• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraannya yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraannya yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan suatu Bangsa tidak bisa terlepas dari sistem pendidikannya.

Dalam penyelenggaraannya yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang 1945 salah satu ujuan Negara Republik Indonesia adalah untuk mencerdasakan kehidupan bangsa dengan meninjau berbagai kemajemukan yang ada di Indonesia yaitu ras, suku, etnis agama maupun gender berhak memperoleh pendidikan yang bermutu dengan kualitas yangs terdidik serta tanpa adanya diskriminasi, Kemudian Pasal 31 UUD 1945 pada ayat 1 Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan. Konstitusi Negara ini menghendaki adanya kesempatan yang memadai bagi setiap warga Negara untuk mendapat pendidikan, yang selanjutnya dimaknai dengan kewajiban negara untuk memberikan pemerataan pendidikan kepada setiap warga Negara. 1

Indonesia yang masih merupakan Negara berkembang terus berupaya

memajukan pendidikannya. Mengingat sektor pendidikan merupakan

keberlangsungan suatu kehidupan berbangsa dan bernegara maka sudah

kewajiban bagi Pemerinatah untuk menyelenggarakan pendidikan sebagai upaya

untuk mencerdaskan dalam kehidupan masyarakat sehingga terciptanya

masyarakat yang mampu mempunyai daya saing dalam sebuah modernitas zaman

yang semakin berkembang. Meninjau Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 11 Butir 1

(2)

yaitu Pemerintah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara tanpa diskriminasi. 2

Berdasarkan Undang-Undang nomer 23 Tahun 2003 tentang pendidikan di Indonesia sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan Lokal, Nasional, dan Global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. 3

Berbagai polemik realitas dinamika pendidikan di Indonesia yang masih dianggap belum optimal dikarenakan perkembangan sistem pendidikan di indonesia selama ini khususnya melalui penerimaan peserta didik tahun pelajaran baru disetiap jenjang pendidikan (SD) Pendidikan tingkat Sekolah Dasar, kemudian (SMP) Pendidikan Sekolah Menengah Pertama, dan terakhir adalah Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dimana mengunakan basis perolehan Nilai Ujian yang diselenggarakan secara serentak pada skala nasioanal, penerimaan peserta didik baru mengandung unsur diskriminatif, hak eksklusif, maupun kompetisi yang berlebihan untuk mendapatkan layanan pendidikan (unggul).

Fenomena ini tentu akan berdampak pada masyarakat dalam hal ini orang tua wali murid dan khususnya peserta didik yang akan melakukan pendaftaraan sistem zonasi. Dikarnakan jelas akan mengkhawatirkan dan kompetisi semakin ketat dimana nilai sisiwa yang rendah akan sulit mendapakan sekolah. Kondisi

2

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

3

Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Di Indonesia

(3)

tersebut pada akhirnya menjadikan sekolah dikotak kotakan dengan label basis unggul dan maupun sekolah terpinggirkan. Sehingga jelas kondisi ini tidak seusuai dengan visi misi pelayanan pendidikan yang dimana memberikan aksesbilitas layanan pendidikan yang mengedepankan aspek keadilan tanpa membeda bedakan satu dengan yang lain 4 .

Bahwa jika meninjau sistem pendidikan di Indonesia pada dasarnya anak bangsa memiliki hak yang sama. Meninjau amanat dari Undang Undang No 23 tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 4 bahwa Pendidikan di Indonesia harus diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. 5

Sehingga pemerintah dalam upaya untuk mengidentifikasi masalah- masalah yang ada di pendidikan, khususnya di sektor pendidikan formal dan nonformal di Negeri ini terus mencari jalan penyelesaian dari berbagai masalah-

masalah tersebut. Sehingga dengan berbagai program yang ada harus mengupayakan secara terintegrasi maupun optimalisasi dalam sistem pendidikan di Indonesia.Melalui Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan mengupayakan dengan membuat kebijakan yakni kebijakan sistem pendidikan secara Zonasi.

Sistem Zonasi dalam pendidikan yang dibuat guna memberikan akses dan keadilan terhadap pendidikan bagi semua kalangan masyarakat maupun memiliki standarisasi dalam melakukan seleksi peserta didik baru yang dimana mempertimbangkan aspek lokasi jarak tempuh. Tujuan zonasi juga memberikan

4

Kartika Marini, Implementasi Kebijakan Sistem Zonasi Dalam Penerimaan Peserta Didik Baru

(PPDB) Pada Sma Negeri Di Kota Bandar Lampung, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik,

Universitas Lampung, Bandar Lampung

(4)

stimulus perkembangan yang sehat dalam pelayanan pendidikan upaya untuk mempercepat pemerataan dalam penyediaan kebutuhan dasar pendidikan bagis siswa 6 .

