8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Peta Konsep
2.1.1 Pengertian Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Peta Konsep
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis peta konsep adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembaran kerja biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Lembar kerja dapat digunakan untuk mata pelajaran apa saja (Majid, 2013:176-177). Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah LKPD harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/tidaknya sebuah kompetensi dasar dikuasai oleh peserta didik.
LKPD berbasis peta konsep dimaksudkan untuk memicu dan membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar dalam rangka menguasai suatu permahaman, keterampilan dan sikap. Selain itu, LKPD berbasis peta konsep dapat membantu mengarahkan pembelajaran sehingga lebih efisien dan efektif (Majid, 2013:371).
2.1.2 Tujuan dan Fungsi LKPD Berbasis Peta Konsep
Menurut Marno (2012:77), tujuan LKPD berbasis peta konsep diberikan yaitu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan oleh guru sehingga dapat mengefektifkan pelaksanaan belajar mengajar pada suatu konsep. Selain itu tujuan penyusunan LKPD berbasis peta konsep terdapat empat poin, yaitu:
1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berintegrasi dengan materi yang diberikan.
2) Menyajikan tugas-tugas yang dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik.
3) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas.
LKPD berbasis peta konsep juga akan memberikan manfaat bagi guru dan peserta didik. Guru akan lebih terbantu karena memiliki bahan ajar yang sudah disiapkan, sedangkan peserta didik akan lebih belajar mandiri. Fungsi LKPD berbasis peta konsep bagi peserta didik adalah alat bantu yang dapat memudahkan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran yang didapatkan. Sesuai dengan pendapat Aniqo (2015:813) melalui LKPD guru mendapatkan kesempatan untuk memancing peserta didik agar secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas sehingga peserta didik dapat memahami materi dengan baik.
2.1.3 Macam-macam LKPD
LKPD dibagi menjadi 2 macam yang dikembangkan dalam pembelajaran sekolah, yaitu LKPD tak berstruktur dan LKPD berstruktur. LKPD tak berstruktur yang dipakai untuk mengarahkan kerja peserta didik. Sedangkan LKPD berstruktur dirancang untuk membimbing peserta didik dalam suatu mata pelajaran dengan sedikit atau tanpa bimbingan dari guru.
Dilihat dari segi tujuan disusunnya LKPD, maka menurut Prastowo (2014:271) LKPD dapat dibagi menjadi lima macam bentuk, yaitu:
2) LKPD yang membantu peserta didik menerapkan dan meningkatkan berbagai konsep yang telah ditemukan.
3) LKPD yang berfungsi sebagai penuntun belajar.
4) LKPD yang berfungsi sebagai penguatan pembelajaran. 5) LKPD yang berfungsi sebagai petunjuk pratikum.
2.1.4 Langkah-langkah Penyusunan LKPD Berbasis Peta Konsep
Untuk menghasilkan LKPD berbasis peta konsep yang baik guru hendaknya menyusun LKPD berbasis peta konsep dengan cermat sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Untuk itu menurut Prastowo (2014:277) terdapat langkah-langkah menyusun Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), yaitu:
1) Tahap persiapan
Dalam menyiapkan LKPD berbasis peta konsep dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Melakukan analisis kurikulum, dengan menggunakan kurikulum 2013. b. Menyusun peta kebutuhan LKPD.
c. Menentukan judul-judul pada materi LKPD. d. Penulisan LKPD berbasis peta konsep.
2) Langkah-langkah penulisan LKPD berbasis peta konsep.
