• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Zink Selama 5 Hari terhadap Kadar Endothelin-1, Tumor Necrosis Factor-α dan Perbaikan Klinis Penderita Pneumonia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Pemberian Zink Selama 5 Hari terhadap Kadar Endothelin-1, Tumor Necrosis Factor-α dan Perbaikan Klinis Penderita Pneumonia"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Korespondensi: Agung Dewantara

Email: [email protected]; Telp. (0271) 634634 ps. 509 / (0271) 639248

Pengaruh Pemberian Zink Selama 5 Hari terhadap Kadar

Endothelin-1, Tumor Necrosis Factor-α dan Perbaikan Klinis

Penderita Pneumonia

Agung Dewantara, Suradi, Reviono, Ana Rima, Harsini, Jatu Aphridasari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, RSUD dr. Moewardi, Surakarta Program Pasca Sarjana Minat Kedokteran Keluarga Biomedik

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, RSUD dr. Moewardi, Surakarta

Abstrak

Pendahuluan: Tujuan utama tatalaksana pneumonia adalah untuk mencapai perbaikan klinis terutama dengan pemberian antibiotik.

Pemberian terapi tambahan antara lain suplementasi zink diusulkan untuk memperbaiki outcome. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pemberian zink selama 5 hari terhadap kadar endothelin-1, tumor necrosis factor (TNF-α) dan perbaikan klinis pada pasien pneumonia.

Metode: Penelitian menggunakan uji klinis dengan metode quasy experimental memakai rancangan pretest dan posttest. Subjek penelitian

adalah pasien pneumonia yang menjalani perawatan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Agustus–November 2015. Diambil sampel sebanyak 30 pasien secara purposive sampling, 15 pasien sebagai kelompok perlakuan (diberi terapi tambahan zink) dan 15 pasien sebagai kelompok kontrol (hanya terapi empirik).

Hasil: Hasil penelitian pada kelompok perlakuan tidak signifikan menurunkan kadar endothelin-1 (p = 0,585) dan kadar TNF-α (p = 0,612)

pasien pneumonia. Kelompok kontrol terjadi penurunan kadar endothelin-1 signifikan (p = 0,048); tetapi tidak terjadi penurunan signifikan kadar TNF-α (p = 0,232). Tidak ada perbedaan signifikan (p = 0,679) perbaikan klinis dalam 5 hari pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Korelasi antara perbaikan klinis dalam 5 hari dengan kadar endothelin-1 (setelah pemberian zink selama 5 hari) tidak signifikan (r = -0,079; p = 0,142). Korelasi perbaikan klinis dalam 5 hari dengan kadar TNF-α (setelah pemberian zink selama 5 hari) tidak signifikan (rs = -0,236; p = 0,907)

Kesimpulan: Pemberian terapi tambahan zink selama 5 hari tidak terbukti dapat menurunkan kadar endothelin-1 dan TNF-α serta tidak

berhubungan dengan perbaikan klinis dalam 5 hari bila dibandingkan dengan hanya terapi empirik. (J Respir Indo. 2017; 37: 8-14) Kata Kunci: Zink, endothelin-1, TNF-α, pneumonia

The Effect of zinc for 5 Day on endothelin-1, Tumor Necrosis

Factor-Α and Clinical Improvement in Patients with Pneumonia

Abstract

Background: Many attempts to find out the prognostic of pneumonia, one off them is using biomarkers such as endothelin-1 and Tumor

Necrosis Factor-α (TNF-α). The primary concern in pneumonia management is clinical improvement, commonly by administering antibiotics. Additional therapy using micronutrient like zinc can improve the outcome, therefore this study was conducted to analyse zinc supplementation for 5 days has effect on endothelin-1 and TNF-α levels as well as clinical improvement in patients with pneumonia.

Methode: This research was done through clinical test using quasy experimental method with pre test and post test design. The subjects

were patients with CAP treated in Dr. Moewardi General Hospital, Surakarta, from August to November 2015. A sample of 30 patients was purposively taken, 15 patients as treatment group (supplemented with zinc) and 15 patients as control group (given empirical therapy only).

