• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengetahuan

1.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran (Gazalba, 1992, dalam Bakhtiar, 2004).

Pengetahuan dalam kamus filsafat adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini, yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif (Bakhtiar, 2004).

Pengetahuan dalam arti luas adalah semua kehadiran internasional objek dalam subjek, namun dalam arti sempit pengetahuan adalah kebenaran atau kepastian (Bakhtiar, 2004).

1.2. Jenis Pengetahuan

Burhanuddin Salam (1997) dalam Bakhtiar (2004) mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu :

1.2.1. Pengetahuan biasa

Pengetahuan biasa dalam ilmu filsafat dikatakan dengan istilah

common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang

(2)

menyebut sesuatu itu merah karena memang itu merah, benda itu panas karena memang dirasakan panas dan sebagainya.

1.2.2. Pengetahuan ilmu

Pengetahuan ilmu adalah ilmu, terjemahan dari science , yang secara sempit diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif. Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara objektif yang tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi, eksperimen, klasifikasi. Analisis ilmu itu objektif dan menyampingkan unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral, dalam arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat subjektif, karena dimulai dengan fakta. Ilmu merupakan lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan logika dan dapat diamati pancaindera manusia.

1.2.3. Pengetahuan filsafat

Pengetahuan filsafat adalah pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu . Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali.

(3)

1.2.4. Pengetahuan agama

Pengetahuan agama yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan agama mengandung beberapa hal yang pokok yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan cara berhubungan dengan sesama manusia, yang sering juga disebut dengan hubungan horizontal.

1.3. Hakikat Pengetahuan

Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental (mental state). Mengetahui sesuatu adalah menyusun pendapat tentang suatu objek atau menyusun gambaran tentang fakta yang ada di luar akal (Bakhtiar, 2004).

Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan menurut Bakhtiar (2004) yaitu :

a. Realisme

Pengetahuan menurut realisme adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata atau fakta. Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal adalah kopi dari yang asli yang ada di luar akal. Dengan demikian, realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan.

(4)

b. Idealisme

Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses psikologis yang bersifat subjektif. Subjektif dipandang sebagai suatu yang mengetahui, yaitu orang yang membuat gambaran tersebut. Karena itu, pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran. Yang diberikan pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengetahui (subjek).

Realisme dan idealisme memiliki kelemahan-kelemahan tertentu. Realisme tidak mementingkan subjek sebagai penilai tetapi hanya memfokuskan pada objek yang dinilai, sementara subjek yang menilai memiliki peran penting dalam menghubungkan antar objek dengan ungkapan tentang objek tersebut. Idealisme menimbulkan kebenaran yang relatif karena setiap individu berhak menolak kebenaran yang datang dari luar dirinya. Akibatnya, kebenaran yang bersifat universal tidak diakui. Idealisme juga terlalu mengutamakan subjek sebagai si penilai dengan merendahkan objek yang dinilai sementara subjek yang menilai kadangkala berada pada keadaan yang berubah-ubah seperti sedang marah dan gembira (Bakhtiar, 2004).

1.4. Sumber Pengetahuan

Pengetahuan yang ada pada manusia diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang merupakan sumber pengetahuan tersebut (Bakhtiar, 2004).

(5)

Dalam hal ini ada beberapa teori tentang sumber pengetahuan antara lain : a. Empirisme

Empirisme menyatakan bahwa manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman inderawi (Ahmad Tafsir dalam Bakhtiar, 2004). John Locke mengemukakan bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, kemudian pengalamannya mengisi jiwa yang kosong, dan akhirnya ia memiliki pengetahuan. Mula-mula tangkapan indera yang masuk itu sederhana, lama-kelamaan menjadi kompleks, lalu tersusunlah pengetahuan yang berarti (Bakhtiar, 2004).