Dinamika terkait peraturan sistem zonasi terus mengalami perubahan seiring dengan pembaharuan peraturan. Dimulai dari Penerimaan Peserta Didik Baru di 2017 yang sudah di terapkan dan dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 17 tahun 2017 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan Atau Bentuk Lain Yang Sederajat. Dalam Penyelenggaraannya perlu pembaharuan dan digantikanPeraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 51 Tahun 2018 dan disempurnakan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 20 Tahun 2019 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru. Dalam Penyelenggaraan Penerimaan Peserta Didik Baru di Tahun ajaran 2019 menggunakan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 51 tahun 2018 digunakan sebagai acuan dalam Penerimaan Peserta Didik Baru mengingat Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 51 Tahun 2018 menggantikan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 17 Tahun 2017 yang dalam penyelenggaraannya, Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 17 Tahun 2017 sudah tidak digunakan dalam acuan Penerimaan Peserta Didik Baru Di Tahun 2019 dengan berbagai perubahan yang cukup signifikan. Sedangkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 20 tahun 2019 bersifat melengkapi dari Peraturan Menteri Pendidikan Dan

6

https://www.kemdikbud.go.id.diakses pukul 07.30 WIB

(5)

Kebudayaan Nomer 51 tahun 2018 sebagai acuan untuk penerimaan peserta didik baru di tahun 2020 dimana peraturan terbaru itu memperbarui pada persentase kuota Penerimaan Peserta Didik Baru menjadi 80 persen untuk zonasi, 15 persen untuk prestasi dan 5 persen untuk pindah lokasi.

Meninjau dalam penyelenggaraan Penerimaan Peserta Didik Baru di Tahun 2019 dalam penyelenggaraannya Sistem zonasi dijelaskan pada nomenklatur hukum Permendikbud Nomor 51 Pada Tahun 2018, Perihal Penerimaan Peserta Didik Pada Tahun Ajaran Baru (TK, SD, SMP, SMA, dan SMK). Adapun sekolah yang melakukan penyelenggaraan ketentuan tersebut adalah pemerintah daerh yang menjadi aktor dalam melaksanakan program zonasi. Selain itu, terdapat ketentuan yang menitikberatkan dalam penerimaan peserta didik diamanatkan untuk 90% diambil dari jarak tempuh terdekat siswa ke sekolah.

Adapun batasan untuk radius zona terdekat ditetapkan oleh Pemerintah Daerah yaitu dengan menyesuaikan kondisi padatiap tiap daerah tersebut.

Meninjau untuk domisili terdekat pada zona menampung sebanyak 90%, dan untuk diluar doisili dapat melalui jalur lain yaitu jalur prestasi yang menampung sebanyak 5%, dan 5% alasan khusus meliputi perpindahan domisili Orangtua/Wali peserta didik atau terjadi bencana alam/sosial. Selain itu, bagi peserta didik baru SMA/SMK atau bentuk lain yang berasal dari keluarga ekonomi tidak mampu. 7

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan No 15 Tahun 2018 Tentang Penerimaan Peserta didik Baru maka untuk mendukung

7

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 51 Tahun 2018 Tentang Penerimaan Peserta

(6)

pelaksanaan pendukung Penerimaan Peserta Didik Baru di Tahun 2019 maka di jabarkan dalam petunjuk teknis Penerimaan Peserta Didik Baru SMA Negeri di Lamongan dengan didasarkan terhadap ketentuan Peraturan Gubernur Pemerintah Jawa Timur No 23 Pada Tahun 2019 Mengenai Pelaksanaan Penerimaan Siswa Didik Baru.

dengan berasaskan yaitu; Objektif, Transparan, Akuntabel dan Tidak diskriminatif. Objektif sebagaimana dijelaskan merupakan bagian pelaksanaan PPDB diperuntukan kepada siswa didik tahun ajaran baru harus memiliki dan memenuhi kesepakatan yang berlaku, salah satunya transparanis merupakan pelaksanaan PPDB yang bersifat terbuka dan dapat diketahui oleh masyarakat termasuk orang tua peserta didik baru, Akuntabel yang berarti dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, baik prosedur maupun hasilnya, Tidak Diskriminatif dimaksudkan agar warga Negara Indonesia yang berusia sekolah dapat mengikuti program pendidikan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia tanpa membedakan Suku, Ras, Agama, dan Golongan. 8

Mengingat Pemerintah Daerah Lamongan dalam menyelenggarakan Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru di Tahun 2019 menerapkan sistem zonasi, Dinas Pendidikan Lamongan masih mengacu pada Peraturan Menteri Pendikan dan Kebudayaan Nomor 51 Tahun 2018 yang berarti dalam Petunjuk Teknis Penerimaan Peserta Didik Baru di Lamongan menggunakan Pergub Pemerintah Jawa Timur PPDB. Kegiatan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dalam mekanismenya mempunyai 3 jalur yaitu Zonasi, Prestasi, dan Perpindahan Tugas/ Pekerjaan Orang Tua. Dalam Pasal 11 terkait Penerimaan Peserta Didik

8

Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 23 Tahun 2019 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, Dan

Sekolah Luar Biasa Di Provinsi Jawa Timur

(7)

Baru Jalur Zonasi dalam satuan kependidikan memperoleh calon siswa tahun ajaran baru didasarkan pada lokasi rumah tinggal yang memiliki presentase 90%.

dalam zona dengan dibagi 50% untuk jarak domisili terdekat dan penyandang disabilitas, 20% untuk hasil ujian nasional, 20% untuk keluarga tidak mampu sekaligus untuk keluarga buruh di prioritaskan 5%. Dan jika untuk keluarga tidak mampu dan keluarga buruh tidak terpenuhi dapat dialihkan untuk penerimaan peserta didik baru pada jalur zonasi 50%. Dalam jalur prestasi 5% di peruntukkan untuk domisili di luar zonasi, dan untuk jalur 5% untuk perpindahan tugas/pekerjaan orang tua.

