapat cabang gua dengan ukuran yang sma dengan gua utama. Kedalaman gua belum diketahui sedangkan bagian yang sudah dibuka sekitar 6 meter.

3. Pada kedalaman 12 meter terdapat lorong dengan kedalaman yang sudah dibuka sekitar 2 meter

(11)

4. Dari hasil peninjauan lapangan tersebut , untuk sementara dapat disimpulkan bahwa gua tersebut adalah gua persembunyian tentara Jepang.

5. Gua tersebut termasuk obyek diduga Cagar Budaya , yang dibangun diperkirakan antara tahun 1942 -1944 sesudah hotel berdiri dibangun.

6. Berdasarkan lokasi dan kondisi gua tersebut mempunyai resiko kerusakan yang relatif tinggi, oleh karena itu harus segera dilakukan penelitian di area tersebut secara menyeluruh, sehingga pelestarian gua tersebut dapat terjaga.

Gambar 7 . Photo proses observasi Kabupaten Pasuruan

Pada tanggal 8 Desember 2017 Tim dari kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdiri atas Dra. Novida Abbas, Ma., Drs. Sugeng Riyanto, M.Hum. , Drs. Muhammad Chawari M. Hum., Bertha Taroreh, SE, Sugeng, Halilintar Alexander, A.Md., dan Henki Riko Pratama SS. melakukan peninjauan dan observasi terhadap laporan temuan Gua yang diduga sebagai situs sejarah peninggalan tentara Jepang.

Dari hasil observasi dapat disimpulkan

sebagai berikut :

a. Frofil gua : memiliki satu pintu masuk berbentuk lubang oval berukuran tinggi 2,30 meter dengan lebar 2,35 meter . Dari pintu masuk sejauh 12,50 terdapat jalan membelok ke arah kanan selebar 3,10 meter dan buntu. Dari mulut gua sedalam 17,70 meter terdapat jalan membelok ke arah kiri dengan lebar 2,50 meter dan tinggi 2,45 meter sepanjang 44 meter menanjak dan menyempit karena gundukan tanah, di depan lurus kira-kira 45 meter terdapat cabang ke kanan dan ke kiri yang belum bisa diidentifikasi.

b. Dari arah pintu sepanjang 62,70 meter jalan membelok ke kiri naik dan menyempit terjal dan banyak dihuni kelelawar dan arah selanjutnya belum dapat diidentifikasi

Gambar 8 . Photo denah gua

c. Kondisi gua masih asli belum terjadi kerusakan atau perubahan , hanya saja karena faktor keamanan sehingga belum dapat dilakukan observasi sampai ujung kedalaman gua.

d. Dapat diindentivikasi secara visual dan ciri-ciri yang ada bahwa gua ini merupakan gua peninggalan tentara Jepang yang digunakan sebagai gua pertahanan atau gua persembunyian. 2. Gua II

Gua II terletak di Tretes , kelurahan Prigen, kecamatan Prigen , Pasuruhan,

(12)

Jawa Timur terletak di dekat obyek wisata Kakek Bodo sekitar 600 meter garis lurus dari Obyek Gua I. Secara astronomis obyek tersebut terletak pada koordinat 7˚41’ 47.5” 112˚37’ 42.4” dengan ketinggian 782 meter dpal.

Gambar 9 . Photo penulis dengan Tim Ahli melakukan peninjauan Gua II

Gambar 10. Photo kondisi dalam gua II

Obyek ini menghadap ke arah timur , berada pada tebing batu cadas dipinngir jalan beraspal berdekatan dengan obyek wisata Air terjun Kakek Bodo. Bila ditarik garis lurus dengan gua I maka jarak antara keduanya sekitar 500 meter. Kondisi gua tertutup rapak dengan semak belukar dan mulut gua 70% tertutup oleh timbunan tanah dan sampah , yang oleh masyarakat sengaja untuk ditutupi untuk menghindari agar orang tidak bisa dengan mudah memasukinya. Gua ini di bagian depan terdapat penguat yang dibuat dari struktur batu andesit setinggi 1 meter dan lebar 1 meter. Di bagian dalam gua berjarak sekitar 3 meter dari mulut gua terdapat “tirai” yang dibuat dari struktur batu terletak disisi sebelah kiri gua. Pada tirai initerdapat lubang pengintai berbentuk empat persegi

panjang yang memanjang dari bawah ke atas.

