• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standar Teknis Kereta Api Indonesia Untuk Desain Struktur Jembatan Rangka Baja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Standar Teknis Kereta Api Indonesia Untuk Desain Struktur Jembatan Rangka Baja"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN

LAYANAN JASA KONSULTASI TEKNIK

LAYANAN JASA KONSULTASI TEKNIK

UNTUK

UNTUK

IMPROVEMENT OF MAINTENANCE AND OPERATION

IMPROVEMENT OF MAINTENANCE AND OPERATION

(JBIC LOAN IP-469 & 518)

(JBIC LOAN IP-469 & 518)

STANDAR TEKNIS KERETA API INDONESIA

STANDAR TEKNIS KERETA API INDONESIA

UNTUK

UNTUK

STRUKTUR JEMBATAN BAJA

STRUKTUR JEMBATAN BAJA

(2)

Daftar Isi

Daftar Isi

1.

1. Ruang Ruang Lingkup Lingkup 11

2.

2. Tujuan Tujuan 22

3.

3. Ruang Ruang Bebas Bebas 33

4.

4. Tipe Tipe Jembatan Jembatan 44

5.

5. Konsep Konsep Desain Desain 55

6.

6. Beban Beban 66

6.1

6.1 Jenis Jenis Beban Beban 66

6.2

6.2 Beban Beban Mati Mati 66

6.3

6.3 Beban Beban Hidup Hidup 77

6.4

6.4 Beban Beban Kejut Kejut 88

6.5

6.5 Beban Beban Horisontal Horisontal 88

6.5.1

6.5.1 Beban Beban Sentrifugal Sentrifugal 88

6.5.2

6.5.2 Beban Beban Lateral Lateral Kereta Kereta 99

6.5.3

6.5.3 Beban Beban Pengereman Pengereman dan dan Traksi Traksi 99 6.5.4

6.5.4 Beban Beban Rel Rel Panjang Panjang Longitudinal Longitudinal 99 6.6

6.6 Beban Beban Angin Angin 1010

6.7

6.7 Beban Beban Gempa Gempa 1010

7.

7. Keadaan Keadaan Batas Batas 1111

7.1

7.1 Konsep Konsep Dasar Dasar Desain Desain Keadaan Keadaan Batas Batas 1111 7.2

7.2 Keadaan Keadaan Batas Batas Ultimate Ultimate 1111

7.3

7.3 Keadaan Keadaan Batas Batas Layanan Layanan 1313

7.4

7.4 Keadaan Keadaan Batas Batas Fatik Fatik 1313

7.4.1

7.4.1 Umum Umum 1313

7.4.2

7.4.2 Desain Desain Batas Batas Fatik Fatik 1414

7.5

7.5 Desain Desain Tegangan Tegangan Izin Izin 1616

8.

8. Bahan Bahan 1717

8.1

8.1 Baja Baja struktur struktur 1717

8.1.1

8.1.1 Sifat Sifat Fisik Fisik 1717

8.1.2

8.1.2 Kekuatan Kekuatan Dasar Dasar 1717

8.1.3

8.1.3 Kekuatan Kekuatan Desain Desain 1717

8.2

8.2 Bahan Bahan untuk untuk Sambungan Sambungan 1818

8.2.1

(3)

8.2.4

8.2.4 Sambungan Sambungan Paku Paku Keling Keling 1818

9.

9. Komponen Komponen 1919

9.1

9.1 Komponen Komponen Struktur Struktur 1919

9.1.1

9.1.1 Rasio Rasio Kelangsingan Kelangsingan Komponen Komponen 1919 9.1.2

9.1.2 Ukuran Ukuran Minimum Minimum Bahan Bahan 1919

9.1.3

9.1.3 Tegangan Tegangan Sekunder Sekunder 1919

9.2

9.2 Lengkungan Lengkungan lawan lawan lendut lendut (Camber) (Camber) 2020 9.3

9.3 Sistem Sistem Lantai Lantai 2020

9.4

9.4 Bracing Bracing 2020

9.5

9.5 Pelat Pelat Gelagar Gelagar 2121

9.5.1

9.5.1 Ketebalan Ketebalan Pelat Pelat Badan Badan 2121

9.5.2

9.5.2 Pelat Pelat Penutup Penutup 2121

9.5.3

9.5.3 Pengaku Pengaku 2121

9.5.4

9.5.4 Jarak Jarak antara antara Pengaku Pengaku Antara Antara 2121 9.6

9.6 Rangka Rangka Batang Batang 2222

9.6.1

9.6.1 Komponen Komponen Rangka Rangka Batang Batang 2222

9.6.2

9.6.2 Pelat Pelat buhul buhul sambungan sambungan 2222

9.6.3

9.6.3 Diafragma Diafragma 2323

10.

10. Sambungan Sambungan 2424

10.1

10.1 Desain Desain Sambungan Sambungan 2424

10.2

10.2 Sambungan Sambungan Baut Baut 2424

10.2.1

10.2.1 Luas Luas Bersih Bersih 2424

10.2.2

10.2.2 Jarak Jarak antara antara Lubang Lubang Baut Baut 2525

10.3

10.3 Sambungan Sambungan Las Las 2525

10.3.1

10.3.1 Tipe Tipe Las Las 2525

10.3.2

10.3.2 Las Las Tumpul Tumpul 2525

10.3.3

10.3.3 Las Las Sudut Sudut 2525

11.

11. Perletakan Perletakan 2727

11.1

11.1 Jenis Jenis Perletakan Perletakan 2727

11.2

11.2 Perletakan Perletakan Ekspansi Ekspansi 2727

11.3

11.3 Standar Standar Dimensi Dimensi Praktis Praktis Untuk Untuk Perletakan Perletakan 2828 12.

12. Jembatan Jembatan Komposit Komposit 3030

12.1

(4)

12.1.4

12.1.4 Skema Skema Pembebanan Pembebanan 3131

12.1.5

12.1.5 Kekuatan Kekuatan Bahan Bahan 3131

12.2

12.2 Desain Desain 3131

12.2.1

12.2.1 Beban Beban dan dan Faktor Faktor Bahan Bahan 3131

12.2.2

12.2.2 Desain Desain Komposit Komposit 3131

12.2.3

12.2.3 Keadaan Keadaan Batas Batas Layanan Layanan 3232

12.2.4

12.2.4 Lebar Lebar Efektif Efektif 3232

12.2.5

12.2.5 Koefisien Koefisien Rangkak Rangkak 3232

12.2.6

12.2.6 Koefisien Koefisien Ekspansi Ekspansi Panas Panas 3232

12.2.7

12.2.7 Sumbu Sumbu Netral Netral Penampang Penampang Melintang Melintang Komposit Komposit 3232 12.3

12.3 Konektor Konektor Geser Geser 3232

12.3.1

12.3.1 Tipikal Tipikal Konektor Konektor Geser Geser 3232

12.3.2

12.3.2 Ketebalan Ketebalan minimum minimum Flens Flens atas atas 3333 12.3.3

(5)

Daftar Gambar

Daftar Gambar

Gambar

Gambar 3-1 3-1 Ruang Ruang Bebas Bebas 33

Gambar

Gambar 7.4.2-1 7.4.2-1 Tingkat Tingkat Fatik Fatik 1515

Gambar

Gambar 9.6.1-1 9.6.1-1 Tipikal Tipikal penampang penampang melintang melintang komponen komponen batang batang 2222 Gambar

Gambar 10.3.3-1 10.3.3-1 Las Las Balik Balik Akhir Akhir 2626

Gambar

Gambar 11.3-1 11.3-1 Ketebalan Ketebalan Minimum Minimum Perletakan Perletakan 2929 Gambar

Gambar 11.3-2. 11.3-2. Ruang Ruang Bebas Bebas untuk untuk bentang bentang yang yang berdekatan berdekatan 2929 Gambar

Gambar 12.1.1-1 12.1.1-1 Tipikal Tipikal penampang penampang melintang melintang Gelagar Gelagar Komposit Komposit 3030 Gambar

(6)

Daftar Tabel

Daftar Tabel

Tabel

Tabel 4-1 4-1 Nama Nama Jenis Jenis Jembatan Jembatan 44

Tabel

Tabel 6.2-1 6.2-1 Berat Berat Jenis Jenis Bahan Bahan 77

Tabel

Tabel 6.3-1 6.3-1 Skema Skema Pembebanan Pembebanan RM RM 1921 1921 77 Table

Table 7.2-1 7.2-1 Faktor Faktor Beban Beban 1212

Tabel

Tabel 7.2-2 7.2-2 Faktor Faktor Bahan Bahan 1212

Tabel

Tabel 7.3-1 7.3-1 Tipikal Tipikal Batas Batas Defleksi Defleksi 1313 Tabel

Tabel 7.4.2-1 7.4.2-1 Batas Batas Fatik Fatik 1414

Tabel

Tabel 11.2-1 11.2-1 Kapasitas Kapasitas Perletakan Perletakan Ekspansi Ekspansi 2727 Tabel

(7)

1. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup

Desain untuk jembatan baja rel kereta api harus dibuat sesuai dengan peraturan ini selain Desain untuk jembatan baja rel kereta api harus dibuat sesuai dengan peraturan ini selain Aturan untuk Konstruksi dan Pemeliharaan jembatan baja kereta api. Peraturan ini juga Aturan untuk Konstruksi dan Pemeliharaan jembatan baja kereta api. Peraturan ini juga meliputi bab tentang Desain jembatan komposit.

