• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN KEMAJUAN TERMIN 1

JUDUL KEGIATAN

PENGEMBANGAN ALSINTAN PENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI

DAN KUALITAS HASIL KENTANG

PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN

BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2 0 1 2

(2)

2

Laporan Kemajuan Termin I

Judul Kegiatan

Pengembangan Alsintan Pendukung Peningkatan Produksi dan

Kualitas Hasil Kentang

PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN

Fokus Bidang Prioritas : Ketahanan Pangan

Kode Produk Target : 1.05.01

Kode Kegiatan : 1.06.01

(3)

3

Ringkasan

Kentang merupakan komoditas strategis untuk dikembangkan. Produksi kentang dari tahun 1997 meningkat dari 813 ribu ton per tahun (13,38 ton/ha) menjadi lebih dari 1 juta ton (16,5 ton/ha) pada tahun 2009 dengan luas area mencapai lebih dari 71 ribu hektar. Untuk menunjang program pemerintah yaitu diversifikasi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan, maka kendala utama dalam memproduksi kentang adalah tenaga kerja untuk budidaya kentang dari tahun ke tahun semakin langka dan mahal. Oleh karena itu diperlukan terobosan dengan memasukkan teknologi mekanisasi yang tepat guna. Upaya tersebut sangat diperlukan oleh para petani kentang agar kesulitan tenaga tersebut dapat segera diatasi, yaitu dengan mengembangkan alat mesin pertanian (alsintan) pendukung yang tepat guna dan mudah untuk diterapkan kepada petani maupun kelompok tani agar usahatani kentang dapat lebih efisien. Mesin tanam, panen dan grading kentang sudah dikembangkan di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. Untuk pengembangan lebih lanjut di suatu lokasi, perlu melakukan uji adaptasi di suatu wilayah tersebut pada tingkat kelompok tani atau perusahaan swasta. Dengan mengakomodasi berbagai faktor: (1) faktor teknis seperti faktor lahan, jenis tanah dan cara bercocok tanam (2) Faktor non teknis: penerimaan pemangku kepentingan terhadap introduksi teknologi baru dan dukungan pada upaya peningkatan produktivitas. Metode pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: koordinasi dengan pemangku kepentingan,

baseline survey, seleksi teknologi, sosialisasi, persiapan alsintan yang akan

dikembangkan, membuat demplot, monitoring dan evaluasi, analisis teknis dan eknomis, serta pelaporan

(4)

4 PRAKATA

Syukur kehadirat Allah S.W.T atas ijinnya kegiatan: Pengembangan Alsintan Pendukung Peningkatan Produksi Dan Kualitas Hasil Kentang, dapat dilakukan sampai selesainya penyusunan Laporan Termin Pertama.

Laporan ini meliputi pendahuluan, metodologi, hasil dan pembahasan (sementara), dan kesimpulan (sementara). Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kami sangat terbuka apabila ada kritik dan saran sebagai masukan-masukan yang membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan kegiatan penelitian ini.

Kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam kegiatan ini, baik berupa tenaga maupun pikiran kami ucapkan terima kasih.

Serpong, Mei 2012 Tim Kegiatan

(5)

5 DAFTAR ISI Halaman PRAKATA ... 4 DAFTAR ISI ... 5 DAFTAR GAMBAR ... 6 DAFTAR TABEL ... 7 I. PENDAHULUAN ... 8 1.1. Latar Belakang ... 8 1.2. Pokok Permasalahan ... 10

1.2.1. Mesin Penanam Kentang ... 10

1.2.2. Mesin Pemanen Kentang ... 12

1.2.3. Mesin Sortasi (Grading) Kentang ... 13

1.3. Metodologi Pelaksanaan ... 14

1.3.1. Lokus Kegiatan ... 14

1.3.2. Fokus Kegiatan ... 14

1.3.3. Bentuk Kegiatan / Tahapan Pelaksanaan Kegiatan ... 14

II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN ... 16

2.1. Pengelolaan Administrasi Manajerial ... 16

2.1.1. Perencanaan Anggaran ... 16

2.1.2. Pengelolaan Anggaran... 17

2.2. Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja ... 17

2.2.1. Kerangka Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja ... 17

2.2.2. Indikator Keberhasilan Pencapaian Target Kinerja ... 18

2.2.3. Perkembangan Pencapaian Target Kinerja ... 18

2.3. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program ... 18

2.3.1. Kerangka Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program ... 18

2.3.2. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program ... 19

2.3.3. Perkembangan Sinergi Koordinasi Kelembagaan - Program ... 19

2.4. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa ... 20

2.4.1. Strategi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa ... 20

2.4.2. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa ... 20

2.4.3. Perkembangan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa ... 20

III. RENCANA TINDAK LANJUT ... 21

3.1. Rencana Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja ... 21

3.2. Rencana Koordinasi Kelembagaan – Program ... 21

3.3. Rencana Pemanfaatan Hasil Litbangyasa ... 21

3.4. Rencana Pengembangan ke Depan ... 21

(6)

