• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAFT RANCANGAN AWAL RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MALANG TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DRAFT RANCANGAN AWAL RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MALANG TAHUN"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

DRAFT RANCANGAN AWAL

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

KABUPATEN MALANG TAHUN 2016-2020

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

JL. PANJI NO 156 KEPANJEN, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR KODE POS: 65163, TELP (0341) 392323

(2)

I-1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penetapan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah, terakhir direvisi menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014, menandai dimulainya babak baru penyelenggaraan tata pemerintahan di Indonesia, yaitu implementasi otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab. Dengan berlandaskan azas desentralisasi, pemerintah Kabupaten/Kota diberi kewenangan oleh pemerintah pusat untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Pemerintah pusat, mendelegasikan hampir seluruh kewenangannya kepada pemerintah Kabupaten/Kota, kecuali enam bidang urusan yaitu; Politik Luar Negeri, Pertahanan dan Keamanan, Yustisi, Moneter/Fiskal Nasional dan Agama. Sesuai Pasal 12 Undang-Undang No 23 Tahun 2014, urusan-urusan yang didelegasikan (urusan-urusan pemerintahan Konkruen) ditetapkan sebanyak 28 (dua puluh delapan) urusan wajib dan 8 (delapan) urusan pilihan. Urusan-urusan yang didelegasikan tersebut, didasarkan atas prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas serta kepentingan strategsi nasional.

Sebagai produk hukum terbaru terkait desentralisasi, keberadaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah semakin memperkokoh peran strategis daerah dalam kontribusinya untuk peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, lapangan berusaha, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan publik serta daya saing daerah. Kelemahan-kelemahan dalam peraturan perundang-undangan terkait otonomi daerah yang terdahulu (Undang Nomor 22 tahun 1999, ((Undang Nomor 24 tahun 1999 dan ( Undang-undang Nomor 32 tahun 2004), telah disempurnakan dalam regulasi yang lahir saat masa transisi kepemimpinan nasional ini. Salah satu yang menjadi fokus penyempurnaan adalah perencanaan pembangunan daerah. Kebijakan perencanaan pembangunan daerah diatur secara meluas, sistematis dan mengedepankan sinergisitas melalui penetapan mekanisme evaluasi yang terstruktur dan berkala (Bab X Pasal 258-278).

(3)

I-2 Urusan Perencanaan Pembangunan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 memang ‘dihilangkan’ dari daftar urusan pemerintahan yang didelegasikan. Penghapusan salah satu urusan pemerintahan konkruen tersebut sempat menimbulkan polemik diantara para akademisi, pengamat maupun praktisi, karena diindikasikan sebagai sebuah intervensi kebijakan yang bermuara pada re-sentralisasi oleh negara (baca: pemerintah pusat). Sebelumnya, Undang-Undang 32 Tahun 2014 tentang pemerintahan Daerah, berikut aturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota menegaskan bahwa perencanaan pembangunan menjadi salah satu urusan wajib yang didelegasikan (pasal 7 ayat (2) huruf f). Perencanaan pembangunan daerah, selanjutnya diatur dalam Bab Pembangunan Daerah dalam Undang-Undang tentang tata kelola pemerintahan daerah ini. Hal tersebut dimaksudkan untuk memperluas cakupan pengaturan perencanaan pembangunan daerah agar tercipta sinkronisasi dan harmonisasi sehingga mempercepat tercapainya target pembangunan nasional. Jika perencanaan pembangunan tetap menjadi urusan wajib daerah, apalagi tanpa memiliki mekanisme pengendalian dan evaluasi yang baik, dikhawatirkan memunculkan persoalan-persoalan yang kontraproduktif bagi perjalanan pembangunan itu sendiri.

Perencanaan pembangunan secara umum adalah aspek yang fundamental dalam kontestasi pembangunan, disamping aspek pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi. Rasionalisasinya, perencanan yang berkualitas akan menuntun pada keberhasilan pembangunan. Sebaliknya, perencanaan pembangunan yang buruk berpotensi menghadirkan kegagalan (inefisiensi dan inefektifitas) dalam pembangunan. Dengan demikian, rumusan perencanan pembangunan, selain dituntut mengedepankan keterpaduan dengan komponen pembangunan lain, baik secara kewilayahan maupun sektoral, juga dikontruksi secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan.

Perencanaan pembangunan di Indonesia adalah sebuah sistem, dimana komponen-komponen yang membentuk kerangka perencanaan pembangunan saling

(4)

I-3 terkait satu sama lain. Perencanan Pembangunan daerah misalnya, merupakan bagian integral atau satu kesatuan dari sistem perencanaan pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah tidak terlepas dari konsep pembangunan nasional. Oleh karena itu, ketika melakukan penyusunan program-program pembangunan daerah, wajib mengacu pada rencana pembangunan nasional, baik rencana pembangunan jangka panjang maupun menengah. Untuk menjamin berjalanannya sistem perencanaan pembangunan yang dimaksud, sebelumnya telah dibuat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Prasyarat lain yang menopang sinergisitas perencanaan pembangunan daerah adalah pengaplikasian beragam pendekatan dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah seperti pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah dan bawah-atas (Pasal 261 UU 23 Tahun 2014).

Salah satu komponen yang penting dalam perencanaan pembangunan daerah adalah perencanaan pembangunan jangka menengah yang tertuang dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 telah diamanatkan bahwa setiap daerah Kabupaten/Kota wajib memiliki dokumen RPJMD yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Undang-Undang 23 Tahun 2004 yang dimaksud RPJMD merupakan merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang memuat tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, pembangunan Daerah dan keuangan Daerah, serta program Perangkat Daerah dan lintas Perangkat Daerah yang disertai dengan kerangka pendanaan bersifat indikatif untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang disusun dengan berpedoman pada RPJPD dan RPJMN. Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 bahwa RPJMD ditetapkan paling lambat 6 bulan setelah Kepala Daerah baru, dilantik.

Pemerintah Kabupaten Malang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2

(5)

I-4 Tahun 1965. Tujuan umum dibentuknya Kabupaten Malang selaras dengan semangat dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat yang merupakan warisan leluhur pendahulu yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur material spiritual diatas dasar kesucian yang langgeng (abadi) dan dikenal dengan sesanti Satata Gama Karta Raharja. Sampai saat ini, capaian pembangunan pembangunan Kabupaten Malang telah dirasakan hasil dan manfaatnya oleh masyarakat. Kabupaten Malang telah mampu mentransformasikan diri menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, pusat perkembangan budaya dan Pusat pengendalian keamanan yang penting di regional Jawa Timur. Walaupun demikian, seiring dengan dinamika masyarakat dan tantangan yang semakin kompleks, diperlukan keberlanjutan dan perubahan yang lebih baik (sustain and change) dari aktivitas pembangunan yang sedang berlangsung sehingga dapat benar benar mewujudkan tujuan yang diinginkan.

Terkait dengan upaya untuk mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang ideal di Kabupaten Malang sekaligus menjalankan amanat peraturan perundang-undangan yang berlaku maka telah disusun dan ditetapkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor … Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Malang Tahun 2016-2020. Penyusunan dan Penetapan RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2016 – 2020 dilakukan pasca dilantiknya Sdr….. sebagai Bupati Malang dan Sdr .…. sebagai Wakil Bupati Malang oleh Gubernur Jawa Timur pada tanggal ..…. berdasarkan Surat Keputusan … RI No … .

Penyusunan RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2016-2020 berpedoman pada RPJPD Kabupaten Malang 2005-2025 dan RTRW Kabupaten Malang 2010-2030 serta memperhatikan RPJP Nasional, RPJM Nasional 2015 - 2019, RPJMD Provinsi Jawa Timur 2014-2019, dan RTRW Provinsi Jawa Timur 2011-2031. RPJMD selanjutnya menjadi acuan untuk membuat Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). RKPD merupakan perencanan tahunan yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya. Sebagaimana amanat Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dinyatakan bahwa RKPD menjadi pedoman penyusunan Rancangan Anggaran

(6)

I-5 Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). RPJMD juga menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) SKPD, yaitu dokumen perencanaan SKPD 5 (lima) tahunan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD serta bersifat indikatif. Setiap SKPD di lingkup Peemrintahan Kabupaten Malang selanjutnya menjabarkan renstra tersebut dengan Rencana Kerja (Renja) SKPD. Dengan demikian, RPJMD Kabupaten Malang tahun 2016 - 2020 dapat dikatakan sebagai hulu dari seluruh alur pelaksanaan pembangunan yang wajib dijadikan pedoman bagi seluruh stakeholders yang terkait dengan pembangunan di Kabupaten Malang.