David Hume (dalam Bakhtiar, 2004) mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan memberikan dua hal, yaitu kesan-kesan (impressions) dan pengerian-pengertian atau ide-ide (ideas). Kesan-kesan adalah pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman, seperti merasakan tangan terbakar. Ide adalah gambaran tentang pengamatan yang samar-samar yang dihasilkan dengan merenungkan kembali atau terefleksikan dalam kesan-kesan yang diterima dari pengalaman.

b. Rasionalisme

Rasionalisme menyatakan bahwa akal adalah dasar dari kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek (Bakhtiar, 2004). Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan. Pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja,

(6)

tetapi sampainya manusia pada kebenaran adalah semata-mata akal (Bakhtiar, 2004) .

Dari aliran emprisme dan rasionalisme, lahirlah metode ilmiah atau pengetahuan sains. Dalam hal ini, pancaindera mengumpulkan data-data, sedangkan akal menyimpulkan berdasarkan pada prinsip-prinsip universal, yang kemudian disebut universal.

c. Intuisi

Intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan sebagai hipotesa bagi analisis selanjutnya dalam menetukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan (Bakhtiar, 2004).

d. Wahyu

Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia lewat perantaraan nabiNya. Akal meyakinkan bahwa kebenaran pengetahuan mereka berasal dari Tuhan, karena pengetahuan itu memang ada pada saat manusia biasa tidak mampu mengusahakannya, karena hal itu memang berada di luar kemampuan manusia (Mustafa, 1997, dalam Bakhtiar, 2004).

1.5. Ukuran Kebenaran Pengetahuan

Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi seseorang belum tentu benar bagi orang lain. Pada setiap jenis pengetahuan, tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat dan watak pengetahuan itu berbeda. Pengetahuan tentang alam metafisika tentunya

(7)

tidak sama dengan pengetahuan alam fisik (Bakhtiar, 2004). Kebenaran pengetahuan diidentifikasikan ke dalam beberapa teori epistemologis yaitu teori korespondensi, teori koherensi , teori pragmatisme, dan agama sebagai kebenaran.

Teori korespondensi menyatakan bahwa keadaan benar itu apabila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju atau pernyataan atau pendapat tersebut (Suriasumantri, 2000). Pengetahuan adalah benar bila apa yang terdapat dalam budi pikiran subjek itu benar sesuai dengan apa yang ada di dalam objek (Hadi, 1997, dalam Bakhtiar, 2004).

Teori koherensi menyatakan bahwa kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement) dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru itu dengan putusan-putusan lainnya yang telah diketahui dan diakui kebenarannya terlebih dahulu (Surasumantri, 2000).

Teori pragmatisme adalah teori yang menyatakan bahwa benar tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung kepada asas manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat dan akan dikatakan salah jika tidak mendatangkan manfaat (Suriasumantri, 2000).

Agama dengan karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia; baik tentang alam, manusia, maupun tentang Tuhan. Dalam agama, yang dikedepankan adalah wahyu yang bersumber dari Tuhan. Suatu hal dianggap benar apabila sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak (Bakhtiar, 2004).

(8)

2. Sikap

2.1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.

Newcomb (dalam Notoatmodjo, 2007)menyatakan bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.

Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek. c. Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini bersama–sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude). Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi

memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah mendengar penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat akan mengimunisasikan anaknya untuk mencegah anaknya terkena polio (Notoatmodjo, 2007).

(9)

Sikap menurut Notostmodjo (2007) terdiri dari berbagai tingkatan, yakni : 1. Menerima (Receiving)

Subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek 2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Terlepas jawaban dan pekerjaan itu benar atau salah, orang menerima ide tersebut .

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan terhadap suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan tingkat sikap yang paling penting.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju (Notoadmodjo, 2007).

2.2. Faktor Pembentuk Sikap

Kluytmans (2006) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang dapat berpengaruh pada terbentuknya sikap, yaitu kebutuhan seseorang, informasi tentang objek atau subjek yang dimiliki, dan kelompok di mana ia bergabung. Mengubah kebutuhan seseorang merupakan masalah yang sulit karena kebutuhan

(10)

seseorang tidak langsung dapat diraba (konkret). Oleh karena itu, dalam mempengaruhi sikap, metode yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan informasi atau dan dengan mengubah ikatannya dengan kelompok.

