• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISBN : KAPKAYO. Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA. 31 Oktober Kerjasama KAPKAYO dan LP3M STIKES Aisyiyah Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISBN : KAPKAYO. Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA. 31 Oktober Kerjasama KAPKAYO dan LP3M STIKES Aisyiyah Yogyakarta"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding

Prosiding

Kesiapan Tenaga Kesehatan

Menghadapi MEA

31 Oktober 2015

Kesiapan Tenaga Kesehatan

Menghadapi MEA

31 Oktober 2015

SEMINAR NASIONAL

Kerjasama

KAPKAYO dan LP3M

STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

ISBN : 978-602-18471-2-1

(2)

Prosiding

SEMINAR NASIONAL

Kesiapan Tenaga Kesehatan

menghadapi MEA

Tim Penyunting:

Sarwinanti Ismarwati Yuli Isnaeni Anjarwati Widaryati Lutfi Nurdian Asnindari Siti Khotimah Mamnu’ah Menik Sri Daryati Ery Khusnal

(3)

iv

DAFTAR ISI

Halaman judul ... i Kata Pengantar ... iii Daftar isi ... iv

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Catur Esty Pamungkas, Mufdlilah ... 1

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN

Andi Kasrida Dahlan ... 9

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN PREMATUR PADA IBU BERSALIN SPONTAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA

Aulia Amini, Mufdlilah ... 20

SUNAT PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF BUDAYA DAN AGAMA

Islamiyaturrohmah, Umu Hani ... 34

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN METODE PEER GROUP TERHADAP MINAT IBU MELAKUKAN PAP SMEAR

Anita Dewi Widyastuti, Anjarwati ... 45

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA PIJOT KECAMATAN KERUAK KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Ana Pujianti Harahap ... 54

HUBUNGAN GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PRE MENSTRUAL SYNDROME SISWI KELAS XI SMK NEGERI 1 BANTUL

Elika Puspitasari ... 59

PENGARUH DISKUSI INTERAKTIF TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HIV/AIDS PADA ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH GIRLAN NUSANTARA SLEMAN TAHUN 2014

Anis Eka Pratiwi ... 69

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR TAHUN 2011

(4)

v

PERBEDAAN PENJEPITAN TALI PUSAT DINI DAN LAMBAT DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA BAYI BARU LAHIR DI RSKIA SADEWA YOGYAKARTA TAHUN 2013

Evi Wahyuntari, Dewi Rokhanawati ... 85

HUBUNGAN ANTARA PERAN BIDAN SEBAGAI PENDIDIK DENGAN PEMBERIAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD)

Nur Hidayatul Ainiyah ... 96

STUDI KASUS SIKAP PASANGAN INFERTIL PRIMERDI DESA WONOKERTO KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN

TAHUN 2011

Agustin Endriyani ... 103

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Inge Anggi Anggarini ... 112

PENGALAMAN PASIEN SKIZOFRENIA DALAM MENJALANI PERAWATANDI RUMAH SAKIT JIWA: STUDI FENOMENOLOGI

Mamnu’ah, Tenti Kurniawati ... 122

PENGARUH PERINEAL CARE DENGAN AIR DAUN SIRIH MERAH TERHADAP KESEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH MUNTILAN TAHUN 2013

Nuli Nuryanti Zulala, Yuli Isnaeni ... 137

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PARITAS DENGAN KUNJUNGAN NEONATAL TAHUN 2012

Tiara Pratiwi ... 147

HUBUNGAN AKTIVITAS KELAS IBU HAMIL TERHADAP KESIAPAN IBU HAMIL DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI PUSKESMAS GEDONGTENGEN YOGYAKARTA 2014

Nila Qurmiasih, Umu Hani EN ... 155

HUBUNGAN RIWAYAT PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POST PARTUM

Nurul Mahmudah ... 163

FAKTOR PENGHAMBAT INTERNAL PENCAPAIAN INDEKS PRESTASI PADA MAHASISWA KEBIDANAN DIII

Endang Koni Suryaningsih, Sjafiq, PA ... 170

ANALISIS PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI PUSKESMAS KECAMATAN AMBALAWI KABUPATEN BIMA NUSA TENGGARA BARAT

(5)

vi

MANFAAT MUSCLE PUMPING EKSTREMITAS INFERIOR TERHADAP OEDEMA KAKI PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KELURAHAN SIDAKAYA KABUPATEN CILACAP

Enny Fitriahadi ... 196

PENGARUH PEMBERIAN BEDSIDE TEACHING (BST) TERHADAP NILAI DIRECT OBSERVATIONAL OF PROCEDURAL SKILLS (DOPS) PADA KETRAMPILAN PEMERIKSAAN HB SAHLI PADA MAHASISWA KEBIDANAN

Yekti Satriyandari ... 204

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA MOTIVATOR KELOMPOK PENDUKUNG IBU (KP-IBU) TERHADAP PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Fani Mayasari, Mufdlilah ... 220

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS DENGAN NIAT MELAKUKAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) PADA IBU HAMIL

Charunia Anggraini, Dhesi Ari Astuti ... 232

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

Septi Indah Permata Sari, Fitria Siswi Utami ... 240

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG TANDA-TANDA BAHAYA SELAMA KEHAMILAN DI PUSKESMAS BAHU KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

