• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap organisasi atau perusahaan komunikasi merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap organisasi atau perusahaan komunikasi merupakan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam setiap organisasi atau perusahaan komunikasi merupakan kebutuhan yang paling essential, karena melalui komunikasi segala visi, misi dan tujuan organisasi bisa berjalan dan terlaksana. Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri.

Eduard Depari1, memberikan pengertian komunikasi; Komunikasi dalam Organisasi; Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, pesan yang disampaikan melalui aktivitas atau kegiatan tertentu yang mengandung arti, dilakukan oleh penyampaian pesan (communicator) ditujukan pada penerima pesan (audience) dengan maksud mencapai kebersamaan (commonness). Dalam proses komunikasi kebersamaan tersebut diusahakan melalui kegiatan atau aktivitas Public Relation yang dapat menyampaikan informasi ataupun perubahan perilaku/sikap. Pada hakikatnya setiap proses komunikasi, entah itu proses komunikasi antar pribadi (interpersonal

communication) ataupun komunikasi massa (mass communication) senantiasa

ada empat unsur atau komponen seperti tersebut diatas. Unsur dan komponen itu

(2)

masih dapat ditambah dua unsur atau komponen lagi yaitu effects (pengaruh) dan

feedback (umpan balik, balikan).

Komunikasi berfungsi sebagai jembatan yang dijembatani cita-cita dan aspirasi dengan masyarakat secara timbal balik, adanya semacam give and take2.

Aspirasi dan cita-cita masyarakat tertampung sehingga mereka merasa ikut serta (peran serta) dan dengan sendirinya ada dukungan dan dorongan dari masyarakat. Dalam melaksanakan peranannya (komunikasi) menggunakan perangkat dan piranti yang keras yang ada dalam tubuh organisasi maupun yang terdapat di dalam masyarakat. Sadar bahwa kegiatan komunikasi adalah kegiatan yang dinamis dan banyak aspek teknis, psikologis maupun politis dan sosiologis, maka Humas harus bersikap kreatif, ulet, pantang menyerah dan selalu terbuka untuk meneruskan menyehatkan mutu profesi, pengetahuan serta dedikasi. Atas dasar keyakinan bahwa kegiatan komunikasi harus dilakukan secara terpadu dan bersama-sama, maka harus mentaati dan mengindahkan peraturan dan perundangan yang ada dan berlaku.

Komunikasi berkaitan erat dengan sebuah organisasi termasuk dengan individunya secara personal, termasuk Humas. Hubungan masyarakat disebut juga Public Relations, dengan ruang lingkup (scope) kegiatan yang menyangkut banyak manusia (public, masyarakat, khalayak), baik didalam, (public intern) dan di luar (public ekstern). Humas sebagai komunikator mempunyai fungsi ganda yaitu keluar memberikan informasi kepada khalayak dan kedalam

(3)

menyerap reaksi dari khalayak. Organisasi atau instansi atau lembaga mempunyai tujuan dan berkehendak untuk mencapai tujuan itu.

Sejauh mana keberhasilan tergantung daripada upaya dan usaha serta kemampuan organisasi itu sendiri. Hubungan masyarakat dalam suatu organisasi melaksanakan fungsi manajemen. Humas merupakan salah satu fungsi sebagai unsur pimpinan. Dengan demikian fungsinya adalah untuk menumbuhkan hubungan yang baik dan serasi antara publik intern dan publik ekstern dalam rangka memberikan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi.

Berbagai pengertian Public Relations antara lain:

a. Bertrand R. Canfield3 dalam bukunya Public Relations Principles and

Problema, mengemukakan Humas berfungsi:

1) Mengabdi kepentingan Public 2) Memelihara komunikasi yang baik

3) Menitikberatkan moral dan tingkah laku yang baik

b. Edward L. Bernays (Public Relations University of Oklohama Press), Humas mempunyai tiga pengertian, yaitu:

1) Memberi penerangan kepada masyarakat

2) Pembujukan langsung terhadap masyarakat guna mengubah sikap dan tindakan.

3) Usaha-usaha mengintegrasikan sikap dan tindakan dari permasalahan dengan masyarakat dan dari masyarakat terhadap permasalahannya.

3

(4)

Eksistensi Humas pada setiap lembaga/instansi merupakan suatu keharusan fungsional dalam rangka memperkenalkan kegiatan dan aktivitas kepada masyarakat (khalayak). Humas merupakan suatu alat untuk memperlancar jalannya interaksi serta penyebaran informasi kepada khalayak melalui pelbagai media seperti pers, radio, televisi dan lain-lain

Humas merupakan bagian dari tugas penerangan, baik pemerintah maupun swasta karena penerangan merupakan bagian dari komunikasi sosial dan komunikasi harus berkembang antara pemerintah dan rakyat, antara rakyat, kelompok masyarakat dan kelompok masyarakat lainnya. Setiap lembaga atau instansi ingin mencapai tujuan yang telah digariskan sebelumnya, melaksanakan upaya-upaya dan langkah-langkah tertentu. Tentu saja keberhasilan tidak dapat dicapai berdasarkan kemampuan yang ada. Oleh karena itu melalui aktivitas Public Relations salah satunya yaitu kampanye Public Relations (Public

Relations Campaign) bisa memberikan perannya untuk mengedukasi publiknya

baik secara internal maupun eksternal.

