• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di SLB E Bhina Putera Surakarta yang beralamat di Jalan Bibis Baru nomor 03, Cengklik, Nusukan, Banjarsari, Surakarta. SLB E Bhina Putera Surakarta merupakan sekolah khusus tunalaras yang memiliki beberapa tingkat jenjang pendidikan yaitu SD, SMP dan SMA. Pemilihan SLB E Bhina Putera Surakarta sebagai lokasi penelitian didasarkan pada:

a. Anak berkebutuhan khusus yang dijadikan subjek penelitian adalah anak tunalaras.

b. Kemampuan menulis paragraf narasi anak tunalaras di SLB E Bhina Putera masih rendah.

2. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan secara bertahap selama enam bulan yang dimulai pada Desember 2015 sampai Mei 2016. Penelitian diawali dengan tahap persiapan, tahap pelaksanaan kemudian tahap terakhir penyelesaian. Pada tahap persiapan dimulai pada minggu ke III bulan Desember sampai minggu ke IV bulan Februari yang meliputi kegiatan pengajuan judul skripsi, penyusunan proposal, perizinan ke sekolah, penyusunan alat dan instrumen dan validasi alat dan instrumen ke ahli. Pada tahap pelaksanaan dilakukan di sekolah pada minggu I sampai minggu IV bulan Maret yang meliputi pengukuran baseline 1, pelaksanaan intervensi dan pengukuran baseline 2. Sedangkan pada tahap penyelesaian dilakukan pada minggu I bulan April sampai minggu ke IV bulan Mei meliputi kegiatan pengolahan data yaitu memeriksa ulang data yang sudah diperoleh, mengolah data dan penyusunan laporan penelitian dan menarik kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh.

(2)

B. Desain Penelitian

Suatu metode penelitian memiliki rancangan atau metode penelitian tertentu. Kasiram (2010: 91) berpendapat “ desain penelitian adalah rancangan khusus mengenai metodologi penelitian yang akan dilakukan terkait dengan masalah yang akan diteliti”. Sedangkan Sugiyono (2012: 2) berpendapat bahwa metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan dan kegunaan dalam penelitian. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan suatu proses yang dirancang dan dilaksanakan secara ilmiah sebagai upaya untuk memperoleh data yang berguna sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian.

McMillan dan Schumarcher membedakan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif, dalam pendekatan kuantitatif dibedakan antara metode penelitian eksperimen dan noneksperimen sedangkan dalam pendekatan kualitatif dibedakan antara kualitatif interaktif dan noninteraktif (Sukmadinata, 2011). Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif eksperimen dengan menggunakan model subjek penelitian tunggal atau Single Subject Research (SSR).

Sukmadinata (2011) menjelaskan bahwa penelitian eksperimental merupakan pendekatan penelitian kuantitatif yang memenuhi persyaratan untuk menguji hubungan sebab-akibat. Dalam penelitian eksperimental ada beberapa variasi yaitu eksperimen murni, eksperimen kuasi, eksperimen lemah dan subjek tunggal. Dalam eksperimen subjek tunggal, subjek atau partisipasi bersifat tunggal bisa satu orang, dua orang atau lebih yang diambil dari cara hasil eksperimen disajikan dan dianalisis berdasarkan subjek secara individual. Pendekatan dasar dalam subjek tunggal adalah meneliti individu dalam kondisi tanpa perlakuan, kemudian dengan perlakuan dan akibatnya terhadap variabel akibat diukur dalam kedua kondisi tersebut.

Ada beberapa variasi dari desain subjek tunggal. Sunanto, Takeuchi & Nakata (2005: 55) menjelaskan secara garis besar ada dua katagori dalam ekperimen subjek tunggal yaitu:

1. Desain reversal yang terdiri dari: a. Desain A – B

(3)

b. Desain A – B – A c. Desain A – B – A – B

2. Desain multiple baseline yang terdiri dari: a. Multiple baseline cross condition. b. Multiple baseline cross variabels c. Multiple baseline cross subjects

Desain yang digunakan dalam penelitian adalah desain reversal dengan rancangan A-B-A. Sukmadinata (2011) menjelaskan desain A-B-A merupakan keadaan tanpa perlakuan (A1) sampai berada dalam keadaan stabil, kemudian diberi perlakuan (B) kemudian diikuti oleh keadaan tanpa perlakuan (A2). Diperkuat oleh Sunanto, dkk (2005: 59) bahwa prosedur desain A-B-A sebagai berikut:

Mula-mula target behavior diukur secara kontinyu pada kondisi baseline (A1) dengan periode waktu tertentu kemudian pada kondisi intervensi (B) setelah itu pengukuran pada kondisi baseline kedua (A2) diberikan. Penambahan kondisi baseline yang kedua (A2) ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk fase intrvensi sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat (hlm. 59). Sunanto, dkk (2005: 60) juga menambahkan dalam penerapan desain A-B-A peneliti harus memperhatikan beberapa hal. Berikut hal – hal yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Mendefinisikan target behavior sebagai perilaku yang dapat diukur secara akurat.

2. Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline (A1) secara kontinyu sekurang – kurangnya 3 atau 5 sampai trend dan level data menjadi stabil.

3. Memberikan intervensi setelah data trend baseline stabil.

4. Mengukur dan mengumpulkan data pada fase intervensi (B) dengan periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil.

5. Setelah kecenderungan dan level data pada fase intervensi (B) stabil mengulang fase baseline A2.

Desain A-B-A dalam penelitian subjek tunggal merupakan suatu hubungan sebab akibat yang lebih kuat diantara variabel terikat dengan variabel bebas. Berikut merupakan rincian pelaksanaan dengan menggunakan pendekatan penelitian subjek tunggal desain A-B-A, yaitu:

(4)

1. Fase baseline 1 (A1)

Merupakan kondisi kemampuan awal siswa dalam menulis paragraf narasi tanpa ada bantuan penggunaan metode pembelajaran. Dalam baseline 1 dilakukan sebanyak 4 kali.

2. Fase intervensi (B)

Merupakan pengukuran kemampuan anak dalam menulis paragraf narasi dengan menggunakan metode mind mapping. Dalam pemberian intervensi dilakukan sebanyak delapan kali yang dilaksanakan di kelas. Berikut penjelasan setiap intervensi yang dilakukan:

a. Intervensi 1

Peneliti mengajarkan konsep dan cara membuat mind mapping kepada subjek dengan memberikan pertanyaan kepada subjek sesuai dengan tema yang sudah ditentukan. Kemudian mengajarkan membuat kalimat sederhana dengan metode mind mapping mind mapping yang sudah dibuat.

b. Intervensi 2

Peneliti mengajarkan kepada subjek membuat kalimat dengan metode mind mapping dengan bantuan gambar dan pertanyaan secara tertulis sesuai dengan tema yang sudah ditentukan. Kemudian menyusun ke bentuk paragraf narasi.

c. Intervensi 3

Subjek membuat paragraf narasi dengan bantuan peneliti dengan menggunakan metode mind mapping dengan bantuan gambar dan pertanyaan secara tertulis.

d. Intervensi 4

Peneliti mengajarkan dan membantu subjek membuat paragraf narasi dengan metode mind mapping dengan bantuan gambar dan pertanyaan secara lisan.

e. Intervensi 5

Peneliti mengajarkan kepada subjek membuat paragraf narasi dengan metode mind mapping. Proses pembelajaran dengan penerapan mind

(5)

mapping dilakukan dengan pemberian pertanyaan secara tertulis dan tanpa menggunakan gambar.

f. Intervensi 6

Subjek membuat paragraf narasi dengan bantuan peneliti dengan metode mind mapping dengan pertanyaan tertulis dan tanpa bantuan gambar. g. Intervensi 7

Peneliti mengajarkan kepada subjek membuat paragraf narasi dengan metode mind mapping tanpa gambar dan dengan pertanyaan secara lisan. h. Intervensi 8

Subjek membuat paragraf narasi dengan metode mind mapping dengan bantuan peneliti dengan pertanyaan secara lisan dan tanpa gambar. 3. Fase baseline 2 (A2)

Pengulangan kondisi baseline 2 dengan mengukur kembali kemampuan menulis paragraf narasi tanpa menggunakan media mind mapping. Pada fase ini dilakukan sebanyak empat kali.

