• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penghayatan Jalaludin Rumi Tentang Isa Almasih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penghayatan Jalaludin Rumi Tentang Isa Almasih"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

I A ADA AH A G ECI

A

Penghayatan Jalaludin Rumi Tentang Isa Almasih

Selly Marsela Sinulingga*

Pengajar di SD Kristen Petra 10 Surabaya Abstrak

Kontroversi tentang Yesus Kristus telah muncul selama beberapa tahun.Tulisan ini hadir untuk mendiskusikan mengenai hal tersebut dari perspektif Jalaludin Rumi.Yesus adalah Nabi Kasih dalam perspektif Rumi.Penelitian ini berdasarkan buku-buku dari Jalaludin Rumi, yaitu Fihi Ma Fihi dan Matsnawi. Yang terakhir, penelitian ini akan menjelaskan citra diri Yesus pada kedua buku yang merujuk pada Rumi, Yesus adalah pola anutan, Sufi, guru spiritual dan nabi pada masanya.

Kata Kunci: Yesus, Jalaludin Rumi, Kasih, Sufi

Pendahuluan

Sosok Yesus Kristus merupakan tokoh sentral kekristenan.Menurut ajaran sebagian besar denominasi Kristen, Yesus dipandang sebagai putra Allah, yang memiliki kodrat manusia sekaligus illahi.Selain itu, seluruh umat Kristen meyakini bahwa Yesus adalah sosok juru selamat (Mesias) atau Kristus yang diurapi serta yang dinantikan.Melalui kematian serta kebangkitan Yesus umat Kristen mempercayai bahwa Kristus adalah Juru selamat (Mesias).Dalam ajaran Kekristenan,Yesus Kristus merupakan juru selamat manusia. Ia adalah yang diurapi oleh Tuhan untuk menjadi penebus dosa manusia. Selain itu, umat Kristiani juga mendasarkan pandangannya mengenai Yesus Kristus berdasarkan tulisan Perjanjian Baru yang ada dalam Kitab Suci Kristiani. Baik para Penulis Perjanjian Baru, Bapa-bapa Gereja, Kekristenan Masa Kini, maupun peneliti Yesus Sejarah pada kenyataannya memiliki pandangan yang berbeda mengenai sosok Yesus ini.1 Dalam kenyataanya, bukan hanya dalam lingkungan Kekristenan saja terdapat berbagai pandangan mengenai sosok Yesus ini, melainkan dari agama lainpun dalam hal ini Islam juga memiliki

1Ioanes Rakhmat, Memandang Wajah Yesus: Sebuah Eksplorasi Kritis, (Jakarta : Pustaka Surya Daun, 2012) h. x.

pandangan mengenai Yesus yang berbeda. Pandangan tersebut tentu saja terpengaruh juga dari ajaran agama sendiri, tapi juga banyak hal lainnya. Salah satu tokoh Islam dalam hal ini Sufi yang berbicara mengenai Yesus adalah Jalaluddin Rumi. Faktanya menurut Rumi, Yesus adalah sosok yang penting bagi umat Islam sendiri bahkan sering disebut sebagai al-Insan al-Kamil (Manusia yang sempurna).

Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al-khattabi al-Bakri atau sering juga disebut Rumi adalah seorang penyair sufi. Rumi lahir di Balkh (sekarang Afganistan), pada tanggal 6 Rabiul Awwal, tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi. Ayahnya bernama Bahauddin Walad seorang cendikia yang saleh, ia juga mampu berpandangan ke depan dan juga seorang guru yang terkenal di Balkh. Ayah Rumi juga merupakan masih termasuk keturunan Abu Bakar.Sedangkan ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm. Waktu itu keluarga Rumi mengalami peristiwa terancam oleh serbuan Mogol, sehingga Rumi dan seluruh keluarganya meninggalkan Balkh, melalui Khurasan dan Suriah, sampai ke provinsi Rum di Anatolia tengah, yang merupakan bagian Turki sekarang. Dalam pengembaraan dan pengungsiannya tersebutlah, keluarganya sempat singgah di kota

(2)

Nishapur yang merupakan tempat kelahiran penyaor dan ahli matematika Omar Khayyam. Di kota itu juga Rumi bertemu dengan Attar, yang meramalkan si bocah pengungsi ini kelak akan menyalakan api gairah Ketuhanan.

Menariknya, Buku Rumi al-Matsnawi yang terkenal tersebut, sebenarnya berisi juga puisi-puisi Rumi tentang Yesus. Seperti diperlihatkan oleh James Roy King2, bahwa buku yang bagi banyak Muslim menjadi buku kedua terpenting setelah Al-Quran itu, memberikan penekanan khusus terhadap Yesus. Buku tersebut memperlihatkan bahwa Yesus merupakan realitas yang penting bagi Rumi sehingga perlu dibicarakan dengan indah dalam sajak-sajak puisi yang memukau. Yesus disebut oleh Rumi sebagai al-Insan al-Kamil disamping Muhammad SAW sebagai sosok teladan utama bagi umat Islam. Dalam salah satu ungkapan R mi di b k e eb ia be ka a, Be a a engkau dipandang O Yesus, di mata orang Yah di? , mem e liha kan bah a R mi menyadari akan sosok Yesus dan sepak terjangnya di dalam dunia Yahudi. Memang seperti dikatakan King, bahwa dalam al-Matsnawi Yesus juga dikaitkan dengan sosok lain, seperti Yusuf yang juga penting dalam konteks kepercayaan Yahudi. Selain itu, dalam kitab Fihi Ma Fihi-nya Jalaluddin Rumi yang sering juga dikutip dan dijadikan dasar untuk mempelajari Sufisme, ia berpendapat bahwa Dalam pandangan Rumi, Yesus kemudian secara spiritual merupakan sesuatu yang dimiliki oleh kita manusia, sama seperti Maria yang mengandung Yesus,jelasnya:

Tubuh adalah Maria, masing-masing kita mempunyai Yesus didalamnya. Jika kepedihan/ penderitaan datang maka Yesus akan lahir. Tapi jika tidak

2James Roy King, Jesus and Joseph in R i Mathnawi, dalam JurnalMuslim World Volume 8 Issue 2 1990, h. 81.

maka ia akan pulang membawa rahasianya sebagai mana rahasia kedatangannya. Oleh karenanya kita akan kehilangan hikmah-hikmahnya. Semua ini memperlihatkan bahwa Yesus dibahas oleh Rumi sebagai sosok yang penting dan demikian menarik juga untuk dilihat lebih lanjut bagaimana Rumi yang berasal dari Agama Islam memandang Yesus menjadi panutan dari Kekristenan ini. Secara umum, Agama Islam adalah agama besar yang memilki pengajaran tersendiri.3 Dalam konteks Indonesia, seperti diketahui umum, bahwa Islam merupakan Agama dengan jumlah pemeluk terbesar di Indonesia.Agama Islam juga memiliki daya tariknya sendiri terhadap para pengikutnya dan masyarakat luas.Selain itu, Islam juga memiliki tradisi spiritual, yang merupakan bagian integral dari identitas manusia.Pada saat ini, setiap Agama sering disalah-mengerti oleh berbagai pihak. Begitu juga dengan orang-orang Muslim memiliki banyak kesalah-mengertian satu terhadap yang lain. Agama Islam, di dalam perjalanannya juga menghadirkan banyak tantangan, yang ditandai oleh gerakan globalisasi dan sekularisasi, yang tidak bisa dirubah lagi.Dengan kecanggihan perkembangan zaman pada masa kini.

Sekilas tentang Rumi

Maulana Jalaluddin Rumi adalah seorang penyair Persia abad ke-13, pencipta darwis Islam dan mistik Sufi. Dia dianggap sebagai salah satu guru spiritual terbesar dan intelek puitis. Lahir tahun 1207, ia berasal dari keluarga teolog. Dia memanfaatkan situasi

kehidupan sehari-hari untuk

menggambarkandunia spiritual. Puisi Rumi memperoleh popularitas besar, terutama di kalangan pembicara Persia, Afghanistan, Iran

3 Chawkat Moucarry, Dua Doa Untuk Hari ini : Doa Tuhan dan Fatiha, Christava Sahitya Samithi Tiruvalla, Tahun 2007, Hal. 1

(3)

dan Tajikistan. Banyak puisi yang ditulis oleh penyair besar ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa yang beragam.

Jalaluddin Rumi dilahirkan pada 30 September, 1207, di Balkh (di masa kini

Afghanistan). Ayahnya,Bahaduddin Walad,

adalah seorang teolog, ahli hukum dan mistik, sementara ibunya adalah Mumina Khatun. Ketika Mongol menyerbu Asia Tengah, antara 1215 dan 1220, Rumi meninggalkan Balkh dengan keluarganya dan sekelompokmurid. Kafilah bermigrasi bepergian secara luas di negeri-negeri Muslim, termasuk Baghdad, Damaskus,Malatya, Erzincan, Sivas, Kayseri dan Nigde. Setelah melakukan ziarah di Mekkah, mereka akhirnyamenetap di Konya, terletak di zaman sekarang Turki barat. Pada saat itu, ayah Rumi adalah seorang Teolog, guru dan pengkhotbah.Rumi adalah seorang murid Sayyid Burhan ud-Din Muhaqqiq Termazi, salah satu murid ayahnya. Dibawahbimbingan Sayyid Termazi, dia belajar tasawuf dan memperoleh banyak pengetahuan tentang hal spiritual dan

rahasia dunia roh. Setelah kematian

Bahaduddin, di 1231 AD, Rumi mewarisiposisi ayahnya dan menjadi guru agama terkemuka. Dia berkhotbah di masjid-masjid Konya. Pada waktu Rumi mencapai usia 24, dia telah membuktikan dirinya sebagai seorang sarjana baik di bidangilmu agama.

Rumi sudah menjadi guru dan teolog, ketika pada 1244 AD ia menemukan seorang darwis berkeliaranbernama Syamsuddin Tabriz. Pertemuan ini terbukti menjadi titik balik dalam hidupnya. Syamsuddin danRumi menjadi teman yang sangat dekat. Shams pergi ke Damaskus, yang ia diduga dibunuh oleh siswaRumi yang benci hubungan dekat mereka. Rumi menyatakan cintanya untuk Syamsuddin dankesedihan pada saat kematiannya, melalui musik, tari dan puisi.Selama hampir sepuluh tahun setelah pertemuan Syamsuddin, Rumi

mengabdikan dirinya dalam menulis ghazal. Dia membuatkompilasi ghazal dan menamakannya Diwan-e-Kabir atau Diwan-e Shams-e Tabrizi. Setelah itu, Rumiditemui seorang tukang emas - Salaud-Din-e Zarkub yang kemudian menjadi

rekannya. Ketika Salaud-Din-eZarkub

meninggal, Rumi berteman salah satu murid kesayangannya bernama Hussam-e Chalabi. Rumi menghabiskan sebagiandari tahun-tahun hidupnya di Anatolia, di mana ia menyelesaikan enam jilid karya-nya, Matsnawi.Rumi meninggal dunia pada 17 Desember 1273 AD, di Konya, dalam Seljuk Kekaisaran wilayah (saat itu di Turki).Ia dimakamkan di samping ayahnya di Konya.

