• Tidak ada hasil yang ditemukan

UCAPAN TERIMA KASIH. Denpasar, Juni Penulis. vii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UCAPAN TERIMA KASIH. Denpasar, Juni Penulis. vii"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas berkat rahmat-Nya dapat diselesaikan tesis yang berjudul “Faktor Risiko Serokonversi HIV pada LSL yang Berkunjung di Klinik Bali Medika Tahun 2011-2015” ini tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof.Dr.dr. I Ketut Suastika, Sp.PD KEMD sebagai rektor Universitas Udayana, Prof.Dr.dr.A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) sebagai Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana dan Prof.dr.Dewa Nyoman Wirawan, MPH sebagai Ketua Program Studi pada Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana dan Pembimbing I yang telah menyediakan waktu dalam memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan tesis ini. Terima kasih kepada dr. AA Sagung Sawitri, MPH selaku Ketua Konsentrasi Epidemiologi Lapangan dan Pembimbing II yang telah menyediakan waktu dan memberikan bimbingan serta semangat dalam penyusunan tesis ini, para mentor lokal FRTP Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana yang selalu membimbing di setiap pertemuan workshop FRTP, Tim Panitia Penguji yang telah memberikan masukan demi penyempurnaan tulisan ini.

Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak dr. Subrata dan Ibu Cok I yang selalu setia memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan tesis ini, dr. Yogi Prasetya dan seluruh anggota tim Klinik Bali Medika yang telah memberikan ijin dan meluangkan waktu dalam membantu pengumpulan data untuk penyusunan tesis ini, Estrada Adhi sebagai ekstraktor data yang paling setia menemani dalam pengumpuan data.

Ucapan yang sama juga saya ucapkan kepada suami tercinta, Fajar yang selalu memberikan dukungan (mental, moral, spiritual, dan dana) dan semangat sejak awal kuliah hingga saat ini, teman-teman MIKM angkatan VI juga personil sekretariat MIKM (Mbok Ulik dan Citra) yang sangat bersahabat, serta orang tua, keluarga dan semua pihak yang selalu memberikan semangat dalam penyusunan tesis ini.

Denpasar, Juni 2016

(2)

ABSTRAK

Terjadi peningkatan prevalensi HIV pada LSL dari 5% di tahun 2007 menjadi 12% di tahun 2011 dan saat ini LSL menjadi potensi penularan HIV peringkat ke empat tertinggi di Indonesia. Beberapa penelitian menyebutkan seks anal tidak aman merupakan faktor risiko mendapatkan HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran serokonversi HIV pada LSL dan keterkaitannya dengan beberapa perilaku seksual berisiko.

Penelitian ini merupakan studi case control dari data kohort LSL yang melakukan VCT berulang di Klinik Bali Medika tahun 2011-2015. Serokonversi HIV didefinisikan pada LSL yang masih memiliki status HIV negatif di awal pengamatan dan mengalami perubahan status menjadi positif pada kunjungan tes berikutnya. Analisis data dilakukan dengan Kaplan Meier dan metode regresi logistik.

Median waktu serokonversi HIV pada LSL 458 hari atau 1,2 tahun (IQR=224-699). Analisis multivariat menunjukkan serokonversi HIV berisiko 8,3 kali lebih tinggi pada LSL yang mengalami IMS berulang dan berisiko 1,9 kali lebih tinggi pada LSL yang pernah mengalami IMS dibandingkan dengan LSL yang tidak mengalami IMS dalam 6 bulan terakhir (AOR=8,3; 95% CI=1,7-89,8 dan AOR=1,9; 95% CI=1,1-3,8). Serokonversi HIV ditemukan berisiko 3,4 kali lebih tinggi pada LSL yang berperilaku reseptif dan berisiko 2,3 kali lebih tinggi pada LSL yang berperilaku versatil dibandingkan dengan LSL yang berperilaku insertif dalam 6 bulan terakhir (AOR=3,45; 95% CI=1,6-7,1 dan AOR=2,3 95% CI=1,0-5,1).

LSL yang berperan reseptif dianggap lebih berisiko dan cenderung didominasi oleh LSL usia muda. Perlu upaya intervensi VCT yang terintegrasi dengan IMS dalam pengendalian perilaku seks berisiko khususnya pada LSL usia muda.

