PENYELESAIAN PERSELISIHAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL
oleh:
Dr. I Made Udiana,SH.,MH.
Disampaikann Dalam Rangka Pelaksanaan Kegiatan Bimtek Penyelesaian
Perselisihan Hubungan industrial Tingkat Perusahan
di Kabupaten Badung.
Selasa, 29 Maret 2016.
Hubungan
Perburuhan
Hubungan Industrial
• Labour
• relation
• Labour
• Management
• relation
• relation
• relation
• Hubungan
Perburuhan
Pancasila
• 1974
• Hubungan
Industrial
Pancasila
• 1985
• HIP
diwujudkan melalui berbagai pengaturan dan
kelembagaan seperti:
– Lembaga Bipartit
– Lembaga Tripartit
– Lembaga Tripartit
– Kesepakatan kerja bersama
– Penyelesaian perelisihan.
– Pengaturan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan
• Pasal 1 angka 16 UU No 13 Th 2003
Hubungan Industrial adalah suatu
sistem hubungan yang terbentuk
sistem hubungan yang terbentuk
antara para pelaku dalam proses
produksi barang dan/atau jasa yang
terdiri dari unsur
pengusaha,pekerja,pemerintah
Berdasarkan nilai- nilai Pancasila dan
UUD NRI 1945
Fungsi Para Pihak
dalam Pelaksanaan
Hubungan Industrial
Pengusaha
-
Menciptakan kemitraan.
-
Mengembangkan usaha.
-
Memperluas lapangan kerja
-
Memberikankesejahteraan pekerja/buruh
secara terbuka demokrasi dan berkeadilan
Pekerja/Serikat pekerja
- Menjalankan pekerjaan sesuai dengan
Pasal 102 UUNo 13
Th2003 tentang
Ketenagakerjaan
Pemerintah
- Menjalankan pekerjaan sesuai dengan
kewajibannya.
- Menjaga ketertiban dan kelangsungan
produksi
- Menyalurka aspirasi secara demokrasi.
- Mengembangkan keahliannya dan
keterampilannya
- Ikut memajukan perusahan
- Memperjuangkan kesejahteraan anggota
beserta
Pemerintah
-Menetapkan kebijakan
-Memberikan pelayanan
-Melaksanakan pengawasan
-Melakukanpenindakan
terhadap pelanggaran
peraturanperundang-undangan.
Pilar
Hubungan
LEMBAGA KERJA SAMA
• Bipartit
Forum komunikasi dan
konsultasi yang berkaitan
dengan hubungan industrial
• Tripariti
Mendengarkan pendapat dari
kelompok pengusaha dan
kelompok pekerja shg peran
dengan hubungan industrial
di satu perusahan dari
pengusaha, serikat pekerja
yg sudah tercatat di instansi
bidang ketenagakerjaan
kelompok pekerja shg peran
pemerintah dilaksanakan scr
optimal dalam mengambil
kebijakan khususnya
ketenagakerjaan,
Organisasi pengusaha,
PERJANJIAN KERJA BERSAMA
• Pembuatan perjanjian bersama ber asaskan itikad
baik, kejujuran dan keterbukaan para pihak tdk ada
tekanan dari pihak lain
( Pasal 1 angka 21 UU No 13 Th2003
)
Dari hasil
perundingan
Serikat pekerja
dgn beberapa
serikat pekerja
Pengusaha
dan
beberpa
pengusaha
Memuat syarat
kerja, hak dan
kewajiban
kedua pihak
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2
TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL LNRI
TAHUN 2004 NOMOR 6
• Jalur diluar pengadilan
• Jalur pengadilan
• Jalur diluar pengadilan
yang ditempuh dengan
upaya perlindungan
bipartit, konsiliasi,
arbitrase, dan mediasi.