Results: Group with supplementation of zinc not significantly reduced endothelin-1 (p = 0.585) and TNF-α (p = 0.612) levels in patients

with pneumonia. Post test results from control group significantly reduced endothelin-1 level (p = 0.048), however not significantly reduced TNF-α level (p = 0.232). There is no significantly difference clinical improvement in control group and zinc group (p = 0,679). There is no significant correlation between clinical improvement with endothelin-1 level (r = -0,079; p= 0,142) and TNF-α level (r = -0,236; p = 0,907).

Conclusion: Additional l5 day zinc supplementation has not decreased endothelin-1 and TNF-α levels, there also no correlation between 5

day zinc supplementation with clinical improvement. (J Respir Indo. 2017; 37: 8-14) Keywords: Zinc, Endothelin-1, TNF-α, Pneumonia

(2)

PENDAHULUAN

Pneumonia didefinisikan sebagai infeksi akut pada parenkim paru. Pneumonia komunitas adalah infeksi akut parenkim paru yang didapat dari komunitas. Pneumonia komunitas menjadi salah satu penyakit infeksi serius di seluruh dunia karena jumlah rawat inap dan insiden yang tinggi serta komplikasi berat yang menyertainya.1 Data di Asia menunjukkan pneumonia

komunitas menyebabkan kematian sekitar 1 juta orang per tahun.2 Proporsi kasus di Indonesia 53,95%

laki-laki dan 46,05% perempuan, dengan crude fatality

rate (CFR) 7,6%.3 Insiden dan prevalensi pneumonia

di Indonesia tahun 2013 adalah 1,8% dan 4,5%. Lima provinsi yang mempunyai insiden dan prevalensi pneumonia tertinggi untuk semua umur adalah Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan.4

Diagnosis pneumonia berdasarkan dari anam-nesis, pemeriksaan fisis, foto toraks dan laboratorium. Diagnostik pneumonia komunitas dengan foto toraks bila terdapat infiltrat/air bronchogram ditambah dengan gejala batuk, nyeri dada, perubahan karakteristik sputum/purulen, sesak dan gejala lainnya.5 Sistem

penilaian keparahan pneumonia komunitas yang paling umum menggunakan pneumonia severity index (PSI). Perhitungan tingkat keparahan pneumonia sesuai PSI yang memperhitungkan faktor demografi, penyakit penyerta, temuan pemeriksaan fisik, laboratorium dan radiologi mengalami banyak kendala dalam praktek sehari-hari sehingga dikembangkan biomarker serum dapat menjadi prognosis pneumonia komunitas.6

Mikroorganisme penyebab pneumonia komu-nitas akan menghadapi respons imukomu-nitas alami dan adaptif. Mekanisme pertahanan tubuh melalui berbagai sel inflamasi mengaktivasi faktor transkripsi respons imun yang melibatkan sinyal molekuler utama oleh

nuclear factor-κβ (NFκβ). Aktivasi NFκβ menghasilkan

sitokin proinflamasi antara lain TNF-α, IL-6, IFN-γ dan IL-1β.7 Sitokin proinflamasi menstimulus sel endothelial

mensekresi endothelin-1 sebagai vasokonstriktor yang kuat dalam proses inflamasi.8

Endothelin-1 adalah biomarker yang sedang berperan dalam proses inflamasi sebagai sitokin

proinflamasi yang dihasilkan sel endothel dalam pneumonia.6 Level ET-1 saat pasien pneumonia

komunitas masuk rumah sakit dapat menjadi prediktor angka mortalitas jangka pendek dan indikator kebutuhan ICU bila dibandingkan menggunakan parameter laboratorium umumnya.9

Endothelin-1(ET-1) berhubungan dengan keparahan penyakit sesuai skoring PSI dan hasil perawatan jangka pendek penderita pneumonia komunitas.10 Penelitian

Schuetz11 melaporkan bahwa level ET-1 pada sirkulasi

mempunyai korelasi dengan keparahan pneumonia komunitas dengan menggunakan sistem skor PSI. Level ET-1 menurun pada tahap penyembuhan dan dapat menjadi alat prediksi kejadian bakteremia.11

Tumor necrosis factor-α adalah sitokin yang

berperan dalam proses peradangan dan sepsis.