(8)

2. Tujuan

2. Tujuan

Standar Teknis Kereta Api Indonesia untuk Struktur Jembatan Baja menjabarkan metode Standar Teknis Kereta Api Indonesia untuk Struktur Jembatan Baja menjabarkan metode desain untuk jembatan baja dan komposit. Standar ini dengan tujuan agar;

desain untuk jembatan baja dan komposit. Standar ini dengan tujuan agar; a.

a. Dapat digunakanDapat digunakan  b.

 b. Mudah dibangun, diperiksa dan dirawatMudah dibangun, diperiksa dan dirawat c.

c. Efisien secara ekonomiEfisien secara ekonomi d.

d. Dapat menyesuaikan Keadaan lingkungan, danDapat menyesuaikan Keadaan lingkungan, dan e.

(9)

3. Ruang Bebas

3. Ruang Bebas

Setiap bagian struktur je

Setiap bagian struktur jembatan tidak menggangu kontur sebagaimana ditunjukkan ukuranmbatan tidak menggangu kontur sebagaimana ditunjukkan ukuran ruang bebas, gambar 3-1, kecuali ditetapkan secara lain. Lihat

ruang bebas, gambar 3-1, kecuali ditetapkan secara lain. Lihat Lampiran D1 Lampiran D1untuk rincianuntuk rincian lebih lanjut. lebih lanjut. Limit IV Limit IV Limit III Limit III Limit II Limit II Limit I Limit I 200 200 a a 200 200 a a22 1 1 Batas

Batas I I : : untuk untuk jembatan jembatan dengan dengan kecepatan kecepatan lebih lebih dari dari 60 60 km/jamkm/jam Batas

Batas II II : : untuk untuk viaduct viaduct dan dan terowongn dengan terowongn dengan kecepatan kecepatan lebih lebih dari dari 60 60 km/jam km/jam dan untukdan untuk  jembatan dengan bata

 jembatan dengan batas kecepatans kecepatan Batas

(10)

4. Tipe Jembatan

4. Tipe Jembatan

Secara mendasar, Jembatan dibagi menjadi empat tipe (4 = 2(dssar dari jembatan)*2(spesifik Secara mendasar, Jembatan dibagi menjadi empat tipe (4 = 2(dssar dari jembatan)*2(spesifik untuk baja). Sebagai gambaran , untuk rincian lebih lengkap ke empat tipe ini ditunjukkan untuk baja). Sebagai gambaran , untuk rincian lebih lengkap ke empat tipe ini ditunjukkan seperti pada

seperti pada Lampiran D7  Lampiran D7 ..

Tabel 4-1 Nama Jenis Jembatan Tabel 4-1 Nama Jenis Jembatan

Gelagar Rangka

Gelagar Rangka

Dinding

Dinding Gelagar Gelagar Dinding Dinding Rangka Rangka DindingDinding Dek/Rasuk

(11)

5. Konsep Desain

5. Konsep Desain

Jembatan baja dan komposit sebagaimana ditetapkan di dalam peraturan ini harus didesain Jembatan baja dan komposit sebagaimana ditetapkan di dalam peraturan ini harus didesain sesuai dengan Metoda Desain Keadaan Batas (Limit State Design Method), kecuali apabila sesuai dengan Metoda Desain Keadaan Batas (Limit State Design Method), kecuali apabila Klien dan Perancang menyepakati Desain dengan Metoda Tegangan Izin (Allowable Stress Klien dan Perancang menyepakati Desain dengan Metoda Tegangan Izin (Allowable Stress Design Method). Konsep dasar ini merupakan spesifikasi desain dasar konvensional, Design Method). Konsep dasar ini merupakan spesifikasi desain dasar konvensional, meskipun akan terdapat konsep desain dasar yang berlaku diseluruh dunia dimasa yang akan meskipun akan terdapat konsep desain dasar yang berlaku diseluruh dunia dimasa yang akan datang.

(12)

6. Beban

6. Beban

6.1 Jenis Beban

6.1 Jenis Beban

(1)

(1) Jembatan harus didesain untuk menahan jenis beban sebagai berikut:Jembatan harus didesain untuk menahan jenis beban sebagai berikut: a.

a. Beban MatiBeban Mati  b.

 b. Beban HidupBeban Hidup c.

c. Beban KejutBeban Kejut d.

d. Beban Horizontal:Beban Horizontal: i.

i. Beban SentrifugalBeban Sentrifugal ii.

ii. Beban Lateral KeretaBeban Lateral Kereta iii.

iii. Beban Rem dan TraksiBeban Rem dan Traksi iv.

iv. Beban Rel Panjang LongitudinalBeban Rel Panjang Longitudinal e.

e. Beban AnginBeban Angin f.

f. Beban GempaBeban Gempa (2)

(2) Apabila ditetApabila ditetapkan di apkan di dalam persdalam persyaratan, efek yaratan, efek beban berikut beban berikut ini juga ini juga harusharus dipertimbangkan;

dipertimbangkan; a.

a. Perubahan temperaturPerubahan temperatur  b.

 b. Pemuaian, penyusutan dan/atau rangkak dari betonPemuaian, penyusutan dan/atau rangkak dari beton c.

c. PenurunanPenurunan d.

d. dan lain-laindan lain-lain

6.2 Beban Mati

6.2 Beban Mati

Berat jenis bahan yang biasanya digunakan dalam perhitungan beban mati adalah sebagai Berat jenis bahan yang biasanya digunakan dalam perhitungan beban mati adalah sebagai  berikut.

(13)

Tabel 6.2-1 Berat Jenis Bahan Tabel 6.2-1 Berat Jenis Bahan Baja,

Baja, Baja Baja Cor Cor 78.50 78.50 KN/mKN/m33 Besi

Besi Cor Cor 72.50 72.50 KN/mKN/m33

Kayu

Kayu 8 8 KN/mKN/m33

Beton

Beton 24 24 KN/mKN/m33

Aspal

Aspal Anti Anti Air Air 11 KN/m11 KN/m33 Ballast

Ballast Gravel Gravel atau atau Batu Batu Pecah Pecah 19 19 KN/mKN/m33

6.3 Beban Hidup

6.3 Beban Hidup

Beban kereta yang akan digunakan sebagai beban hidup adalah 100% RM 1921, Beban kereta yang akan digunakan sebagai beban hidup adalah 100% RM 1921, sebagaimana tertera pada tabel di bawah. Lihat

sebagaimana tertera pada tabel di bawah. Lihat  Lampiran  Lampiran D2D2  untuk mengetahui  untuk mengetahui  perbandingan

 perbandingan dengan dengan beban beban kereta kereta lainnya. lainnya. Perhitungan Perhitungan menunjukkan menunjukkan bahwa bahwa biasanyabiasanya 100% RM 1921 merupakan beban yang paling membahayakan.

100% RM 1921 merupakan beban yang paling membahayakan.

Tabel 6.3-1 Skema Pembebanan RM Tabel 6.3-1 Skema Pembebanan RM 19211921

JUMLAH

JUMLAH GANDAR GANDAR SKEMA SKEMA PEMBEBANAN PEMBEBANAN 100% 100% RM RM 19211921

1 GANDAR 1 GANDAR 2 GANDAR 2 GANDAR 3 GANDAR 3 GANDAR 4 ATAU 5 GANDAR 4 ATAU 5 GANDAR 6 ATAU 7 GANDAR 6 ATAU 7 GANDAR

(14)

MENGGUNAKA

MENGGUNAKAN N GERBONGGERBONG DENGAN NILAI TIDAK

DENGAN NILAI TIDAK TERTENTU

TERTENTU

Beban Total = 24 ton atau 5 ton/m Beban Total = 24 ton atau 5 ton/m11 > 8 GANDAR

> 8 GANDAR

Beban Total 168 ton atau 8.75 ton/m Beban Total 168 ton atau 8.75 ton/m11

6.4 Beban Kejut

6.4 Beban Kejut

Beban kejut diperoleh dengan mengalikan faktor

Beban kejut diperoleh dengan mengalikan faktor i i  terhadap beban kereta. terhadap beban kereta. Perhitungan paling sederhana untuk faktor

Perhitungan paling sederhana untuk faktor i i  adalah dengan menggunakan rumus sebagai adalah dengan menggunakan rumus sebagai  berikut, lihat

 berikut, lihat Lampiran D3 Lampiran D3 untuk perbandingan dengan peraturan lainnya. untuk perbandingan dengan peraturan lainnya.

a.

a. untuk untuk rel rel pada pada alas alas balasbalas

 L  L ii + + + + = = 50 50 5 5 .. 22 22 1 1 .. 0 0    (6.4-1)(6.4-1)  b.

 b. untuk untuk rel pada rel pada Perletakan kayuPerletakan kayu

 L  L ii + + + + = = 50 50 25 25 2 2 .. 0 0    (6.4-2)(6.4-2) c.

c. untuk untuk rel secara langrel secara langsung psung pada bajaada baja

 L  L ii + + + + = = 50 50 25 25 3 3 .. 0 0    (6.4-3)(6.4-3) dimana

dimana ii = faktor kejut,= faktor kejut,  L L = panjang bentang (m) = panjang bentang (m)

6.5 Beban Horisontal

6.5 Beban Horisontal

6.5.1 Beban Sentrifugal

6.5.1 Beban Sentrifugal

Beban sentrifugal diperoleh dengan mengalikan faktor

Beban sentrifugal diperoleh dengan mengalikan faktor aa terhadap beban kereta. Bebanterhadap beban kereta. Beban  bekerja pada pusat gaya berat kereta pada arah tegak lurus rel secara horisontal.

 bekerja pada pusat gaya berat kereta pada arah tegak lurus rel secara horisontal.

 R  R V  V  127 127 2 2 = = α  α     (6.5.1-1)(6.5.1-1)

(15)

dimana:

dimana: α α  : : Koefisien Koefisien Beban Beban SentrifugalSentrifugal

V

V : : Kecepatan Kecepatan maksimum maksimum kereta kereta pada pada tikungan tikungan (km/jam)(km/jam) R

R : : Radius Radius tikungan tikungan (m)(m) Lihat

Lihat Lampiran D4 Lampiran D4 untuk rincian lebih lanjut. untuk rincian lebih lanjut.

6.5.2

6.5.2 Beban

Beban Lateral

Lateral Kereta

Kereta

Beban lateral kereta adalah sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 6.5.2-1. Beban Beban lateral kereta adalah sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 6.5.2-1. Beban  bekerja

 bekerja pada pada bagian bagian atas atas dan dan tegak tegak lurus lurus arah arah rel, rel, secara secara horizontal. horizontal. Besaran Besaran adalahadalah 15% atau 20% dari beban gandar untuk masing-masing lokomotif atau kereta 15% atau 20% dari beban gandar untuk masing-masing lokomotif atau kereta listrik/diesel. listrik/diesel. 1.2 m 1.2 m 2.4 m2.4 m 1.2 m1.2 m L LR R  LLR R  LLR R  LLRR L

LR R  = Beban Lateral Kereta = Beban Lateral Kereta

Gambar 6.5.2-1 Beban Lateral Gambar 6.5.2-1 Beban Lateral

6.5.3 Beban Pengereman dan Traksi

6.5.3 Beban Pengereman dan Traksi

Beban Pengereman dan

Beban Pengereman dan Traksi masing-masing adalah Traksi masing-masing adalah 25% dari beban 25% dari beban kereta, kereta, bekerjabekerja  pada pusat gaya berat kereta ke arah rel (secara longitudinal).

 pada pusat gaya berat kereta ke arah rel (secara longitudinal).

6.5.4 Beban Rel Panjang Longitudinal

6.5.4 Beban Rel Panjang Longitudinal

Beban rel panjang longitudinal pada

(16)

6.6 Beban Angin

6.6 Beban Angin

Beban angin bekerja tegak lurus rel, secara horisontal, tipikal nilainya adalah; Beban angin bekerja tegak lurus rel, secara horisontal, tipikal nilainya adalah; a.

a. 3.0 kN/m3.0 kN/m22  pada areal proyeksi vertikal jembatan tanpa kereta di atasnya. Namun  pada areal proyeksi vertikal jembatan tanpa kereta di atasnya. Namun demikian, 2.0 kN/m

demikian, 2.0 kN/m2,2, pada  pada areal areal proyeksi proyeksi rangka rangka batang batang pada pada arah arah datangnya datangnya angin,angin, tidak termasuk areal sistem lantai.

tidak termasuk areal sistem lantai.  b.

 b. 1.5 kN/m1.5 kN/m22 pada areal kereta dan jembatan, dengan kereta di atasnya, pengecualian 1.2 pada areal kereta dan jembatan, dengan kereta di atasnya, pengecualian 1.2 kN/m

kN/m22  untuk jembatan selain gelagar dek/rasuk atau jembatan komposit, sedangkan  untuk jembatan selain gelagar dek/rasuk atau jembatan komposit, sedangkan 0.8 kN/m

0.8 kN/m22 untuk areal proyeksi rangka batang pada arah datangnya angin. untuk areal proyeksi rangka batang pada arah datangnya angin.

Untuk penjelasan tentang jembatan rangka batang dengan bentang 80 m atau kurang, lihat Untuk penjelasan tentang jembatan rangka batang dengan bentang 80 m atau kurang, lihat  Lampiran D5

 Lampiran D5..

6.7 Beban Gempa

6.7 Beban Gempa

Metode paling sederhana untuk menganalisa beban gempa adalah metode pergeseran Metode paling sederhana untuk menganalisa beban gempa adalah metode pergeseran dasar (atau metoda koefiesien gempa), di mana beban ditetapkan sebagai berikut:

dasar (atau metoda koefiesien gempa), di mana beban ditetapkan sebagai berikut:  K 

 K hh = K  = K r r  K K vv = 0.5 K  = 0.5 K hh   (6.7-1)(6.7-1) di mana:

di mana:  K 

 K hh == Koefisien gempa horisontalKoefisien gempa horisontal  K 

 K vv == Koefisien gempa vertikalKoefisien gempa vertikal  K 

 K r r  == Koefisien respons gempaKoefisien respons gempa Untuk informasi lebih lanjut, lihat

(17)

7. Keadaan Batas

7. Keadaan Batas

7.1 Konsep Dasar Desain Keadaan Batas

7.1 Konsep Dasar Desain Keadaan Batas

Kekuatan dan Kekakuan dari struktur jembatan baja dan komposit pada metode Desain Kekuatan dan Kekakuan dari struktur jembatan baja dan komposit pada metode Desain Keadaan Batas harus didesain dan dinilai berdasarkan tiga keadaan batas yaitu: Keadaan Keadaan Batas harus didesain dan dinilai berdasarkan tiga keadaan batas yaitu: Keadaan Batas Ultimate; Keadaan Batas Layanan dan Keadaan Batas Fatik.

Batas Ultimate; Keadaan Batas Layanan dan Keadaan Batas Fatik.

7.2

7.2 Keadaan

Keadaan Batas

Batas Ultimate

Ultimate

(1)

(1) Keadaan Keadaan Batas Batas Ultimate Ultimate adalah adalah kekuatan kekuatan tertinggi tertinggi struktur struktur dan dan komponennya komponennya untukuntuk menahan tingkat terbesar pembebanan eksternal. Keadaan Batas Ultimate tersebut menahan tingkat terbesar pembebanan eksternal. Keadaan Batas Ultimate tersebut harus dihitung dengan menggunakan faktor bahan

harus dihitung dengan menggunakan faktor bahan γγ, pada setiap bagian struktur,, pada setiap bagian struktur, sedangkan selanjutnya adalah kombinasi pembebanan, masing-masing (

sedangkan selanjutnya adalah kombinasi pembebanan, masing-masing (ii) dikalikan) dikalikan dengan faktor beban,

dengan faktor beban, ψψ. Keadaan tersebut dinyatakan dalam rumus matematika. Keadaan tersebut dinyatakan dalam rumus matematika sebagai berikut; sebagai berikut; ii ii n n  L L S  S  .. ). ). // 1 1 (( γ  γ   ≥≥    (7.2-1)(7.2-1) dimana:

dimana: γγ = faktor = faktor materialmaterial Sn

Sn = = kekuatan kekuatan nominalnominal  L

 Lii = = masing-masing masing-masing beban beban yang yang digunakandigunakan

ψ 

ψ ii = = faktor faktor bebanbeban n

n = = bagian struktur bagian struktur yang dyang dimaksudimaksud i

i == nomor identifikasi untuk masing-masing bebannomor identifikasi untuk masing-masing beban (2)

(2) Faktor Faktor beban beban untuk untuk tipikal tipikal kombinasi kombinasi pembebanan, pembebanan, seperti seperti yang yang tercantum tercantum padapada Tabel 7.2-1

(18)

Table 7.2-1 Faktor Beban Table 7.2-1 Faktor Beban

Faktor Faktor Beban

Beban Tetap Tetap Beban Beban TransienTransien

No No Kombinasi Kombinasi Pembebanan Pembebanan D D LL I I CC (Lxi) (Lx (Lxi) (Lxαα)) LLR R  LLFF B B WW11 WW22 EE 1 1 1.0 1.0 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.01.0 2 2 1.0 1.0 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.0 1.0 1.01.0 1.01.0 3 3 1.0 1.0 1.1 1.1 1.0 1.0 1.01.0 1.01.0 4 4 1.0 1.0 1.21.2 5 5 1.0 1.0 1.11.1 6 6 1.11.1 1.01.0 7 7 1.11.1 1.01.0 8 8 1.0 1.0 1.0 1.0 1.01.0 1.01.0 9 9 1.01.0 10 10 1.0 1.0 1.0 1.0 1.01.0 dimana

dimana : : D D = = Beban Beban Mati Mati L L = = Beban Beban HidupHidup I

I = = (L (L x x i) i) = = Beban Beban Kejut Kejut C C = = (L (L xx αα) = Beban Centrifugal) = Beban Centrifugal L

LR R  = Beban = Beban Rel Rel Panjang Panjang Longitudinal Longitudinal LLFF = Beban Lateral= Beban Lateral B

B = = Beban Beban Pengereman Pengereman dan dan Traksi Traksi W1 W1 = = Beban Beban Angin Angin (Tanpa (Tanpa Kereta)Kereta) W

W22 = = Beban Beban Angin Angin (Dengan (Dengan Kereta) Kereta) E E = = Beban Beban GempaGempa (3)

(3) Faktor Faktor bahan bahan untuk untuk tipikal tipikal Keadaan Keadaan tegangan tegangan diuraikan diuraikan pada pada Tabel Tabel 7.2-27.2-2 Tabel 7.2-2 Faktor Bahan

Tabel 7.2-2 Faktor Bahan Bahan

Bahan Keadaan TeganganKeadaan Tegangan γγ

Tarik 1.05 Tarik 1.05 Geser 1.05 Geser 1.05 Lentur 1.05 Lentur 1.05 400 Baja 400 Baja (seperti BJ 36) (seperti BJ 36) Tekan 1.05 Tekan 1.05 Tarik 1.15 Tarik 1.15 500 Baja 500 Baja

(19)

Catatan:

Catatan: Logam Logam las las pada pada bagian bagian struktur struktur yang yang dimaksud dimaksud diberlakukan diberlakukan faktor faktor bahan bahan yang yang sama.sama.

7.3 Keadaan Batas Layanan

7.3 Keadaan Batas Layanan

(1)

(1) Struktur dan Struktur dan komponen komponen terkait harus dterkait harus didesain untuk idesain untuk keadaan batas keadaan batas layanan denganlayanan dengan mengendalikan atau membatasi besar defleksi.

mengendalikan atau membatasi besar defleksi. (2)

(2) Defleksi balok Defleksi balok harus ditetapkan harus ditetapkan dengan batasan dengan batasan yang sesuai. yang sesuai. Defleksi balok Defleksi balok akibatakibat  beban mati dan beban hidup pad

 beban mati dan beban hidup pada dasarnya tidak boleh melampui sebagai berikut:a dasarnya tidak boleh melampui sebagai berikut:

Tabel 7.3-1 Tipikal Batas Defleksi Tabel 7.3-1 Tipikal Batas Defleksi

Gelagar

Gelagar Rangka Rangka BatangBatang Jenis Jenis Kereta Kereta L L (m) (m) 0< 0< L<L< 50 50 L > 50 L > 50 Seluruh Bentang Seluruh Bentang Lokomotif Lokomotif L/800 L/800 L/700L/700 V V < < 100 100 L/700L/700 Kereta Kereta Listrik Listrik dan/atau dan/atau kereta kereta diesel diesel V V (km/ h) (km/ h) 100 < V < 130 100 < V < 130 130 < V < 160 130 < V < 160 L/800 L/800 L/1100 L/1100 L/700 L/700 L/1000 L/1000 L/900 L/900 dimana:

dimana: V V = = kecepatan kecepatan kereta kereta (km/jam) (km/jam) , , L L = = panjang panjang bentang bentang (m)(m)

7.4 Keadaan Batas Fatik

7.4 Keadaan Batas Fatik

7.4.1 Umum

7.4.1 Umum

(1)

(1) Kekuatan Fatik pada setiap bagian struktur, bagian komponen dan sambunganKekuatan Fatik pada setiap bagian struktur, bagian komponen dan sambungan harus dinilai dengan batas fatik seperti dibawah ini.

harus dinilai dengan batas fatik seperti dibawah ini. (2)

(2) Apabila prosedur penilaian kerusakan diperlukan (seperti apabila batas fatikApabila prosedur penilaian kerusakan diperlukan (seperti apabila batas fatik sedikit terlampaui), selanjutnya lihat acuan peraturan praktis untuk negara Jepang sedikit terlampaui), selanjutnya lihat acuan peraturan praktis untuk negara Jepang

(20)

7.4.2 Desain Batas Fatik

7.4.2 Desain Batas Fatik

(1)

(1) Batas fatik Batas fatik diuraikan diuraikan seperti pada seperti pada Tabel 7.Tabel 7.4.2-1, 4.2-1, tingkat tegangtingkat tegangan an baja baja berbedaberbeda  berdasarkan rincian konfigurasi dari Desain

 berdasarkan rincian konfigurasi dari Desain (Gambar 7.4.2-1)(Gambar 7.4.2-1)

Tabel 7.4.2-1 Batas Fatik Tabel 7.4.2-1 Batas Fatik Tingkat

Tingkat Konfigurasi Konfigurasi Kisaran Kisaran Tekanan Tekanan (Batas (Batas Fatik)Fatik)

Δσ ΔσRR(N/mm(N/mm22)) A 190 A 190 B 155 B 155 C 115 C 115 D 84 D 84 E 62 E 62 F 46 F 46 G 32 G 32 (2)

(2) Kombinasi pembebanan dan faktor beban adalah sebagaimana ditunjukkanKombinasi pembebanan dan faktor beban adalah sebagaimana ditunjukkan sebagai berikut:

sebagai berikut: Beban

Beban = = D D + + 1.1 1.1 · · L L + + 1.1 1.1 · · I I + + 1.1 1.1 · · C C (7.4.2-1)(7.4.2-1) dimana, berdasarkan bahasan 7.2.2)

dimana, berdasarkan bahasan 7.2.2) D

D = = Beban Beban MatiMati L

L = = Beban Beban Hidup Hidup (Beban (Beban Kereta)Kereta) I

I = = Beban Beban KejutKejut C

C = = Beban Beban SentrifugalSentrifugal

dan Koefisien adalah faktor beban dan Koefisien adalah faktor beban (3)

(3) Persamaan Persamaan harus harus memenuhimemenuhi

1 1 //ΔΔ ≤≤ Δ Δσ σ  σ σ  R R    (7.4.2-2)(7.4.2-2) dimana:

dimana: ΔσΔσdd adalah adalah kisaran kisaran tegangan tegangan maksimum maksimum pada pada analisa analisa DesainDesain Δσ

(21)

E E E E C C E E*2*2 *2 *2 F F *2 *2 G G G G*1*1 B B *1 *1 D D  A   A  B B C C C C C C EE*2*2 *1 *1 E E F F*1*1 G G d d rr rr seats seats cover plate cover plate C C E E D

D*1*1 adalah B apabila perkuatan dengan permukaan yang halus adalah B apabila perkuatan dengan permukaan yang halus E

E*1*1adalah D apabila r/d > 1/3adalah D apabila r/d > 1/3 E

E*2*2 adalah D apabila kaki las mempunyai permukaan yang halusadalah D apabila kaki las mempunyai permukaan yang halus F

F*1*1adalah E apabila kaki las mempunyai permukaan yang halusadalah E apabila kaki las mempunyai permukaan yang halus F

F*2*2adalah D apabila kaki las mempunyai permukaan yang halusadalah D apabila kaki las mempunyai permukaan yang halus G

(22)

7.5 Desain Tegangan Izin

7.5 Desain Tegangan Izin

Desain dengan Tegangan Izin, kekuatan jembatan baja dan komposit harus didesain dan Desain dengan Tegangan Izin, kekuatan jembatan baja dan komposit harus didesain dan dievaluasi sehingga bagian struktur tidak melampaui tegangan izinnya. Beban yang dievaluasi sehingga bagian struktur tidak melampaui tegangan izinnya. Beban yang  bekerja tidak

 bekerja tidak dimodifikasi, karena tidimodifikasi, karena tidak ada konsep fadak ada konsep faktor beban. Desain ktor beban. Desain kekuatan kekuatan bahanbahan harus dibagi dengan Faktor Keamanan, yang memberi cadangan pada kekuatan dasar. harus dibagi dengan Faktor Keamanan, yang memberi cadangan pada kekuatan dasar. Kekakuan dihitung berdasarkan metode elastis pada analisa struktur,

Kekakuan dihitung berdasarkan metode elastis pada analisa struktur,

sebagaimana dilakukan pada Desain Keadaaan Batas, juga didalam perhitungan defleksi. sebagaimana dilakukan pada Desain Keadaaan Batas, juga didalam perhitungan defleksi. Tegangan izin areal rentan fatik harus ditetapkan secara khusus dengan menggunakan Tegangan izin areal rentan fatik harus ditetapkan secara khusus dengan menggunakan  peningkatan

 peningkatan besar besar faktor faktor keamanan. keamanan. Sebagai Sebagai referensi referensi harus harus dibuat dibuat Spesifikasi Spesifikasi DesainDesain Tegangan Izin, seperti AREMA untuk standar detail pada desain praktis fatik.

(23)

8. Bahan

8. Bahan

8.1 Baja struktur

8.1 Baja struktur

8.1.1 Sifat Fisik

8.1.1 Sifat Fisik

Modulus

Modulus Elastisitas Elastisitas : : E E = = 2.10 2.10 x x 101055 MPa MPa Modulus

Modulus Geser Geser : : G G = = 81 81 x x 101033 MPa MPa Rasio

Rasio Poisson Poisson : : v v = = 0.300.30 Koefisien

Koefisien Pemuaian Pemuaian Panas Panas : 12 : 12 x x 1010-6-6 per °C per °C

8.1.2 Kekuatan Dasar

8.1.2 Kekuatan Dasar

Kekuatan Dasar bahan baja struktur adalah Tegangan Leleh sebagaimana disebutkan Kekuatan Dasar bahan baja struktur adalah Tegangan Leleh sebagaimana disebutkan di dalam standar yang relevan seperti SNI atau sejenis.

di dalam standar yang relevan seperti SNI atau sejenis.  Lampiran  Lampiran D8D8  menjelaskan  menjelaskan  perbandingan

 perbandingan dengan dengan standar standar lain lain dan dan menjelaskan menjelaskan hubungannya hubungannya dengan dengan nilainilai kekuatan yang timbul.

kekuatan yang timbul.

8.1.3 Kekuatan Desain

8.1.3 Kekuatan Desain

Kekuatan Desain Bahan berdasarkan Tegangan Leleh,

Kekuatan Desain Bahan berdasarkan Tegangan Leleh,  f  f  y y adalah sebagai berikut: adalah sebagai berikut:

a.

a. Kekuatan tarik Kekuatan tarik :: σ σ tutu == f  f  y y   (8.1.3-1)(8.1.3-1)

 b.

 b. Kekuatan tekan tergantung pada rasio kelangsinganKekuatan tekan tergantung pada rasio kelangsingan l/r l/r   dari komponen yang  dari komponen yang dimaksud, lihat

dimaksud, lihat Lampiran D8Lampiran D8..

c.

c. Kekuatan geser :Kekuatan geser :

3 3  y  y  y  y  f   f  = = τ  τ     (8.1.3-2)(8.1.3-2)

(24)

8.2 Bahan untuk Sambungan

8.2 Bahan untuk Sambungan

8.2.1 Baut Biasa (Ordinary Bolt)

8.2.1 Baut Biasa (Ordinary Bolt)

Sifat mekanis baut biasa harus ditetapkan berdasarkan tingkat kekuatan sebagaimana Sifat mekanis baut biasa harus ditetapkan berdasarkan tingkat kekuatan sebagaimana disyaratkan masing-masing pada standar nasional/internasional yang ada.

disyaratkan masing-masing pada standar nasional/internasional yang ada.

8.2.2 Baut Berkekuatan Tinggi

8.2.2 Baut Berkekuatan Tinggi

Sifat mekanis dan tingkat kekuatan Baut Berkekuatan Tinggi adalah sebagaimana Sifat mekanis dan tingkat kekuatan Baut Berkekuatan Tinggi adalah sebagaimana ditetapkan pada negara pemasok, seperti;

ditetapkan pada negara pemasok, seperti;

Amerika

Amerika (USA) (USA) ASTM A ASTM A 325, 325, dlldll Jepang

Jepang JIS, JIS, F8T, F8T, dlldll

Inggris

Inggris (Eropa) (Eropa) BS BS Tingkat Tingkat 8.8, 8.8, dlldll

8.2.3 Sambungan Las

8.2.3 Sambungan Las

Kekuatan Dasar logam las harus setara dengan bahan utama, dengan ketentuan bahwa Kekuatan Dasar logam las harus setara dengan bahan utama, dengan ketentuan bahwa  berdasarkan

 berdasarkan sifat sifat metalurgi metalurgi cukup cukup digunakan digunakan sebagai sebagai bahan bahan las las ( ( electroda).electroda). Pemilihan elektroda menurut

Pemilihan elektroda menurut Lampiran C2 Lampiran C2..

8.2.4 Sambungan Paku Keling

8.2.4 Sambungan Paku Keling

Meskipun sambungan paku keling merupakan desain praktis yang telah ketinggalan Meskipun sambungan paku keling merupakan desain praktis yang telah ketinggalan  jaman,

 jaman, secara secara khusus khusus apabila apabila diperlukan, diperlukan, digunakan digunakan aturan aturan nasional nasional atau atau nasionalnasional yang relevan.

(25)

9. Komponen

9. Komponen

9.1 Komponen Struktur

9.1 Komponen Struktur

9.1.1 Rasio Kelangsingan Komponen

9.1.1 Rasio Kelangsingan Komponen

Pedoman umum rasio kelangsingan (

Pedoman umum rasio kelangsingan (l/r l/r ) komponen harus kurang dari:) komponen harus kurang dari: 100

100 untuk untuk komponen komponen tekan tekan utamautama 120

120 untuk untuk tahanan tahanan angin angin dan dan sway sway bracing bracing pada pada komponen komponen tekantekan 140 untuk

140 untuk lacing lacing tunggaltunggal 200

200 untuk untuk lacing lacing ganda ganda dan dan komponen komponen tariktarik

9.1.2 Ukuran Minimum Bahan

9.1.2 Ukuran Minimum Bahan

(1)

(1) Ketebalan minimum elemen pelat adalah sebagai berikut:Ketebalan minimum elemen pelat adalah sebagai berikut:

12mm untu 12mm untu k k tem lantai tem lantai 9mm untu 9mm untu k k

komponen utama, dan komponen utama, dan

8mm untu 8mm untu k k komponen sekunder. komponen sekunder. (2)

(2) Ukuran minimum kaki profil siku aUkuran minimum kaki profil siku adalah 90mm, namun 75 mm untuk penopangdalah 90mm, namun 75 mm untuk penopang rem dan tahanan lateral/sway bracing.

rem dan tahanan lateral/sway bracing.

9.1.3 Tegangan Sekunder

9.1.3 Tegangan Sekunder

Tekanan sekunder yang disebabkan oleh efek berikut ini harus dievaluasi apabila Tekanan sekunder yang disebabkan oleh efek berikut ini harus dievaluasi apabila diperlukan secara khusus.

diperlukan secara khusus.

a.

(26)

e.

e. defleksi komponen akibat berat sendiri (efekdefleksi komponen akibat berat sendiri (efek P –P –ΔΔ))

f.

f. gaya gesek pada Perletakan jembatangaya gesek pada Perletakan jembatan g.

g. getaran komponengetaran komponen h.

h.  penurunan pondasi penurunan pondasi

9.2 Lengkungan lawan lendut (Camber)

9.2 Lengkungan lawan lendut (Camber)

Lengkungan lawan-lendut tidak diperlukan apabila bentang kurang dari 30 meter. Selain Lengkungan lawan-lendut tidak diperlukan apabila bentang kurang dari 30 meter. Selain itu, persyaratan untuk menyeimbangkan defleksi adalah akibat beban

itu, persyaratan untuk menyeimbangkan defleksi adalah akibat beban mati dan satu pertigamati dan satu pertiga atau seperempat beban hidup.

atau seperempat beban hidup.

9.3 Sistem Lantai

9.3 Sistem Lantai

(1)

(1) Untuk membentuk sistem lantai lebih disarankan menggunakan sambungan bautUntuk membentuk sistem lantai lebih disarankan menggunakan sambungan baut (2)

(2) Pada sambungan digunakan pelat pengaku dan siku Pada sambungan digunakan pelat pengaku dan siku dengan penambat bautdengan penambat baut (3)

(3) Panjang siku sedapat mungkin harus cukup untuk memenuhi ketinggian komponenPanjang siku sedapat mungkin harus cukup untuk memenuhi ketinggian komponen sambungan.

sambungan. (4)

(4) Balok lantai harus disambungkan ke balok utama atau rangka batang dengan sudutBalok lantai harus disambungkan ke balok utama atau rangka batang dengan sudut siku-siku.

siku-siku. (5)

(5) Apabila balok memanjang ditempatkan di atas balok lantai (pada atas flensa atas),Apabila balok memanjang ditempatkan di atas balok lantai (pada atas flensa atas), harus didesain tahanan stabilitas yang cukup.

harus didesain tahanan stabilitas yang cukup.

9.4 Bracing

9.4 Bracing

(1)

(1) Sistem lantai harus didesain cukup kaku untuk mengatasi ketidakstabilan lateral.Sistem lantai harus didesain cukup kaku untuk mengatasi ketidakstabilan lateral.

(2)

(27)

(3)

(3) Rangka batang penahan rem untuk menahan gaya rem dan traksi apabilaRangka batang penahan rem untuk menahan gaya rem dan traksi apabila diperlukan

diperlukan harus harus ditempatkan ditempatkan pada pada titik titik tengah tengah balok balok memanjang memanjang tanpatanpa sambungan expansi.

sambungan expansi. (4)

(4) Pada jembatan Pada jembatan rangka dinrangka dinding, ding, kerangka pkerangka portal disarankan ortal disarankan diletakkan undiletakkan untuktuk menahan b

menahan beban lateral eban lateral yang byang bekerja pada ekerja pada batang batang atas rangka atas rangka batang ybatang yangang  berdekatan.

 berdekatan.

9.5 Pelat Gelagar

9.5 Pelat Gelagar

9.5.1 Ketebalan Pelat Badan

9.5.1 Ketebalan Pelat Badan

Rasio

Rasio D/t  D/t  tidak melampaui 170, kecuali apabila digunakan pengaku sesuai. tidak melampaui 170, kecuali apabila digunakan pengaku sesuai. dimana:

dimana:  D D = tinggi bersih pelat = tinggi bersih pelat badanbadan t 

t  = = ketebalan pelat ketebalan pelat badanbadan

9.5.2 Pelat Penutup

9.5.2 Pelat Penutup

Areal penampang lintang pelat penutup tidak boleh melampaui dua kali tebal flens Areal penampang lintang pelat penutup tidak boleh melampaui dua kali tebal flens yang akan ditutup. Panjang las harus sepenuh panjang pelat penutup yang yang akan ditutup. Panjang las harus sepenuh panjang pelat penutup yang disambungnya.

disambungnya.

9.5.3 Pengaku

9.5.3 Pengaku

(1)

(1) Diperlukan Diperlukan untuk untuk memberikan memberikan pengakupengaku a.

a.  pada titik beban terpusat, seperti Perletakan jembatan pada titik beban terpusat, seperti Perletakan jembatan  b.

 b.  pada titik sambung dengan kom pada titik sambung dengan komponen lainnya, seperti balok lantaiponen lainnya, seperti balok lantai

(2)

(2) Ujung Ujung pengaku pengaku harus harus berada berada rapat rapat dengan dengan flensflens

9.5.4 Jarak antara Pengaku Antara

9.5.4 Jarak antara Pengaku Antara

(28)

τ  τ  t  t  d  d  2800== 2800    (9.5.4-1)(9.5.4-1) dimana:

dimana: d d = = jarak jarak antara antara pengaku pengaku (mm)(mm) t

t = = tebal tebal pelat pelat badanbadan τ 

τ = = tegangan tegangan geser geser pelat pelat badan badan antara antara dua dua pengaku pengaku yang yang berdekatanberdekatan dalam kgf/mm

dalam kgf/mm22 atau dalam 1/10 · N/mm atau dalam 1/10 · N/mm22))

9.6 Rangka Batang

9.6 Rangka Batang

9.6.1 Komponen Rangka Batang

9.6.1 Komponen Rangka Batang

(1)

(1) Komponen rangka batang bagian ujung disarankan mempunyai penampangKomponen rangka batang bagian ujung disarankan mempunyai penampang kotak.

kotak.

(2)

(2) Penampang melintang tipikal komponen rangka sebagaimana ditunjukkan padaPenampang melintang tipikal komponen rangka sebagaimana ditunjukkan pada Gbr. 9.6.1-1 harus memenuhi

Gbr. 9.6.1-1 harus memenuhi γ  γ   y y 〉〉 γ  γ   x x

X (transversal) X (transversal) λ λ = L /r = L /r  A  A  I   I  r  r == Dimana ;

Dimana ; λ λ  = rasio kelangsingan = rasio kelangsingan L

L = p= panjang kanjang komponenomponen I

I = = momen momen inersiainersia A =

A = luluas as enenamam an an mmelelinintatann Y (arah rel)

Y (arah rel)

Gambar 9.6.1-1 Tipikal penampang melintang komponen batang Gambar 9.6.1-1 Tipikal penampang melintang komponen batang

9.6.2 Pelat buhul sambungan

9.6.2 Pelat buhul sambungan

(29)

b b  P   P  t  t == 22..22 (9.6.2-1) (9.6.2-1) ,, atau 11mm, mana yang lebih besar

atau 11mm, mana yang lebih besar dimana:

dimana: t t = = tebal tebal pelat pelat buhulbuhul P

P = = gaya gaya aksial aksial maksimum maksimum yang yang dipikul dipikul oleh oleh komponen komponen (kN)(kN)  b =

 b = lebar elemen komponen yang disambulebar elemen komponen yang disambung ke pelat buhul (mm)ng ke pelat buhul (mm)

9.6.3 Diafragma

9.6.3 Diafragma

Diafragma dengan penampang boks diperlukan pada titik buhul , sambungan bidang Diafragma dengan penampang boks diperlukan pada titik buhul , sambungan bidang dan tempat lain yang memikul beban terpusat. Diafragma pada sambungan bidang dan tempat lain yang memikul beban terpusat. Diafragma pada sambungan bidang disarankan dilas dan rapat udara, untuk mencegah karat pada bagian dalamnya.

(30)

10. Sambungan

10. Sambungan

10.1 Desain Sambungan

10.1 Desain Sambungan

Setiap elemen (pelat penyambung, pelat buhul, pelat pendukung, pelat penyambung, dll) Setiap elemen (pelat penyambung, pelat buhul, pelat pendukung, pelat penyambung, dll) dan penyambung (baut, pen, dan las) pada sambungan harus didesain sehingga struktur dan penyambung (baut, pen, dan las) pada sambungan harus didesain sehingga struktur mampu menahan seluruh gaya yang bekerja (desain beban terfaktor). Kekuatan rencana mampu menahan seluruh gaya yang bekerja (desain beban terfaktor). Kekuatan rencana setiap elemen tidak kurang dari p

setiap elemen tidak kurang dari perhitungan pengaruh erhitungan pengaruh gaya yang gaya yang bekerja.bekerja.

Sambungan dan areal yang berdekatan suatu komponen harus didesain dengan Sambungan dan areal yang berdekatan suatu komponen harus didesain dengan mendistribusikan pengaruh aksi rencana sesuai dengan persyaratan di bawah ini:

mendistribusikan pengaruh aksi rencana sesuai dengan persyaratan di bawah ini: a.

a. Efek aksi rencana yang didistribusikan berada dalam keseimbangan dengan pengaruhEfek aksi rencana yang didistribusikan berada dalam keseimbangan dengan pengaruh aksi rencana yang bekerja pada sambungan.

aksi rencana yang bekerja pada sambungan.  b.

 b. Deformasi pada sambungan berada dalam kapasitas deformasi elemen sambungan.Deformasi pada sambungan berada dalam kapasitas deformasi elemen sambungan. a.

a. Seluruh elemen sambungan dan areal Seluruh elemen sambungan dan areal komponen yang berdekatan mampu menahankomponen yang berdekatan mampu menahan  b.

 b. Luas bersih komponen tekan adalah sama dengan luas kotor.Luas bersih komponen tekan adalah sama dengan luas kotor. c.

c. Luas kotor dLuas kotor digunakan untuk igunakan untuk menghitung defleksi menghitung defleksi struktur. efek aksi struktur. efek aksi rencana yangrencana yang  bekerja

 bekerja d.

d. Elemen sambungan harus tetap Elemen sambungan harus tetap stabil akibat pengaruh aksi stabil akibat pengaruh aksi dan deformasi rencana.dan deformasi rencana.

10.2 Sambungan Baut

10.2 Sambungan Baut

10.2.1 Luas Bersih

10.2.1 Luas Bersih

(1)

(1) Luas bersih komponen tarik adalah luas kotor (luas seluruh penampangLuas bersih komponen tarik adalah luas kotor (luas seluruh penampang melintang) dikurangi dengan luas lubang (diameter dikalikan dengan tebal). melintang) dikurangi dengan luas lubang (diameter dikalikan dengan tebal).  Lampiran D9

 Lampiran D9 menunjukkan rincian  menunjukkan rincian perhitungan luas bersih, perhitungan luas bersih, ukuran lubang ukuran lubang dandan  jarak antara lubang baut.

 jarak antara lubang baut. (2)

(2) Luas bersih komponen tekan adalah sama dengan luas kotor.Luas bersih komponen tekan adalah sama dengan luas kotor. (3)

(31)

10.2.2 Jarak antara Lubang Baut

10.2.2 Jarak antara Lubang Baut

(1)

(1) Pitch adalah jarak longitudinal dan gage adalah jarak horisontal antara lubang.Pitch adalah jarak longitudinal dan gage adalah jarak horisontal antara lubang. Definisi ini juga digunakan pada saat membahas toleransi jarak.

Definisi ini juga digunakan pada saat membahas toleransi jarak. (2)

(2) Jarak minimum harus cukup besar untuk menyisakan ruang untuk alatJarak minimum harus cukup besar untuk menyisakan ruang untuk alat  pengencang.

 pengencang. (3)

(3) Jarak ujung harus cukup besar untuk menahan gaya geser yang bekerja padaJarak ujung harus cukup besar untuk menahan gaya geser yang bekerja pada akhir kelompok baut.

akhir kelompok baut. (4)

(4) Pembesaran lubang atau sedikit bercelah, apabila diperlukan harus denganPembesaran lubang atau sedikit bercelah, apabila diperlukan harus dengan  persetujuan

 persetujuan ahli ahli teknik, teknik, perlu perlu cincin cincin penutup penutup yang yang dipasang dipasang di di kedua kedua atasatas lubang di bawah kepala baut dan mur.

lubang di bawah kepala baut dan mur.

10.3 Sambungan Las

10.3 Sambungan Las

10.3.1 Tipe Las

10.3.1 Tipe Las

Dua

Dua tipe las tipe las seperti (a) seperti (a) las tumpulas tumpul, (b) l, (b) las sudut, las sudut, harus mharus menutup enutup struktur las struktur las bajabaja sebagaimana ditetapkan di dalam peraturan ini.

sebagaimana ditetapkan di dalam peraturan ini.

10.3.2 Las Tumpul

10.3.2 Las Tumpul

Peraliham ketebalan dan lebar elemen pelat yang dilas harus didesain dengan Peraliham ketebalan dan lebar elemen pelat yang dilas harus didesain dengan konfigurasi sehingga tidak menggangu pemindahan beban dan tidak menimbulkan konfigurasi sehingga tidak menggangu pemindahan beban dan tidak menimbulkan konsentrasi tegangan.

konsentrasi tegangan.  Lampiran  Lampiran DD  10 secara awal dapat digunakan sebagai rujukan  10 secara awal dapat digunakan sebagai rujukan untuk bagian peralihan sambungan las secara proporsional

untuk bagian peralihan sambungan las secara proporsional

10.3.3 Las Sudut

10.3.3 Las Sudut

(1)

(1) Las sudut yang menahan gaya tarik tidak sejajar dengan sumbu las, atau yangLas sudut yang menahan gaya tarik tidak sejajar dengan sumbu las, atau yang menahan tegangan secara berulang tidak diperbolehkan berakhir di bagian sudut menahan tegangan secara berulang tidak diperbolehkan berakhir di bagian sudut komponen, namun harus memutar secara menerus, ukuran penuh, di sekitar komponen, namun harus memutar secara menerus, ukuran penuh, di sekitar sudut dengan panjang sama dengandua kali ukuran las di mana pembalikan sudut dengan panjang sama dengandua kali ukuran las di mana pembalikan

(32)

Las Balik Akhir Las Balik Akhir (Las Boksing) (Las Boksing)

Gambar 10.3.3-1 Las Balik Akhir Gambar 10.3.3-1 Las Balik Akhir (2)

(2) Las sudut pada lubang Las sudut pada lubang atau celah dengan persetujuan Ahli Teknik dapatatau celah dengan persetujuan Ahli Teknik dapat digunakan untuk

digunakan untuk menyalurkan gaya geser pmenyalurkan gaya geser pada ada sambungan yang sambungan yang tumpang tindihtumpang tindih atau untuk mencegah bukling atau pemisahan bagian yang tumpang tindih. Las atau untuk mencegah bukling atau pemisahan bagian yang tumpang tindih. Las sudut pada lubang atau celah tidak boleh tumpang tindih.

(33)

11. Perletakan

11. Perletakan

11.1 Jenis Perletakan

11.1 Jenis Perletakan

Perletakan jembatan harus didesain sedemikian rupa untuk menyebarkan gaya reaksi Perletakan jembatan harus didesain sedemikian rupa untuk menyebarkan gaya reaksi secara merata sedapat mungkin pada permukaan atas (Perletakan) pada struktur bawah, secara merata sedapat mungkin pada permukaan atas (Perletakan) pada struktur bawah, dan dapat menahan beban longitudinal dan lateral. Apabila terdapat gaya angkat, dan dapat menahan beban longitudinal dan lateral. Apabila terdapat gaya angkat,  perletakan harus dapat menahannya dengan baik.

 perletakan harus dapat menahannya dengan baik. Tipikal Jenis Perletakan:

Tipikal Jenis Perletakan: Perletakan

Perletakan luncur luncur untuk untuk jembatan jembatan gelagar gelagar dengan dengan bentang bentang < < 40m,40m, Perletakan

Perletakan rollerroller atauatau rocker rocker  untuk untuk jembatan jembatan gelagar gelagar dengan dengan bentang bentang > > 40m,40m, Perletakan

Perletakan roller roller  atau atau rocker rocker  untuk untuk jembatan jembatan rangka,rangka,

11.2 Perletakan Ekspansi

11.2 Perletakan Ekspansi

(1)

(1) Tabel 11.2-1 Tabel 11.2-1 menunjukkan menunjukkan tipikal nilai kapasitas berbagai tipikal nilai kapasitas berbagai perletakan ekspansi.perletakan ekspansi.

Tabel 11.2-1 Kapasitas

Tabel 11.2-1 Kapasitas Perletakan EkspansiPerletakan Ekspansi

Bahan Bahan Perletakan

Perletakan Baja Baja Besi Besi Tuang Tuang Logam Logam TembagaTembaga

l (m) l (m) Jenis struktur Jenis struktur l<8 8 l<8 8≤ ≤ l<35 l<35 l l ≥ ≥ 35 35 88≤ ≤ l<35l<35 l l ≥ ≥ 3535 Bentang Bentang Tunggal

Tunggal Setiap RSetiap R R R ≤≤2000 kN 2000 kN  --  R>2000 kN R>2000 kN Bentang Bentang menerus menerus - - R R ≤≤2000 kN 2000 kN  R R ≤≤1000 kN 1000 kN   R>100  R>100 0 kN  0 kN   R>2000 kN   R>2000 kN  (2)

(34)

Tabel 11.2-2 Koefisien

Tabel 11.2-2 Koefisien Gesekan PerletakanGesekan Perletakan Tipe

Tipe Perletakan Perletakan Koefisien Koefisien Gesek Gesek  Baja

Baja terhadap terhadap baja baja 0.250.25 Baja

Baja terhadap terhadap besi besi cor cor 0.200.20 Perletakan Luncur

Perletakan Luncur

Baja terhadap logam Baja terhadap logam tembaga

tembaga

0.10 0.10 Perletakan

Perletakan Roller Roller atau atau rocker rocker 0.100.10

11.3 Standar Dimensi Praktis Untuk Perletakan

11.3 Standar Dimensi Praktis Untuk Perletakan

(1)

(1) Contoh Nilai NumerikContoh Nilai Numerik

a.

a. ketebalan ketebalan pelat pelat tapak/alas tapak/alas > > 22mm22mm  b.

 b. ketebalan ketebalan bagian bagian baja baja tuang tuang > > 25mm25mm ketebalan bagian besi tuang

ketebalan bagian besi tuang

ketinggian pelat tulangan badan, lihat

ketinggian pelat tulangan badan, lihat gbr 11.3-1gbr 11.3-1

> 35mm > 35mm < 150mm < 150mm c.

c. ketebalan ketebalan pelat pelat perletakan perletakan logam logam tembaga tembaga > > 25mm25mm d.

d. diameter diameter roller roller > > 100mm100mm e.

e.  jari2  jari2 perletakan sperikal perletakan sperikal > 75mm> 75mm  perbedaan antara bidang jantan dan betina

 perbedaan antara bidang jantan dan betina > 1mm> 1mm f.

f. diameter diameter lubang lubang pengisi pengisi adukan adukan > > 16mm16mm  jumlah lubang pengisi adukan

 jumlah lubang pengisi adukan > 2 lubang> 2 lubang g.

g. diameter diameter baut baut jangkar jangkar > > 30mm30mm  panjang tertanam untuk jembatan gelagar

 panjang tertanam untuk jembatan gelagar  panjang tertanam untuk jembatan rangka  panjang tertanam untuk jembatan rangka

> 10 kali diameter > 10 kali diameter > 15 kali diameter > 15 kali diameter h.

h. ruang bebas untuk gelagar/rangka yangruang bebas untuk gelagar/rangka yang  berdekatan  berdekatan 150mm, lihat gbr. 150mm, lihat gbr. 11.3-2 11.3-2 (2)

(2) Pelindung Pelindung debu debu Ukuran Ukuran yang yang sesuaisesuai (3)

(3) Alas Alas elastomer elastomer untuk untuk perletakan perletakan elastomerik elastomerik KonsultasikanKonsultasikan dengan pembuat dengan pembuat  perletakan jembatan  perletakan jembatan atau pemasok karet atau pemasok karet sintetis

(35)

a.

a. Baja Baja tuang tuang b. b. Besi Besi tuangtuang

Gambar 11.3-1 Ketebalan Minimum

Gambar 11.3-1 Ketebalan Minimum PerletakanPerletakan

clearance clearanceRuang bebasRuang bebas

150 mm 150 mm

Gambar 11.3-2. Ruang Bebas untuk bentang yang

(36)

12. Jembatan Komposit 12. Jembatan Komposit 12.1 Umum 12.1 Umum 12.1.1 Definisi 12.1.1 Definisi

Jembatan Komposit adalah jembatan di mana gelagar baja dan lantai beton Jembatan Komposit adalah jembatan di mana gelagar baja dan lantai beton disambungkan dengan konektor geser sedemikian rupa agar dua komponen bekerja disambungkan dengan konektor geser sedemikian rupa agar dua komponen bekerja sebagai unit gabungan. Tipikal penampang melintang gelagar komposit dan beberapa sebagai unit gabungan. Tipikal penampang melintang gelagar komposit dan beberapa notasi yang digunakan pada standar ini terdapat pada Gambar 12.1.1-1. Lebar efektif notasi yang digunakan pada standar ini terdapat pada Gambar 12.1.1-1. Lebar efektif lantai dapat dilihat pada

lantai dapat dilihat pada lampiran D11lampiran D11..

Gambar 12.1.1-1 Tipikal penampang melintang Gelagar Komposit Gambar 12.1.1-1 Tipikal penampang melintang Gelagar Komposit

steel flange steel flange thickness thickness concrete slab concrete slab thickness thickness flange flange thickness thickness web thickness web thickness flange flange width width yymm effective width effective width steel girder  steel girder  depth

depth tebal badantebal badan

lebar efektif lebar efektif lebar flens lebar flens tebal tebal flens flens Tebal lantai Tebal lantai  beton  beton tinggi tinggi gelagar gelagar  baja  baja tebal flens tebal flens  baja  baja dimana: dimana: I

I = = momen momen sekunder sekunder daridari  penampang melintang kom  penampang melintang kompositposit M

M = m= momen leomen lenturntur Y

Ymm =  = Jarak daJarak dari sumri sumbu netral bu netral terhadapterhadap

Tegangan Geser Tegangan Geser = = dx dx dM dM II y ymm 12.1.2 Bahan 12.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan harus terbuat dari baja sebagaimana disebutkan di dalam Bahan yang digunakan harus terbuat dari baja sebagaimana disebutkan di dalam standar jembatan baja dan beton yang sesuai dengan standar desain jembatan beton. standar jembatan baja dan beton yang sesuai dengan standar desain jembatan beton.

12.1.3 Modulus Young 12.1.3 Modulus Young

Modulus Young baja adalah 2x10

Modulus Young baja adalah 2x1066 N/mm N/mm22, dan rasio baja terhadap beton tergantung, dan rasio baja terhadap beton tergantung dari Modulus Young dari beton.i.

(37)

12.1.4 Skema Pembebanan

12.1.4 Skema Pembebanan

Skema pembebanan yang ditetapkan di dalam standar ini (jembatan baja dan Skema pembebanan yang ditetapkan di dalam standar ini (jembatan baja dan komposit), dengan tambahan pra dan pasca beban mati

komposit), dengan tambahan pra dan pasca beban mati komposit (beban mati, sebelumkomposit (beban mati, sebelum memperoleh kekuatan 28 hari, D

memperoleh kekuatan 28 hari, D11, dan setelah aksi komposit terbentuk D, dan setelah aksi komposit terbentuk D22))

12.1.5 Kekuatan Bahan

12.1.5 Kekuatan Bahan

Kekuatan desain

Kekuatan desain bahan untuk bahan untuk baja mengikuti baja mengikuti standar ini, standar ini, untuk lantai untuk lantai beton danbeton dan  batang tulangan lantai mengikuti standar jembatan beton. Lihat

 batang tulangan lantai mengikuti standar jembatan beton. Lihat Lampian D12 Lampian D12..

12.2 Desain

12.2 Desain

12.2.1 Beban dan Faktor Bahan

12.2.1 Beban dan Faktor Bahan

Beban dan faktor bahan mengikuti persyaratan di dalam standar ini dan persyaratan Beban dan faktor bahan mengikuti persyaratan di dalam standar ini dan persyaratan  pada standar jembatan beton, dengan beberapa spesifikasi berikut ini.

 pada standar jembatan beton, dengan beberapa spesifikasi berikut ini.

12.2.2 Desain Komposit

12.2.2 Desain Komposit

(1)

(1) Kombinasi beban untuk gelagar dan lantai berdasarkan rumus untuk di bawahKombinasi beban untuk gelagar dan lantai berdasarkan rumus untuk di bawah ini: ini: {1.0 · D {1.0 · D22 + 1.0 · S + 1.0 · SHH + 1.1 · L + 1.1 · I + 1.1 · C + 1.0 · L + 1.1 · L + 1.1 · I + 1.1 · C + 1.0 · LR R  +1.0 · T} · 1.20 +1.0 · T} · 1.20 untuk gelagar untuk gelagar (12.2.2-1)(12.2.2-1) 1.0 · D 1.0 · D22 + 1.1 · L + 1.1 · I+ 1.1 · L + 1.1 · I untuk lantai untuk lantai (12.2.2-2)(12.2.2-2) dimana D

dimana D22 = = Beban Beban mati mati setelah setelah aksi komposit aksi komposit terbentukterbentuk S

SHH = = Beban Beban akibat akibat pengaruh pengaruh penyusutanpenyusutan L

(38)

(2)

(2) Kekuatan ultimate pra dan pasca keadaan komposit harus dinilai sesuai denganKekuatan ultimate pra dan pasca keadaan komposit harus dinilai sesuai dengan  prosedur konvesional untuk analisa konstruksi k

 prosedur konvesional untuk analisa konstruksi komposit.omposit. (3)

(3) Lantai beton harus didesain untuk menahan gaya normal dan momen lenturLantai beton harus didesain untuk menahan gaya normal dan momen lentur yang dihitung pada keadaan pasca komposit.

yang dihitung pada keadaan pasca komposit.

12.2.3 Keadaan Batas Layanan

12.2.3 Keadaan Batas Layanan

Keadaan batas layanan harus sesuai dengan ketentuan untuk baja di dalam spesifikasi Keadaan batas layanan harus sesuai dengan ketentuan untuk baja di dalam spesifikasi ini (Mengacu 7.3).

ini (Mengacu 7.3).

12.2.4 Lebar Efektif

12.2.4 Lebar Efektif

Lebar efektif dari lantai beton

Lebar efektif dari lantai beton harus ditetapkan untuk harus ditetapkan untuk dapat mengatasi pengaruh dapat mengatasi pengaruh gesergeser dan perilaku struktur terkait lainnya, lihat

dan perilaku struktur terkait lainnya, lihat Lampiran D11 Lampiran D11..

12.2.5 Koefisien Rangkak

12.2.5 Koefisien Rangkak

Koefisien rangkak yang sesuai harus digunakan untuk medesain tegangan dan Koefisien rangkak yang sesuai harus digunakan untuk medesain tegangan dan  penyusutan pada lantai

 penyusutan pada lantai

12.2.6 Koefisien Ekspansi Panas

12.2.6 Koefisien Ekspansi Panas

Koefisien Ekspansi panas untuk baja dan beton adalah 1.2x10 Koefisien Ekspansi panas untuk baja dan beton adalah 1.2x10-5-5..

12.2.7 Sumbu Netral Penampang Melintang Komposit

12.2.7 Sumbu Netral Penampang Melintang Komposit

Sumbu Netral gelagar komposit sebaiknya berada di dalam penampang baja. Sumbu Netral gelagar komposit sebaiknya berada di dalam penampang baja.

12.3

12.3 Konektor

Konektor Geser

Geser

12.3.1 Tipikal Konektor Geser

12.3.1 Tipikal Konektor Geser

Konektor geser sama seperti yang diperlihatkan pada Gambar 12.3.1-1 Konektor geser sama seperti yang diperlihatkan pada Gambar 12.3.1-1

(39)

Gambar 12.3.1-1 Tipikal Konektor Geser Gambar 12.3.1-1 Tipikal Konektor Geser

12.3.2 Ketebalan minimum Flens atas

12.3.2 Ketebalan minimum Flens atas

Ketebalan minimum flens atas di mana konektor geser dilas, pada dasarnya adalah 15 Ketebalan minimum flens atas di mana konektor geser dilas, pada dasarnya adalah 15 mm untuk gelagar pelat-I dan 13 mm untuk gelagar boks.

mm untuk gelagar pelat-I dan 13 mm untuk gelagar boks.

12.3.3 Desain Konektor Geser

12.3.3 Desain Konektor Geser

Ukuran konektor geser harus dihitung berdasarkan gaya geser yang disalurkan sesuai Ukuran konektor geser harus dihitung berdasarkan gaya geser yang disalurkan sesuai dengan teori balok konvensional, seperti pada Gambar 12.1.1-1. Harus juga diadakan dengan teori balok konvensional, seperti pada Gambar 12.1.1-1. Harus juga diadakan  perhitungan ketahanan geser las dan ketahananan duku

(40)

REFERENSI

REFERENSI

1.

1. American Railway Engineering and Maintenance-of-Way Association (AREMA).American Railway Engineering and Maintenance-of-Way Association (AREMA). ( 2005),

( 2005), Manual for Railway  Manual for Railway Engineering 2005, Volume 2 Engineering 2005, Volume 2 Chapter 15 SteeChapter 15 Steel Structurel Structure s,s, American Railway Engineering and Maintenance-of-Way Association.

American Railway Engineering and Maintenance-of-Way Association. 2.

2. American Railway Engineering and Maintenance-of-Way Association (AREMA).American Railway Engineering and Maintenance-of-Way Association (AREMA). ( 2005),

( 2005), Manual for  Manual for Railway Engineering Railway Engineering 2005, Volume 2 2005, Volume 2 Chapter 19 Chapter 19 Bridge Bearing Bridge Bearing ,, American Railway Engineering and Maintenance-of-Way Association.

American Railway Engineering and Maintenance-of-Way Association. 3.

3. Badan Standarisasi Nasional. (1992),Badan Standarisasi Nasional. (1992), Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untukTata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk  Jembatan Jalan Raya

 Jembatan Jalan Raya SNI 03-2833-1992SNI 03-2833-1992,, Badan Standarisasi Nasional. Badan Standarisasi Nasional. 4.

4. Badan Standarisasi Nasional. (2002),Badan Standarisasi Nasional. (2002), Spesifikasi Baja Struktural SNI 07-6764-2002Spesifikasi Baja Struktural SNI 07-6764-2002,, Badan Standarisasi Nasional.

Badan Standarisasi Nasional. 5.

5. Badan Standarisasi Nasional. (2002),Badan Standarisasi Nasional. (2002), Tata Cara Perencanaan Struktur Baja UntukTata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk  Bangunan gedu

 Bangunan gedung SNI 03-1729-20ng SNI 03-1729-200202 , Badan Standarisasi Nasional., Badan Standarisasi Nasional. 6.

6. British Standard BS 5400. (1980),British Standard BS 5400. (1980), Code of Practice for Steel and Composite Bridge,Code of Practice for Steel and Composite Bridge, Japanese Standard Association

Japanese Standard Association.. 7.

7. Japanese Industrial Standards (JIS) Handbook. (2005),Japanese Industrial Standards (JIS) Handbook. (2005),  Ferrous  Ferrous Materials Materials &&  Metallurgy

 Metallurgy, Japanese Standards Association., Japanese Standards Association. 8.

8. Railway Technical Research Institute (RTRI). (July,2000),Railway Technical Research Institute (RTRI). (July,2000),  Design  Design Standard Standard forfor  Railway Structure (Steel and Composite Structures)

Gambar

Tabel 4-1 Nama Jenis JembatanTabel 4-1 Nama Jenis Jembatan
Tabel 6.2-1 Berat Jenis BahanTabel 6.2-1 Berat Jenis Bahan Baja,
Gambar 6.5.2-1 Beban LateralGambar 6.5.2-1 Beban Lateral
Table 7.2-1 Faktor BebanTable 7.2-1 Faktor Beban
+7

Referensi

Dokumen terkait

STUDI ALTERNATIF PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA PADA JEMBATAN GROBOGAN KABUPATEN LUMAJANG – JAWA TIMUR adalah hasil karya saya, dan

Tergantung pada rancangan patent dari struktur jembatan rangka baja yang akan dipasang, Pemilik juga dapat menyediakan bahan untuk pemasangan seluruh lantai jembatan, termasuk

ANALISIS PERBANDINGAN PEMAKAIAN BAJA KANAL DAN BAJA SIKU STRUKTUR JEMBATAN PIPA AIR. Efisiensi perancangan jembatan rangka baja salah satunya dipengaruhi oleh pemilihan

Rumusan masalah yang timbul pada perenanaan jembatan ini adalah : bagaimana merencanakan struktur atas jembatan rangka Baja pada Gampong Leubok Pempeng Kecamatan Ranto

Konstruksi komposit yang paling umum dalam struktur jembatan adalah komposit baja-beton dimana baja dan Konstruksi komposit yang paling umum dalam struktur jembatan adalah

Metode perencanaan komponen struktur jembatan didasarkan pada cara Perencanaan Beban dan Kekuatan Terfaktor (PBKT), sedangkan untuk kombinasi beban rencana digunakan kombinasi

STUDI ALTERNATIF PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA TIPE PELENGKUNG MENGGUNAKAN METODE DFBK PADA JEMBATAN PETUK I KUPANG NTT TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Sebagian

vi ABSTRAK DESAIN JEMBATAN KERETA API RANGKA BATANG BENTANG 62 METER STEPHANIE / 22190016 Jembatan kereta api merupakan salah satu infrastruktur yang berperan dalam menyediakan