Adapun langkah-langkah penulisan LKPD berbasis peta konsep sebagai berikut: a. Perumusan kompetensi dasar.
c. Penyusunan materi.
d. Memperhatikan struktur LKPD berbasis peta konsep 3) Langkah-langkah mendesain LKPD berbasis peta konsep
LKPD berbasis peta konsep dikembangkan untuk membuat peserta didik belajar mandiri dan guru hanya sebagai fasilitator sehingga jika desain LKPD berbasis peta konsep kita terlalu rumit maka peserta didik akan kesulitan dalam memahaminya. Berikut ini batasan-batasan yang dapat digunakan untuk menentukan desain LKPD berbasis peta konsep adalah:
a. Ukuran
Menggunakan ukuran yang dapat mengakomodasi kebutuhan pembelajaran yang telah ditetapkan. Contohnya, keinginan guru sesuai dengan tujuan yang ditetapkan adalah membuat peserta didik untuk menggambarkan hasil yang diamati. Maka, ukuran LKPD yang mampu mengakomondasi hal ini adalah A4 karena dengan A4 peserta didik akan mempunyai cukup ruang untuk membuat gambar.
b. Kepadatan Halaman
Dalam hal ini, usahakan agar halaman tidak terlalu dipadat dengan tulisan. Halaman yang terlalu padat akan mengakibatkan peserta didik sulit memfokuskan perhatian. Pengorganisasian halaman juga perlu diperhatikan dapat ditanggulangi dengan menggunakan huruf besar atau penomoran sehingga peserta didik tahu mana judul dan sub judul.
c. Kejelasan
Pastikan bahwa materi dan instruksi yang diberikan dalam LKPD dapat dengan jelas dibaca oleh peserta didik. Misalnya, pada penomoran materi dengan menggunakan huruf kapital. Hal ini tentu saja memudahkan peserta didik dalam menentukan antara judul dengan sub judul dan seterusnya
2.2.5 Pengembangan LKPD Berbasis Peta Konsep
Untuk mengembangkan LKPD berbasis peta konsep, maka satu poin penting yang perlu diperhatikan, yaitu menjadikannya sebagai bahan ajar menarik bagi peserta didik. Jadi, dengan keberadaan LKPD berbasis peta konsep tersebut, peserta didik tertarik untuk belajar keras dan belajar cerdas ( Belawati, 2007:277).
Selanjutnya menurut Belawati (2007:278) dalam menyusun LKPD berbasis peta konsep terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut :
1) LKPD berbasis peta konsep disusun oleh guru mata pelajaran sehingga sesuai dengan tingkat kesiapan, situasi, keadaan siswa dan keadaan sekolah.
2) Materi LKPD berbasis peta konsep disesuaikan Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator.
3) Materi sesuai dengan standar materi belajar yang disusun secara baik sesuai dengan materi ajar.
4) Menentukan jenis atau macam LKPD berbasis peta konsep agar penulisannya sesuai.
5) Guru memperkaya sumber sebanyak mungkin untuk memperkaya materi dalam pengajaran.
6) Membuat gambaran teknik pelaksanaan secara singkat.
7) Peserta didik secara efektif dijadikan subjek dalam proses belajar. 8) Waktu yang digunakan harus tepat.
9) Rangkaian pembelajaran siswa terangkai dengan baik.
2.2 Peta Konsep
2.2.1 Pengertian Peta Konsep
Peta konsep merupakan pembelajaran dengan menekankan pada pengetahuan awal yang harus dimiliki oleh peserta didik sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Menurut Zaini (2007:175) bahwa pembelajaran dengan peta konsep dapat menjadikan pembelajaran yang sederhana menjadi lebih kompleks dan pembelajaran dengan peta konsep mengembangkan kemampuan mensintesis informasi menjadi satu, dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara holistik untuk melihat keseluruhan dan bagian-bagian, mengembangkan kecakapan dan strategi belajar. Selain itu menurut Nikmah (2016:12) peta konsep juga dapat mengubah pemikiran pembuatnya menjadi lebih terstruktur dan peta konsep juga digunakan untuk mengetahui apa yang telah diketahui peserta didik.
Menurut Jumiati (2013:175) peta konsep merupakan salah satu bagian dari strategi organisasi. Adapun tujuan menggunakan peta konsep adalah:
1) Mengembangkan kemampuan berpikir.
