• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP WATER SORPTION LEMBARAN PLASTIS DARI KITOSAN. Ani Purwanti 1 ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP WATER SORPTION LEMBARAN PLASTIS DARI KITOSAN. Ani Purwanti 1 ABSTRAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

A-233

EVALUASI PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP WATER SORPTION LEMBARAN PLASTIS DARI KITOSAN

Ani Purwanti1

1

Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28, Kompleks Balapan, Yogyakarta

E-mail: ani4wanti@gmail.com

ABSTRAK

Chitosan, a chitin derivatives, is prepared from shrimp processing waste. The obtained chitosan has potentially applied in foods technology such as an edible film that has non-toxicity and biodegradability characteristisc. Edible film is expected to have low water sorption properties that suitable for food and fruit packaging during the storage. The aim of the research is to study the effect of sorbitol concentration as plasticizer and the effect of storage time on the value of water sorption isotherm of edible film. In this research, the fresh shrimp head, shell and nail were used as raw material. Dried shrimp shell powder is processed through three stages i.e. the demineralization, deproteinization, and deacetylation. Edible film was prepared by dissolving chitosan and sorbitol as a plasticizer using 1% acetic acid solution. Then, chitosan solution was poured into a Teflon-coated pan and dried in a drying oven at 70°C to obtain the film. To determine the effect of storage time on the character of edible chitosan film, the film was stored in a certain time. The water sorption isotherm of chitosan film was evaluated using the Guggenheim-Anderson-de Boer (GAB) model. For the chitosan film with a concentration of 1% (w/v) chitosan, while the content of sorbitol in chitosan solution was increased, it showed the increasing of the water adsorptivity of the film. Furthermore, the equilibrium water content in the films that was measured at water activity value between 0.075 to 0.925 was ranged from 9.18 to 67.24%, respectively. During the storage period up to 4 weeks, water sorption isotherm of the chitosan films without plasticizer and with the addition of sorbitol at concentrations between 0 to 0.04g/mL chitosan solution are relatively stable.

Keywords: chitosan, edible film, water sorption isotherm PENDAHULUAN

Proses pengolahan udang menghasilkan hasil samping berupa kepala, kulit, dan ekor udang. Masih banyak limbah udang yang terbuang percuma sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan dengan bau yang tidak sedap. Limbah udang mengandung kitin yang dapat diolah menjadi kitosan (Peniston dan Johnson, 1980). Menurut Hartati, dkk. (2002), limbah udang yang dihasilkan Indonesia per tahunnya adalah 298.642,25 ton, dengan kitin hasil yang dapat diperoleh sebanyak 170.226 ton per tahun. Hasil deasetilasi kitin menjadi kitosan sekitar 6,04% sampai 11,33%, maka jumlah kitosan yang dihasilkan tiap tahunnya sebesar 10.281,29 – 19.285,92 ton. Harga limbah udang per kilogram sebesar Rp 5.000,-, sedangkan harga jual kitin di pasar internasional adalah US$ 10 per kilogram dan kitosan US$ 15-40 per kilogram tergantung kualitasnya. Hal ini mengindikasikan bahwa pengolahan limbah udang menjadi kitosan ini merupakan usaha yang cukup menguntungkan sekaligus mampu mengurangi dampak buruk pada lingkungan.

Udang merupakan anggota kelas Crustacea. Kandungan kitin dari limbah udang mencapai 42%-57% (Widodo, dkk., 2005). Kitin adalah polimer dari 2-asetamido-2-deoksi-β-D-glukosa yang bersifat hidrofob, tidak larut dalam air dan beberapa pelarut organik (Fernandez-Kim, 2004). Kitosan adalah polimer dari 2-amino-2-deoksi- β -D-glukosa (Peniston and Johnson, 1980), merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dengan menggunakan basa pekat. Gambar 1 menunjukkan struktur kimia dari kitin dan kitosan. Kitin dengan derajat deasetilasi diatas 70% disebut sebagai kitosan (Li, dkk., 1997). Kitosan tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut asam organik di bawah pH 6 antara lain asam formiat, asam asetat, dan asam laktat (Nadarajah, 2005).