• Jalur pengadilan
melalui pengadilan
hubungan industrial
Salah satu pihak mengajukan perundingan pada pihak lain
Perundingan bipartite diselesaikan paling lama 30 hari (tiga puluh
hari) kerja sejak tanggal dimulainya perundingan
Pengadilan Hubungan Industrial memberikan akte bukti pendaftaran, akte tersebut
Gagal perundingan dalam jangka waktu 30 hari ( tiga puluh ) hari kerja
, karena salah satu pihak menolak maupun tidak mencapai kesepakatandalam perundingan
Salah satu pihak atau kedua belah
Skema
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Secara Bipartit
Mencapai kesepakatan, dibuatkan perjanjian bersama yang ditanda
tangani keduabelah pihak
pendaftaran, akte tersebut merupakan bagian tidak
terpisahkan
Wajib didaftarkan di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri setempat
Salah satu pihak atau kedua belah pihak mencatatkan perselisihan kepada instansi yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan dengan melampirkan bukti –bukti
upaya perundingan bipartit
Terhadap perundingan bipartit yang sudah di daftarkan dan tidak dilakukan oleh salah satu pihak, maka pihak yang merasa dirugikan
dapatmengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
Negeri dimana perundingan bipartit di daftarkan untuk mendapat
Para pihak mengajukakepada konsiliator yang ditunjuk yang disepakati para pihak
Paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima permintaan konsiliator harus mengadakan penelitian duduknya peekara perselisihan
Penyelesaian konsiliasi dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal penerimaan dan permintaan
Mencapai kesepakatan membuat
perjanjian bersama yang ditandatabgani
Apabila tidak mencapai kesepakatan konsiliator mengeluarkan anjuran tertulis
SKEMA
PPHI melalui Konsoliasi
Penetapan Eksekusi
perjanjian bersama yang ditandatabgani oleh kedua pihak
konsiliator mengeluarkan anjuran tertulis paling lambat angka 10(sepuluh) hari kerja sejak sidang pertama harus sudah
disampaikan kepada para pihak Wajib didaftarkan dipengadilan hubungan
industrial pada pengadilan negeri setempat
untuk mendapatkan akte bukti pendaftaran. Paling lambat 10 (sepuluh0 hari kerja sejak menerima anjuran para pihak harus
memberikan jawaban secara tertulis kepada konsiliator
Apabila salah satu pihak tidakmelaksanakan perjanjian bersama maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada pengadilan hubugan industrial pada pengadilan negeri setempat
Apabila para pihak menyetujui anjuran konsiliator paling lambat 3( tiga) hari kerja sejak diseujui, konsiliator harus sudah selesai membantu pembuatan perjanjian bersama
Para pihak membuat surat perjanjian arbitrase (secara tertulis) sebgai dasar kesepakatan untuk menunjuk arbiter
Para pihak memilih dan menunjukan arbiter secara tertulis, baik tunggal maupun majelis dari daftar arbiter yang ditetapkan Menteri
Apabila para pihak tidak sepakat menunjuk arbiter, atas permohonan salah satu pihak ketua pengadilan dapat mengangkat arbiter dari aftar arbiter yang ditetapkan Menteri
SKEMA
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Arbitrase
Arbiter yang bersedia ditunjuk membuat perjanjian penunjukan dengan para pihak yang berselisih
arbiter yang ditetapkan Menteri
Penyelesaina arbitrase dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejakn penandatanganan perjanjian penunjukan arbiter
Pemeriksaan dimulai paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak
penandatanganan perjanjian penunjuk arbiter.
Sidang pertama arbitrase diawali dengan upaya mendamaikan para pihak
Atas kesepakatan para pihak, arbiter berwenang memperpanjang 1 (satu) kali perpanjangan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja
Mencapai kesepakatan buat akta
perdamainan yang ditandatangani
oleh kedua pihak dan arbiter
Putusan arbritrase
berkekuatan.mengikat para pihak serta bersifat final dan berkekuatan hokum tetap
Didaftarkan di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri setempat, untuk mendapat akta bukti pendaftaran
Apabila gagal, arbiter atau majelis arbiter meneruskan siding arbitrase
Putusan arbitrase didaftar di
pengadilan hubungan industrial
padapengadilan negeri setempat
Apabila salah satu pihak tidak
melaksanakan perjanjian bersama maka
pihak yang dirugikan dapat mengajukan
padapengadilan negeri setempat
Apabila salah satu pihak tidak melaksanakan ,pihak yang dirugikan dapat mengajukan fiat eksekusi kepada pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negeri setempat, putusan arbitrase diperintahkan untuk dijalankan
Perintah untukdijalankan harus diberikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak permohonan fiat eksekusi didaftarkan, tanpa memeriksa alasan atau pertimbangan dari putusan arbitrase
pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada
pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negeri setempat
Apabila tidak mencapai kesepakatan,
Mencapai kesepatan, membuat perjanjian bersama yang ditandatangani oleh kedua pihak
Paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima pelimpahan mediator harus mengadakan penelitian duduknya perkara perselisihan.