Tumor necrosis factor-α adalah penanda (biomarker)

adanya respons endotoksin dan meningkat setelah 90 menit dari rangsangan tersebut. Konsentrasi normal TNF-α dalam serum adalah < 35 pg/ml dan meningkat menjadi >240 pg/ml dalam keadaan sepsis.12 Penelitian Bacci13 melaporkan level yang

tinggi TNF-α dan IL-6 pada saat pasien pneumonia komunitas masuk rumah sakit dapat menjadi prediktor outcome yang buruk (mortalitas).13

Zink/Zn merupakan zat gizi mikro mineral penting karena efek sitoprotektif antara lain anti-inflamasi, dan antioksidan pada sel-sel pernapasan. Defisiensi zink dihubungkan dengan atrofi timus, limfopenia dan penurunan respons imun termediasi sel dan antibodi.14 Zink berperan penting dalam

regulasi respons imun terhadap berbagai penyakit infeksi.15 Potensi zink dalam penatalaksanaan

pneumonia komunitas antara lain berperan sebagai anti inflamasi dan respons antimikrobial.16 Zink

menghambat akti vasi faktor transkripsi respons imun pada sitokin inflamasi oleh NFκβ melalui protein A20 yang diperan tarai jalur TNF-receptor associated factor (TRAF). Penghambatan aktivasi NFκβ menurunkan pembentukan sitokin proinflamasi antara lain TNF-α dan IL-1β.7 Penurunan sitokin proinflamasi antara lain

TNF-α dan IL-1β menurunkan stimulus pembentukan endothelin-1 (ET-1) oleh sel endothelial.6 Penelitian

(3)

Brooks17 di Bangladesh terhadap 270 anak usia

2-23 bulan dengan pneumonia berat yang mendapat suplementasi zink 20 mg/hari selama 5 hari perawatan di rumah sakit, hasilnya zink dapat mempercepat masa penyembuhan pneumonia.17 Penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Bao dkk7 pemberian zink

menu-runkan kadar TNF-α dan IL-1β.7

Zink sebagai antiinflamasi pada penderita pneumonia diharapkan dapat menurunkan proses inflamasi yang ditandai oleh endothelin-1 dan TNF-α sebagai penanda prognosis penderita pneumonia belum pernah diteliti sebelumnya, sehingga menarik dilakukan penelitian tentang pengaruh terapi tambahan zink pada penderita pneumonia serta menganalisis peran endothelin-1 dan TNF-α.

METODE

Penelitian ini merupakan uji klinis dengan desain quasi experimental studies dengan pendekatan

pre test dan post test pada kelompok intervensi dan

kontrol. Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Agustus 2015 sampai memenuhi jumlah sampel. Populasi target penelitian adalah pasien pneumonia. Populasi terjangkau adalah pasien pneumonia yang menjalani perawatan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Agustus 2015 sampai memenuhi jumlah sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cousecutive sampling yaitu memilih subjek penelitian yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.

Kriteria inklusi adalah usia > 18 tahun dengan pneumonia, nilai PORT > 70, bersedia ikut dalam penelitian dan menandatangani lembar persetujuan. Kriteria eksklusi adalah riwayat pemakaian antibiotika dan kortikosteroid 90 hari sebelumnya, didapatkan penyakit infeksi selain pneumonia, pneumonia noso-komial, pasien hamil. Kriteria diskontinyu adalah penderita meninggal selama follow up, mengundurkan diri, muncul efek samping terhadap zink selama penelitian berlangsung.

Persetujuan penelitian ke panitia Kelayakan Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta sebelum dilakukan penelitian. Setiap subjek penelitian diberikan penjelasan yang benar dan terperinci tentang tujuan dan manfaat penelitian sebelum dilakukan prosedur penelitian. Analisis data dilakukan dengan memakai SPSS 21 for Windows.

HASIL

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan proporsi pasien laki-laki pada kelompok kontrol relatif lebih besar, sedangkan proporsi pasien wanita lebih banyak pada kelompok perlakuan. Rata-rata umur kelompok kontrol (57,53± 14,75) dan rata-rata kelompok perlakuan (56,33 ± 12,25) sehingga tidak ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok (p = 0,810). Indeks massa tubuh (IMT) pada kelompok kontrol (20,80± 1,70) lebih rendah daripada kelompok perlakuan (21,70 ± 2,74) dengan demikian tidak ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok (p = 0,76). Riwayat kebiasaan merokok kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan signifikan (p = 0,819).

