• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. berlanjut seiring dengan berkembangnya seni budaya di masyarakat. Seni beladiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. berlanjut seiring dengan berkembangnya seni budaya di masyarakat. Seni beladiri"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

.1 Latar Belakang Masalah

Seni beladiri adalah perpaduan unsur seni, teknik membeladiri, olahraga, serta olah bathin yang didalamnya terdapat muatan seni budaya masyarakat dimana seni beladiri itu lahir dan berkembang. Perkembangan seni beladiri terus berlanjut seiring dengan berkembangnya seni budaya di masyarakat. Seni beladiri mempunyai peranan dalam memberikan kontribusi perkembangan seni budaya masyarakat suatu daerah.

Ilmu beladiri merupakan suatu metode yang terstruktur yang digunakan oleh seorang manusia untuk melindungi dirinya dari serangan manusia lainnya. Naluri untuk melindungi diri sudah ada pada diri manusia sejak dilahirkan. Pada saat manusia berkonfrontasi secara fisik dengan manusia lainnya maka pilihannya adalah; (1). Melarikan diri, (2). Menyerah pada kehendak lawan atau (3). Melakukan perlawanan. Pilihan melawan akan menghasilkan sebuah perkelahian dimana pihak-pihak yang berkelahi akan berusaha untuk melukai lawannya. Dari perkelahian inilah akan tercipta teknik beladiri untuk menghindari serangan lawan, untuk menyerang, melukai, ataupun menyakiti lawan.

Pada dasarnya seni beladiri dapat dikategorikan dalam dua aspek yaitu teknik dan non-teknik. Setiap aliran seni beladiri mempunyai persamaan dan perbedaan pemahaman mengenai kedua aspek tersebut. Sejarah dari suatu negara, adat istiadat, tradisi, dan lingkungan alam tempat seni beladiri itu tumbuh dan berkembang, akan mewarnai perbedaan diantara kedua aspek tersebut.

(2)

Lebih lanjut Ben Haryo (2005 : 4), menjelaskan fungsi dasar beladiri dari aspek teknik adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bekal untuk menjaga keselamatan diri dalam pertarungan di medan laga yang luas ataupun tempat yang sangat terbatas.

2. Untuk menjaga kesehatan fisik melalui latihan beladiri yang teratur.

3. Untuk dapat mengendalikan serangan lawan, kemudian mengendalikan pertarungan agar penyerang dan yang diserang tidak mengalami cidera yang berat.

4. Untuk melumpuhkan lawan dengan tempo yang tidak terlalu lama,sehingga tidak perlu banyak mengeluarkan energi.

5. Sebagai pertahanan diri sendiri dengan tidak mengandalkan serangan frontal terhadap lawan yang mungkin memiliki tenaga lebih besar.

Fungsi dasar beladiri dari aspek non-teknik adalah sebagai berikut :

1. Sebagai kepercayaan diri dalam menjaga diri sendiri dan orang lain dari tindak kekerasan.

2. Memiliki sikap mental yang relatif tangguh dan tidak gampang menyerah saat menghadapi permasalahan dalam kehidupan.

3. Sebagai semangat juang yang cukup tinggi dalam mengejar keinginan. 4. Untuk dapat menerapkan sikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari.

5. Untuk dapat memahami seni budaya dan karakter masyarakat suatu bangsa dimana seni beladiri itu berasal.

6. Sebagai pengatur dan penjaga keseimbangan fisik, mental, dan spiritual dalam harmonisasi irama kehidupan yang dinamis.

(3)

Aikido (合気道)adalah seni beladiri tradisional Jepang yang diciptakan Morihei Ueshiba, seorang ahli beladiri yang menguasai beladiri kuno Jepang. Morihei Ueshiba mengubah teknik beladiri tersebut dengan modifikasi dan penyempurnaan sehingga menjadi olah gerak beladiri tersendiri yang dinamai Aikido.

Aikido bukanlah seni beladiri teknik saja tapi merupakan seni beladiri yang menggunakan napas dan pikiran bersih sehingga orang yang mempelajari Aikido dapat mengontrol emosi, lawan, dan keadaan. Aikido mengajarkan bagaimana mengasihi sesama termasuk musuh, koreksi diri, dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan. Berbeda dengan beladiri lainnya Aikido tidak dipertandingkan karena pada suatu pertandingan seseorang akan berusaha untuk menjadi pemenang dan mengalahkan saingannya, hal ini bertentangan dengan tujuan Aikido yaitu mengajarkan bagaimana caranya tidak bertindak kekerasan seperti yang tertulis dalam kata-kata Ueshiba: “kami setiap kali berdoa agar pertikaian tidak terjadi, untuk alasan inilah kami secara keras melarang adanya pertandingan di Aikido”, (Setiadi, 2003:15). Hakikat seni beladiri adalah mencari keselamatan bukan bahaya.

Masyarakat Minangkabau adalah masyarakat yang memengang teguh adat istiadat nya. Sesuai dengan petuah adat “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah” (adat bersandikan agama, agama bersandikan Al-qur’an). Di Minangkabau dikenal suatu seni beladiri yang di kenal dengan silek (silat) atau lebih umum dengan nama pencak silat. Pencak silat di Minangkabau juga dijadikan permainan rakyat, dimana mempunyai dua peranan yaitu sebagai permainan dinamakan pencak dan sebagai seni beladiri dinamakan silat.

(4)

Peranan pencak disamping sebagai permainan juga sebagai tangga mempelajari silat. Pesilat disebut pandeka (pendekar) sedangkan pemain pencak disebut anak silek, karena rata-rata yang mempelajarinya adalah anak-anak dan remaja.Seorang pendekar mempunyai etik seperti dalam petuah adat “musuah indak dicari, jikok basuo pantang dielakkan” (musuh tidak dicari, kalau bertemu pantang dielakkan). Pada umumnya para pendekar jarang terlibat persengketaan karena mereka saling menyegani. Mereka selalu memperingatkan anak didiknya agar tidak membuat sengketa dengan pendekar lain, sebaliknya mereka akan menganjurkan anak didiknya untuk berguru pada pendekar lain.

Silat Minangkabau mempunyai beberapa aliran. Yang terkenal ialah aliran silat lintau (pesisir) dan silat pauh (dari nagari pauh, luar kota Padang). Perbedaan mendasar silat lintau dan silat pauh adalah pada silat lintau lebih mengutamakan keterampilan tangan, sedangkan silat pauh mengutamakan keterampilan kaki. Silat disebut seni beladiri dikarenakan sifat kekuatannya lebih mengutamakan pertahanan. Pertahanannya ialah tangkok dan elak. Jenis tangkok ialah dengan kedua tangan yang disebut tangkok, kabek dengan menggunakan lengan dan menekukkan siku serta kunci dengan menggunakan selurah anggota tangan. Sedangkan jenis elak yaitu gerakan menghindari serangan dengan mundur, melompat, dan merungkuk. Gelek dengan menggerakkan bagian badan ke kiri dan ke kanan tanpa menggeser tempat tegak. Kepoh ialah menepis serangan dengan menggunakan tangan dan kaki.

Aikido dan silek dapat dibedakan dari segi aliran, dimana aikido bertumpu pada kepercayaan Buddha zen, sedangkan silek berlandaskan ajaran Islam. Fungsi aikido pada masyarakat Jepang, selain sebagai ilmu beladiri juga sebagai

(5)

penyeimbang dan penyelaras dalam kehidupan sehari-hari bagi pemakainya. Begitu juga dengan silek, digunakan masyarakat sebagai ilmu beladiri dan pegangan diri. Silek juga dipakai sebagai permainan rakyat tradisional minangkabau. Anak-anak muda menjadikan silek sebagai sarana yang dapat menjalin silahturrahmi, contohnya randai.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penelitian ini akan berusaha mengungkapkan persamaan dan perbedaan antara seni beladiri Jepang dengan seni beladiri Minangkabau melalui judul skripsi “ANALISIS PERBANDINGAN AIKIDO DI JEPANG DAN SILEK DI MINANGKABAU SEBAGAI SENI BELADIRI TRADISIONAL”

.2 Perumusan Masalah

Pada dasarnya masyarakat mengenal seni beladiri sebagai suatu metode yang dilatih seseorang untuk membeladiri dari tindak kekerasan terhadap dirinya. Ada beberapa kecendrungan yang selama ini dipahami seseorang behwasanya belajar beladiri hanya untuk belajar berkelahi dan mmenggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah.Morihei Ueshiba sebagai orang yang menciptakan Aikido tidak menyukai adanya konsep bushido yang lebih diartikan pada aktif kemiliteran. Bushido juga berarti jalan kuat untuk mati, akan tetapi Morihei Ueshiba mengajarkan bahwa konsep bushido bukan belajar bagaimana mati, tapi belajar bagaimana hidup (Ueshiba,2004:51).

Aikido merupakan seni beladiri yang berdasarkan kasih dan tidak mengenal kekerasan. Aikido dalam latihannya lebih dipusatkan pada konsentrasi pikiran. Sama halnya dengan silat tradisional Minangkabau, dalam adat Minangkabau

(6)

dijelaskan bahwa “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”(adat bersendikan agama, agama bersendikan Al qur’an). Silat yang secara umum tidak diketahui pasti darimana asal mulanya mengenal adanya kasih sayang dan anti kekerasan. Falsafah pendekar silat Minangkabau yang sering dibaca “musuah indak dicari, jikok basuo pantang di elakkan”, dijadikan suatu pedoman dan pegangan kuat.

Gagasan untuk menciptakan kedamaian bagi semua umat manusia diatas bumi sangat diutamakan dalam Aikido. Berlatih Aikido tidak bertujuan untuk menjatuhkan lawan ataupun dipandang kuat oleh orang lain. Morihei ueshiba menekankan bahwa tujuan mereka berlatih adalah untuk menciptakan kedamaian dan keharmonisan dalam hidup serta menjadikan manusia sebagai satu keluarga. Dalam silek Minangkabau kedamaian merupakan tujuan utama yang harus dicapai. Latihan silek yang biasanya dilaksanakan pada malam hari dapat mendidik dan membentuk karakter seseorang menjadi lebih baik. Suasana malam hari yang tenang menciptakan kedamaian pada diri individu. Dengan adanya kedamaian dalam individu maka akan terciptalah kedamaian dilingkungan masyarakat.

Beberapa contoh perbedaan yang dapat ditinjau dari silek dan aikido adalah dari segi agama dan kepercayaan. Silek lebih bernapaskan pada ajaran Islam, sedangkan aikido bertitik tolak dari ajaran Buddha Zen. Perbedaan lainnya, Aikido sebagai suatu seni beladiri tidak dipertandingkan, karena dalam pertandingan itu nantinya akan saling menjatuhkan lawan dimana ada pemenang dan ada yang kalah. Hal ini bertentangan dengan prinsip aikido yang menanamkan kasih sayang dan keharmonisan, akan tetapi dalam silek mengenal adanya

(7)

pertandingan. Namun yang dipertandingkan ini bukan olahraga beladirinya, melainkan unsur seninya.

Dikenal dengan nama “aluambek”, alu (gerak/laju), ambek (hambat), ini dipertontonkan pada masyarakat dan ada jurinya. Biasanya diadakan pada acara “alek nagari” (pesta tahunan nagari). Yang dinilai adalah keindahan gerak silek yang diperagakan dan keserasiannya dengan dendangan lagu si pengiring. Aluambek ini dilakukan lebih kurang 6 orang. Dari segi teknik dan gerak aikido dan silat juga memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Aikido tekniknya hanya menggunakan tangan, kuncian dan bantingan, akan tetapi silek menggunakan seluruh anggota badan, seperti tangan, kaki, ataupun anggota badan yang lainnya.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mencoba merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa persamaan dan perbedaan aikido dengan silek ditinjau dari asal-usulnya?

2. Apa persamaan dan perbedaan aikido dengan silek ditinjau dari filosofinya?

3. Apa persamaan dan perbedaan aikido dengan silek ditinjau dari fungsinya?

.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dari pemasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar masalah

(8)

penelitian tidak terlalu luas dan bekembang jauh,sehingga penulisan dapat lebih terarah dan terfokus.

Dalam analisis ini penulis hanya membatasi ruang lingkup pembahasan yang difokuskan pada perbandingan antara asal-usul, filosofi dan fungsi Aikido dengan silek sebagai seni beladiri tradisional. Sebelum pembahasannya penulis terlebih dahulu akan mendeskripsikan sejarah lahir dan perkembangan aikido dengan silek. Mengingat banyaknya jenis silek yang terdapat di Minangkabau,maka penulis membatasi bahasan pada silat Paninjauan yang berasal dari daerah Sunur Kuraitaji, Pariaman.

1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori .4.1 Tinjauan Pustaka

Setiap penelitian memerlukan landasan atau kejelasan berpikir dalam memecahkan masalah atau menyorotinya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi,2001 : 39-40).

Aikido ( 合 気 道 ) dalam kamus Kontemporer (2002:22) adalah gaya berkelahi Jepang tanpa menggunakan senjata,tapi dengan cara bergelut,lempar-melempar disertai gerakan-gerakan yang dibuat agar lawan kehilangan keseimbangan.

Aikido merupakan seni beladiri yang berdasarkan kasih, dan tidak mengenal kekerasan. Morihei Ueshiba membagi ilmu beladiri dalam 2 kelompok yaitu ilmu beladiri spiritual dan ilmu beladiri material. Ilmu beladiri material tertanam pada objek-objek fisik. Ilmu beladiri seperti itu adalah sumber pertikaian yang tiada

(9)

akhir karena berdasarkan pertentangan dua kekuatan. Ilmu beladiri spiritual memandang keadaan pada tahap yang lebih tinggi. Dasarnya adalah cinta dan memandang kesegala hal dengan totalitas mereka. Ilmu ini tidak berbentuk dan tidak pernah mencari musuh (Ueshiba,2004:52).

Pencak silat mempunyai dua arti yang sejalan. Pencak mempunyai pengertian gerak dasar beladiri yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar,latihan,dan pertunjukan. Silat mempunyai pengertian sebagai gerak beladiri yang sempurna yang bersumber pada kerohanian suci murni guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama.

Pengukuhan istilah pencak silat bagi seni beladiri bangsa Indonesia merupakan hasil seminar pencak silat pada tahun 1973 di Tugu Bogor. Sebelumnya tidak seluruh daerah di Indonesia menggunakan istilah pencak silat,di beberapa daerah di jawa lazimnya digunakan nama pencak,sedangkan di Sumatera dan daerah lainnya digunakan sebutan silat.

Definisi silat selengkapnya yang pernah disusun IPSI bersama BAKIN pada tahun 1975 adalah: “Pencak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela dan mempertahankan eksistensi dan integritasnya terhadap lingkungan hidup dan alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

.4.2 Kerangka Teori

Penelitian ini lebih mengarah pada penelitian kebudayaan. Budaya menurut sir Edward B.Taylor dalam Ben Haryo (2005:14) adalah seluruh kompleksitas yang terbentuk dalam sejarah dan diteruskan dari generasi ke generasi melalui

(10)

tradisi yang mencakup sosial, ekonomi, hukum, agama, seni, teknik, kebiasaan, dan ilmu kebudayaan selalu bersifat sosial dan historik.

Menurut Koenjaraningrat (1979:193) kebudayaan adalah : keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Koenjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan itu ada 3 wujud yaitu : 1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan,

nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan-peraturan.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan berupa sistem sosial mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas manusia yang berinteraksi,berhubungan,serta bergaul satu sama lain dari waktu ke waktu, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan (1979:200-201).

Aikido adalah seni beladiri Jepang yang diciptakan oleh Morihei Ueshiba (1883-1969) sekitar tahun 1920-an hingga 1960-an. Aikido tercipta dari berbagai aliran beladiri yang telah ada seperti jujutsu dan kenjutsu.Aikido adalah cara pembelaan diri dimana tenaga penyerang dimanfaatkan untuk melawan dirinya sendiri. Aikido adalah jalan mencari keselarasan dengan orang lain,lingkungan maupun alam semesta. Dalam konteks ini aikido merupakan jalan untuk hidup atau dengan kata lain pandangan hidup pemakainya. Jalan hidup aikido adalah norma-norma dan nilai-nilai kasih sayang yang dituangkan melalui beladiri. Beladiri itu sendiri menurut Morihei Ueshiba adalah sebuah jalan untuk

(11)

menghentikan perang dan pertikaian, bukan suatu jalan untuk saling menghancurkan (Utomo,2002 : 23).

Silek Minangkabau bertolak pada pituah-pituah adat Minangkabau yang berlandaskan agama, kepercayaan,dan kasih sayang. Nilai-nilai yang tertanam didalamnya bukan hanya nilai material saja, akan tetapi juga terdapat nilai spiritual yang berpatokan pada alam. Hal ini dicantumkan dalam pituah adat berikut ini:

Panakiak pisau sirauik

Ambiak galah batang lintabuang Salodang dijadikan nyiru

Nan satitiak dijadikan lauik Nan sakapa dijadikan gunuang Alam takambang dijadikan guru

Nilai intrinsik beladiri adalah nilai yang dikejar manusia demi nilai itu sendiri karena keberhargaan, kebaikan, dan tujuan seseorang mempelajari ilmu beladiri dalam keindahan dan keselarasan gerak. Dalam seni beladiri terdapat filosofi dan tradisi yang melekat erat dengan tujuannya untuk dapat hidup selaras dengan alam semesta dan manusia sebagai ciptaan Tuhan.

1.5 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan secara jelas perbandingan antara Aikido dengan Silek ditinjau dari segi asal-usul, filosofi dan fungsinya.

(12)

2. Menjelaskan persamaan dan perbedaan antara Aikido di Jepang dengan Silek di Minangkabau.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Manfaat penelitian antara lain :

1. Bagi peneliti sendiri diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perbandingan antara Aikido di Jepang dengan Silek di Minangkabau ditinjau dari segi asal-usul, filosofi dan fungsinya.

2. Bagi masyarakat luas pada umumnya dan para pelajar bahasa Jepang khususnya diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perbandingan seni beladiri tradisional Jepang dengan Minangkabau sebagai warisan nilai budaya yang bermutu tinggi.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat deskriptif, berupa penelitian dengan membuat deskripsi mengenai suatu bentuk keadaan atau kejadian (Koenjaraningrat,1985:29). Untuk dapat mendeskripsikan suatu masalah dengan tepat dan akurat serta penelitian yang berkesinambungan, maka sebagai pendukung digunakan metode Kepustakaan.

Studi kepustakaan merupakan suatu aktifitas yang sangat penting dalam kegiatan penelitian yang ditujukan umtuk mewujudkan jalan memecahkan

(13)

masalah penelitian. Beberapa aspek penting perlu dicari dan digali, meliputi : masalah, teori, konsep dan penarikan kesimpulan dan saran (Nasution,2001:14).

Dalam memecahkan permasalahan penelitian penulis mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji serta menginterpretasikan seluruh data yang ada. Penulis menggunakan tekhnik library reseach yaitu menelaah buku-buku kepustakaan dan koleksi pribadi penulis. Selain itu penulis juga mengambil data dari situs-situs internet yang berkaitan dengan pembahasan.

Referensi

Dokumen terkait

Secara praktis dapat bermanfaat bagi mahasiswa Universitas Widyatama khususnya dan pembelajar bahasa Inggris pada umumnya, untuk menambah wawasan dan ilmu

Penulisan skripsi ini dibatasi guna mempersempit permasalahan agar tidak terlalu luas dan menimbulkan banyak persepsi, maka lingkup masalah dalam penelitian ini

Bagaimana tanggapan siswa terhadap menerjemahan teks bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jepang dengan menggunakan metode

Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang luas untuk para pembaca khususnya dalam kajian Hubungan Masyarakat, dapat

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan menambah koleksi bacaan serta informasi sehingga dapat digunakan sebagai sarana dalam menambah wawasan yang lebih luas,

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat luas khususnya yang berkaitan dengan peran risiko pada pengaruh persistensi laba,

Menambah wawasan mengenai perubahan arah kebijakan Amerika Serikat di Jepang pada masa pendudukan Sekutu dan pemulihan ekonomi Jepang pasca Perang Dunia II.. Memberikan

Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca tentang bentuk penggunaan bahasa, makna, serta komponen tutur sumpah serapah,