Kampanye Public Relations mampu memberikan pengaruh dan dampak yang positif bagi khalayak dalam menyampaikan informasi yang disampaikan untuk mempengaruhi serta mengubah perilaku khalayak seperti yang diinginkan.

Kampanye Public Relations (Public Relations Campaign) adalah bagian dari komunikasi organisasi baik untuk internal maupun eksternal. Namun biasanya kampanye Public Relations ditujukan untuk target sasarannya.

Setiap perusahaan memiliki 2 (dua) jenis publik, publik internal dan publik eksternal. Publik internal adalah publik yang berada atau berhubungan langsung di

(5)

dalam organisasi atau perusahaan, sedangkan publik eksternal adalah publik yang secara organik tidak berkaitan langsung dengan perusahaan.

PT Pertamina (Persero) merupakan perusahaan powerhouse di Indonesia. Lebih dari 50 tahun, Pertamina telah melayani kebutuhan energi masyarakat Indonesia baik minyak, gas, panas bumi, dan bahan bakar nabati. Untuk mengenal Pertamina dewasa ini, diperlukan pemahaman dalam konteks yang lebih mendalam. Perubahan regulasi dan iklim usaha di sektor minyak dan gas nasional telah memberikan tantangan baru bagi Pertamina untuk melangkah kedepan. Menghadapi perubahan pasar global di bidang energi, Pertamina sedang dan telah melakukan program transformasi di sektor hulu sampai hilir. Seluruh elemen dalam Pertamina berkomitmen untuk mewujudkan visi menjadi perusahaan minyak dan gas nasional kelas dunia.4

Dalam program transformasi yang sedang berlangsung di PT Pertamina telah membuahkan banyak hasil, namun persepsi masyarakat bahwa PT Pertamina sarang KKN masih cukup tinggi. Kini Pertamina menjadi salah satu arah sorot mata masyarakat tentang transparansi, diperlukan kerja keras untuk membangun citra PT Pertamina.

Clean sebagai salah satu tata nilai Pertamina serta upaya pengobatan untuk menjadikan Pertamina Perusahaan yang bisa dipercaya digerakkan melalui program transformasi yaitu Pertamina Clean. Kata Clean sendiri ditegaskan dalam tema fundamental di transformasi Pertamina5

4 Data & Informasi Sekretaris Perseroan; 2009; Jakarta 5 Warta Pertamina – Edisi April 2007; hal.7

(6)

Penelitian akan membahas dua dari masalah yang berhubungan dengan internal perusahaan. Masalah yang dihadapi sangat beragam dan yang sering terjadi di lingkungan perusahaan adalah masalah korupsi, penyusupan, penipuan, pencurian, konflik kepentingan serta pelanggaran hukum dan peraturan. Mengantisipasi hal tersebut pihak perusahaan melalui program Pertamina Clean sengaja merancang Whistle Blowing System (WBS) di Pertamina untuk menampung berbagai macam penyingkapan-penyingkapan tingkah laku yang sering terjadi di lingkungan kerja seperti yang disebutkan diatas. Di berlakukannya Whistle Blowing System (WBS) di sebuah perusahaan sebagai bentuk komitmen kepada tata kelola perusahaan yang best practice. Selain itu, juga untuk melindungi asset, karyawan dan reputasi perusahaan itu sendiri.6

Penelitian lebih difokuskan pada tahap-tahap kampanye Pertamina Clean serta masalah-masalah yang sempat terjadi belakangan ini yang terkait dengan program tersebut, berikut beberapa kasus yang pernah terjadi di lingkungan perusahaan, yaitu:

Pertama, beberapa pekerja Pertamina Kantor Pusat berperan sebagai

makelar perijinan (Margin) dalam pengurusan perijinan pembangunan stasiun pengisian dan pengangkutan bulk elpiji (SPPBE) Region V Surabaya. Kepada calon pengusahan SPPBE, Margin tersebut meminta uang pelicin Rp 650 juta untuk biaya pengurusan ijin prinsip, ijin pembangunan, dan ijin operasional. Namun, untuk tahap awal calon pengusaha diminta memberikan uang sebesar 20.000 dollar AS dalam bentuk tunai. Lama waktu berjalan, ijin tak kunjung

(7)

keluar, sedangkan uang sudah diberikan kepada Margin. Calon pengusaha SPBE tersebut resah dan mengancam akan melaporkan hal ini ke KPK dan Radio Elshinta. Takut akan ancaman tersebut, Margin melakukan pengembalian uang sebesar 20.000 dollar AS ke rekening calon pengusaha SPBE. Dari hasil investigasi, berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh terbukti bahwa margin benar meminta dan menerima uang dari calon pengusaha SPBE.

Kedua, beberapa pekerja Pertamina di fungsi tertentu melakukan

kegiatan pribadi yaitu pesta perpisahan dengan bermain golf di Bali yang disamarkan menjadi kegiatan rapat resmi perusahaan. Dari hasil investigasi, berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh bahwa rapat resmi yang dimaksud tidak pernah ada, melainkan semua pekerja yang terlibat bermain golf di Bali. Semua pekerja yang bermain golf tersebut menggunakan dana perusahaan/fasilitas perusahaan yaitu dengan melakukan klaim atas biaya acara tersebut, menggunakan uang muka kerja untuk menunjang acara bahkan menggunakan dana representasi untuk membiayai kegiatan tersebut. 7

Dengan adanya kasus-kasus tersebut menimbulkan kekhawatiran di lingkungan perusahaan dan hal yang paling utama adalah berpengaruh pada citra perusahaan.

Oleh karena itu, Pertamina mulai bertindak serius untuk menerapkan program Pertamina Clean melalui Whistle Blowing System (WBS) kepada khalayak sasaran yaitu internal Pertamina (karyawan). Whistleblowing (pelaporan pelanggaran) sendiri adalah pengungkapan tindakan pelanggaran atau

(8)

pengungkapan perbuatan yang melawan hukum, perbuatan tidak etis/tidak bermoral atau perbuatan lain yang dapat merugikan organisasi maupun pemangku kepentingan, yang dilakukan oleh karyawan atau pimpinan organisasi kepada pimpinan organisasi atau lembaga lain yang dapat mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut. Pengungkapan ini dilakukan secara rahasia (confidential). Jika ada pelaporan pelanggaran tentu ada “pelapor pelanggaran”. Pelapor pelanggaran (whistleblower) adalah karyawan dari organisasi itu sendiri (pihak internal), akan tetapi tidak tertutup adanya pelapor berasal dari pihak eksternal (pelanggan, pemasok, masyarakat).8

Dibentuknya fungsi Compliance yang semula dikenal dengan Good

Corporate Governance (GCG) yang bekerjasama dengan fungsi Komunikasi

adalah untuk membangun program-program dari Pertamina Clean upaya menjaga citra perusahaan. Bentuk komunikasi yang dilakukan salah satunya melalui kampanye dari Pertamina Clean yang ditujukan kepada karyawan – internal.

Penelitian mengenai kampanye Pertamina Clean dilakukan pada periode tahun 2007 – 2009. Periodisasi ini dipilih oleh peneliti karena disesuaikan dengan tahap awal pembangunan program Pertamina Clean yang dimulai dari tahun 2007: pembuatan dan pengesahan aturan berikut undang-undang; tahun 2008: penggunaan system atau tools; tahun 2009: mendidik dan mensosialisasikan. Program Pertamina Clean sendiri terus berkelanjutan dan tidak terpatok pada periodisasi tersebut

(9)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan latar belakang masalah diatas, maka peneliti menetapkan perumusan masalah dan penelitian adalah: “Bagaimanakah tahap-tahap pelaksanaan dan hasil dari kampanye Pertamina Clean melalui Whistle Blowing System (WBS) untuk kalangan internal”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang proses dan tahap-tahap pelaksanaan serta diikuti oleh hasil kampanye Pertamina Clean yang dilakukan melalui Whistle Blowing System (WBS) kepada karyawan (internal perusahaan).

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Secara Teoritis

Secara teoritis, kegunaan penelitian ini adalah sebagai sumbangan terhadap ilmu komunikasi khususnya di bidang kehumasan dalam melakukan proses berkampanye yang berkaitan dengan kegiatan mengkomunikasikan pesan atau informasinya kepada publik atau khalayak internal.

1.4.2 Kegunaan Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi fungsi Hupmas dan Compliance yang ada di PT Pertamina dalam bekerjasama membuat sebuah program yang menarik untuk dikemas dalam sebuah kampanye guna meningkatkan citra positif perusahaan.

Referensi

Dokumen terkait

Bank sebagai salah satu bentuk lembaga keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan terutama dalam fungsinya untuk menyerap dan menyalurkan

4 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm.. dan diperoleh secara sadar, bisa dipergunakan untuk aplikasi penyelesaian soal-soal secara

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP TINGKAT KESIAPSIAGAAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU KESEHATAN UPN VETERAN JAKARTA SEBAGAI CALON RELAWAN BENCANA GEMPA BUMI UPN Veteran

Penelitian tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan informasi secara akurat kepada khalayak umum mengenai kondisi sistem minyak dan gas bumi pada Cekungan Sengkang,

7 Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 1997), h.212.. teguh selama ini yakni “Memelihara nilai-nilai lama masih baik dan mengambil nilai-nilai baru yang

3 Munarji, Ilmu Pendidikan Islam , (Jakarta: PT Bima Ilmu,2004), hal 5 4 Arifin, Filsafat Pendidikan Islam , (Jakarta: Bumi Aksara,1994), hal 15.. ketiga komponen dalam

Darmansyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm.. negatif yang bahkan bisa mengarah kepada konflik bila digunakan pada waktu,

Bagi Program Studi, menjalin hubungan yang baik antara instansi pengajaran dengan instansi dunia kerja, serta dengan adanya penelitian ini diharapkan lembaga pengajaran dapat memperoleh