(3)

ABSTRACT

There is increased of HIV prevalence among MSM from 5% on 2007 into 12% on 2011 and currently MSM become the fourth highest potential HIV infection in Indonesia. Several research showed that unprotected anal intercourse are the risk factor of HIV infection. This research aim to describe HIV seroconversion among MSM and the correlation with several high risk sex behaviour.

This case control study based on cohort data from MSM wich repeatetly visit the VCT in Bali Medika Clinic between 2011-2015. HIV Seroconversion is defined as MSM with a negative HIV status at the beginning of the observation and a positive status change on the next test. Data were analyzed using Kaplan Meier and logistic regression method.

Median time of HIV seroconversion in MSM was 458 days or 1.2 years (IQR = 224-699). Multivariate analysis showed that HIV seroconversion risk 8,3 time higher on MSM who have STI’s reinfection and risk 1,9 time higher on MSM who have STI’s infection than MSM who do not have STI’s in the last 6 months (AOR=8,3; 95% CI=1,7-89,8 and AOR=1,9; 95% CI=1,1-3,8). HIV seroconversion risk 3,4 time higher on MSM who have receptive sex role and risk 2,3 time higher on MSM who have versatile sex role than MSM who have insertive sex role in the last 6 months (AOR=3,45; 95% CI=1,6-7,1 and AOR=2,3 95% CI=1,0-5,1).

MSM who have reseptive sex role considered more at risk and dominated by young MSM. Needed VCT intervention which integrated with STI’s in controlling hig sex behaviour especially in young MSM.

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM... ii

PERSYARATAN GELAR ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

DAFTAR ISTILAH ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 7 1.3 Tujuan Penelitian ... 9 1.3.1 Tujuan Umum ... 9 1.3.2 Tujuan Khusus ... 9 1.4 Manfaat Penelitian ... 10 1.4.1 Manfaat Teoritis ... 10 1.4.2 Manfaat Praktis ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1 Pelaksanaan VCT dan VCT Berulang pada LSL ... 11

2.2 Faktor Risiko Serokonversi HIV pada LSL ... 13

2.2.1 Faktor Risiko Sosiodemografi... 14

2.2.2 Faktor Risiko Perilaku Seksual Berisiko ... 21

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 31

3.1 Kerangka Berpikir ... 31

(5)

BAB IV METODE PENELITIAN ... 36

4.1 Rancangan Penelitian ... 36

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

4.3.1 Populasi Kasus ... 36

4.3.2 Definisi dan Sumber Kasus ... 37

4.3.3 Populasi Kontrol ... 37

4.3.4 Definisi dan Sumber Kontrol ... 37

4.3.5 Sampel Penelitian ... 37

4.4 Metode Pengambilan Sampel ... 39

4.5 Skema Pengambilan Sampel... 39

4.6 Variabel Penelitian ... 41

4.6.1 Variabel Bebas ... 41

4.6.2 Variabel Terikat ... 41

4.7 Definisi Operasional Variabel ... 42

4.8 Instrumen Penelitian ... 45

4.9 Prosedur Penelitian... 45

4.9.1 Pengumpulan Data Awal ... 45

4.9.2 Tahap-tahap Pengolahan Data... 45

4.10 Analisa Data ... 46

4.10.1 Analisis Univariat ... 46

4.10.2 Analisis Bivariat ... 46

4.10.3 Analisis Multivariat ... 47

BAB V HASIL PENELITIAN ... 48

5.1 Karakteristik Sampel Penelitian ... 48

5.2 Kondisi Sosiodemografi dan Perilaku Seks Berisiko Terhadap Serokonversi HIV ... 51

5.3 Perilaku Seks Berisiko dan Riwayat IMS Terhadap Serokonversi HIV ... 55

BAB VI PEMBAHASAN ... 57

6.1 Tes HIV Berulang dan Serokonversi HIV pada LSL... 57

6.2 Faktor Risiko Serokonversi HIV pada LSL ... 61

6.3 Keterbatasan Penelitian ... 70

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 72

(6)

7.2 Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 82

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Perhitungan Sampel Penelitian ... 38 Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel ... 42 Tabel 5.1 Komparabilitas Kelompok Kasus dan Kontrol ... 49 Tabel 5.2 Analisis Bivariat Kondisi Sosiodemografi dan