Isa adalah Teladan

Isa adalah Role model bagi Rumi.Nampaknya Rumi menyampaikan pemikiran tersebut kepada orang-orang yang sudah mengenal dan menguasai kisah tentang Isa terutama dari dalam Al-Quran.Seperti misalnya dalam Discourse 5 Fihi ma Fihi, Rumi memperlihatkan Penggambaran Isa dalam Alquran di dalam kisah Maria yang melahirkan Isa serta merasakan sakit yang amat sangat.Jadi kelahiran yang sesungguhnya adalah ketika merasakan sakit yang amat sangat, seperti yang dirasakan oleh Maria. Tanpa merasakan sakit yang amat sangat, tidak akan pernah

menemukan kelahiran diri yang sesungguhnya4.

Gambaran Isa seperti ini, dijelaskan oleh Leirvik, merupakan kisah spiritual dimana Isa sesungguhnya menunggu untuk lahir.Jadi Isa sebagaimana di Al-Quran dijelaskan sebagai sosok yang terangkat ke Surga dan sudah meninggalkan Bumi, dari penjelasan Rumi dalam Fihi ma fihi ini menurut Leirvik, Rumi mau mengatakan bahwa Isa menunggu untuk

4Jallaludin Rumi, Fihi ma Fihi, terj. A. J. Arberry,(Iowa : Omphaloskepsi, 2000) h. 38.

(4)

lahir kembali.5Dibanding penafsiran Leirvik ini,

saya lebih memberi penekanan pada metafor kelahiran Isa yang dipakai oleh Rumi sebagai upaya Rumi untuk menjadikan Isa sebagai sosok yang bisa diteladani. Dan proses hidupnya bisa menjadi teladan bagaimana juga penderitaan merupakan jalan untuk menemukan kelahiran diri yang sesungguhnya.

Keteladanan Isa juga kelihatan dari bagaimana Isa menjadi contoh dari lawan kebodohan.Hal ini diperlihatkan Rumi dalam Puisi No. 115, Rumi berbicara dalam konteks berpuasa dan Isa menjadi contoh orang yang menjauhi orang bodoh yang tidak berpuasa lalu diterima doanya.

When Jesus escaped from the ass his prayers became accepted; wash your hands, for the Table has arrived from heaven 6

Bahkan kalau orang bisa lepas dari kebodohan tersebut atau Siapapun yang mampu menahan puasa akan dipuaskan oleh Isa yang menyediakan meja perjamuan makan dari surga seperti disyairkan dalam Puisi No. 195. Lalu di dalam Puisi No. 129, Isa dihayati sebagai pembebas orang-orang yang bodoh dari kebodohannya. Dengan kata lain orang bodoh harus mengikuti jalan Isa agar terlepas dari kebodohan.

Bestow the prophetic wine, so that the ass may not continue in a ih e ; f Je i e wings forthwith sprout on the ass. 7

Dalam Puisi No. 169, sekali lagi Isa adalah pembebas dari kebodohan. Siapapun yang mendekat kepada Isaakan meninggalkan kebodohannya sendiri.

Whe di c e he i h,

and have learned to disregard the

5 Oddbjorn Leirvik, Images of Jesus Christ in Islam, h. 95.

6Ibid., h. 137. 7Ibid., h. 149.

husk, when you have entered the quarter of Jesus, you will not any

e a , Whe e i a ?8

Kemudian hal yang sama juga ditekankan lagi dalam Puisi No. 195, Isa

dipertentangkan dengan kebodohan. Ini

memperlihatkan bahwa siapapun yang tinggal dengan Isa tidak akan pernah mengalami kebodohan lagi.

Y a e he a age f a e , the abode of Jesus; why have I known

hi a age f a e ?9

Sedangkan gambaran positif tentang Isa dan kebodohan nampak dalam Puisi 311 oleh Rumi, Isa dihayati sebagai sosok yang bisa mengubah kebodohan menjadi sesuatu yang berharga seperti emas.

Tha i a a h gi e he a bur Jesus; it is of assishness that you give up Jesus to buy the ass. Jesus turns the drunkard into gold, and if he be gold, makes him into a jewel; if a jewel, he makes him better still, be e ha he a d J i e .10

Dengan kata lain, Isa memperbaiki kehidupan orang yang bodoh menjadi lebih baik. Isa juga menjadi lambang dari kerendahan hati orang untuk percaya pada gurunya.Dari syair-syari puisi ini, kita bisa melihat bahwa keteladanan Isa merupakan lawan dari

kebodohan.Jalan Isa adalah obat bagi

kebodohon.Dengan demikian, melalui syair-syair ini, Rumi ingin memberi penekanan mengenai betapa pentingnya untuk mengikuti Jalan Isa dan meneladaninya.

Isa adalah seorang Sufi

Bagi Rumi, Isa adalah Sufi karena ia sudah mencapai kemurnian dan cinta yang mendalam kepada Tuhan. Dalam Discourse 10, Isa

8Ibid., h. 184. 9Ibid., h. 205. 10Ibid., h. 305.