Kitosan sangat bermanfaat dalam bidang teknologi pangan, misalnya dimanfaatkan sebagai bahan pembuat plastik yang aman untuk dimakan dan bersifat dapat terdegradasi (edible film). Lembaran plastis ini (edible film) diharapkan mempunyai sifat mampu menahan transfer air dan uap

(2)

A-234

air, dan memiliki permeabilitas selektif terhadap gas tertentu yang dapat mempertahankan mutu bahan pangan. Edible film sebagai bahan pelapis dan pelindung makanan yang baik, dapat dilihat dari karakter film antara lain permeabilitas uap air dan water sorption (Pereda, et.al., 2009). Menurut Widodo, dkk (2005) kitosan dapat digunakan untuk kemasan dalam bentuk edible film karena sifat kitosan yang biodegradable dan liat. Asam lemah yang banyak digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan edible film dari kitosan adalah larutan asam asetat 1% (Nadarajah, 2005).

Gambar 1. Struktur Molekul Kitin dan Kitosan

Dalam pembuatan film, untuk meningkatkan fleksibilitas film ditambahkan plastisizer (Yoshida, 2009), misalnya sorbitol. Dengan penambahan plastisizer, sifat kekakuan polimer menjadi berkurang (Meyers, dkk., 2007). Penambahan plastisizer dapat mempengaruhi sifat adsorptivitas lembaran plastis terhadap uap air. Sebagian besar edible film sensitif terhadap uap air dan karakteristiknya berubah terhadap perubahan nilai kelembaban (RH) (Nadarajah, 2005), maka karakteristik water sorption lembaran plastis kitosan perlu diperhatikan. Barrier properties film dipengaruhi oleh karakter kitosan yang digunakan (Nadarajah, 2005), suhu pengeringan dalam proses pembuatan film (Srinivasa, 2004), dan lama penyimpanan edible film (Nud’ga, 2008). Menurut Butler (1996), ada perubahan pada sifat penghalang film (barrier properties) dan sifat mekanik film karena pengaruh waktu penyimpanan. Penurunan kualitas lembaran plastis (film) selama dilakukan penyimpanan diharapkan tidak terlalu cepat terjadi sehingga memungkinkan penggunaan edible film untuk kemasan makanan.

Water sorption isotherm didefinisikan sebagai air yang teradsorpsi yang merupakan fungsi dari aktivitas air (aw). Pada kesetimbangan, aktivitas air (aw) berhubungan dengan kelembaban relatif (RH)

dari udara lingkungan. Hubungan antara aktivitas air (aw) dengan kelembaban terlihat pada persamaan:

……….. (1)

Dengan p adalah tekanan uap air yang diakibatkan bahan makanan dan p0 adalah tekanan uap air

murni pada temperatur T0 (suhu kesetimbangan dari sistem) (Gennadios, 2002). Beberapa model

sudah disampaikan dalam pustaka untuk mengestimasi aktivitas air dalam proses water sorption isotherm. Efektivitas edible film sebagai barier terutama didefinisikan dengan parameter transfer massa. Beberapa model matematis adsorpsi isotherm terdapat pada Tabel 1 (Gennadios, 2002).

Tabel 1. Model Matematis Adsorpsi Isotherm

No. Model Persamaan *)

1. Brunauer-Emmett-Teller

(BET) aw/[M*(1 – aw) ]=1/(Mm*C) + (C – 1)*aw/(Mm*C)

2. Chung-Pfost ln aw = (-A/T)*exp(-B*M)

3. Guggenheim-Anderson-de

Boer (GAB) M = Mm*(C*k*aw)/(1 – k*aw)(1 – k*aw + C*k*aw)

4. Halsey aw = exp[(-A/T)*(M/Mm)b]

5. Henderson (1 – aw) = exp (1-a*M

b

)

*)

aw = aktivitas air; M = kandungan uap air (dry basis); Mm = kandungan uap air basis kering (lapisan air

monomolekular); T = temperatur absolut; C = konstanta Guggenheim yang berkaitan dengan panas adsorpsi lapisan pertama; k = konstanta yang berkaitan dengan panas total adsorpsi multilayer; A,a,B, dan b merupakan konstanta.