Apabila para pihak tidak menetapkan pilihan konsiliasi atau arbitrase dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja, instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan melimpahkan penyelesaian perselihsihan kepada mediator
Penyelesaian meditasi dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tangal penerimaan pelimpahan
SK EMA PPHI Melalui Mediasi
Apabila para pihak menyetujui anjuran mediator paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak disetujui, mediator harus sudah selesai membantu kegiatan perjanjian bersama
Penetapan eksekusi
Apabila salah satu pihak tidak melaksanakan perjanjian bersama, pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negeri setempat,
Wajib didaftarkan di pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negeri setempat, untuk mendapat akta bukti pendaftaran.
Paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak penerima anjuran para pihak harus memberikan jawaban secara tertulis kepada mediator
Apabila tidak mencapai kesepakatan, maka mediator mengeluarkan anjuran tertulis paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak sidang pertama harus sudah disampaikan kepada para pihak
1
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
Disampaikan Dalam Rangka Pelaksanaan Kegiatan Bimtek Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial Tingkat Perusahan Di Kabupaten Badung
Selasa, 29 Maret 2016
Pendahuluan
Sebelum membahas Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial alangkah baiknya perlu diketahui tentang istilah Hubungan Industrial, pada awalnya disebut hubungan perburuhan (terjemahan dari labour relation, labour management relation). Hubungan Industrial yang pada tahun 1974 disebut dengan” Hubungan Perburuhan Pancasila ( HPP ), kemudian pada tahun 1985 sesuai dengan Kepmen Tenaga Kerja, Nomor Kep.465/Men/1985 disebut dengan Hubungan Industrial Pancasila (HIP) (Simanjuntak.dalam Djumadi, 1955: 44 ).
Hubungan Industrial Pancasila dalam pratik sehari-hari diwujudkan melalui penerapan berbagai Pengaturan, dan kelembagaan, seperti lembaga Bipartit, Tripartit, kesepakatan kerja bersama, penyelesaian perselisihan, dan pengaturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
2
Pengertian hubungan industrial menurut Shamad, at al (1994: 8):
Suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku proses produksi barang dan jasa ( pekerja, pengusaha dan pemerintah) yang didasarkan atas nilai-nilai dari Pancasila dan UUD NRI 1945, yang tumbuh dan berkembang atas kepribadian bangsa dan kebudayaan nasional Indonesia”.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dinyatakan hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945.
Apa Fungsi Para Pihak Dalam Pelaksanaan Hubungan Industrial
Sebagai subjek hukum dalam pelaksanaan hubungan industrial adalah pemerintah, pengusaha, pekerja ketiga unsur ini menentukan berhasil atau tidaknya pelaksanaan hubungan industrial dalam sistem ketenagakerjaan di negeri ini.
Pasal 102 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengamanatkan bahwa fungsi para pihak dalam pelaksanaan hubungan industrial sebagi berikut:
1. Pemerintah
Mempunyai fungsi:
3
b. memberikan pelayanan. c. Melaksanakan pengawasan.
d. Melakukan menindakan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.
2. Pengusaha
Mempunyai fungsi:
a. Menciptakan kemitraan b. Mengembangkan usaha c. Memperluas lapangan kerja
d. Memberikan kesejahteraan pekerja secara terbuka, demokrasi, dan berkeadilan
3. Pekerja/Serikat Pekerja
a. . Menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya b. Menjaga ketertiban dan kelangsungan produksi c. Menyalurkan aspirasi secara demokratis
d. Mengembangkan keterampilan dan keahliannya e. Ikut memajukan perusahan
f. Memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya
Dari uraian diatas ini timbul pertanyaan apakah peran masing-masing pihak itu berdiri sendiri, atau ada saling keterkaitan satu dengan yang lainnya? Hal yang sangat mendasar bahwa agar pelaksanaan hubungan industrial berjalan secara harmoni, tentu perlu adanya kerja sama yang senergi dari ketiga unsur tersebut, awalnya ada peran pemerintah dalam mengambil kebijakan berdasarkan asas-asas pemerintah yang baik
4
(good governance) yang jelas memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja secara utuh, dan mengawasi dengan komitmen secara konsisten mulai tingkat pusat sampai ketingkat daerah.