(5)

digambarkan seperti sosok yang tidak memiliki rumah..Ia menjadi sosok teladan bagi Rumi, karena rumah itu tidak penting bagi Isa. Yang e en ing adalah bel ed a a ang dicin ai,

yang akan membawa serta menuntun

kemanapun Ia pergi. Bagi Isa tidak penting kemana Ia pergi, yang penting adalah bagaimana ia dituntun oleh Tuhan yang penuh dengan Cinta dan kelembutan (love and

kindness). Sehingga Tuhan disini digambarkan

juga sebagai Driver atau sosok yang mengontrol

dan mengendarai kehidupannya.11Ini

memperlihatkan bagaimana Isa sudah mencapai titik kemurnian dimana dirinya sendiri sudah tidak penting lagi. Yang terutama adalah bagaimana Ia bisa bersama dengan yang dicintai yaitu Tuhan. Hal ini merupakan sesutau yang tidak mengherankan lagi sebagai bagian dari Sufi dan begitu terkenal sebagai salah tokoh besarnya, Rumi juga berbicara tentang Cinta.Bahkan pandangannya juga seringkali diringkas dengan Jalan Cinta (Path of Love). Dalam puisi-puisinya ia seringkali menggambar orang yang beriman itu sebagai seorang pecinta. Mungkin ini juga yang menjadi alasan mengapa tulisannya seringkali menarik begitu banyak orang yang mencari sumber spiritual dari hampir semua agama di dunia, untuk ratusan tahun.12

Penghayatan Rumi mengenai Isa yang mencintai Tuhan dengan begitu mendalam sebenarnya merupakan bagian dari seluruh gambaran Rumi mengenai relasi orang beriman Tuhan. Gambaran Rumi tentang Allah selalu personal dan menggambarkan relasi Cinta, sehingga dibanding menggunakan ungkapan maskulin seperti Allah, ia lebih cenderung mengg nakan ngka an Yang Te cin a . Dalam tulisannya Fihi ma Fihii, Rumi mengatakan

11Jallaludin Rumi, Fihi ma Fihi,, h. 78. 12. A. J. Arberry, Introduction, dalam Rumi, Fihi ma Fihi, terj. A. J. Arberry ,(Iowa : Omphaloskepsi, 2000) h. vi.

bahwa ketika seseorang itu semakin mengikuti keinginan penguasa (Raja) dan dunia, maka ia semakin menjadi jauh dari Yang Tercinta, Semakin kam be damai dengan orang-orang dunia, maka semakin jauh pula Yang Tercinta da im . 13 Rumi memahami bahwa Cinta mensyaratkan siapa yang terutama, hanya satu yang bisa menempatkan tempat yang khusus dalam diri sang pecinta entah itu Allah maupun dunia. Yang benar seperti yang digambarkan oleh perkataan Rumi tadi, bahwa Yang Tercinta akan mendekat kalau sang pecinta tidak memberi tempat bagi yang lain.

Semakin mengelaborasi pandangan tentang Cinta, Rumi kemudian menggambarkan dalam salah satu puisinya, bahwa Cinta adalah anda e e ang hid , Di Ma a T han, dia yang tidak memiliki warna Cinta, tiada lain adalah ka dan Ba 14. Ini semakin mempertegaskan bahwa dalam ajaran spiritualnya, ia kemudian memberi posisi yang penting bagi pembicaraan tentang Cinta, sehingga tidak mengherankan kalau dalam puisinya yang lain ia kemudian semakin mend k ng hal ini, Pilihlah Cin a, Cin a ! Tan a mani n a Cin a hid adalah beban 15, nampak dalam puisinya ini bahwa Cinta bukan hanya sekedar sebuah slogan yang dipakai untuk menggambarkan relasi antara manusia dengan Tuhan dan tanda bahwa seseorang itu hidup, tapi juga harus dipilih menjadi jalan hidup, agar hidup yang dijalani itu bisa seperti tanpa beban. Kalau dikaitkan dengan pandangan mengenai Cinta dalam Sufi, maka pandangannya ini semakin mempertegaskan pandangan yang ada bahwa dalam Cinta seseorang tidak akan memikirkan yang lain, selain yang dicintai itu

13. Jallaludin Rumi, Fihi ma Fihi,h. 16-17. 14. William Chittick, Jalan Cinta Sang Sufi : Ajaran-ajaran Spiritual Jallaludin Rumi, (Yogyakarta : Kalam, 2000) h. 251.

(6)

dan juga akan membawa anugerah seperti yang digambarkan Rumi tadi.

Sama seperti para Sufi, Rumi-pun memahami bahwa Cinta hanya ditujukan kepada Tuhan saja, William Chittick menyebutnya ebagai cin a eja i/ ishq haqiqi .Nam n ka ena Cinta Tuhan itu menyebar ke mana-mana dan ke seluruh semesta ini, maka semua Cinta yang ada sebenarnya merupakan perwujudan dari Cinta Tuhan.Menurutnya, ini semua bisa terjadi karena segala-sesuatu adalah pantulan dan bayang-bayangNya.16Pemahaman ini jika dielaborasi lebih lanjut, kemudian memberi dampak bahwa semua perbuatan-perbuatan yang memancarkan Cinta juga sebenarnya berasal dari Cinta Tuhan. Bahkan lebih lanjut dikatakan bahwa sebenarnya semua bentuk dunia tidak lain adalah pantulan-pantulan realitasnya. Salah satu puisi Rumi meringkas em a ini, D nia bagaikan ce min ang memantulkan kesempurnaan Cinta. Oh kawan !Siapakah yang pernah melihat bagian lebih be a da i ke el han?17

Isa menjadi simbol tentang bagaimana seseorang hidup terutama untuk mengabdi pada yang menuntun kehidupannya, yaitu Allah.Isa

menjadi contoh bagaimana seseorang

mengabdikan hidupnya untuk yang dicintainya yaitu Allah.Dalam hal ini benarlah yang dikatakan oleh Annemarie Schimmel bahwa dari Maulana Rumi, ajarannya mengenai cinta merupakan sesuatu yang penting untuk dipertimbangkan dan ditiru.18Hal itu terlihat

dari bagaimana Rumi juga menghayati Isa dari sudut pandang Cinta yang mendalam.Lalu apakah yang menjadi implikasi dari pandangan

16. Ibid, h. 246. 17.Ibid, h. 241

18 Annamarie Schimmel, Ma a a Rumi : Kemarin, Sekarang dan E k , dalam Amin Banani, Richard Hovannisian dan Georges Sabagh (ed.), Kidung Rumi, Puisi dan Mistisisme dalam Islam : Analisa kritis Annemarie Schimmel, William C. Chi ic hi gga Vic ia H b , (Surabaya : Risalah Gusti, 2001) h. 27.

Isa sebagai teladan bagi Cinta ini?Isa dalam hal ini juga menjadi simbol bagaimana seseorang yang mencintai Allah dengan begitu mendalam. Di dalam kedalaman cinta itu, Isa juga mencintai seluruh ciptaan, sama seperti hakekat Cinta yang diarah kepada Allah sebenarnya juga mengarah kepada seluruh manusia. Kemanapun Isa pergi, ia selalu membawa kebaikan bagi sesamanya.

Gambaran Isa yang adalah pecinta ini sama dengan pandangan Para Sufi lainnya yang menghubungnya Isa dengan Cinta. Tema Cinta merupakan Tema utama dalam ajaran-ajaran Sufi, jadi dalam sosok penting seperti Isa, adalah suatu hal yang wajar kalau kemudian ada gambaran Isa adalah pecinta (lover).Gambaran seperti ini lebih spesifik dalam pandangan Al-Ghazali yang menggambarkan sosok Isa sebagai sosok Pecinta Allah.Dalam Rumi juga sendiri Isa selain digambarkan sebagai Pecinta namun juga digambarkan sebagai sosok yang bisa membawa kebahagiaan karena cinta yang mendalam itu.Dalam Discourse 11, Isa digambarkan sebagai sosok yang mempunyai tingkatan lebih tinggi dibandingkan Yohanes. Isa memiliki tingkatan lebih tinggi karena Ia lebih banyak memikirkan kehalusan, kemisteriusan dan indah rahmat cinta kasih Allah. Dengan caraNya tersebutlah yang telah membuatIsa riang serta

bahagia selalu.19Disini kita melihat Isa

digunakan sebagai symbol orang yang memiliki iman kemudian bisa merasakan sukacita selalu. Pandangan Isa ini dipertegas oleh Rumi sendiri dalam buku Mystical Poems of Rumi, dimana ia berpandangan bahwa orang dapat bersukacita karena memiliki iman, sajaknya,

Jesus was a laugher, John the Baptist a

frowner; the former laughed out of trust, the latter frowned from fear. 20

19Jallaludin Rumi, Fihi ma Fihi,, h. 92. 20 Jalaludin Rumi, Mystical Poems of Rumi, terj. A. J. Arberry, (Chicago & London, The University of Chicago Press, 2009)., h. 169.

(7)

Isa seperti ini menurut Leirvik, merupakan gambaran mengenai Isa sebagai petapa yang tertawa. Gambaran seperti ini memang katanya

sudah biasa.21Bahkan Isa juga sering

digambarkan sebagai sosok Sufi pertama yang

memakai baju berbahan katun.Untuk

menunjukkan bagaimana Isa juga mengajarkan kemurnian, Rumi juga memberi penafsirannya

terhadap perkataan-perkataan yang

disampaikan oleh Isa. Seperti di dalam

Discourse 51, Rumi mengutip perkataan Isa, ak

bertanya pada makhluk hidup yang bisa

memakan makhl k hid . Dalam mengg nakan

penjelasan yang sifatnya simbolik, Rumi sampai

pada kesimpulan bahwa makna yang

sesungguhnya dari perkataan Isa tersebut adalah

ulama yang memanfaatkan muridnya.22 Ini

memperlihatkan bagaimana seorang ulama juga bisa tergoda oleh kekuasaan yang dimilikinya, sehingga diri ulama itu sendiri perlu untuk dimurnikan agar tidak jatuh ke dalam godaan tersebut. Lalu dalam Discourse 68, kelihatan bahwa Rumi mengutip pandangan Isa, Ajaran Isa untuk menguasai kemurkaanmu terhadap yang lain. Isa mengajarkan tentang bagaimana

cara menghindari murka Allah, yang

menghindari murka kita sendiri terhadap orang lain.23 Hal soal pengendalian diri menuju

kemurnian juga kelihatan dalam tulisannya yang lain. Ini kelihatan misalnya dalam Puisi No. 98 dalam buku Mystical Poems of Rumi, dimana Rumi berbicara mengenai Ketulusan dan kemurnian seperti bayi Isa dijadikan suatu pemahaman yang harus dimiliki setiap orang. Pemahaman tersebut juga sering dinyanyikan untuk selalu dikenang pada generasi-generasi berikutnya.Isa disini sebagai simbol ketulusan dan kemurnian.

21 Oddbjorn Leirvik, Images of Jesus Christ in Islam, h. 95.

22Ibid., h. 344. 23Ibid., h. 424.

The deposed narcissus has become the inspector ot he kingdom; the infant bud like Jesus has become understanding and chanting. 24

Dalam Puisi No. 140, Isa dihayati sebagai penuntun orang menuju surga. Hanya orang yang murni yang bisa bersama-sama dengan Isa. tidaklah mungkin orang bodoh yang

akan bersama-sama dengan-Nya.25Dalam

Discourse 12, Isa digambarkan sebagai sosok teladan tentang hal dimana pemeliharaan Allah datang, disitulah perjuangan akan dimulai.26

Rumi sendiri tidak menjelaskan mengenai apa dan bagaimana perjuangan yang harus dilalui oleh Isa. Mungkin saja ia berasumsi bahwa pembacanya sudah mengetahui hal tersebut. Cukup saja ia memperkatakan tentang Isa untuk menguatkan argumennya bahwa pemeliharaan Allah juga menuntut perjuangan (struggling) dari orang yang menerimanya. Selain gambaran sebagai symbol ini, Isa dipakai juga sebagai

ukuran untuk menentukan waktu

sesuatu.Seperti dalam Discourse 18, Isa

dijadikan patokan waktu muncullnya

alquran.Karna alquran muncul jauh sebelum Isa ada.Karna alquran adalah symbol pengetahuan Tuhan.27 Singkatnya, semua penjelasan tentang

Isa ini, dipakai oleh Rumi untuk menjelaskan maksudnya entah itu berupa ajaran mengenai kehidupan penuh anugerah yang juga harus diperjugkan dan hidup dengan iman yang membawa sukacita, juga nilai-nilai spiritual seperti mengutamakan Tuhan yang menuntun kehidupan kita dan keterbukaan terhadap rasa sakit yang nantinya akan melahirkan diri kita yang sesungguhnya (true self).

Isa adalah Guru spiritual

24 Jalaludin Rumi, Mystical Poems of Rumi, terj. A. J. Arberry, (Chicago & London, The University of Chicago Press, 2009), h. 121.

25Ibid., h. 157.

26Jallaludin Rumi, Fihi ma Fihi,, h. 103. 27Ibid., h. 146.

(8)

Adalah sesuatu yang wajar kemudian bagi Rumi, kalau kemudian Isa dihayati sebagai guru. Sebagai sosok yang sudah mencapai kemurnian dan cinta yang mendalam kepada Tuhan, Isa pun mempunyai pengajaran-pengajaran kepada orang lain mengenai

bagaimana hidup yang sesungguhnya.

Penghayatan Rumi ini nampak dalam Discourse

20, dimana Rumi mengajak pembacanya untuk

mengikuti Jalan Isa.Isa digambarkan sebagai jalan spiritual.Jalan spiritual Isa adalah bergulat dengan kesendirian dan tidak memuaskan nafsu.Rumi menganjurkan kalaupun tidak bisa mengikuti jalan Muhammad paling tidak ikutlah jalan spiritual Isa.28Dengan demikian, jalan Isa

juga merupakan jalan yang dianjurkan oleh Rumi.Spiritualitas yang diajarkan oleh Isa menjadi penting bagi Rumi karena Isa diyakini mempunyai kualitas spiritual yang tinggi.Ia sering disebut-sebut sebagi sosok yang penting setelah Muhammad, tapi juga mengalami pengalaman spiritual.

Dalam beberapa puisi, Rumi

menggambarkan Isa sosok yang punya posisi di Surga, seperti dalam Puisi No. 218, Rumi menyebut Isa tinggal di surga ke-empat.

I a h eb d, f i e Je I ha e a h e i he f h hea e .29

Dan dalam Puisi No. 363, Isa

dihayati sebagai gunung tempat surga

berada.Jadi jika ingin mendekat ke surga, maka harus mendekat kepada Isa.

M hea e i e Je ; e e ee like Moses, for God will not say to , Si e ce, h ha ee Me. 30

Bagi Isa jiwa adalah elemen yang penting bagi diri manusia, karena itu perlu dilatih dan diasah dengan latihan spiritual. Jiwa

28Ibid., h. 157. 29Ibid., h. 225. 30Ibid., h. 347.

yang menentukan bagaimana pribadinya akan jadi nantinya. Sama seperti Isa yang berkuasa

untuk menciptakan burung dari tanah

liat.31Dalam hal ini posisi Isa menjadi penting,

karena Isa mengajarkan kita untuk mengolah hati sehingga menjadi murni dan mampu mengendalikan diri.Bisa jadi juga, gambaran Isa sebagai seseorang yang sudah mencapai surga atau menduduki tempat tertentu disana, adalah

gambaran orang yang sudah mencapai

pencerahan dan kemurnian hati.Ia tidak lagi mementingkan dirinya sendiri, ia tidak menginginkan apa-apa lagi kecuali Tuhan yang dicintainya. Sehingga Surga pun menjadi tempat bagi orang yang mengutamakan Tuhan di atas dirinya sendiri.Mungkin ini yang menjadi kualitas spiritual Isa yang sesungguhnya.

Kualitas spiritual Isa juga

diperlihatkan oleh Rumi ketika Isa dihayati sebagai tanda pengharapan. Beberapa kali dalam beberapa puisinya, Rumi menyebut namaIsa dalam konteks puisi pengharapan. Seperti dalam Puisi No. 41, Rumi menyebut, Isa sebagai tanda datangnya hari sukacita, yang dinanti-nantikan oleh Rumi. Hari dimana segala keburukan sirna, dan yang tinggal adalah hari sukacita, tulisnya,

M ha ad ha e rned from the Ascension; Jesus has arrived from the f h hea e Wha a e did assembly, where the sake is good fortune, and his companions are J aid a d Ba Ya id !32

Begitu juga Puisi No. 79 yang adalah Seruan pengharapan, jadi Isa disini menjadi simbol pengharapan. Semua rasa sakit akan hilang. Semua yang menahan rasa lapar akan dipuaskan.

31Ibid., h. 187. 32Ibid., h. 74.

(9)

D de ai , h gh Ma has gone from your hands, for that light which drew Jesus to heaven has c e.33

Ada juga yang lebih jelas lagi yaitu Puisi No. 88 yang berbicara tentang anugerah dari Allah yang telah datang dan Isa adalah tanda dari kedatangan anugerah tersebut.

Tha Je ha d e chee ha c e, ha Je f he age ha c e;34

Isa dihayati sebagai pengungkap misteri yang dicari-cari orang selama ini seperti yang ada dalam Puisi 283.

Had he e bee a edd e i he midst, Jesus would have revealed the

e i e b i e.35

Gambaran yang kiranya serupa juga kelihatan misalnya ketika Isa adalah contoh dari keberuntungan yang tidak terduga.

Je s leaps into the house to escape from the foe; suddenly from the house he di c e a a age hea e .36

Pandangan ini kelihatannya menjadi pandangan yang khas dari Rumi.Isa dilihat sebagai tanda datangnya berkat. Jadi ketika Isa yang naik ke sorga datang kembali, itulah tanda akan datangnya berkat yang besar. Gambaran mengenai Isa yang datang kemudian membawa berkat sebenarnya merupakan juga gambaran mengenai sosok yang sudah tercerahkan

mengalami kemurnian.Ia tidak lagi

mementingkan dirinya sendiri, sehingga

kemanapun ia pergi, ia selalu membawa pengharapan, anugerah dan keberuntungan. Ia

33Ibid., h. 105. 34Ibid., h. 112. 35Ibid., h. 284. 36Ibid., h. 101.

tidak mencari semua hal itu, sehingga dengan mudah kalaupun ia memilikinya, nantinya akan diberikan kepada orang lain. Entah itu Isa sudah ada di Kualitas spiritual Isa juga terlihat dari keyakinan Rumi bahwa Isa juga adalah penyembuh dan dari Dia, kita juga belajar untuk menjadi seseorang yang menyembuhkan. Dalam Puisi No. 328, Isa dihayati sebagai obat yang dapat mengobati jiwa yang sudah menua menjadi muda. Selain itu hati yang penuh dengan keburukan akan diobati oleh Isa. jika hati sudah diobati maka ditinggali Oleh Isa dan ia akan menjadi pelindung bagi orang-orang yang mencari kebaikan.

Tha a he a f Je , i became the inheritance of the physicians; you will find in it the antidote, if you have swallowed the

i f dea h.37

Hal yang serupa juga terdapat dalam Puisi 385, Isa dihayati sebagai orang yang memberi perlindungan bagi sesamanya sehingga yang buta itu bisa diobati dan mengalami kesembuhan bersama Isa.

H c d he ea e ai a ba ie in the path before Moses? And could the blind remain blind in the

ec i f Je ? 38

Puisi No. 400 menjadi pemberi kesimpulan mengenai bagaimana penghayatan Rumi terhadap Isa dimana Isa digambarkan sebagai tabib atas jiwa yang sakit.

N i e Je f Ma bec e he h icia ; a d i e M e f E a a i g f h

be a he he d. 39

Gambaran Rumi ini mirip dengan pandangan Arabi yang melihat Isa sebagai penyembuh. Bahkan Arabi juga memahami Isa

37Ibid., h. 319. 38Ibid., h. 363. 39Ibid., h. 376.

(10)

sebagai roh ilahi yang membawa kesembuhan dan kehidupan bagi orang lain. Karena sosok yang memiliki kualitas spiritual dengan kemurnian hati, gambaran tentang Isa sering dipertentangkan dengan gambaran orang bodoh.Hal ini kelihatan misalnya dalam Puisi No. 52, Puisi sindiran bagi orang-orang yang perilakunya buruk.Dimanapun mereka berada yang terjadi hanya kekacauan. Ini sangat berbeda dengan Isa yang datang membawa kesembuhan dan pengharapan kemanapun ia pergi. Bahkan ketika mereka ditempatkan pada surga tingkat ke-4 bersama-sama dengan Isa, mereka akan tetap melakukan kekacauan. Dengan demikian, tetap akan kelihatan, siapa orang yang memiliki kemurnian hati dan mana orang bodoh.

Je f he f h he e ca , We c e! Wash your hands and mouth, for now is the time for the Tab e. G , bec e effaced i he Friend in the tavern of not being; wherever two drunkards are together,

he e i b d be a b a . 40

Inilah mungkin yang menjadi

gambaran mengenai kehidupan orang-orang di masa Rumi hidup.Sebagaimana dikatakan oleh Milad-Milani, bahwa para Sufi berbicara dalam konteks kehidupannya sendiri, dan menjadi sosok yang bersuara untuk kebaikan orang-orang yang hidup di masanya.41

Isa adalah Nabi pada zamannya

Pemaparan berikutnya dari Rumi

dalam Discourse 21, memperlihatkan

pandangannya mengenai Isa yang menurutnya adalah Nabi yang ada pada zamannya sendiri. Pandangannya tersebut diperlihatkan melalui

40Ibid., h. 81.

41 Milad-Milani, Representations of Jesus in I a ic M ici : Defi i g he S fi Je , h. 49.

penolakan-penolakannya terhadap klaim-klaim kekristenan yang ia dengar. Penolakan Rumi

terhadap ketuhanan Isa sangat terlihat

sekali.Penolakaan Rumi yang pertama terhadap ketuhanan Isa adalah ketika Rumi tidak mempercayai sosok Isa telah bangkit kembali menjadi penyelamat. Bagi Rumi bagaimana mungkin sosok yang dengan tubuh lemah, yang melarikan diri dari perencanaan Yahudi dari satu tempat ke tempat lain bisa menguasai serta memelihara langit dan bumi.42Penolakan Rumi

yang kedua yaitu tentang kemana Roh Isa pergi. Rumi mempermasalahkan hal tersebut, karena bagi Rumi Roh akan kembali kepada asal dan penciptanya. Lalu yang menjadi pertanyaan rumi adalah kemana Roh Isa pergi, jika Isa sendiri adalah sebagai asal dan pencipta itu.43

Rumi lanjut bercerita bahwa ada orang Kristen mengatakan: "Jadi kami menemukan itumenyatakan, dankami mengambil sebagai agama kami. Kemudian "Rumi menjawab: Jika Anda menemukan dan mewarisi harta orang tua anda 'emas palsu, hitam dan korup, apakah anda berarti Anda tidak akan mengubahnya menjadi emas yang berkualitas, bebas dari paduan dan pemalsuan? Bukankah kamumenyimpan emas

itu, mengatakan, "Kami menemukan

begitu."Atau Anda mewarisi dari orang tua Anda yang lumpuhtangan, dan Anda menemukan pengobatan dan dokter untukmenyembuhkan tangan itu.Bagi Rumi sendiri tidak bisa menerima atau mewarisi saja, tetapi harus tetap dikritisi juga.44 Memang Rumi kritis terhadap

paham kekristenan, tapi ia juga mengakui bahwa Allah menghormati Isa. Karena memang Allah mengirimkan nabi-nabi disetiap zaman.Tapi itu semua dilakukan para nabi adalah demi Allah, bukan demi nabi-nabi itu sendiri. Jadi begitupun juga dengan Isa, Isa melakukan

42Ibid., h. 225-226. 43Ibid., h. 226. 44Ibid., h. 226.

(11)

banyak hal demi Allah dan bukan untuk diriIsa sendiri sebagaimana ada pada zaman nabi-nabi sebelumnya.45 Jadi disini kita bisa melihat

bahwa Isa menjadi nabi pada zamannya, bukan karena kehebatan spiritualnya atau kemampuan baik lain yang dimilikinya. Tapi karena ia mengabdikan seluruh hidupnya dengan Allah yang dicintainya. Ia sudah sampai pada titik dimana ia rela melakukan seluruh kehendak Allah dalam hidupnya. Inilah mengapa ia memiliki tempat yang khusus dalam pengajaran

Rumi.Pandangan Rumi ini sebenarnya

mengikuti juga pandangan Sufi pada umumnya yang tidak melenceng dari pandangan Islam Ortodox. Walaupun memang argumen yang dipakai oleh masing-masing tokoh berbicara mengenai hal yang berbeda, namun semua merujuk kepada hal yang sama yaitu Isa adalah nabi dan manusia seutuhnya. Walaupun demikian, ia digambarkan sebagaimana manusia yang khas dan punya kemampuan bicara yang baik.46

Kesimpulan

Penelusuran mengenai pandangan Jalaludin Rumi tentang Isa memperlihatkan bahwa pandangan ini memiliki unsur transformatif dengan bertumpu pada Cinta. Isa adalah sosok yang dipenuhi dengan Cinta. Hidupnya dituntun oleh Cinta dan memang diarahkan untuk yang dicintainya yaitu Allah. Dengan jalan hidup seperti itu, Rumi meyakini bahwa Isa sendiri adalah sosok yang menyebar cinta dan memberi dampak bagi lingkungan sekitarnya. Inilah mengapa Isa sendiri adalah perwujudan dari Cinta itu sendiri. Pandangan Rumi mengenai Isa ini sesungguhnya tidak melawan ortodoksi Islam. Malah pandangan ini

45Ibid., h. 228.

46Pada zamannya, Shams-I Tabriz adalah

orang yang mirip seperti Yesus. Karena ia memiliki kemampuan berbicara dengan baik. lih. Jalaludin Rumi, Mystical Poems of Rumi, terj. A. J. Arberry, h. 165.

bisa dikembangkan untuk konteks Indonesia yang plural. Inilah penelitian selanjutnya yang bisa dikembangkan dari hasil penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA

A. J. Arberry, Introduction, dalam Rumi, Fihi ma Fihi, terj. A. J. Arberry ,Iowa : Omphaloskepsi, 2000.

Annamarie Schimmel, Ma a a Rumi : Kema in, Seka ang dan E k , dalam Amin Banani, Richard Hovannisian dan Georges Sabagh (ed.), Kidung Rumi, Puisi dan Mistisisme dalam Islam : Analisa kritis Annemarie Schi e , Wi ia C. Chi ic hingga Victoria Hobrook, Surabaya : Risalah Gusti, 2001.

Chawkat Moucarry, Dua Doa Untuk Hari ini : Doa Tuhan dan Fatiha, Christava Sahitya Samithi Tiruvalla, Tahun 2007.

Ioanes Rakhmat, Memandang Wajah Yesus : Sebuah Eksplorasi Kritis, Jakarta : Pustaka Surya Daun, 2012 .

Jalaludin Rumi, Mystical Poems of Rumi, terj. A. J. Arberry, Chicago & London, The University of Chicago Press, 2009. Jallaludin Rumi, Fihi ma Fihi, terj. A. J.

Arberry,(Iowa : Omphaloskepsi, 2000).

James Roy King, Je a d J e h i R i Mathnawi, dalam JurnalMuslim World Volume 8 Issue 2 1990. Milad-Milani, Representations of Jesus in

I a ic M ici : Defi i g he S fi Je , dalam Jurnal Literature & Aesthetics, No. 21, (2) 2011.

Oddbjorn Leirvik, Images of Jesus Christ in Islam, (Uppsala : Swedish Institute of Missionary Research, 1999) .

(12)

William Chittick, Jalan Cinta Sang Sufi : Ajaran-ajaran Spiritual Jallaludin Rumi, (Yogyakarta : Kalam, 2000).

Referensi

Dokumen terkait