Domisili dimaksud berdasarkan Kartu Keluarga dan di terbitkan 6 bulan sebelum pelaksanaan penerimaaan peserta didik baru. Penerimaan peserta didik baru sebagaimana yang di maksud pada ketentuan pasal sebelas dimana satuan besaran penerimaan siswa baru sebesar 70% dari seluruh pagu, dengan domisili terdekat sebesar 50%. Dalam pendaftarannya digunakan melalui mekanisme tunjukan langsung dari ditempatkan pada sekolah yang dituju pada Kabupaten setempat dengan mekanisme langsung dapat di lakukan secara online yang dilaksanakan pada bulan Juni tanggal 11 sampai 15 Tahun 2019 dan peserta dapat memilih paling banyak 2 Sekolah. Pelaksanaan di Kabupaten Lamongan menggunakan 7 wilayah persebaran zonasi dengan jumlah 13 SMA Negeri di Lamongan dengan 53 Kecamatan yang meliputi;

Zona 1 meliputi Kecamatan Sarirejo, Kecamatan Tikung, Kecamatan Turi,

Kecamatan Lamongan, Kecamatan Glagah, Kecamatan Duduk Sampeyan,

Kecamatan Deket dengan pilihan Sekolah SMA Negeri 1 Lamongan, SMA Negeri

2 Lamongan, SMA Negeri 3 Lamongan. Zona 2 meliputi Kecamatan Tikung,

(8)

Kecamatan Sarirejo, Kecamatan Kemlagi, Kecamatan Benjeng, Kecamatan Balong Panggang, Kecamatan Dawar Blandong, Kecamatan Kembangbahu, Kecamatan Sambeng, Kecamatan Mantup dengan pilihan sekolah SMA Negeri Mantup, SMA Negeri 1 Kembangbahu. Zona 3 meliputi Kecamatan Deket, Kecamatan Karangbinangun, Kecamatan Kalitengah, Kecamatan Ujung Pangkah, Kecamatan Glagah, Kecamatan Dukun, Kecamatan Sidayu, Kecamatan Bungah dengan pilihan Sekolah SMA Negeri 1 Karangbinangun. Zona 4 meliputi Kecamatan Kalitengah, Kecamatan Karanggeneng, Kecamatan Laren, Kecamatan Maduran, Kecamatan Pucuk, Kecamatan Sekaran, Kecamatan Sugio, Kecamatan Sukodadi, Kecamatan Turi dengan pilihan Sekolah SMA Negeri 1 Sukodadi, SMA Negeri 1 Sekaran. Zona 5 Meliputi Kecamatan Widang, Kecamatan Baureno, Kecamatan Babat, Kecamatan Kedungpring, Kecamatan Modo, Kecamatan Pucuk, Kecamatan Sugio Meliputi Sekolah SMA Negeri 1 Babat, SMA Negeri 1 Kedungpring. Zona 6 Meliputi Kecamatan Sukorame, Kecamatan Kabuh, Kecamatan Bluluk, Kecamatan Modo, Kecamatan Kedungadem, Kecamatan Ngimbang, Kecamatan Sambeng dengan pilihan Sekolah Meliputi SMA Negeri 1 Ngimbang, SMA Negeri 1 Bluluk. Zona 7 Meliputi Kecamatan Laren, Kecamatan Palang, Kecamatan Solokuro, Kecamatan Paciran, Kecamatan Panceng, Kecamatan Brondong dengan pilihan Sekolah Meliputi SMA Negeri 1 Paciran 9 .

Bahwa jika melihat dari besaran kapasitas kebutuhan Peserta Didik Baru pada 53 Kecamatan di Lamongan yang di bagi 7 wilayah zona, Maka bisa dilihat

9

Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Lamongan Provinsi Jawa Timur

(9)

bahwa daya tampung pembagian tiap zona dengan besaran jumlah penduduk menurut umur 15-19 tahun meliputi :

Zona 1 dengan 7 Kecamatan dengan 3 Sekolah yaitu SMA Negeri 1 Lamongan dengan rombel kelas 10 berjumlah 12 Kelas dengan pagu awal 432, SMA Negeri 2 Lamongan dengan rombel kelas 10 berjumlah 12 kelas dengan pagu awal 432, SMA Negeri 3 Lamongan dengan rombel kelas 10 berjumlah 12 kelas dengan pagu awal 432. maka secara keseluruhan jumlah rombongan belajar dalam penerimaan peserta didik baru untuk wilayah zona 1 berdaya tampung 1.296 siswa dengan jumlah populasi umur 15-19 Tahun dalam zona tersebut berjumlah 20.682