Pembentukan sikap melalui pemberian informasi dipengaruhi oleh sumber datangnya informasi , bentuk dan isi informasi, serta situasi saat informasi itu diberikan (Kluytmans, 2006). Dampak dari penguatan informasi menjadi semakin besar apabila sumbernya dianggap lebih dapat dipercaya, menarik, dan dilihat publik sebagai salah satu dari mereka. Informasi yang berasal dari sumber yang dipercaya akan lebih dahulu diterima daripada sumber yang kurang dipercaya. Dampak pengaruhnya juga akan lebih besar jika informasi dipersepsi publik sebagai salah satu dari mereka. Seseorang yang dapat membuktikan bahwa ia memahami masalah-masalah, kebiasaan, pendapat-pendapat, dan hal-hal lain dari publik mempunyai pengaruh yang besar.

Pembentukan sikap dengan membuat ikatan kelompok baru lebih sulit direalisasikan, tetapi jauh lebih efektif. Untuk dapat bergabung dalam suatu kelompok, seseorang harus menyesuaikan diri terhadap opini, ide-ide, dan norma-norma yang berlaku dalam kelompok. Pengaruh kelompok pada individu akan lebih besar jika kelompok memiliki kontrak yang kuat di dalam kelompok, adanya tahapan tingkatan dalam kelompok, dan anggota baru menempatkan harga (tinggi) pada keanggotaannya yang baru sehingga siap menyesuaikan diri pada kelompok baru tersebut (Kluytmans, 2006).

(11)

3. Stimulasi Perkembangan Anak 3.1. Pengertian Stimulasi

Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan di luar individu anak (Soetjiningsih, 1995). Menurut Oktaria (2009) stimulasi tumbuh kembang adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Kemampuan dasar anak yang dirangsang meliputi kemampuan motorik kasar, kemampuan motorik halus, kemampuan berbicara dan bahasa, serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian.

Stimulasi hendaknya diberikan sedini mungkin yaitu sejak bayi baru lahir bahkan sebaiknya sejak janin berusia 6 bulan dan diberikan terus menerus secara rutin dan bervariasi oleh setiap orang yang berinteraksi dengan anak pada setiap kesempatan dalam kehidupan sehari-hari (Maharani, 2009). Pemberian stimulasi sangat penting untuk kemajuan perkembangan anak sebab tanpa stimulasi penyelesaian tugas perkembangan anak menjadi sulit atau tidak tercapai (Potter, 2005).

3.2. Bentuk Stimulasi

Bagian Psikologi FK UI dan UKK Pediatri Sosial IDAI (dikut ip dari Soetjiningsih, 1995) menyatakan bahwa stimulasi yang perlu diberikan pada anak balita antara lain : akademik sederhana (pengenalan ruang, bentuk, warna, persiapan berhitung), pendidikan alam sekitar, sosialisasi, mengenal lingkungan masyarakat, bermain bebas untuk mengembangkan fantasi dan memperkaya pengalaman, menyanyi, menggambar, belajar bahasa (bercakap-cakap, membaca

(12)

gambar, bercerita, mengucapkan syair sederhana), melatih daya ingat dengan bermain jualan atau menyampaikan berita, bermain musik, mengenal tugas dan larangan-larangan, dan aktivitas sehari-hari (makan sendiri, minum sendiri, kontrol buang air besar, kontrol buang air kecil).

Soetjiningsih (1995) menyatakan bahwa perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang diperlukan anak. Aktivitas bermain dalam suasana kasih sayang berguna merangsang seluruh sistem indera, melatih kemampuan motorik halus dan kasar, kemampuan berkomunikasi serta perasaan dan pikiran anak.