Kelompok Risiko Terhadap Serokonversi HIV... 51 Tabel 5.3 Analisis Bivariat Riwayat IMS, Perilaku Sexual Role,

dan Penggunaan Kondom dalam 6 Bulan Terakhir Terhadap Serokonversi HIV ... 53 Tabel 5.4 Analisis Multivariat Faktor Risiko Serokonversi HIV ... 56

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 34 Gambar 4.1 Skema Pemilihan Sampel yang Memenuhi

Syarat Penelitian... 40 Gambar 5.1 Kurva Kaplan-Meier Estimasi Median

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Output Analisa Data

Lampiran 2. Instrumen Pengumpulan Data Lampiran 3. Lembar Persetujuan Kelaikan Etik

(10)

DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immunodeficiency Sindrom

HIV : Human Immunodeficiency Virus

VCT : Voluntary Counseling and Testing

IMS : Infeksi Menular Seksual

WPSL : Wanita pekerja seks langsung WPSTL : Wanita pekerja seks tidak langsung STBP : Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku

LSL : Laki seks laki

Odha : Orang dengan HIV AIDS

mARPs : the most at risk populations

CDC : Center for Disease Control and Prevention GARPR : Global AIDS Response Progress Reporting

WHO : World Health Organization

USAID : United States Agency for International Development UNAIDS : United Nation AIDS

KPA : Komisi Penaggulangan AIDS

MDICP : Diffusion and Ideational Change Project

OR : Odds Ratio

HR : Hazard Ratio

CI : Confident Interval

IRR : Incindence Rate Ratio

vs. : versus

(11)

DAFTAR ISTILAH

Insertif : peran seks sebagai pemberi sperma Reseptif : peran seks sebagai penerima sperma

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

HIV merupakan virus penyebab AIDS (aquired immunodeficiency

syndrome) menjadi salah satu masalah dan tantangan kesehatan dunia yang

paling serius. Kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, dan sampai saat ini epidemi HIV masih berkembang mencapai lebih dari 30 tahun. Hingga saat ini sekitar 30 juta orang saat ini hidup dengan HIV dan 10 dari satu juta orang meninggal akibat AIDS (UNAIDS, 2013). Berdasarkan estimasi terakhir dari UNAIDS (2013), terdapat 35,5 juta orang hidup dengan HIV di tahun 2012, yang mana angka ini meningkat dari 29,4 juta di tahun 2001. Secara global, angka prevalensi HIV (persentase dari usia 15-49 yang terinfeksi HIV) masih dalam level yang sama sejak tahun 2001 dan menjadi 0,8% di tahun 2012.

Infeksi HIV dapat ditularkan melalui berbagai cara seperti hubungan seks yang tidak aman, penularan secara perinatal, serta penggunaan jarum suntik non steril. Sampai saat ini, penularan melalui hubungan heteroseksual merupakan faktor risiko yang paling banyak diketahui sebagai penularan infeksi HIV. Pada beberapa negara di dunia, LSL (laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan laki-laki), penasun, dan pekerja seks juga ditemukan sebagai faktor risiko yang berhubungan terhadap penularan HIV (WHO, 2013).

(13)

2

Berdasarkan analisis transmisi HIV di Amerika Latin, LSL merupakan populasi kunci terbesar infeksi baru HIV di wilayah tersebut, berkisar antara 33% infeksi di Republik Dominika hingga 56% infeksi di Peru. Median prevalensi HIV pada LSL lebih dari 1% di seluruh wilayah di dunia dan angka ini secara konsisten lebih tinggi dibandingkan prevalensi HIV pada seluruh laki-laki. Di tahun 2012, berdasarkan laporan nasional GARPR, median prevalensi HIV tertinggi pada LSL dilaporkan di Afrika Tengah dan Barat (19%) serta Afrika Selatan dan Timur (15%). Informasi ini juga sejalan dengan studi epidemiologi analisis global di tahun 2012, yang menemukan bahwa prevalensi HIV pada LSL di Amerika, Asia Tenggara dan Selatan, serta Sub-sahara Afrika berkisar antara 14-18% (Beyrer C, et al., 2012). Sama seperti pekerja seks, survei epidemiologi pada LSL masih terbatas dan mungkin tidak representatif mewakili seluruh negara di dunia. Kecenderungan epidemiologi pada LSL berbeda berdasarkan wilayah masing-masing (UNAIDS, 2013).

LSL berkontribusi sekitar 51% dalam penemuan diagnosa infeksi baru HIV di AS selama 3 (tiga) dekade epidemi HIV (CDC, 2004). Sedangkan data CDC tahun 2007-2010 mengatakan terdapat sekitar 12% peningkatan insiden HIV pada LSL dan LSL merupakan kelompok yang paling kuat pengaruhnya di AS dimana sebesar 22% meningkatkan insiden HIV selama periode tersebut. Sedangkan di tahun 2012, estimasi prevalensi HIV AIDS pada LSL di Brazil 13 kali lebih tinggi dibandingkan dengan laki laki heteroseksual (Kerr, et al., 2012).

(14)

3

Kasus HIV daribulanJulisampaidengan September 2014 di Indonesia dilaporkan jumlahinfeksi HIV yang baru terdiagnosis 7.335 kasus dan kasus AIDS sebanyak 176 kasus. Berdasarkan data dari Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun 2011, prevalensi HIV tertinggi ada pada Penasun (41%), diikuti waria (22%), WPSL (10%), LSL (8,5%), WBP (3%), WPSTL (3%), dan Pria Potensial Risti (0,7%). Bila dibandingkan dengan STBP 2007 di lokasi survei yang sama, terjadi penurunan prevalensi HIV pada penasun secara bermakna. Sebaliknya terjadi peningkatan prevalensi pada LSL, yaitu dari 5% di tahun 2007 menjadi 12% di tahun 2011, begitu juga pada Pria Potensial Risti dari 0,1% di tahun 2007 menjadi 0,7% di tahun 2011.

AIDS case rate per 100.000 penduduk yang dilaporkan sampai dengan September 2014, Bali menduduki peringkat ketiga dengan prevalensi sebesar 109,52% setelah Papua dengan prevalensi 359,43% dan Papua Barat dengan prevalensi 228,03%. Jumlah kumulatif kasus AIDS menurut faktor risiko paling tinggi terdapat pada heteroseksual (34.305 kasus), diikuti dengan PENASUN (8.462 kasus), transmisi perinatal (1.506 kasus), homo-biseksual (1.366 kasus), dan transfusi darah (130 kasus) (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan hasil estimasi populasi kunci dan odha oleh Kemenkes di tahun 2012 untuk provinsi Bali, estimasi populasi LSL berada di peringkat ke empat setelah pelanggan WPSL, pelanggan waria, dan pelanggan WPSTL yakni sebesar 14.098 dengan estimasi jumlah odha pada LSL sebanyak 949, dimana

(15)

4

diverifikasi mengingat saat ini di Bali belum banyak dilakukan studi pada LSL (KPA Bali, 2014).

Klinik Bali Medika adalah sebuah klinik kesehatan reproduksi, yang juga melayani Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV AIDS khusus untuk LSL di Bali. Klinik ini berdiri sejak tahun 2011, dan hingga sekarang terdapat 4.000 LSL yang pernah mengakses layanan konseling maupun testing di klinik tersebut. Rata-rata, klinik ini melayani sekitar 100 LSL per bulan. Berdasarkan data terbaru dari Bali Medika, dilaporkan bahwa terdapat sekitar 10-15% LSL yang didiagnosis sebagai HIV positif dari 100 orang yang melakukan VCT per bulan dan sekitar 24 kasus serokonversi HIV pada akhir tahun 2014.

Serokonversi HIV merupakan periode dimana tingginya tingkat infeksius dan waktu yang penting dalam mendeteksi kapan terjadinya infeksi. Adanya transmisi selama periode serokonversi akan meningkatkan munculnya infeksi penyakit menular seksual serta perilaku seksual berisiko tinggi (Pilcher CD,

et al., 2004). Pada salah satu penelitian yang dilakukan di Thailand,

mengemukakan bahwa 235 remaja laki-laki Thailand dengan serokonversi HIV yang didokumentasikan selama jangka waktu 6 bulan, ditemukan angka kematian sebesar 56,3 per 1000 orang-tahun, yang mana 9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan remaja laki dengan HIV seronegatif (Rangsim, 2004).

Meskipun beberapa intervensi konseling nampaknya dapat merubah perilaku seksual risiko tinggi pada LSL, tes HIV tetap menjadi pencegahan utama (CDC, 2003). Status HIV lebih banyak ditemukan pada LSL setelah

(16)

5

memperoleh layanan konseling HIV dan tes HIV secara berulang sehingga pengenalan tes HIV pada LSL usia muda sangat penting untuk dilakukan demi meningkatkan intervensi pada perilaku seksual berisiko. Sehingga LSL yang telah mengetahui bahwa mereka terinfeksi HIV dapat mengubah perilaku seksual dengan mengurangi penularan terhadap pasangan seksual mereka. CDCmerekomendasikan bahwa orang dengan risiko tinggi terinfeksi HIV termasuk LSL harus melakukan pemeriksaan setidaknya setiap tahun dan beberapa instansi kesehatan lokal memberikan rekomendasi untuk melakukan tes setiap 3-6 bulan pada LSL yang berisiko tinggi (Golden MR,

et al., 2005).

Faktor risiko terkait kejadian serokonversi HIV pada LSL pernah dilakukan beberapa kali di dunia dengan menggunakan rancangan penelitian yang berbeda-beda. Beberapa penelitian menyatakan hubungan seks anal yang tidak aman pada LSL merupakan faktor risiko dalam mendapatkan virus HIV. Makin tinggi frekuensi LSL melakukan perilaku seks anal yang tidak aman maka risiko akan terjadinya serokonversi HIV juga semakin tinggi. Penelitian terkait dengan perilaku seksual pada LSL yang dilakukan oleh Schwarcz, et al., (2007) menemukan bahwa faktor risiko yang berpengaruh sebagai perilaku seksual risiko tinggi penularan HIV adalah hubungan seks anal tidak aman dengan pasangan serodiskordan (tidak memiliki serostatus HIV AIDS yang sama) serta memiliki jumlah pasangan seksual yang tinggi selama 12 bulan terakhir. Jin, Fengyi, et al. (2010) yang melakukan penelitian

(17)

6

HIV yang teridentifikasi memiliki insiden sebesar 0,87 per 100 orang tahun. Dengan faktor risiko yang mempengaruhi serokonversi adalah hubungan seks anal tidak aman baik sebagai insertif maupun reseptif dengan pasangan seks yang memiliki anal gonorea dan memiliki kutil kelamin/anal.

Penelitian lain yang dilakukan oleh DongliangLi, et al. (2012) menyatakan faktor karakteristik mempengaruhi terjadinya serokonversi HIV. Dimana LSL yang berusia dibawah 25 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menjadi HIV dibandingkan dengan LSL yang berusia diatas 25 tahun. Pada penelitian ini juga melaporkan bahwa LSL yang mendapatkan pendidikan kurang dari 12 tahun lebih berisiko untuk tertular HIV dibandingkan dengan LSL yang mendapatkan pendidikan diatas 12 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Angelica, et al. (2011) juga melaporkan bahwa LSL usia muda (<30 tahun) lebih berisiko untuk tertular HIV dibanding dengan LSL usia tua (≥30 tahun). Pada LSL usia muda juga lebih cenderung untuk memiliki lebih dari satu pasangan seksual dan lebih sering melakukan tes HIV dibandingkan dengan LSL usia tua. Akan tetapi, berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya, Campos, et al. (2014) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia maupun tingkat pendidikan dengan insiden HIV pada LSL. Penelitian yang dilakukan oleh Koblin, et al. (2006) juga melaporkan bahwa umur, ras, pendidikan, dan tingkat depresi tidak berhubungan terhadap kejadian serokonversi HIV pada LSL.

(18)

7

Adanya perbedaan hasil penelitian yang ditemukan di beberapa negara di dunia, serta penelitian terpublikasi tentang faktor risiko terjadinya serokonversi HIV pada LSL di Indonesia khususnya di Bali masih sangat terbatas, maka dengan penelitian ini diharapkan dapat melengkapi kesenjangan informasi terkait serokonversi HIV khususnya di Bali dengan memanfaatkan data sekunder yang tersedia di Klinik Bali Medika. Penggunaan data sekunder dalam penelitian ini digunakan untuk menggali banyak faktor dan mampu untuk menjawab hubungan kausa terhadap variabel yang akan diteliti.Beberapa faktor lain akan dieksplorasi mengingat belum banyak studi tentang LSL di Indonesia. Faktor risiko lain yang belum diteliti dan berbeda dengan penelitian sebelumnya seperti status pernikahan, orientasi seksual, dan jumlah anak perlu ditambahkan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang faktor yang berisiko terhadap kejadian serokonversi HIV pada LSL dan dapat digunakan untuk mengembangkan program penanggulangan HIV pada komunitas LSL di masa mendatang.

1.2 Rumusan Masalah

Setelah melakukan pengkajian dari masalah yang ada pada latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah penelitian pada pasien LSL yang berkunjung di Klinik Bali Medika selama tahun 2011-2015 diuraikan seperti

(19)

8

1. Apakah umur saat VCT pertama kali merupakan faktor risiko serokonversi HIV?

2. Apakah status bekerja saat VCT pertama kali merupakan faktor risiko serokonversi HIV?

3. Apakah status pernikahan saat VCT pertama kali merupakan faktor risiko serokonversi HIV?

4. Apakah tingkat pendidikan saat VCT pertama kali merupakan faktor risiko serokonversi HIV?

5. Apakah memiliki pasangan seks perempuan merupakan faktor risiko serokonversi HIV?

6. Apakah jumlah pasangan seks merupakan faktor risiko serokonversi HIV?

7. Apakah perilaku sexual role merupakan faktor risiko serokonversi HIV?

8. Apakah perilaku penggunaan kondom merupakan faktor risiko serokonversi HIV?

9. Apakah riwayat IMS merupakan faktor risiko serokonversi HIV? 10. Apakah transmisi HIV lainnya (penasun, laki pekerja seks, memiliki

pasangan risikotinggi HIV) merupakan faktor risiko serokonversi HIV?

(20)

9

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko serokonversi HIV pada LSL yang berkunjung di Klinik Bali Medika selama tahun 2011-2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui peran beberapa faktor risiko pada pasien LSL yang berkunjung di Klinik Bali Medika selama tahun 2011-2015 dalam hal-hal berikut.

1. Umur saat VCT pertama kali merupakan faktor risiko serokonversi HIV. 2. Status pekerjaan saat VCT pertama kali merupakan faktor risiko

serokonversi HIV.

3. Status pernikahan saat VCT pertama kali merupakan faktor risiko serokonversi HIV.

4. Tingkat pendidikan saat VCT pertama kali merupakan faktor risiko serokonversi HIV.

5. Memiliki pasangan seks perempuan merupakan faktor risiko serokonversi HIV.

6. Jumlah pasangan seks merupakan faktor risiko serokonversi HIV. 7. Perilaku sexual role merupakan faktor risiko serokonversi HIV.

8. Perilaku penggunaan kondom merupakan faktor risiko serokonversi HIV.

(21)

10

10. Transmisi HIV lainnya (penasun, laki pekerja seks, memiliki pasangan risiko tinggi) merupakan faktor risiko serokonversi HIV.

11. Median waktu terjadinya serokonversi HIV.

12. Frekuensi tes HIV berulang dan tahun memulai VCT pada LSL.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, manfaat penelitian ini adalah memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan khususnya tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian serokonversi HIV.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai dasar pertimbangan dalam pengembangan perencanaan program penanggulangan HIV pada kelompok LSL.

2. Dapat memberikan tambahan bagi kegiatan penelitian sejenis yang lebih spesifik terkait kejadian serokonversi HIV khususnya pada komunitas LSL di Bali.

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan pada penelitian penentuan konduktivitas termal berbagai logam dengan menggunakan metode gandengan yaitu dengan menggunakan persamaan linear

Aturan yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah kode etik mahasiswa yang mengatur mahasiswa UIN Suska Riau untuk melakukan kehidupan sosial-budayanya sebagai

Perubahan yang sangat menonjol yaitu terjadi pengurangan pada gelombang lambat, terutama stadium 4, gelombang alfa terjadi pengurangan pada gelombang lambat, terutama

Hasil uji penetrasi prometazin HCl dan griseofulvin di dalam formula krim yang mengandung VCO dan mengandung DMSO, menunjukkan bahwa penetrasi prometazin HCl dari basis

Tujuan dalam penelitian ini adalah melakukan Prototype Sistem Informasi Manajemen Potensi Desa Palasari Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang Berbasis Website yang dapat

Obat antiinflamasi efeka nalgetikanti inflamasinya diperoleh dengan menghambat sekresi prostaglandin yang berdampak pada peningkatan sekresi ion H+ yang

Salah satu yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa adalah media tayangan televisi “jika aku menjadi” di trans7 media ini dapat