• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

5

LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Sistem A. Pengertian Sistem

Menurut (Samsinar . Anggraini Putrianti, 2015), “Sistem yaitu sebagai suatu jaringan kerja prosedur yang saling berhubungan, sedangkan pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen atau komponen mendefinisikan sistem sebagai kumpulan elemen yang beriteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.

B. Karakteristik Sistem

Menurut (Dedi, Hilmi Fuad, 2014), “Jogianto mengemukakan Karakteristik sistem mempunyai beberapa komponen diantaranya yaitu: Komponen Sistem, Batasan Sistem, Lingkungan Luar Sistem, Penghubung Sistem, Masukan sistem, Keluaran Sistem, Keluaran, Pengolahan sistem, Sasaran Sistem”.

Menurut (Dedi, Hilmi Fuad, 2014), “Sistem dapat diklasifikasikan kedalam beberapa sudut pandang diantaranya yaitu:

1. Sistem Abstrak dan Sistem Fisik 2. Sistem alamiah dan Sistem buatan 3. Sistem Tertentu dan Sistem Tak Tertentu 4. Sistem tertutup dan Sistem terbuka”.

(2)

C. Pengertian Informasi

Menurut (Samsinar . Anggraini Putrianti, 2015), “Informasi adalah data yang telah diklasifikasikan atau diolah atau interpretasikan utnuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan”.

D. Pengertian Sistem Informasi

Menurut (Samsinar . Anggraini Putrianti, 2015), “Sistem Informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transasksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan laporan-laporan yang diperlukan oleh pihak luar tertentu”.

2.2. Teori Pendukung

A. Managemen Rantai Pasokan

Menurut (Indrajit, 2016), supply chain atau rantai pasokan adalah:“suatu tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya”. Dalam perkembangannya, Supply Chain Management telah banyak mengalami evolusi yang dapat digambarkan dalam 4 (empat) tahap sebagai berikut:

1. Tahap 1, Dalam tahap 1 ada semacam kesendirian dan ketidak-saling tergantungan fungsi produksi dan fungsi logistic. Mereka menjalankan program-program sendiri yang terlepas satu sama lain (in-complete isolation). Contohnya adalah bagian produksi yang hanya memikirkan bagaimana membuat barang sesuai dengan mutu dan yang telah ditetapkan, dan sama

(3)

sekali tidak mau ikut memikirkan penumpukan inventory dan penggunaan ruang gudang yang menimbulkan biaya persediaan yaitu biaya simpan.

2. Tahap 2, Dalam tahap 2 perusahaan sudah mulai menyadari pentingnya integrasi perencanaan walaupun dalam bidang yang masih terbatas, yaitu di antara fungsi internal yang paling berdekatan, misalnya produksi dengan inventory control dan functional integration yang lain.

3. Tahap 3, Dalam tahap 3 integrasi perencanaan dan pengawasan atas semua fungsi yang terkait dalam satu perusahan (internal integration).

4. Tahap 4, Pada tahap 4 menggambarkan tahap sebenarnya dari suplly chain integration, yaitu integrasi total dalam konsep perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan (manajemen) yang telah dicapai dalam tahap 3 dan diteruskan ke upstreams yaitu suppliers dan downsterams sampai ke pelanggan.

B. Manfaat Managemen Rantai Pasokan

Menurut Jebarus dalam (Indrajit, 2016), Secara umum penerapan konsep SCM dalam perusahaan akan memberikan manfaat yaitu kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan, menurunnya biaya, pemanfaatan asset yang semakin tinggi, peningkatan laba, dan perusahaan semakin besar.

1. Kepuasan pelanggan. Konsumen atau pengguna produk merupakan target utama dari aktivitas proses produksi setiap produk yang dihasilkan perusahaan. Konsumen atau pengguna yang dimaksud dalam konteks ini tentunya konsumen yang setia dalam jangka waktu yang panjang. Untuk menjadikan konsumen setia, maka terlebih dahulu konsumen harus puas dengan pelayanan yang disampaikan oleh perusahaan.

(4)

2. Meningkatkan pendapatan. Semakin banyak konsumen yang setia dan menjadi mitra perusahaan berarti akan turut pula meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga produk-produk yang dihasilkan perusahaan tidak akan ‘terbuang’ percuma, karena diminati konsumen.