6

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Implement Mesin Penanam Kentang ... 11

Gambar 2. Sketsa konveyor mangkuk pembawa ... 11

Gambar 3. Sketsa implement penanam kentang dengan Traktor Roda Dua... 11

Gambar 4. Sketsa Mesin Pemanen Umbi Kentang ... 12

Gambar 5. Implemen Pemanen Umbi Kentang ... 13

Gambar 6. Mesin sortasi kentang kapasitas 250 – 500 kg/jam ... 14

Gambar 7. Diagram alir rancangan kegiatan ... 15

(7)

7

DAFTAR TABEL

Halaman

(8)

8

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya memungkinkan pengembangan berbagai jenis tanaman baik tanaman hortikultura tropis maupun hortikultura subtropis, yang mencakup 323 jenis komoditas, yang terdiri dari 60 jenis komoditas buah-buahan, 80 jenis komoditas sayuran, 66 jenis komoditas biofarmaka dan 117 jenis komoditas tanaman hias. Kentang mempunyai prospek yang sangat cerah untuk terus dikembangkan karena mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, dimana peluang pasar masih terbuka lebar baik untuk pasar domestik maupun untuk pasar luar negeri (Dimyati, 2003. Fuglie, 2005; Ditjen Hortikultura, 2008).

Kentang merupakan salah satu jenis tanaman umbi yang mempunyai kandungan gizi cukup tinggi, namun membutuhkan hamparan lahan lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman lainnya. Pada basis bobot segar, kentang memiliki kandungan protein tertinggi dibandingkan dengan ubi-ubian dan umbi-umbian lainnya. Kandungan protein tersebut berkualitas tinggi, dengan dicirikan oleh pola asam amino yang cocok dengan kebutuhan manusia. Sebutir kentang ukuran medium mengandung sekitar setengah vitamin C dan seperlima kalium dari rekomendasi serapan asupan harian. Hal ini menunjukkan bahwa kentang memiliki potensi dan prospek yang baik untuk mendukung program diversifikasi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan (Adiyoga, et al., 1999; van de Fliert, et al., 2010).

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran penting di Indonesia. Produksi kentang telah berkembang dengan pesat selama dekade terakhir dan Indonesia telah menjadi negara penghasil kentang terbesar di Asia Tenggara. Antara periode 1997-2009, produksi kentang di Indonesia meningkat rata-rata sebesar 4 persen per tahun. Produksi total tahunan meningkat dari sekitar 813 ribu ton pada tahun 1997 menjadi lebih dari 1 juta ton pada tahun 2009. Luas area kentang pada tahun 2009 mencapai lebih dari 71 ribu hektar. Hasil kentang per hektar juga meningkat dari sekitar 13.38 ton per ha pada awal tahun 2000 an, menjadi 16.5 ton per ha pada tahun 2009. Berkaitan erat dengan tingkat adaptabilitasnya, pertanaman kentang di Indonesia tersebar terutama di daerah dataran tinggi. Tiga sentra produksi

(9)

9

kentang utama di Indonesia menurut data statistik 2009 berturut-turut adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Ketiga sentra produksi tersebut rata-rata menyumbang 61 % dari total areal panen dan 80% dari produksi total setiap tahun. Kelompok sentra berikutnya adalah Sulawesi Utara, Sumatera Utara, Jambi, dan Sulawesi Selatan yang memberikan kontribusi 21% dari total areal panen dan 19% dari total produksi (Anonim, 2009). Walaupun dikembangkan pada agroekosistem yang relatif sama, produktivitas yang dicapai oleh setiap propinsi ternyata cukup beragam. Hal ini mengindikasikan adanya perbedaan intensitas pengelolaan antar sentra produksi yang tercermin dari perbedaan kualitas dan/atau kuantitas masukan yang digunakan. Produksi dan produktivitas di sentra produksi masih mungkin ditingkatkan menjadi 20 - 30 ton/ ha melalui penggunaan benih bermutu varietas unggul, penerapan budidaya yang baik dengan mengacu panduan GAP/SOP (Rasmikayati and Nurasiyah, 2004; Fuglie, et al., 2005; Natawidjaja, et al., 2007).

Dalam usahatani kentang masih ditemui beberapa kendala seperti varietas, benih, cara budidayanya, termasuk teknik pengendalian hama dan penyakit serta perlakuan pasca panennya. Selain hal tersebut, beberapa kendala yang juga harus mendapat perhatian adalah kelangkaan tenaga kerja dan waktu penanaman yang relatif singkat (pada akhir musim hujan atau April - Juni untuk lahan tanpa pengairan). Dalam produksi sayuran, hal ini merupakan faktor yang sangat menentukan. Oleh karena itu, diperlukan mesin penanam kentang untuk meningkatkan efisiensi waktu, penggunaan bibit, tenaga kerja sehingga dapat menekan biaya penanaman. Selain itu, karena kentang mudah rusak maka pekerjaan grading disarankan sesegera mungkin agar tahapan penanganan kentang dapat dilakukan dengan baik. Kegiatan pengembangan alsintan ini diharapkan dapat mendukung program pengembangan kawasan berbasis hortikultura dan dapat menciptakan lapangan kerja bagi petani (Horton, 1987; Campilan, 2008).

Ruang Lingkup kegiatan untuk tahun 2012 adalah kegiatan pengembangan alsintan pendukung untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil kentang. Secara umum kegiatan perekayasaan melalui tahapan pengembangan, yaitu: kegiatan baseline survey (survei lapang, studi literatur, konsultasi), evaluasi mesin serupa yang telah ada di lapangan), menentukan parameter yang akan diukur, analisis teknis, pengujian prototipe (fungsional dan lapang), dan evaluasi baik teknis maupun ekonomis, serta pelaporan.

(10)

10 1.2. Pokok Permasalahan

Kentang merupakan komoditas tanaman umbi yang strategis, karena mempunyai kandungan gizi cukup tinggi, nilai ekonomis yang cukup tinggi dan prospek pasar yang masih terbuka (baik domistik maupun luar negeri) dan sangat cerah untuk dikembangkan. Produksi total tahun 1997 meningkat dari 813 ribu ton per tahun (13,38 ton/ha) menjadi lebih dari 1 juta ton (16,5 ton/ha) pada tahun 2009 dengan luas area mencapai lebih dari 71 ribu hektar. Untuk menunjang program pemerintah dalam rangka diversifikasi pangan dan mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan, maka kendala utamanya dalam memproduksi kentang adalah tenaga kerja untuk budidaya kentang yang semakin langka dan mahal, waktu tanam dan sortasi (grading) relatif singkat (pada akhir musim hujan atau April – Juni untuk lahan tanpa pengairan).

Faktor yang sangat menentukan dalam produksi kentang adalah penggunaan bibit dan tenaga kerja. Tingginya biaya dan banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usahatani kentang secara manual pada lahan kering baik di dataran rendah maupun tinggi, mengakibatkan biaya usahatani menjadi mahal. Mahalnya biaya usaha tani tersebut berakibat pada rendahnya keuntungan yang diperoleh petani, sehingga petani kurang berminat untuk berusahatani kentang. Oleh karena itu, diperlukan upaya terobosan untuk mengurangi biaya yang mahal tersebut dengan menggunakan mesin penanam dan pemanen kentang untuk meningkatkan efisiensi waktu, sehingga dapat menekan biaya produksi kentang.

Selain itu, karena kentang mudah rusak, maka pekerjaan pemanenan dan sortasi (grading) disarankan sesegera mungkin agar tahapan penanganan kentang dapat dilakukan dengan baik. Kegiatan pengembangan alsintan (penanam, pemanen dan sotasi) ini diharapkan dapat mendukung program pengembangan kawasan berbasis hortikultura dan dapat menciptakan lapangan kerja bagi petani.