Zona ke 2 meliputi 9 Kecamatan dengan kapasitas 2 Sekolah yaitu SMA

Negeri 1 Mantup dengan rombel kelas 10 berjumlah 8 kelas dengan pagu awal

288, Sekolah SMA Negeri 1 Kembangbahu dengan rombel kelas 10 berjumlah 7

kelas dengan pagu awal 252. Secara keseluruhan jumlah rombongan belajar dalam

penerimaan peserta didik baru untuk wilayah zona 2 berdaya tampung 540 siswa

dengan jumlah populasi umur 15-19 Tahun dalam zona tersebut berjumlah 14.614

Zona ke 3 meliputi 8 Kecamatan dengan kapasitas penerimaan 1 sekolah

yaitu SMA Negeri 1 Karangbinangun dengan rombel kelas 10 berjumlah 7 kelas

dengan pagu awal 288. Secara keseluruhan jumlah rombongan belajar dalam

penerimaan peserta didik baru untuk wilayah zona 3 berdaya tampung 288 siswa

dengan jumlah populasi umur 15-19 Tahun dalam zona tersebut berjumlah 12.433

Zona ke 4 dengan 9 Kecamatan dengan kapasitas penerimaan 2 Sekolah

yaitu SMA Negeri 1 Sukodadi dengan rombel kelas 10 berjumlah 10 kelas dengan

pagu awal 360, SMA Negeri 1 Sekaran Sukodadi dengan rombel kelas 10

(10)

berjumlah 9 kelas dengan pagu awal 324. Secara keseluruhan jumlah rombongan belajar dalam penerimaan peserta didik baru untuk wilayah zona 4 berdaya tampung 684 siswa dengan jumlah populasi umur 15-19 Tahun dalam zona tersebut berjumlah 33.544

Zona ke 5 dengan 9 Kecamatan dengan kapasitas penerimaan 2 Sekolah yaitu SMA Negeri 1 Sukodadi dengan rombel kelas 10 berjumlah 10 kelas dengan pagu awal 360, SMA Negeri 1 Sekaran Sukodadi dengan rombel kelas 10 berjumlah 9 kelas dengan pagu awal 324. Secara keseluruhan jumlah rombongan belajar dalam penerimaan peserta didik baru untuk wilayah zona 4 berdaya tampung 684 siswa dengan jumlah populasi umur 15-19 Tahun dalam zona tersebut berjumlah 33.544

Zona ke 6 dengan 7 Kecamatan dengan kapasitas penerimaan 2 Sekolah yaitu SMA Negeri 1 Ngimbang dengan rombel kelas 10 berjumlah 9 kelas dengan pagu awal 324, SMA Negeri 1 Bluluk dengan rombel kelas 10 berjumlah 10 kelas dengan pagu awal 360. Secara keseluruhan jumlah rombongan belajar dalam penerimaan peserta didik baru untuk wilayah zona 6 berdaya tampung 684 siswa dengan jumlah populasi umur 15-19 Tahun dalam zona tersebut berjumlah 13.744

Zona ke 7 dengan 6 Kecamatan dengan kapasitas penerimaan 1 Sekolah yaitu SMA Negeri 1 Paciran dengan rombel kelas 10 berjumlah 9 kelas dengan pagu awal 324. Secara keseluruhan jumlah rombongan belajar dalam penerimaan peserta didik baru untuk wilayah zona 7 berdaya tampung 324 siswa dengan jumlah populasi umur 15-19 Tahun dalam zona tersebut berjumlah 21.059

Jika mencermati keadaan persebaran tiap-tiap zona dalam penetapan

zonasi 1,2,3,4,5,6,7 yang ada di Lamongan tentu masih ada ketidakseimbangan

(11)

dalam penetapan pendistribusian peserta didik baru untuk jenjang SMA di Kabupaten Lamongan. Mengingat besaran kapasitas daya tampung Penerimaan Peserta Didik Baru tiap wilayah zona dalam penetapan zonasi, terlihat bahwa zona 3 dan 7 hanya satu sekolah dari keseluruhan zona yang ada.

Jika melihat besaran kapasitas zona 3 meliputi 8 kecamatan dengan satu sekolah SMA N 1 Karangbinangun dengan kapasitas pagu berjumlah 288 dengan angka jumlah penduduk umur 15-19 tahun berjumlah 12.433. maupun zona 7 yang hanya satu sekolah yaitu SMA N 1 Paciran dengan pagu 324 meliputi 6 Kecamatan dengan angka jumlah penduduk umur 15-19 tahun berjumlah 21.059. 10 Sehingga masih ada masalah disparitas terkait kapasitas keseimbangan distribusi Penerimaan Peserta Didik Baru untuk jenjang SMA Negeri di wilayah zona 3 dan 7 yang ada di Kabupaten Lamongan. Mengingat penetapan yang akan menyebabkan jumlah peserta didik baru yang mendaftar menjadi tidak seimbang dengan jumlah antara kuota pagu dan calon pendaftar. Menimbang dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik baru ketentuan presentasi dalam zona termasuk hal yang patut di perhitungkan dalam presentasenya calon siswa yang berdomisili dalam zona mampu memiliki prioritas untuk lebih di terima dalam sekolah yang masuk dalam ketentuan zona tersebut. Mengingat presentase awal yang di perhitungkan adalah yang pertama jarak terdekat, nilai ujian, dan hari pendaftaran.

Sehingga jika melihat ketentuan tersebut siswa akan cenderung memilih satu sekolah yang masuk zona di karenakan memiliki peluang lebih di terima, walaupun dalam memilih sekolah dalam sistem PPDB dapat memilih 2 sekolah

(12)

dalam zona dan luar zona tetapi di luar zona pun cenderung tetap bersaing dikarenakan dalam kontestasi yang memperhitungkan prioritas jarak sehingga peluang besar di terima hanya dengan menggunakan strategi memilih dalam zona dan memilih sedekat mungkin pilihan sekolah dengan domisili rumah siswa.

Mengingat SMA 1 Paciran juga tidak di antara zona sekolah Negeri maupun dengan sekolah Negeri lain di luar zona yang di anggap unggulan sehingga dominasi pendaftaran tentu akan ada ketimpangan dalam daya serap siswa ingin masuk sekolah Negeri di zona 7. Begitupun SMA Negeri 1 Karangbinangun dengan hanya satu-satunya sekolah yang berada dalam zona 3 dengan kapasitas 8 kecamatan dengan penyediaan pagu yang sedikit tentu dalam sistem pendidikan dengan mengikuti ketetapan zonasi akan menimbulkan persaingan baru dalam dunia pendidikan.

Meninjau Peraturan Gubernur Nomer 23 Tahun 2019 Tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru dalam penerapan sistem zonasi 90%

dari total jumlah keseluruhan pagu dalam zona dengan rincian 50% untuk jarak domisili terdekat dan penyandang disabilitas, 20% untuk hasil ujian nasional, 20%

untuk keluarga tidak mampu sekaligus untuk keluarga buruh di prioritaskan 5%.

Dan jika untuk keluarga tidak mampu dan keluarga buruh tidak terpenuhi dapat dialihkan untuk penerimaan peserta didik baru pada jalur zonasi 50%. Mencermati zona 3 di Kabupaten Lamongan hanya di tampung SMA N 1 Karangbinangun dan juga zona 7 di tampung SMA N 1 Paciran maka dari total keseluruhan pagu 90%

di zona tiga dan tujuh akan menyebabkan penyerapan penerimaan peserta didik

baru terpusat di SMA N 1 Karangbinangun di zona tiga dan SMA N 1 Paciran di

zona 7. Maupun juga jika dilihat dari stigma sekolah pinggiran masih sangat

(13)

melekat pada masyarakat sehingga jika ditinjau siswa yang berada di daerah pinggiran tidak bisa mendapatkan pilihan sekolah yang diinginkan maupun juga mereka harus bersaing dengan siswa lain di daerah mereka karena pagu yang ada hanya memiliki kuota sedikit, Sedangkan untuk siswa Kota mereka mempunyai banyak pilihan dengan berbagai pilihan yang di tempatkan berbagai sekolah unggulan di daerahnya tentu peluang mereka untuk masuk sekolah lebih tinggi bahkan tanpa perlu bersaing dengan siswa lain mengingat jumlah sekolah di Kecamatan Kota memiliki pagu yang lebih banyak.

Mengingat pemberlakuan sistem zonasi masih akan menciptakan persaingan dalam Penerimaan Peserta Didik Baru yang tidak sesuai dengan amanat di tetapkannya Sistem Zonasi oleh Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 51 Tahun 2018 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru yaitu dalam Pasal 20 disebutkan penetapan zonasi memperhatikan jumlah ketersediaan daya tampung yang disesuaikan dengan ketersediaan jumlah anak usia sekolah pada setiap jenjang di daerah tersebut. Sehingga penetapan zonasi di wilayah Kabupaten Lamongan untuk jenjang SMA masih ada disparitas terkait distribusi keseimbangan pagu dengan jumlah anak pada kecamatan satuan zona di wilayah zona 3 dan 7 zonasi SMA Negeri di Lamongan.

Walaupun sistem zonasi hadir sebagai bentuk menghilangkan stigma

sekolah pinggiran dan sekolah unggulan, untuk mendekatkan siswa dengan

domisili sekolah terdekat maupun sebagai upaya pemerataan. Dijelaskan oleh

(Pradewi & Rukiyati, 2019) dalam melakukan pemilihan sekolah pertimbangan

pertama kali yang diperhatikan merupakam kualitas dari sekolah dan

pertimbangan lokasi merupakan opsi terakhir. Terdapat pertimbangan lainya,

(14)

seperti halnya fasilitas giru, dan bahkan pemilihan dari orang tua wali murid itu sendiri 11 .

Meninjau jika melihat sistem zonasi yang di selenggarakan secara serempak di semua sekolah negeri tentu menjadi polemik bagi sekolah pinggiran yang notabannya memiliki stigma sekolah tidak unggul. Tentu hal itu akan menyebabkan sekolah pinggiran tidak menjadi opsi awal dalam pilihan. Maupun masih adanya faktor disparitas antara sekolah pinggiran dan sekolah dalam kecamatan kota terkait fasilitas, mutu, prestasi sekolah maupun kualitas daya didik masih umum menjadi bahan petimbangan untuk memilih di sekolah pingiran . Sehingga adanya sistem zonasi yang dirasa mengembalikan sekolah pinggiran agar dapat bersaing justru sekolah pinggiran akan tidak di untungkan mengingat dalam pendaftaran yang serempak sekolah yang dirasa tidak unggul justru akan tidak menjadi opsi dalam pilihan sejalan dengan jurnal di atas tingkat kefavoritan sekolah masih menjadi opsi awal dalam pemilihan di masyarakat.