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan model tersebut antara lain komposisi bahan makanan, kemudahan untuk evaluasi, kesederhanaan model, dan kecocokan untuk diaplikasikan pada kisaran aw tertentu. Lembaran plastis dari kitosan diharapkan mempunyai sifat water sorption yang

(3)

A-235

rendah sehingga dapat dipakai dengan baik sebagai bahan pengemas bahan makanan ataupun buah-buahan selama proses penyimpanan. Penelitian mengenai lembaran plastis dari kitosan ini ditujukan untuk mempelajari pengaruh kadar plastisizer sorbitol dan pengaruh waktu penyimpanan film terhadap nilai water sorption isotherm dari film tersebut.

METODE

Penelitian ini menggunakan bahan baku limbah udang yang berupa kepala, kulit, dan ekor udang. Serbuk limbah udang kering diproses melalui tiga tahapan proses yaitu demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi. Kemudian dilakukan proses pembuatan lembaran plastis dari kitosan dengan plastisizer sorbitol pada beberapa konsentrasi dengan melarutkan kitosan dan sorbitol ke dalam larutan asam asetat 1%. Untuk mengetahui pengaruh waktu penyimpanan terhadap karakter lembaran plastis kitosan, film disimpan dalam rentang waktu tertentu. Water sorption isotherm dari film kitosan dievaluasi menggunakan model Guggenheim-Anderson-de Boer (GAB).

Bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kepala, kulit, dan ekor udang yang kering, asam klorida 37,7 %, natrium hidroksida, asam asetat, sorbitol, aquadest, silika gel. Sedangkan alat penelitian yang diperlukan antara lain grinder, waterbath, labu leher tiga, pengaduk magnetik, loyang, oven, eksikator. Rangkaian alat untuk pembuatan kitosan dan pembuatan film dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

1 2 3 4 5

Gambar 2. Rangkaian Alat Pembuatam Kitosan

Gambar 3. Rangkaian Alat Pembuatan Larutan Film

PEMBAHASAN

Karakteristik penjerapan uap air lembaran plastis dari kitosan merupakan hal yang penting dalam penggunaannya sebagai bahan pengemas pada kondisi kelembaban yang bermacam-macam. Dalam penelitian ini dianalisis hubungan antara komposisi plastisizer sorbitol dalam lembaran plastis kitosan yang dikeringkan pada suhu 700C terhadap sifat water sorption isotherm. Besarnya kadar air kesetimbangan pada berbagai aktivitas air, yaitu 0,075; 0,325; 0,515; 0,751; 0,925 dapat dilihat pada Tabel 2.

Pengaruh jumlah plastisizer terhadap penjerapan uap air edible film tergantung dari aktivitas air (aw). Pada kisaran nilai aw yang diteliti, yaitu dari 0,075 – 0,925, semakin banyak plastisizer yang

ditambahkan maka nilai kandungan air kesetimbangannya semakin meningkat. Hal ini kemungkinan karena terbentuknya ikatan hidrogen antara plastisizer dan air (Donhowe and Fennema, 1993). Film dengan konsentrasi plastisizer yang semakin tinggi akan lebih banyak mengadsorpsi uap air pada

Keterangan : 1. Pengaduk merkuri 2. Termometer 3. Waterbath 4. Pendingin balik

5. Campuran padatan dan larutan yang diproses

(4)

A-236

kondisi aktivitas air (aw) tertentu, karena molekul plastisizer menyediakan lebih banyak sisi aktif untuk

mengikat molekul hidroksil (Martelli et al., 2006).