1.2.1. Mesin Penanam Kentang

Penggunaan mesin tanam bibit kentang untuk usahatani tersebut diharapkan dapat mengurangi biaya penanaman umbi kentang, sehingga biaya usahatani kentang menjadi lebih murah. Pengembangan mesin penanam kentang ini mempertimbangkan faktor kondisi lahan usahatani, dimana luas kepemilikan lahan petani kentang rata-rata adalah sempit dan terletak di lereng-lereng. Oleh karena itu penggunaan tenaga penggerak implemen penanam adalah traktor roda dua dengan motor penggerak

(11)

11

(engine) berbahan baku minyak diesel dengan daya 8,5 - 11 HP dan mampu melakukan penanaman dengan kapasitas kerja sebesar 8 jam/ ha.

Implemen penanam kentang yang digunakan adalah tipe bucket conveyor, tujuannya untuk menjamin bahwa bibit kentang yang akan terangkut dan yang akan ditanam dapat dilakukan dengan satu per satu tiap lubang dengan jarak tanam dalam baris 30 – 34 cm dan jarak tanam antar baris 70 - 75 cm atau disingkat jarak tanam 30 x 70 cm. Alat tanam tersebut dibuat sederhana, mudah digunakan dan dirawat serta murah, sehingga implemen tersebut diharapkan dapat dimiliki oleh petani perorangan/kelompok, sehingga dapat diharapkan memberikan nilai tambah bagi pemiliknya/penyewa.

Gambar 1 Implement Mesin Penanam Kentang

Gambar 2. Sketsa konveyor mangkuk pembawa

Gambar 3. Sketsa implement penanam kentang dengan Traktor Roda Dua

1 7 1. Hopper 2 3 4 5 6 5. Sprocket - rantai 2. Pengatur pengumpanan 3. Mangkuk pembawa

6. Pembuat alur tanam 7. Roda pemutar elevator

8

(12)

12 1.2.2. Mesin Pemanen Kentang

Penggunaan mesin pemanen sangat diharapkan pada usahatani kentang, karena waktu pemanenan ingin dipersingkat agar persiapan pengolahan tanah sampai penanaman kentang berikutnya mempunyai waktu cukup dan mampu mengurangi biaya panen kentang menjadi lebih murah. Pengembangan mesin pemanen kentang telah memperhatikan faktor kondisi lahan (spesifik lokasi) yang akan ditempatkan, seperti lahan didataran tinggi banyak batu – batau kecil yang dapat merusak umbi kentang dan mempertimbangkan faktor usahatani, seperti luasan kepemilikan lahan sempit dan berlereng-lereng sehingga penggunaan traktor tangan (traktor roda dua) dengan tenaga penggerak daya 11 HP adalah tepat menjadi pilihan untuk penggerak implemen pemanen kentang (Gambar 2a dan 2b). Disamping itu, konstruksi dibuat sederhana, mudah dioperasikan dan ringan dengan harga implemen dibuat terjangkau untuk petani perorangan maupun kelompok tani. Sehingga diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan nilai tambah usahatani yang wajar dibandingkan dengan cara manual atau dicangkul.

(13)

13

Gambar 5. Implemen Pemanen Umbi Kentang

1.2.3. Mesin Sortasi (Grading) Kentang

Mesin grading kentang diperlukan untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja, karena antara kegiatan panen dan persiapan lahan untuk bercocok tanam berikutnya adalah sangat singkat, sehingga sortasi untuk meningkatkan nilai jual kentang juga berlangsung singkat. Karakteristik kentang termasuk rentan terhadap kerusakan pasca panen bila tidak ditangani dengan baik dan cepat serta berlangsung murah. Mesin sortasi (grading) yang dikembangkan berdasarkan diameter kentang dengan pengumpannya digunakan bucket conveyor dengan kapasitas pengambilan umbi kentang dan sortasi akan disesuaikan dengan kondisi lokasi dan permintaan petani setempat

Dari hasil survei di lokasi, menemukan informasi keadaan petani di Pattapang, Tinggimencong Malino, Kabupaten Gowa umumnya melakukan sortasi bersamaan dengan kegiatan pemanenan. Sehingga yang dibutuhkan mesin sortasi yang mudah dioperasikan, tidak terlalu besar dengan kapasitas berkisar 250 – 500 kg/ jam dan harga mesin yang murah dan dapat dibawa ke lokasi panen. Karena didalam kelompok tani tersebut tidak ada pedagang pengumpul (semua dilakukan dalam kelompok/group), sehingga untuk kegiatan mesin sortasi yang ditawarkan pada proposal merupakan mesin sortasi tipe roller, maka akan direvisi dengan menggunakan mesin sortasi tipe belt, supaya lebih tepat dengan spesifik lokasi di Malino.

(14)

14

Gambar 6. Mesin sortasi kentang kapasitas 250 – 500 kg/jam

1.3. Metodologi Pelaksanaan 1.3.1. Lokus Kegiatan

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBPMektan) Serpong dan di lokasi pengembangan alsintan pendukung peningkatan produksi dan kualita hasil kentang di kelurahan Pattapang, Kecamatan Tinggimencong Malino, Kabupaten Gowa.

1.3.2. Fokus Kegiatan

Pelaksanaan “pengembangan” alsintan pendukung peningkatan produksi dan peningkatan kualitas hasil kentang maka fokus kegiatan adalah perancangan model dari kelembagaan pengembangan mesin penanam, pemanen dan sortasi kentang di daerah dengan melibatkan pihak daerah dalam pengembangan kelembagaan kegiatan ini, seperti Bapeda,Balibangda, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, serta kepala desa wilayah pengembangan (kades Pattapang dan camat Tinggimencong Malino) sebagai pembina pengembangan masyarakat dan industri kecil di daerah.

1.3.3. Bentuk Kegiatan / Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

Tahapan yang dilakukan dalam kegiatan pengembangan alsintan pendukung peningkatan produksi dan peningkatan kualitas hasil kentang adalah menerapkan mesin penanam, pemanen dan sortasi di salah satu kelompok tani keluranah Pattapang, Kecamatan Tinggi Mencong Malino, Kabuaten Gowa, Sulawesi Selatan. Hal ini juga dimaksudkan untuk percepatan penerapan teknologi budidaya dan pascapanen yang produktif, efisien di dalam upaya meningkatkan produksi kentang skala industri kecil di pedesaan. Alur kegiatan perekayasaan pada tahun anggaran 2012 adalah seperti terlihat pada Gambar 3. Adapun metode yang digunakan merupakan metode baku

(15)

15

perekayasaan, yaitu menggali potensi lahan, sdm dan infrastruktur serta dukungan pengembangan mesin penanam dan sortasi di daerah calon penempatan. Rancangan riset dilaksanakan sesuai tahapan kegiatan sebagai berikut :

(16)

16

II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN 2.1. Pengelolaan Administrasi Manajerial

2.1.1. Perencanaan Anggaran

Dana Tahap I dirancang untuk (dialokasikan) pelaksanaan dari beberapa kegiatan, yaitu :

a) Penyusunan rencana kerja kegiatan

Dalam melaksanakan kegiatan ini menggunakan dana : Biaya Konsinyasi, ATK plus Keperluan Komputer, dan Biaya Fotocopi.

b) Koordinasi pelaksanaan kegiatan dengan pihak daerah

Koordinasi ini melibatkan lokasi kegiatan penempatan alsintan kentang), seperti : BPTP, Bapeda dan Kelompok Tani setempat.

Dalam melaksanakan kegiatan ini menggunakan dana Biaya Perjalanan dan Sewa Kendaraan.

c) Pengadaan (penyiapan) alsin (alat dan mesin) untuk kegiatan pengembangan alsintan peningkatan produksi dan kualitas hasil kentang, menggunakan dana Belanja Bahan Habis Pakai.

Besarnya dana kegiatan untuk pelaksanaan pada Tahap I ini adalah 30% dari biaya total kegiatan. Secara rinci besarnya dana masing-masing yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut diuraikan sbb :

Tabel 1. Rincian Keuangan pada Termin I

No Kegiatan Besar Dana (Rp)

1 Menyusun Rencana Kegiatan Biaya Konsinyasi Biaya Perjalanan

- Perjalanan panjang Ke Malino, Sulsel 20400000 - Perjalanan panjang Pengalengan, Jawa Barat 6400000

Biaya Lain-lain

- Sewa kendaraan untuk survey (Ke Malino dan Pengalengan) 1100000 2 Koordinasi pelaksana kegiatan - ATK 750000 - Fotocopy dan literatur 750000 3 Penyiapan alsintan - Bahan rekayasa 42500000

- Bahan Uji 3100000

75000000

Jumlah tolok ukur 75000000

Persentase Keuangan(%) 30

Persentase Keuangan Komulatif(%) 30 Pos Dana Kegiatan

(17)

17 2.1.2. Pengelolaan Anggaran

Rancangan Pengelolaan Aset

Paket prototipe mesin penanam, pemanen dan mesin sortasi kentang yang ditempatkan di Poktan Veteran, Gapoktan Gema Baru, Kelurahan Pattapang, Kecamatan Tinggimencong Malino, Kabupaten Gowa digunakan dengan sistem UPJA (sewa) ke masyarakat (kelompok tani /poktan kentang di Kelurahan Pattapang, Tinggimencong Malino, Kab. Gowa.

2.2. Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja

2.2.1. Kerangka Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja

Dalam pencapaian target kinerja pada termin pertama ini proses kegiatan yang dilakukan adalah :

Menyusun rencana kerja bersama-sama oleh semua anggota tim di dalam 1 tim kegiatan pengembangan budidaya kentang.

Koordinasi semua pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan, terutama pihak di daerah lokasi seperti BPTP Sulsel, Bapeda, Dinas Pertanian, kelompok tani Kentang dan Gapoktan Di Kelurahan Pattapang.

Dilakukan diskusi dalam mengembangkan sistem kelembagaan UPJA kepada calon lokasi dan calon pengguna bersama-sama dengan BPTP, Bapeda, dan Dinas Pertanian.

Tersedianya unit alsintan pengembangan produksi dan peningkatan kualitas hasil kentang yang terdiri dari Mesin penanam umbi kentang tipe bucket conveyor dan mesin pemanen kentang yang digerakkan traktor roda dua dan mesin sortasi (grading) kentang dalam kondisi baik.

Dilakukan pengadaan mesin-mesin tersebut sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan lokasi.

Setiap hasil fabrikasi mesin penanam, pemanen dan sortasi kentang, kemudian dilakukan uji fungsional dan modifikasi hingga mempunyai manfaat sesuai yang diharapkan.

(18)

18

2.2.2. Indikator Keberhasilan Pencapaian Target Kinerja

Tersusunnya rencana pelaksanaan kegiatan, terkoordinasinya semua pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan dan serta pengadaan mesin tanam, pemanen dan sortasi dapat selesai sesuai waktu yang direncanakan.

2.2.3. Perkembangan Pencapaian Target Kinerja

Target yang ingin dicapai pada tahap I dalam penggunaan dana kegiatan adalah tersusunnya rencana kerja kegiatan, penjajagan mitra kerjasama penelitian dan pengembangan teknologi, dalam hal ini kelompok tani kentang di kelurahan Pattapang yang bergerak dalam budidaya kentang di Kabupaten Gowa (lokasi yang dijajagi sesuai arahan dan pendampingan Bappeda Kabupaten Gowa).

Dalam penjajagan lokasi penempatan mesin mesin peningkatan produksi dan kualitas kentang, melibatkan kepala desa dan camat di lokasi sentra produksi kentang, yaitu di Kecamatan Tinggimencong Malino, Kabupaten Gowa. Kemudian dilanjutkan dengan penentuan spesifikasi terhadap mesin penanam, pemanen dan sortasi. Sedangkan pengadaan alsin tersebut baru akan dimulai dan diharapkan pada akhir bulan Mei 2012 atau jika pembuatan pabrikasi dari mesin tanam, panen dan sortasi telah selesai.

Pihak daerah yang terlibat dalam kegiatan adalah BPTP (sebagai pengawal inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian), Bappeda dan Dinas Pertanian sebagai pembina pengusaha/industri kecil setempat.

2.3. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program

2.3.1. Kerangka Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program

Model pengembangan yang akan diterapkan di lokasi terpilih ditargetkan mampu melakukan perbaikan dan pengembangan sistem kelembagaan dan infrastruktur serta manajemen yang melibatkan instansi terkait dengan fungsi masing-masing, yaitu terbentuknya kelompok/lembaga yang dapat membantu pengembangan industri kecil dalam menerapkan teknologi mekanisasi untuk meningkatkan produksi kentang dan meningkatan kualitas kentang (Gambar 8). Sehingga keberlangsungan kegiatan pengembangan dapat tercapai dengan baik.

(19)

19 KECAMATAN Pendanaan/ pinjaman KKPE/KUR Koperasi BAPPEDA Program dan perencanaan biaya DISPERTAN HOR Pendampingan produksi, pelatihan UPJA Petani Kentang BBPMP BPTP Input Teknologi dan Sistem Manajemen & Pengembangan Inovasi Kelembagaan dan Monitoring Keg. penerapan

Kelompok tani kentang

Target pencapaian

Gambar 8 Kerangka Sinergi Koordinsi Kelembagaan Program

2.3.2. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program

Terkoordinasi dan tersosialisasinya kegiatan dengan stake holder terkait sehingga dapat dipersiapkan pengembangan teknologi alsintan untuk meningkatkan produksi dan kualitias kentang di sentra produksi kentang Pattapang, Tinggimencong Malino, Kab. Gowa.

2.3.3. Perkembangan Sinergi Koordinasi Kelembagaan - Program

Sampai dengan saat ini yang telah dilakukan adalah penyampaian tujuan, sasaran dan rencana kegiatan penelitian kepada Bappeda, dan Kepala daerah/desa di sentra produksi kentang dan survei penjajagan kemitraan kerjasama dengan Balitsa dan kelompoktani kentang lainnya untuk pengembangan dan penerapan teknologi alsintan produksi dan peningkatn kualitas kentang secara mekanis. Sesuai arahan Bappeda Kabupaten Gowa, survei dilakukan di Kecamatan Tinggimencong. Kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan pada termin 1 ini adalah diskusi dan koordinasi dengan instansi pembina didaerah mengenai rancangan kelembagaan yang diusulkan agar pengembangan teknologi dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan; serta sosialisasi rencana kegiatan di lokasi terpilih sebagai lokasi pengembangan dan penerapan teknologi.

(20)

20 2.4. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa

Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa

Pemanfaatan hasil kegiatan pengembangan alsintan pendukung peningkatan produksi kentang dan kualitas hasil kentang sebagai pendukung proses pasca panen dan industry hilir, khususnya industri kecil pengolahan kentang yang ada di pedesaan tersebut.

2.4.1. Strategi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa

Pertama-tama melakukan sosialisai pemanfaatan atau penggunaan mesin penanam, pemanen dan sortasi kepada suatu kelompok tani kentang di Kelurahan Pattapang. Dalam sosialisasi tersebut diterangkan cara mengoperasikan mesin mesin tersebut dan dibuatkan SOP agar penggunaan mesin-mesin tersebut secara benar dan menunjukkan teknik budidaya kentang yang lebih praktis dan mampu meningkatkan produksi persatuan ha.

Dalam mempertahankan kualitas produk, maka mesin sortasi digunakan untuk mempercepat penanganan dan proses pengiriman ke pasar secara lebih cepat dan murah, sehingga dapat peluang menjangkau pasar yang lebih luas lagi. Jika pelaksanaan ini dilaksanakan secara sungguh-sungguh oleh kelompok tani, maka berdampak pada peningkatan pendapatan.

2.4.2. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa

Termanfaatkannya teknologi alsintan pendukung peningkatan produksi dan kualitas hasil kentang di lokasi penempatan, secara berkesinambungan dan menghasilkan peningkatan produk dan kualitan penanganan kentang secara mekanis dan baik.

2.4.3. Perkembangan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa

Pemanfaatan hasil litbangyasa berupa mesin tanam, panen dan sortasi hingga saat ini belum bisa dilakukan dan akan dilakukan pada dana tahap ke-2 yaitu bulan Juni – Agustus 2012. Pada tahap ini baru melakukan kegiatan pembuatan mesin penanam, pemanen dan sortasi secara bersama dan uji lapang untuk mesin penanam sudah dilakukan di BBPMektan. Spesifikasi hasil litkayasa disesuaikan dengan spesifikasi lokasi yang dikehendaki kelompok tani kentang atau pengguna, sehingga pengembangannya akan diterima oleh petani kentang setempat.

(21)

21

III. RENCANA TINDAK LANJUT 3.1. Rencana Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja

Untuk mencapai target kinerja, dilakukan beberapa langkah, yaitu: mempersiapkan prototipe alat/mesin yang sudah diidentifikasi sebelumnya agar sesuai kebutuhan pengguna di lokasi. Beberapa alat/mesin tersebut antara lain, mesin tanam, mesin pemanen dan grading kentang. Pada awal termin II (bulan juni 2012), alat/ mesin tersebut dikirim ke lokasi yang telah ditetapkan yaitu Kelompok Tani Kentang Veteran di kelurahan Pattapang, Malino Kab Gowa. Selanjutnya, dilakukan pelatihan operasional dan perawatan alat/mesin tersebut.

3.2. Rencana Koordinasi Kelembagaan – Program

Rencana pelaksanaan koordinasi kelembagaan-program terkait adalah melalui tahap-tahap, sebagai berikut :

- Penyampaian kepada pihak terkait di daerah (BPTP Sulsel, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah dan Dispetanhor dan Kepala daerah/desa) mengenai tujuan, sasaran dan rencana kegiatan pengembangan alsintan pendukung peningkatan produksi dan kualitas hasil kentang.

- Survei lokasi untuk menetapkan calon pengguna dan calon lokasi untuk pengembangan mesin tanam kentang dan sortasi yang berkualitas.

- Diskusi dan koordinasi dengan instansi pembina di daerah mengenai rancangan kelembagaan yang diusulkan agar pengembangan teknologi mekanisasi (mesin tanam, mesin pemanen dan grading kentang) agar dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan.

3.3. Rencana Pemanfaatan Hasil Litbangyasa

Pertama-tama adalah melakukan sosialisai penggunaan mesin tanam, mesin pemanen dan grading kentang kepada suatu kelompok tani kentang. Dalam sosialisasi tersebut diterangkan bahwa akan meningkatkan produktivitas, efisiensi dan peningkatan nilai tambah pada komoditas kentang dibandingkan cara-cara konvensional yang dilakukan sebelumnya. Penggunaan mesin tanam, mesin pemanen dan grading kentang diharapkan dapat memberikan dampak pada peningkatan pendapatan petani kentang.

3.4. Rencana Pengembangan ke Depan

Pengembangan ke depan dari teknologi mekanisasi mesin tanam, mesin pemanen dan grading kentang sangat ditentukan dari tingkat keberhasilan teknologi

(22)

22

tersebut dalam menjawab kebutuhan pemangku kepentingan, khususnya pengguna/ petani. Untuk keperluan uji adaptasi ini, akan dilakukan penyempurnaan secara terus menerus sampai kebutuhan konsumen terpenuhi.

Selanjutnya, pengembangan dan penggandaan diserahkan kepada pihak swasta hasil binaan disertai dengan pendampingan dan supervise sampai benar-benar mandiri.

(23)

23 IV. PENUTUP

Kegiatan pengembangan teknologi mekanisasi untuk komoditas kentang ini dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah kelangkaan dan naiknya biaya tenaga kerja untuk kegiatan budidaya di sentra-sentra produksi kentang. Dengan teknologi mekanisasi diharapkan juga dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi dan peningkatan nilai tambah pada komoditas kentang dibandingkan cara-cara konvensional yang dilakukan sebelumnya. Kegiatan ini secara tidak langsung juga memberikan dukungan pada program pemerintah dalam rangka pengembangan kawasan hortikultura khususnya kentang.

Laporan perkembangan kegiatan pada termin I ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta sumber inspirasi bagi pemangku kepentingan serta berbagai fihak dalam mengembangkan teknologi mekanisasi yang terdiri dari mesin penanam, pemanen dan grading kentang.

Gambar

Gambar 1 Implement Mesin Penanam Kentang
Gambar 4. Sketsa Mesin Pemanen Umbi Kentang
Gambar 5 . Implemen Pemanen Umbi Kentang  1.2.3. Mesin Sortasi (Grading) Kentang
Gambar 6. Mesin sortasi kentang kapasitas 250 – 500 kg/jam
+4

Referensi

Dokumen terkait

SHU adalah selisih antara penghasilan yang diterima selama periode tertentu dan pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan.. SHU sangat penting untuk

Pada Tabel 4 terlihat bahwa laju infeksi penyakit hawar daun bakteri pada berbagai varietas padi komersial dalam waktu 7 hari terlihat bahwa varietas Mekongga merupakan varietas

Saib Suwilo, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Magister Matematika FMIPA Universitas Sumatera Utara, yang juga sebagai pembimbing utama, dan banyak memberikan arahan

Sebagaiman telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa orang yang berakad haruslah orang yang berakal sehat dan bali>gh serta tidak ada paksaan, dan dalam transaksi

Dan dari 8 (delapan) perusahaan yang mendaftar tersebut terdapat 4 (empat) perusahaan yang mengupload table kualifikasi, yaitu sebagai berikut :.. Cipta

Dibukukan kas dari klien yang membayar tunai honor selama tengah bulan pertama September $2.100.. Dibayar tunai

 mRNA (messenger RNA) : salinan kode genetik pada DNA’ yang pada proses translasi akan diterjemahkan menjadi urutan asam amino yang menyusun suatu polipeptida atau protein

Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan blend bawang putih dengan metode marinasi terhadap kualitas fisik daging seperti