Pilar Hubungan Industrial
Untuk mewujudkan filosofi yang terkandung dalam Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945, perlu adanya dukungan suasana dan kondisi yang kondusif, kunci utama keberhasilan menciptakan hubungan industrial yang aman dan dinamis adalah komunikasi, ada interaksi positif antara pengusaha dengan pekerja yang harus dipelihara secara teratur dan berkelanjutan. Pendapat Rahardjo dalam hubungan industrial ditentuka oleh 3 faktor yang berkaitan, etika bisnis, perangkat hukum yang mengakui hak-hak pekerja, dan dibentuk serikat pekerja di perusahan, lebih lanjut dikatakan hubungan industrial yang mendasar terjadi di tingkat perusahan karena di situ terjadi hubungan dan interaksi langsung antara pengusaha dengan pekerja (Suwarto, 2005: 2) demi terlaksananya hubungan industrial ditingkat perusahan harus dikelola secara professional oleh tenaga kerja yang professional yang memiliki kompetensi yang memadai.
Lembaga Kerja Sama Bipartit
Lembaga kerja sama bipartit adalah forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan industrial di suatu perusahan yang anggotanya terdiri dari pengusaha, dan serikat pekerja dan sudah tercatat di instansi yang
5
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan (Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003).
Untuk apa dibentuk lembaga ini, pada perinsipnya pengusaha dan pekerja duduk bersama melalui sistem perwakilan, berpikir bersama mencari solusi terhadap hal-hal peningkatan perusahan, kelangsungan berusaha, peningkatan produktivitas.
Tujuan lembaga kerja sama bipartit untuk menciptakan hubungan yang harmonis, dinamis dan berkeadilan di perusahan.
Lembaga Kerja Sama Tripartit
Untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik (good gorvenance) memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat dalam pembuatan kebijakan pemerintahan. Sehingga peran pemerintah dapat dilaksnakan secara optimal, dalam mengambil kebijakan khususnya ketenagakerjaan haruslah mendengar pendapat baik dari kelompok pekerja maupun dari kelompok pengusaha. Oleh karena itu perinsip tripartit dalam sistem ketenagakerjaan dilaksanakan melalui lembaga kerja sama tripartit1. Anggotanya terdiri dari unsur organisasi pengusaha, serikat pekerja dan pemerintah. (Pasal 1 angka 19 Undang-Undng Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan).
Lembaga kerja sama tripartit ini dibentuk pada tingkat nasional, propinsi dan kabupaten/ kota dengan komposisi 1:1:1 dengan jumlah anggota:
1
Perinsip tripartit ini bertumpu pada semangat masing-masing unsur pelaku proses produksi ,pengusaha, pekerja,dn pemerintah menjadi kepentingan bersama, kepentingan bersama iniuntuk meningkatkan kesejahteraan pekerja serta keluarganya, dan terjaminnya kelangsungan usaha.
6
a. Lembaga kerja sama tripartit Nasional maksimum 45 orang. b. Lembaga kerja sama tripartit provinsi maksimum 27 orang. c. Lembaga kerja sama kabupaten/kota maksimum 21 orang.
Tugas lembaga kerja sama tripartit yakni memberikan pertimbangan, saran, dan pendapat dalam penyusunan kebijakan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan, kepada:
a. Presiden dan pihak terkait untuk di tingkat nasional. b. Gubernur dan pihak terkait untukdi tingkat provinsi.
c. Bupati/wali dan pihak terkait untuk di tingkat kabupaten/kota (Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2005) tentang Tata Kerja dan Susunan Organisasi Lembaga Kerja Sama Tripartit sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemrintah Nomor 46 Tahun 2008.
Perjanjian Kerja Bersama
Penyebutan perjanjian bersama beraneka ragam, yaitu perjanjian perburuhan kolektif, persetujuan perburuhan kolektif, persetujuan perburuhan bersama, intinya semua sama maksudnya. Perjanjian kerja bersama ini merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja dengan atau beberapa serikat pekerja yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dan pengusaha atau beberapa pengusaha yang memuat syarat kerja, hak, dan kewajiban kedua belah pihak2 (PasaI 1 angka 21 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003) tentang Ketenagakerjaan.
2
Pembuatan perjanjian kerja bersama tidak boleh dilakukan oleh pengusaha dengan pekerja secara individu.
7
Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Lembaga penyelesaian perselisihan hububungan industrial diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisih Hubungan Industrial terbagi menjadi 2 jalur, selanjutnya disebut (UU PPHI)
a. Jalur di luar pengadilan yang ditempuh melalui upaya perundingan bipartit, konsiliasi, arbitrase dan mediasi.
b. Jalur pengadilan.
8
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
DI LUAR PENGADILAN
Perundingan Bipartit
Amanat Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang UU PPHI, wajib diupayakan terlebih dahulu melalui perundingan bipartite secara musyawarah untuk mufakat3 Penjelasan pasal ini ditegaskan perundingan bipartit adalah perundingan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja dalam suatu perusahan. selanjutnya Pasal 1855 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan setiap perdamaian hanya mengakhiri perselisihan-perselisihan yang termaksud didalamnya4
Ada karakter khusus Pengadilan Hubungan Industrial tersendiri yakni didalam penyelesaian perselisihan hubungan industrial diluar pengadilan adalah suatu keharusan sebelum dilakukan di dalam Pengadilan Hubungan Industrial5 llingkup penyelesaian melalui perundingan bipartit meliputi 4 (empat) jenis perselisihan hubungan industrial yaitu : perselihan hak, perselihan kepentingan, perselihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh yang lain hanya dalam satu perusahan.
3
Perundingan adalah:
1) Suatu upaya yang dilakukan melalui pembicaraantindakan persuasif/bujukan kompromi untuk mencapaiperjanjian dengan pihak lain mengenai suatu / beberapa masalah tertentu.
2) Suatu proses dua pihak /lebih mempunyai kepentingan sama ( common interest ) bertemu dan membicarakan dengan niat untuk mencapai persetujuan yang disepakati bersama ( Rahman: 2006,25-26).
4
Perdamaian mempunyai diantara para pihak suatu kekuatan seperti suatu putusan hakim dalam tingkat yang penghabisan.
5
I Made udiana,2015, Kedudukan dan Kewenangan Pengadilan Hubungan Industrial, Udayana Press, h 166
9
Berikut skema penyelesaian perselisihan hubungan industrial upaya bipartit.
Skema
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Secara Bipartit
Salah satu pihak mengajukan perundingan pada pihak lain
Perundingan bipartite diselesaikan paling lama 30 hari (tiga puluh
hari) kerja sejak tanggal dimulainya perundingan
Mencapai kesepakatan, dibuatkan perjanjian bersama yang ditanda
tangani kedua belah pihak
Pengadilan Hubungan Industrial memberikan akte bukti pendaftaran, akte tersebut
merupakan bagian tidak terpisahkan
Wajib didaftarkan di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri setempat
Gagal perundingan dalam jangka waktu 30 hari ( tiga puluh ) hari kerja
, karena salah satu pihak menolak maupun tidak mencapai kesepakatandalam perundingan
Salah satu pihak atau kedua belah pihak mencatatkan perselisihan kepada instansi yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan dengan melampirkan bukti –bukti
upaya perundingan bipartit
Terhadap perundingan bipartit yang sudah di daftarkan dan tidak dilakukan oleh salah satu pihak, maka pihak yang merasa dirugikan
dapatmengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri dimana perundingan bipartit di daftarkan untuk mendapat penetapan eksekusi
10
Konsiliasi
Penyelesaian melalui konsiliasi meliputi 3 jenis ( tiga ) perselisihan hubungan industrial, yaitu perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antara serikat pekerja lain hanya dalam satu perusahan.
Penyelesaian perselisihan melalui konsiliasi dilaksanakan oleh seorang atau lebih konsiliator yang telah memenuhi syarat-syarat sebagai konsiliator yang ditetapkan oleh Menteri, bertugas melakukan konsiliasi dan wajib memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih (Pasal 1 angka 14 UUPPHI). Konsiliator wajib merahasiakan semua keterangan yang diminta dari siapapun. Anjuran konsiliator iitu bersifat tidak mengikat dan belum mempunyai kekuatan hukum tetap untuk di eksekusi sehingga dapat diterima atu ditolak oleh para pihak atau salah satu pihak.
Berikut skema mengenai penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui konsiliasi.
11
SKEMA
Penyelesaian Perselisihan Hubungan industrial melalui konsiliasi
Para pihak mengajukan permintaan penyelesaian secara tertulis kepada konsiliator yang ditunjuk yang disepakati
para pihak
Paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima permintaan konsiliator harus mengadakan penelitian
duduknya peekara perselisihan
Penyelesaian konsiliasi dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal penerimaan dan permintaan
Mencapai kesepakatan membuat perjanjian bersama yang ditandatabgani oleh kedua pihak
Apabila tidak mencapai kesepakatan konsiliator mengeluarkan anjuran tertulis paling lambat angka
10(sepuluh) hari kerja sejak sidang pertama harus sudah disampaikan kepada para pihak Wajib didaftarkan dipengadilan hubungan industrial
pada pengadilan negeri setempat untuk mendapatkan
akte bukti pendaftaran. Paling lambat 10 (sepuluh0 hari kerja sejak menerima anjuran para pihak harus memberikan
jawaban secara tertulis kepada konsiliator
Apabila salah satu pihak tidakmelaksanakan perjanjian bersama maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan
permohonan eksekusi kepada pengadilan hubugan industrial pada pengadilan negeri setempat
Penetapan eksekusi
Apabila para pihak menyetujui anjuran konsiliator paling lambat 3( tiga) hari kerja sejak diseujui,
konsiliator harus sudah selesai membantu pembuatan perjanjian bersama
12
Arbitrase
Lingkup penyelesaian perselisihan secara arbitrase meliputi 2 ( dua ) jenis perselisihan hubungan industrial yaitu perselisihan kepentingan dan perselisihan antara serikat pekerja dengan serikat pekerjalain hanya dalam satu perusahan.
Penyelesaian perselisihan melalui arbitrase dilaksanakan oleh arbiter seorang atau lebih arbiter ditetapkan oleh Menteri untuk memberikan putusan mengenai perselisihan kepentingan dan perselisihan antara serikat pekerja dengan serikat pekerja lain hanya dalam satu perusahan (Pasal 1 angka 16 UUPPHI).6
Lembaga arbitrase salah satu lembaga penyelesaian sengketa untuk perkara diluar pengadilan. Pada umumnya lembaga arbitrase mempunyai kelebihan dari pada lembaga peradilan lainnya7 antara lain:
a. Dijamin kerahasian para pihak yang bersengketa.
b. Menghindari kelambatan yang diakibatkan sistem peradilan dan system administrasi
c. Kebebasan para pihak memilih arbiter.
d. Kebebasan para pihak menentukan pilihan hukum.
6
Pengertian arbitrase adalah penyelesaian suatu perselisihan kepentingan dan perselisihan antara serikat pekerja dengan serikat pekerja lain hanya dalam satu perusahan, diluar Pengadilan Hubungan Industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihak yang berselisih untuk menyerahkan perselisihan kepada arbiter yang mempunyai putusan mengikat para pihak dan bersifat final ( Pasal 1 angka 15 UU No 2 Th 2004 tentang PPHI ).
Sedangkan menurut Pasal 1 angka1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, dinyatakan arbitrase merupakan cara penyelesaian suatu sengketa perdata diluar Pengadilan Umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa
7
H.P Pangabean,2007, Hukum Acara Penyelasian Perselisihan Hubungan Industrial, Jafa Permata, Jakarta, h 63.
13
SKEMA
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Arbitrase
Para pihak membuat surat perjanjian arbitrase (secara tertulis) sebgai dasar kesepakatan untuk menunjuk arbiter
Para pihak memilih dan menunjukan arbiter secara tertulis, baik tunggal maupun majelis dari daftar arbiter yang
ditetapkan Menteri
Arbiter yang bersedia ditunjuk membuat perjanjian penunjukan dengan para pihak
yang berselisih
Apabila para pihak tidak sepakat menunjuk arbiter, atas permohonan salah
satu pihak ketua pengadilan dapat mengangkat arbiter dari aftar arbiter yang
ditetapkan Menteri
Penyelesaina arbitrase dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejakn penandatanganan perjanjian penunjukan
arbiter
Pemeriksaan dimulai paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak penandatanganan
perjanjian penunjuk arbiter.