1.2 Dasar Hukum Penyusunan

Landasan hukum penyusunan dan penetapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupten Malang 2016 – 2020 adalah

1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 75);

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 32);

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

(7)

I-6 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4483);

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

9. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);

10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

12. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235);

13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan

(8)

I-7 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817)

(9)

I-8 20. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21);

21. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010 – 2014;

22. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025; 23. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 10 Tahun 2007 tentang

Kewenangan Pemerintahan Kabupaten Malang Dalam Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan;

24. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah;

25. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 6 Tahun 2008 tentang RPJPD Kabupaten Malang 2005 – 2025

26. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang;

1.3 Hubungan Antar Dokumen

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional secara substansi menegaskan bahwa perencanaan pembangunana di Indonesia adalah sebuah sistem. Keterkaitan dan keselaran antara komponen perencanaan pembangunan baik dalam skala lokal, regional maupun nasional dan dokumen-dokumen lainnya menjadi kata kunci untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan.

1.3.1 RPJMD Kabupaten Malang dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM Nasional)

RPJM Nasional Tahun 2020 menyebutkan bahwa visi Indonesia Tahun 2015-2020 adalah terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan berkepribadian berlandaskan Gotong Royong. Untuk mencapai visi tersebut maka ditetapkan misi

(10)

I-9 sebagai berikut; 1) Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan, 2) Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum, 3) Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim, 4) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera, 5) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing, 6) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional, 7) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Adapun agenda prioritas pembangunan yang ditetapkan yaitu; 1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara, 2) Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, 3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, 4) Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya, 5) Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia, 6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya, 7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektorsektor strategis ekonomi domestik, 8) Melakukan revolusi karakter bangsa, 9) Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Sembilan agenda prioritas pembangunan pemerintahan tersebut, lebih dikenal dengan ‘Nawa Cita’. Agar RPJM Nasional mampu dioperasionalkan secara optimal dan tercipta harmonisasi irama pembangunan, RPJMD Kabupaten Malang tahun 2016 -2020 wajib mengacu pokok-pokok ‘Nawa Cita’ tersebut. Pada konteks inilah pendekatan atas-bawah (top down) diimplementasikan dalam penyusunan RPJM Daerah.

(11)

I-10 1.3.2 RPJMD Kabupaten Malang dengan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Propinsi jawa Timur

Visi pembangunan Jawa Timur yang ingin diwujudkan pada periode 2014-2019 adalah: “Jawa Timur Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berdaya Saing, dan Berakhlak”. Visi tersebut diurakan dalam beberapa misi, yaitu: 1) Meningkatkan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan, 2) Meningkatkan pembangunan ekonomi yang inklusif, mandiri, dan berdaya saing, berbasis agrobisnis/agroindustri, dan industrialisasi, 3) Meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan, dan penataan ruang, 4) Meningkatkan reformasi birokrasi dan pelayanan publik, 5) Meningkatkan kualitas kesalehan sosial dan harmoni sosial. Sama halnya dengan RPJM Nasional, Substansi RPJMD Propinsi Jawa Timur tahun 2014-2019 juga wajib menjadi acuan dalam penyusunan dan penetapan RPJMD Kabupaten Malang tahun 2016-2020 sehingga tercipta sinkronisasi pembangunan.

1.3.3 Hubungan RPJMD dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Propinsi Jawa Timur

Arah Pengembangan Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur yang terkait dengan pembangunan di Kabupaten Malang adalah tentang rencana struktur pemanfaatan ruang wilayah, menggambarkan rencana sistem pusat pelayanan permukiman perdesaan dan perkotaan serta sistem jaringan sarana perwilayahan di Provinsi Jawa Timur. Diharapkan dengan penetapan struktur pemanfaatan ruang tersebut mampu mendorong pemerataan pelayanan, khususnya pertumbuhan wilayah di perdesaan dan perkotaan di Kabupaten Malang sendiri maupun daerah lain di lingkup wilayah Jawa Timur. Dalam rencana sistem perkotaan, Kabupaten Malang bersama Kota Malang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disingkat PKN. PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, kegiatan nasional, atau kegiatan beberapa provinsi. Perwilayahan Jawa Timur juga direncanakan dalam Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) dengan kedalaman penataan struktur pusat permukiman perkotaan yang dibagi dalam 8 SWP yaitu 1) SWP Gerbangkertosusila Plus, 2) SWP

(12)

I-11 Malang Raya, 3) SWP Madiun dan sekitarnya, 4) SWP Kediri dan sekitarnya, 5) SWP Probolinggo, Lumajang, 6) SWP Blitar, 7) SWP Jember, dan 8) SWP Banyuwangi. 1.3.4 RPJMD Kabupaten Malang dengan Rencana Pembanguann Jangka Panjang

Daerah (RPJPD) Kabupaten Malang

RPJPD Kabupaten Malang saat ini memasuki Kebijakan Pembangunan tahap ke-3 (2016-2020) yang secara spesifik diarahkan pada sasaran melanjutkan program-program pembangunan tahap ke-2 (2010-2015) yang belum terselesaikan dengan penekanan kebijakan sebagai berikut; 1) Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi berdasarkan potensi SSWP guna memperkecil kesenjangan antar kawasan, 2) Meningkatkan kualitas pelayanan publik, 3) Meningkatkan mutu pendidikan, olah raga dan seni budaya, 4) Meningkatkan dan mengembangkan sistem kesehatan masyarakat mandiri, 5) Mengembangkan penataan dan pengelolaan wilayah dalam rangka efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, serta pelestarian lingkungan hidup, 6) Mengembangkan industri berbasis pertanian, pertambangan, kelautan dan pariwisata yang didukung infrastuktur yang memadai dan daya dukung lingkungan, dan 7) Meningkatkan kualitas struktur keuangan daerah. Tahapan dan skala prioritas yang ditetapkan tersebut diatas mencerminkan urgensi permasalahan yang hendak diselesaikan tanpa mengabaikan permasalahan lainnya. Posisi RPJMD Kabupaten Malang 2016-2020 selanjutnya menjadi dokumen yang menjabarkan Perencanan jangka panjang secara lebih terfokus

1.3.5 RPJMD Kabupaten Malang dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Malang

Penyusunan RPJMD perlu memperhatikan dan mempertimbangkan struktur dan pola penataan ruang yang sesuai dengan Peraturan Daerah No 3 tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang Tahun 2010-2030 sebagai dasar untuk menetapkan lokasi program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang daerah di Kabupaten Malang. Sebagaimana diketahui, Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Malang terdiri atas 1) Kebijakan dan

(13)

I-12 strategi perencanaan ruang wilayah yang meliputi penetapan struktur ruang wilayah, penetapan pola ruang wilayah, penetapan kawasan strategis serta penetapan fungsi kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. 2) Kebijakan dan strategi penetapan struktur ruang wilayah daerah memuat kebijakan dan strategi sistem perdesaan; kebijakan dan strategi sistem perkotaan; kebijakan dan strategi penetapan fungsi kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan; kebijakan dan strategi pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah. Lebih lanjuntuk mengembangkan rencana fungsi dan sistem kewilayahan, ditetapkan sebanyak 6 (enam) Wilayah Pengembangan Kabupaten Malang, yang terdiri atas yang terdiri 1) WP I lingkar kota Malang 2) WP II Kepanjen 3) WP III Ngantang, 4) WP IV Tumpang, 5) WP V Turen dan Dampit, 6) WP VI Sumbermanjing Wetan.

1.3.6 RPJMD Kabupaten Malang dengan Rencana Strategis (renstra) SKPD

RPJMD menjadi pedoman dalam penyusunan Renstra SKPD. Renstra SKPD merupakan penjabaran teknis RPJMD yang berfungsi sebagai dokumen perencanaan teknis operasional dalam menentukan arah kebijakan serta indikasi program dan kegiatan setiap urusan bidang dan/atau fungsi pemerintahan untuk jangka waktu 5 (lima) tahunan, yang disusun oleh setiap SKPD di bawah koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Malang. Dalam konteks ini, adalah sangat penting bagi SKPD untuk mengkarifikasikan secara eksplisit visi dan misi Bupati terpilih dan RPJMD. Penyajian Renstra SKPD dilakukan secara sistematis, dan terpadu ke dalam tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan prioritas SKPD serta dilengkapi dengan indikator atau tolok ukur pencapaiannya. 1.3.7 RPJMD Kabupaten Malang dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

(RKPD)

RKPD merupakan dokumen perencanaan pemerintah untuk periode satu tahun dan merupakan penjabaran dari RPJMD kabupaten Malang Tahun 2016-2020 yang memuat a) rancangan kerangka ekonomi daerah b) program prioritas pembangunan

(14)

I-13 daerah dan c) rencana kerja, pendanaan dan prakiraan maju, yang selanjutnya akan dipakai sebagai dasar penyusunan KUA-PPAS.

1.3.8 RPJMD Kabupaten Malang dengan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD)

Pelaksanaan RPJMD Kabupaten Malang tahun 2016-2020 dijabarkan ke dalam RKPD sebagai suatu dokumen perencanaan tahunan daerah yang memuat prioritas program dan kegiatan dari Rencana Kerja SKPD. RKPD menjadi acuan dalam pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten. Selanjutnya SKPD dengan berpedoman pada Renstra SKPD dan RKPD menyusun rencana kerja tahunan berupa Rencana Kerja (Renja) SKPD.

1.3.9 RPJMD Kabupaten Malang dengan Beberapa Dokumen Lainnya

Guna mensinergiskan pembangunan kewilayahan dan sektoral, maka dalam Penyusunan dan penetapan RPJMD Kabupaten Malang tahun 2016-2020 juga memperhatikan keberadaan dokuemn-dokumen lain diluar komponen perencanan. Pada bagian lain, dokumen berupa perencanaan sektoral dan bersifat mikro juga perlu mengacu pada RPJMD. Adapun contoh dari dokumen-dokumen lain yang dimaksud meliputi (1) Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI), (2) Roadmap Pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Ponco Wismo Jatu, (3) Rencana Aksi Pengurangan Dampak Perubahan Iklim.

Untuk memperjelas skema hubungan antar dokumen dalam RPJMD Kabuapten Malang tahun 2016-2020 dapat dilihat pada gambar berikut:

(15)

I-14 Gambar 1.1

Hubungan Antar Dokumen 1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2016-2020 intinya adalah skema atas penjabaran visi dan misi Bupati Malang terpilih yang terjabarkan dalam beberapa tujuan pembangunan. Untuk mencapai tujuan pembangunan yang dimaksud, ditetapkanlah sasaran pembangunan beserta besaran target yang harus dicapai. Selanjutnya untuk mencapai target sasaran tersebut, dirumuskan strategi, arah kebijakan dan program prioritas. Sebelumnya ditentukan pula indikator outcome dari masing-masing program beserta kerangka pendanaannya. Rumusan tersebut menjadi pedoman bagi Pemerintah Pemerintah Kabuapaten Malang beserta

(16)

I-15 masyarakat dalam melaksanakan pembangunan dalam 5 (lima) tahun yang akan datang.

Adapun format penulisan penjabaran visi misi tersebut sebagaimana diatur dalam Permendagri No. 54 Tahun 2010 adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisikan gambaran umum penyusunan RPJMD yang terdiri atas latar belakang penyusunan RPJMD, dasar hukum penyusunan RPJMD, hubungan antar dokumen RPJMD dengan dokumen rencana pembangunan daerah lainnya, sistematika penulisan serta maksud dan tujuan.

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah

Bab ini memaparkan gambaran umum kondisi Kabupaten Malang beberapa tahun terakhir yang meliputi empat aspek, yaitu aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan aspek daya saing daerah.

Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan Bab ini memaparkan tentang kinerja keuangan tahun 2010-2015 meliputi kinerja pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan neraca daerah; kebijakan pengelolaan keuangan tahun 2010-2015 meliputi proporsi penggunaan anggaran dan analisis pembiayaan; kerangka pendanaan yang mencakup analisis pengeluaran periodik wajib dan mengikat serta prioritas utama; dan proyeksi keuangan daerah tahun 2016-2020, serta penghitungan kerangka pendanaannya.

Bab IV Analisis Isu-Isu Strategis

Bab ini menjelaskan tentang permasalahan pembangunan Kabupaten Malang yang terkait dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan, dan isu-isu strategis yang dapat berasal dari permasalahan pembangunan sendiri maupun yang berasal dari dunia internasional, kebijakan nasional maupun regional, yang memberikan pengaruh terhadap perencanaan pembangunan Kabuapten Malang di masa yang akan datang.

(17)

I-16 Bab V Penyajian Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

Bab ini menjelaskan visi dan misi pembangunan jangka menengah daerah tahun 2016 – 2020 yang merupakan visi dan misi kepala daerah terpilih. Pada bagian ini juga diuraikan tujuan dan sasaran pembangunan beserta indikator yang akan dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang yang terkait dengan isu strategis daerah.

Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah

Bab ini menguraikan strategi dalam mencapai tujuan dan sasaran serta arah kebijakan dari setiap strategi yang terpilih, sebagai rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran secara efektif dan efisien.

Karena strategi dan arah kebijakan adalah rumusan dalam upaya mencapai sasaran, tujuan dan visi misi maka hanya mengcover beberapa urusan pemerintahan yang sangat terkait dari 26 urusan wajib dan 8 (delapan) urusan pilihan yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah.

Untuk urusan pemerintahan yang tidak terkait langsung dengan visi dan misi, maka yang menjadi pedoman dalam perumusan kebijakannya adalah penerapan Standar Pelayanan Minimal yang sudah ditetapkan oleh 15 Kementerian/Lembaga.

Bab VII Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah

Bab ini menguraikan hubungan antara kebijakan umum yang berisi arah kebijakan pembangunan secara umum dan program prioritas beserta target capaian indikator kinerja outcome yang disertai indikasi kerangka pendanaannya dalam kurun waktu 5 (lima) tahun. Adapun program yang disajikan dalam bab ini hanya program yang bersifat prioritas karena terkait dengan penjabaran visi misi, tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan. Sementara itu untuk program-program yang tidak terkait secara langsung dengan visi misi diarahkan dalam rangka penerapan Standar Pelayanan Minimal yang akan disajikan dalam Bab VIII.

(18)

I-17 Dari program-program prioritas tersebut, selanjutnya akan ditentukan program program unggulan yang merupakan prioritas utama kepala daerah yang akan dicapai dalam 5 (lima) tahun yang akan datang.

Bab VIII Indikasi Rencana Program yang disertai Kebutuhan Pendanaan

Bab ini menguraikan seluruh program yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Malang selama 5 (lima) tahun, baik yang bersifat program unggulan, program prioritas, maupun program penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang disertai dengan indikator pencapaian target yang disajikan menurut urusan pemerintahan. Selain itu juga akan disajikan program teknis bersama dan program bersama penunjang organisasi sebagai dasar operasional Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Bab IX Penetapan Indikator Kinerja Daerah

Bab ini menguraikan gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Bupati pada akhir periode masa jabatan, dengan menggambarkan akumulasi pencapaian indikator dampak (impact) pada tujuan dan sasaran sebagaimana disajikan dalam Bab V serta pencapaian indikator hasil (outcome) pada masing-masing program sebagaimana disajikan dalam Bab VII.

Bab X Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan

Bab ini menguraikan tentang RPJMD menjadi pedoman penyusunan RKPD dan RAPBD tahun pertama dibawah kepemimpinan kepala daerah terpilih hasil pemilihan pada periode berikutnya. Selain itu, RPJMD juga dijadikan pedoman dalam penyusunan Peraturan Daerah tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) dan peraturan lainnya (Peraturan Daerah maupun Peraturan Bupati) agar selaras dengan visi, misi, dan arah kebijakan pembangunan yang telah ditetapkan dalam dokumen RPJMD. Bab XI Penutup

Bab ini menyampaikan dengan singkat harapan pencapaian dari dokumen RPJMD yang telah ditetapkan.

(19)

I-18 1.5 Maksud dan Tujuan

Penyusunan dan penetapan RPJMD Kabupaten Malang tahun 2016-2020 memiliki maksud:

1. Memberikan arah atau petunjuk dalam penyelenggaraan pembangunan jangka menengah di Kabupaten Malang, khususnya periode tahun 2016 - 2020;

2. Menjadi landasan dalam penyusunan Rencana Strategis (renstra) SKPD di lingkup pemerintahan kabupaten Malang;

3. Sebagi pedoman dalam penyusunan RKPD Kabupaten Malang. Selanjutnya, RKPD tersebut menjadi dasar penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD);

4. Sebagai alat ukur untuk penilaian keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah dibawah kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati;

5. Sebagai parameter untuk mengukur kinerja Kepala SKPD dalam melaksanakan amanat pembangunan berdasarkan tugas, fungsi, kewenangan dan tanggung jawab yang dimiliki masing-masing dalam rangka mewujudkan visi, misi dan program Bupati terpilih;

6. Sebagai pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholder’s) pembangunan di wilayah Kabupaten Malang;

7. Sebagai instrument untuk menjalankan fungsi pengawasan bagi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Malang, khususnya dalam pengendalian penyelenggaraan pembangunan daerah agar sesuai dengan prioritas dan sasaran program pembangunan yang ditetapkan dan aspirasi masyarakat.