3. Menurunnya biaya. Pengintegrasian aliran produk dari perusahan kepada konsumen akhir berarti pula mengurangi biaya-biaya pada jalur distribusi. 4. Pemanfaatan asset semakin tinggi. Aset terutama faktor manusia akan

semakin terlatih dan terampil baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Tenaga manusia akan mampu memberdayakan penggunaan teknologi tinggi sebagaimana yang dituntut dalam pelaksanaan Supply Chain Management.

5. Peningkatan laba. Dengan semakin meningkatnya jumlah konsumen yang setia dan menjadi pengguna produk, pada gilirannya akan meningkatkan laba perusahaan.

6. Perusahaan semakin besar. Perusahaan yang mendapat keuntungan dari segi proses distribusi produknya lambat laun akan menjadi besar, dan tumbuh lebih kuat. Keenam manfaat yang sudah dijelaskan seperti tersebut di atas merupakan manfaat tidak langsung.

Secara umum, manfaat langsung dari penerapan Supply Chain Management bagi perusahaan adalah:

1. Supply Chain Management secara fisik dapat mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi dan mengantarkannya kepada konsumen akhir. Manfaat ini menekankan pada fungsi produksi dan operasi dalam sebuah perusahaan. Dalam fungsi ini dilakukan penggunaan dari seluruh sumber daya yang

(5)

dimilki dalam sebuah proses transformasi yang terkendali, untuk memberikan nilai pada produk yang dihasilkan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan dan mendistribusikannya kepada konsumen yang dibidik.

2. Supply Chain Management berfungsi sebagai mediasi pasar, yaitu memastikan apa yang dipasok oleh rantai suplai mencerminkan aspirasi pelanggan atau konsumen akhir tersebut. Dalam hal ini fungsi pemasaran yang akan berperan. Melalui pelaksanaan Supply Chain Management, pemasaran dapat mengidentifikasi produk dengan karakteristik yang di- minati konsumen. Selanjutnya fungsi ini harus mampu mengidentifikasi seluruh atribut pro- duk yang diharapkan konsumen tersebut dan mengkomunikasikan kepada perancang produk. Apabila seleksi rancangan produk sudah dilakukan dan dilakukan pengujian maka produk dapat diproduksi. Sehingga Supply Chain Management akan berperan dalam memberikan manfaat seperti point 1 tersebut.

C. Komponen Supply Chain Management

Komponen dari supply chain management menurut Turban dalam (Indrajit, 2016) terdiri dari tiga komponen utama yaitu:

1. Upstream Supply Chain

Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufacturing dengan para penyalurnya (yang mana dapat manufacturers, assemblers, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada para penyalur mereka (para penyalur second-tier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih

(6)

tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.

2. Internal Supply Chain

Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses inhouse yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan ke dalam organisasi. Di dalam internal supply chain, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi dan pengendalian persediaan.

3. Downstream supply chain

Downstream (hilir) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan transportasi dan after-sale service.

D. ERD (Entity Relationship Diagram)

(Priyadi, 2014) mengemukakan bahwa: “Pemodelan basis data dengan menggunakan diagram relasi antar entitas, dapat dilakukan dengan menggunakan suatu pemodelan basis data yang bernama Entity Diagram Relationship”.

Notasi-notasi simbolik didalam Diagram Entity Relationship yang dapat kita gunakan adalah:

1. Persegi panjang, menyatakan Himpunan Entitas.

2. Lingkaran/ Elips, menyatakan Atribut (atribut yang berfungsi sebagai key digaris bawahi).

(7)

4. Garis, sebagai penghubung antara himpunan entitas dengan atributnya.

5. Kardinalitas Relasi dapat dinyatakan dengan banyaknya garis cabang atau dengan pemakaian angka (1 dan 1 untuk relasi satu-ke-satu, dan N untuk relasi satu-ke-banyak atau N dan N untuk relasi banyak-ke-banyak).

