• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Asuransi Syariah di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perkembangan Asuransi Syariah di Indonesia"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

151

Perkembangan Asuransi Syariah di Indonesia

Ratu Humaemah, M.Si

Abstrak

Pertumbuhan bisnis Asuransi Syariah di Indonesia diprediksi akan semakin berkilau dari tahun ke tahun. Para pemain asuransi syariah juga mengalami peningkatan. Menurut pengamatan CDMI, hingga akhir tahun bahwa pertumbuhan industri asuransi syariah pada 2015 bisa mencapai lebih dari 30 persen. lalu ada sekitar 49 perusahaan asuransi yang telah membuka unit syariah, mereka adalah pemain-pemain terkemuka dalam bisnis ini.

Melihat semakin berkembangnya bisnis asuransi syariah di Indonesia, banyak perusahaan asuransi konvensional berlomba-lomba mengadopsi prinsip syariah dengan membuka divisi atau cabang asuransi syariah.

Kata Kunci: asuransi syariah, perkembangan

A. Pendahuluan

Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para peserta meng-infaq-kan/menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional asuransi dan investasi dari dana-dana/kontribusi yang diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.

Asuransi syariah disebut juga asuransi ta’awun yang artinya tolong menolong atau saling membantu. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa asuransi ta’awun

(2)

152

prinsip dasarnya adalah dasar syariat yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin kebersamaan dalam meringankan bencana yang dialami peserta. Prinsip ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 2, yang artinya:

“Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan.”

Tren pembelian asuransi memang tumbuh setiap tahunnya. Diperkirakan hal ini berkaitan dengan konsistensi fondasi ekonomi yang kokoh di Indonesia yang mempengaruhi peningkatan jumlah masyarakat kelas menengah.1 Berita infobank tersebut mencerminkan rasa optimisme dan keyakinan tinggiterhadap prospek yang lebih cerah dimasa mendatang, sementara itu secara nyata pelakuusaha dan pemangku kepentingan lainnya di industri asuransi memang menghadapi tantangan berat dalam menumbuhkan industri asuransi di Indonesia. Tantangan lebih berat lagi adalah apakah industri asuransi sudah mencapai tahap dapat memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia? Atau malah sebaliknya, industri asuransi di Indonesia baru sampai pada tahap masih menggantungkan pada pertumbuhan ekonomi untuk tumbuh dan berkembang menjadi industri yang kuat.

B. Kajian Umum Asuransi Syariah 1. Definisi Asuransi Syariah

Dalam konsep asuransi syariah, Asuransi disebut dengan tafakul, ta’min, dan islamic insurance. Tafakul

1Infobank News Online; http://www.infobanknews.com; Mei

(3)

153

memiliki arti saling menangung antar umat manusia sebagai mahluk sosial. Ta’min berasal dari kata “amanah” atau “saling memenanggung”. Istilah tafakul pertama kali digunakan oleh Daar Al Mal Al Islami, sebagai perusaahaan asuransi yang berpusat di Genewa 1983.2

Menurut Adrian Soemitra yang mengutip dari Ade Arthesa dan Endia Handiman dalam bukunya yaang berjudul Bank Dan Lembaga Keuanngan Bukan Bank yang dimaksud dengan asuransi syariah secara terminologi adalah tentang tolong-menolong dan secara umum asuransi adalah sebagai salah satu cara untuk mengatasi terjadinya musibah dalam kehidupan. Dimana manusia sering dihadapi pada kemungkinan bencana yang dapat menyebabkan kehilangan atau berkurangnya nilai ekonomi seseorang baik tehadap diri sndiri, keluarga, atau perusahaan yang diakibatkan meninggal dunia, kecelakaan, sakit, dan usia tua.3

Dewan Syariah Nasional pada tahun 2001 telah mengeluarkan fatwa mengenai asuransi syariah. Dalam fatwa DSN NO.21/DSN-MUI//2001 Bagian Pertama Mengenai Ketentuan umum angka 1, disebut pengertian asuransi syariah (ta’min, tafaakul, dan tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-meolong antara sejumlah orang atau pihak melalu investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru yang memberikan pola pengembalian

2Abdul Manan. Hukum Ekonomi Syariah Dalam perspektif

Kewenabngan Peradilan Agama, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup .2012).,h. 237

3Adrrian Soemitra. Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. (Jakarta:

(4)