Hasil dari pembahasan diatas terkait dengan permasalahan PPDB secara keseluruhan, maka peneliti memiliki ketrtarikan pada riset yang melihat Implementasi Kebijakan Zonasi di Tahun 2019 Terhadap Zona 7 di SMA Negeri 1 Paciran dan Zona 3 di SMA Negeri 1 Karangbinangun Kabupaten Lamongan.

11

Pradewi, G. I., & Rukiyati. (2019, November). Kebijakan Sistem Zonasi dalam Perspektif

Pendidikan. JMSP (Jurnal Manajemen dan Supervisi Pendidikan), 4, 29. Retrieved from

http://journal2.um.ac.id/index.php/jmsp/

(15)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Implementasi Kebijakan Sistem Zonasi Terhadap Penerimaan Peserta Didik Baru Khususnya Pada SMA Negeri 1 Paciran dan SMA Negeri 1 Karangbinangun?

2. Pengaruh apa saja yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan Zonasi di SMA 1 Paciran dan SMA Negeri 1 Karangbinangun?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana Proses Implementasi Kebijakan Sistem Zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru Khususnya Pada SMA Negeri 1 Paciran dan SMA Negeri 1 Karangbinangun.

2. Melakukan pendiskripsian hasil temuan dan analsis data kebijakan implementasi PPDB Zonasi Baru Khususnya Pada SMA Negeri 1 Paciran dan SMA Negeri 1 Karangbinangun.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Bahwa jika meninjau Sistem Pendidikan di Indonesia pada dasarnya anak

Bangsa memiliki hak yang sama. Meninjau amanat dari Undang Undang Nomer

23 Tahun 2003 tentang penyelenggaraan pendidikan Pasal 4 bahwa Pendidikan di

Indonesia harus diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak

diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai

kultural, dan kemajemukan Bangsa. karena itu, dalam penelitian ini kita akan

melihat implementasi kebijakan Zonasi Dinas Pendidikan Lamongan dengan

(16)

mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Dan KebudayaanNomor 51 Tahun 2018 yang menjadi landasan dalam pelaksanaan PPDB dengan Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, Dan Sekolah Luar biasa Di Provinsi Jawa Timur Melalui Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 23 Tahun 2019

2. Manfaat Praktis

1. Bagi Instansi;Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan intropeksi untuk kedepannya agar meningkatkan kualitas dalam penyelenggaraan teknis Penerimaan Peserta Didik Baru

2. Bagi Masyarakat;Agar lebih mengetahui impementasi kebijakan sistem Zonasi bagi Penerimaan peserta didik baru untuk jenjang SMA, SMK, Dan SLB di Kabupaten Lamongan.

3. Bagi Mahasiswa; Hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan sebagai sebuah kajian ilmu bagi mahasiswa agar bisa menambah wawasan maupun juga keberlanjutan disiplin ilmu pengetahuan selanjutnya.

1.5 Definisi Konseptual

1.5.1 Implementasi Kebijakan

Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Winarno (2012:149)

mendefinisikan implementasi sebagai tindakan-tindakan-tindakan yang di lakukan

oleh individu-individu atau kelompok pemerintah maupun swasta yang di arahkan

untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan

kebijakan sebelumnya. Model proses implementasi yang di perkenalkan Van

Meter Van Horn pada dasarnya tidak dimaksudkan untuk mengukur dan

(17)

menjelaskan hasil akhir dari kebijakan pemerintah, namun lebih tepatnya untuk mengukur dan menjelaskan apa yang dinamakan pencapaian program karena menurutnya dan menjelaskan apa yanag dinamakan pencapaian program karena menurutnya suatu kebijakan mungkin diimplementasikan secara efektif, tetapi gagal memperoleh dampak subtansial yang sesuai karena kebijakan tidak disusun dengan baik atau karena keadaan lainya. 12

Van Meter Van Horn beranjak dari suatu argumen bahwa perbedaan- perbedaan dalam proses implementasi di pengaruhi oeh sifat kebijakan yang akan dilaksanakan. Dari titik ini kemudian keduanya menawarkan suatu pendekatan yang mencoba untuk menghubungkan isu kebijakan dengan implementasi dan suatu model konseptual yang mempertalikan kebijakan dengan kinerja (performance). Menurutnya bahwa perubahan, kontrol, dan kepetuhan bertindak merupakan konsep-konsep penting dalam prosedur-prosedur implementasi.

