• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Februari 2010 Nama : Ati Primawardani ( ) Judul : Perilaku Seks Bebas pada Remaja (Studi Kasus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Februari 2010 Nama : Ati Primawardani ( ) Judul : Perilaku Seks Bebas pada Remaja (Studi Kasus"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

FREE SEX BEHAVIOR IN ADOLESCENTS (CASE STUDY IN HIGH SCHOOL GIRLS)

Ati Primawardani

Undergraduate Program, Faculty of Psychology

Gunadarma University

http://www.gunadarma.ac.id

Keywords: Sex Behavior, Sex Free, Girls High School

ABSTRACT

Until recently the problem of sexuality has always been a topic of interest to discuss. This is possible because the issue of sexuality has become a it is deeply embedded in human beings. Sex can not be avoided by being life, because with the sex organism can survive preserving offspring, as revealed by dr. Boy Abidin gynecologist in discussions Kotex held at Djakarta Theater declare, that as many as 42.3% teens have been have sex the first time while still in the school, on the grounds them why do it on the basis of consensual and without coercion. Data derived from the results of research conducted by the Annie Foundation in 2008 in junior high school and SMU is a West Java This research aims to reveal the picture of sex behavior in adolescents, especially high-school student, knows the forms of sex behavior and the development of free sex high-school student on the subject. The methodology used is a case study methodology, which assisted with observation approach and interview. Subjects involved in this case study are adolescent girls aged 19 years and have free sex in partner. The relationship that has fostered already lived for 2 years and the process courting the subject has done stage sex behavior until the stages of sexual intercourse. In addition to the purpose of this study also has very good benefits, especially on the subject of free sex, so the subject can control himself to do not free sex on her partner again in the future other than that subjects get more information about the impact of sex behavior a natural subject in the pair.

(2)

1

ABSTRAK

Fakultas Psikologi

Universitas Gunadarma

Februari 2010

Nama

: Ati Primawardani (10505020)

Judul

: Perilaku Seks Bebas pada Remaja (Studi Kasus pada Siswi SMU)

Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk

dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksualitas telah menjadi suatu

hal yang sangat melekat pada diri manusia. Seks tidak bisa dihindari oleh makhluk

hidup, karena dengan seks mahluk hidup dapat terus bertahan hidup menjaga kelestarian

keturunannya, seperti yang diungkap dr. Boy Abidin ginekolog dalam diskusi yang

diadakan Kotex di Djakarta Teater menyatakan, bahwa sebanyak 42,3% remaja telah

melakukan hubungan seks pertama kali saat masih dibangku sekolah, dengan alasan

kenapa meraka melakukan itu atas dasar suka sama suka dan tanpa paksaan. Data yang

berasal dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Annisa Foundation tahun 2008 di SMP

dan SMU se-Jawa Barat ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan gambaran perilaku seks bebas

pada remaja khususnya siswi SMU, mengetahui bentuk-bentuk perilaku seks bebas serta

proses perkembangan perilaku seks bebas pada subjek siswi SMU.

Metodologi yang digunakan adalah metodologi studi kasus, yang dibantu dengan

pendekatan observasi dan wawancara. Subjek yang dilibatkan dalam studi kasus ini

adalah remaja perempuan yang berusia 19 tahun dan sudah melakukan seks bebas pada

pasangannya. Hubungan yang telah dibina sudah dijalani selama 2 tahun dan proses

pacaran tersebut subjek sudah melakukan tingkatan perilaku seks bebas sampai pada

tahap sexual intercourse.

Selain tujuan penelitian ini juga memiliki manfaat yang sangat baik, khususnya

pada subjek yang melakukan seks bebas, sehingga subjek dapat mengontrol dirinya untuk

tidak melakukan perilaku seks bebas pada pasangannya lagi dikemudian hari selain iti

subjek mendapat informasi yang lebih banyak mengenai dampak dari perilaku seks bebas

yang subjek alami pada pasangan.

(3)

2

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini

dimungkinkan karena permasalahan seksualitas telah menjadi suatu hal yang sangat

melekat pada diri manusia.

Yeni (1996) mengatakan bahwa dewasa ini didalam kehidupan dan perilaku seks

bebas telah merebak ke kalangan kehidupan remaja dan anak. Tidak aneh bila timbul

akibat yang dengan mudah dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Dan, hanya butuh

satu sperma untuk bisa terjadi kehamilan dari ratusan juta sel yang dikeluarkan," ucap dr

Boy. Dengan diberikannya pembekalan, dr Boy berharap para remaja perempuan

memiliki pengetahuan yang benar dan akurat mengenai tubuh dan aspek-aspek kehidupan

seputar seksualitasnya sehingga mereka tidak menjadi salah arah dalam pergaulan dengan

teman-temanya.(http://www.tnol.co.id/en/health/sex/1464-remaja-mulai-berani-mengeksplorasi-seksualitasnya-.html).

Hurlock (1980) mengatakan, bahwa dorongan untuk melakukan hal ini datang

dari tekanan-tekanan sosial, terutama dari minat remaja pada seks dan keingintahuannya

dengan seks. Pacaran atau setidaknya cumbu rayu memberikan bentuk perilaku seks yang

menyenangkan dan biasanya tidak menimbulkan bahaya dan menawarkan keuntungan

pada remaja yang terlibat dalam sebuah hubungan percintaan. Santrock (dalam Desmita,

2005) berpendapat bahwa terjadinya peningkatan kehidupan seksual ini sangat

dipengaruhi oleh perubahan organ-organ seksual dan perubahan hormonal yang

mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual dalam diri remaja khususnya

siswi SMU. Broderick dan Rowe (dalam Santrock, 2003) mengatakan, tingkah laku

seksual remaja sifatnya meningkat progresif biasanya diawali dengan ciuman bibir lalu

berciuman sampai ke daerah dada (necking) yang dilanjutkan dengan aktivitas

menempelkan alat kelamin (petting), sampai pada hubungan intim (intercourse).

Hidayana (2004) mengatakan, kurangnya pengetahuan yang memadai pada siswi

SMU mengenai resiko dari perilaku seks bebas, menyebabkan mereka perlu diberikan

(4)

3

pemahaman yang lebih mendalam mengenai resiko tersebut, seperti terjangkitnya

berbagai PMS (penyakit menular seksual) seperti : resiko sejumlah infeksi, seperti HIV

(Human Immunodeficiency Virus) yang dapat menyebabkan penyakit AIDS

(AcquiredImmune Deficiency Syndrome), Hepatitis B atau Herpes, Gonorrhea, Siphilis,

atau Klamidia. Belum lagi resiko kehamilan yang tidak diinginkan/diluar nikah, resiko

kematian akibat pengguguran tidak aman atau pada beberapa kasus aborsi tidak aman.

Selain resiko fisik yang akan dialami siswi SMU, dampak psikologis dan sosialnya pun

akan sangat berpengaruh antara lain perasaan stress dan depresi pada siswi SMU yang

melakukan perilaku seks bebas, diskriminasi sosial, trauma, kehilangan berbagai hak

dalam lingkungan sosial akibat hamil diluar nikah. Seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya, bahwa perilaku seks bebas didasari oleh sikap para pelajar yang memiliki

rasa keingintahuannya sangat besar, padahal dengan pengetahuan yang mereka miliki,

seharusnya mereka telah menyadari berbagai resiko yang harus mereka hadapi jika para

pelajar tersebut melakukannya, namun hasil penelitian – penelitian yang dilakukan

terhadap para pelajar di Indonesia menunjukkan bahwa semakin kelompok tersebut

(dalam tingkat pendidikan), maka mereka semakin bersikap permisif terhadap perilaku

seks bebas.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai

maraknya perilaku seks bebas pada remaja siswi SMU, dimana dalam masalah perilaku

seks bebas dikalangan remaja semakin meningkat dan faktor-faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi perilaku seks bebas itu terjadi serta mengetahui sejauh mana serta

bagaimana perilaku seks bebas pada siswi SMU.

B. Pertanyaan penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, pertanyaan yang

diajukan pada penelitian ini adalah:

1.

Bagaimana perilaku seks bebas yang dilakukan oleh remaja khususnya siswi SMU

saat ini ?

2.

Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswi SMU untuk melakukan perilaku seks

bebas ?

(5)

4

C. Tujuan Penelitian

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku seks

bebas di kalangan remaja khususnya siswi SMU, lalu faktor-faktor apa saja yang

menyebabkan siswi SMU untuk melakukan perilaku seks bebas dan bagaimana proses

perkembangan perilaku seks bebas pada subjek.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat :

1.

Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang

bermanfaat dari perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi

perkembangan pada tahap-tahap perkembangan remaja akhir, psikologi sosial

untuk dapat mengetahui pentingnya interaksi dalam sebuah lingkungan

keluarga dan dan psikologi pendidikan tentang pemahaman remaja khususnya

siswi SMU terhadap maraknya perilaku seks bebas.

2.

Manfaat Praktis

Melalui penelitian, peneliti berharap dapat memberikan manfaat dan masukan

terhada pentingnya pengetahuan dan akibat dari perilaku seks bebas, kepada :

Dengan adanya penelitian ini khususnya remaja siswi SMU dapat

mengetahui bagaimana seharusnya sikap remaja siswi SMU terhadap perilaku

seks bebas dan dampak dari perilaku seks bebas itu sendiri. Keluarga

khususnya orangtua dapat memberikan arahan pergaulan yang baik dan benar

pada anak remajanya sehingga perilaku seks bebas dapat dihindarkan,

khususnya yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas SMA. Selain

itu bagi pihak sekolah dapat memberikan pendidikan seks sejak dini kepada

para siswanya, agar mereka terhindar dari perilaku seks bebas.

(6)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Perilaku Seks Bebas

1.

Pengertian

a.

Pengertian Perilaku Seks

Menurut Zawid (dalam Purnawan 2004), kata sex sering disebut dengan

aktivitas sexual genital, dan sebagai label gender (jenis kelamin).

Freud mengatakan dalam Lindzey (2003) bahwa seks adalah sejumlah

kebutuhan jasmaniah berlainan yang membangkitkan hasrat-hasrat erotik.

Masing-masing hasrat ini bersumber pada bagian tubuh tertentu yang secara

kolektif disebut daerah-daerah erogen, seperti bibir dan rongga mulut, dubur dan

organ-organ seks lainnya.

b.

Pengertian Perilaku Seks Bebas

Perilaku seks bebas menurut Kartono (1977) merupakan perilaku yang

didorong oleh hasrat seksual, dimana kebutuhan tersebut menjadi lebih bebas jika

dibandingkan dengan sistem regulasi tradisional dan bertentangan dengan sistem

norma yang berlaku dalam masyarakat.

Indikator-Indikator Perilaku seks

Adapun indikator perilaku seks yang sering disederhanakan sebagai

hubungan seksual berupa penetrasi dan ejakulasi. Padahal menurut Wahyudi

(2000), perilaku seks secara rinci dapat berupa :

c.

Cium Kering, berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir

d.

Cium Basah, berupa sentuhan bibir ke bibir

e.

Meraba, merupakan kegiatan bagian bagian sensitif rangsang seksual, seperti

leher, breast, paha alat kelamin dan lain-lain

f.

Berpelukan, aktivitas ini menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman

disertai rangsangan seksual (terutama bila memgenai daerah aerogen atau

sensitif)

g.

Masturbasi (wanita) atau Onani (laki-laki), perilaku merangsang organ

kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual

(7)

6

h.

Oral seks, merupakan aktivitas seksual dengan cara memasukan alat kelamin

ke dalam mulut lawan jenis

i.

Petting, merupakan seluruh aktivitas non intercourse (hingga menempelkan

alat kelamin)

j.

Intercourse (senggama), merupakan aktivitas seksual dengan memasukan alat

kelamin laki-laki dalam alat kelamin wanita.

2.

Faktor-faktor Yang Menyebabkan Remaja Berperilaku Seks Bebas

Adapun beberapa penelitian mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya perilaku seks bebas pada remaja menurut Hyde (1990) adalah :

a.

Usia

b.

Usia yang muda saat berhubungan seksual pertama

c.

Usia saat menstruasi pertama

d.

Agama

e.

Pacar

f.

Kencan yang lebih awal

g.

Pengalaman pacaran/kencan (hubungan afeksi)

h.

Orang tua

i.

Teman sebaya (peers group)

j.

Kebebasan

k.

Daya tarik seksual

l.

Standar orang tua vs standar teman

m.

Saudara kandung

n.

Gender

o.

Ketidakhadiran ayah

p.

Ketidakhadiran orang tua

q.

Kecenderungan pergaulan yang makin bebas

Di pihak lain, tidak dapat dipungkiri adanya kecenderungan pergaulan yang

makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat

berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita

makin sejajar dengan pria.

(8)

7

r.

Penyebaran Informasi Melalui Media Massa

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

menyebabkan perilaku seks bebas adalah dari dalam keluarga, media massa, dan

dari pengaruh peers (teman sebaya).

B.

Remaja

1. Pengertian Remaja

Gilbert & Lumoindong (1996) mengatakan masa remaja adalah masa

peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Peralihan ini meliputi semua

perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.

Remaja atau adolescene berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti

“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah ini mencakup kematangan

mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1980). Menurut Dariyo (2004)

remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang

ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara

kronologis, yang tergolong remaja berkisar antara usia 13-21 tahun.

1.

Tahap dan Ciri Remaja

Beberapa tokoh membagi tahap usia remaja menjadi beberapa bagian.

Blos (dalam Sarwono, 2003) membagi tiga tahap masa remaja berdasarkan

penjabaran karakteristik pembagian usia remaja, yaitu :

a.

Remaja Awal (Early Adolescence)

b.

Remaja Pertengahan (Middle Adolescence)

c.

Remaja Akhir (Late Adolescence)

2.

Perkembangan Remaja

Menurut Gilbert & Lumoindong (1996) terjadi perkembangan pada masa

remaja seperti :

a.

Perkembangan Fisik

Muss dalam Sarwono (2003) secara lengkap membuat urutan perubahan

fisik tersebut sebagai berikut :

1)

pertumbuhan tulang-tulang

2)

pertumbuhan payudara

(9)

8

4)

mencapai pertumbuhan ketinggian badan setiap tahunnya

5)

bulu kemaluan menjadi keriting

6)

haid

7)

tumbuh bulu-bulu ketiak

b. Perkembangan Psikologis

1)

Perkembangan Intelektual

2)

Perkembangan Emosional

C.

Siswi SMU

1.

Pengertian Siswi SMU

Djamarah (2002) mengatakan, bahwa siswi SMU termasuk ke dalam anak

didik/siswa dimana pengertian tersebut adalah subjek utama dalam pendidikan,

dialah yang belajar setiap saat. Lebih lanjut Sardiman (1996) mengatakan bahwa,

siswi SMU atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang

menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar.

Menurut Kanopka (dalam Awaluddin, 2008) istilah siswi SMU yang masih

digunakan saat ini terjadi pada usia 15-18 tahun, menunjukan bahwa mereka

masih pada tahapan peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa, dan penjelasan

mengenai siswi SMU termasuk kedalam pengertian remaja akhir yang dikenal

dengan masa muda.

Karakteristik Siswi SMU

Adapun karakteristik remaja khususnya siswi SMU yang dapat

menyebabkan pola perilaku dalam kehidupan sehari-harinnya menurut Hurlock

(1990) yaitu :

b.

Usia Kematangan

c.

Penampilan Diri

d.

Kepatutan Seks

e.

Nama dan Julukan.

f.

Hubungan Keluarga

g.

Teman-teman Sebaya

h.

Kreativitas

(10)

9

i.

Cita-cita

D.

Perilaku Seks Bebas Pada Remaja (studi kasus pada Siswi SMU)

Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan, dimana

individu mengalami banyak perubahan baik fisik, emosional, maupun sosial,

perkembangan fisik dan mental yang terjadi secara pesat pada masa ini akan

mempengaruhi perilaku individu dalam lingkungan sosialnya, remaja yang sedang

berada dalam periode yang penuh rasa ingin tahu dan mencoba-coba, terdorong untuk

melakukan berbagai macam hal yang belum pernah dialaminya. Dalam masa remaja

mau tidak mau harus melalui berbagai tugas perkembangan yang akan dia hadapi salah

satu tugas perkembangan tersebut adalah mencapai hubungan baru yang lebih matang

dengan teman sebaya baik pria maupun wanita (Hurlock, 1980). Tentu saja hal ini

berkaitan dengan masalah seks.

Penelitian-penelitian mengenai kaum remaja di Indonesia pada umumnya

menyimpulkan bahwa nilai-nilai hidup kaum remaja sedang dalam proses perubahan.

Remaja Indonesia dewasa ini nampak lebih bertoleransi terhadap gaya hidup seksual

pranikah. Misalnya sebanyak 42,3% remaja telah melakukan hubungan seks pertama

kali saat masih dibangku sekolah, dengan alasan kenapa meraka melakukan itu atas

dasar suka sama suka dan tanpa paksaan, Demikian diungkap dr.Boy Abidin, ginekolog

dalam diskusi yang diadakan Kotex di Djakarta Teater, Jakarta. Data yang berasal dari

hasil penelitian yang dilakukan oleh Annisa Foundation tahun 2008 di SMP dan SMU

se-Jawa Barat ini. Sementara hasil penelitian lain dari BKKBN periode akhir Desember

2009, lanjut dr Boy, menyebutkan bahwa 63% remaja di beberapa kota besar yang ada

di Indonesia telah melakukan seks pra nikah. Umumnya remaja melakukan hubungan

seks karena didasari rasa suka sama suka. Salah satu penyebab terjadinya hubungan seks

bebas pada remaja adalah kurangnya pengetahuan remaja mengenai seks itu sendiri.

Mengingat seks juga berkaitan dengan tugas-tugas perkembangan remaja maka tidak

mengherankan jika remaja memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar tentang seks.

Selain itu sekitar lingkungan para pelajar khususnya siswi SMU di Jakarta saat ini

pada umumnya tersedia tempat hiburan seperti warnet (warung internet), tempat-tempat

peminjaman VCD yang memasang tarif relatif murah untuk durasi waktu konsumsi yang

cukup lama sehingga dapat terjangkau oleh kondisi ekonomi para pelajar padahal

(11)

10

berbagai fasilitas tersebut sangat rawan terhadap pengeksposan informasi yang

mengeksploitasi seks, seperti VCD porno, situs-situs porno selain itu faktor yang

meyebabkan remaja berperilaku seks bebas juga dilihat dari pola asuh dan bimbingan

dari orangtua mereka yang terlalu memberikan kebebasan pada mereka sehingga

masalah mengenai seks dianggap lumrah dan menyenangkan.

Adapun akibat yang akan akan dialami para pelajar jika perilaku seks bebas itu

dilakukan seperti : seperti terjangkitnya berbagai PMS (penyakit menular seksual),

resiko sejumlah infeksi, seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang dapat

menyebabkan penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), hepatitis B atau

herpes, siphilis, atau klamidia. Dampak psikologis dan sosialnya pun akan sangat

berpengaruh antara lain perasaan stress dan depresi pada siswi SMU yang melakukan

perilaku seks bebas, pengucilan stigma, diskriminasi sosial, trauma, kehilangan berbagai

hak dalam lingkungan sosial akibat hamil di luar nikah.

Dalam hal ini remaja yang mendapatkan cukup informasi mengenai akibat dari

perilaku seks bebas akan lebih mudah melalui setiap tugas perkembangannya, namun

bagi remaja yang kurang memiliki pengetahuan tentang akibat dari seks bebas mungkin

dia akan sedikit mengalami kesulitan dalam menghadapi tugas perkembangannya,

khususnya tugas perkembangan yang berkaitan dengan masalah seks itu sendiri.

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitataif.

Menurut Stake (dalam Heru Basuki, 2006) studi kasus adalah bentuk

penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat

kekhususan (particulary), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif

maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan (individual) maupun kelompok,

bahkan masyarakat luas. Dalam buku yang penulis susun ini lebih ditekankan

pendekatan studi kasus.

(12)

11

1.

Ciri-ciri Studi Kasus

Moleong (2000) menyebutkan studi kasus memiliki ciri-ciri sebagai

berikut :

a. Partikularistik

b. Naturalistik

c. Data uraian terinci

d. Induktif

e. Heuristik

2. Subjek Penelitian

1.

Remaja siswi SMU yang berusia 17 tahun

2.

Pernah melakukan perilaku seks bebas seperti : kissing, necking, petting

sampai intercourse

3.

Jumlah Sampel

B.

Tahap-Tahap Penelitian

1.

Tahap Persiapan penelitian

2.

Tahap Pelaksanaan Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif menurut Bogdam dan Taylor

(dalam Moleong, 2000) sebagai suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan orang-orang dan perilaku yang

diamati.

C.

Alat Bantu Pengumpulan Data

Menurut Poerwandari (2001), peneliti berperan besar dalam seluruh proses

penelitian, mulai dari memilih topik, mengumpulkan data hingga menganalisis dan

menginterpretasikannya. Dalam pengumpulan data-data, penulis membutuhkan alat

bantu (instrumen penelitian). Dalam penelitian ini menggunakan alat bantu :

1.

Pedoman Wawancara

2.

Pedoman Observasi

3.

Alat Perekam

(13)

12

D.

Keakuratan Penelitian

Patton (1990) membedakan empat macam sumber informasi yaitu subjek

penelitian, metode penelitian, penyidik (peneliti) dan teori.

a.

Triangulasi data

b.

Triangulasi pengamat

c.

Triangulasi teori

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

Hasil Wawancara dan Observasi

1.

Pelaksanaan Wawancara dan Observasi

Pelaksanaan

Wawancara

Tanggal

Waktu

Tempat

Ke-1

01 Agustus 2009

15.00 – 20.15

Rumah Subjek

Ke-2 (Significant

Other)

04 Agustus 2009

15.30 – 17.00

Rumah Significant

Other

2.

Gambaran Umum Subjek

a. Pelaksanaan Observasi

Observasi dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2009, pada pukul 15.00-20.15

WIB yang berlangsung di tempat tinggal subjek

b. Hasil Observasi Wawancara Subjek

1) Setting Tempat

2) Keadaan Subjek

(14)

13

BAB V

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis wawancara subjek dan significant other. Maka dalam

bab ini digambarkan perilaku seks bebas pada subjek, faktor-faktor yang menyebabkan

dan proses perkembangan perilaku seks bebas pada subjek.

1.

Berdasarkan indikator-indikator seks bebas

2.

Berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan seks bebas pada subjek

B.

Saran

Berdasarkan hasil dan analisis di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran

yang berkaitan dengan perilaku seks bebas, faktor-faktor yang menyebabkan. Melalui

penelitian ini diharapkan bagi para remaja khususnya SMU yang memiliki pasangan agar

mengetahui batas-batas dalam hubungannya menjalani afeksi. Kepada keluarga

khususnya orangtua diharapkan dapat memberikan perhatian yang lebih, sekalipun

mereka sibuk bekerja dikantor, selain itu para orang diharapkan dapat memberikan

pendidikan seks sejak dini mengenai dampak-dampak dari perilaku seks bebas dan

akibatnya dari perilaku seks bebas agar para anak-anak mereka membatasi bagaimana

berhubungan dengan pasangannya afeksinya pacaran

Dalam pihak sekolah diharapkan dapat memberikan pendidikan seks sejak kepada

para siswanya agar para siswa dapat mengetahui batasan-batasan dari hubungannya

dengan pasangan, dan tidak mudah terpengaruh oleh pergaulan saat ini yang semakin

berkembang khususnya perilaku seks bebas.

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian yang dilakukan terhadap para pelanggan bengkel AHASS Motor Sagan, diketahui bahwa kinerja atau pelayanan yang diberikan oleh bengkel AHASS Motor Sagan kepada

Pengujian perangkat keras yang dilakukan adalah menguji sensor TGS 2201 dengan memberikan inputan berupa gas Nitrogen Oksida (NOx) dan Karbon Monoksida (CO) yang

Untuk mendapatkan performa mesin yang optimal (daya, torsi, konsumsi bahan bakar spesifik, dan emisi gas buang), dilakukan perubahan-perubahan pada pengaturan standar

dilihatnya. f) Peserta didik mencatat poin penting dari film yang dilihat. Penilaian media film dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Aspek dalam penilaian yang dilakukan

Data diperoleh dari hasil pengukuran nilai hematokrit, penentuan kadar hemoglobin, dan penghitungan total eritrosit pada ayam pedaging yang diberikan perlakuan kombinasi

Objek penelitian ini adalah model Fama dan French (model 3 faktor) dan model CAPM yang diuji dengan menggunakan data harga dan return saham- saham yang terdaftar di BEI

Pada Gambar 4.37 dapat dilihat pada hasil pengujian kuat tekan beton dengan sampel pasir Cepu tanpa cuci admixture 50% pada umur 28 hari dengan kuat tekan benda uji secara

Berdasarkan masalah-masalah yang telah peneliti rumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara burnout dengan