C. Subjek dan Variabel Penelitian 1. Subjek penelitian

Azwar (2012: 23) berpendapat “subjek penelitian adalah sumber utama dalam penelitian yang memiliki data mengenai variabel – variabel yang diteliti”. Dengan kata lain subjek penelitian ialah yang dikenai kesimpulan hasil penelitian.

Desain subjek tunggal hanya menggunakan satu subjek. Sehingga peneliti menggunakan teknik dalam menentukan subjek penelitian secara purposive untuk menentukan subjek dalam penelitian. Teknik purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012: 85). Berdasarkan hal tersebut, penelitian menggunakan siswa tunalaras kelas VII di SLB E Bhina Putera Surakarta yang berinisial S sebagai subjek penelitian. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru kelas peneliti menggunakan subjek tersebut dengan pertimbangan bahwa siswa tersebut

(6)

dalam keterampilan menulis paragraf narasi masih rendah. Berikut data subjek yang digunakan dalam penelitian:

Nama Inisial : S.A Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat tanggal lahir : Surakarta, 18 Desember 1999

Alamat : Bibis baru, Rt 01/ XXIII, Nusukan, Banjarsari, Surakarta

Sekolah : SLB E Bhina Putera

Kelas : VII SMP

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan terhadap subjek, peneliti mendapatkan hasil kemampuan yang ada pada subjek. Berikut deskripsi kemampuan yang dimiliki subjek:

a. Kognitif

Secara kognitif subjek sudah dapat membaca meskipun kadang – kadang masih sedikit mengeja, subjek sudah dapat menulis dan menyalin tulis dengan baik akan tetapi masih mengalami kesulitan ketika diminta untuk membuat sebuah cerita atau paragraf.

b. Bahasa/ komunikasi

Subjek tidak mengalami kesulitan dalam berbahasa dan berkomunikasi. Akan tetapi dalam berbahasa atau berbicara subjek sering mengucapkan kata – kata yang tidak kasar.

c. Emosi dan perilaku

Emosi subjek sering tidak terkontrol sehingga subjek sering marah dan membuat keributan baik ketika pembelajaran maupun waktu istirahat. Subjek sering mencari perhatian terhadap orang disekitar seperti sering bertanya hal –hal di luar pembelajaran dan memanggil – manggil nama guru. Akan tetapi subjek juga menunjukan perilaku menurut apa yang guru katakan dan perintah.

d. Fisik

Secara fisik subjek tidak mengalami kelainan dan seperti anak normal lainnya. Motorik kasar dan halus subjek juga tidak mengalami gangguan.

(7)

2. Variabel penelitian

Variabel penelitian merupakan antribut seseorang atau subjek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek lain (Hatch & Farhady dalam Darmawan, 2013: 108). Sejalan dengan tersebut Azwar (2012) menjelaskan variable merupakan konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subjek penelitian yang bervariasi secara kuantitatif maupun kualitatif. Dalam penelitian terdapat dua variabel penelitiaan, adapun variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel independen (bebas) yaitu variabel yang variasi mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbul variabel dependen (Sugiyono, 2012). variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan mind mapping.

b. Variabel dependen (terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari variabel bebas (Sugiyono, 2012). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis paragraf narasi mata pelajaran Bahasa Indonesia bagi anak tunalaras kelas VII SMPLB.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara – cara yang ditempuh dan alat – alat yang digunakan dalam mengumpulkan data (Darmawan, 2013: 159). Arikunto (2010: 266 – 274) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan penggunaan tes, kuesioner atau angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi.

Tes merupakan instrumen yang bersifat mengukur dan ada hasil pengukuran yang berbentuk data angka ordinal, interval atau rasio (Sukmadinata, 2011). Menurut Nurgiyantoro (2013: 105) tes adalah salah satu bentuk pengukuran untuk mendapatkan informasi berupa kompetensi, pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Diperkuat oleh Arikunto (2010: 266) tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar (mengukur intelegensi, minat dan bakat khusus) dan pencapaian atau prestasi. Tes prestasi belajar disebut juga dengan tes hasil belajar yang

(8)

merupakan pengukuran hasil belajar yang dicapai siswa dalam kurung waktu tertentu.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan tes merupakan alat ukur untuk mengetahui keberhasilan dari proses pembelajaran, pengetahuan, dan keterampilan, pengukuran IQ, bakat, minat maupun bakat. tes dapat berupa tes tulis, tes lisan maupun tes perbuatan yang harus dijawab oleh peserta didik sebagai informasi yang mencerminkan kompetensi, pengetahuan atau keterampilan yang sedang diukur.

Berdasarkan jumlah individu tes, tes dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes individual yaitu tes yang hanya menghadapi seorang pesera didik dan tes tes kelompok yaitu tes yang diikuti sejumlah peserta didik atau peserta didik dalam satu kelas (Nurgiyantoro, 2013: 205). Sedangkan menurut Arikunto (2010: 267) tes yang dapat digunakan dalam mengukur prestasi belajar disekolah terdiri dari:

1. Tes buatan guru

Merupakan tes yang disusun oleh guru berdasarkan prosedur tertentu untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta didik mencapai kompetensi setelah berlangsung proses pembelajaran yang dikelola oleh guru yang bersangkutan. Penyusunan soal tes yang dibuat guru harus mendasrkan pada kompetensi dasar, indikator dan deskripsi bahan ajar yang diajarkan.

2. Tes terstandar

Merupakan tes yang sudah tersedia di lembaga testing yang sudah di uji coba dan dorevisi berulang – ulang sesuai standar sehingga dapat dikatakan tes tersebut cukup baik.

Tes pada umumnya digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan tertentu dalam kegiatan pembelajaran. Terdapat berbagai bentuk tes yang sering digunakan, Nurgiyantoro (2010: 116) membagi bentuk tes kedalam tiga bentuk yaitu:

1. Bentuk tes uraian

Tes uraian atau disebut juga tes esai yang merupakan bentuk tes berupa pertanyaan yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk uraian dengan

(9)

menggunaka bahasa sendiri dimana siswa bebas menyusun dan mengemukakan jawaban.

2. Bentuk tes objektif

Disebut juga tes dengan jawaban singkat ( short answer test ) yaitu menuntut peserta didik menjawab secara singkat atau dengan memilih kode tertentu sebagai jawaban seperti memberikan tanda silang, melingkari atau menghitamkan opsi jawaban yang dipilih.

3. Bentuk tes uraian objektif

Merupakan perpaduan antara tes uraian dan tes objektif. Dalam tes ini mengukur kompetensi berfikir proses dan jenjang berpikir tingkat tinggi seperti menganalisis sampai evaluasi.

Penelitian yang dilakukan menggunakan jenis tes individual dengan bentuk tes uraian/ essay. Tes uraian diberikan kepada subjek dengan satu soal essay. Dalam pelaksanaan penelitian menggunakan 3 fase (A1, B, A2) dalam fase pertama (baseline 1) dilakukan 4 kali penelitian, fase kedua (intervensi) dilakukan 8 kali penelitian dan fase ketiga (baseline 2) dilakukan 4 kali penelitian. Sehingga terdapat 18 kali penelitian. Penyusunan tes berdasarkan kisi – kisi pencapaian yang telah ditentukan sesuai dengan kompetensi dalam aspek kemampuan menulis paragraf yang sudah sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Penilaian tes tulis essay dilakukan sesuai dengan indikator penilaian tes tulis. Berikut penilaian dalam menulis dengan pembobotan tiap komponen menurut Hartfield (Nurgiyantoro, 2013: 441) yang banyak dipergunakan pada program ESL (English as a Second Language) :

Tabel 3.1. Penilaian Tugas Menulis dengan Pembobotan Tiap Komponen

No Komponen Kriteria skor

1. Isi a. SANGAT BAIK SEMPURNA:

Informasi baik, substansi,

pengembangan tesis tuntas, relevan dengan permasalahan dan tuntas.

(10)

No Komponen Kriteria skor b. CUKUP – BAIK:

Informasi cukup, substansi cukup, pengembangan tesis terbatas, relevan dengan masalah tetapi tidak lengkap. c. SEDANG – CUKUP:

Informasi terbatas, substansi kurang, pengembangan tesis tidak cukup, permasalahan tidak cukup. d. SANGAT KURANG:

Tidak berisi, tidak ada substansi, tidak ada pengembangan tesis, tidak ada permasalahan.

22 – 26

17 – 21

13 – 16

2. Organisasi a. SANGAT BAIK SEMPURNA: Ekspresi lancar, gagasan diungkapkan dengan jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis, kohesif.

b. CUKUP – BAIK:

Kurang lancar, kurang terorganisasi tetapi ide utama sudah terlihat, beban pendukung terbatas, urutan logis tetapi tidak lengkap.

c. SEDANG – CUKUP:

Tidak lancar, gagasan kacau, terpotong – potong, urutan dan pengembangan tidak logis.

d. SANGAT KURANG:

Tidak komunikatif, tidak terorganisir, tidak layak nilai.

18 - 20

14 – 17

10 – 13

(11)

No Komponen Kriteria skor 3. Kosa kata a. SANGAT BAIK SEMPURNA:

Pemanfaatan potensi kata canggih, pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pembentukan kata. b. CUKUP – BAIK:

Pemanfaatan kata agak canggih, pilihan kata dan ungkapan kadang – kadang kurang tepat tetapi tidak mengganggu. c. SEDANG – CUKUP:

Pemanfaatan potensi kata terbatas, sering terjadi kesalahan penggunaan kosakata dan dapat merusak makna. d. SANGAT KURANG:

Pemanfaatan potensi kata asal – asalan, pengetahuan tentang kosakata rendah, tidak layak nilai.

18 – 20 14 – 17 10 – 13 7 – 9 4. Pengembangan bahasa

a. SANGAT BAIK SEMPURNA: Konstruksi kompleks tetapi efektif, hnya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan. b. CUKUP – BAIK:

Konstruksi sederhana tetapi efektif, kesalahan kecil pada konstruksi kompleks, terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur.

c. SEDANG – CUKUP:

Terjadi kesalahan serisu dalam konstruksi kalimat, makna membingungkan atau kabur.

22 – 25

18 – 21

(12)

No Komponen Kriteria skor d. SANGAT KURANG:

Tidak menguasai aturan sinditaksis, terdapat banyak kesalahan, tidak komunikatif, tidak layak nilai.

5 – 10

5. Mekanik a. SANGAT BAIK SEMPURNA: Menguasai aturan penulisan, hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan. b. CUKUP – BAIK:

Kadang – kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak mengaburkan makna. c. SEDANG – CUKUP:

Sering terjadi kesalahan ejaan, makna membingungkan atau kabur.

d. SANGAT KURANG:

Tidak menguasai aturan penulisan, terdapat banyak kesalahan ejaan, tulisan tidak terbaca, tidak layak nilai.

5

4

3

2

E. Teknik Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validasi instrumen

Arikunto (2010: 211) menjelaskan “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat – tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Diperkuat oleh Azwar (2013) suatu pengukuran dikatakan validitas tinggi jika menghasilkan data secara akurat yang menggambarkan variabel yang diukur sesuai dengan tujuan pengukuran. Validitas memiliki peran penting dalam mengembangkan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid jika mempunyai validitas tinggi dan jika instrumen kurang valid memiliki validitas rendah.

Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012: 121) sehingga dengan

(13)

menggunkan instrumen yang valid dalam pengumpulan data maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid. Menurut Sukmadinata (2011) ada tiga macam jenis validitas yaitu:

1. Validitas isi (content validity)

Berkenaan dengan isi dan format dari instrumen. Apakah instrumen tepat mengukur hal yang ingin diukur, apakah butiran – butiran pertanyaan mewakili aspek yang diukur dan apakah pemilihan format instrumen sesuai untuk mengukur segi tersebut.

2. Validitas konstruk (construct validity)

Berkenaan dengan konstruk atau struktur dan karakteristik psikologis aspek yang akan diukur dengan intrumen. Apakah kontruk tersebut dapat menjelaskan perbedaan kegiatan atau perilaku individu berkenaan dengan aspek yang diukur.

3. Validitas kriteria (criterior validity)

Berkenaan dengan tingkat ketepatan instrumen mengukur segi yang akan diukur dibandingkan dengan hasil pengukuran dengan instrumen lain yang menjadi kriteria. Instrumen yang menjadi kriteria adalah intrumen yang sudah standar. Validitas kriteria dihitung dengan mengkorelasikan skor dari instrumen lain yang menjadi kriteria. Sedangkan menurut Sugiyono (2012: 125) menjelaskan pengujian validitas instrumen terdiri dari tiga jenis yaitu:

1. Pengujian validitas konstruksi

Validitas konstruksi merupakan aspek – aspek instrumen yang diukur yang dikonstrukan dengan berlandasan teori yang kemudian dikonsultasikan dengan ahli (judgment experts). Kemudian para ahli diminta pendapat tentang instrumen yang telah disusun. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.

2. Pengujian validitas isi

Instrumen penelitian yang berbentuk tes, pengujuan validasi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran. Teknis pengujian validasi isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi – kisi intrumen dengan indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir tiap item pertanyaan atau pernyataan telah dijabarkan dari indikator. Dalam menguji validitas isi, intrumen penelitian dapat dikonsultasikan dengan para ahli.

(14)

3. Pengujian validitas eksternal

Pengujian alidasi eksternal merupaka instrumen yang diuji dengan membandingkan (untuk mencarai kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta – fakta empiris yang terjadi dilapangan. Instrumen penelitian yang mempunyai validitas eksternal yang tinggi maka akan mengakibatkan hasil penelitian mempunyai validitas eksternal yang tinggi pula. Selain dengan meningkatkan validitas eksternal instrumen juga dapat dilakukan dengan memperbersar jumlah sampel agar validitas eksternal meningkat.

Penelitian menggunakan validitas isi karena instrumen yang digunakan adalah berupa tes yang disusun sesuai dengan kisi – kisi instrumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2012: 125) yang menjelaskan bahwa “instrumen yang harus mempunyai validitas isi adalah instrumen yang berbentuk tes yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar...”. Adapun pertimbangan peneliti menggunakan validasi isi karena dengan validasi isi dapat membandingkan antara isi intrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Selain itu, kevalidan instrumen ditentukan berdasarkan pertimbangan para ahli sehingga dapat memberikan pertimbangan terhadap item – item dalam tes yang mencakup keseluruhan aspek yang diukur. Para ahli yang terlibat dalam penyusunan instrumen adalah ahli tunalaras, ahli mata pelajaran Bahasa Indonesia dan ahli bahasa. Berikut nama – nama validator instrumen kemampuan menulis paragraf narasi anak tunalaras sebagai berikut: Tabel 3.2. Validator Instrumen dalam Tes Kemampuan Menulis

No Nama validator Bidang keahlian

1. Dewi Sri Rejeki Ahli tunalaras

2. Rukayah Ahli mata pelajaran Bahasa Indonesia

(15)

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas merupakan suatu konsistensi atau kestabilan dari suatu hasil pengukuran. Sesuai dengan pendapat Gronlund dalam Nurgiyantoro (2013: 165) bahwa “reliabilitas menunjuk pada pengertian konsistensi pengukuran, yaitu seberapa konsisten skor tes atau hasil evaluasi dar satu pengukuran ke pengukuran yang lain”. Nurgiyantoro (2013: 166) menambahkan pengertian konsisten dalam reliabilitas tes berhubungan dengan hasil tes dan jawaban yang relatif tetap dan hasil tes yang diperiksa oleh siapapun akan menghasilkan skor yang kurang lebih sama.

Azwar (2013: 88) menjelaskan jika beberapa orang melakukan penilaian terhadap objek ukur berdasarkan indikator dan menyatakan hasil penilaian secara kuantitatif maka prosedur tersebut disebut metode rating. Azwar juga menambahkan metode rating merupakan prosedur pemberian skor berdasarkan judgment subjektif terhadap aspek atau atribut tertentu melalui pengamatan sistematik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk meminimalisir pengaruh subjektivitas pemberian skor maka dalam prosedur penilaian melalui rating perlu dilakukan lebih dari dua orang.

Penelitian menggunakan reliabilitas intereter. Azwar (2013: 88) berpendapat “bila rating dilakukan oleh beberapa orang raters maka makna reliabilitas hasil rating lebih merupakan konsistensi diantara para rater (interrater reliability)”. Dalam uji reliabilitas instrumen peneliti menggunakan 3 orang rater yaitu wali kelas VII, guru Bahasa Indonesia sekolah dasar dan peneliti. Data diolah menggunakan aplikasi SPSS 23.0 untuk mengetahui koefisien reliabilitas dari instrumen tes. Estimasi reliabilitas hasil rating dalam penelitian ini menggunakan formula dari Ebel. Formula Ebel (Azwar 2013: 89) berikut akan menghasilkan koefisien yang merupakan rata-rata interkorelasi hasil rating diantara semua kombinasi rater yang dibuat dan merupakan rata-rata reliabilitas bagi seorang rater. Berikut rumus yang digunakan dalam menghitung rata – rata reliabilitas dari 3 orang rater:

(16)

Keterangan:

𝑠𝑠2 = varians antar subjek yang dikenai rating

𝑠𝑒2 = varians eror, yaitu varians interaksi antara aspek (s) dan rater (r) Berdasarkan penilaian dari 3 orang rater diperoleh hasil koefisien reliabilitas yaitu 0,94 berarti perbedaan (variasi) yang tampak pada skor tes tersebut mencerminkan 94% dari perbedaan sesungguhnya yang terjadi pada skor murni subjek yang bersangkutan. Hal itu dapat pula dikatakan bahwa 6% dari perbedaan skor yang tampak adalah akibat adanya variasi eror dari pengukuran. Wells dan Wollack (Azwar, 2013: 98) memberikan batasan tentang tes yang digunakan oleh para guru yaitu memiliki koefisien reliabilitas 0,70 atau lebih. Hasil uji reliabilitas tersebut mengungkapkan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini reliabel karena hasil koefisien lebih dari 0,70.

F. Analisis Data

Menurut Sugiyono (2013) teknik analisis data merupakan teknik untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Sunanto (2005: 94) berpendapat “analisis data merupakan tahap akhir sebelum menarik kesimpulan”. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa analisis data merupakan proses dalam mengolah dan menafsirkan data yang sudah diperoleh yang kemudian diambil suatu kesimpulan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan Single Subject Research (SSR), maka teknik analisi data menggunakan analisi visual grafis. hal tersebut sesuai pendapat Sunanto, dkk (2005: 45) bahwa “analisis visual terhadap grafik merupakan metode analisis yang sering digunakan penelitian subjek tunggal dibandingkan dengan analisis itu sendiri. Selain itu dijelaskan pula bahwa hal diperhatikan dalam metode analisi visul yaitu seberapa banyak data point (skor) dalam setiap kondisi, seberapa banyak variabel terikat yang ingin diubah, tingkat stabilitas dan perubahan level data dalam suatu kondisi atau antar kondisi, arah perubahan dalam kondisi maupun antar kondisi.

(17)

Ada tiga jenis grafis yang biasa digunakan dalam penelitian subjek tunggal yaitu grafik garis (polygon), grafik batang (histogram) dan grafik kumulatif (Sunanto, 2005). Jenis grafik yang digunakan dalam penelitian adalah jenis grafik garis (polygon) dengan alasan karena dengan grafik garis biasa digunakan untuk menampilkan data secara berkelanjut, memudah peneliti dalam mengevaluasi secara berkelanjut efek intervensi terhadap variabel terikat sehingga memudahkan dalam mengambil keputusan untuk melanjutkan atau mengubah intervensi.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yaitu langkah – langkah yang ditempuh dalam penelitian. Prosedur pelaksanaan penelitian pengaruh penggunaan mind mapping terhadap peningkatan keterampilan menulis paragraf narasi mata pelajaran Bahasa Indonesia bagi anak tunalaras kelas VII SMP dengan desain A-B-A. Adapun proses pelaksanaan sebagai berikut:

1. Baseline 1

Pada tahap baseline 1 merupakan kegiatan awal untuk mengetahui kemampuan awal subjek dalam menulis paragraf narasi tanpa adanya bantuan penggunaan alat media pembelajaran. Dalam tahap baseline 1 peneliti memberikan tes terhadap subjek untuk menulis sebuah paragraf narasi sederhana tanpa penggunaan alat media pembelajaran.

2. Intervensi

Pelaksanaan intervensi dilakukan dengan penerapan mind mapping. Dalam penelitian dilakukan kerjasama dengan guru kelas agar pelaksanaan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Adapun langkah – langkah dalam pelaksanaan intervensi pada penelitian sebagai berikut:

a. Kegiatan awal

1) Mempersiapkan semua alat yang akan digunakan.

2) Mengkondisikan kelas agar anak merasa nyaman selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Kegiatan inti

(18)

2) Peneliti mengajarkan dan menjelaskan cara membuat paragraf narasi dengan menggunakan mind mapping.

3) Subjek menulis paragraf narasi dengan mind mapping yang telah dibuat.

4) Peneliti dan guru kelas menilai hasil pekerjaan subjek. c. Kegiatan penutup

1) Setiap selesai pembelajaran peneliti mengulang kembali pembelajaran yang sduah dilaksanakan.

2) Memberikan pujian kepada siswa ketika siswa mampu menyelesaikan tes atau tugas dengan baik.

3. Baseline 2

Kegiatan baseline 2 merupakan kegiatan pengulangan baseline 1 dengan mengukur kembali kemampuan menulis paragraf narasi tanpa menggunakan media mind mapping. Dalam baseline 2 merupakan bentuk evaluasi untuk melihat pengaruh pemberian treatment dalam menulis paragraf narasi.

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian baseline 1  mengukur kemampuan awal siswa

dalam menulis paragraf narasi dengan

menggunakan tes uraian.

intervensi  memberikan perlakuan dengan menggunakan mind mapping dalam membuat paragraf narasi.

baseline 2 mengulang baseline 1 untuk

mengetahui kemampuan menulis paragraf

Gambar

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian baseline 1  mengukur kemampuan awal siswadalammenulisparagrafnarasidenganmenggunakan tes uraian.

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga kata malayar merupakan bentuk potensial karena bentuk ini dapat tertunda pemakaiannya, akan tetapi dapat timbul dan diguakan secara wajar seperti

Pernyataan bahwa informasi dalam aplikasi ini mudah dipahami menyebutkan bahwa 4 responden menyatakan sangat setuju (SS), 10 responden menyatakan setuju (S) dan 1

Mengawali belajar mengajar, mengawali dengan salam, berdoa, apersepsi, penyampaian materi, praktek, Sebelum pelajaran diakhiri, mahasiswa menyampaikan kesimpulan dari

pertanyaan dalam variabel hasil belajar adalah reliabel. 3) Hasil Belajar Siswa Eksperimen 1 Hasil belajar siswa yang diukur melalui test obyektif sebelum dilakukan

Beberapa hal yang membuat siswa kurang atau tidak termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika adalah penilaian siswa yang kurang baik terhadap hubungan mereka dengan guru

Pohon keputusan memiliki 2 keuntungan : pertama, menggambarkan seacara grafis hubungan dari masalah, dan kedua, dapat berhubungan dengan situasi yang lebih kompleks dalam bentuk

Model rakit yaitu metode budidaya kerang dengan mengikatkan tali pada bambu yang diikatkan pada bambu atau akau kayu yang menyerupai rakit dan di beri jangkar agar

Ayah dan Ibu tercinta (Alm) atas barokah do’a beliau sehingga penulis bisa menyelesaikan ke perguruan tinggi ini. Suamiku tercinta yang selalu memberi dukungan,