Fatmah Zakaria ... 250

STRATEGI COPING PADA PEREMPUAN YANG MENGALAMI KEKERASAN DOMESTIK DI DAERAH URBAN YOGYAKARTA

Laily Nikmah, Elli Nur Hayati, Mohammad Hakimi ... 257

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DIII KEBIDANAN

Intan Mutiara Putri ... 265

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKSUALITAS PADA SISWA KELAS X DAN XI

Dwi Atma Vica Yanottama, Anita Rahmawati, Hesty Widyasih ... 272

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG HEPATITIS B DI PUSKESMAS KASIHAN II BANTUL YOGYAKARTA 2015

(6)

vii

PENGARUH FAKTOR BUDAYA TERHADAP PEMILIHAN IUD PADA PASANGAN USIA SUBUR DI PUSKESMAS SEWON II KABUPATEN BANTUL

Ellyda Rizki Wijhati ... 295

GAMBARAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA BALITA KEMBAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARENGAN KABUPATEN TUBAN TAHUN 2014

(7)

PENGARUH PEMBERIAN BEDSIDE TEACHING (BST) TERHADAP NILAI DIRECT OBSERVATIONAL OF PROCEDURAL SKILLS (DOPS)

PADA KETRAMPILAN PEMERIKSAAN HB SAHLI PADA MAHASISWA KEBIDANAN

Yekti Satriyandari

STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta email: yekti_1988@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh pemberian BST terhadap nilai DOPS pada pemeriksaan Hb Sahli. Jenis penelitian ini quasi

experimental dengan rancangan non-randomized pretest-posttes group design. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling.

Jumlah sampel sebanyak 30 responden. Uji validitas yang digunakan adalah validitas isi (content validity). Analisis data menggunakan

independent t-test. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan

nilai DOPS pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol terhadap ketrampilan mahasiswa dalam pemeriksaan Hb Sahli yaitu ditunjukkan dengan p-value < 0,001. Disarankan agar STIKES ‘Aisyiyah dapat memberikan fasilitas yang memadai bagi pelaksanaan metode BST sehingga BST mampu dimaksimalkan penggunaanya dilahan.

Kata Kunci: BST, DOPS, Pemeriksaan Hb Sahli

PENDAHULUAN

Berdasarkan tujuan Sistem Pendidikan Nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan program D IV Bidan Pendidik adalah suatu pendidikan yang bertujuan menghasilkan bidan yang profesioanl dan Qur’ani. Perubahan kurikulum pendidikan D IV Bidan Pendidik yang lebih berorientasi pada kompetesi (KBK) tentu memberikan implikasi pada berbagai perubahan termasuk dalam kesiapan tenaga pembimbing klinik dalam memeberikan bimbingan agar mencapai kompetensi yang diinginkan. Pada kondisi ini maka peranan seorang Clinical

Instructor (CI) sangat penting dalam setiap tahapan praktikum mahasiswa sejak di

tatanan laboratorium sampai pada tatanan klinik/lapangan nyata.

Namun selama ini proses pembelajaran klinik di Stikes ‘Asiyiyah Yogyakarta (D IV Bidan Pendidik) masih kurang memuaskan. Hal ini diduga

(8)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

disebabkan kemampuan CI yang masih rendah, lingkungan tempat praktek kurang memadai, dan metode bimbingan klinik yang diterapkan tidak jelas. Keadaan tersebut berpengaruh terhadap perilaku profesional mahasiswa baik kognitif, psikomotor, dan afektif masih rendah, terutama dalam tindakan keterampilan pemeriksaan Hb Sahli. Namun pengaruh pembelajaran klinik dengan Bedside

Teaching terhadap nilai DOPS masih belum jelas.

Terdapat sekitar 750 institusi pendidikan kesehatan khususnya kebidanan di Indonesia, dengan jumlah lulusan 35 ribu orang bidan pertahun. Untuk wilayah DIY ada 13 institusi kebidanan salah satunya adalah STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. Berdasarkan hasil keputusan muktamar ‘Aisyiyah yang ke 35 di Jakarta, STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta berdiri sejak tahun 1963 dan pada Tahun 1998 STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta menyelenggarakan Akademi Kebidanan sesuai dengan SK Menkes RI No. HK 00.06.1.3.02187 dan pada usia yang ke 47 tahun pendidikan tinggi ‘Aisyiyah tergerak untuk mengelola pendidikan di bidang kesehatan yang lebih luas, berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 181 / DO/ 2003 tanggal 14 oktober 2003, maka mulai tahun 2003-2004 Akademi Kebidanan ‘Aisyiyah Yogyakarta ditingkatkan menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) ‘Aisyiyah Yogyakarta yang menjalankan Program Studi Ilmu Keperawatan (S1), Program Studi Fisioterapi (S1), Program Studi Bidan Pendidik (DIV), dan Program Studi Kebidanan (DIII) (Panduan Akademik Stikes ‘Aisyiyah, 2013).

Terdapat 9 kompetensi bidan yang telah ditetapkan oleh standar profesi bidan. Pada standar III yaitu asuhan antenatal bermutu tinggi meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan komplikasi. Seorang bidan harus mampu melakukan standar tersebut untuk melakukan pengawasan pada ibu hamil agar bisa melakukan deteksi dini dan memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar kompetensi bidan sehingga bisa menurunkan angka mortaliatas serta morbiditas ibu dan bayi. Salah satu deteksi dini yang dilakukan pada ibu hamil yaitu deteksi dini anemia pada ibu hamil (Hani, 2010).

(9)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

Masih tingginya frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia, yaitu 63,5%, sedangkan di Amerika Serikat hanya 6%. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap ibu hamil merupakan predisposisi anemia defisiensi besi ibu hamil di Indonesia. Menurut WHO, 40%. Di Indonesia pada tahun 2010 angka kejadian anemia masih cukup tinggi yaitu sekitar 50-70 juta jiwa, anemia defisiensi besi (anemia yang disebabkan kurang zat besi) mencapai 20%-33%. Parahnya lagi 40,1% anemia dialami wanita hamil dengan batas bawah 11 gr/dl. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang sampai saat ini masih terdapat di Indonesia yang dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi (Rahmaningtyas, 2013).

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Anemia dalam kehamilan juga memberikan pengaruh kurang baik bagi hasil pembuahan (konsepsi) seperti: kematian mudigah, kematian perintal, bayi lahir prematur, dapat terjadi cacat bawaan, dan cadangan besi yang kurang. Sehingga anemia dalam kehamilan merupakan sebab potensial kematian dan kesakitan pada ibu dan anak (Syaifudin, 2006).

Dalam mendeteksi anemia pada ibu hamil maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar Hb yaitu dengan pemeriksaan Hb Sahli dimana ibu hamil wajib melakukan pemeriksaan kadar Hb 2x yaitu pada TM I dan TM III. Masih banyaknya mahasiswa yang belum bisa melakukan pemeriksaan kadar Hb dengan benar membuat rendahnya deteksi dini pada ibu hamil dengan anemia. Asuhan Kehamilan sangat penting sekali bagi seorang bidan karena sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk menyelamatkan ibu dan janin, deteksi dini kelainan dan rsiko tinggi saat hamil salah satunya yaitu anemia pada ibu hamil yang bisa di deteksi dengan pemeriksaan Hb Sahli.

BST (Bed Side Teaching) adalah suatu metode pembelajaran klinik yang melibatkan pasien, mahasiswa, dan pembimbing klinik yang dilakukan dalam konteks klinik. Metode ini bertujuan untuk memberikan pengalaman klinik yang

(10)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

nyata ( real setting ) mahasiswa dapat belajar dari pengalaman dan mendapat umpan balik dari pembmbing klinik dan pasien.

Metode pembelajaran BST telah lama dikenal sebagai suatu metode yang paling efektif dalam melatih keterampilan klinik mahasiswa. Oleh karena itu metode ini mulai dikembangkan dan ditingkatkan frekuensi penggunaannya dalam proses pembelajaran klinik. STIKES ‘Aisyiyah sudah menggunakan metode pembelajaran klinik dengan BST dan DOPS sebagai salah satu penilaian sejak tahun 2010/2011. Metode ini dirasakan paling efektif dibanding dengan pembelajaran di kelas dalam melatih keterampilan klinik mahasiswa, seperti berkomunikasi dengan pasien, melakukan pemeriksaan fisik, observasi, dan menerapkan etika klinik, profesionalisme dan mengembangkan kemampuan nalar klinis (Clinical Reasoning ).

Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan pada Januari-Februari tahun 2014, Total jumlah mahasiswa Kebidanan yang sedang melaksanakan PK di BPS Istri Utami adalah 20 Mahasiswa. Dari ujian PK II yaitu tentang ANC (antental care) yang didalamnya termasuk pemeriksaan Hb sahli dari beberapa sampel dosen yang dimintai keterangan mengungkapkan bahwa banyak mahasiswa yang tidak bisa melakukan pemeriksan Hb Sahli saat ujian yaitu dari 30 mahasiswa yang melakukan ujian ANC terdapat 9 mahasiswa (30%) yang tidak bisa melakukan pemeriksaan Hb Sahli. Dengan adanya penelitian ini mahasiswa akan mendapatkan metode pembelajaran langsung salah satu perasat penting yang merupakan bagian dari kompetensi bidan yaitu BST pemeriksaan Hb Sahli dan penilaian kemandirian mahasiswa dengan DOPS. Berdasarkan hal diatas maka peneliti bermaksud menyelenggarakan penelitian tentang “ Pengaruh Pemberian BST Terhadap Nilai DOPS Pada Ketrampilan Hb Sahli Pada Mahasiswa Kebidanan Semester VI di BPS Istri Utami Tahun 2014”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pemberian BST Terhadap Nilai DOPS Pada Ketrampilan Hb Sahli Pada Mahasiswa Kebidanan Semester VI di BPS Istri Utami Tahun 2014.

(11)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah kuasi eksperimen (quasi experimental) dengan rancangan non-randomized pretest-posttes group design. Pemilihan rancangan penelitian ini dengan pertimbangan bahwa penelitian murni pada penelitian lapangan hampir tidak mungkin dan sulit untuk memenuhi kriteria alokasi perlakuan subjek secara random.

Sampel dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok pembanding/kontrol. Pada kelompok perlakuan diberikan BST pemeriksaan Hb Sahli dan pada kelompok kontrol tidak dilakukan BST. Kelompok pembanding sangat penting untuk membandingkan perubahan variabel terpengaruh antara kelompok yang diberikan perlakuan dengan yang tidak diberikan perlakuan.

Cara pembentukan kelompok dengan cara membagi dua , kelompok satu sebagai kelompok yang diberikan perlakuan/ intervensi tindakan BST pemeriksaan Hb Sahli oleh CI dan kelompok kedua sebagai kelompok control yang tidak diberikan BST pemeriksaan Hb Sahli oleh CI. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pretest kemudian dilakukan intervensi (BST) pada kelompok eksperimen yang kemudian akan dievaluasi hasil dengan penilain DOPS Hb Sahli pada lembar nilai DOPS yang sudah ditentukan, pada kelompok kontrol peneliti akan melakukan pretest kemudian pada waktu yang berbeda akan dievaluasi hasil dengan penilain DOPS Hb Sahli pada lembar nilai DOPS yang sudah ditentukan setelah post test dilakukan maka akan diberika BST pemeriksaan Hb Sahli.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa semester VI yang praktek di BPS Istri Utami tahun 2014. Populasi dalam penelitian ini bersifat homogeny yaitu memiliki karakteristik yang sama (Notoatmojo, 2005). Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kontrol, maka jumlah sampel masing-masing antara 20-30 orang. (Sugiyono, 2010). Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 30 orang dengan pembagian 15

(12)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

pada kelompok eksperimen dan 15 pada kelompok kontrol. Pengambilan sampel dari populasi yang ada dilakukan secara purposif (purposive sampling).

Dalam penelitian ini uji validitas yang digunakan adalah validitas isi (content validity). Pengujian validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi atau teori yang ada (Sugiyono, 2005). Untuk menguji validitas isi, butir-butir instrumen (pertanyaan) dikonsultasikan dengan ahli atau pakar. Uji validitas dilakukan dengan berkonsultasi dengan 1 dosen ahli/pakar ANC yang sesuai dengan lingkup keilmuan yang diteliti. Para ahli membandingkan antar isi instrumen dengan teori atau materi yang ada sehingga isi instrumen kuesioner ini mewakili substansi yang hendak diukur.

Analisis bivariabel dilakukan untuk melihat pengaruh antara dua variabel. Variabel yang akan dilihat adalah variabel bebas dan variabel terikat. Uji statistik yang akan digunakan untuk mengetahui perbedaan ketrampilan pemeriksaan Hb Sahli sebelum dan sesudah perlakuan, metode yang digunakan adalah independent

t-test (Parks, 2006). Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui pengaruh

antara BST dengan ketrampilan pemeriksaan Hb Sahli digunakan t-test.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai DOPS mahasiswa pada kelompok eksperimen setelah dilakukan BST pemeriksaan Hb Sahli di BPS Istri Utami tahun 2014, nilai rata-rata DOPS pada kelompok eksperimen yaitu 67,67 dengan standar deviasi 3,599 dan standar eror 0,929. Nilai terendah pada kelompok eksperimen adalah 62 dan nilai tertinggi 75. Untuk mengetahui nilai DOPS mahasiswa kelompok kontrol pada pemeriksaan Hb Sahli di BPS Istri Utami tahun 2014, nilai rata-rata DOPS pada kelompok kontrol yaitu 59,73 dengan standar deviasi 3,035 dan standar eror 0,784. Nilai terendah pada kelompok kontrol adalah 55 dan nilai tertinggi 65.

Untuk mengetahui perbedaan nilai DOPS pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada ketrampilan pemeriksaan Hb Sahli di BPS Istri Utami tahub 2014, rata-rata nilai DOPS ketrampilan Hb Sahli mahasiswa pada kelompok eksperimen means ± SD sebesar 67,67 ± 3,599 dan pada kelompok kontrol

(13)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

sebesar 59,73 ± 3,035. SE pada kelompok ekperimen adalah 0,929 dan pada kelompok kontrol 0,784. Nilai terendah pada kelompok eksperimen adalah 62 dan nilai tertinggi adalah 75, sedangkan pada kelompok kontrol nilai terendah adalah 55 dan nilai tertinggi adalah 65. IK (95%) 7,9 (5,4-10,4) dan angka signifikansi pengaruh bed side teaching terhadap nilai DOPS ketrampilan Hb Sahli sebesar <0,001 yang menunjukkan adanya pengaruh pemberian BST terhadap nilai DOPS pada ketrampilan Hb sahli pada mahasiswa kebidanan.

Pemberian bed side teaching terbukti dapat mempengaruhi kemampuan mahasiswa kebidanan dengan nilai p-value sebesar <0,001. Hal ini terjadi karena melalui metode bed side teaching memungkinkan interaksi lebih banyak antara pembimbing klinik dengan praktikan berupa peran memotivasi, membimbing dan juga memfasilitasi, melalui komunikasi yang baik pembimbing dapat memfasilitasi proses pembelajaran klinik dengan menciptakan suasana yang konduksif.

Nilai DOPS mahasiswa pada kelompok eksperimen setelah dilakukan BST pemeriksaan Hb Sahli di BPS Istri Utami tahun 2014.

Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata DOPS pada kelompok eksperimen yaitu 67,67 lebih tinggi dari pada kelompok kontrol yaitu 59,73. Nilai terendah pada kelompok eksperimen adalah 62 dan nilai tertinggi 75 sedangkan pada kelompok kontrol nilai terendah adalah 55 dan nilai tertinggi 65. Nilai terendah dan tertinggi pada kelompok kontrol kurang dari 70, hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang tidak dilakukan BST sebelum pemeriksaan Hb Sahli didapatkan hasil belum kompeten dan belum bisa memenuhi angka kelulusan, karena angka kelulusan ketrampilan praktek adaah 70.

Bedside teaching adalah pembelajaran yang dilakukan langsung didepan

pasien. Dengan bedside teaching mahasiswa bisa menerapkan ilmu pengetahuan, melaksanakan kemampuan komunikasi, keterampilan klinik dan profesionalisme, menemukan seni pengobatan, mempelajari bagaimana tingkah laku dan pendekatan tenaga kesehatan kepada pasien. Beside teaching merupakan

(14)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

pembelajaran kontekstual dan interaktif yang mendekatkan pembelajar pada real

clinical setting. Beside teaching merupakan metode pembelajaran di mana

pembelajar mengaplikasikan kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif secara terintegrasi (Langlois, 2004).

Metode BST adalah segala bentuk tindakan edukatif yang dilaksanakan oleh pembimbing klinik untuk memberikan pengetahuan nyata secara optimal dan membantu peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Tujuan pelaksanaan bimbingan klinik yaitu membantu peserta didik menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat praktek, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dikelas secara terintegrasi ke situasi nyata, dan mengembangkan potensi peserta didik dalam menampilkan perilaku atau keterampilan yang bermutu ke situasi nyata dalam praktek. Selain itu, bimbingan klinik juga bertujuan untuk memberi kesempatan kepada peserta didik mencari pengalaman kerja secara tim dalam membantu proses kesembuhan klien, memberi pengalaman awal dan memperkenalkan kepada peserta didik tentang situasi kerja profesional keperawatan, dan membantu peserta didik mengatasi masalah yang dihadapi di lahan praktek, serta membantu peserta didik dalam mencapai tujuan praktek klinik. Metode bed side teaching digunakan untuk mengetahui secara mendalam dan komprehensif terhadap kasus pasien yang sedang dipelajari. Pemilihan metode yang tepat untuk pembelajaran klinik kebidanan di klinik menjadi kebutuhan penting bagi penyelenggara pendidikan kebidanan untuk memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan kompetensi mahasiswa (Langlois, 2004).

Peranan seorang Clinical Instructor sangat penting dalam setiap tahapan praktikum mahasiswa sejak di tatanan laboratorium sampai pada tatanan klinik/lapangan nyata. Oleh karena itu seharusnya seorang CI diberi wewenang dan tanggungjawab yang jelas sesuai dengan perannya dalam merancang, mengelola dan mengevaluasi pembelajaran klinik terhadap peserta didik di tatanan klinik (Sarkin, 2007).

(15)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

Pengajar klinik mempunyai banyak peran selama fase pengajaran klinik di lab, briefing (pengarahan singkat), tanya jawab di seting klinik, CI juga sering mengambil peran ganda dalam suatu tahap pengajaran klinik sendiri/ tunggal. Peran pengajaran dapat mengembangkan termasuk, sebagai contoh seperti peran sebagai konselor, pemecah masalah, manajer, penilai, advokat, pemandu dan fasilitator. CI sangat berperan ketika mahasiswa membutuhkan melihat dan mengatasi situasi kehidupan nyata dan mempelajari mengaplikasikan ilmu ke dalam praktek sesuai permintaan memberikan asuhan (Sarkin, 2007).

Mahasiswa sebagai pelajar yang melakukan di seting klinik ketika peran pengajar sebagai salah satu pengatur yang relevan dengan kegiatan mahasiswa. Peran pengajar klinik sebagai pemandu, fasilitator dan pendukung selama sesi pembelajaran klinik adalah model yang dihapakan dalam proses BST. Banyak manfaat yang didapatkan mahasiswa selama di lakukan BST, diantaranya yaitu pembimbing klinik lebih percaya diri dalam mengevaluasi mahasiswa, pembimbing klinik mampu meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa, pembimbing klinik mampu memberikan feedback yang berkualitas, observasi langsung, menggunakan seluruh pikiran, klarifikasi dari pemeriksaaan Hb Sahli yang telah dilakukan, kesempatan untuk membentuk keterampilan klinik mahasiswa.

Dari tahap ketrampilan BST pemeriksaan Hb Sahli diatas dapat disederhanakan lagi menjadi dua tahap yaitu yang pertama tahap pengalaman, pasien hadir bersama mahasiswa dan pembimbing. Pasien mendapat penjelasan tentang aktivitas pembelajaran dan memberikan persetujuan. Tahap pengalaman dapat berupa demonstrasi atau observasi. Demonstrasi. Pembimbing klinik mendemonstrasikan suatu interaksi dengan pasien (anamnesis, pemeriksaan fisik, manajemen pasien, dan aspek komunikasi lainnya). Mahasiswa belajar dari demonstrasi tersebut, dan dapat dilibatkan dalam diskusi dengan pasien. “Demonstrasi” direkomendasikan pada saat mahasiswa mempelajari ketrampilan baru atau pada fase-fase awal pembelajaran. Pembimbing klniis berperan sebagai role model (I am doing, you are watching). Observasi. Mahasiswa

(16)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

mendemonstrasikan suatu interaksi dengan pasien (anamnesis, pemeriksaan fisik, manajemen pasien, dan aspek komunikasi lainnya). Pembimbing mengamati kinerja mahasiswa dan memberikan umpan balik. Observasi direkomendasikan pada saat fase belajar yang lebih lanjut. Pembimbing klniis berperan sebagai fasilitator (We are doing together atau I am watching, you are doing). Diskusi antara pembimbing dan mahasiswa pada tahap pengalaman harus mempertimbangkan kepentingan dan kenyamanan pasien. Oleh karena itu, umpan balik diberikan pada saat dibutuhkan, misalnya, pembimbing melakukan koreksi cara palpasi hepar. Pasien juga dapat diminta untuk memberi umpan balik, misalnya pada aspek komunikasi.

Pada tahap kedua yaitu tahap refleksi, mahasiswa dan pembimbing mendiskusikan pencapaian tujuan belajar. Mahasiswa mendapatkan umpan balik, mendiskusikan hal-hal yang belum dipahami, memperkuat pengetahuan klinis dan

clinical reasoning, serta merumuskan tujuan belajar untuk bed side teaching atau

aktivitas pembelajaran lain selanjutnya. Untuk menjaga kenyamanan pasien sebaiknya tahap ini dilakukan di tempat lain tanpa keberadaan pasien (Bensinger, 2007).

Dalam tahap pelaksanaan BST ini komunikasi yang baik antara pembimbing klinik dengan mahasiswa merupakan salah satu kunci keberhasilan BST, karena komunikasi merupakan salah satu cara untuk menurunkan kecemasan mahasiswa saat melakukan tindakan. Melalui komunikasi yang baik pembimbing dapat memfasilitasi proses pembelajaran klinik dengan menciptakan suasana yang konduksif dan tidak mengancam. Karakteristik pembimbing yang diharapkan dan ideal adalah yang humoris, respek (menghargai dan memperhatikan), serta antusias. Melalui komunikasi yang baik pembimbing dapat memfasilitasi proses pembelajaran klinik dengan menciptakan suasana yang konduksif dan tidak mengancam (Polotsky, 2007).

Pembimbing klinik sangat berperan penting untuk menjembatani mahasiswa dengan tim kesehatan. Peran pembimbing klinik selama memfasilitasi perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor dapat dilakukan melalui perannya

(17)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

sebagai role model, observer, partisipan, nara sumber, fasilitator, dan mentor/penasehat (Parrott, 2007).

Dari bed side teaching yang telah dilakukan oleh pembimbing didapatkan adanya perubahan yang dirasakannya dalam melakukan pemeriksaan Hb Sahli. Dengan membandingkan pengalaman mahasiswa selama dipandu oleh pembimbing klinik dengan cara BST, mahasiswa menyampaikan adanya pencapaian kompetensi klinik yang lebih cepat, tepat dan memuaskan dengan metode BST. Dalam melakukan pemeriksaan Hb Sahli, mahasiswa dapat melakukannya dengan fokus dan tindakan yang dilakukan menjadi lebih terarah dan sesuai dengan teori. Pembimbing klinik juga melaporkan perbedaan yang dirasakannya dengan membandingkan antara yang diberi BST dengan yang tidak (Piriyasupong, 2008).

Penerapan metode BST dalam pelaksanaan Praktek pemeriksaan Hb Sahli mampu meningkatkan pencapaian kompetensi klinik, dan kepercayaan diri. Bed

site teaching merupakan bagian dari metode pembelajaran klinik yang berupaya

membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk membantu meningkatkan kemampuan/perilaku profesional tersebut pada mahasiswa, mempersiapkan/meminimalisir hal-hal yang menjadi pengaruh dalam pembelajaran klinik dan memilih atau menerapkan metode pembelajaran klink dengan Bedside Teaching penting untuk dilakukan dengan harapan peserta didik dapat manguasai keterampilan secara prosedural, tumbuh sikap profesional melalui pengamatan langsung (Giyanto, 2010).

Melalui metode bed side teaching memungkinkan interaksi lebih banyak antara pembimbing klinik dengan praktikan berupa peran memotivasi, membimbing dan juga memfasilitasi. Sedangkan mahasiswa merasa mendapat tanggung jawab untuk mempresentasikan kasusnya didepan pembimbing klinik dan pasien langsung. Karakteristik pembimbing yang diharapkan dan ideal adalah yang humoris, respek (menghargai dan memperhatikan), serta antusias. Peran pembimbing klinik dan antusias mahasiswa memacu pentingnya metode bed side

teaching untuk dapat diterapkan. Tip dalam melaksanakan pengajaran bed side

(18)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

teaching yaitu tahap persiapan yang menjadi kunci yang menghubungkan ronde

efektif dan meningkatkan kenyamanan dosen saat bed side teaching menggambarkan maping yang direncanakan, mengorientasikan rencana pembelajaran dan juga tujuan; memperkenalkan diri pada pasien, mejadi role model saat interaksi, lakukan pengajaran dengan baik dan lakukan evaluasi (Ramani, 2003). Walaupun kegiatan yang dilakukan melalui metode bed side

teaching termasuk mengajarkan ketrampilan di depan pasien, namun ketrampilan

harus dilatih setiap hari dan tidak bisa dalam waktu singkat.

Nilai DOPS mahasiswa kelompok kontrol pada pemeriksaan Hb Sahli di BPS Istri Utami tahun 2014

Seperti yang dijelaskan pada table 2 diatas yaitu terlihat bahwa rerata mean kelompok kontrol lebih rendah daripada kelompok eksperimen sedangkan nilai tertinggi pada kelompok kontrol adalah 65 sedangkan pada kelompok eksperimen 75. Hal ini membuktikan bahwa pada kelompok kontrol yang tidak diberikan pembelajaran BST sebelum pemeriksaan Hb Sahli dilakukan membuat mahasiswa menjadi kurang paham karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki serta kurang percaya diri dalam melakukan tindakan menjadi penyebab dari rendahnya nilai DOPS pada kelompok kontrol dibandingkan kelompok eksperimen.

Dari hasil nilai DOPS diatas di dapatkan kesimpulan bahwa nilai DOPS pada kelompok eksperimen atau kelompok yang diberikan perlakukan dengan BST Hb Sahli lebih tinggi nilainya dibandingkan pada kelompok kontrol karena dengan dilakukan BST mahasiswa menjadi lebih paham baik secara pengetahuan maupun secara ketrampilannya. Dalam tahap persipan BST antara pembimbing klinik dan mahasiswa melakukan tahap persiapan yaitu mengeksplorasi pengetahuan mahasiswa tentang pemeriksaan Hb Sahli dan mengklarifikasi jika ada hal-hal yang salah, ini merupakan salah satu hal penting yang dapat meningkatkan pemahaman siswa, namun pada kelompok kontrol hal ini tidak dilakukan sehingga banyak mahasiswa yang masih salah dalam melakukan

(19)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

tindakan yang dibuktikan dengan nilai DOPS yang masih rendah yaitu kurang dari batas kelulusan 70.

Pada kelompok eksperimen pada saat demonstrasi pembimbing memastikan bahwa mahasiswa paham atas apa yang akan dihadapi pada saat interaksi dengan pasien dan bagaimana mengoptimalkan kesempatan itu untuk mencapai tujuan belajar, harapannya dengan ada tahap ini maka tujuan belajar tercapai, namun ini tidak didapatkan pada kelompok kontrol sehingga tujuan belajar yang diharapkan tidak tercapai.

Perbedaan nilai DOPS pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada ketrampilan pemeriksaan Hb Sahli di BPS Istri Utami tahub 2014.

Pemberian bed side teaching terbukti dapat mempengaruhi kemampuan mahasiswa kebidanan dengan nilai p-value sebesar <0,001. Hal ini terjadi karena melalui metode bed side teaching memungkinkan interaksi lebih banyak antara pembimbing klinik dengan praktikan berupa peran memotivasi, membimbing dan juga memfasilitasi, melalui komunikasi yang baik pembimbing dapat memfasilitasi proses pembelajaran klinik dengan menciptakan suasana yang konduksif.

BST juga mempengaruhi nilai DOPS diantara kedua kelompok. Nilai DOPS pada kelompok eksperimen jauh lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. Nilai terendah pada kelompok eksperimen adalah 62 dan nilai tertinggi adalah 75, sedangkan pada kelompok kontrol nilai terendah adalah 55 dan nilai tertinggi adalah 65. IK (95%) 7,9 (5,4-10,4) dan angka signifikansi pengaruh bed side

teaching terhadap nilai DOPS ketrampilan Hb Sahli sebesar <0,001 yang

menunjukkan adanya pengaruh pemberian BST terhadap nilai DOPS pada ketrampilan Hb sahli pada mahasiswa kebidanan.

Banyak factor yang membuat nilai DOPS pada kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol misalnya pada kelompok kontrol tidak dilakukan Briefing terlebih dahulu sehingga tidak bisa menggali seberapa pengetahuan yang dimiliki mahasiswa sehingga pembimbing klinik tidak dapat

(20)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

mengekplorasi sejauh mana pengetahuan mahasiswa tentang pemeriksaan Hb Sahli dan mengklarifikasi jika ada hal-hal yang salah. Expectation adalah menentukan tujuan belajar yang ingin dicapai oleh mahasiswa. Setelah menggali pengetahuan mahasiswa tentang pemeriksaan Hb Sahli maka antara pembimbing klinik dengan mahasiswa menentukan goal/tujuan belajar yang ingin dicapai yaitu mahasiswa mampu mempersiapkan alat pemeriksaan Hb sahli dan mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Hb Sahli dengan baik dan benar.

Pada kelompok kontrol komunikasi yang terjalin antara pembimbing klinik dengan mahasiswa kurang maksimal padahal komunikasi yang baik antara pembimbing klinik dengan mahasiswa sangat diperlukan karena komunikasi merupakan salah satu cara untuk menurunkan kecemasan mahasiswa saat melakukan tindakan. Melalui komunikasi yang baik pembimbing dapat memfasilitasi proses pembelajaran klinik dengan menciptakan suasana yang konduksif dan tidak mengancam.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di BPS Istri Utami Tahun 2014, dapat diambil kesimpulan yaitu nilai rata-rata DOPS pada kelompok eksperimen yaitu 67,67. Nilai terendah pada kelompok eksperimen adalah 62 dan nilai tertinggi 75. Nilai rata-rata DOPS pada kelompok kontrol yaitu 59,73. Nilai terendah pada kelompok kontrol adalah 55 dan nilai tertinggi 65 sehingga nilai DOPS pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol. Terdapat perbedaan nilai DOPS pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol terhadap ketrampilan mahasiswa dalam pemeriksaan Hb Sahli yaitu ditunjukkan dengan p-value < 0,001.

(21)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

Saran

Bagi Ilmu Pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan., khususnya keterampilan mahasiswa. Bagi Mahasiswa diharapkan dapat

meningkatkan prestasi dalam keterampilan/ kompetensi dengan metode pembelajaran BST, agar mendapatkan nilai DOPS yang baik. Bagi STIKES

‘Aisyiyah Yogyakarta: Institusi pendidikan dapat memberikan fasilitas yang memadai bagi pelaksanaan metode BST sehingga BST mampu dimaksimalkan penggunaanya dilahan. Bagi bidan pendidik: diharapkan dapat meningkatkan

kualitas bimbingan teori maupun skill di instansi pendidikan khusunya pada metode pembelajaran BST.

Bagi BPS Istri Utami, diharapkan pembimbing klinik hendaknya memperhatikan metode pembimbingan yang digunakan, dan menerapkan sesuai dengan standar bimbingan, sehingga mahasiswa dapat memanfaatkan kompetensi pembimbing yang sesuai harapan.

DAFTAR PUSTAKA

Bensinger, L., Meah, Y.,Simon, T. 2007. Teaching Skills For Residents.

<http://www.ucimc.netouch.com/Others/MountSinai/Handout%20for%20

Residents%20RTDP.pdf.> (Accessed 30 Mei 2014)

Giyanto. S. 2010. Pengaruh Bedside Teaching dan Motivasi Belajar Terhadap

Kompetensi Komunikasi Terapetik Mahasiswa Program Profesi Ners.

Tesis, Program Studi Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Hani. 2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba Medika.

Langlois, et al. (2004). Teaching at the bedside. Regional primary care of education.

Notoatmojo. 2005 . Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Parrott, S., Dobbie, A et al. (2006) Evidence-based Of.ce Teaching—The Five-step

Microskills Model of Clinical Teaching.

http://www.stfm.org/fmhub/fm2006/March/Sarah164.pdf.> (Accessed 30

Mei 2014).

(22)

Prosiding Seminar Nasional

Kesiapan Tenaga Kesehatan Menghadapi MEA” 31 Oktober 2015

Piriyasupong T. (2008). Integrating evidence - based medicine in bedside

teaching: A pilot study. South East Asian Journal of Medical Education,

2,(1). Thailand.

Polotsky, H & Metalios, E. 2007. Teaching Teachers To Teach.

http://www.aecom.yu.edu/home/GME/TEACHING_sylllabus.doc.>

(Accessed 30 Mei 2014)

Ramani, S. (2003). Twelve tips to improve bedside teaching. Medical Teacher

Journal, 25, (2), 112–115. USA.

Rahmaningtyas, A. 2013. Data SDKI 2012. www.sindonews.com/.../data -sdki-2012. diakses tanggal 26-12-2014

Sarkin, R. 2007. The One Minute Preceptor Microskills of Clinical Teaching

.:http://www.im.org/facdev/gimfd/ProjectMaterial/MeetingPresentFiles/

Strategies%20Tampa%20Sarkin.htm> (Accessed 30 Mei 2014).

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. IKAPI. Jawa barat :CV Alfabeta

Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedsokteran EGC, Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

dalam pencarian data barang, stok barang, dan harga barang sehingga dapat terhindar dari kehilangan stok barang dan salah harga. Fitur retur barang membuat

Namun aplikasi MEH-K 3D solids pada benda yang tipis seperti shell hasilnya kurang baik oleh karena shape function Kriging hanya dibangun hanya pada arah panjang dan lebar

PENGARUH ACADEMIC EMOTIONS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI (Survei Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri di Kabupaten

3 Fasilitasi Pengembangan Sentra IKM Jumlah fasilitasi pengembangan SIKIM 3 Fasilitasi Pembangunan Infrastruktur Penunjang Industri Jumlah fasilitasi

Catatan: Untuk skala 1, pilihlah jawaban sesuai dengan keadaan diri Anda saat masih semester I atau II4. Saya menjadi mudah tersinggung ketika orang- orang yang di luar kultur

Memperhatikan : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : 3807/PHPL/PPHH/HPL.3/7/2017, tanggal 06 Juli 2017, tentang Pembekuan Kewenangan

Masyarakat pesisir pantai yang di kenal dengan semangat berjuang dalam memecah besarnya gelombang di laut, menjadikan mereka kuat dan tahan akan berbagai cobaan yang

Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa wanita lebih dewasa dan lebih matang secara emosional dibandingkan laki-laki sedangkan menurut beberapa teori yang yang telah