Adapun variabel-variabel menurut Van Meter Van Horn yaitu standart atau ukuran dan tujuan kebijakan, sumber-sumber kebijakan, ciri-ciri atau karakteristik badan atau pelaksna instansi, omunikasi antarorganisasi terkait dan kegiatan- kegiatan pelaksanaan, sikap para pelaksana, lingkungan ekonomi, sosial dan politik. 13

Adapun dalam penelitian ini peneliti mengadopsi model implementasi kebijakan dari Van Meter dan Van Horn mengingat dalam variabel yang ditawarkan oleh Van Meter Dan Van Horn dianggap sesuai atau sejalan dengan

12

Suci Aprodity, Implementasi Peraturan Menteri Pendidikan RI No. 3 Tahun 2008 Tentang Program Pendidikan Kesetaraan Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas III Bandar Lampung 2016.Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung

13

Wahab, S. A. 2012. analisis kebijakan dari formulasi ke penyusunan model-model implementasi

kebijakan publik. Jakarta: Bumi Aksara.

(18)

apa yang dijadikan judul oleh peneliti dan sebagai upaya landasan peneliti dalam menjawab permasalahan peneliti tentang implementasi kebijakan zonasi pada PPDB SMA N di Kabupaten Lamongan yaitu SMAN 1 Paciran dan SMA N 1 Karangbinangun. Adapun pertimbangan lain peneliti mengambil teori dari Van Meter dan Van Horn karena model implementasi yang ditawarkan keduanya merupakan model dengan pendekatan Top Down Approach yang mana pendekatan implementasi tersebut sesuai dengan apa yang di ambil peneliti yaitu dimana kebijakan yang disebut zonasi tersebut beranjak dari tingkat pusat dalam pengambilan keputusannya yaitu dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sehingga daerah dalam hal ini pemerintah daerah menindaklanjuti dari Peraturan Mentri tersebut dengan membuat kebijakan daerah sebagai upaya mengatur tata cara penyelenggaraan di daerah yang lebih teknis. Adaun peran dinas daerah yang dalam hal ini berperan dalam kebijakan ini yaitu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur memastikan bahwa sekolah- sekolah yang dalam naungan pemerintah telah menerima peserta didik sesuai dengan tata cara kebijakan zonasi. Sehingga untukmendapatkan hasil yang lebih tepat dan akurat maka peneliti menggunakan dari keseluruhan variabel yang sudah dinyatakan oleh Van Meter Dan Van Horn sebagai upaya menjawab permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.

1.5.2 Zonasi

Meninjau peraturan Gubernur Nomer 23 Tahun 2019 pasal 10 mekanisme

PPDB dilakukan melalui 3 jalur yaitu salah satunya zonasi. Pada pasal Sebelas

yang dimana terdapat jalur zonasi dimana memiliki pasal yang mengatur terkait

(19)

dengan mekanisme penentuan keterpilihan sisiwa dipertimbangkan aspek domisili sebesar 90%. Selain itu dalam kartu keluarga akan di beritahukan pada 6 bulan sebelum dilaksanakan PPDB. Zonasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 satuan pendidikan menerima calon peserta didik paling banyak sebesar 20% dari total jumlah keseluruhan pagu untuk keluarga tidak mampu dan di prioritaskan bagi anak keluarga buruh sebesar 5%. PPDB jalur zonasi sebagaimana dimaksud di peruntukan bagi calon peserta didik baru yang berasal dari keluarga miskin/pra sejahtera dan keluarga buruh yang di buktikan dengan Kartu Indonesia Pintar/Program Indonesia Pintar. Adapun peraturaan berkaitan dengan PPDB yang dimana jika sisa kuota tidak dapat diisi maka sisa nya akan dapat dimasukan dalam jalur zonasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 12. 14

1.6 Definisi Operasioanal

1. Standart Dan Tujuan Kebijakan Sistem Zonasi Di SMA Kabupaten Lamongan

a) Prosedur dalam menetapan wilayah zona sekolah

b) Mekanisme dalam menetapkan keseimbangan wilayah antar radius sekolah dan domisili

2. Penyelenggaraan Penerimaan Peserta Dididk Baru di SMA a) Sumber dukungan alokasi finansial dan sumber daya manusia b) Sikap Kecenderungan (disposition) Para Pelaksana

c) Karakteristik Agen Pelaksana

d) Komunikasi antar organisasi dan kegiatan pelaksana

14

Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 23 Tahun 2019 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, Dan

(20)

e) Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik

3. Hambatan Sekolah SMAN 1 Paciran dan SMAN 1 Karangbinangun dalam Penerimaan Peserta Ddik Baru.

a) Banyaknya sekolah SMK dan Swasta

1.7 Metode Penelitian

Secara umum metode penelitan didefinisikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang terencana , terstruktur, sistematis dan memiliki tujuan tertentu baik praktis maupun teoritis. Dikatakan sebagai kegiatan ilmiah karena penelitian dengan aspek ilmu pengetahuan dan teori. Terencana karena penelitian harus di rencanakan dengan memperhatikan waktu, dana dan aksesibilitas terhadap tempat dan data. 15

1.7.1 Jenis penelitian deskriptif

Penelitian ini lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengunkapkan fakta-fakta yang ada walaupun kadang-kadang di berikan interpretasi menciptakan konsep-konsep ilmiah, sekaligus berfungsi dalam mengadakan suatu spesifikasi mengenai gejala-gejala fisik ataupun sosial yang dipersoalkan. Di samping itu, penelitaian ini harus mampu merumuskan dengan tepat apa yang ingin diteliti dan teknik peneliatannya apa yang tepat dipakai untuk menganalisisnya. Hasil dari penelitiannyaa

15

Semiawan, P. D. Metode Penelitian Kualitatif . Grasindo.