Untuk memasuki gua harus melalui sebelah kanan tirai kemudia sekitar 8 meter terdapat simpangan ke arah kiri dan kanan. Persimpangan ke arah kiri terdapat ruangan sepanjang 5 meter , sedangkan persimpangan ke arah kanan terdapat 4 anak tangga menurun . dari arah anak tangga sepanjang 10 meter terdapat tirai yang ke dua dan jalan lurus masuk ke dalam , namun tertutup oleh longsoran tanah. Lantai gua dibuat dari tatanan batu dan langit-langit bagian belakang diperkuat dengan tatanan batu dan plaster . melihat struktur bangunan gua ini, diduga digunakan sebagai gua pertahanan. Menurut dugaan masyarakat bahwa gua ini tembus ke gua I , namun belum dapat dibuktikan secara pasti.

Dari peninjauan dan observasi langsung dua obyek gua tersebut diatas dapat disimpulkan :

1. Menurut keterangan nara sumber dan ciri-ciri obyek menunjukkan gua tersebut betul-betul merupakan situs sejarah gua peninggalan tentara Jepang.

2. Kondisi dalam gua masih asli belum terjadi perubahan , kecuali oleh reruntuhan bagian gua itu sendiri.

3. Belum dapat dipastikan anatara gua I dan gua II merupakan satu rangkaian gua yang terhubung antara satu dengan yang lain.

Selanjutnya direkomendasikan :

1. Agar dapat dilakukan penelitian lebih lanjut

2. Dapat diterbitkan ketetapan sebagai Cagar Budaya agar memiliki kekuatan hukum atas keberadaan gua tersebut

3. Agar dilakukan penataan , pembersihan demi kelestarian, keamanan dan kemanfaatan bagi masyarakat luas, khususnya bermanfaat bagi dunia pendidikan,

(13)

kearsipan dan pariwisata dengan memperhatikan perundangan yang berlaku.

TINDAK LANJUT HASIL PENELITIAN

Di bawah ini adalah beberapa tindaklanjut atas hasil penelitian dan rekomendasi dari para Tim Ahli Cagar budaya sebagai berikut :

1. Manajemen Inna Tretes :

- Mempmercantik dinding luar gua dengan relief dan papan nama

- Memasang beberapa titik lampu penerang dalam gua dan tetap menjaga kelestarian dalam gua

- Membuka akses pengunjung mengunjungi dan masuk dalam gua dengan jarak yang aman.

Gambar 11. Photo renovasi dinding luar dan pintu gua

2. Pemerintah Kabupaten Pasuruan

- Menerbitkan Keputusan Bupati Nomor : 432.1/593/HK/424.014/2018 Tentang Penetapan Gua Jepang / Gua I yang terletak di area Hotel Inna Tretes Sebagai Cagar Budaya Kabupaten Pasuruan.

- Ikut mempromosikan gua jepang sebagai destinasi pariwisata Edukasi di Kabupaten Pasuruan.

Gambar 12 . Photo penulis menerima surat penetapan Cagar Budaya

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Setelah dilakukan kajian berdasar keterangan para saksi sejarah, pendapat para ahli dan melihat bukti-bukti yang ada pada obyek Gua I dan Gua II dapat disimpulkan bahwa Gua I yang terletak di area Hotel Inna Tretes dan Gua II yang terletak di jalan Ijen Tretes adalah betul-betul situs sejarah Gua peninggalan Tentara Jepang.

2. Kondiri Gua I dan Gua II masih dalam kondisi asli belum terjadi perubahan kecuali oleh reruntuhan dalam gua oleh faktor alam dan memiliki ciri-ciri sebagai Gua peninggalan tentara Jepang .

3. Dengan segala leterbatasan yang ada penelitian lebih dalam belum dapat dilakukan sehingga kedalaman gua dan ada atau tidaknya koneksi anatara gua I dan Gua II belum dapat dibuktikan.

4. Atas dasar hasil penelitian tersebut maka Manajemen Inna Tretes membuat akses ke area gua I , penataan dan perbaikan dinding luar dan pintu gua, memasang penerangan di dalam gua serta membuat papan petunjuk batas aman kunjungan dalam gua.

- Atas dasar hasil penelitian dan rekomendasi dalam penelitian ini Pemerintah Kabupaten Pasuruan menerbitkan surat keputusan Bupati Nomor : 432.1/593/HK/424.014/2018 Tentang Penetapan Gua Jepang / Gua I yang terletak di area Hotel Inna Tretes Sebagai Cagar Budaya Kabupaten Pasuruan.

5. Berdasarkan surat keputusan Bupati di atas dan perundang undangan yang berlaku maka Gua Jepang / obyek Gua I dapat di perbaiki, ditata demi kenyamanan dan keamanan serta kelestariannya, sehingga dapat memberi manfaat bagi masyarakat umum sebagai obyek tujuan periwisata sejarah dan edukasi di Kabupaten Pasuruan.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim a., 2017 Laporan, Temuan Obyek Gua Peninggalan Jepang, Surabaya : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur. ( Update

Anonim b., 2017 Sejarah Singkat Hotel Inna Tretes ( Update ) , Pasuruan, Inna Tretes Hotel & Resort

Anonim c 2017, Laporan Peninjauan Arkeologi, Temuan Baru di Kota Malang dan Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur,Yogyakarta : Balai Arkeologi

Arikunto, Suharsimi 2006. Metodologi Penelitian, Bina Aksara, Yogyakarta Chawari, Muhammad .2012 Laporan

Penelitian Arkeologi Sarana Pertahanan Jepang Masa Perang Dunia II ( tahap III) , Yogyakarta: Balai Arkeologi.

---2012 Laporan Penelitian Arkeologi Sarana Pertahanan Jepang Masa Perang Dunia II ( tahap IV) , Yogyakarta: Balai Arkeologi

--- 2013 Laporan Penelitian Arkeologi Sarana Pertahanan Jepang Masa Perang Dunia II ( tahap VII) , Yogyakarta: Balai Arkeologi.

Damiasih, Ria Eka Yunita 2017, Pengelolaan Goa Tanding Sebagai Ekowisata di Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta, Jurnal Pariwisata

Pendit. Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar. Perdana. Jakarta. Oka A Yoeti, 1982, Pengantar Ilmu

Pariwisata, Angkasa, Bnadung

Subroto, 1997 Kondisi Situs Trowulan dan Usaha-Usaha Plestraiannya, Pacet : Saresehan Pelestarian Benda Cagar Budaya dan Permusiuman.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 , Tetantang Cagar Budaya

Gambar

Gambar 1 . Photo kondisi awal gua
Gambar 3 . Photo  Penulis setelah selesai membuka dan  membersihkan mulut dan dinding luar gua
Gambar 5 . Photo Kunjungan Pejabat Dinas Parbud Kabupaten    Pasuruan
Gambar 7  . Photo proses observasi Kabupaten   Pasuruan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ketiga pendekatan baru untuk menuju ketahanan pangan Indonesia berke- lanjutan 2025, strategi umum pembangunan ketahanan pangan adalah untuk: (1) mengembangkan

Sepertiyang telah dikaji, kajian tentang kesanracun organik bawangputih terhadap mortaliti kumbangbadak belum pemah dilakukan.Pengusahaladang-ladang kelapa sawit lebih memilih

Bobot politis masalah kesehatan ini akan dapat dihapus, seandainya pemeriksaan medik Pak Harto diumumkan secara terbuka, sehingga masya-rakat mengetahui, apakah

Seribu candi prambanan merupakan kisah legenda dari Jawa yang mengisahkan tentang dua buah kerajaan, yaitu kerajaan Pengging asal mula dari seseorang yang sakti mandraguna

Misi perpustakaan adalah menyediakan informasi dan pengetahuan, dan tujuannya adalah sebagai sarana belajar mandiri siswa yang memupuk siswa terampil belajar

perencanaan dalam pembinaan dan penataan pedagang sudah dilakukan oleh Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Katingan, hal

Pe- nempatan Siti Zaitun sebagai Pegawai Bank, orang kampung menyebutnya “Orang Bank”, sudah cukup memberi in- formasi bahwa Siti Zaitun adalah tokoh wanita yang