154

untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.4

Jadi dasar dari didirikannya asuransi syariah adalah penghayatan semangat saling bertanggung jawab, kerja sama dan perlindungan dalam kegiatan-kegiatan masya-rakat, demi tercapanya kesejahteraan umat dan masyrakat pada umumnya. Sehingga seorang muslim wajib percaya bawha segala hal yang terjadi tidak terlepas dari qadha dan qadar Allah SWT terhadap hamba-hambanya. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya QS Luqman. 34 yang artinya:

“Dan tiada sorangpun yag dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahu dibumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah maha meengetaahi lagi maha mengenal”. (QS. Luqman. 34).5

Akan tetapi kita tidak boleh pasrah dengan keadaan tersebut, kita diwajibkan untuk terus berikthiar dan berjaga-jaga untuk menjaga kemungkinan terjadinya bahaya dan malapetaka. Asuransi dalam hal ini bertujuan untuk memperkecil risiko yang ditimbulkan oleh bencana dan malapetaka tersebut.

2. Latar Belakang Munculnya Asuransi Syariah

Asuransi yang selama ini digunakan oleh mayoritas masyarakat (konvensional) bukan merupakan asuransi yang dikenal oleh para pendahulu dari kalangan ahli fiqh, karena tidak termasuk transaksi yang dikenal oleh fiqh

4Wirdyaningsih. Bank Dan Asuransi Islam di Indonesia. (Jakarta:

Kencana 2005). h, 178

5Enang Sudrajat. Syatiby. & Abdul Aziz Sidqi. Al-Qur’an dan

(5)

155

Islam, dan tidak pula dari kalangan para sahabat yang membahas hukumnya.

Terjadi perbedaan pendapat ulama tentang asuransi non syariah (konvensional) yang disebabkan oleh perbedaan ilmu dan ijtihad mereka. Alasannya antara lain: 1. Pada transaksi asuransi konvensional terdapat jahalah

(ketidaktahuan) dan ghoror (ketidakpastian), dimana tidak diketahui siapa yang akan mendapatkan keuntungan atau kerugian pada saat berakhirnya periode asuransi.

2. Di dalamnya terdapat riba atau syubhat riba. Hal ini akan lebih jelas dalam asuransi jiwa, dimana seseorang yang membeli polis asuransi membayar sejumlah kecil dana/premi dengan harapan mendapatkan uang yang lebih banyak dimasa yang akan datang, namun bisa saja dia tidak mendapatkannya. Jadi pada hakekatnya transaksi ini adalah tukar menukar uang, dan dengan adanya tambahan dari uang yang dibayarkan, maka ini jelas mengandung unsur riba, baik riba fadl dan riba nasi’ah.

3. Asuransi ini termasuk jenis perjudian (maysir), karena salah satu pihak membayar sedikit harta untuk mendapatkan harta yang lebih banyak dengan cara untung-untungan atau tanpa pekerjaan. Jika terjadi kecelakaan ia berhak mendapatkan semua harta yang dijanjikan, tapi jika tidak maka ia tidak akan mendapatkan apapun.

Melihat ketiga hal di atas, dapat dikatakan bahwa transaksi dalam asuransi konvensional yang selama ini kita kenal, belum sesuai dengan transaksi yang dikenal dalam fiqh Islam. Asuransi syari’ah dengan prinsip ta’awunnya, dapat diterima oleh masyarakat dan

(6)

156

berkembang cukup pesat pada beberapa tahun terakhir ini.

Asuransi syariah dengan perjanjian di awal yang jelas dan transparan serta aqad yang sesuai syariah, dimana dana-dana dan premi asuransi yang terkumpul (disebut juga dengan dana tabarru’) akan dikelola secara profesional oleh perusahaan asuransi syariah melalui investasi syar’i dengan berlandaskan prinsip syariah.

Dan pada akhirnya semua dana yang dikelola tersebut (dana tabarru’) nantinya akan dipergunakan untuk menghadapi dan mengantisipasi terjadinya musibah/ bencana/klaim yang terjadi diantara peserta asuransi. Melalui asuransi syari’ah, kita mempersiapkan diri secara finansial dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip transaksi yang sesuai dengan fiqh Islam. Jadi tidak ada keraguan untuk berasuransi syari’ah.

3. Perkembangan Asuransi Syariah

Asuransi syariah pertama kali didirikan di sudan pada tahun 1979 dengan nama The Islamic Insurance Of Sudan. pendirian ini terus berlanjut dan saat ini telah berdiri baik di negara-negara timur tengah, negara yang memiliki banyak penganut islam seperti, Pakistan, Lebanon, Nigeria, maupun negara barat, seperti: Inggris, pecahan Uni Soviet, dan Australia. Perkembangan paling pesat asuransi syariah di luar negara timur tengah adalah pada negara Malaysia.6

Sedangkan pada negara Indonesia Asuransi Takaful baru muncul pada tahun 1994 seiring dengan diresmikannya PT Asuransi Takaful Keluarga pada tahun

6Sri Nurhayati&Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta:

(7)

157

1994 dan PT Asuransi Takaful Umum pada tahun 1995. Gagasan dan pemikiran didirikannya PT Asuransi Takaful berdasarkan syariah sebenarnya sudah muncul tiga tahun sebelum berdirinya Takaful dan makin kuat setelah diresmikannya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991.

Akhirnya pada tanggal 25 Agustus 1944 Asuransi Takaful Indonesia berdiri secara resmi. Pendirian ini dilakukan secara resmi di Puri Agung Room Hotel Syahid Jakarta. Izin oprasional asuransi ini diperoleh dari Departemen Keuangan melalui Surat Keputusan Nomor: Kep-385/kmk.017/1994 tertanggal 4 Agustus 1994.7

Perkembangan asuransi syariah dimasa yang akan datang diharapkan akan terus berkembang. Seiring dengan membaiknya perkembangan ekonomi dunia, khususnya di Indonesia meskipun perusahaan asuransi syariah di Indonesia masih terlalu sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang sebagian besar beragama muslim, diharapkan di waktu yang akan datang produk-produk asuransi yang bernilai syariah dapat tumbuh dan berkembang secara baik.

Di Indonesia, peluang 2015 terhadap produk keuangan syariah masih sangat terbuka lebar. Peluang pasar asuransi jiwa syariah masih sangat diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Berdasarkan data dari Biro Per-asuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, pasar modal untuk asuransi syariah masih di bawah 3%. Dengan menyediakan produk yang sesuai dengan kebutuhan nasabah, industri keuangan syariah akan lebih berkembang pesat.

7Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan

(8)

158

Banyak perusahaan asuransi jiwa syariah yang mencatat pertumbuhan yang tinggi dengan mendapatkan premi di atas 50% pada kuartal pertama. Pandangan para ahli terhadap perkembangan asuransi syariah 2012 akan memberikan sumbangan hingga 30% dan memperkirakan prospek dari pertumbuhan industri syariah yang cukup tinggi untuk tahun ini. Pada tahun 2014 TW IV aset ke-uangan industri asuransi syariah sendiri sudah tumbuh hingga 34,5% (Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI)).8 Namun, perkembangan dan pertumbuhan industri keuangan syariah sendiri masih akan didukung oleh berbagai macam faktor seperti pertumbuhan ekonomi Indonesia dan juga pangsa pasar industri keuangan syariah.

Pertumbuhan Asuransi Syariah untuk Aset, Investasi, Kontribusi dan Klaim 2014

Diperkirakan lebih tinggi Pertumbuhan keuangan syariah sendiri daripada pertumbuhan keuangan bank konvensional. Kepercayaan dan juga optimisme akan kondisi ekonomi ke depan dapat juga memengaruhi kinerja sumber daya manusia di industri keuangan

(9)

159

syariah. Bisa dikatakan juga bahwa pertumbuhan keuangan syariah di Indonesia pelan, tapi pasti karena pangsa pasar asuransi jiwa syariah sudah dan masih mem-perlihatkan pertumbuhannya.Meskipun minat pasar tinggi, sayangnya industri tumbuh dan berkembang lamban. Namun, kinerja sumber daya manusia dari industri syariah sendiri menunjukkan performa yang cukup baik.

Bahkan banyak ahli yang memperkirakan penerimaan premi asuransi jiwa syariah dapat menembus angka lebih dari 3% pada tahun ini.Pangsa pasar yang besar men-cerminkan minat masyarakat Indonesia sangat tinggi terhadap asuransi jiwa syariah. Sayangnya minat yang sangat besar akan produk keuangan syariah ini terkadang kurang direspons oleh industri asuransi syariah. Mereka melihat ketidaksungguhan industri syariah dalam me-misahkan unit asuransi syariah dengan konvensional sehingga asuransi syariah menjadi perusahaan sendiri. Dengan adanya asuransi syariah akan lebih memungkinkan untuk lebih cepat laju pertumbuhannya. Saat ini, sudah terdapat 49 asuransi syariah yang terdiri dari 18 asuransi jiwa syariah, 23 asuransi umum syariah, dan 3 (tiga) reasuransi syariah. Semakin maraknya pertumbuhan keuangan dan industri syariah turut mendorong keuangan nasional.

Sementara itu, market share industri keuangan syariah sendiri sudah terus berkembang dan pasar Indonesia masih terbuka luas untuk keuangan syariah. Hal ini berbeda dengan berbagai negara lainnya seperti di Timur Tengah, Eropa, dan juga Malaysia. Perkembangan perusahaan syariah di Malaysia dapat berkembang pesat karena mereka lebih didukung oleh pemerintah. Di Timur

(10)

160

Tengah, perkembangan keuangan syariah bergantung pada produksi minyak, begitu pula di Eropa karena banyak sekali perbankan di kawasan itu yang masih menampung dana dari pengusaha minyak di Timur Tengah.9 Sementara itu Malaysia, perkembangan industri syariah didukung oleh pemerintah sehingga dana yang dikelola lebih banyak berasal dari pemerintah.

Dibandingkan dari ketiga negara, Indonesia masih mempunyai peluang yang cukup tinggi untuk perkembangan dan laju pertumbuhan industri syariah. Banyak sekali pasar di Indonesia yang belum digarap. Indonesia sebenarnya membutuhkan sistem dan konsep lain dalam keuangan dan menata perekonomiannya dan lembaga syariah ini merupakan alternatif yang paling tepat. Sehingga, kontribusi aktif dari investor baik lokal maupun mancanegara pun sangat diperlukan dalam meningkatkan pangsa pasar asuransi syariah di Indonesia. Tentunya dengan dukungan pemerintah dalam membantu perusahaan asuransi mengembangkan pangsa pasarnya.

C.

Penutup

Industri Perasuransian di Indonesia berdasarkan Laporan Perasuransian Indonesia tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir. Indikator lain yang menunjukkan tingkat pekembangan industri asuransi adalah kegiatan investasi yang dilakukan. Pada kegiatan ini, jumlah investasi industri asuransi pada tahun2013 ke 2014 adalah sebesar Rp. 36,11 milyar. Jumlah ini menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan.

(11)

161

Adapun pertumbuhan industri asuransi syariah saat ini, sudah terdapat 49 asuransi syariah yang terdiri dari 18 asuransi jiwa syariah, 23 asuransi umum syariah, dan 3 (tiga) reasuransi syariah.

(12)

162

Daftar Pustaka

Abdul Manan. Hukum Ekonomi Syariah Dalam perspektif Kewenangan Peradilan Agama, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup .2012

Adrian Soemitra. Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup 2010

2005). h, 178

Enang Sudrajat. Syatiby.& Abdul Aziz Sidqi. Al-Qur’an dan Terjemah Special for Women, (jakarta,PT. Sigma Examedia. 2009)

Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, (Jakarta:Kencana, 2007)

Sri Nurhayati&Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2012)

Wirdyaningsih. Bank Dan Asuransi Islam di Indonesia. (Jakarta: Kencana 2005

Aasi.or.id

www.amanahgitha.com

Infobank News Online; http://www.infobanknews.com; Mei 2013)

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa yang telah mendaftar Skripsi memperoleh Dosen Pembimbing yang telah ditetapkan oleh Komisi Tugas Akhir sesuai dengan pilihan mahasiswa dan dinyatakan dalam Surat

Aspek budaya yang dimaksudkan disini adalah bagaimana pengetahuan budaya bagi mahasiswa pada pelajaran mata kuliah penerjemahan dalam memaknai dan mengalihkan pesan

Perbincangan mengenai perkara tersebut lebih menjurus kepada rasionalnya agama Islam dijadikan agama persekutuan kerana Islam telah bertapak lama di Tanah Melayu, banyak

Dari daftar table1 dapat diberikan penjelasan bahwa hasil evaluasi perubahan pengetahuan yang dilakukan terhadap 25 orang peserta Penyuluhan dan Pelatihan Fungsi Wira Usaha

Selanjutnya jika dilihat Tabel 3 yaitu proporsi puskesmas dengan upaya kesehatan gigi dan adanya dokter gigi dan perawat gigi memperlihatkan bahwa di wilayah Sumatera hanya

Bahkan ketika musker itu, beliau menjelaskan kepada guru-guru tentang visi dan misi sekolah kemudian semua guru dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang intinya

Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi bangkitan perjalanan pada perumahan UKA yaitu dengan variabel bebas X1 adalah Jumlah anggota keluarga, X2 adalah Jumlah

Nasional: Dilindungi Penuh (Permen LHK 106/2018) 37 Delphinus capensis tropicalis Lumba - lumba moncong panjang Internasional: Apendiks I CITES. Nasional: Dilindungi Penuh