(21)

difokuskan untuk memberikan gambaran keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti. 16

1.7.2 Sumber Data

1. Data Primer, Yaitu data yang diambil langsung dan diolah dai objek penelitian yang belum mengalami pengelolahan lebih lanjut dan dikembangkan dengan pemahaman sendiri oleh penulis, misalnya hasil wawancara dengan narasumber atau seseorang yang dianggap dapat memberikan informasi atau masukan data yang diperlukan dalam penulisan.

2. Penggunaan data sekunder, dimana kedudukannya memperkuat data primer yang diperoleh dengan menggunakan tinjauan pustaka

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

1. Studi Kepustakaan, dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data-data dan informasi untk mendapatkan latar belakang permasalahan, teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan permasalahan yang ada serta data-data penunjang lainnya.

2. Studi Lapang berupa Wawancara, penelitian ini dilakukan dengan wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara kepada beberapa narasumber. Terdapat 2 jenis wawancara yaitu wawancara berstruktur guna bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui pasti tentang

16

Waluya, B. 2007. Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. PT Grafindo Media

(22)

informasi yang akan diperoleh, sedangkan wawancara tidak berstruktur yaitu wawancara bebas tanpa pedoman pengumpulan datanya.

3. Pendokumentasian dalam penelitian meruapakan bagian teknik mendapatkan sumber data yang dimana dapat dilakukan melalui perekaman suatu fenomena yang terjadi dalam penelitian di lapangan

1.7.4 Subjek Penelitian

a) Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten Lamongan (Dra.Sri Yuliasih, MM)

b) Kepala sekolah SMA Negeri 1 Paciran ( M. Hannas Suhaamto)

c) Kepala sekolah SMA Negeri 1 Karangbinangun (Anang Dwi Bagus Kridawahana)

1.7.5 Lokasi Penelitian

1. Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten Lamongan

Jl. Kombes Pol. M.Duryat No 7 Kec. Lamongan, Kabupaten Lamongan Jawa Timur

2. SMA Negeri 1 Paciran

Alamat ; JL. Kandangsemanangkon, Kandangsemangkon, Kec. Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur 62264

3. SMA Negeri 1 Karangbinangun

Alamat ; Jl. Karangbinangun, Desa Windu, Karangbinangun, Lamongan,

Jawa Timur

(23)

1.7.6 Tahap Pengumpulan Data

Analisis Data ini dengan menggunaa metode data deskriptif kualitatif, dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Pengumpulan data, data dikumpulkan melalui observasi, wawancara maupun Dokumentasi

2. Reduksi Data, Data yang diperoleh berupa data Primer dan Data Sekunder yang berupa gambar, Tabel-Tabel, dan hasil Wawancara yang akan di identifikasi secara komprehensif sehingga Data akan Terbagi kedalam beberapa jenis.

3. Display Data, pada tahap ini peneliti akan menganalisis, menguraikan dan memahami atau menggambarkan kembali data yang di peroleh dengan bahasa peneliti agar lebih mudah di pahami.

4. Kesimpulan Sementara dari keseluruhan data yang di peroleh, kemudian

disusun secara sistematis dalam bentuk laporan penelitian.

(24)

Alur Pemikiran Penelitian

Sumber:Diolah oleh peneliti

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomer 51 Tahun 2018

1. Standart dan tujuan kebijakan 2. Sumber-sumber kebijakan 3. Karakteristik Agen Pelaksana

4. Sikap Kecenderungan (disposition) Para Pelaksana 5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas

Pelaksana

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik

Donald Van Meter dan Van Horn “The policy implementasion process: A Conceptual Framework”.

Administration and society 6 [1975]

Peraturan Pemerintah Jawa Timur Nomer 23 Tahun 2019

Cabang Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan Menetapkan Wilayah Zonasi Sekolah Zona 1-7

1. Faktor penghambat 2. Faktor

pendukung

Penerimaan peserta didik baru di

SMA N 1 Paciran dan SMA N 1 Karangbinangun

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data pada instrumen supervisi di atas, lakukanlah analisis data hasil supervisi dengan menggunakan LK 9. Saudara dapat melakukan analisis hasil supervisi

Understanding the Consumption of Television Programming: Development and Validation of a Structural Model for Quality, Satisfaction and Audince Behavior.. Role

Mengedarkan borang-borang kemasukan peperiksaan (Borang Sekolah / Borang Sementara) untuk diisi oleh pelajar dengan kerjasama guru tingkatan.. Menghadiri

Evaluasi Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (Rtlh) Di Kabupaten Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada)..

yang diberikan sekolah akan memotivasi guru untuk bekerja secara lebih baik lagi sehingga kinerja guru dalam mengajar pun akan meningkat (Alawiyah, 2009). Dari deskripsi yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis peningkatan rasio likuiditas dari segi cash rasio, peningkatan rasio solvabilitas dari segi rasio total aktiva,

EAHAN DAN HETODE.. KESIMPULAN DAN

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 311 ayat (1), Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali,