• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOALPOLA BILANGAN DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT KELAS VIII SMP NEGERI 26 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOALPOLA BILANGAN DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT KELAS VIII SMP NEGERI 26 MAKASSAR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 5 Nomor 2 November 2020

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN

SOALPOLA BILANGAN DITINJAU DARI ADVERSITY

QUOTIENT KELAS VIII SMP NEGERI 26 MAKASSAR

Tamsil Mufakat1, Muhammad Rizal Usman2

1,2Universitas Muhammadiyah Makassar thamsimufakaat@gmail.com

Abstract: This research aims to find out the difficulty of students solving the

problem of number patterns. The study subjects were taken from the Adversity Quotient poll test. The questionnaire was given to a group studying grade VIII students of SMP Negeri 26 Makassar. Next selected 1 subject each representing categories of climbers, campers, quitters. The subject was then given a diagnosis test to analyze the difficulty of resolving the number pattern. Further interviews were conducted to subjects referring to diagnosis test answers. Based on the results of qualitative descriptive analysis conducted, drawn conclusions: (1) Students solving the question of number patterns in the category of climbers have difficulty learning rows and rows, difficulty understanding the principles of square number patterns and difficulty distinguishing about stories. (2) The difficulty of students in solving the problem of number patterns in the campers category is to learn the concept of using ratios, understand the principles used in solving question number 1, transform the story into mathematical sentences and not be able to distinguish the story. (3) Students in solving the question of number patterns that are in the category of quitters have difficulty learning concepts, difficulty understanding the principle i.e. forgetting the formula used in answering questions and difficulty solving questions of verbal form (skill) Due to the inability to write the information that is in question.

Key Words: climbers, campers, quitters, difficulty solving questions.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan siswa

menyelesaikan soal pola bilangan. Subjek penelitian diambil dari tes angket

Adversity Quotient. Angket tersebut diberikan kepada satu rombongan belajar

siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Makassar. Selanjutnya dipilih 1 subjek yang masing-masing mewakili kategori climbers, campers, quitters. Subjek selanjutnya diberikan tes diagnosis untuk menganalisis kesulitan menyelesaikan soal pola bilangan. Selanjutnya dilakukan wawancara kepada subjek yang mengacu pada jawaban tes diagnosis. Berdasarkan Hasil analisis deskriptif kualitatif yang dilakukan, ditarik kesimpulan: (1) Siswa menyelesaikan soal pola bilangan berkategori climbers memiliki kesulitan mempelajari barisan dan deret, kesulitan memahami prinsip pola bilangan persegi dan kesulitan membedakan soal cerita, (2) Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pola bilangan berkategori campers adalah mempelajari konsep penggunaan rasio, memahami prinsip yang digunakan dalam menyelesaikan soal nomor 1, mentransformasikan soal cerita kedalam kalimat matematika dan tidak mampu membedakan soal cerita, dan (3) Siswa dalam menyelesaikan soal pola bilangan yang berkategoriquittersmemiliki kesulitan mempelajari konsep, kesulitan memahami prinsip yaitu lupa dengan rumus yang digunakan dalam menjawab soal dan kesulitan menyelesaikan soal

(2)

Volume 5 Nomor 2 November 2020

bentuk verbal (skill) Karena ketidakmampuan menuliskan informasi yang ada disoal.

Kata Kunci: climbers, campers, quitters, kesulitan menyelesaikan soal. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Tujuannya sesuai dengan ketetapan yang ada pada Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 Untuk mencapai tujuan

pendidikan nasional diperlukan partisipasi dari semuamasyarakat. Oleh karena itu, bidang pendidikan perlu mendapatkan perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif baik dari pemerintah, keluarga dan pengelola pendidikan khususnya.

Salah satu mata pelajaran yang menjadi prioritas dan perhatian bagi pemerintah saat ini adalah pelajaran matematika.Sudah menjadi rahasia umum dilingkungan sekolah, bagi siswa pelajaran matematika dianggap momok paling menakutkan yang membuat siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Dalam menghadapi soal matematika para siswa dituntut untuk terlebih dahulu melakukan interpretasi terhadap soal yang disuguhkan sebagai landasan dalam menyelesaikan soal tersebut. Selain itu, dalam menyelesaikan soal matematika, siswa juga dituntut untuk menggunakan keterampilan mengaplikasikan konsep-konsep dalam berbagai soal yang berbeda-beda.

Di sisi lain kenyataan menunjukkan bahwa banyak siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan soal. Kesulitan tersebut sangat nampak jika terkait dengan pengajaran yang menuntut siswa menggunakan nalar dan harus membuat kalimat matematika terlebih dahulu tanpa diberikan petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh.

Khasanah dan Sutama (2015) dalam penelitiannya menyimpulkan kecerdasan siswa yang tidak mampu menceritakan kembali maksud soal dengan bahasa sendiri, kurangnya kemampuan siswa dalam mentransformasikan kalimat kedalam model matematika dan kurangnya pemahaman konsep yang diterapkan sehingga siswa sulit menentukan rumus yang digunakan. Siswa juga tidak dapat menggunakan rumus dengan tepat atau terjadi kesalahan mensubstitusikan apa yang diketahui pada rumus mengakibatkan siswa tidak dapat menyelesaikan dengan tepat suatu permasalahan.

Berdasarkan observasi awal peneliti pada pelaksanaan magang 3 tanggal 24 Juli – 15 September 2019 di SMP Negeri 26 Makassar, peneliti menemukan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan sola pola bilangan. Proses pemikiran tinggi untuk menjawab soal termasuk kemampuan berpikir kreatif yang jarang dilatih. Kemampuan dan ciri-ciri kepribadian sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti keluarga dan sekolah.Kedua lingkungan ini dapat

(3)

Volume 5 Nomor 2 November 2020

berfungsi sebagai pendorong dalam pengembangan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Berpikir kreatif sendiri dapat dikaitkan dengan Adversity Quotient (AQ). AQ dikembangkan oleh Paul G. Stoltz seorang konsultan di dunia kerja dan pendidikan berbasis skill. Adversity

Quotient (AQ) dapat diartikan sebagai

ukuran untuk mengetahui respon seseorang dalam menghadapi kesulitan. AQ memberitahu seberapa jauh seseorang mampu bertahan dalam menghadapi kesulitan tersebut. Stoltz mengungkapkan ada tiga kategori dalam Adversity Quotient (AQ) yaitu quitters (orang-orang

yang berhenti), campers (orang-orang yang berkemah), dan climbers (si pendaki).

Berdasarkan karakteristik dari kategori quitters, campers, dan

climberstersebut, Stoltz mengungkapkan

bahwa mereka dengan kategori AQ

climbers memiliki kemampuan berpikir

yang lebih tinggi daripada dua kategori lainnya. Demikian halnya orang dengan kategori AQ camper smemiliki

kemampuan berpikir yang lebih tinggi dari pada orang-orang yang memiliki kategori AQ quitters.

Atas dasar inilah peneliti tertarik untuk mendalami dan melakukan penelitian yang berkaitan dengan masalah di atas.Untuk menganalisis kesulitian siswa dalam menyelesaikan soal pola bilangan jika ditinjau dari Adversity

Quotient.Berdasarkan uraian tersebut

maka penulis berinisiatif melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Pola Bilangan Ditinjau dari

Adversity Quotient Kelas VIII SMP

Negeri 26 Makassar”.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan kesulitan siswa yang memiliki kategori climbers dalam menyelesaikan soal pola bilangan di kelas VIII SMP Negeri 26 Makassar. (2) Deskripsi kesulitan siswa yang berkategori campers dalam menyelesaikan soal pola bilangan di kelas VIII SMP Negeri 26 Makassar. (3) Deskripsi kesulitan siswa yang berkategori quitters dalam menyelesaikan soal pola bilangan di kelas VIII SMP Negeri 26 Makassar.

TINAJAUAN TEORETIS

Berdasarkan Depdiknas Matematika berasal dari akar kata mathema artinya pengetahuan, mathanein artinya berpikir atau belajar. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

Menurut Mardianto bahwa: “Istilah belajar dan pembelajaran berasal dari bahasa Inggris learning dan instruction. Belajar sering diberi batasan yang berbeda-beda tergantung sudut pandangnya, Belajar merupakan suatu proses perubahan kegiatan dan reaksi terhadap lingkungan, Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berikutnya adanya pengalaman”.

Sardiman (2001) menyatakan bahwa faktor penyebab timbulnya kesulitan bagi siswa dalam mempelajari matematika karena karakteristik matematika itu sendiri yakni konsep-kpnsep umumnya bersifat abstrak. Faktor lainyang menyebabkan timbulnya kelemahan dalam pembelajaran matematika adalah kebiasaan hanya

(4)

Volume 5 Nomor 2 November 2020

menerapkan metode ceramah dalam pelaksanaan belajar serta kurangnya kemampuan guru untuk menghadirkan pendekatan belajar yang tepat untuk memotivasi siswa serta melibatkannya dalam proses pembelajaran.

Menurut Utami (Nurjannah dkk, 2018) jenis-jenis kesulitan belajar matematika meliputi : (1) Kesulitan penggunaan konsep, indikator kesulitan penggunaan konsep adalah siswa mampu menandai, mengungkapkan dengan kata-kata dan mengidentifikasi konsep serta mengungkapkan model ; (2) Kesulitan penggunaan prinsip, indikator kesulitan penggunaan prinsip adalah siswa mampu memberikan alasan pada langkah-langkah penggunaan prinsip, menggeneralisasi prisip yang benar dan memodifikasi suatu prinsip ; (3) kesulitan dalam mengungkapkan informasi ; dan (4) kesulitan berhitung.

Kesulitan dalam menggunakan konsep misalkan siswa lupa nama singkatan atau nama teknik suatu objek, ketidakmampuan mengingat satu atau lebih syarat cukup dan sebagainya. Hal tersebut menyebabkan siswa kesulitan dalam menggunakan prinsip sebagai butir pengetahuan baru. Sedangkan kesulitan dalam menyelesaikan masalah verbal yaitu misalnya kesulitan pada proses menggunakan operasi dasar dalam penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

Berdasarkan beberapa indikator kesulitan menyelesaikan soal matematika di atas, peneliti mengambil suatu kesimpulan bahwa penelitian ini akan dianalisis berdasarkan : (1) kesulitan mempelajari konsep, indikatornya adalah kemampuan menyatakan ulang sebuah

konsep dan kemampuan memberikan contoh dan bukan contoh ; (2) kesulitan memahami prinsip, indikatornya adalah kesulitan dalam menerapkan prinsip berupa aksioma/postulat, teorema, dan sifat ; (3) kesulitan menyelesaikan bentuk verbal (skill), indikatornya adalah kemampuan mengubah soal cerita menjadi model matematika dan mampu menggunakan operasi dasar dalam penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

Istilah adversity quotient diambil dari konsep yang dikembangkan oleh Paul G. Stoltz, Ph.D, presiden PEAK Learning, Inc. Adversity dalam kamus bahasa Inggris berarti kesengsaraan dan kemalangan, sedangkan quotient diartikan sebagai kemampuan atau kecerdasan.

Adversity quotient merupakan

kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengamati kesulitan dan mengolah kesulitan tersebut dengan kecerdasan yang dimiliki sehingga menjadi sebuah tantangan untuk diselesaikan (Stoltz, 2000).

Stoltz (2000) mengelompokkan individu berdasarkan daya juangnya menjadi tiga: quitters, campers, dan

climbers. Penggunaan istilah ini dari kisah

pendaki Everest, ada pendaki yang menyerah sebelum pendakian, merasa puas sampai pada ketinggian tertentu, dan mendaki terus hingga puncak tertinggi. Kemudian Stoltz menyatakan bahwa orang yang menyerah disebut quitters, orang yang merasa puas pada pencapaian tertentu sebagai campers, dan seseorang yang terus ingin meraih kesuksesan disebut sebagai climbers.

(5)

Volume 5 Nomor 2 November 2020

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi pola bilangan kelas VIII.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Subjek penelitian ini diambil dari satu rombongan belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Makassar. Subjek dipilih berdasarkan kriteria dalam tes angket

Adversity Quotient. Peneliti mengambil 3

siswa sebagai subjek penelitian, masing-masing mewakili; (a) siswa quitter (siswa yang memiliki adversity quotient rendah), (b) siswa camper (siswa yang memiliki

adversity quotient sedang), dan (c) siswa climber (siswa yang memiliki adversity quotient tinggi).

Dalam penelitian ini, instrument yang digunakan adalah Instrumen angket

Adversity Quotient, Instrumen Kesulitan

Menyelesaikan Soal berupa tes diagnosis, dan Instrumen Pedoman Wawancara.

Data adversity quotient diperoleh dari tes kuesioner (angket). Peneliti menggunakan angket untuk mengambil data/informasi tentang pengklasifikasian subjek climbers, camper dan quitters yang digunakan dalam penelitian. Dalam pengumpulan data Adversity Quotient ini tujuannya untuk menentukan subjek penelitian. pelaksanaan tes kuesioner ini dilakukan dengan bantuan google formulir dengan link dari google formulir tersebut dibagikan kepada masing-masing siswa

untuk di jawab sesuai dengan kondisi apa adanya yang mereka rasakan dan alami.

Data kesulitan mengerjakan soal didapatkan dari tes diagnosis berupa soal

essay.Tes ini hanya dikerjakan oleh subjek

yang sudah dipilih oleh peneliti berdasarkan kesesuaian data angket

adversity quotient dengan waktu yang

ditentukan. Tes ini terdiri dari 6 butir soal yang memuat materi pola bilangan dimana dalampengerjaannya siswa tidak boleh bekerjasama dan diskusi dengan temannya karena tes ini berhubungan dengan intelektual dan emosional masing-masing siswa.

Wawancara dilakukan untuk mengetahui secara mendalam kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Pengumpulan data dilakukam meminta siswa untuk menyampaikan secara lisan apa yang dipikirkan selama proses penyelesaian soal tes diagnosis. Sedangkan wawancara tersebut digunakan untuk mengetahui lebih dalam tentang kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pola bilangan berdasar tes yang sudah dikerjakan.

Analisis data dilakukan untuk menelaah seluruh data yang telah diperoleh selama penelitian agar data tersebut dapat memberikan informasi yang diperlukan guna menjawab rumusan masalah. Metode analisis pada penelitian ini adalah Analisis data angket, analisis tes diagnosis, dan analisis data hasil wawancara.

Analisis data angket dilakukan untuk mengetahui tingkat adversity quotient siswa.Penentuannya diambil dari jumlah skor yang diperoleh siswa.Siswa yang termasuk dalam kategori Quitter

(6)

Volume 5 Nomor 2 November 2020

dengan perolehan skor 100 kebawah.Siswa yang termasuk dalam kategori Camper (adversity quotient sedang) ditandai dengan perolehan skor 100-134.Sedangkan siswa yang termasuk dalam kategori Climber (adversity

quotient tinggi) ditandai dengan perolehan

skor 135-200.

Data yang diperoleh dari instrumen tes diagnosis masih berupa data mentah yang penggunaannya masih sangat terbatas.. Adapun analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data deskriptif. Pengolahan data secara deskriptif bermaksud untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat generalisasi.

Data hasil wawancara diolah dan dianalisis secara deskriptif.Temuan-temuan hasil wawancara diuraikan secara sistematis guna menjawab permasalahan dalam penelitian.Analisis hasil wawancara ini diharapkan dapat menambah dan memperkuat bukti-bukti kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pola bilangan.Tahapan dalam melakukan analisis terhadap hasil wawancara adalah reduksi data dan penyajian data.

Penarikan kesimpulan pada penelitian ini dilakukan dengan membandingkan seluruh hasil tes siswa serta wawancara mendalam yang dilakukan.Penarikan kesimpulan dilakukan untuk menjawab dan mengetahui kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pola bilangan ditinjau dari adversity quotient.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 26 Makassar.Pengambilan data angket adversity quotient menggunakan bantuan google formulir dengan jumlah 34 siswa. Dalam pemilihan subjek penelitian dilihat dari kategori Adversity

Quotient. Pemilihannya juga dilakukan

dengan pertimbangan guru matematika dengan memperhatikan siswa yang memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang ditulis dan yang dipikirkannya. Selain alasan tersebut, ketiga subjek penelitian juga bersedia mengikuti seluruh proses penelitian yang akan dilaksanakan. Sehingga peneliti lebih mudah dalam menganalisis kesulitan yang dialami masing-masing subjek tersebut. Subjek penelitian terpilih disajikan pada tabel 1 sebagai berikut :

Tabel 1

Subjek Penelitian Terpilih Kategori

Adversity Quotient Siswa

Climbers FA

Campers NRD

Quitters AS

Dari tiga subjek tersebut akan diberikan soal diagnosis berupa soal pola bilangan. Hasil pekerjaan subjek pun dijadikan

pedoman untuk melakukan wawancara tentang kesulitan menyelesaikan soal dari

(7)

Volume 5 Nomor 2 November 2020

masing-masing subjek. Kemudian ditarik sebuah kesimpulan.

Hasil analisis dan pembahasan dapat disajikan sebagai berikut:

1. Kesulitan Mempelajari Konsep Siswa yang Berkategori Climber

Berdasarkan hasil tes subjek berkategori climbers dengan kode nama FA tentang kesulitan dalam mempelajari konsep serta wawancara yang telah dilakukan diperoleh bahwa dalam pengerjaan soal nomor 2 subjek tidak memahami dengan baik konsep dari barisan dan deret pada materi pola bilangan.

Subjek climbers tidak dapat menyampaikan apa yang dimaksud dengan barisan dan deret geometri serta barisan dan deret aritmatika. Hal ini dibuktikan dengan wawancara yang telah dilakukan.Subjek tidak dapat memberikan jawaban mengapa iya menggunakan rumus barisan aritmatika. Akibatnya dalam menjawab soal, ia hanya menjawab sesuai petunjuk yang ada dalam soal tanpa mengetahui konsep dari soal itu sendiri. Dengan tidak mengetahui konsep dari barisan dan deret subjek kemungkinan tidak dapat menyelesaikan soal pola bilangan jika dalam soal tidak memberikan informasi tentang rumus yang akan digunakan.

2. Kesulitan Memahami Prinsip Siswa yang Berkategori Climbers

Berdasarkan hasil tes subjek berkategori climbers dengan kode nama FA tentang kesulitan dalam memahami prinsip serta wawancara yang telah dilakukan diperoleh bahwa dalam pengerjaan soal nomor 1 subjek mengalami kesulitan dalam memahami prinsip yang digunakan dalam menjawab

soal. Ia lupa dengan rumus pola bilangan persegi yang telah dipelajari sebelumnya.

Walaupun subjek mengalami kesulitan dalam memahami prinsip ia tidak kehilangan akal. Terbukti dari jawaban yang diberikan, subjek menggunakan analisisnya dalam memahami pola yang ada pada soal sehingga subjek memberikan jawaban yang benar walaupun tidak menggunakan rumus dari pola bilangan persegi.

3. Kesulitan Menyelesaikan Soal Bentuk Verbal (Skill) Siswa yang Berkategori Climbers

Berdasarkan hasil tes subjek berkategori climbers dengan kode nama FA tentang kesulitan dalam menyelesaikan soal bentuk verbal (skill) serta wawancara yang telah dilakukan diperoleh bahwa dalam pengerjaan soal nomor 6 subjek telah mampu menjabarkan apa yang diketahui dalam soal tetapi tidak mengetahui dengan baik rumus yang dapat diterapkan dalam menyelesaikan soal tersebut. Kesulitannya terletak pada menginterpretasi apa yang ditanyakan dalam soal sehingga yang seharusnya menggunakan barisan subjek malah menggunakan deret. Ini diakibatkan karena subjek climbers diketahui tidak memahami konsep dari barisan dan deret itu sendiri. Subjek kesulitan menginterpretasikan apa yang sebenarnya ditanyakan dalam soal.

4. Kesulitan Mempelajari Konsep Siswa yang Berkategori Campers

Berdasarkan hasil tes subjek berkategori campers dengan kode nama NRD tentang kesulitan dalam mempelajari konsep serta wawancara yang telah dilakukan diperoleh bahwa dalam pengerjaan soal nomor 4 subjek memiliki

(8)

Volume 5 Nomor 2 November 2020

kesulitan dalam menerapkan konsep dari r

– 1 dan 1 – r. dalam menjawab subjek

menggunakan r – 1 yang kebetulan jawaban itu benar tetapi iya tidak dapat menjelaskan mengapa ia menggunakan r –

1 dibandingkan 1 – r. Hal ini

membuktikan bahwa subjek kesulitan dalam mempelajari konsep dari penggunaan rasio.

5. Kesulitan Memahami Prinsip Siswa yang Berkategori Campers

Berdasarkan hasil tes subjek berkategori campers dengan kode nama NRD tentang kesulitan dalam memahami prinsip serta wawancara yang telah dilakukan diperoleh bahwa dalam pengerjaan soal nomor 1 subjek tidak tepat dalam menggunakan prinsip. Dalam menjawab soal seharusnya digunakan rumus pola bilangan persegi namun subjek menggunakan rumus barisan aritmatika. Subjek kesulitan dalam memahami prinsip yang digunakan dalam menjawab soal.

Hal ini dibuktikan ketika subjek diberikan gambaran mengenai pola bilangan persegi, ia bisa menjawab bahwa rumus yang digunakan adalah pola bilangan persegi. Walaupun dalam wawancara subjek dapat menjawab rumus yang dapat digunakan adalah pola bilangan persegi, namun ia juga lupa dengan isi dari rumus tersebut.

6. Kesulitan Menyelesaikan Soal Bentuk Verbal (Skill) Siswa yang Berkategori Campers

Berdasarkan hasil tes subjek berkategori campers dengan kode nama NRD tentang kesulitan dalam menyelesaikan soal bentuk verbal (skill) serta wawancara yang telah dilakukan diperoleh bahwa dalam pengerjaan soal

nomor 6 mengalami kesulitan dalam mengubah soal cerita kedalam bentuk persamaan matematika. Subjek hanya mampu menuliskan suku pertama dari soal tersebut. Sementara informasi lainnya yang ada dalam soal tidak dapat diketahui dengan baik.

Subjek campersjuga kesulitan dalam membedakan soal cerita dari barisan dan deret. Hal ini tergambarkan dari ketidak mampuan subjek menentukan rumus yang dapat ddigunakan dalam menjawab soal tersebut.

7. Kesulitan Mempelajari Konsep Siswa yang Berkategori Quitters

Berdasarkan hasil tes subjek berkategori quitters dengan kode nama AS tentang kesulitan dalam mempelajari konsep serta wawancara yang telah dilaksanakan diperoleh bahwa dalam pengerjaan soal nomor 2 subjek telah mampu menyelesaikan soal dengan baik dan benar akan tetapi setelah dilakukan wawancara, ditemukan bahwa subjek tersebut memiliki kesulitan dalam mempelajari konsep dari aritmatika dan geometri. Konsep dari aritmatika dan geometri yang diketahui hanyalah sebatas penggunaan beda (b) dan rasio (r).

Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa subjek menggunakan rumus barisan aritmatika tetapi tidak mengetahui mengapa rumus itu yang digunakan.subjek menggunakan rumus tersebut karena melihat informasi barisan aritmatika di dalam soal. Ini berarti bahwa ada kemungkinan subjek tidak dapat menjawab soal dengan baik dan benar jika informasi di dalam soal tidak menyebutkan hal tersebut.

(9)

Volume 5 Nomor 2 November 2020 8. Kesulitan Memahami Prinsip Siswa

yang Berkategori Quitters

Berdasarkan hasil tes subjek berkategori quitters dengan kode nama AS tentang kesulitan dalam memahami prinsip serta wawancara yang telah dilaksanakan diperoleh bahwa dalam pengerjaan soal nomor 3 subjek berkategori quitter tidak menuliskan jawaban sama sekali namun sebenarnya subjek tersebut mengetahui dengan baik apa yang diketahui di dalam soal dan apa yang ditanyakan. Subjek memilih untuk tidak menuliskan semuanya dikarenakan ia lupa dengan rumus dari deret geometri. Rumus yang sebelumnya telah diketahui menjadi lupa karena banyak rumus lain yang harus dikuasai.

9. Kesulitan Menyelesaikan Soal Bentuk Verbal (Skill) Siswa yang Berkategori Quitters

Berdasarkan hasil tes subjek berkategori quitters dengan kode nama AS tentang kesulitan dalam memahami prinsip serta wawancara yang telah dilaksanakan diperoleh bahwa dalam pengerjaan soal nomor 6 subjek berkategori quitters juga tidak menuliskan jawaban apapun dalam menjawab soal tersebut. Sehingga dalam menyelesaikan soal cerita subjek quitter jelas memiliki kesulitan dalam menjawabnya. Untuk mendapatkan informasi yang jelas maka dilakukan wawancara untuk menggali fakta tentang kesulitan tersebut.

Dari wawancara yang dilakukan ditemukan bahwa subjek quitters kesulitan dalam mengerjakan soal bentuk verbal (skill) dikarenakan tidak mampu menuliskan apa yang diketahui di soal dan merubahnya kedalam kalimat matematika. Dengan demikian jelas bahwa subjek juga

tidak mampu membedakan jenis dari soal cerita.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Deskripsi kesulitan siswa yang berkategori climbers dalam menyelesaikan soal pola bilangan di kelas VIII SMP Negeri 26 Makassar adalah (a) Kesulitan dalam mempelajari barisan dan deret. (b) kesulitan dalam memahami prinsip dari pola bilangan persegi. (c) Kesulitan dalam membedakan soal-soal cerita dari materi pola bilangan.

Deskripsi kesulitan siswa yang berkategori campers dalam menyelesaikan soal pola bilangan di kelas VIII SMP Negeri 26 Makassar adalah (a) Subjek kesulitan dalam mempelajari konsep penggunaan rasio. (b) kesulitan dalam memahami prinsip yang digunakan dalam menyelesaikan soal nomor 1. (c) kesulitan dalam mentransformasikan soal cerita kedalam kalimat matematika dan tidak mampu membedakan soal cerita dari barisan dan deret aritmatika.

Deskripsi kesulitan siswa yang berkategori quitters dalam menyelesaikan soal pola bilangan di kelas VIII SMP Negeri 26 Makassar. (a) kesulitan dalam mempelajari konsep dikarenakan pemahaman tentang konsep dari aritmatika dan geometri yang masih kurang. (b) kesulitan dalam memahami prinsip yang sama dengan subjek lainnya yaitu lupa dengan rumus yang dapat digunakan dalam menjawab soal.(c) Subjek berkategori quitters mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal bentuk verbal (skill). Ini terjadi karena ketidakmampuan menuliskan informasi yang ada di soal kedalam kalimat

(10)

Volume 5 Nomor 2 November 2020

matematika sehingga subjek juga kesulitan untuk membedakan jenis dari soal cerita yang ditanyakan.

Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas dapat memberikan gambaran bahwa terdapat kesulitan yang masih dimilili oleh siswa dalam menyelesaikan soal pola bilangan. Oleh sebab itu sebaiknya Guru mata pelajaran untuk lebih mengutamakan pemahaman

mempelajari konsep dari materi pola bilangan sehingga pembelajaran bisa lebih bermakna.

Disarankan pula kepada siswa lebih memiliki kesadaran sendiri untuk belajar dan meningkatkan kemampuan siswa. Tidak hanya menggunakan metode hapalan, tetapi yang lebih penting adalah kemampuan mempelajari konsep dari sebuah materi.

DAFTAR PUSTAKA

Khasanah, Umi & Sutama. (2015).

“Kesulitan menyelesaikan soal

cerita Matematika pada Siswa SMP”. Makalah Disajikan dalam

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika.UMS: 79-89.

M. Ali Hamzah & Muhlisrarini, (2014).

Perencanaan dan Strategi

Pembelajaran Matematika, Jakarta:

PT. Raja Grafindo.

Mardianto. (2012). Psikologi Pendidikan, Medan: Perdana Publishing.

Muhibbin, S. (2010). Psikologi

Pendidikan dengan Pendekatan

Baru.Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Nurjannah, Siti dkk. (2018). Analisis

Kesulitan Siswa dalam

Menyelesaikan Soal-Soal Program Linear pada Siswa Kelas X TKJ

PIRI 2 Yokyakarta.Makalah

disajikan dalam seminar Nasional Pendidikan Matematika Etnomatnesia, Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, 9 Desember. (Online) (http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.ph p/etnomatnesia/index)

Rahmawati, Tri Suci. (2018). Penyebab

Kesulitan Belajar Matematika,

(Online), (https://www.kompasiana.com /trisucirahmawati/5acce2b2caf 7db09eb3c3802/penyebab-kesulitan-belajar-matematika, diakses 17 februari 2020). Sardiman. (2001). Interaksi dan Motivasi

Belajar-Mengajar. Jakarta:

Rajawali Press.

Sari, Nur Indha P., Subanji.& Erry, H. (2017). Diagnosis Kesalahan Penalaran Matematis Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Pola Bilangan. Jurnal Kajian

Pembelajaran Matematika. 2

(2) : 64-69

Stoltz.G Poul. (2000). Adversity Quotient. Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta: Grasindo. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian

Pendidikan: Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Supriyo, Titin. (2012). Studi Kasus

Bimbingan dan Konseling.

Semarang: CV. Niew Setapak. Winda Sari Nidia & Nissia Dzimar

Sabrina. (2020). Upaya

(11)

Kesulitan-Volume 5 Nomor 2 November 2020 Kesulitan Siswa pada Materi

Aljabar Melalui Model

Pembelajaran Inquiri. (Online) (https://scholar.google.com/cit ations?hl=en&view_op=list_w orks&gmla=AJsN- F7oVF79dpwgYHx- wlNXjGtukdum4B9d- FXlMk_6Hr- fx6dL5vo4e76OpzMr8-eSpoAAw7qhxUmIlJyKP8Uw PFWUBnbKKNOncgSCvvdF QzKc9uemoDKnE6PnYybEIt 5T8JViTpo5UZ0YkUN10tCV X3y15AMxCw&user=ozNE Ws0AAAAJ, diakses 20 juli 2020)

Referensi

Dokumen terkait

BAB III PROSES PEMBELAJARAN MUSIK MELALUI DRAMA MUSIKAL DOMBA YANG HILANG PADA SANGGAR ANAK PELANGI BEDONO………..…...…

Seperti yang diketahui bahwa rangkaian basis bersama (common base) memiliki input pada kaki emitor dan output pada kaki kolektor, maka rumus untuk penguatan arus, tegangan dan

Dalam penyusunan Rencana Strategis Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lamandau, diharapkan sebagai acuan bagi pimpinan / pejabat di jajaran

[r]

Adapun tujuan peneliitian yang peulis lakukan adalah untuk mendapatkan informasi apakah ada perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen yang diterapkan dan kelas kontrol yang

Apakah lokasi yang anda gunakan untuk budidaya rumput laut tepat sasaran untuk pengelolaan budidaya rumput laut?. Apakah para petani sering memperhatikan lokasi rumput

4.7 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sudut pusat, sudut keliling, panjang busur, dan luas juring lingkaran serta