2) Mengembangkan kemampuan mengintergrasikan informasi atau ide menjadi satu.
3) Mengembangkan kecakapan, strategi dan kebiasaan belajar.
2.2.2 Langkah-langkah Dalam Membuat Peta Konsep
Dalam membuat peta konsep menurut Jumiati (2013:176) yaitu: 1) Mengidentifikasi ide pokok yang meliputi sejumlah konsep.
2) Mengidentifikasi ide-ide/konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama. 3) Tempatkan ide utama di tengah atau dipuncak peta yang akan dibuat.
4) Kelompokkan ide-ide sekunder disekitar ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan dengan ide utama tersebut.
Bentuk peta konsep terbagi menjadi 3 macam, yaitu: 1) Menjari (Spoke).
Contoh peta konsep pada pembahasan tentang ruang jantung:
Gambar 2.1 Bentuk Peta Konsep Spoke (Menjari) (Jumiati, 2013:176).
yaitu: yaitu:
Jantung memiliki 2 ruang utama yang terdiri atas
Ventrikel Atrium
Atrium kanan Atrium kiri Ventrikel kanan
Kanadefefefeffe
Ventrikel kiri
Kanadefefefeffe
yaitu: yaitu:
Ruang Jantung : (ide pokok peta konsep)
: (ide sekunder peta konsep)
: (kata hubung yang menghubungkan antara ide pokok dan ide-ide sekunder)
2) Jaring (Net).
Contoh peta konsep pada pembahasan tentang darah:
3) Rantai (Chain).
Contoh peta konsep pada pembahasan tentang darah:
Gambar 2.2 Bentuk Peta Konsep Net (Jaring) (Jumiati, 2013:176).
Gambar 2.3 Bentuk Peta Konsep Chain (Rantai) (Jumiati, 2013:176). Darah
Golongan Darah A
Aglutinogen A Aglutinin Anti-B Aglutinogen B Aglutinin Anti-A
Mengumpal Tranfusi Darah
Golongan Darah B Digolongkan menjadi
Jika digabung dengan
Terdiri dari melalui Terdiri dari
akan
Darah Peredaran darah besar
Serambi kanan Bilik kiri Aorta Arteri Arteriol A Kapiler Seluruh tubuh
pada mengalir dari
melewati menuju dilanjutkan ke menuju diserap di kembali ke
: (ide pokok peta konsep) : (kata hubung yang
menghubungkan antara ide pokok dan ide-ide sekunder)
(ide sekunder peta konsep):
: (ide sekunder peta konsep) : (kata hubung yang menghubungkan antara ide
pokok dan ide-ide sekunder) (ide pokok peta konsep):
2.3 Penelitian Relevan
Penelitian pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik telah banyak dilakukan dengan berbagai latar belakang masalah yang berbeda diantaranya kurang nya bahan ajar dalam proses pembelajaran dan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Menurut penelitian Nuraini (2014) yang berjudul Penggunaan Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Guided Inquiry Untuk SMA Kelas XI Pada Konsep Sistem Peredaran Darah, yang bertujuan untuk menghasilkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang layak digunakan pada proses pembelajaran. Penggunaan LKPD Berbasis Guided Inquiry Untuk SMA Kelas XI Pada Konsep Sistem Sirkulasi memenuhi kriteria penilaian sebagai berikut: aspek komponen guided inquiry, aspek penyajian, aspek konten dan aspek desain LKS. Pada subjek ujicoba digunakan ujicoba kelompok kecil dan ujicoba kelompok besar. Dari hasil respon peserta didik hasil peresentase rata-rata penilaian LKPD yaitu 88,3% dengan rincian penilaian pada aspek komponen guided inquiry yaitu 92,07%, aspek penyajian yaitu 90,65%, aspek konten LKPD yaitu 86,34%, dan dari aspek desain LKPD sebesar 84,17%. Sementara dari perolehan hasil respon guru, persentase rata-rata penilaian LKPD sebesar 99,3%. Hal ini menunjukkan bahwa produk LKPD berbasis guided iquiry untuk SMA Kelas XI pada konsep sistem sirkulasi sangat baik dan layak digunakan pada proses pembelajaran.
Penelitian lain yang dijadikan sebagai bahan acuan adalah penelitian oleh Wahyuni (2013) yang berjudul Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Pendekatan Ilmiah Sebagai Sarana untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kritis Pada Siswa Kelas XI IPA. Hasil pengembangan LKPD berbasis pendekatan ilmiah diperoleh data sangat valid dengan skor rata-rata yang diperoleh adalah 3,5-3,7. Respon peserta didik terhadap LKPD yang dikembangkan berkategori sangat baik dan baik dan keterampilan berpikir kritis peserta didik 35,3% berkategori sangat baik, 41,2% berkategori baik dan 25,5% berkategori cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa produk LKPD berbasis pendekatan ilmiah sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada siswa SMA Kelas XI pada konsep sistem sirkulasi sangat baik dan layak digunakan pada proses pembelajaran.
Penelitian terakhir yang dijadikan bahan acuan adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulassri (2013) yang berjudul Pengembangan LKPD Bergambar yang diawali Peta Konsep Pada Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Untuk SMP/MTsN. Hasil pengembangan LKPD diperoleh data sangat valid dengan nilai rata-rata sebesar 88,07%. Respon guru terhadap LKPD yang dikembangkan dengan kriteria sangat praktis dengan presentase 81,94% dan respon peserta didik terhadap LKPD diperoleh persentase 88,26% kategori sangat praktis. Hal ini menunjukkan bahwa produk LKPD bergambar yang diawali dengan peta konsep pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan untuk SMP/MTsN sangat praktis dan layak digunakan dalam proses pembelajaran.
Kaitannya dengan penelitian ini, karena penulis juga melakukan penelitian pengembangan LKPD berbasis peta konsep untuk menghasilkan sebuah produk LKPD guna membantu peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu juga penulis juga ingin mengetahui respon guru dan peserta didik terhadap LKPD berbasis
peta konsep serta melihat kelayakan LKPD berbasis peta konsep untuk digunakan sebagai bahan ajar proses pembelajaran. Penulis memilih berbasis peta konsep karena dalam pembelajaran menggunakan peta konsep ini menekankan pada pengetahuan awal yang harus dimiliki oleh peserta didik sebagai dasar mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik sehingga peserta didik mampu memahami pembelajaran dengan baik. Namun pada penelitian ini, berbeda dengan penelitian yang dilakukan Sulassri (2013) walaupun sama-sama menggunakan peta konsep sebagai dasar memberikan tugas yang akan dikerjakan oleh peserta didik.
Pengembangan LKPD berbasis peta konsep yang dikembangkan oleh peneliti telah berdasarkan kurikulum 2013 yang berlaku, dimana dalam menggembangkan LKPD haruslah berdasarkan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, dan telah sesuai dengan format desain LKPD itu sendiri, yaitu mencakup: tujuan, pendahuluan, alat dan bahan, langkah kerja, hasil pengamatan dan pembahasan hasil diskusi dan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan peta konsep menekankan pada pengetahuan awal yang harus dimiliki oleh peserta didik sebagai dasar untuk mengbangkan kemampuan berpikir peserta didik (Zaini, 2007:175). Sedangkan LKPD yang dikembangkan oleh Sulassri (2013) dalam proses pembelajaran diawali dengan peta konsep tanpa menekanan pengetahuan awal yang harus dimiliki peserta didik, sehingga memungkinkan peserta didik akan mengalami kesulitan dalam mengerjakan peta konsep yang telah disediakan. Namun dalam pengembangan LKPD yang dilakukan tentu nya memiliki kekurangan dan kelebihan.