3.3. Prinsip Stimulasi

Tindakan pemberian stimulasi memiliki prinsip dasar yang perlu diperhatikan. Stimulasi hendaknya dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang dengan cara mengajak bermain, bernyanyi, bervariasi, menyenangkan dengan tanpa paksaan dan tidak ada hukuman. Memberikan pujian pada anak atas keberhasilannya akan memotivasi anak lebih baik (Oktaria, 2009).

Stimulasi sebaiknya diberikan sesuai dengan kelompok umur anak secara bertahap terhadap keempat aspek kemampuan dasar anak dimulai dari tahap yang sudah dicapai oleh anak. Orangtua atau keluarga harus bijak dalam melihat kesiapan anak. Misalnya anak 12 bulan yang sudah dapat berjalan distimulasi untuk perkembangan berikutnya yaitu lari, lompat, dan lempar (Irwan, 2008). Stimulasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu atau permainan yang sederhana, aman, dan ada di sekitar anak (Oktaria, 2009).

(13)

3.4. Stimulasi Motorik Kasar Usia 3-5 Tahun

Irwan (2008) dan Oktaria (2009) menyatakan bahwa kemampuan motorik kasar seperti berjalan, berlari, melompat dan melempar dapat dirangsang atau distimulasi dengan memberikan kesempatan anak melakukan permainan yang melakukan ketangkasan dan kelincahan.

1. Jalan

Pada kemampuan motorik kasar ini, yang harus distimulasi adalah kemampuan berdiri, berjalan ke depan, berjalan ke belakang, berjalan berjingkat, melompat di tempat, berdiri satu kaki, menendang bola, dan lainnya.

Stimulasi dapat diberikan dengan mengajak anak bermain permainan yang menggerakkan anak untuk menggerakkan kakinya berpindah-pindah dan menahan kaki dengan lama. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan karpet bergambar atau menempelkan gambar-gambar yang menarik di lantai dan meminta anak untuk menginjak karpet/lantai. Dapat juga dilakukan dengan permainan yang mengajarkan anak jalan berjinjit sehingga melatih keseimbangan anak dalam berdiri.

2. Lari

Perkembangan lari akan mempengaruhi perkembangan lompat dan melempar. Pada tugas perkembangan ini, dibutuhkan keseimbangan tubuh, kecepatan gerakan kaki, ketepatan 4 pola kaki yaitu (1) heel

strike :bertumpu pada tumit; (2) toe off : telapak kaki mengangkat

(14)

berayun; (4) landing : setelah mengayun kaki menapak pada alas. Stimulasi lari dapat dilakukan dengan aktivitas berupa bermain bola, bermain sepeda (mulai roda 4 sampai bertahap ke roda 3 dan kemudian roda 2), berlomba lari, bermain dengan berkejar-kejaran serta naik turun tangga.

3. Lompat

Stimulasi lompat dapat diberikan dengan mengajak anak melompat di tempat dan lompatan berjarak. Lompatan berjarak dapat diajarkan dengan mengajak anak untuk melompat dari satu pijakan ke pijakan yang lain misalnya dengan menggambarkan lingkaran-lingkaran dari kapur atau menggunakan lingkaran holahop yang diatur sedemikian rupa letaknya kemudian meminta anak untuk melompati lingkaran-lingkaran tersebut. Lompatan diajarkan dengan satu kaki dan dua kaki. 4. Lempar

Stimulasi lempar dapat diberikan dengan mengajak anak bermain lempar tangkap bola. Bola dilempar ke arah anak dan meminta anak untuk menangkapnya dan melemparkan kembali ke arah si pemberi bola. Lempar tangkap bola dapat dilakukan dengan menggradasikan tingkat kesulitannya berdasarkan posisi, besar bola, berat bola, dan jenis lambungan. Pada posisi bisa dilakukan sambil duduk kaki lurus, duduk kaki bersila, duduk kaki seperti huruf W ke belakang, jongkok, dan bahkan berdiri. Pada jenis lambungan, bisa dilakukan dengan lambungan dari atas, sejajar, atau lambungan dari bawah.

(15)

Bermain sebagai stimulasi motorik kasar anak memiliki hal-hal yang perlu diperhatikan. Menurut Soetjiningsih, beberapa hal yang perlu diperhatikan tersebut antara lain :

a. Ekstra energi

Bermain memerlukan ekstra energi, terlebih lagi permainan yang memerlukan kelincahan.

b. Waktu

Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain karena bermain adalah aktivitas yang serius bagi anak.

c. Alat permainan

Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf perkembangannya. Anak usia 3-5 tahun dapat menggunakan alat permainan sederhana seperti bola dalam menstimulasi motorik kasarnya.

d. Ruangan untuk bermain

Anak memerlukan ruang untuk bermain akan tetapi tidak perlu ruangan khusus. Anak dapat bermain di dalam rumah seperti ruang tamu, di halaman, bahkan di ruang tidurnya.

e. Pengetahuan cara bermain

Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya atau diberi tahu caranya oleh orang lain.

f. Teman bermain

Sebaiknya anak memiliki teman bermain karena jika anak bermain sendiri, ia akan kehilangan kesempatan belajar dari

(16)

teman-temannya. Akan tetapi, terlalu banyak bermain dengan anak lain dapat mengakibatkan anak tidak mempunyai kesempatan untuk menghibur diri sendiri dan menemukan kebutuhannya sendiri. Bila kegiatan bermain dilakukan bersama orangtua maka hubungan orangtua dengan anak menjadi akrab dan orangtua dapat segera mengetahui setiap kelainan yang terjadi pada anak mereka secara dini.

4. PERKEMBANGAN MOTORIK

Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi (Hurlock, 1978).

Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Perkembangan motorik kasar adalah perkembangan gerak gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Perkembangan motorik halus adalah perkembangan gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu (Endah, 2008).

4.1. Prinsip Perkembangan Motorik

Hurlock (1978) menyatakan dari beberapa studi perkembangan motorik yang diamatinya, ada lima prinsip perkembangan motorik kasar.

(17)

Adapun lima prinsip perkembangan motorik kasar yaitu :

4.1.1. Perkembangan motorik kasar bergantung pada kematangan otot dan syaraf.

Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang mengatur setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot, semakin baik kemampuan motorik anak. Hal ini juga didukung oleh kekuatan otot anak yang baik.

4.1.2. Perkembangan yang berlangsung terus menerus.

Perkembangan motorik berlangsung secara terus menerus sejak pembuahan. Urutan perkembangan cephalocaudal dapat dilihat pada masa awal bayi, pengendalian gerakan lebih banyak di daerah kepala. Saat perkembangan syaraf semakin baik, pengendalian gerakan dikendalikan oleh batang tubuh kemudian di daerah kaki.

Perkembangan secara proximodistal dimulai dari gerakan sendi utama sampai gerakan bagian tubuh terpencil. Misal bayi menggunakan bahu dan siku dalam bergerak sebelum menggunakan pergelangan tangan dan jari tangan.

4.1.3. Perkembangan motorik memiliki pola yang dapat diramalkan. Perkembangan motorik dapat diramalkan ditunjukkan dengan bukti bahwa usia ketika anak mulai berjalan konsisten dengan laju perkembangan keseluruhannya. Misalnya, anak yang duduknya lebih awal akan berjalan lebih awal ketimbang anak yang

(18)

duduknya terlambat. Breckenridge dan Vincent menyatakan cara yang cukup teliti untuk memperkirakan pada umur berapa anak akan mulai berjalan yakni dengan mengalikan umur anak mulai merangkak dengan 1,5 atau dengan mengalikan umur anak mulai duduk dengan 2.

4.1.4. Reflek primitif akan hilang dan digantikan dengan gerakan yang disadari.

Reflek primitif ialah gerakan yang tidak disadari, berlangsung secara otomatis dan pada usia tertentu harus sudah hilang karena dapat menghambat gerakan yang disadari.

4.1.5. Urutan perkembangan pada anak sama tetapi kecepatannya berbeda Tahap perkembangan motorik setiap anak sama. Akan tetapi kondisi bawaan dan lingkungan mempengaruhi kecepatan perkembangannya.

4.2. Faktor yang Mempengaruhi Laju Perkembangan Motorik

Hurlock (1978) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju perkembangan motorik yaitu faktor keturunan, kehamilan dan kelahiran, kondisi anak, dan motivasi.

4.2.1. Faktor keturunan

Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan mempunyai pengaruh yang menonjol terhadap laju perkembangan motorik. Anak yang memiliki IQ tinggi menunjukkan

(19)

perkembangan motorik yang lebih cepat daripada anak yang memiliki IQ normal atau di bawah normal.

4.2.2. Kehamilan dan kelahiran

Kondisi status gizi ibu dan lingkungan yang baik saat ibu hamil mendorong perkembangan janin yang baik sehingga perkembangan motorik anak juga akan baik.

Kelahiran yang sukar terlebih lagi kelahiran yang mengakibatkan trauma kepala akibat jalan lahir pada umumnya menghambat perkembangan motorik. Anak dengan riwayat lahir prematur juga memiliki perkembangan motorik yang lebih lambat daripada anak yang lahir normal.

4.2.3. Kondisi anak

Status gizi anak yang baik pada dasarnya akan mempercepat perkembangan motorik anak. Keadaan cacat fisik yang terdapat pada anak, seperti kebutaan akan memperlambat perkembangan motorik.

4.2.4. Motivasi

Adanya ransangan, dorongan, dan kesempatan anak untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik. Perlindungan orangtua yang berlebihan akan menghambat berkembangnya kemampuan motorik.

Perkembangan keterampilan motorik merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan pribadi secara keseluruhan. Hurlock (1956, dalam

(20)

Yusuf, 2004) menyatakan ada beberapa alasan penting tentang fungsi perkembangan motorik bagi konstelasi perkembangan anak, yaitu:

a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Misalnya anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar, dan memainkan alat-alat mainan.

b. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya (helplessness) pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang bebas atau tidak bergantung (indenpendence). Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan dapat menunjang perkembangan rasa percaya diri (self

confidence).

c. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal sekolah dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.

d. Melalui perkembangan motorik yang normal, anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucil.

e. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self consept atau kepribadian anak.

(21)

4.3. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun

Perkembangan motorik kasar anak dinilai dari keterampilan motorik kasar anak. Keterampilan motorik kasar adalah kemampuan anak dalam menggerakkan otot besar atau sebagian tubuh atau seluruh tubuh dalam aktivitas motoriknya.

Wong (2003) dan Einon (2005) mengklasifikasikan keterampilan motorik kasar usia 3-5 tahun dalam Tabel Keterampilan motorik kasar anak usia 3-5 tahun.

Tabel 1. Keterampilan motorik kasar anak usia 3-5 tahun Usia Keterampilan Motorik Kasar

3 Tahun • Berdiri pada satu kaki untuk 5-10 detik • Berjalan mundur lebih dari tiga langkah

• Berjalan maju sejauh 2 m di atas balok selebar 7,5 cm dan mundur sejauh 1 m

• Berjalan dengan berjinjit

• Menaiki tangga dengan kaki bergantian tetapi tetap turun dengan kaki yang sama pada tiap injakan

• Berlari dengan baik tetapi masih kesulitan saat berbelok atau berhenti secara mendadak

• Berlari tanpa jatuh

• Mencoba berdansa tetapi keseimbangan mungkin tidak adekuat • Mendorong, menarik, dan mengendarai mainan beroda atau

sepeda roda tiga

• Melompat dari langkah dasar atau tempat pijakan • Melompat panjang

• Melompat ke depan 5-10 kali dengan dua kaki • Melompat ke depan 2-5 kali dengan satu kaki

• Membungkuk saat melompat tetapi tidak menekuk lututnya saat mendarat

• Melompati halangan setinggi 7,5-10 cm

• Menendang bola ke belakang dan ke depan dengan mengayunkan kaki

• Menangkap bola yang melambung dengan mendekapnya ke dada 4 Tahun • Berdiri di atas satu kaki selama 10 detik

• Berjalan maju dan mundur dengan berjinjit sejauh 6 kaki

• Berjalan maju sejauh 2,5 m di atas balok selebar 7,5 cm dan mundur sejauh 1,5 m

• Menaiki tangga dengan kaki bergantian tetapi tetap turun dengan kaki yang sama pada tiap injakan

(22)

Tabel 1. (Lanjutan)

4 Tahun • Mulai mengendalikan awal, berhenti, dan berbelok saat berlari • Lomba lari

• Bersalto atau berguling ke depan

• Melompat dan meloncat dengan satu kaki • Melompat ke depan 10 kali dengan dua kaki • Melompat ke belakang sekali

• Melompat ke depan 5 kali dengan lebih seimbang tapi dengan banyak gerakan lengan

• Melompat dari ketinggian sekitar 80 cm

• Menangkap bola dengan dua tangan yang dilemparkan dari jarak 3 kaki

• Melempar bola kecil dengan kedua tangan kepada seseorang yang berjarak 4-6 kaki (1-2 m) darinya

• Melempar bola bergantian tangan

• Menendang secara terkoordinasi ke belakang dan ke depan dengan kaki terayun dan tangan mengayun ke arah berlawanan secara bersamaan

5 Tahun • Berdiri di atas satu kaki selama 10 detik • Berjalan mundur dengan tumit dan jari kaki

• Berjalan maju sejauh 2,5 - 3 m di atas balok selebar 7,5 cm dan mundur sejauh 2 m

• Menaiki tangga dengan kaki bergantian tetapi tetap turun dengan kaki yang sama pada tiap injakan.

• Dapat berbelok saat berlari

• Dapat berlari dan berhenti sesuai keinginan • Berlari sambil meloncat sejauh 60 – 84 cm • Berlari melompati halangan sejauh 23 cm • Lomba lari

• Bermain skate atau papan seluncur dengan keseimbangan yang baik

• Melompat dan meloncat pada kaki bergantian • Melompat ke depan 10 kali dengan dua kaki

• Melompat ke depan 7-9 kali dengan dua kaki secara seimbang • Melompat ke belakang dua kali berturut-turut

• Melompat dari ketinggian 12 inci • Melompat sejauh 20 – 25 cm • Meloncat ke atas

• Melempar dan menangkap bola dengan baik

• Melempar bola dengan memutar badan dan melangkah ke depan • Mengambil satu atau dua langkah yang teratur sebelum

Referensi

Dokumen terkait

Pengem3angan peranti lunak 8omputer merupakan aktiitas khusus *ang tidak sesuai dengan pengeluaran aktiitas lit3ang normal' Pengem3angan peranti lunak untuk tujuan

Dalam melakukan penelitian, peneliti dapat menganalisis bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Kreatif Produktif siswa memiliki

Selain kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), permasalahan yang dialami oleh tokoh perempuan dalam novel-novel yang dikaji adalah perma- salahan yang terkait

Virus ChiMV (Chilli Veinal Mottle Virus) adalah salah satu penyakit tanaman yang dapat menurunkan hasil cabai merah. Perakitan hibrida cabai merah yang hasil tinggi

Pada vlogger keempat, keterbukaan diri yang dilakukan menggunakan media video berupa video blog berfokus pada diri vlogger sendiri. Hal tersebut ditunjukkan dari banyaknya

Apabila Indonesia menggunakan UNCITRAL Model Law dalam melakukan reformasi hukum di bidang ini, maka diharapkan bahwa peraturan perundang- undangan nasional akan

Pendaftar Nama Domain yang beritikad baik dalam hal ini adalah pendaftar Nama Domain yang mendaftarkan Nama Domain yang sama atau mirip dengan Merek terdaftar orang lain

Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi Peran jamur dalam