Variabel penyakit penyerta pada kelompok perlakuan maupun kontrol, keganasan menjadi penya kit penyerta tertinggi diikuti dengan congesti

heart failure (CHF) dan beberapa penyakit lain. Tidak

terdapat perbedaan signifikan (p = 0,659) antara kelompok kontrol maupun kelompok per lakuan. Kultur bakteri yang paling banyak ditemukan adalah

Klebsiella pneumonia pada kedua kelompok dan tidak

perbedaan signifikan kultur bakteri pada kelompok kontrol dan perlakuan (p = 0,248). Rata-rata jumlah leukosit pada kelompok kontrol lebih tinggi (21.700 ± 2400,01) dibandingkan pada kelom pok perlakuan (14.446,7 ± 4122,9) dan tidak terdapat perbedaan signifikan (p = 0,251) antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Skor PSI pada kelompok kontrol (85,50± 17,40) dan kelompok perlakuan (83,70 ± 16,30) tidak mempunyai per bedaan signifikan dengan p= 0,456. Asupan zink diambil selama 3 hari berturut-turut dan dihitung menggunakan Nutri Survey 2003. Rata-rata asupan zink pada kelompok kontrol adalah 6,65 ± 1,16 dan kelompok perlakuan 6,39 ± 0,91 tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p = 0,512).

(4)

Tabel 1. Karakteristik dasar subjek penelitian

Variabel Kel. Kontrol(n = 15) Kel. Perlakuan(n = 15) P

Jenis Kelamin, f (%) Laki-laki Perempuan 9 (30)6 (20) 6 (20)9 (30) 0,273 Umur, mean ± SD 57,53 ± 14,75 56,33 ± 12,25 0,810 IMT, mean ± SD 20,80 ± 1,70 21,70 ± 2,74 0,764 Kebiasaan Merokok, f (%) Perokok Bekas Perokok Bukan Perokok 6 (20) 2 (6,7) 7 (23,3) 6 (20) 1 (3,3) 8 (26,7) 0,819

Riwayat Pengobatan Sebelumnya, f (%) Ya Tidak 13 (43,3)2 (6,7) 13 (43,3)2 (6,7) 1 Penyakit Penyerta, f (%) Keganasan CHF 3 (10,0)2 (6,7) 4 (13,3)3 (10) 0,659 DM tipe 2 0 (0,0) 1 (3,3) Dispepsia Kelainan Hati Hipertensi 2 (6,7) 2 (6,7) 0 (0,0) 1 (3,3) 1 (3,3) 2 (6,7) Lain-lain 2 (6,7) 1 (0,0) Kultur Bakteri, f (%) No Growth Tidak Berdahak Streptococcus pneumonia Staphilococcus hemolyticus Streptococcus sanguinus Klebsiella pneumonia Acinetobacter baumanni Lain-lain 9 (30,0) 1 (3,3) 0 (0,0) 2 (6,7) 1 (3,3) 2 (6,7) 0 (0,0) 0 (0,0) 8 (26,7) 1 (3,3) 1 (3,3) 0 (0,0) 0 (0,0) 2 (6,7) 3 (10,0) 0 (0,0) 0,248 Leukosit, mean ± SD 21700,00 ± 2400,01 14446,7 ± 4122,9 0,251 PSI, mean ± SD

Asupan zink, mean ± SD 85,50 ± 17,406,65 ± 1,16 83,70 ± 16,306,39 ± 0,91 0,4560,512 Keterangan: IMT = Indeks Massa Tubuh, PSI = Pneumonia Severity Index

Kadar endothelin-1 plasma dan kadar TNF-a serum pada kelompok perlakuan mengalami penurunan. Rata-rata kadar endothelin-1 sebelum perawatan dengan pemberian zink adalah 2,02± 1,10 sedangkan rata-rata kadar endothelin-1 plasma sesudah perlakuan adalah 1,827 ± 1,30. Perbedaan ini tidak signifikan (p= 0,585).

Rata-rata kadar TNF-a sebelum perlakuan adalah 12,32± 11,21 sedangkan rata-rata kadar TNF-a serum sesudah perlakuan adalah 10,79± 13,49. Terdapat penurunan kadar TNF-α serum setelah pemberian zink dan secara statistik perbedaan ini dinyatakan tidak signifikan (p = 0,612).