Sidang pertama arbitrase diawali dengan upaya mendamaikan para pihak
Atas kesepakatan para pihak, arbiter berwenang memperpanjang 1 (satu) kali
perpanjangan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja
14
Mencapai kesepakatan buat akta perdamainan yang ditandatangani oleh
kedua pihak dan arbiter
Putusan arbritrase berkekuatan.mengikat para pihak serta bersifat final dan
berkekuatan hokum tetap Didaftarkan di Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri setempat, untuk mendapat akta bukti
pendaftaran
Apabila gagal, arbiter atau majelis arbiter meneruskan siding arbitrase
Putusan arbitrase didaftar di pengadilan hubungan industrial padapengadilan
negeri setempat
Apabila salah satu pihak tidak melaksanakan ,pihak yang dirugikan dapat mengajukan fiat eksekusi kepada pengadilan hubungan industrial
pada pengadilan negeri setempat, putusan arbitrase diperintahkan untuk dijalankan
Perintah untukdijalankan harus diberikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja
sejak permohonan fiat eksekusi didaftarkan, tanpa memeriksa alasan atau pertimbangan dari
putusan arbitrase Apabila salah satu pihak tidak
melaksanakan perjanjian bersama maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada pengadilan
hubungan industrial pada pengadilan negeri setempat
15
Mediasi
Lingkup penyelesaian melalui mediasi meliputi 4 ( empat ) jenis perselisihan hubungan industrial yaitu perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan antara serikat pekerja dengan serikat pekerja lain hanya dalam satu perusahaan,
Penyelesaian melalui mediasi dilaksanakan oleh mediator yakni pegawai pengawas yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan yang memenuhi syarat-syarat sebagai mediator yang ditetapkan oleh menteri. Bertugas melakukan mediasi dan mempunyai kewajiban yang memberikan anjuran tertulis para pihak yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan ubungan kerja dan perselisihan serikat pekerja dengan serikat pekerja lain hanya dalam satu perusahan.
Karakteristik lembaga mediasi ini mengandung unsur – unsur sebagai berikut (Sujud Margono, 2001: 99).
a. Mediasi mengandung sebuah proses penyelesaian perselisihan berdasarkan perundingan
b. Mediator terlibat dan diterima oleh para pihak.
c. Mediator bertugas membantu para pihak yang berselisih, untuk mencari penyelesaian.
16
SKEMA
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Mediasi
Apabila para pihak menyetujui anjuran mediator paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak disetujui, mediator harus sudah selesai
membantu kegiatan perjanjian bersama Penetapan eksekusi
Apabila salah satu pihak tidak melaksanakan perjanjian bersama, pihak yang dirugikan dapat
mengajukan permohonan eksekusi kepada pengadilan hubungan industrial pada pengadilan
negeri setempat,
Wajib didaftarkan di pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negeri setempat, untuk
mendapat akta bukti pendaftaran.
Paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak penerima anjuran para pihak harus memberikan jawaban secara tertulis kepada
mediator
Apabila tidak mencapai kesepakatan, maka mediator mengeluarkan anjuran tertulis paling
lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak sidang pertama harus sudah disampaikan kepada para
pihak Mencapai kesepatan, membuat perjanjian bersama
yang ditandatangani oleh kedua pihak
Paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima pelimpahan mediator harus mengadakan penelitian duduknya perkara perselisihan.
Apabila para pihak tidak menetapkan pilihan konsiliasi atau arbitrase dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja, instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan melimpahkan penyelesaian perselihsihan kepada mediator
Penyelesaian meditasi dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tangal penerimaan pelimpahan
17
DAFTAR PUSTAKA
Djumadi, 1955, Kedudukan Kesepakatan Kerja Bersama ( KKB) dalam Hubungan
Industrial Pancasila, Jakarta, PT Raja Grafindo.
Udiana, I Made, 2015, Kedudukan dan Kewenangan Pengadilan Hubungan Industrial, Denpasar, Udayana Press.
Suwarto, 2005, Hubungan Industrial dalam Pratek, Jakarta, Asosiasi Hubungan Industrial.
Pangabean, 2007, Hukum Acara Penyelasian Perselisihan Hubungan Industrial, Jakarta, Jafa Permata.
Margono, Sujud, 2000, APS dan Arbitrase, Indonesia, Ghalia.
Yunus Shamad, at al, 1994, Pedoman Pelaksanaan Hubungan Idustrial Pancasila :
Proyek Pengembangan Hubungan Industrial dan Perlindungan Tenaga kerja,
Samarinda. ,.
Peraturan Per Undang-Undangan
Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945 Kitab Undang Undang Hukum Perdata ( BW)
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Undang-UndangNomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.