Tujuan penyusunan dan Penetapan RPJMD Kabupaten Malang tahun 2016 – 2020 adalah:

1. Menjabarkan visi dan misi dalam agenda-agenda pembangunan daerah selama 5 (lima) tahun ke depan, sehingga rencana pembangunan daerah yang telah ditetapkan dapat terwujud, sesuai dengan visi, misi, tujuan dan sasaran, dan arah kebijakan yang telah ditetapkan;

(20)

I-19 2. Menjamin terwujudnya konsistensi antara perencanaan, pembiayaan,

pelaksanaan dan pengawasan pembangunan di Lingkup Kabupaten Malang; 3. Mendukung upaya pencapaian kesejahteraan bersama melalui sinergitas,

koordinasi dan sinkronisasi oleh masing-masing pelaku pembangunan di dalam satu pola sikap dan pola tindak;

4. Mewujudkan keseimbangan lingkungan, sosial dan ekonomi dalam pembangunan pedesaan maupun perkotaan di lingkup Kabupaten Malang; 5. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi perencanaan

pembangunan daerah antara Pemerintah Kabupaten Malang dengan Kabupaten/Kota sekitar, Kabupaten Malang dengan propinsi jawa Timur dan pemerintah pusat;

6. Mewujudkan penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

(21)

II-1 BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1 Aspek Geografi

2.1.1.1 Karakter Lokasi dan Wilayah

Wilayah Kabupaten Malang terletak pada koordinat 112o17’10,90”–

122o57’00,00” Bujur Timur, 7o44’55,11” – 8o26’35,45” Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Malang adalah 3.534,86 km2 atau 353.486 ha, menempatkan

Kabupaten Malang sebagai daerah dengan luas wilayah terbesar kedua di Jawa Timur setelah Kabupaten Banyuwangi. Total luasan Kabupaten Malang tersebut terbagi atas kawasan daratan dan lautan, masing-masing seluas 2.977,05 km2

dan 557,81 km2.

Secara administratif kewilayahan, Kabupaten Malang terbagi atas 33 Kecamatan 12 Kelurahan, 378 Desa, 1.349 Dusun, 3.156 Rukun Warga (RW) dan 14.695 Rukun Tetangga (RT). Pusat pemerintahan kabupaten Malang berada di Kecamatan Kepanjen sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Malang dari Wilayah Kota Malang ke Wilayah Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Adapun batas wilayah administrasi Kabupaten Malang meliputi:

Sebelah Utara : Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Probolinggo

Sebelah Timur : Kabupaten Lumajang

Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

Sebelah Barat : Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri Bagian Tengah (Lingkar Dalam) : Kota Malang dan Kota Batu

Topografis Kabupaten Malang sangat beragam, mulai dari pesisir, dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan, gunung aktif maupun tidak aktif, dan sungai. Kawasan pesisir pantai terletak di wilayah selatan Kabupaten Malang yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, membentang mulai dari Kecamatan Donomulyo, Bantur, Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, sampai Ampelgading. Wilayah dengan kontur datar terletak sebagian besar di

(22)

II-2 Kecamatan Bululawang, Gondanglegi, Tajinan, Turen, Kepanjen, Pagelaran, Pakisaji, sebagian Kecamatan Singosari, Lawang, Karangploso, Dau, Pakis, Dampit, Sumberpucung, Kromengan, Pagak, Kalipare, Donomulyo, Bantur, Ngajum, Gedangan. Wilayah dengan kontur bergelombang terletak di wilayah Sumbermanjing Wetan, Wagir dan Wonosari. Kawasan dengan kontur perbukitan yang terjal sebagian besar di Kecamatan Pujon, Ngantang, Kasembon, Poncokusumo, Jabung, Wajak, Ampelgading dan Tirtoyudo.

Kondisi topografis dataran tinggi yang dikelilingi beberapa gunung dan dataran rendah atau lembah berada pada ketinggian 250-500 meter dari permukaan laut (dpl) terletak di bagian tengah wilayah Kabupaten Malang. Daerah dataran tinggi terbagi pada beberapa wilayah meliputi, daerah perbukitan kapur (Gunung Kendeng) di bagian Selatan pada ketinggian 0-650 meter dpl, daerah lereng Tengger Semeru di bagian Timur membujur dari utara ke selatan pada ketinggian 500-3600 meter dpl dan daerah lereng Kawi Arjuno di bagian Barat dengan ketinggian 500-3.300 meter dpl.

Wilayah Kabupaten Malang diidentifikasi terdapat 9 (sembilan) gunung dan 1 (satu) pegunungan yang terdiri atas Gunung Kelud (1.731 m), Gunung. Kawi (2.651 m), Gunung Panderman (2.040 m), Gunung Anjasmoro (2.277 m), Gunung Welirang (2.156 m), Gunung Arjuno (3.339 m), Gunung Bromo (2.329 m), Gunung Batok (2.868 m), Gunung Semeru (3.676 m), dan Pegunungan Kendeng (600 m). Keberadaan gunung dan pegunungan tersebut, menjadikan Kabupaten Malang memiliki potensi hutan yang luas, berikut sumber mata air yang mengalir sepanjang tahun melalui sungai-sungainya. Tercatat, di Kabupaten Malang mengalir 5 (lima) sungai besar dan 68 sungai kecil. Sungai besar anatara lain Sungai Brantas, Sungai Lesti, Sungai Amprong, Sungai Konto, dan Sungai Metro. Diantara sungai-sungai besar tersebut, Sungai Brantas adalah sungai terbesar dan terpanjang di Jawa Timur.

Bentang alam yang sebagian besar terdiri atas pegunungan dan perbukitan, menjadikan Kabupaten Malang berhawa sejuk sehingga menarik minat masyarakat untuk menjadikannya tempat peristirahatan maupun tempat tinggal secara permanen. Hawa yang sejuk tersebut juga menjadikan Kabupaten Malang sebagai wilayah pengembangan pertanian dan perkebunan yang prospektif. Suhu

(23)

II-3 udara rata berkisar antara 19,1º C hingga 26,6º C. Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 71º C hingga 89º C dan curah hujan rata-rata-rata-rata berkisar antara 2 mm hingga 780 mm. Curah hujan rata-rata terendah terjadi pada bulan Juni, dan tertinggi pada bulan Desember.

Struktur penggunaan lahan meliputi: permukiman/kawasan terbangun 22,89%; industri 0,21%; sawah 13,10%; pertanian lahan kering 23,70%; perkebunan 6,21%; hutan 28,75%; rawa/waduk 0,2%; tambak kolam 0,03% padang rumput 0,3%; tanah tandus/tanah rusak 1,55%; tambang galian C 0,26%; lain-lain 2,82% (LKPJ Akhir Masa Jabatan 2010-2015).

2.1.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

Klasifikasi pengembangan wilayah Kabupaten Malang adalah hutan bakau, perikanan darat, perkebunan, permukiman dan hutan. Seiring dinamika sosial ekonomi masyarakat, pengembangan kawasan di Kabupaten Malang senantiasa menimbulkan masalah berupa kerusakan alam dan lingkungan, seperti banjir, erosi, longsor, kerusakan hutan, kekeringan, alih fungsi lahan, sumber daya manusia yang rendah, pengangguran, dan terbatasnya ketersediaan lahan. Oleh karena itu, tata kelola pengembangan wilayah perlu dilakukan secara terfokus agar aspek keberlanjutan dan aspek keberdayaan masyarakat dapat terwujud secara bersama. Potensi pengembangan wilayah Kabupaten Malang diarahkan ke pengembangan kawasan a) Agroekowisata yang berpusat di Kecamatan Poncokusumo, berupa pengembangan potensi pertanian yang diintegrasikan dengan potensi pariwisata. Wisata Gunung Bromo sebagai salah satu destinasi wisata alam andalan Kabupaten Malang, berupaya dikembangkan melalui optimalisasi potensi pada kawasan sekitar seperti pertanian holtikultura yang melimpah dan aktifitas religi dan budaya masyarakat Tengger; b) Gunung Kawi di Kecamatan Wonosari dengan suguhan wisata ritualnya antara lain pesarean, mitos dan kepercayaan yang berkembang dan ekspresi-ekspresi budaya masyarakat seperti Gebyar Suroan dan Kirab Budaya Agung; c) Wisata Selorejo di Kecamatan Ngantang menawarkan keindahan bendungan yang dikelilingi gunung, penginapan yang artistik dan aneka produk olahan perikanan; d) Potensi alam

(24)

II-4 pesisir Sendangbiru di Kecamatan Sumbermanjing Wetan yang memiliki potensi perikanan tangkap dan olahan yang sangat besar.

Guna efektifitas dan efisiensi percepatan dan pemerataan pembangunan Kabupaten Malang dibagi menjadi 6 wilayah pengembangan (WP) sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata ruang dan Wilayah (RTRW):

1) WP lingkar Kota Malang yang berorientasi ke Kota Malang (meliputi Kecamatan Dau, Kecamatan Karangploso, Kecamatan Lawang, Kecamatan Singosari, Kecamatan Pakisaji, Kecamatan Wagir, Kecamatan Tajinan, Kecamatan Bululawang, Kecamatan Pakis), memiliki potensi pengembangan sub sektor perdagangan dan jasa, pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan), industri, pariwisata serta transportasi udara, dengan prioritas pengembangan infrastruktur; 1) Peningkatan akses jalan tembus terkait Kota Malang, 2) Pengembangan jalan Malang– Batu, 3) Peningkatan konservasi lingkungan, 4) Peningkatan kualitas koridor jalan Kota Malang-Bandara Abdul Rahman Saleh; dan pengembangan permukiman.

2) WP Kepanjen dengan pusat di perkotaan Kepanjen (meliputi Kecamatan Kepanjen, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Ngajum, Kecamatan Kromengan, Kecamatan Pagak, Kecamatan Sumberpucung, Kecamatan Kalipare, Kecamatan Donomulyo, Kecamatan Gondanglegi, Kecamatan Pagelaran), memiliki potensi pengembangan sub sektor perdagangan dan jasa skala Kabupaten, pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan), peternakan, perikanan darat, industri, pariwisata, kehutanan serta pariwisata pilgrim, dengan prioritas pengembangan infrastruktur 1) Jalan Lingkar Timur dan penyelesaian Jalan Lingkar Barat Kepanjen, 2) Peningkatan akses menuju Gunung Kawi dan Wisata Ngliyep, 3) Jalan penghubung antar sentra ekonomi di perdesaan dengan pusat kecamatan, 4) Percepatan penyelesaian JLS, 5) Peningkatan sediaan air bersih pada kawasan rawan kekeringan; dan pengembangan permukiman.

(25)

II-5 3) WP Ngantang dengan pusat pelayanan di perkotaan Ngantang (meliputi

Kecamatan Ngantang, Kecamatan Pujon, Kecamatan Kasembon), memiliki potensi pengembangan di sub sektor pariwisata antara lain Bendungan Selorejo, pertanian (tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan), peternakan, industri serta perikanan air tawar, dengan prioritas pengembangan infrastruktur 1) Jalan menuju sentra produksi pertanian di perdesaan, 2) Jalan penghubung dengan Blitar dari Ngantang, 3) Peningkatan pengelolaan tanah pada kawasan rawan longsor sepanjang Pujon–Ngantang–Kasembon–Kandangan, 4) Peningkatan sediaan air di perdesaan dan penunjang irigasi.

4) WP Tumpang dengan pusat pelayanan di perkotaan Tumpang (meliputi Kecamatan Tumpang, Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan Wajak, Kecamatan Jabung), memiliki potensi pengembangan sub sektor pariwisata, pertanian (tanaman pangan, sayuran, hortikultura, dan perkebunan), Peternakan, Perikanan serta Industri; dengan prioritas pengembangan infrastruktur 1) Jalan utama Pakis–Tumpang– Poncokusumo–Ngadas–Bromo, 2) Jalan pada pusat ekonomi di perdesaan, 3) Jalan tembus utama antar kecamatan, 4) Perbaikan sistem irigasi dan sediaan air; di WP ini dikembangkan Kawasan Agropolitan Poncokusumo termasuk pengembangan kawasan wisata menuju Gunung Bromo dan kawasan Minapolitan Wajak.

5) WP Turen dan Dampit (meliputi Kecamatan Turen, Kecamatan Dampit, Kecamatan Tirtoyudo, Kecamatan Ampelgading) dengan pusat pelayanan sosial di Turen, dan pusat pelayanan ekonomi di Dampit, memiliki potensi pengembangan sub sektor pertanian (tanaman pangan dan perkebunan), peternakan, perikanan laut, industri, pariwisata serta kehutanan, dengan prioritas pengembangan infrastruktur 1) Jalan menuju perdesaan pusat produksi, 2) Jalan menuju pantai selatan (untuk perikanan dan pariwisata), 3) Jalan khusus penunjang ekonomi sekaligus untuk evakuasi bencana (bila terjadi letusan Gunung Semeru) dan kemungkinan tsunami, 4) Peningkatan irigasi dan sediaan air; dikawasan ini dikembangkan peternakan kambing Peranakan Etawa (PE).

(26)

II-6 6) WP Sumbermanjing Wetan dengan pusat pelayanan di perkotaan

Sendangbiru (meliputi Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kecamatan Gedangan, Kecamatan Bantur), memiliki potensi pengembangan sub sektor pertanian (perkebunan, tanaman pangan), perikanan laut, pertambangan, industri, pariwisata serta kehutanan, dengan prioritas pengembangan infrastruktur 1) Jalan kearah perdesaan pusat produksi, 2) Jalan menuju pantai selatan terutama ke Sendangbiru dan Bajulmati (untuk perikanan dan pariwisata), 3) Pengembangan pelabuhan berskala nasional, 4) Jalur jalan khusus untuk evakuasi bencana (kemungkinan tsunami), 5) Peningkatan irigasi dan sediaan air; dikawasan ini dikembangkan Pelabuhan Perikanan Nusantara Sendangbiru dan direncanakan pembangunan pelabuhan umum.

Untuk memperjelas pembagian Wilayah pengembangan dapat dilihat pada gambar berikut 2.1 berikut

Gambar 2.1

(27)

II-7 Bila dilihat dari luas Wilayah Pengembangan (WP), maka Wilayah Pengembangan yang paling luas adalah Wilayah Pengembangan (WP) Kepanjen dan sekitarnya dengan luas 743,07 Km2 atau sebanding dengan 26 persen dari seluruh luas Kabupaten Malang. Sedangkan Wilayah Pengembangan (WP) yang paling kecil adalah Wilayah Pengembangan (WP) Ngantang dan sekitarnya yakni 278,45 Km2 (10 persen).

2.1.1.3 Wilayah Rawan Bencana

Dengan kondisi topografis Kabupaten Malang yang bergunung-gunung serta memiliki bentang wilayah yang sangat luas selain memiliki potensi keindahan dan kesuburan juga memiliki potensi rawan bencana berupa banjir, erosi, longsor, tsunami dan erupsi gunung meletus. Peta wilayah rawan bencana di Kabupaten Malang, yaitu:

1) Daerah rawan longsor berada di wilayah sebelah Timur dan Selatan meliputi Kecamatan Tumpang, Jabung, Poncokusumo, Bantur, Gedangan dan Sumbermanjing Wetan.

2) Daerah rawan banjir meliputi wilayah Kabupaten Malang sebelah Barat yaiku Kecamatan Ngantang, Pujon dan Kasembon.

3) Daerah rawan tsunami meliputi wilayah Kabupaten Malang bagian Selatan yaitu Donomulyo, Bantur, Gedangan, Sumbermanjing Wetan dan Ampelgading.

4) Daerah rawan gunung meletus meliputi Kecamatan Ngantang, Kasembon, Pujon, Poncokusumo, Dampit, Tirtoyudho dan Ampelgading.

2.1.2 Aspek Demografi

Perkembangan penduduk Kabupaten Malang berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) per tahun 2014 adalah 2.527.087 jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari laki-laki 1.269.613 jiwa (50,24%) dan perempuan 1.257.474 jiwa (49,76%). Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 0,73%, dan tingkat kepadatan sebesar 780 jiwa/Km². Sedangkan jumlah penduduk menurut perhitungan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Malang pada tahun 2014 berjumlah 3.092.714 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak

(28)

II-8 1.549.678 jiwa (50,10%) dan penduduk perempuan 1.543.036 jiwa (49.90%). Perbedaan hasil perhitungan antara BPS dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil disebabkan karena perbedaan penggunaan pendekatan atau metode perhitungan. BPS menganggap penduduk adalah orang-orang yang secara riil pada saat sensus dan atau selama 6 (enam) bulan telah berdomisili pada suatu tempat. Adapun Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil melakukan perhitungan jumlah penduduk berdasarkan data yang diperoleh dari dokumen kependudukan yang diterbitkan, seperti akta kelahiran, Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK). Berikut tabel perkembagan Kependudukan di Kabupaten Malang dalam 5 (lima) tahun terakhir.

Tabel 2.1

Perkembangan Kependudukan Kabupaten Malang Tahun 2011 – 2015

URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015

Luas Wilayah km2 3.534,86 3.534,86 3.534,86 3.534,86

Jumlah Penduduk jiwa 2.471.990 2.490.878 2.508.698 2.527.087 Jumlah Laki-Laki jiwa 1.241.022 1.250.780 1.260.414 1.269.613 Jumlah Perempuan jiwa 1.230.968 1.240.098 1.248.284 1.257.474

Pertambahan penduduk % 0,82 0,76 0,72 0,73

Kepadatan penduduk jiwa/km2 699 705 710 780

Sumber: BPS Kabupaten Malang

Berdasarkan informasi tabel diatas, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Malang dalam 5 (lima) tahun rata-rata sebesar 0,76%. Bertambahnya jumlah penduduk Kabupaten Malang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal mengingat Kabupaten Malang telah menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi baru di Jawa Timur. Disamping itu, Kabupaten Malang merupakan daerah penyangga Kota Malang dan Kota Batu, dimana kedua daerah tersebut sedang bergerak sebagai pusat perdagangan dan jasa serta pariwisata sehingga turut mempercepat pertambahan penduduk di Kabupaten Malang. Diasumsikan, untuk 5 (lima) tahun mendatang pertambahan jumlah penduduk diuraiakan sebagai berikut:

(29)

II-9 Tabel 2.2

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Malang Tahun 2016-2020 URAIAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020 Luas Wilayah km2 3.534,86 3.534,86 3.534,86 3.534,86 3.534,86 Jumlah Penduduk - BPS Jiwa 2.567.682 2.588.224 2.608.929 2.629.801 2.650.839 - Dispenduk Jiwa 3.142.395 3.167.535 3.192.875 3.218.418 3.244.165 Kepadatan - BPS jiwa/km2 726 732 738 744 745 - Dispenduk jiwa/km2 889 896 903 910 918

Sumber : BPS dan Dinas Kependudukan dan Capil Kab. Malang, 2015 diolah

Walaupun jumlah penduduk di kabupaten Malang semakin meningkat, tetapi prosentase atau laju pertumbuhan penduduk semakin menurun dari tahun ke tahun. Pada medio 2011 laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Malang mencapai 0,82%, selanjutnya pada periode 2012-2014 prosentase pertumbuhan penduduk menurun sampai pada angka 7,2%. Salah satu faktor internal yang berpengaruh terhadap pelambatan laju pertumbuhan penduduk tersebut adalah keberhasilan implementasi program Keluarga Berencana di Kabupaten Malang. Jika dilihat dari perkembangan jumlah peserta KB aktif di Kabupaten Malang Tahun 2011-2015 mengalami peningkatan yang signifikan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kesadaran masyarakat tentang KB sudah meningkat, hal ini dapat dilihat pada tabel di berikut ini:

Tabel 2.3

Perkembangan Jumlah Peserta KB dan PUS Tahun 2010 -2014

URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015

Rasio Peserta KB % 76,68 75,55 76,72 76,20

Total Fertility Rate

(TFR) % 1,97 2,10 2,10 2,10

Pesrta KB Baru Orang 72.589 67.324 59.457 53.409

PUS Pasangan 507.607 520.578 522.800 521.995

Peserta KB aktif Orang 399.367 408.896 401.087 397.748

Prosentase Peserta

(30)

II-10

URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015

Peserta KB Mandiri Orang 208.875 210.700 211.769 205.403

Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kab. Malang, 2015

Penduduk Kabupaten Malang jika ditinjau berdasarkan komposisi mata pencaharian, maka diperoleh data sebagai berikut: 36,4% penduduk bekerja di sektor pertanian, 0,34% Sektor Penggalian dan Pertambangan, 14,6% di sektor industri, 6,6% di sektor jasa dan sisanya 42 % di sektor yang lain. Berdasarkan informasi tersebut, bertani baik on-farm maupun of-farm menjadi mata pencaharian mayoritas penduduk Kabupaten Malang, yaitu sebanyak 524.372 orang. Sedangkan, penduduk yang bermata pencaharian pada sektor penggalian dan pertambangan hanya berjumlah 4.950 orang, terendah dibandingkan sektor yang lain. Walaupun sektor lain-lain jumlahnya tertinggi, tetapi sektor tersebut merupakan gabungan dari berbagai jenis mata pencaharian yang tidak tercakup dalam sektor-sektor yang sudah ada. Secara rinci mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.4

Mata Pencaharian Penduduk Tahun 2011 - 2015

URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015

Sektor Pertanian Orang 524.372 524.372 524.372 524.372

Sektor Penggalian

dan Pertambangan Orang 4.950 4.950 4.950 4.950

Sektor Industri

Pengolahan Orang 209.633 209.633 209.633 209.633

Sektor Jasa Orang 95.376 95.376 95.376 95.376

Lain – Lain Orang 606.431 606.431 606.431 606.431

Jumlah Orang 1.440.762 1.440.762 1.440.762 1.440.762

Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kab. Malang, 2015

Aspek keagamaan menjadi indikator kunci untuk melihat dinamika penduduk Kabupaten Malang. Secara umum, diperoleh informasi bahwa mayoritas penduduk Kabupaten Malang beragama Islam. Selanjutnya diikuti Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan lain-lain. Perkembangan jumlah pemeluk agama dalam kurun waktu 5 (lima) tahun akan dirinci sebagai berikut:

(31)

II-11 Tabel 2.5

Perkembangan Jumlah Pemeluk Agama Tahun 2011 – 2015 URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015 Islam Orang 2.338.238 2.338.238 2.654.176 2.654.176 Kristen Orang 56.750 63.433 64.013 64.013 Katolik Orang 26.377 26.377 26.382 26.382 Hindu Orang 22.872 22.872 23.132 23.132 Budha Orang 7.831 7.831 8.250 8.250 Lain-lain Orang 98 98 98 98

Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kab. Malang, 2015

2.2 Aspek Kesejahteraan masyarakat

2.2.1 Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Untuk melihat kinerja perekonomian Kabupaten Malang, dapat diketahui melalui penggunaan pendekatan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang kegiatan ekonomi suatu daerah sebenarnya dapat dilihat melalui neraca ekonomi yang terintegrasi dalam 4 (empat) neraca pokok yaitu Neraca Produksi, Neraca Konsumsi, Neraca Akumulasi dan Neraca Transaksi Luar Negeri. Gambaran perekonomian yang sampai saat ini dapat dihitung pada tingkat wilayah Kabupaten Malang adalah hanya dari neraca produksi, yaitu gambaran mengenai besaran produksi barang dan jasa, yang biasa disebut dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihitung baik atas dasar harga berlaku (ADHB) maupun atas dasar harga konstan (ADHK). Secara khusus, hasil dari perhitungan PDRB akan diperoleh Pendapatan Regional suatu wilayah. Jika Pendapatan Regional ini dibagi dengan jumlah penduduk akan mencerminkan tingkat perkembangan pendapatan per kapita yang dapat digunakan sebagai indikator untuk membandingkan tingkat kemakmuran materiil suatu daerah terhadap daerah lain. Adapun PDRB yang disajikan dengan harga konstan dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi di daerah itu dan apabila ini dibagi dengan jumlah penduduk akan mencerminkan tingkat perkembangan produk per kapita.

(32)

II-12 Secara umum, aktifitas perekonomian di Kabupaten Malang tergolong tinggi selama 5 (lima) tahun terakhir sehingga kinerja perekonomian kabupaten Malang dapat dikategorikan bergerak positif. Pertumbuhan PDRB baik Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) maupun PDRB Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) mampu meningkat setiap tahunnya. Perkembangan PDRB ADHB Kabupaten Malang pada tahun 2011 sebesar Rp 31.890.584.510.000,- sedangkan pada tahun 2014 mencapai Rp53.794.768.470.000,-. PDRB ADHK Kabupaten Malang pada tahun 2011 sebesar Rp 14.578.967.810.000,- sedangkan posisi pada akhir tahun 2014 sebesar Rp 18.992.150.120.000,-. PDRB per kapita ADHB pada tahun 2011 sebesar Rp. 14.537.724,90,- sedangkan pada akhir tahun 2014 mencapai Rp 19.274.046,-. Sejalan dengan pertumbuhan PDRB perkapita ADHB, PDRB perkapita ADHK juga mengalami kenaikan. PDRB perkapita ADHK Kabupaten Malang pada tahun 2011 sebesar Rp 6.366.760,25,-sedangkan pada tahun 2014 meningkat menjadi Rp 7.552.943,40,-. Rendahnya progresifitas peningkatan dan nilai PDRB perkapita Kabupaten Malang dikarenakan jumlah penduduk yang besar yaitu 2.527.087 jiwa, sehingga bilangan pembaginya cukup besar. Dengan demikian tingkat PDRB perkapita tergolong rendah. Secara rinci, progresifitas kenaikan PDRB ADHB, PDRB ADHK, PDRB perkapita ADHB dan PDRB perkpita ADHK dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 2.6

Perkembangan PDRB dan PDRB Per Kapita Tahun 2011 – 2015 URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015 PDRB ADHB Juta Rp 35.674.997,97 40.763.813,14 46.830.737,76 53.794.468,47 PDRB ADHK Juta Rp 15.624.096,52 16.786.415,78 17.901.923,01 18.992.150,12 PDRB PERKAPITA ADHB Rp 14.537.724,90 16.437.806,62 18.623.826,61 19.274.046,00 PDRB PERKAPITA ADHK Rp 6.366.760,25 6.816.890,23 7.119.305,10 7.552.943,40

Sumber: Hasil-hasil Pembangunan Kabupaten Malang, 2015

Berdasarkan pertimbangan kondisi objektif kinerja perekonomian Kabupaten Malang dan tantangan ekonomi regional, nasional dan global, diproyeksikan PDRB ADHB Kabupaten Malang pada Tahun 2020 sebesar Rp. 89.576.852.730.000,- dan PDRB ADHK sebesar Rp. 24.533.512.780.000,-. PDRB perkapita ADHB pada tahun

(33)

II-13 2020 diperkirakan akan mencapai Rp 23.175.362,34 dan PDRB perkapita ADHK sebesar Rp 9.654.773,2. Secara rinci progresifitas proyeksi tahunan PDRB dan PDRB perkapita dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel 2.7

Proyeksi PDRB dan PDRB per Kapita Kabupaten Malang Tahun 2016-2020 URAIAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020 PDRB ADHB Juta Rp 62.721.929,89 71.685.660.60 77.649.391,31 83.613.122,02 89.576.852,73 PDRB ADHK Juta Rp 20.172.604,34 21.262.831,45 22.353.058,56 23.443.285,67 24.533.512,78 PDRB PERKAPITA ADHB Rp 20.574.484,78 21.224.704,17 21.874.923,56 22.525.142,95 23.175.362,34 PDRB PERKAPITA ADHK Rp 8.220.220 8.553.858,30 8.987.496,6 9.321.134,9 9.654.773,2

Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah tingkat pertumbuhan ekonominya. Dengan asumsi bahwa dengan pertumbuhan yang tinggi akan menyerap tenaga kerja yang tinggi pula, yang pada hakekatnya meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat sehingga pertumbuhan yang tinggi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemakmuran penduduk. Pertumbuhan ekonomi diukur dari PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000. Dengan demikian, perhitungan pertumbuhan ekonomi sudah tidak dipengaruhi oleh faktor harga atau dengan kata lain benar-benar murni disebabkan oleh kenaikan produksi sektor pendukungnya.

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Malang senantiasa mengalami perubahan setiap tahunnya. Terdapat Peningkatan dari tahun 2011 – 2012 dengan angka pertumbuhan sebesar 6,27% sampai mencapai 7,44%. Pada tahun 2013 dan 2014 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang menunjukkan tren negatif atau menurun, sampai pada angka 6,09%. Kondisi negatif pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang lebih disebabkan karena hambatan makro ekonomi. Diawali kenaikan harga BBM dan terdepresiasinya nilai tukar rupiah hingga menyentuh level Rp 12.000 per dollar AS dari sekitar Rp.9.358 per dollar AS menjadi penyebab kinerja perekonomian melambat. Selanjutnya, kejadian bencana alam seperti bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Kabupaten Malang pada akhir 2013 dan awal 2014 juga menjadi pemicu melemahnya kinerja pembangunan ekonomi.

(34)

II-14 Menghadapi situasi yang demikian pemerintah Kabupaten Malang sudah berusaha mengambil serangkaian kebijakan untuk mendorong stabilitas perekonomian terutama dalam mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Akan tetapi, kompleksitas permasalahan yang cukup tinggi menyebabkan pencapaian hasil yang ditempuh belum maksimal. Perubahan siklus global berupa menurunnya permintaan global dan turunnya harga komoditas global turut menjadi penyebab kinerja perekonomian Kabupaten Malang pada tahun 2013 dan 2014 melambat. Faktor domestik seperti keterbatasan kapasitas industri domestik dalam memenuhi permintaan juga menjadi salah satu akar permasalahan ekonomi di Kabupaten Malang. Sejalan dengan karakter ekonomi Kabupaten Malang yang cukup terbuka, pengaruh gejolak ekonomi nasional tertransmisikan melalui jalur perdagangan yang ditunjukkan oleh pertumbuhan ekspor barang dan jasa yang melambat, yang pada gilirannya berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Di tengah kinerja perdagangan tumbuh melambat, konsumsi rumah tangga masih tumbuh cukup kuat sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Disamping pertumbuhan ekonomi, indikator inflasi atau tingkat perkembangan harga menjadi salah satu komponen penting dalam menggambarkan kinerja perekonomian daerah. Perkembangan harga dari PDRB dapat tercermin dari perubahan indeks harga implisit. Peningkatan indeks implisit menunjukkan kenaikan harga barang dan jasa dan demikian pula sebaliknya. Perubahan indeks implisit dari PDRB Kabupaten Malang merupakan gambaran dari peningkatan harga seluruh barang dan jasa dalam periode satu tahun. Yang dimaksud perubahan harga adalah perubahan harga di tingkat produsen sehingga faktor margin perdagangan dan transportasi telah dihilangkan.

Di tengah tren perlambatan ekonomi tahun 2013-2014, tekanan inflasi selama dua tahun tersebut juga turut meningkat. Inflasi pada tahun 2014 mencapai 8,28% persen, lebih tinggi dibandingkan inflasi tahun sebelumnya (2013) sebesar 7,73%. Sama halnya dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi, tekanan inflasi juga sebagai akibat dari kenaikan harga BBM bersubsidi dan kenaikan harga pangan. Pemberian gaji ke-13 oleh pemerintah juga menjadi pendorong

(35)

II-15 terjadinya inflasi. Berikut gambaran pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi dalam 5 (lima) tahun terakhir.

Tabel 2.8

Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Tahun 2011 - 2015

URAIAN SATUAN 2011*) 2012*) 2013*) 2014**) 2015

Pertumbuhan

Ekonomi persen 7,17 7,44 6,65 6,09

Inflasi persen 6,05 6,35 7,73 8,28

Sumber: Hasil-Hasil Pembangunan Kabuapten Malang

Pada periode 5 (lima) tahun mendatang, Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi Kabuapten Malang diperkirakan masih akan mengalami pelambatan dan teknanan yang hampir sama dengan periode sebelumnya. Hambatan ekonomi nasional maupun global masih menjadi faktor yang determinan dalam mempengaruhi kinerja perekonomian Kabupaten Malang. Walaupun demikian, optimisme tetap perlu ditumbuhkan karena fakta membaiknya perekonomian domestik menjadi entitas yang tidak dapat dikesampingkan guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang diproyeksikan meningkat sebesar 8% dan laju inflasi diperkirakan 9% pada tahun 2020. Proyeksi tahunan pertumbuhan ekonomi dan inflasi 5 (lima) tahun mendatang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.9

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Kabupaten Malang Tahun 2016-2020

URAIAN SATUAN 2016 2017 2018 2019 2020

Pertumbuhan

Ekonomi Persen 7,01 7, 28 7,54 7,71 8,02

Inflasi Persen 8,28 8,41 8,64 8,86 9,08

Selain faktor makro ekonomi (eksternal), pelambatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang juga disebabkan oleh dominasi sektor primer (pertanian dan pertambangan serta penggalian), dimana secara umum masih menghasilkan nilai tambah sedikit atau dengan kata lain harga jualnya masih relatif rendah dibandingkan sektor lainnya. Oleh karena itu, kontribusi sektoral diharapakan

(36)

II-16 dapat bergeser dari pertanian dan pertambagan serta penggalian menuju sektor industri pengolahan. Pertumbuhan ekonomi sektoral secara lengkap dapat dilihat pada tabel dibawah ini dimana sektor yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi dibanding pertumbuhan Kabupaten Malang secara rerata adalah sektor Bangunan sebesar 11,89 %, sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 8,43%, sektor Perdagangan, Hotel dan Restauran sebesar 8,35%, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 7,94%, sektor Listrik Gas dan Air sebesar 7,34% dan sektor Industri Pengolahan 7.30%. Sektor Jasa-jasa sebear 6,04%, berada dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang. Sektor Pertanian dan Pertambangan serta penggalian walaupun trend pertumbuhannya meningkat besaran agrergatnya relatif rendah, masing-masing 4,34% dan 3,371%.

Tabel 2.10

Pertumbuhan Ekonomi Sektoral PDRB ADHK Tahun 2011-2015 (dalam persen)

URAIAN 2011 2012 2013 2014* 2015

Tradable 5,86 5,87 5,43 5,51

1. Pertanian 4,08 4,16 5,87 5,60

2. Pertambangan dan Penggalian 4,38 3,29 3,71 3,51

3. Industri Pengolahan 9,03 8.94 7.30 8,32

Non-Tradable 8,54 9,05 7,86 8,61

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 6,55 7,42 7,34 7,89

5. Bangunan 13,41 12,91 11,89 12,78

6. Perdag, Hotel & Restoran 9,58 10,32 8,35 8,97

7. Pengangkutan & Komunikasi 8,60 9,34 8,43 9,02

8. Keu, Persewaan & Jasa Persh. 8,09 8,44 7,98 8,88

9. Jasa-jasa 6,10 6,13 6,04 5,99

Kabupaten Malang 7,17 7,44 6,65 6,09

Sumber : PDRB Kabupaten Malang, 2008 -2013

Kontribusi sektoral dalam menopang pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang selama 5 (lima) tahun ke depan diproyeksikan terus mengalami peningkatan pertumbuhan dengan pertumbuhan terbesar pada sektor sekunder dan sektor tersier (non tradable), sementara pertumbuhan sektor primer (tradable) relatif stagnan

(37)

II-17 Tabel 2.11

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral PDRB ADHK Tahun 2016-2020 (dalam persen)

URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015

Tradable 5,51

1. Pertanian 5,60

2. Pertambangan dan Penggalian 3,51

3. Industri Pengolahan 8,32

Non-Tradable 8,61

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 7,89

5. Bangunan 12,78

6. Perdag, Hotel & Restoran 8,97 7. Pengangkutan & Komunikasi 9,02 8. Keu, Persewaan & Jasa Persh. 8,88

9. Jasa-jasa 5,99

Kabupaten Malang 7,01 7, 28 7,54 7,71 8,02

Komposisi yang membentuk ekonomi suatu wilayah atau yang berperan dalam ekonomi dapat diartikan sebagai struktur ekonomi. Pada jangka pendek struktur ekonomi berguna untuk menggambarkan corak perekonomian suatu daerah, bila sektor primer yang dominan berarti daerah tersebut menganut tipe agraris, demikian pula apabila sektor sekunder yang dominan maka daerah tersebut dikatakan menganut tipe industri. Untuk jangka panjang struktur ekonomi dapat menunjukkan arah dan keberhasilan pembangunan ekonomi dengan melihat transformasi ekonomi yang terjadi.

Berdasarkan klasifikasinya, pembagian PDRB sektoral dianalisis dengan membedakan tiga sektor yaitu sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Di mana sektor primer mencakup sektor pertanian, dan sektor pertambangan dan penggalian. Sektor sekunder meliputi sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air bersih serta sektor bangunan. Sedangkan sektor tersier mencakup sektor perdagangan, hotel dan restauran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.

Dari sisi penawaran, transformasi struktural dapat dideteksi dengan karakteristik turunnya pangsa sektor primer yang tradisional. Pada saat yang

(38)

II-18 bersamaan sektor sekunder meningkat dan selanjutnya diikuti oleh peningkatan sektor tersier. Dalam proses ini, pergeseran pangsa tetap harus diikuti oleh pertumbuhan dari masing-masing sektor meskipun dengan laju yang berbeda. Lebih lanjut, laju percepatan dari suatu proses transformasi akan berbeda untuk masing-masing daerah, tergantung dari karakteristik daerah yang bersangkutan. Untuk daerah yang kaya sumber daya alam seperti Kabupaten Malang, proses transformasinya cenderung lebih lambat dibandingkan dengan-daerah kawasan industri seperti Surabaya, Gresik dan sebagainya. Perbedaan ini karena untuk daerah-daerah yang kaya sumber daya alam cenderung masih membutuhkan pertumbuhan yang relatif tinggi pada sektor primer untuk mendukung percepatan pertumbuhan pada sektor lainnya.

Di Kabupaten Malang, sektor yang mengalami perubahan pangsa terhadap PDRB Kabupaten Malang dan memiliki kecenderungan meningkat adalah Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu mencapai 29,04% pada tahun 2013, meningkat 1,19 poin sejak tahun 2011. Gejala pergeseran pangsa yang memiliki kecenderungan yang sama juga berlangsung pada sektor Industri Pengolahan (rata-rata 21,79%) dan sektor Bangunan (rata-rata 2,38%), yang notabene mewakili komponen sekunder. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, serta sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, tidak dapat dikesampingkan peranannya untuk mengidentifikasi pergeseran sturktur ekonomi Kabupaten Malang, kedua sektor ini mengalami peningkatan tipis masing-masing sebesar 0,05 dan 0,03 poin. Di pihak lain, sektor pertanian walaupun tergolong dominan dalam struktur ekonomi Kabupaten Malang, dalam beberapa tahun terakhir prosentasenya cenderung menurun. Pada tahun 2011, sumbangsih sektor pertanian berada di angka 26,30% sedangkan pada tahun 2013 menurun hingga mencapai angka 24,74% dengan rata-rata 25,67%. Sektor lain yang mengalami pergeseran negatif (menurun) pada tahun yang sama adalah sektor Pertambangan dan Penggalian (0,20 poin), sektor Listrik, Gas Dan Air (0,02 poin), serta sektor Jasa-Jasa (0,32 poin).

Dari gambaran tentang pergeseran struktur ekonomi Kabupaten Malang tersebut, dapat ditarik kesimpulan, yaitu (1) peranan sektor pertanian semakin tertinggal dibandingkan sektor perdagangan, hotel dan restaurant; (2) sektor

(39)

II-19 sekunder yang diharapkan sebagai motor pengerak ekonomi dalam pembentukan PDRB Kabupaten Malang ternyata masih memiliki sumbangan yang paling kecil dibanding kedua sektor lainnya; dan (3) pergeseran perekonomian Kabupaten Malang dari sektor primer ke sektor sekunder dan tertier tengah berlangsung. Pergeseran adalah sesuatu yang wajar terjadi pada suatu pembangunan ekonomi. Namun, pergeseran yang terjadi di Kabupaten Malang nampaknya telah menyeret aset penting sektor pertanian ke dalamnya. Keadaan ini dengan mudah dapat dilihat dari berubahnya hamparan tanaman menjadi lahan bangunan baik pemukiman, perkantoran, perumahan maupun lainnya. Apabila keadaan ini terus dibiarkan berlangsung tanpa pengendalian yang jelas, maka bukan tidak mungkin pada suatu saat nanti, Kabupaten Malang bukan lagi pemasok sayur-sayuran dan buah-buahan ke daerah lain.

Tabel 2.12

Perkembangan Struktur Ekonomi PDRB ADHB Kabupaten Malang Tahun 2011-2015 (dalam persen)

URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015 Rerata

Primer 28,44 27,42 26,68 26,68 27.72

1. Pertanian 26,30 25,35 24,74 24,74 25,67

2. Pertambangan dan Penggalian 2,14 2,07 1,94 1,94 2,05

Sekunder 24,53 25,11 25,33 25,33 24.99

1. Industri Pengolahan 21,48 21,90 22,00 22,00 21,79 2. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,83 0,81 0,81 0,81 0,82

3. Bangunan 2,22 2,40 2,52 2,52 2,38

Tersier 47,02 47,47 47,99 47,99 47,50

1. Perdag, Hotel & Restoran 27,85 28,51 29,04 29,04 28,47 2. Pengangkutan & Komunikasi 3,55 3,56 3,60 3,60 3,57 3. Keu, Persewaan & Jasa Persh. 4,20 4,23 4,26 4,26 4,23

4. Jasa-jasa 11,42 11,17 11,10 11,10 11.23

Sumber : Hasil-hasil Pembangunan Kabupaten Malang, 2015

Ket : Data Tahun 2014 dan 2015 masih dalam proses penghitungan karena ada perubahan Tahun Dasar 2000 dengan 9 sektor menjadi Tahun Dasar 2010 dengan 17 sektor.

Selain menggunakan perhitungan berdasarkan atas dasar harga berlaku, pergeseran struktur ekonomi Kabupaten Malang juga dapat dihitung berdasarkan indikator atas dasar harga konstan tahun 2000. Gejala pergeseran pangsa

Gambar

Tabel 2.40  Angka kriminalitas  Tahun 2011 – 2014

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan KTI (Karya Tulis Ilmiah) yang berjudul

aplikasi-aplikasi baru yang canggih. Keunggulan lain dari ponsel yang ber-OS adalah memiliki kebebeasan lebih untuk men-download berbagai aplikasi tambahan yang tidak disediakan

Substansi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan pertanian menjadi perumahan dilihat dari faktor

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi tanaman asosiasi mangrove dari beberapa daerah pertambakan di Sulawesi Selatan sebagai penghasil anti V. parahaemolyticus

[r]

Penelitian ini dilakukan untuk mencari temperatur terbaik dan rasio berat sampah plastik dan dolomit terbaik untuk menghasilkan produk minyak hasil pirolisis yang

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas dengan judul “ Penerapan Integrasi Nilai- Nilai

permasalahan mengenai tata letak gudang finish good atau yang sering disebut.. dengan