Rata-rata kadar endothelin-1 plasma dan kadar rata-rata TNF-a serum mengalami penurunan. Rata-rata kadar endothelin-1 plasma sebelum pera-watan adalah 2,45 ± 2,32 sedangkan rata-rata kadar endothelin-1 serum sesudah perawatan 1,93 ± 2,33. Terdapat penurunan kadar endothelin-1 plasma dan Hasil dari Tabel 1 menunjukkan semua variabel

dasar subjek karakteristik penelitian tidak terdapat adanya perbedaan signifikan menunjukkan bahwa sampel pada kedua kelompok penelitian termasuk homogen dan memenuhi kelayakan eksperimen.

Pengaruh zink selama 5 hari terhadap penurunan kadar endothelin-1 plasma dan kadar TNF-a serum

Rata-rata kadar endothelin-1 plasma sebelum (pre) pada kelompok kontrol (2,45 ± 2,32) lebih tinggi daripada kelompok perlakuan (2,03 ± 1,10) dan rata-rata kadar TNF-a serum sebelum (pre) pada kelompok perlakuan (12,35 ± 11,21) lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol (9,73 ± 4,48). Terdapat perbedaan tersebut dinyatakan tidak signifikan (p = 0,526). Terdapat perbedaan kadar TNF-a awal antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol, dan secara statistik perbedaan tersebut dinyatakan tidak signifikan (p = 0,414).

(5)

secara statistik perbedaan ini signifikan (p = 0,048). Rata-rata kadar TNF-a serum sebelum perawatan tanpa pemberian zink adalah 9,73± 4,48 sedangkan rata-rata kadar TNF-a serum sesudah perawatan tanpa pemberian zink adalah 8,72± 6,28. Terdapat penurunan kadar TNF-a yang secara statistik per-bedaan ini dinyatakan tidak signifikan (p = 0,232).

Perbandingan kadar endothelin-1 plasma dan kadar TNF-α serum sesudah perawatan antara kedua kelompok dapat dilihat pada Tabel 2, terlihat rata-rata kadar endothelin-1 pada kelompok perlakuan post adalah 1,82 ± 1,30 sedangkan rata-rata kadar endothelin-1 kelompok kontrol post adalah 1,93 ± 2,33. Selisih atau perbedaan dua kelompok tersebut dinyatakan tidak signifikan (p = 0,881). Rata-rata kadar TNF-a kelompok perlakuan post adalah 10,79± 13,49 sedangkan rata-rata kadar TNF-a serum kelompok kontrol post adalah 8,72± 6,28. Selisih atau perbedaan kadar TNF-a pada kedua kelompok tersebut tidak signifikan (p = 0,595).

Korelasi antara perbaikan klinis dalam 5 hari dengan kadar endothelin-1 plasma dan TNF-α serum setelah pemberian zink selama 5 hari penderita pneumonia

Teknik korelasi bivariat menggunakan uji

Pear-son’s karena distribusi normal. Perbedaan perbaikan

klinis dalam 5 hari pada kelompok kontrol dan perlakuan penderita pneumonia dapat dilihat pada Tabel 3 menunjukkan tidak ada perbedaan secara signifikan secara statistik dengan p = 0,679. Tabel 4 menunjukkan korelasi antara perbaikan klinis dalam 5 hari dengan kadar endothelin-1 plasma dan TNF-α serum setelah pemberian zink selama 5 hari penderita pneumonia.

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa secara des-krip tif hubungan antara penurunan setiap bio marker dengan penderita pneumonia yang menga lami per-baikan klinis dalam 5 hari bersifat ber banding terbalik (koefisien korelasi (rs) bertanda negatif) menunjukkan bah wa semakin rendah kadar endothelin-1 plasma dan TNF-α serum maka semakin rendah kadar endo-thelin-1 plasma dan TNF-α serum maka semakin tinggi tercapainya perbaikan klinis dalam 5 hari. Disimpulkan tidak berhubungan signifikan dengan kadar endothelin-1 (r = -0,079; p = 0,679) danTNF-α (r = -0,236; p = 0,208).

Tabel 2. Perbandingan kadar endothelin-1 plasma dan kadar TNF-a serum sesudah perawatan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

Variabel Endothelin-1 Post Test TNF-α Post Test Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan

Mean 1,931 1,827 8,725 10,790

Std. Deviasi 2,333 1,300 6,282 13,497

P 0,881 0,595

Keterangan: Perbedaan dinyatakan signifikan apabila uji menghasilkan p < 0,05.