Tabel 2. Hubungan antara Aktivitas Air dan Kadar Air Kesetimbangan Film Kitosan

aw Kadar Air Kesetimbangan (%) pada berbagai Konsentrasi Sorbitol

0 g/ mL 0,005 g/mL 0,01 g/mL 0,015 g/mL 0,02 g/mL 0,04 g/mL 0,075 10,31 14,11 15,63 18,51 20,60 30,89 0,325 13,74 21,07 24,16 27,99 30,24 46,74 0,515 20,55 26,14 28,82 31,70 36,11 51,68 0,751 26,00 32,36 35,34 38,42 41,24 56,47 0,925 31,92 39,45 41,62 46,58 50,42 68,91

Model sorption isotherm yang digunakan dalam penelitian ini adalah model GAB. Nilai konstanta persamaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Kecocokan antara data percobaan dengan data yang terhitung dari persamaan GAB untuk edible film kitosan dengan plastisizer sorbitol dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2) yang berkisar antara 0,9768 – 0,9998. Hasil yang serupa juga disampaikan oleh Narajadah (2005), model GAB cukup cocok untuk mengevaluasi water sorption dari film kitosan.

Tabel 3. Konstanta Persamaan GAB untuk Model Penjerapan Uap Air pada Film Kitosan

Konsentrasi Plastisizer (g/mL larutan)

Konstanta Persamaan GAB dan Coefficient of Determination (R2) Mm C k R 2 0 0,1359 35,7907 0,6402 0,9768 0,005 0,1907 51,3293 0,5682 0,9988 0,01 0,2226 50,3636 0,5163 0,9998 0,015 0,2401 78,5548 0,5267 0,9971 0,02 0,2715 73,5915 0,5002 0,9940 0,04 0,4060 109,4481 0,4370 0,9742

Dari percobaan yang dilakukan dengan cara mengeringkan larutan kitosan pada suhu pengeringan 700C, dihasilkan film dengan kandungan uap air monolayer (Mm) film terplastisasi

dengan sorbitol 0,04 g/mL larutan meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan film tanpa plastisizer. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan penambahan jumlah plastisizer maka ketersediaan area permukaan spesifik di dalam film kitosan untuk ikatan hidrofilik meningkat.

Pada penelitian ini, konstanta C berkisar antara berkisar antara 35,79 – 109,45 dan konstanta k berkisar antara 0,4370 – 0,6402. Nilai konstanta C menunjukkan kekuatan ikatan air pada sisi aktif primer. Lebih besar nilai C maka air lebih kuat terikat dalam lapisan monolayer dan menunjukkan perbedaan entalpi yang lebih besar antara molekul-molekul dalam lapisan monolayer dan multilayer. Konstanta C untuk sorption isotherm pada film tidak terplastisasi mempunyai nilai lebih rendah daripada film terplastisasi, dalam hal ini molekul air kurang kuat terikat dalam polimer. Sedangkan nilai k merupakan faktor koreksi sifat-sifat molekul-molekul dalam multilayer relatif terhadap bulk liquid. Untuk nilai k yang lebih tinggi (lebih mendekati 1) mengartikan bahwa molekul-molekul dalam lapisan multilayer kurang terstruktur.

Menurut Lewicki (1997), analisis matematis terhadap persamaan GAB menunjukkan bahwa persamaan ini akan menghasilkan deskripsi yang baik untuk peristiwa sorption isotherm dengan tipe sigmoid jika konstanta C dan k berada pada kisaran 0,24 < k < 1 dan 5,67 < C <. Pada keadaan ini, nilai Mm yang terhitung mempunyai keakuratan sekitar 15,5% terhadap kapasitas monolayer yang

sebenarnya. Kecocokan persamaan GAB untuk mengevaluasi peristiwa sorption isotherm film kitosan juga disampaikan oleh Srinivasa et al. (2007) dengan nilai Mm antara 0,0883 – 0,1410, C antara 6,87 – 45,28, dan nilai k antara 0,78 – 0,98. Sorption isotherm untuk semua film kitosan merupakan kurva sigmoid klasik seperti kurva isotherm pada klasifikasi BET (Gambar 4).

(5)

A-237

Gambar 4. Moisture Sorption Isotherm Film Terplastisasi Sorbitol

Karakteristik penjerapan uap air dari lembaran kitosan yang disimpan selama waktu penyimpanan tertentu diteliti dengan menggunakan beberapa kondisi kelembaban ruangan penyimpanan. Besarnya kadar air kesetimbangan pada berbagai aktivitas air, yaitu 0,075; 0,325; 0,515; 0,751; dan 0,925, pada lembaran kitosan yang diberi plastisizer sorbitol yang dikeringkan pada suhu pengeringan larutan kitosan 700C selama waktu penyimpanan maksimal selama 4 minggu dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai kadar Air Kesetimbangan Lembaran Kitosan dengan Plastisizer Sorbitol pada berbagai Waktu Penyimpanan

aw

Kadar Air Kesetimbangan (%) pada berbagai Konsentrasi Sorbitol 0 g/ mL 0,005 g/mL 0,01 g/mL 0,015 g/mL 0,02 g/mL 0,04 g/mL Waktu Penyimpanan 1 minggu

0,075 10,03 14,74 15,53 17,83 19,02 30,97

0,325 12,85 22,63 22,86 27,06 28,91 46,21

0,515 20,31 24,61 28,80 31,16 35,66 51,36

0,751 25,02 31,48 36,39 38,05 40,96 57,28

0,925 29,41 38,75 42,69 45,67 50,26 70,21

Waktu Penyimpanan 2 minggu

0,075 10,00 14,61 15,55 17,85 19,92 32,01

0,325 13,17 22,71 22,84 27,35 27,50 45,17

0,515 20,50 25,12 31,20 29,66 35,81 50,37

0,751 27,90 32,69 36,43 37,89 39,35 55,91

0,925 30,32 36,99 43,26 48,03 49,16 72,47

Waktu Penyimpanan 3 minggu

0,075 10,30 14,17 15,56 19,21 20,99 31,56

0,325 13,67 22,96 23,75 28,62 26,91 45,41

0,515 20,64 25,35 28,27 29,34 37,09 50,60

0,751 26,10 33,72 35,81 36,91 40,59 56,93

0,925 30,02 37,70 40,18 47,21 51,48 73,18

Waktu Penyimpanan 4 minggu

0,075 10,37 15,21 17,34 20,43 20,61 31,56

0,325 13,15 21,91 22,38 28,20 28,40 45,41

0,515 20,32 24,37 30,15 30,29 38,71 50,60

0,751 26,91 32,34 37,95 39,37 42,24 56,93

0,925 31,32 39,96 42,51 45,92 52,38 73,18

Lembaran plastis kitosan yang tidak menggunakan plastisizer dan lembaran kitosan film dengan plastisizer sorbitol cenderung mempunyai sifat adsorptivitas terhadap uap air yang relatif stabil ketika disimpan untuk rentang waktu dari 1 minggu sampai dengan 4 minggu pengukuran dengan berbagai aktivitas air (aw). Model persamaan sorption isotherm yang dipakai untuk menganalisis

(6)

A-238

suatu kondisi kelembaban tertentu pada penelitian ini adalah model GAB. Nilai konstanta persamaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Kecocokan relatif antara data yang diperoleh dari percobaan dengan data yang terhitung dari persamaan GAB untuk lembaran kitosan yang diberi plastisizer sorbitol dapat dievaluasi dari nilai R2(koefisien determinasi). Dari perhitungan yang diperoleh dapat dilihat bahwa water sorption isothermdari lembaran kitosan (film kitosan) dengan plastisizer sorbitol setelah disimpan pada kondisi kelembaban tertentu dengan rentang waktu penyimpanan dari 1 – 4 minggu ternyata masih memungkinkan atau masih cocok untuk dilakukan evaluasi sorption isotherm menggunakan persamaan GAB. Hal ini dapat dilihat dari koefisien determinasi R2 yang diperoleh berkisar antara 0,956 – 0,999. Hubungan antara kadar air kesetimbangan lembaran film kitosan yang terplastisasi dengan sorbitol pada suhu pengeringan larutan kitosan 700C dengan waktu penyimpanan 1 – 4 minggu dapat dilihat pada Gambar 5.

Tabel 5. Konstanta Persamaan GAB untuk Model Penjerapan Uap Air pada Lembaran Film Kitosan dengan Plastisizer Sorbitol

Konsentrasi Plastisizer (g/mL larutan)

Konstanta Persamaan GAB dan Coefficient of Determination (R2) Mm C k R 2 Penyimpanan 1 minggu 0 0,1364 31,6323 0,6072 0,9557 0,005 0,1829 95,5479 0,5723 0,9926 0,01 0,2144 45,5874 0,5556 0,9953 0,015 0,2370 67,4177 0,5264 0,9992 0,02 0,2674 54,5103 0,5110 0,9942 0,04 0,3963 112,7353 0,4644 0,9801 Penyimpanan 2 minggu 0 0,1348 32,6921 0,6449 0,9582 0,005 0,1749 122,3579 0,6115 0,9961 0,01 0,2221 48,4670 0,5421 0,9712 0,015 0,2292 167,5227 0,5475 0,9914 0,02 0,2768 54,1752 0,5151 0,9735 0,04 0,3864 123,7639 0,4907 0,9866 Penyimpanan 3 minggu 0 0,1438 31,5598 0,5933 0,9626 0,005 0,2060 49,0416 0,5119 0,9896 0,01 0,2258 46,5982 0,4969 0,9949 0,015 0,2131 505,0065 0,5843 0,9685 0,02 0,2532 72,2251 0,5498 0,9693 0,04 0,3676 207,1706 0,5246 0,9704 Penyimpanan 4 minggu 0 0,1348 32,6921 0,6449 0,9582 0,005 0,1749 122,3579 0,6115 0,9961 0,01 0,2221 48,4670 0,5421 0,9712 0,015 0,2292 167,5227 0,5475 0,9914 0,02 0,2768 54,1752 0,5151 0,9735 0,04 0,3864 123,7639 0,4907 0,9866

(7)

A-239

a. Tanpa Plastisizer b. Plastisizer 0,005 g sorbitol /mL Larutan

c. Plastisizer 0,01 g sorbitol /mL Larutan d. Plastisizer 0,015 g sorbitol /mL Larutan

e. Plastisizer 0,02 g sorbitol /mL larutan f. Plastisizer 0,04 g sorbitol /mL Larutan

Gambar 5. Moisture Sorption Isotherm dari Lembaran Film Kitosan dengan Plastisizer Sorbitol dengan Waktu Penyimpanan 1 – 4 Minggu

(EMC data film 0 minggu; EMC data film 1 minggu; EMC data film 2 minggu; EMC data film 3 minggu;  EMC data film 4 minggu; EMC hasil perhitungan film 0 minggu; EMC hasil perhitungan film 1 minggu; EMC hasil perhitungan film 2 minggu; EMC hasil perhitungan film 3 minggu;

EMC hasil perhitungan film 4 minggu) KESIMPULAN

1. Semakin tinggi kadar sorbitol yang ditambahkan ke dalam larutan kitosan dalam asam asetat untuk jumlah plastisizer antara 0 – 0,04 g/mL larutan diperoleh film dengan adsorptivitas uap air semakin besar.

2. Kadar air kesetimbangan pada film kitosan (yang diukur pada aw antara 0,075 – 0,925) dengan

kadar plastisizer antara 0 – 0,04 g/mL berkisar antara 9,18 – 67,24%.

3. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa lembaran film kitosan dengan konsentrasi 1% (berat kitosan/ mL asam asetat) dengan suhu pengeringan 700C, diperoleh sifatwater sorption isotherm lembaran kitosan tanpa tanpa penambahan plastisizer maupun

(8)

A-240

dengan penambahan sorbitol dengan konsentrasi antara 0 – 0,04 gram/mL larutan kitosan relatif stabil selama penyimpanan dengan rentang waktu sampai dengan 4 minggu.

DAFTAR PUSTAKA

Butler, B.L., Vergano, P.J., Testin, R.F., Bunn, J.M., and Wiles, J.L., 1996,Mechanical and Barrier Properties of Edible Chitosan Films as affected by Composition and Storage, Journal of Food Science, Vol. 61, No. 5, 953 – 956.

Donhowe, G. and Fennema, O., 1993, Water Vapor and Oxygen Permeability of Wax Films, Journal of the American Oil Chemists' Society, 70(9), 867 – 873.

Fernandez-Kim, S.-O., 2004, Physicochemical and Functional Properties of Crawfish Chitosan as Affected by Different Processing Protocols, A Thesis in Department of Food Science, Seoul National University.

Gennadios, A., 2002, Protein-Based Films and Coatings, CRC Press, London, New York.

Hartati, F., Tri, S., Rakhmadioni, dan Loekito, A., 2002, Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Deproteinasi dalam Pembuatan Kitin dari Cangkang Rajungan, Biosain, Vol. 2(1).

Lewicki, P.P., 1997, The applicability of GAB model to Food Water Sorption Isotherms, International Journal of Food Science and Technology, 32, 553 – 557.

Li, J., Revol, J.F., and Marchessault, R.H., 1997, Effect of Degree of Deacetylation of Chitin on the Properties of Chitin Crystallites. J. Appl. Polym. Sci., 65(2), 373 – 380.

Martelli, S.M., Moore, G., Paes, S.S., Gandolfo, C., Laurindo, J.B., 2006, Influence of Plasticizers on the Water Sorption Isotherms and Water Vapor Permeability of Chicken Feather Keratin Films, LWT, 39, 292–301.

Meyers, S.P., No, H.K., Prinyawiwatkui, W., and Xu, Z., 2007, Applications of Chitosan for Improvement of Quality and Shelf Life of Foods: A Review, Journal of Food Science. Nadarajah, K., 2005, Development and Characterization of Antimicrobial Edible Film from Crawfish

Chitosan, Dessertation in Department of Food Science, University of Paradeniya.

Nud’ga, L.A., Petrova, V.A., Gofman, I.V., Abalov, I.V., Volchek, B.Z., Vlasova, E.N., and Baklagina, Y.G., Chemical and Structural Transmormations in Chitosan Films in the Course of Storage, Russian Journal of Applied Chemistry, 1992 – 1996.

Peniston, Q.P. and Johnson, E., 1980, Process for the Manufacture of Chitosan, US Patent 4.195.175. Pereda, M., Aranguren, M.I., and Marcovich, N.E., 2009, Water Vapor Absorbtion and Permeability

of Films Based on Chitosan and Sodium Caseinate, Journal of Applied Polymer Science, 111, 2777 – 2784.

Srinivasa, P.C., Ramesh, M.N., Kumar, K.R., and Tharanathan, R.N., 2004, Properties of Chitosan Films Prepared under Different Drying Conditions, Journal of Food Engineering, 63, 79 – 85. Srinivasa, P.C., Ramesh, M.N., and Tharanathan, R.N., 2007, Effects of Plastisizers and Fatty Acids

on Mechanical and Permeability Characteristics of Chitosan Films”, Journal of Food Hydrocolloids, Vol. 21, 1113 – 1122.

Widodo, A., Mardiah, dan Prasetyo, A., 2005, Potensi Kitosan dari Sisa Udang sebagai Koagulan Logam Berat Limbah Cair Industri, Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.

Yoshida, C.M.P., Junior, E.N.O., and Franco, T.T., 2009, Chitosan Tailor-Made Films: The Effects of Additives on Barrier and Mechanical Properties, Packaging Technology and Science, 22, 161 – 170.

Gambar

Gambar 1. Struktur Molekul Kitin dan Kitosan
Gambar 4. Moisture Sorption Isotherm Film Terplastisasi Sorbitol

Referensi

Dokumen terkait

Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan jabatan

Tulisan ini hanyalah telaah awal dan terbatas untuk mengamati dari kacamata outsider (bukan mahasiswa di perguruan tinggi tersebut ataupun dalam rangka riset yang

sangat signifikan antara inteligensi dan kemandirian dengan resiliensi pada siswa kelas unggulan, dengan demikian hipotesis mayor yang diajukan dalam penelitian ini

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh konsumsi tablet besi dengan kadar Hb remaja putri anemia di SMA Negeri 01 Doro Kabupaten

Sehubungan hal diatas maka perlu dilakukan suatu penelitian terhadap pengaruh investasi dan tenaga kerja terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Sumatera

Beri jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dibawah ini mengenai Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Motivasi, dan Kinerja Aparat Pemerintah Daerah dengan cara memberikan

In additio n, it can be used to improve the students’ listening skill and to increase their motivation in learning English, to introduce the model of electronic learning

The research method applied in this research is descriptive research method since this study describes the types of errors which the second-year students of