• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekonomi Kota Tata Kelola Kota dan Pelay

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ekonomi Kota Tata Kelola Kota dan Pelay"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

2015

3613100055 Dea Siti Nurpiena

3613100505 Risa Andini

3613100511 Enno Audina Mulyono

3613100703 Eliziaria Febe Gomes

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Ekonomi Kota: Tata Kelola Kota dan

(2)

EKONOMI KOTA

TATA KELOLA KOTA & PELAYANAN PUBLIK

Seri : Public Services and Good Governance

Oleh :

3613100055 Dea Siti Nurpiena

3613100505 Risa Andini

3613100511 Enno Audina Mulyono

3613100703 Eliziaria Febe Gomes

Dosen Pembimbing :

Belinda Ulfa Aulia, ST. M.Sc.

Surya Hadi Kusuma, ST. MT.

(3)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015 Page i

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan YME karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, makalah

yang berjudul “Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik” ini dapat terselesaikan dengan baik.

Tidak lupa sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan orang-orang yang setia meneladani Beliau.

Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memastikan bahwa penyusun mampu menemukenali persoalan aktual ekonomi kota yang dikaitkan dengan materi perkuliahan harian, mendeskripsikan persoalan ekonomi kota yang telah ditemukenalinya, mampu menyajikan fakta empiri (data kuantatif, data kualitatif) dari berbagai sumber rujukan terkait persoalan ekonomi kota yang diangkatnya sebagai bahan tugas, dan mampu menyajikan dalam bentuk presentasi tulisan dan lisan di kelas. Pada kesempatan kali ini, penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atas segala dukungan yang telah diberikan kepada penyusun untuk menyelesaikan makalah ini.

Penyusun juga menyadari atas kekurangsempurnaan makalah ini. Sehingga penyusun berharap adanya kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini di kemudian hari. Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta menambah wawasan bagi para pembaca.

Surabaya, 16 April 2015

(4)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015 Page ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ...ii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Sistematika Penulisan ... 2

BAB II. PEMBAHASAN ... 3

2.1 Pengertian Tata Kelola Kota ... 3

2.1.1 Prinsip Tata Kelola Kota ... 3

2.1.2 Kerjasama Pemerintah-Swasta dalam penyediaan ... 6

2.2 Pengertian Pelayanan Publik ... 7

2.2.1 Hakikat Pelayanan Publik ... 7

2.2.2 Jenis Pelayanan Publik ... 8

2.2.3 Kualitas Pelayanan Publik... 8

2.2.4 Penyediaan Pelayanan Publik ... 9

2.2.5 Penetapan Tarif dalam Pelayanan Publik ... 10

2.2.6 Public Services of Singapore: Masterplan 2014 ... 11

2.2.7 Tingkat Pelayanan Publik di Indonesia ... 12

2.2.8 Studi Kasus ... 12

2.2.9 Inovasi Pelayanan Publik ... 13

BAB III. PENUTUP ... 14

3.1 Kesimpulan ... 14

DAFTAR PUSTAKA ... 15

LAMPIRAN PERTANYAAN ... 16

Daftar Gambar

Gambar 1 Karakteristik Good Governance ... 4

Gambar 2 Sepuluh Prinsip Good Governance ... 4

Gambar 3 Contoh Pelayanan Publik Primer: Pelayanan Administrasi Kependudukan ... 8

Gambar 4 Contoh Pelayanan Sekundder: Sarana Rekreasi Pasar Malam ... 8

(5)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015 Page 1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Keinginan mewujudkan tata kelola kota dan pelayanan publik dalam kehidupan pemerintahan dan bermasyarakat telah lama diupayakan oleh Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Pemerintah bertekad menjadikan good governance sebagai bagian terpenting dari sistem pemerintahan dan mewujudkan pemerintahan yang bersih. Para Walikota/Bupati serta sejumlah kalangan di luar pemerintahan juga banyak yang menyatakan ingin mewujudkan good governance menjadi praktik tata-pemerintahan sehari-hari di lingkungan masyarakat

Namun, banyak pertanyaan yang muncul meliputi bagaimana mewujudkan good governance di dalam pemerintahan strategi apa yang sebaiknya dilakukan untuk mewujudkan good governance, serta bagaimana upaya yang tepat dalam menyediakan pelayanan publik yang mampu memberikan rasa aman, nyaman serta transparan bagi masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu tidak mudah untuk menjawabnya karena sejauh ini konsep good governance sendiri memiliki arti yang luas dan sering dipahami secara berbeda-beda. Banyak orang menjelaskan good governance secara berbeda karena tergantung pada konteksnya.

Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan fungsi penting dari pemerintah selain distribusi, regulasi, dan proteksi, dimana hal tersebut merupakan aktualisasi riil hubungan sosial dengan masyarakat. Pemerintah sebagai penyedia layanan secara mutlak memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelayanan sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat. Pelayanan ini wajib diberikan seperti yang telah diamanatkan dalam dalam Undang Undang Dasar 1945 bahwa negara wajib melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka pelayanan umum dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(6)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015 Page 2

1.2

Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam penyediaan materi terkait mata kuliah ekonomi kota. Menambah pula wawasan bagi setiap mahasiswa untuk lebih memahami dan mendalami maksud,tujuan terkait materi.

1.3

Sistematika Penulisan

Pada makalah ini terdapat tiga bab yang berguna untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi dari makalah ini secara keseluruhan mengenai Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik.

Bab I merupakan bab pendahuluan dan awal dari makalah ini. Bab ini berisikan latar belakang, tujuan, serta sistematika pembahasan dari tugas ekonomi kota mengenai Tata Kelola Kota dan Pelayanan Publik sehingga akan mempermudah pembaca dalam memahami pokok utama dari makalah ini.

Bab II berisi tentang definisi dan penjelasan terkait tata kelola kota, pelayanan publik, hakikat pelayananan publik, kualitas pelayanan publik, pelayanan publik di Singapura, serta studi kasus dan inovasinya.

(7)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015 Page 3

BAB II. PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Tata Kelola Kota

Menurut UNDP mendefinisikan Tata Kelola atau good governance sebagai pelaksanaan dari aspek politik, ekonomi yang dimana merupakan landasan untuk pembangunan yang memiliki kewenangan administratif untuk mengelola urusan bangsa dalam semua tingkatan. Pelaksanaan ekonomi meliputi proses pembuatan keputusan di bidang aspek ekonomi yang berimplikasi pada masalah pemerataan, kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup begitu pula dengan pelaksanaan politik yang dimaksud dalam tata kelola kota adalah proses keputusan untuk memformulasikan kebijakan yang dimana menjadi sistem implementasi dari kebijakan tersebut adalah yang disebut dengan pelaksanaan secara administratif.

Menurut Winandi (1998), good governance berarti kekuasan yang didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku dimana segala kebijakan dilakukan secara transparan serta dapat juga dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat, yang dimana harus didasari juga pada aspek kelembagaan bukan atas kehendak seseorang atau kelompok tertentu.

Lembaga yang membantu dalam pelaksanaan antara lain melalui sektor negara atau pemerintahan yang menciptakan peraturan terhadap lingkungan politik sehingga dapat efisien dalam proses pelaksanaannya, sektor privat yang sebagai partnership yang dimana membantu dalam proses pelaksanaan hingga pendapatan dan masyarakat yang sebagai pengguna yang memiliki peran yang sangat penting terhadap aspek lingkungan, sosial dan ekonomi.

Dalam pelaksanaannya yang mempunyai kewenangan untuk implementasinya adalah pemerintah kota yang dimana fungsinya untuk mengelola urusan umum kota secara efisien dan terintegrasi sehingga kota dapat berkelanjutan.

Berangkat dari pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan yang semakin bertambah sehingga menyebabkan jumlah kebutuhan akan infrastrukturnya pun semakin besar. Hal ini, maka dibutuhkan pemerintah kota yang berkonsentrasi pada pembangunan ekonomi dengan kondisi infrastruktur dan investasi yang bersifat terbatas terutama dalam aspek lingkungan.

2.1.1 Prinsip Tata Kelola Kota

(8)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015 Page 4

 Partisipasif; dengan melibatkan para stakeholder adalah landasan suatu pemerintahan yang baik, yang bisa secara langsung maupun melalui lembaga perantara yang sah secara hukum atau perwakilan. Hal ini untuk menunjukan bahwa meninggikan nilai dari demokrasi suatu negara dimana masyarakat juga mendapatkan kesempatan dalam membuat keputusan.

 Orientasi konsensus; dalam hal ini mempertimbangkan bagaimana dapat menciptakan perpektif yang sifatnya dengan jangka pajang yang luas agar semua pembangunan dapat berkelanjutan yang melihat dari beberapa aspek sejarah, budaya sosial atau komunitas.

 Akuntabel atau Accountability; merupakan kebutuhan utama dalam pelaksanaannya. Yang dimana pemerintah dibantu oleh pihak swasta dan organisasi masyarakat sipil yang bertanggung jawab terhadap proses penyelenggaraannya.

 Responsif; Lembaga yang bertanggung jawab pada keputusan yang diambil secara internal atau external dalam melayani stakeholders.

 Rule of Law; merupakan kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang tertentu hukum hak asasi manusia.

 Transparansi; berarti keputusan yang diambil penegakannya dilakukan dengan cara mengikuti aturan dan peraturan, yang dimana dapat diakses oleh semua pelaku yang berpengaruh terhadap keputusan yang telah diambil.

Gambar 1 Karakteristik Good Governance

Sumber: United Nation, ESC for Asia Pacific

Gambar 2 Sepuluh Prinsip Good Governance

Sumber: Komite Nasional Kebijakan Governance

Adapun prinsip-prinsip yang merupakan lanjutan daripada Karakteristik tersebut oleh Komite Nasional Kebijakan Governance, yang dimana terdapat sepuluh prinsip Good Governance:

1. AKUNTABILITAS: Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat.

(9)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015 Page 5 3. DAYA TANGGAP: Meningkatkan kepekaan para penyelenggaraan pemerintahan

terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali.

4. PROFESIONALISME: Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggaraan pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya terjangkau.

5. EFISIENSI & EFEKTIVITAS: Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal & bertanggung jawab. 6. TRANSPARANSI: Menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan

masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam memperoleh informasi.

7. KESETARAAN: Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.

8. WAWASAN KE DEPAN: Membangun daerah berdasarkan visi & strategis yang jelas & mengikuti-sertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga merasa memiliki dan ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan daerahnya.

9. PARTISIPASI: Mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut kepentingan masyarakat, baik secara langsung mapun tidak langsung.

10. PENEGAKAN HUKUM: Mewujudkan penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

Dengan adanya prinsip-prinsip yang telah dikemukakan diatas menjadi salah satu landasan dalam mengelola pemerintahan dengan mengambil keputusan dalam suatu negara. Untuk sistem pelaksanaannya dibagi menjadi dua bagian antara lain; Centralisasi dan Decentralisasi, Centralisasi yang dimaksud merupakan pengelolaan yang dilakukan atau keputusan yang diambil terpusat pada pemerintah pusat dan terlaksana di setiap wilayah sesuai dengan peraturan dan aturan yang telah ditetapkan, namun untuk descentralisasinya sendiri, pemerintah kota dapat mengambil keputusan untuk melakukakn pengelolaan terhadap kota, akan tetapi tetap padda peraturan dan aturan yang ada.

(10)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015 Page 6 2.1.2 Kerjasama Pemerintah-Swasta dalam penyediaan

Kerjasama antara pemerintah dan swasta merupakan terobosan yang bisa dilakukan dalam rangka menunjang penyediaan pelayanan publik. Selain itu, pelibatan swasta dan masyarakat dalam pembangunan sejalan dengan prinsip tata kepemerintahan yang baik atau Good Governance yang dewasa ini telah menjadi kecenderungan global sebagai model dalam penyelenggaraan pemerintahan secara umum. Tata kepemerintahan yang baik menekankan bahwa penyelenggaraan kepemerintahan negara diperlukan adanya keseimbangan interaksi dan keterlibatan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat (Tim Kajian PKP2A III LAN Samarinda, 2013).

Dalam konsep kerjasama pemerintah dan swasta merupakan sinergi dari kapasitas keahlian kedua pihak tanpa memandang satu pihak lebih penting dari yang lainnya, dimana pemerintah memberi kontribusi berupa reputasinya sebagai pemilik aset dalam suatu perekonomian, pelayan masyarakat, serta kepemilikannya atas data atau sebuah lahan. Kerjasama pemerintah dan swasta bersumber dari konsep kontrak kompetitif sebagai suatu cara pemerintah memberi pelayanan publik kepada masyarakat. Dengan demikian, model kerjasama tesebut merupakan suatu usaha yang menggabungkan sektor swasta dengan pemerintah sebagai upaya peningkatan nilai efektivitas dan efisiensi dari sebuah tata kelola kota.

Ada sejumlah model yang dapat dipilih dalam suatu kerjasama sector public dan swasta sebagai cara untuk memberi pelayanan publik kepada masyarakat, yaitu:

 Build, Own, and Operate (BOO)

Berdasarkan model BOO ini, pihak swasta membangun, memiliki, dan mengoperasikan suatu proyek yang telah dibangun.

 Build, Operate and Transfer (BOT)

Jika pihak swasta membangun, memiliki dan mengoperasikan suatu proyek dalam jangka waktu tertentu sebelum diserahkan ke pemerintah untuk memiliki dan mengoperasikannya, maka kerjasama tersebut masuk dalam kategori BOT.

 Design, Build, Fund and Maintain (DBFM)

Dalam model ini, pihak swasta merancang, membangun, mendanai, memiliki dan memelihara suatu proyek. Sementara pemerintah hanya mengoperasikannya.

 Build, Own and Maintain (BOM)

Dengan model BOM, sektor swasta membangun, memiliki dan memelihara suatu proyek, namun pemerintah berfungsi merancang dan mengoperasikannya.

 Lease, Develop, and Operate (LDO)

Jika pemerintah tetap memiliki asset suatu proyek, sementara pihak swasta melalui perjanjian sewa-menyewa membangun dan mengoperasikannya.

(11)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015 Page 7 Melalui model OM, pemerintah mempertahankan kepemilikan aset suatu proyek yang ada sementara pihak swasta mengoperasikan dan memeliharanya.

2.2

Pengertian Pelayanan Publik

Pelayanan Publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.2.1 Hakikat Pelayanan Publik

Pelayanan publik secara teori, sebuah negara dibentuk oleh masyarakat di suatu wilayah tidak lain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama setiap anggotanya dalam koridor kebersamaan (Widodo, 2013). Dalam angan setiap anggota masyarakat, negara yang dibentuk oleh mereka ini akan melaksanakan fungsinya menyediakan kebutuhan hidup anggota berkaitan dengan konstelasi hidup berdampingan dengan orang lain di sekelilingnya. Di kehidupan sehari-hari, kebutuhan bersama tersebut diartikan sebagai kebutuhan publik. Contohnya adalah Kartu Tanda Penduduk yang merupakan kebutuhan publik bagi setiap orang yang sudah memenuhi persyaratan tertentu. Tanpa KTP, seseorang akan mengalami kesulitan dalam berurusan dengan orang lain atau sebuah institusi. KTP perlu dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang yang dibentuk dan ditunjuk oleh negara, seperti kelurahan atau desa.

(12)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015 Page 8

Gambar 3 Contoh Pelayanan Publik Primer: Pelayanan Administrasi Kependudukan

Sumber: Google Search 2015

Gambar 4 Contoh Pelayanan Sekundder: Sarana Rekreasi Pasar Malam

Sumber: Google Search 2015

Pelayanan publik umumnya dibagi dalam dua kategori sesuai dengan tingkat kepentingan kebutuhan warga negara, yakni pelayanan publik primer dan pelayanan publik sekunder. Pelayanan publik primer merujuk kepada semua jenis layanan dari sebuah instansi baik pemerintah maupun swasta untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat mutlak dari seorang warga negara. KTP bersifat mutlak bagi setiap warga negara yang sudah memenuhi syarat, terutama dari segi usia. Pemenuhan layanan air bersih, listrik, dan transportasi juga merupakan kebutuhan layanan publik yang bersifat mutlak bagi setiap orang. Sebaliknya, pelayanan publik sekunder merujuk kepada semua layanan yang tidak mutlak bagi seorang warga negara, semisal kebutuhan tata rias, hiburan, dan sejenisnya.

2.2.2 Jenis Pelayanan Publik

Pelayanan Publik merupakan realisasi atau wujud nyata keberadaan konsep administrasi publik. Terdapat dua jenis pelayanan;

 Pelayanan Publik (Pemerintah)

1. Fisik : pelayanan berbentuk penyediaan barang (gedung sekolah, jalan, jembatan, gedung rumah sakit,dll);

2. Non Fisik : pelayanan jasa atau tiidak berbentuk barang (pendidikan, kesehatan, dll); 3. Administratif : pelayanan yang bersifat pengaturan atau legalitas (KTP, perijinan, akte

kelahiran, dll).

 Pelayanan Privat : pelayanan yang perolehannya harus membayar, dan dapat berpindah bila tidak sesuai dengan keinginannya (banyak pilihan publik, tidak ada monopoli) 2.2.3 Kualitas Pelayanan Publik

Dalam konsep SERVQUAL (Services Quality), kualitas pelayanan didefinisikan

sebagai “penilaian atau sikap global berkenaan dengan superioritas suatu jasa”

(13)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015 Page 9 pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Adapun dimensi kualitas pelayanan yang diungkapkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry tahun 1988, yakni mengacu pada kualitas penawaran pelayanan yang diharapkan dan dirasakan. Model ini didasarkan pada skala multi-item yang dirancang untuk mengukur harapan dan persepsi pelanggan. Berikut ini adalah dimensi yang telah di re-model oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry pada tahun 1988 yang disederhanakan menjadi 5 dimensi yaitu:

1. Tangibles (bukti langsung): meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawam, dan sarana komunikasi,

2. Reliabilitas (keandalan): kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan,

3. Responsiveness (daya tanggap): keinginan para pemberi pelayanan untuk membantu para pelanggan dan memerikan pelayanan dengan tanggap,

4. Assurance (jaminan): mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para pemberi pelayanan, bebas dari bahaya, resiko, atau keraguan,

5. Empathy (empati): kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan.

2.2.4 Penyediaan Pelayanan Publik

Tujuan yang dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dalam hubungan masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Terkait hal ini dalam UU 25 Tahun 2009, pasal 3 menyebutkan bahwa :

 Terwujudnya batasan dan hubugan yang jelas tentang hak, kewajiban dan kewenangan seluruh pihak terkait dengan penyelenggaran pelayanan publik.

 Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik

 Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan

 Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Adapun beberapa program dari pemerintah untuk memonitoring dan evaluasi dari peraturan yang telah ditetapkan tentang pelayanan yang digunakan untuk acuan penilaian kualitas pelayanan para penyelenggara pelayanan publik. Antara lain;

 Penyelenggara Terpadu Satu Pintu (PTSP)

 Surat Edaran dari Permen PAN Nomor 15 Tahun 2013 “Kompetisi Inovasi Unit

Pelayanan Publik di Indonesia

(14)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015 Page 10 Guna mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) dan meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan terutama di bidang peningkatan kualitas publik, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menyelenggarakan kembali Sosialisasi Peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik pada Rabu, 13 Februari 2013 bertempat di Hotel Kartika Chandra, Jakarta dengan agenda penyampaian persyaratan dalam melakukan penilaian dan pemeringkatan penyelenggaraan pelayanan publik bagi kementerian/lembaga (K/L). Fungsi dari ketiga program dari pemerintah adalah monitoring dan evaluasi dalam penyelenggaraan Masyarakat, misalnya; Pelayanan dasar masyarakat: misalnya kesehatan, adakah dokter yang memadai di setiap unit pelayanan kesehatan.

2.2.5 Penetapan Tarif dalam Pelayanan Publik

Aturan yang biasa dipakai oleh pemerintah dalam menetapkan seberapa besar harga yang dipungut dalam pelayanan publik adalah dengan menghitung beban sebesar total biaya untuk menyediakan pelayanan tersebut, atau biasa dikenal dengan sistem full cost recovery. Namun dalam praktiknya, sistem ini menemui beberapa kesulitan, antara lain:

 Sulitnya menentukan biaya total dalam menyediakan suatu pelayanan

 Sulitnya menentukan jumlah barang dan jasa yang dikonsumsi

 Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar

 Menentukan biaya apa saja yang patut untuk diperhitungkan sebagai total biaya

Dalam penentuan tarif pelayanan publik, terdapat alternatif lain yakni dengan menggunakan sistem marginal cost pricing, yaitu tarif yang dipungut sama dengan biaya untuk melayani konsumen. Marginal cost pricing mengacu pada harga pasar yang seimbang sehingga lebih efisien dan dapat meningkatkan output sampai titik dimana marginal cost sama dengan harga jual. Namun dalam praktiknya, penerapan pembebanan dengan marginal cost pricing harus memperhatikan hal-hal seperti biaya operasi variabel, biaya modal atas aktiva yang digunakan untuk memberi pelayanan, biaya penggantian atas aset modal yang digunakan dalam penyediaan pelayanan, serta biaya penambahan aset modal yang digunakan untuk penyediaan pelayanan publik.

(15)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015 Page 11 2.2.6 Public Services of Singapore: Masterplan 2014

Urban Redevelopment Authority Singapore, atau yang biasa disebut dengan URA Singapore, adalah badan perencanaan nasional perkotaan Singapura, yang berada di bawah naungan Kementerian Pembangunan Nasional Pemerintah Singapura. Seperti apa yang telah tercantum dalam URA Singapore Masterplan 2014, URA bertanggung jawab untuk membantu mengendalikan pembangunan-pembangunan yang dilakukan di Singapura terkait keterbatasan lahan yang dimiliki Singapura, mempermudah akses pelayanan bagi masyarakat, transparansi informasi bagi masyarakat, pengoptimalan fasilitas penunjang transportasi, menjaga kebersihan lingkungan, dan juga untuk memfasilitasi keharmonisan ras, seperti menghindari segregasi dalam perencanaan kota, serta mempertahankan cagar budaya yang ada di Singapura, mencari cara untuk meningkatkan estetika dan untuk mengurangi kemacetan.

Gambar 5 Tampilan Masterplan Singapura 2013 pada website URA Singapore

Sumber: http://www.ura.gov.sg

Ada banyak pelayanan yang disediakan oleh organisasi ini, salah satunya adalah Season Parking. Yang dimaksud disini adalah warga Singapura maupun luar negeri dapat menikmati layanan tersebut, adapun ketentuan-ketentuan pada pengaplikasian sistem parkir musiman ini seperti:

1. Melakukan pendaftaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 2. Pemilihan lokasi seperti: Residential dan Non-residential.

3. Serta jenis kendaraan, seperti: Motor Car, Motorcycle, dan Heavy Vehicle. 4. Kemudian, menemukan posisi atau keberadaan pelanggan pada daftar tunggu.

(16)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015 Page 12 6. Pembayaran pendaftaran, yang dapat dilakukan via internet ataupun kartu kredit.

7. Setelah itu mencetak struk pembayaran, yang akan dijadikan sebagai bukti bahwa pengguna telah melakukan pembayaran parkir musiman.

Adapun sistem parkir musiman ini, dapat dilakukan pembaharuan atau perpanjang masa, dengan melakukan prosedur-prosedur sesuai yang tercantum pada website URA. Selain memperpanjang masa parkir, ada pula ketentuan pembayaran denda yang jatuhkan kepada pelanggaran parkir. Langkah-langkah penegakan hukum ini bertujuan untuk meminimalisir parkir liar agar kondisi jalan tetap aman dan tertib. Selain itu, penegakan ini mengurangi jumlah warga yang tidak membayar biaya parkir kendaraan mereka.

2.2.7 Tingkat Pelayanan Publik di Indonesia

Kondisi pelayanan publik di Indonesia masih jauh dari harapan masyarakat. Survei yang telah dilakukan oleh beberapa lembaga menunjukkan rapor buruk pelayanan publik di Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemerintah sebagai pembuat kebijakan sekaligus penyelenggara pelayanan publik belum mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas, meskipun ketentuan tentang pelayanan publik telah diundangkan melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Berikut beberapa penyebab terjadinya pelayanan yang kurang maksimal :

 Tidak adanya sistem monitoring dan evaluasi;

 Prosedur yang kurang jelas;

 Waktu yang tidak efisien;

 Sistem pengaduan yang kurang bekerja;

 Keterampilan petugas yang masih rendah;

 Petugas yang tidak ramah;

 Teknologi yang kurang yang berkembang;

 Sistem pengaduan yang kurang bekerja. 2.2.8 Studi Kasus

(17)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015 Page 13 Karena hal ini, mulai timbul banyaknya permasalahan-permasalahan seperti ditunjukan dengan banyaknya masyarakat yang menunggak dalam penyetoran pajak kendaraan. Terlihat dari tunggakan yang mengalami peningkatan setiap tahun dari tahun 2007 untuk mobil sebanyak 2.155 unit dengan besar tunggakan Rp. 758.950.150 dan untuk motor sebanyak 25.184 unit dengan besar tunggakan Rp. 1.986.585.480 menunjukkan terjadi peningkatan tunggakan PKB sampai tahun 2011 untuk kendaraan mobil meningkat menjadi 5.323 unit dengan besar tunggakan Rp. 4.808.069.540 dan untuk motor meningkat menjadi 33.864 unit dengan besar tunggakan sebesar Rp. 4.300.246.040.

Ini disebabkan karena dimensi pelayanan yang kurang efektif, lebih parahnya lagi, karena lambatnya reaksi dan penanganan yang diharapkan tunggakan pun akhirnya setiap tahun malah mengalami peningkatan. Selain itu kebocoran penyalahgunaan anggaran semakin memperparah keadaan yang sudah ada.

Layanan yang sering dikeluhkan oleh masyarakat berkaitan dengan administrasi publik yaitu pengurusan surat kendaraan bermotor khususnya yang menyangkut urusan administrasi seperti pengurusan Bukti Pajak Kendaraan Bermotor (BPKB), Biaya Balik Nama Kendaraan (BBNK), pengambilan nomor kendaraan khusus, dan pengurusan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Hal ini banyak dikeluhkan karena kegiatan pelayan ini mengharuskan masyarakat untuk mengurus sejumlah surat-surat yang cukup banyak sehingga membutuhkan waktu yang sangat lama, antrian yang panjang dan pastinya sangat tidak efisien dan membosankan.

2.2.9 Inovasi Pelayanan Publik

Inovasi Merupakan Kreasi dari Setiap Pemerintah Daerah, yang dimana untuk meningkatkan kualitas Pelayanan publik dengan tujuan menyelesaikan masalah yang terkait, untuk menilainya, pemerintah pusat (KEMENPAN) mengadakan sebuah Kompetisi Penyelenggaraan Inovasi.

(18)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015 Page 14

BAB III. PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Urban Good Governance memiliki arti yang luas dan dinamis, sebagai fungsi dari tempat dan waktu yang berbeda. Namun demikian, secara umum good urban governance dapat diartikan sebagai upaya merespons berbagai permasalahan pembangunan kawasan perkotaan secara efektif dan efisien yang diselenggarakan oleh pemerintah yang akuntabel bersama-sama dengan unsur-unsur masyarakat.

Terdapat tiga unsur dalam proses penyelenggaraannya antara lain; Pemerintah yang mempunyai wewenang dalam membuat kebijakan dan peraturan terkait sesuai dengan Undang-Undang yang ditetapkan, Swasta yang sebagai donator bagi pemerintah yang membantu juga dalam proses penyelenggaraan yang dimana nantinya akan terkait dengan kontrak tertentu, lalu Masyarakat memiliki peran sebagai pengguna dari hasil keputusan yang telah dibuat oleh pemerintah, yang dimana masyarakat ikut serta dalam menjaga dan meningkatkan kualitas penyelenggaran yang ada.

(19)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015 Page 15

DAFTAR PUSTAKA

Auditor Internal. (2012). Penilaian Tata Kelola dan Standar Kinerja. Auditor Internal.

Holle, E. S. (2011). Pelayanan Publik Melalui Electronic Goverment. Jurnal Sasi Vol. 17 No. 3 , 21-30.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur. (2009). Undang-Undang Nomor 25. Jakarta: Pemerintah Indonesia.

Ni Nyiman Dewi Pascarani, Ketut Winaya, Ni Wayan S, Kadek Chandra W. (2013). Implementasi Governance dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

Singapore Government. (t.thn.). Urban Redevelopment Authority. Diambil kembali dari Urban Redevelopment Authority: http://www.ura.gov.sg

Tim Kajian PKP2A III LAN Samarinda. (2013). Kemitraan antara Pemerintah Kota dengan Swasta dalam Pembangunan Daerah di Kalimatan. 1-16.

(20)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota | Institut Teknologi Sepuluh Nopember | 16 April 2015 Page 16

LAMPIRAN PERTANYAAN

1.

Shafira Aulia (071)

: Ketercapaian dan apa saja parameter kualitas pelayanan

publik?

2.

Ridho Rashanda (503)

: Apakah pelayanan dapat menuntaskan kemiskinan?

3.

Astarina Cleosa (056)

: Pelayanan Publik yang ideal seperti apa? Apa saja

contohnya ?

4.

Dian (048)

: Hubungan kegagalan pelayanan publik dengan ekonomi Kota

apa? Pelayanan yang dimaksud bagaimana ?

5.

Elok Wuri (059)

: Minta diperjelas lagi Tata Kelola Kota yang dimaksud itu

seperti apa? Lalu apa hubungannya dengan pelayanan publik

Gambar

Gambar 1 Karakteristik Good Governance ...........................................................................
Gambar 1 Karakteristik Good Governance
Gambar 3 Contoh Pelayanan Publik Primer:
Gambar 5 Tampilan Masterplan Singapura 2013 pada website URA Singapore

Referensi

Dokumen terkait

Rongga diantara Mineral Agregat/Voids in Mineral Agregat (VMA) Void Mineral Agregat atau rongga pada campuran agregat adalah rongga antar butiran agregat, terdiri dari

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat serta penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi dengan judul : Pengaruh

Faktor-faktor yang mempengaruhi para calon penumpang bus untuk tidak menggunakan Terminal baru Kertonegoro dan memilih untuk naik bus dari perempatan terminal

Metode ini digunakan untuk mendeteksi sudut pada citra, dimana pada sistem ini metode Harris Corner bertujuan untuk mendeteksi sudut pada plat nomor kendaraan yang

Sedangkan dari segi keabsahan perjanjiannya, masih tergantung apakah akad tersebut sesuai atau tidak dengan persyaratan yang telah ditentukan berdasarkan hukum syara‟, dengan

Sebagai state of the art, pada penelitian ini dusulkan peningkatan bandwidth dari antena mikrostrip lingkaran menggunakan metode beleved half cut.. Metode beleved half cut

Peningkatan aktivitas belajar siswa ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar

Pemeliharaan itik secara intensif menggunakan pakan komersial membutuhkan biaya produksi yang tinggi. Pengolahan bahan baku pakan yang tersedia di lingkungan sekitar menjadi pakan