Tabel 3. Perbedaan perbaikan klinis dalam selama 5 hari pada kelom-pok kontrol dan kelomkelom-pok perlakuan (pemberian zink 5 hari).

Perbaikan Klinis P

Ya Tidak

Perlakuan Kontrol 11(36,7%) 4(13,3%) 0,679 Perlakuan 12(40,0%) 3(10,0%)

Keterangan: Perbedaan dinyatakan signifikan apabila uji menghasilkan p < 0,05.

Tabel 4. Korelasi antara perbaikan klinis dalam 5 hari dengan kadar endothelin-1 plasma dan TNF-α serum setelah pemberian zink selama 5 hari penderita pneumonia

Endothelin-1 Post TNF-α Post Median ≤ 1,33 >1,33 ≤6,505 >6,505 Perbaikan Klinis dalam 5 hari Tidak 3 (10%) 4 (13,3%) 2 (6,7%) 5 (16,7%) Ya 12 (40%) 11 (36,7%) 13(43,3%) 10(33,3%) Pearson (r) -0,079 -0,236 P 0,679 0,208 PEMBAHASAN

Berdasarkan data dasar subjek penelitian kadar endothelin-1 serum pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah pemberian zink didapatkan penurunan rata-rata kadar endothelin-1 plasma 0,202 ± 0,191 dengan nilai p = 0,585; sedangkan pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah perawatan didapatkan penurunan 0,525 ± 0,011 dengan nilai p = 0,048. Penurunan kadar endothelin-1 yang signifikan pada kelompok kontrol dibandingkan kelompok per-lakuan menunjukkan bahwa penatalaksanaan pneu-monia pada penelitian ini telah tepat dan pemberian terapi tambahan zink selama 5 hari tidak berpengaruh sig nifikan. Penulis belum dapat membandingkan hasil-nya karena belum didapatkan penelitian yang serupa.

Sitokin proinflamasi saat terjadi pneumonia menstimulus sel endothelial mensekresi endothelin-1 sebagai vasokonstriktor yang kuat dalam proses

(6)

inflamasi.8 Zink menghambat aktivasi faktor transkripsi

respons imun pada sitokin inflamasi oleh NFκβ melalui protein A20 yang diperantarai jalur TNF-receptor

associated factor (TRAF). Penghambatan aktivasi

NFκβ menurunkan pembentukan sitokin proinflamasi antara lain TNF-α dan IL-1β. Penurunan sitokin proinflamasi antara lain TNF-α dan IL-1β menurunkan stimulus pembentukan endothelin-1 (ET-1) oleh sel endothelial.6 Kenaikan konsentrasi endothelin-1

hanya berlangsung pada beberapa jam pertama dalam sirkulasi darah setelah infeksi pneumonia.9

Berdasarkan data dasar subjek penelitian kadar TNF-α serum pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah pemberian zink didapatkan rata-rata penurunan 1,535 ± 2,286 dengan nilai p = 0,612; sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan rata-rata penurunan 1,014 ± 1,799 dengan nilai p = 0,232. Penurunan kadar TNF-α serum pada kelompok perlakuan lebih besar dibandingkan pada kelompok kontrol dinyatakan tidak signifikan dengan nilai p = 0,595. Penulis belum dapat membandingkan hasilnya dengan penelitian lain karena belum didapatkan penelitian yang serupa. Hasil penelitian oleh Antunes dkk18 dan Calbo dkk19

menyatakan bahwa kadar TNF-α penderita pneumonia mengalami perubahan yang signifikan sesuai keparahan penyakit pada hari 5 setelah perawatan.18,19 Zink

berfungsi sebagai regu lator ekspresi sitokin proinflamasi terutama TNF-α dan IL-1. Laporan dari beberapa penelitian menun jukkan hasil yang berbeda, zink dapat mening katkan atau menurunkan sitokin proinflamasi yang dihasilkan monosit/makrofag.20

Hasil penelitian ini kurang signifikan kemung-kinan dikarenakan penderita pneumonia terlambat masuk ke rumah sakit untuk berobat yang melewati kadar puncak TNF-α dalam darah yaitu 12 jam pertama setelah infeksi, sehingga kadarnya dalam darah sudah dalam keadaan menurun. Tumor necrosis

factor-α adalah penanda (biomarker) yang baik adanya

respons endotoksin dan meningkat setelah 90 menit dari rangsangan tersebut. Konsentrasi normal TNF-α dalam serum adalah < 35 pg/ml dan menjadi > 240 pg/ml dalam keadaan sepsis dan kadar TNF-α serum dalam darah akan mencapai kadar puncak pada 12 jam pertama setelah infeksi.12

Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa kadar endo thelin1 dengan pencapaian per bai -kan klinis dalam 5 hari berhubungan terbalik (r = -0,079) tidak signifikan (p = 0,679). Penulis belum men dapatkan penelitian lain sehingga belum dapat membandingkannya. Penelitian lain hanya men jelas-kan bahwa kadar endothelin-1 plasma ber hubungan dengan keparahan pneumonia dengan kadar endo-thelin-1 plasma menjadi prediktor inde penden untuk mendeteksi bakteremia dengan nilai cut off 41 pg/ml dan memprediksi perawatan ICU dengan nilai cut off 25 mg/ml.9

Pengujian statistik pada hasil penelitian menun-jukkan bahwa kadar TNF-α dengan pencapaian perbaikan klinis dalam 5 hari berhubungan terbalik (r = -0,236) tidak signifikan (p = 0,208). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Antunes dkk18 dan Calbo dkk19 melaporkan bahwa penurunan

TNF-α pada hari ke-5 berhubungan dengan fase awal perbaikan klinis pada pneumonia yang ditunjukkan dengan perbaikan saturasi oksigen dan heart rate.18,19

Tumor necrosis factor-α merupakan salah satu sitokin

proinflamasi utama yang mengaktivasi sistem imun dan berperan dalam respon inflamasi akut.15 Hasil

penelitian tidak terdapat korelasi signifikan antara kadar perbaikan klinis dalam 5 hari dengan penurunan kadar TNF-α serum dimungkinkan karena waktu pengambilan sampel yang kurang tepat, yaitu tidak pada waktu awal infeksi dengan kadar TNF-α yang tinggi pada sirkulasi darah (12 jam awal infeksi).

KESIMPULAN

Pemberian terapi tambahan zink selama 5 hari tidak berpengaruh secara signifikan pada penurunan kadar endothelin-1, kadar TNF-α plasma dan perbaikan klinis pada penderita pneumonia.Tidak terdapat kore-lasi signifikan antara perbaikan klinis dalam 5 hari dengan kadar endothelin-1 plasma dan kadar TNF-α serum setelah pemberian zink selama 5 hari.

DAFTAR PUSTAKA

1. Steel HC, Cockeran R, Anderson R, Feldman C. Overview of community acquired pneumonia and the role of inflammatory mechanisms in the

(7)

immunopathogenesis of severe pneumococcal disease. Hindawi Publishing Corporation Media-tors of Inflammation. 2013;102:1-18.

2. Leon P, Behzad N, Peter H, Tathi DN, Ragier VD, Heiman FL. The bacterial aetiology of adult community acquired pneumonia in Asia. Trans R Sac Med Hyg. 2014;108:326-37.

3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneu mo nia komunitas. Pedoman diagnosis dan pena ta lak -sanaan di Indonesia. 2nd edition. Jakarta:

Perhim-punan Dokter Paru Indonesia; 2014.p.1-25. 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan Republik. Riset Kese-hatan Dasar. Jakarta: KEMENKES RI; 2013.p.7-8. 5. Mandell LA, Wunderink RG, Anzueto A, Barlett

ZG, Campbell D, Dean NC. Infectious Diseases Society of America/American Thoracic Society consensus guidelines on the management of community acquired pneumonia in adult. Clin Infec Dis. 2007;44:527-72.

6. Fagan KA, McMurtry IF, Rodman DM. Role of endothelin-1 in lung disease. Respir Res. 2001;2:90-101.

7. Bao B, Prasad AS, Beck FWJ, Fitzgerald JT, Snell D, Steinberg JD. Zinc decreases C-Reactive protein, lipid peroxidation, and implication of zinc as an atheroprotective agent. Am J Clin Nutr. 2010;91:1634-41.

8. Knobloch J, Peters H, Jungck D, Muller K, Strauch J, Koch A. TNF-α induced GM-CSF release from human airway smooth muscle cells depends on activation of an ET-1 autoregulatory positive feedback mechanism. Thorax. 2009;64:1044–52. 9. Schuetz P, Stolz D, Mueller B, Morgenthaler NG, Struck J, Mueller C. Endothelin-1 precursor peptides correlate with severity of disease and outcome in patients with community acquired pneumonia. BMC Infect Dis. 2008;8:22.

10. Rabello LS, Pitrowsky MT, Soares M, Povoa P, Salluh JI. Novel biomarkers in severe

community-acquired pneumonia. Rev Bras Ter Intensiva. 2011;23:499-506.

11. Schuetz P, Crain MC, Zimmerli W, Mueller B. Repeated measurement of endothelin-1 precursor peptides predict the outcome in community acquired pneumonia. Intensive Care Med. 2011;134:1-11.

12. Hermawan AG.SIRS, sepsis, dan syok septik. 1st

ed. Surakarta: Sebelas Maret University Press; 2008.p.37-48.

13. Bacci MR, Leme RCP, Zing NPC, Murad N, Adami F, Hinnig PF. IL-6 and TNF-α serum levels are associated with early death in community acquired pneumonia patients. Brazzilian Journal of Medical and Biological Research. 2015;10:1-6. 14. Field CJ, Johnson IR, Schley PD. Nutrients and

their role in host resistance to infection. J Leukoc Biol. 2002;71:16-32.

15. Prasad AS. Zinc is an antioxidant and anti inflammatory agent: its role in human health. Frontiers in Nutrition. 2014;1:1-10.

16. Stafford SL, Bokil NJ, Achard MES, Kapetanovic R, Schembri MA, Mcewan AG. Metal ions in macro-phage antimicrobial pathways: emerging ro les for zinc and copper. Biosci Rep. 2013;33:541-54. 17. Ngom PT, Howie S, Ota MO, Prentice AM. The

potential role and possible immunological mecha-nisms of zink adjunctive therapy for severe pneumonia in children. Open Immunol J. 2011;4:1-10.

18. Antunes G, Evans SA, Lorder JL, Frew AJ. Systemic cytokine levels in community acquired pneumonia and their association with disease severity. Eur Respir J. 2002;20:990-5.

19. Calbo E, Alsina M, Calballeira MR, Lite J, Garan J. Systemic expression of cytokine production in patients with severe pneumococcal pneumonia. Antimicrob Agent Chemother. 2008;52:2395-402. 20. Haase H, Rink L. The immune system and the

inpact of zinc during ageing. Immunity and Ageing. 2009;6:9:1-17.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik dasar subjek penelitian
Tabel 3. Perbedaan perbaikan klinis dalam selama 5 hari pada kelom- kelom-pok kontrol dan kelomkelom-pok perlakuan (pemberian zink 5 hari).

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh pemberian resveratrol diketahui dengan menganalisis kadar IL-8 dan MMP-9 plasma sebagai penanda inflamasi, dan skor CAT untuk menilai perbaikan klinis penderita PPOK

pemberian vitamin C terhadap kadar serum PCT dan lama rawat inap

Penelitian ini dilakukan untuk menilai apakah terdapat pengaruh ubiquinone terhadap kadar MDA plasma, %VEP1 dan perbaikan klinis penderita PPOK stabil. Metode : Penelitian ini

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh ekstrak kulit manggis terhadap perbaikan klinis, kadar IL-6 dan MDA plasma penderita PPOK eksaserbasi

Penulis mengucapkan terima kasih kepada beliau sebagai pengajar di bagian. Pulmonologi yang telah memberikan bimbingan, dorongan, dan saran

Terdapat peningkatan kadar zink yang tidak signifikan setelah pemberian suplementasi zink selama 30 hari pada anak penderita thalasemia β mayor yang rutin mendapat terapi

Dalam serum penderita malaria ringan/tanpa komplikasi terdapat peningkatan kadar IL-10 dan penurunan kadar TNF-α, sedang-kan pada malaria serebral ditemukan kadar TNF-α

Gambaran peningkatan kadar TNF-α pada penderita malaria dengan gejala klinis positif dan negatif berdasarkan nilai rerata menunjukkan nilai rerata pada