• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU DALAM MENUMBUHKAN KEPEDULIAN ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ANGKASA KUBU RAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN GURU DALAM MENUMBUHKAN KEPEDULIAN ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ANGKASA KUBU RAYA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN GURU DALAM MENUMBUHKAN KEPEDULIAN

ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ANGKASA KUBU RAYA

Desi Tri Aryani, Aunurrahman, Fadillah

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Email : Desi.trioktofa@yahoo.com

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru dalam menumbuhkan kepedulian anak usia 5-6 Tahun di TK Angkasa Kabupaten Kubu Raya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peran guru sebagai organisator, fasilitator, informator, motivator dan konselor dalam menumbuhkan kepedulian anak melalui kegiatan pembelajaran serta sikap kepedulian yang muncul melalui peran guru dalam menumbuhkan kepedulian anak usia 5-6 Tahun di TK Angkasa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Sampel penelitian ini adalah 1 guru kelas B2 dan anak yang berjumlah 26 orang di TK Angkasa. Hasil analisis data menunjukkan bahwa peran guru sebagai sebagai organisator, fasilitator, informator, motivator dan konselor dalam menumbuhkan kepedulian anak melalui kegiatan pembelajaran sudah optimal. Guru memberikan informasi kepada anak dengan memanfaatkan setiap kejadian dalam kehidupan sehari-hari untuk mendorong tumbuhnya rasa kepedulian anak, memberikan motivasi kepada anak serta memberikan bimbingan terhadap anak yang sedang mengalami masalah.

Kata Kunci : Guru, kepedulian, anak

Abstract: This research aim to to know role of teacher in grow caring of age child 5-6 Year in Great TK Space Sub-Province Citadel. Target of research is to know role of teacher as organizer, fasilitator, informator, and motivator of konselor in grow caring of child through activity of study and also caring attitude which emerge to through role of teacher in grow caring of age child 5-6 Year in TK Space. Method Research the used is descriptive method by using approach of research qualitative. this Research Sampel is 1 class teacher of B2 and child amounting to 26 people in TK Space. Result of data analysis indicate that role of teacher as as organizer, fasilitator, informator, and motivator of konselor in grow caring of child throug activity of study have is optimal. Teacher give information to child by exploiting each;every occurence in everyday life to push the growing of feeling caring of child, giving motivation to child and also give tuition to child which is experiencing of problem.

Keywords: Teacher, caring, child

epedulian merupakan salah satu karakter yang ditanamkan atau ditumbuhkan pada anak sejak dini. Dalam menumbuhkan karakter anak sebaiknya orang dewasa menanamkan melalui pendidikan karakter. Menurut Lickona (dalam

K

(2)

Muchlas Samani & Haryanto, 2012:44) mendefinisikan “pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis”.

Menurut Akhmad Muhaimin (2010: 88) Kepedulian adalah sikap memerhatikan kebutuhan orang lain baik secara materi maupun non materi, mau berbagi, dan mendengarkan orang lain. Di dalam Peraturan Menteri 58 tahun 2009 mengemukakan bahwa “anak pada usia 5-6 tahun sudah dapat berperilaku mulia seperti berbagi, menolong dan membantu teman”. Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini (2012:23), mengemukakan beberapa indikator kepedulian yang merupakan acuan untuk dapat ditumbuhkan oleh pendidik yaitu : Anak bersimpati terhadap keadaan orang lain, anak bergembira bila mendengar berita yang menyenangkan, bersedih bila mendengar berita yang menyedihkan, anak bersedia membantu orang lain, dan mau berbagi dengan orang lain . Hal tersebut sangat penting dibiasakan sejak dini, agar anak dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sosialnya.

Kepedulian anak dapat ditanamkan atau ditumbuhkan melalui lingkungan yang paling dekat dengan anak yaitu keluarga. Namun selain dilingkungan keluarga anak juga akan berkembang dilembaga pendidikan prasekolah. Lembaga pendidikan merupakan lembaga yang memberikan proses pendidikan baik dari kemampuan akademis maupun non akademis. Kemampuan akademisnya seperti cara berfikir dan kemampuan non akademisnya seperti perilaku.

Dalam menumbuhkan kepedulian anak diperlukannya peran guru karena guru merupakan sosok panutan bagi peserta didik, yang segala gerak-gerik dan sikapnya langsung terlihat oleh peserta didik. Perilaku yang ditunjukkan oleh peserta didik merupakan cerminan dari guru atau orang dewasa yang ada dilingkungan.

Menumbuhkan kepedulian anak dapat diberikan dengan arahan, latihan dan bimbingan dari guru melalui metode pembelajaran yang telah direncanakan. Metode pembelajaran yang tepat pada anak usia dini yang sederhana dan penuh kasih sayang dapat menumbuhkan kepedulian anak, sehingga anak dapat diterima di masyarakat luas yang akan membina hubungan sosial terhadap teman sebaya, orang dewasa dan lingkungannya. Guru atau orang dewasa harus memperhatikan perkembangan yang ada pada diri anak terutama sikap kepedulian anak yang akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan dilapangan di dalam 1 kelas terdapat 1 guru dengan jumlah murid 26 anak. Dalam memberikan pembelajaran guru tersebut kurang optimal dan belum sepenuhnya memperhatikan semua anak yang ada di dalam kelas, karena perbandingan guru dengan jumlah murid tidak sebanding. Oleh karena itu, masih ada 12 orang anak yang belum dapat peduli secara optimal terhadap sesama, seperti 2 anak yang belum bersimpati terhadap keadaan orang lain, 2 anak tidak bergembira bila mendengar berita yang menyenangkan, 4 anak tidak bersedih bila mendengar berita yang menyedihkan, 3 anak belum bersedia membantu orang lain, dan 2 anak tidak mau berbagi dengan orang lain.

Dari latar belakang yang diuraikan peneliti, maka peneliti mengangkat judul tentang peran guru dalam menumbuhkan kepedulian anak usia 5–6 tahun di TK Angkasa Kabupaten Kubu Raya.

(3)

METODE

Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Dalam penelitian ini peneliti akan mengkaji peran guru dalam menumbuhkan kepedulian anak usia 5–6 tahun di TK Angkasa Kabupaten Kubu Raya. Melihat permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini maka metode yang dianggap cocok dan relevan adalah metode deskriptif. Menurut Moh. Nazir (2011:54), “Metode Deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”.

Agar peneliti dapat mendeskripsikan secara jelas, rinci dan mendapatkan data yang mendalam serta memahami peran guru dalam menumbuhkan kepedulian anak usia 5–6 tahun di TK Angkasa Kabupaten Kubu Raya, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Menurut Syaodih Nana (2007:60) mengemukakan bahwa ”Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskipsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepecayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok”.

Subjek penelitian ini adalah guru kelas B2 dan anak yang berjumlah 26 orang di TK Angkasa yang berlokasi di jalan Arteri Lanud Supadio Kabupaten Kubu Raya.

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah observasi langsung, komunikasi langsung dan studi dokumentasi dengan alat pengumpulan data berupa pedoman observasi daftar cek (check list), panduan wawancara, data dokumen dan catatan lapangan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data Miles and Huberman. Miles and Huberman, mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus – menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”.

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahap analisis data yaitu sebagai berikut.

Pengumpulan Data (Data Collection)

Data atau informasi yang berhasil dikumpulkan dari proses penelitian biasanya berupa narasi yang jumlahnya bisa ratusan halaman. Agar informasi “bahan mentah” ini tidak membingungkan peneliti, maka perlu dibentuk uraian atau laporan terinci dalam tahap selanjutnya

Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data – data “kasar” yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data/ transformasi ini berkelanjutan terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Dalam penelitian ini, akan dilakukan pemeriksaan kembali data-data yang sudah terkumpul baik dari hasil wawancara, catatan lapangan, maupun daftar observasi yang menggunakan ceklis. Aspek yang direduksi adalah peran guru dalam menumbuhkan kepedulian anak usia 5-6 Tahun di TK Angkasa Kabupaten Kubu Raya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

(4)

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, mencari data lagi bila diperlukan.

Penyajian Data (Data Display)

Dalam penelitian kualitatif penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, hubungan antarkategori, bagan. Dan yang paling sering digunakan adalah teks naratif yang bersumber dari petikan wawancara, hasil observasi, maupun dokumen. Penyajian data dilakukan guna untuk mempermudah dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

Pengambilan Keputusan dan Verifikasi (Conclusion Drawing/ Veryfing)

Langkah selanjutnya adalah peneliti melakukan penarikan kesimpulan

(conclusion drawing and verifying). Proses pengumpulan data bukan merupakan

langkah akhir, sebab kesimpulan yang telah diperoleh masih bersifat kabur, diragukan dan akan berubah jika tidak ditemukan bukti – bukti yang kuat. Karena itu selalu diperlukan pendalaman data secara interaktif hingga ditemukan kesimpulan yang benar – benar konsisten dan ketika dilakukan konfirmasi menghasilkan informasi yang sama.

Pengambilan keputusan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran tentang sesuatu yang awalnya terlihat remang-remang menuju kejelasan. Hal ini penting dilakukan karena tujuan dari penelitian itu sendiri adalah mencari kejelasan tentang sesuatu yang belum jelas. Untuk mengarah pada hasil kesimpulan sebagai jawaban akhir dari penelitian ini tentunya berdasarkan dari hasil analisis data, baik dari hasil wawancara, hasil observasi, catatan lapangan, dan hasil dokumentasi yang di dapatkan peneliti pada saat melaksanakan kegiatan di lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Angkasa yang berlokasi di jalan Arteri Lanud Supadio. Peneliti mengadakan wawancara dengan guru, kepala TK Angkasa, orang tua murid, menyusun pedoman observasi berupa check list dan catatan lapangan serta dokumentasi.

Peran guru sebagai organisator dalam menumbuhkan kepedulian anak dari hasil wawancara peran guru sebagai organisator dalam merencanakan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kepedulian anak melalui kegiatan pembelajaran di kelas, terlebih dahulu guru membuat perencanaan dan mempersiapkan hal-hal yang diperlukan sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Membuat perencanaan guru menggunakan kurikulum Peraturan Menteri No.58 Tahun 2009 dan dibuat kedalam bentuk Rencana Kegiatan Harian (RKH) dengan mencocokan indikator pada kegiatan yang sesuai dengan tema yang akan dilaksanakan agar tujuan dapat tercapai dan terlaksana dengan baik. Dalam pelaksanaannya guru melaksanakan kegiatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Setelah merencanakan dan melaksanakan guru juga melakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak tentang pembelajaran yang diberikan guru sebelumnya. Dari hasil observasi pengamatan bahwa peran guru sebagai organisator dalam menumbuhkan kepedulian anak adalah guru membuat perencanaan agar

(5)

pelaksanaan yang dilakukan guru berjalan dengan lancar. Dalam membuat perencanaan guru guru mencantumkan indikator yang ingin dicapai dan menyesuaikan dengan tema yang berdasarkan pendekatan pada lingkungan sekitar anak seperti lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat lainnya. Saat proses pembelajaran guru masih kurang kreatif dalam menerapkan metode yang ada sehingga pembelajaran terkesan monoton dengan apa yang diberikan oleh guru kepada anak didiknya. Diakhir penilaian guru melakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap cara belajar dan perilaku anak baik individual maupun kelompok. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang telah dicapai oleh anak.

Peran guru sebagai informator dari hasil wawancara menunjukkan bahwa setiap anak membutuhkan kesempatan untuk melakukan kegiatan yang dapat menunjang perkembangan anak oleh karena itu sebagai guru perlu memfasilitasi dengan memberikan kegiatan, sumber belajar dan lingkungan yang kondusif untuk anak. Dalam kegiatan pembelajaran media merupakan cara yang tepat dalam menyampaikan pembelajaran yang ingin disampaikan.

Peran guru sebagai fasilitator menumbuhkan kepedulian anak dibutuhkan media sebagai sarana pendukung agar anak lebih mudah memahami dan menerima materi yang akan disampaikan oleh guru terutama dalam menumbuhkan kepedulian dalam diri anak. Salah satu media yang digunakan dalam menumbuhkan kepedulian anak adalah media gambar dan alat permainan yang disesuaikan dengan tema. Jika tidak menggunakan media dalam menumbuhkan kepedulian anak maka dalam penyampaian yang disampaikan akan sulit dipahami oleh anak serta anak tidak akan tertarik dengan apa yang akan disampaikan oleh guru. Media yang dipilih harus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan sesuai dengan karakteristik kebutuhan anak serta aman untuk digunakan atau tidak membahayakan anak

Dari hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, peran guru sebagai fasilitator dalam menumbuhkan kepedulian anak kurang optimal, seperti dalam menciptakan suasana yang menyenangkan dan dalam memanfaatkan fasilitas yang ada kurang dapat memungkinkan anak didik untuk berinteraksi secara aktif dan kreatif.

Namun biasanya saat kegiatan pembelajaran guru menggunakan media gambar dalam menyampaikan pembelajaran dengan metode bercerita, cerita yang disampaikan guru berkaitan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu menumbuhkan kepedulian anak. Media dapat memudahkan guru dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat pada saat kegiatan pembelajaran dengan tema alam semesta dan sub tema macam- macam gejala alam, guru menyampaikan pembelajaran dengan menggunakan media gambar yang tertera gambar anak sedang berkelahi, gambar anak yang sedang memberi sedekah, dan gambar anak yang menghibur temannya ketika sedih. Dengan memperlihatkan gambar-gambar tersebut, anak dapat belajar membedakan perilaku yang salah dan benar serta dapat mengetahui perilaku yang dapat menumbuhkan kepedulian anak terhadap sesama.

Peran guru sebagai motivator dalam menumbuhkan kepedulian anak diwujudkan dengan cara memberikan motivasi pada anak secara aktif untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar serta guru harus mendorong anak didik agar

(6)

lebih bersemangat dan aktif dalam belajar. Motivasi yang diberikan lebih efektif apabila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak.

Dalam memberikan dorongan atau motivasi kepada anak didik agar dapat berinteraksi dengan teman-teman dan lingkungan disekitar adalah dengan cara memperkenalkan terlebih dahulu kepada anak lingkungan yang dekat dengan anak yaitu lingkungan sekolah, mengenalkan anak kepada lingkungan alam yang ada disekolah seperti tumbuh-tumbuhan agar anak dapat peduli terhadap lingkungan serta mengajarkan anak untuk peduli terhadap sesama, membiasakan anak untuk berinteraksi antar teman agar terjalin hubungan yang baik.Guru memotivasi anak untuk saling membantu ketika ada teman yang membutuhkan pertolongan atau mengalami kesulitan.

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti tentang peran guru dalam menumbuhkan kepedulian anak telah terlihat saat kegiatan pembelajaran masih saja ada anak yang tidak termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru, anak lebih senang untuk bermain dan menganggu temannya yang sedang mengerjakan tugas. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran yang disampaikan oleh guru, anak diberikan tugas namun anak tidak mengerjakannya secara baik, anak lebih senang untuk bermain dari pada mengerjakan tugas.

Kurangnya motivasi anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran disebabkan karena menurut anak pembelajaran disampaikan oleh guru kurang menarik. Saat kegiatan pembelajaran guru memotivasi anak untuk mengikuti pembelajaran dengan cara melakukan pendekatan. Saat itu guru melakukan pendekatan kepada anak tersebut kemudian mengajak anak untuk mengerjakan tugas bersama-sama.

Peran guru sebagai konselor dalam menumbuhkan kepedulian anak adalah dengan cara guru memberikan bimbingan dan pelayanan kepada anak yang sedang mengalami masalah baik itu masalah pribadi atau pun sosial. Bimbingan sosial diberikan untuk mencapai perkembangan pribadi sosial anak dalam mewujudkan pribadi yang mampu menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan lingkungan secara baik, bimbingan ini dapat diberikan guru untuk membantu anak dalam memecahkan masalah-masalah pribadi sosial.

Masalah yang biasa dihadapi anak saat proses pembelajaran anak tidak mau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini juga dapat menjadi masalah bagi anak yang perlu mendapatkan bimbingan. Bimbingan yang diberikan guru sesuai dengan kebutuhan anak didik . Jika dilihat anak mampu melaksanakan tugasnya, namun ia tampak manja atau tidak mau melakukannya maka guru bersikap tegas dengan menyuruh anak untuk mencoba melakukannya sendiri dahulu sampai anak benar merasa membutuhkan bantuan barulah guru membantunya.

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti mengenai peran guru sebagai konselor dalam menumbuhkan kepedulian anak, ketika anak mengalami masalah atau kesulitan guru memberikan bimbingan dan arahan kepada anak agar permasalahan yang dihadapi oleh anak dapat diatasi.

Anak memiliki sikap egosentris atau mau menang sendiri dan anak masih kurang bersoalisasi dalam berteman, terkadang tidak mau berteman satu sama lain, tidak mau berbagi atau membantu teman yang sedang membutuhkan pertolongan. Hal ini terlihat pada saat kegiatan mewarnai yang diberikan oleh guru seorang anak

(7)

bernama Aiska tidak mau meminjamkan pewarnanya kepada Tika, karena menurut Aiska meminjamkan pewarna kepada Tika akan mengurangi pewarna yang ia miliki. Saat kejadian ini membuat Tika tidak ingin berteman dengan Aiska yang tidak mau meminjam pewarnanya.

Masalah lain adalah anak yang tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan secara sendiri, ia meminta bantuan oleh guru untuk menyelesaikan tugasnya padahal tugas tersebut masih bisa dikerjakan oleh anak, disini guru memberikan bimbingan kepada anak untuk menyelesaikan tugas tersebut terlebih dahulu jika anak benar-benar mengalami kesulitan barulah guru membantu anak tersebut.

Kepedulian yang muncul pada anak melalui peran guru dilakukan dengan memberikan pemahaman terlebih dahulu serta memberikan contoh dan membiasakan anak untuk dapat berperilaku baik dalam lingkungannya seperti peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Guru selalu memberikan hal-hal yang positif kepada anak yang terkait dengan kepedulian agar dapat tumbuh dan diwujudkan dalam diri anak. Sikap kepedulian anak yang muncul dapat dilihat dari pengamatan secara langsung baik disekolah maupun dirumah. Melalui peran guru sikap kepedulian yang muncul pada anak terlihat ketika kegiatan pembelajaran dan dapat dilihat dari setiap akhir pembelajaran dengan melakukan evaluasi atau penilaian akhir.

Evaluasi yang dilakukan guru adalah dengan mengobservasi anak, melakukan tanya jawab kepada setiap anak tentang pembelajaran yang sudah diberikan mengenai informasi apa saja yang disampaikan oleh guru, kemudian melihat sikap kepedulian yang muncul pada anak. Jika anak dapat memahami dan menerapkan dengan apa yang sudah diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka anak akan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dari hasil pengamatan dalam kegiatan pembelajaran yang diberikan guru, hal yang diperhatikan adalah respon atau sikap yang muncul pada anak terhadap kegiatan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Sikap kepedulian yang muncul pada anak seperti saat pembelajaran anak saling meminjamkan alat tulis yang mereka miliki, saat jam makan bersama anak memberikan makanannya kepada teman yang tidak membawa bekal serta membantu teman yang sedang mengalami kesulitan baik itu pada saat pembelajaran maupun pada saat bermain bersama, serta anak merasakan hal yang menyedihkan dan menyenangkan terhadap suatu kejadian yang dapat membuat anak bersimpati terhadap keadaan orang lain

Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan mulai minggu ke dua bulan mei hingga tanggal 9 Juni 2013 di TK Angkasa Jl. Arteri Lanud Supadio Kabupaten Kubu Raya. Peran guru dalam menumbuhkan kepedulian anak usia 5-6 tahun di TK Angkasa Kabupaten Kubu Raya berperan sebagai organisator, fasilitator, informator, motivator dan konselor.

Peran guru adalah serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan dengan apa yang dilakukan guru dalam pembelajaran yang berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan anak sesuai dengan tujuan. Sebagai guru harus memperhatikan anak dari berbagai aspek, sehingga dapat mempermudah pencapaian tujuan bagi anak. Hal ini sejalan Nuni Yusvavera, (2013:62) bahwa

(8)

“tanggung jawab seorang guru yang paling penting adalah mengikuti dan mengetahui tahap demi tahap perkembangan anak didik”. Kepedulian anak adalah sikap memerhatikan, kesanggupan untuk peka terhadap kebutuhan orang lain, merasakan perasaan orang lain, membantu serta terdorong untuk megatasi kesulitan yang dihadapi.

Kepedulian ini dapat berupa bersimpati terhadap teman, menolong anak yang sedang mengalami kesulitan, hal ini sejalan dengan pendapat Akhmad Muhaimin Azzet, (2010:88) mengatakan bahwa “kepedulian adalah sikap mengindah, memerhatikan, atau turut memperhatikan kebutuhan orang lain atau sesuatu yang terjadi dalam masyarakat”.

Kepedulian sosial dalam kehidupan diartikan sebagai perilaku baik seseorang terhadap orang lain disekitarnya, kepedulian ini dimulai dari kemauan memberi bukan menerima. Sesuai dengan pendapat Agus Wibowo, (2012:72) “peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan”.

Guru memiliki beberapa peran yaitu sebagai organisator, fasilitator, infomator, motivator dan konselor. Hal ini sejalan dengan Nuni Yusvavera, (2013: 58) dalam proses belajar mengajar guru berusaha untuk mendorong, membimbing dan memberikan fasilitas belajar bagi anak didik untuk mencapai tujuan.

Peran seorang guru sebagai organisator dalam pembelajaran adalah guru melakukan perencanaan, pelaksanaan dan mengevaluasi yang terkait dalam menumbuhkan kepedulian anak usia dini. Perencanaan kegiatan pembelajaran dalam menumbuhkan kepedulian anak guru menggunakan Peraturan Menteri No. 58 Tahun 2009 dalam bentuk RKM dan RKH, agar dapat mempermudah penyusunan perencanaan pembelajaran sehingga menunjang ketercapaian program yang optimal dengan berpanduan pada acuan tersebut.

Setelah merencanakan, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana yang dibuat sebelumnya, mulai dari waktu dan susunan kegiatannya dilakukan dengan baik. Slameto (2010:98), mengemukakan bahwa “sebagai perencana pengajaran, seorang guru diharapkan mampu untuk merencanakan kegiatan belajar-mengajar secara efektif”. Tujuannya agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang diharapkan. R Ibrahim & Nana Syaodih (2010:30), mengemukakan bahwa “salah satu hal yang memegang peranan penting bagi keberhasilan pengajaran, adalah proses pelaksanaan pengajaran yang baik sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik pula”.

Setelah selesai merencanakan dan melaksanakan pembelajaran selanjutnya guru mengevaluasi dan melakukan penilaian terhadap proses kegiatan belajar dan hasil kegiatan. Penilaian dilakukan dengan observasi atau pengamatan secara langsung terhadap cara belajar dan perilaku anak baik individual maupun kelompok. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang telah dicapai oleh anak hal ini sejalan dengan E, Mulyasa (2006: 14), “Guru berperan sebagai perencana, pelaksana dan penilai”. Sebagai perencana guru membuat perencanaan pembelajaran sesuai dengan karakteristik dan perkembangan anak. Sebagai pelaksana guru harus melaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan serta sebagai penilai guru membuat penilaian hasil pembelajaran yang sudah dilakukan agar dapat mengetahui tingkat ketercapaian perkembangan anak

(9)

Peran guru sebagai fasilitator dalam menumbuhkan kepedulian anak melalui kegiatan pembelajaran adalah guru menggunakan fasilitas yang ada dan menciptakan suasana menyenangkan atau dapat membangkitkan anak untuk bereksploratif dengan memberikan berbagai kegiatan dan lingkungan belajar yang fleksibel serta berbagai sumber belajar yang dapat mendorong anak untuk memilih aktivitasnya sendiri, Hal ini sejalan dengan pendapat Catron & Allen, (dalam Yuliani Nurani, 2009: 13) mengemukakan bahwa :

Peran guru anak usia dini lebih sebagai mentor atau fasilitator, dan bukan penstransfer ilmu pengetahuan semata, karena ilmu tidak dapat ditransfer dari guru kepada anak tanpa keaktifan anak itu sendiri. Dalam proses pembelajaran, tekanan harus diletakan pada pemikiran guru.

Peran guru sebagai infomator dalam menumbuhkan kepedulian anak melalui kegiatan pembelajaran guru memberikan informasi yang terkait dengan tujuan pembelajaran yaitu menumbuhkan kepedulian anak. Dalam meyampaikan informasi guru memanfaatkan kejadian yang terjadi disekitar agar dapat melihat ekspresi perasaan anak. Sesuai dengan pendapat Nuni Yusvavera, (2013: 59) “sebagai informator guru mampu memberikan informasi yang diperlukan oleh anak didik, baik untuk kepentingan dan kelancaran kegiatan proses belajar mengajar maupun untuk kepentingan masa depan anak didik”.

Peran guru sebagai motivator dalam menumbuhkan kepedulian anak melalui kegiatan pembelajaran adalah guru memberikan motivasi kepada anak untuk dapat berinteraksi baik dengan teman, maupun orang yang ada dilingkungan sekitar. Guru memotivasi agar anak dapat bersimpati terhadap teman, mau membantu dan berbagi terhadap sesama, tidak hanya dilingkungan sekolah saja tetapi anak juga harus membiasakannya di lingkungan rumah. Guru memotivasinya melalui perilaku yang di perlihatkan sebagai contoh kepada anak. Anak dapat belajar dengan cara meniru apa yang dilihatnya, maka anak menjadi terbiasa dengan berprilaku yang akan mempengaruhinya dalam kehidupan sosial. Menurut Lina Marlina, (dalam Agus Wibowo, 2012:119) “Anak adalah sang peniru ulung”. Semua aktivitas atau perilaku disekelilingnya baik itu dari orang tua, teman dan gurunya selalu dipantau yang nanti akan dijadikan model. Semua perilaku yang dilihat baik itu buruk maupun baik dengan mudah ditiru oleh anak. Sosok guru PAUD harus mampu menjadi teladan yang akan ditiru dan diikuti segenap perilakunya oleh anak.

Peran guru sebagai konselor dalam menumbuhkan kepedulian anak melalui kegiatan pembelajaran adalah guru menangani permasalahan yang dihadapi anak. Hal ini sejalan menurut Yuliani Nurani, (2009: 15) “peran guru dalam bimbingan adalah guru memberi bimbingan atau bantuan kepada anak dalam memerhatikan adanya suatu hambatan atau kesulitan yang dihadapi anak dalam mencapai perkembangan yang optimal”.

Kepedulian yang muncul pada anak saat pembelajaran adalah anak mau berbagi barang yang dimilikinya, bersedia membantu teman yang mengalami kesulitan serta bersimpati terhadap teman yang sedang merasa sedih, ikut merasakan bahagia saat mendengarkan berita yang menyenangkan. Dalam kegiatan pembelajaran yang membiasakan anak untuk saling berbagi adalah anak mau berbagi makan dengan temannya dan meminjamkan barang miliknya kepada teman

(10)

lain, bersedia membantu teman yang sedang mengalami kesulitan pada saat pembelajaran, misalnya terdapat teman yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya, disaat jam bermain anak membantu menyelesaikan dan merapikan permainan secara bersama-sama.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti secara umum dapat disimpulkan bahwa peran guru dalam menumbuhkan kepedulian anak usia 5-6 tahun di TK Angkasa Kabupaten Kubu Raya sudah baik karena guru sudah berperan sebagai, informator, motivator dan konselor. Namun peran guru sebagai organisator dan fasilitator masih terdapat kekurangan dalam pelaksanakannya. Hal ini tidak terlepas dari berbagai kendala seperti kurangnya pemilihan guru dalam menggunakan metode yang tepat dalam perencanaan dan peiaksanaannya serta kurangnya memanfaatkan fasilitas yang telah direncanakan dalam RKH.

Dari kesimpulan secara umum yang peneliti uraikan di atas, maka dapat dijabarkan kesimpulan secara khusus sebagai berikut.

Pertama peran guru sebagai organisator dalam menumbuhkan kepedulian anak melalui kegiatan pembelajaran adalah guru merencanakan sebelum melaksanakan dengan berpanduan pada Peraturan Menteri No. 58 Tahun 2009 kemudian dibuat kedalam RKM dan RKH. RKH yang dibuat bertujuan agar dapat memudahkan penyusunan perencanaan pembelajaran sehingga menunjang ketercapaian program yang optimal. Guru membuat indikator sesuai dengan perkembangan dalam menumbuhkan kepedulian anak.

Kedua, peran guru sebagai fasilitator dalam menumbuhkan kepedulian anak melalui kegiatan pembelajaran adalah guru masih kurang dalam memanfaatkan media yang ada, sehingga terkesan monoton dan kurangnya menciptakan suasana yang dapat membuat anak berinteraksi dengan teman dan memudahkan anak dalam menerima pembelajaran.

Ketiga, peran guru sebagai informator dalam menumbuhkan kepedulian anak melalui kegiatan pembelajaran adalah guru memberikan informasi kepada anak dengan memanfaatkan setiap kejadian dalam kehidupan sehari-hari untuk mendorong tumbuhnya rasa kepedulian anak.

Keempat, peran guru sebagai motivator guru melakukan pendekatan dan memberikan dorongan kepada anak agar anak merasa bahwa guru peduli terhadap mereka. Saat pembelajaran ada anak yang masih bersikap egosentris, suka menyendiri, tidak mau mengerjakan dan mendengarkan apa yang diberikan atau disampaikan oleh guru. Hal yang dilakukan guru adalah memberikan motivasi kepada anak dengan cara melakukan pendekatan secara individu.

Kelima, peran guru sebagai konselor dalam menumbuhkan kepedulian anak melalui kegiatan pembelajaran adalah guru memberikan bimbingan kepada anak yang memiliki masalah baik pada saat pembelajaran atau pun sedang bermasalah dengan anak lain. Masalah yang ada pada anak adalah anak suka berkelahi dan menggangu teman saat proses pembelajaran, tidak mau berbagi kepada sesama teman.

(11)

Keenam, kepedulian anak yang muncul saat kegiatan pembelajaran melalui peran guru dalam menumbuhkan kepedulian terdapat 81,28% anak mampu bersimpati terhadap keadaan teman atau orang lain, 83,84% ikut merasakan saat mendengar berita yang menyenangkan, 75,9% ikut merasakan saat mendenganr berita yang menyedihkan, 83,7% anak mau berbagi dengan apa yang dimiliki, serta 84,74% anak bersedia membantu teman yang sedang mengalami kesulitan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang peneliti uraikan diatas, peneliti ingin memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak berkepentingan yang terkait dengan penelitian ini. Adapun saran-saran yang diberikan sebagai berikut. (1) Peran guru sebagai organisator sebaiknya dalam perencanaan dan pelaksanaan guru menggunakan metode yang lebih variatif agar dalam proses pembelajaran tidak monoton. (2) Sebagai fasilitator guru harus memanfaatkan atau menggunakan media yang lebih kreatif dalam menyampaikan pembelajaran. (3) Guru hendaknya dapat membuat suasana kelas yang santai dan tidak tegang saat melaksanakan kegiatan, lebih kreatif lagi dalam melakukan kegiatan pembelajaran agar anak dapat tertarik atau merasa bosan. (4) Sebagai konselor guru harus melakukan pendekatan dan memahami permasalahan yang dihadapi anak agar dapat menangani persmalahan anak secara tepat.

DAFTAR RUJUKAN

Agus Wibowo. (2012). Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Yogyakarta: Pustaka Remaja

Akhmad Muhaimin Azzet. (2010). Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak. Jogjakarta: Katahari

Depdiknas. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PERMEN) No. 58

Tahun 2009. Jakarta: Depdiknas.

E. Mulyasa. (2006). Menjadi Guru Profesional, mneciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Ibrahim, Nana Syaodih. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Nana Syaodih Sukmadinata. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Pt

Remaja Rosdakarya.

Moh. Nazir. (2011). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Muchlas Samani & Hariyanto. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offsett.

Nuni Yusvavera Syatra. (2013). Desain Relasi Efektif Guru dan Murid. Banguntapan Jogjakarta:BukuBiru

(12)

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Nurani, Yuliani Sujiono. (2009). Konsep Dasar PAUD. Jakarta: Indeks.

Referensi

Dokumen terkait

Domba dengan genotipe CT menghasilkan karakteristik karkas yang lebih besar dan memiliki kandungan lemak tak jenuh (MUFA) yaitu asam oleat (C18:1n9c) yang lebih tinggi

bahwa kewajiban pengusaha merupakan hak pekerja/buruh, dan sebaliknya kewajiban pekerja- /buruh adalah hak pengusaha. Untuk itu jika terjadi pelanggaran kewajiban yang

Dalam melaksanakan penelitian di Desa Daha peneliti dapat menyatakan bahwa pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Daha untuk merubah pola pikir

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar pengaruh luas lahan, benih, dan tenaga kerja terhadap produksi bawang merah lokal Tinombo di Desa Lombok Kecamatan

 Menurunkan aktivitas air dengan cara meningkatkan konsentrasi solid terlarut sehingga bahan menjadi awet misalnya pada pembuatan susu kental manis Sebagai

Tugas akhir ini menghasilkan Sistem Penilaian Pegawai berbasis web yang dapat memudahkan dalam melakukan penilaian yang sesuai dengan Peraturan Rektor Universitas Diponegoro

Menurut Koger (2005:51) Dribble adalah metode menggerakkan bola dari satu titik ke titik lain dilapangan denagan menggunakan kaki, bola harus selalu dekat dengan kaki dan

Sehingga dapat disimpulkan bahwa masalah yang timbul di Desa Setia Mekar adalah belum tertibnya administrasi kependudukan yang mengakibatkan kurang efektif dan