Berikut adalah contoh penggambaran relasi antar himpunan entitas lengkap dengan kardinalitas relasi dan atribut-atributnya:

1. Relasi satu-ke-satu (one-to-one)

Ka_apotek mengepalai Apotek

Nm_peg Almt_peg nipeg Kode_atk Kode_atk Nm_atk 1 1 Sumber: Priyadi (2014)

Gambar II.1. Diagram E-R Relasi satu-ke-satu 2. Relasi satu-ke-banyak (one-to-many)

Dokter menangani Penyakit

Almt_dok Nm_dok Jam_prtek ruang Kode_pkt Nm_pkt 1 N

nidok nidok Kode_pkt

jenis_pkt

Sumber: Priyadi (2014)

(8)

3. Relasi banyak-ke-satu (many-to-one)

Penyakit ditangani Dokter Nm_pkt Kode_pkt Jam_prtek ruang Almt_dok Nm_dok N 1

Jenis_pkt Kode_pkt nidok

nidok

Sumber: Priyadi (2014)

Gambar II.3. Diagram E-R Relasi banyak-ke-satu

4. Relasi banyak-ke-banyak (many-to-many)

Pasien memiliki penyakit Almt_psn Unm_psn Nm_obat Kode_pkt Nm_pkt N N

Kode_psn Kode_psn Kode_pkt

Jenis_pkt

Sumber: Priyadi (2014)

Gambar II.4. Diagram E-R Relasi banyak-ke-banyak

E. Logical Record Structure (LRS)

Menurut (Suma, 2013) mengemukakan bahwa “LRS adalah representasi dari struktur record-record pada tabel-tabel yang terbentuk dari hasil relasi antar himpunan entitas. Menentukan Kardinalitas, Jumlah Tabel dan Foreign Key (FK)”.

(9)

Menurut (Iskandar, 2013) “Logical Record Structure terdiri dari link-link diantara tipe record. Link ini menunjukan arah dari dari satu record lainnya. Banyak link dari LRS yang di beri tanda field-field yang kelihatan pada kedua link tipe record.

F. UML (Unified Modelling Language)

UML (Unified Modelling Language) adalah standarisasi internasional untuk notasi dalam bentuk grafik. Menurut (Romi, 2013), yang menjelaskan tentang “analisis dan desain perangkat lunak yang dikembangkan dengan pemrograman berorientasi objek. Sebuah UML memiliki setidaknya sembilan buah diagram di dalamnya, namun umumnya digunakan tiga buah diagram saja”.

Menurut (Romi, 2013) Unified Modelling Language (UML) adalah “sebuah "bahasa" yg telah menjadi standar dalam industri untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak. UML menawarkan sebuah standar untuk merancang model sebuah sistem”.

Dengan menggunakan UML kita dapat membuat model untuk semua jenis aplikasi piranti lunak, dimana aplikasi tersebut dapat berjalan pada piranti keras, sistem operasi dan jaringan apapun, serta ditulis dalam bahasa pemrograman apapun. Tetapi karena UML juga menggunakan class dan operation dalam konsep dasarnya, maka ia lebih cocok untuk penulisan piranti lunak dalam bahasa-bahasa berorientasi objek seperti C++, Java, C# atau VB.NET. Walaupun demikian, UML tetap dapat digunakan untuk modeling aplikasi prosedural dalam VB atau C.

(10)

Beberapa diagram pada UML adalah: 1. Use Case Diagram

Menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Yang ditekankan adalah “apa” yang diperbuat sistem, dan bukan “bagaimana”. Sebuah use case merepresentasikan sebuah interaksi antara aktor dengan sistem. Use case merupakan sebuah pekerjaan tertentu, misalnya login ke sistem, meng-create sebuah daftar belanja, dan sebagainya.

Seorang/ sebuah aktor adalah sebuah entitas manusia atau mesin yang berinteraksi dengan sistem untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Use case diagram dapat sangat membantu bila kita sedang menyusun requirement sebuah sistem, mengkomunikasikan rancangan dengan klien, dan merancang test case untuk semua feature yang ada pada sistem.

Contoh use case diagram :

Sumber: (Romi, 2013)

(11)

2. Class Diagram

Class adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstansiasi akan menghasilkan sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi objek. Class menggambarkan keadaan (atribut/properti) suatu sistem, sekaligus menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metoda/fungsi).

Class diagram menggambarkan struktur dan deskripsi class, package dan objek beserta hubungan satu sama lain seperti containment, pewarisan, asosiasi, dan lain-lain.

Class memiliki tiga area pokok : 1. Nama (dan stereotype)

2. Atribut 3. Metoda

Hubungan antar class diantaranya adalah:

1. Asosiasi, yaitu hubungan statis antar class. Umumnya menggambarkan class yang memiliki atribut berupa class lain, atau class yang harus mengetahui eksistensi class lain. Panah navigability menunjukkan arah query antar class. 2. Agregasi, yaitu hubungan yang menyatakan bagian (“terdiri atas..”).

3. Pewarisan, yaitu hubungan hirarkis antar class. Class dapat diturunkan dari class lain dan mewarisi semua atribut dan metoda class asalnya dan menambahkan fungsionalitas baru, sehingga ia disebut anak dari class yang diwarisinya. Kebalikan dari pewarisan adalah generalisasi.

4. Hubungan dinamis, yaitu rangkaian pesan (message) yang di-passing dari satu class kepada class lain. Hubungan dinamis dapat digambarkan dengan menggunakan sequence diagram yang akan dijelaskan kemudian.

(12)

Contoh class diagram dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Sumber: (Romi, 2013)

Gambar II.6 Contoh Class Diagram

3. Activity Diagram

Activity diagram menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi, dan bagaimana mereka berakhir. Activity diagram juga dapat menggambarkan proses paralel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi.

Activity diagram merupakan state diagram khusus, di mana sebagian besar state adalah action dan sebagian besar transisi di-trigger oleh selesainya state sebelumnya (internal processing). Oleh karena itu activity diagram tidak menggambarkan behaviour internal sebuah sistem (dan interaksi antar subsistem) secara eksak, tetapi lebih menggambarkan proses-proses dan jalur-jalur aktivitas dari level atas secara umum.. Activity diagram dapat dibagi menjadi beberapa object swimlane untuk menggambarkan objek mana yang bertanggung jawab untuk aktivitas tertentu. Contoh activity diagram tanpa swimlane:

(13)

Sumber: (Romi, 2013)

Gambar II.7 Contoh Activity Diagram

4. Sequence Diagram

Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan di sekitar sistem (termasuk pengguna, display, dan sebagainya) berupa message yang digambarkan terhadap waktu. Sequence diagram terdiri atar dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horizontal (objek-objek yang terkait).

Sequence diagram biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respons dari sebuah event untuk menghasilkan output tertentu. Message digambarkan sebagai garis berpanah dari satu objek ke objek lainnya. Pada fase desain berikutnya, message akan dipetakan menjadi operasi/metoda dari class. Activation bar menunjukkan lamanya eksekusi sebuah proses, biasanya diawali dengan diterimanya sebuah message. Contoh sequence diagram :

(14)

Sumber: (Romi, 2013)

Gambar II.8 Contoh Sequence Diagram

G. Kajian Literature

Dalam penelitian ini hal-hal yang diutarakan oleh peneliti yang sifatnya mendukung adanya penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian yang terdahulu, antara lain:

No Penulis, judul, tahun Pembahasan Pokok

Kelebihan Kekurangan

1 Lidra Trifidya, Sarwosri, dan Erma Suryani Rancang Bangun Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rantai Pasok Distribusi Pada penelitian ini dirancang model distribusi dengan pendekatan Supply Chain Management. Aplikasi sudah memenuhi semua kebutuhan fungsional perusahaan Penggambaran diagram tidak cukup jelas, hanya diagramkan dengan use case saja

(15)

Daging Sapi Nasional, Tahun 2016 Adanya penggunaan teknologi internet dalam penerapan SCM berbasis web dapat mengintegrasikan antara supplier, distributor dan konsumen akhir secara real-time dan online sehingga memudahkan antar pihak dan dapat menghasilkan koordinasi yang baik. serta tampilannya menarik dan berbasis web 2 Ai Rosita , Perancangan Sistem Informasi Supply Chain Management (Pengadaan Barang) Penelitian ini berisi tentang Ketersediaan suku cadang pesawat terbang Diagram yang digambarkan sangat jelas sehingga pembaca bisa Hanya sebatas perancangan saja tidak dibuat aplikasinya

(16)

Bengkel Perawatan dan Penjualan suku cadang Pesawat Studi kasus: Bengkel perawatan Pesawat, Tahun 2015

baik bahan baku, bahan setengah jadi, maupun produk akhir dari suatu perusahaan seringkali menjadi isu penting dalam sebuah perusahaan. mudah mengerti tentang sistem yang ada

3 Andita , Tri Ika Jaya, Rancang bangun sistem informasi manajemen rantai pasokan di pt argo pantes, tahun 2016 Supply chain management (SCM) merupakan proses manajemen rantai pasok mulai dari proses pengadaan bahan baku, produksi hingga hasil jadi sampai ke tangan konsumen. Proses persetujuan (approval) seperti pada dokumen purchase requisition dapat dilakukan secara online, sehingga dengan internet dapat Tampilan aplikasi yang dibuat agak rumit, tidak user friendly

(17)

Tujuan diterapkannya SCM pada perusahaan-perusahaan besar salah satunya adalah untuk membangun hubungan baik dengan para Supplier. Salah satu cara dengan penerapan SCM. Dengan menerapkan ini diharapkan proses pengadaan bahan baku menjadi lebih mudah dan dapat menciptakan hubungan baik antar sesama perusahaan. melakukan approve dimana saja mereka berada.

(18)

4 Dewi Kartika Sari, Pembangunan sistem informasi manajemen rantai pasokan dalam produksi barang di pt.cisangkan

purwakarta, 2017

penelitian ini menghasilkan sistem yang telah terintegrasi ini dapat

memudahkan dalam

monitoring setiap data yang terlibat pada proses produksi, dan membantu dalam aliran informasi. Sehingga setiap data yang dihasilkan dari tahapan produksi dapat langsung diketahui dan dapat membantu dalam menunjang keputusan proses produksi sistem yang diusulkan terintegrasi sehingga dapat memudahkan dalam monitoring setiap data yang terlibat pada proses produksi Penggambaran rancangan hanya menggunakan use case diagram, dan use case diagram yang digambarkan sangat rumit sehingga sulit untuk dimengerti.

(19)

selanjutnya. 5 Ringgo Aprinando,

perancangan sistem informasi manajemen rantai pasok minyak sawit mentah berbasis gis, 2013 Dihasilkan suatu rancangan model dan aplikasi Sistem Inforamasi Manajemen Rantai Pasok Minyak Sawit Mentah PTPN 6 yang sudah mengintegrasikan keseluruhan data dan informasi berupa peta perkebunan, data panen, data penerimaan TBS, data hasil produksi, data kontrak pembelian hasil produksi serta data pengiriman hasil Pemetaan perkebunan dapat lebih mudah dengan dukungan GIS Perancangan sistem nya hanya digambarkan dengan flowchart saja sehingga pembaca kurang bisa memahami alur sistem tersebut.

(20)

produksi. Informasi-informasi ini tersimpan secara terstruktur dalam suatu sistem database dengan aplikasi berbasis web yang dapat digunakan oleh Manajemen PTPN 6 pada bagian perkebunan, pengolahan sawit serta pemasaran CPO dan Inti Sawit.

Gambar

Gambar II.1. Diagram E-R Relasi satu-ke-satu  2.  Relasi satu-ke-banyak (one-to-many)
Gambar II.3. Diagram E-R Relasi banyak-ke-satu
Gambar II.5 Contoh Use Case Diagram
Gambar II.6 Contoh Class Diagram
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kinerja biosensor didasarkan pada reaksi hidrolisis senyawa organofosfat yang dikatalisis oleh organofosfat hidrolase (OPH) menghasilkan ion H + dan spesi ionik

124 Dalam penelitian ini ditemukan bahwa hipnoterapi dapat memberikan alternatif kesembuhan bagi klien, adapun beberapa teknik yang digunakan sangat dekat dengan

Penjaminan mutu internal adalah penjaminan mutu yang dilakukan oleh institusi perguruan tinggi yang bersangkutan dengan berpedoman dan berlandaskan pada peraturan

Teori yang digunakan yaitu bahasa ragam jual beli, pragmatik dalam teori pregmatik terdiri dari pengertian pragmatik dan aspek-aspek situasi tutur, dalam

Implementasi IDS pada server menggunakan jejaring sosial (facebook, twitter, dan whatsapp) sebagai media notifikasi memudahkan administrator dalam mengidentifikasi

Sehingga menghasilkan himpunan penyelesaian dan dapat diketahui jumlah bahan yang diperlukan dalam setiap kali produksi dan mengelola proses produksi yang akan berjalan sehingga

Kebisingan adalah bunyi yang tidak di inginkan karena tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan