• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan oleh individu maupun masyarakat. Tanpa ada bahasa berarti tidak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan oleh individu maupun masyarakat. Tanpa ada bahasa berarti tidak"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

1.1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh individu maupun masyarakat. Tanpa ada bahasa berarti tidak ada masyarakat dan tidak ada pergaulan. Sifat-sifat masyarakat terutama dapat dipelajari dari bahasanya, yang memang menyatakan sesuatu yang hidup dalam masyarakat tersebut (Kailani, 2001:76).

Sumarsono dan Paina (2004:19) masyarakat itu terdiri dari individu-individu, secara keseluruhan individu saling mempengaruhi dan saling bergantung, maka bahasa yang sebagai milik masyarakat juga tersimpan dalam diri masing-masing individu. Setiap individu dapat bertingkah laku dalam wujud bahasa, dan tingkah laku bahasa individual dapat berpengaruh luas pada anggota masyarakat bahasa lain. Oleh karena itu, individu tetap terikat pada aturan permainan yang berlaku bagi semua anggota masyarakat. Bahasa berfungsi di tengah masyarakat dan berupaya menjelaskan kemampuan manusia menggunakan aturan-aturan berbahasa secara tepat dalam situasi-situasi yang bervariasi.

Manusia merupakan makhluk sosial. Manusia melakukan interaksi, bekerja sama, dan menjalin kontak sosial di dalam masyarakat. Dalam melakukan

(2)

Bahasa mampu membuat manusia membentuk kelompok sosial, sebagai pemenuhan terhadap kebutuhannya untuk hidup bersama. Dalam kelompok sosial tersebut manusia terikat secara individual. Keterikatan individu-individu dalam kelompok ini sebagai identitas dari dalam kelompok tersebut. Setiap individu adalah anggota dari kelompok sosial tertentu yang tunduk pada seperangkat aturan yang disepakati dalam kelompok tersebut. Salah satu aturan yang terdapat di dalamnya adalah seperangkat aturan bahasa.

Bahasa merupakan unsur yang penting sebagai penentu bagi berhasilnya sebuah komunikasi. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal yang bersifat arbitrer, yang dapat diperbuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata. Bahasa sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, dipergunakan untuk mengekspresikan segala sesuatu yang tersirat di dalam pikiran dan perasaan penuturnya. Ungkapan pikiran dan perasaan manusia dipengaruhi oleh dua hal yaitu oleh keadaan pikiran dan perasaan itu sendiri (http://bahanamahasiswa.org).

Sebuah komunikasi dikatakan efektif apabila setiap penutur menguasai perbedaan ragam bahasa. (Kridalaksana dalam http://bahanamahasiswa.org) mengemukakan bahwa ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang dibedakan menurut topik, hubungan pelaku, dan medium pembicaraan. Jadi ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang timbul menurut situasi dan fungsi yang memungkinkan adanya variasi tersebut. Dengan penguasaan ragam bahasa, pengguna bahasa dapat dengan mudah mengungkapkan gagasannya melalui pemilihan ragam bahasa yang ada sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, penguasaan ragam bahasa menjadi

(3)

tuntutan bagi setiap pengguna komunikasi, mengingat kompleksnya situasi dan kepentingan yang masing-masing menghendaki kesesuaian bahasa yang digunakan. Pemilihan terhadap salah satu ragam bahasa dipengaruhi oleh faktor kebutuhan penutur akan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi.

Ragam bahasa menurut topik pembicaraan mengacu pada pemakaian bahasa dalam bidang tertentu seperti bidang jurnalistik, kesusastraan, dan pemerintahan. Ragam bahasa menurut hubungan pelaku dalam pembicaraan atau gaya penuturan menunjuk pada situasi formal atau informal. Medium pembicaraan atau cara pengungkapan dapat berupa sarana atau cara pemakaian bahasa, misalnya bahasa lisan dan bahasa tulis. Sehingga masing-masing ragam bahasa memiliki ciri-ciri tertentu, sehingga ragam yang satu berbeda dengan ragam yang lain.

Pemakaian ragam bahasa perlu penyesuaian antara situasi dan fungsi pemakaian. Hal ini sebagai indikasi bahwa kebutuhan manusia terhadap sarana komunikasi juga bermacam-macam. Untuk itu, kebutuhan sarana komunikasi bergantung pada situasi pembicaraan yang berlangsung. Dengan adanya keanekaragaman bahasa di dalam masyarakat, kehidupan bahasa dalam masyarakat dapat diketahui, misalnya berdasarkan jenis pendidikan atau jenis pekerjaan seseorang, bahasa yang dipakai memperlihatkan perbedaan.

Chaer dan Agustina (1995:80) bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami oleh semua penutur bahasa itu. Namun, karena penutur bahasa tersebut tidak merupakan kumpulan manusia yang homogen, maka wujud bahasa yang konkret menjadi bervariasi. Terjadinya kevariasian bahasa bukan hanya

(4)

disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat bervariasi. Setiap kegiatan memerlukan atau menyebabkan terjadinya kevariasian bahasa itu. Kevariasian ini akan semakin bertambah kalau bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak serta dalam wilayah yang sangat luas.

Dalam variasi bahasa terdapat dua pandangan yaitu (1) Variasi bahasa dilihat sebagai akibat adanya kevariasian sosial penutur bahasa dan kevariasian fungsi bahasa. (2) Variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang bervariasi. (Chaer dan Agustina, 1995:82) membedakan variasi bahasa antara lain dari segi (1) Penutur, (2) Pemakaian, (3) Keformalan, dan (4) Sarana. Variasi bahasa dari segi penutur atau yang disebut idiolek, yakni variasi bahasa yang bersifat perorangan. Variasi berdasar penuturnya berarti siapa yang menggunakan bahasa itu, di mana tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya di dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan bahasa itu digunakan. Variasi dari segi pemakaian, variasi ini berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya, atau fungsinya yang disebut fungsiolek.

Variasi bahasa dari segi keformalan dibagi atas lima macam gaya yaitu (1) ragam beku (frozen), (2) ragam resmi (formal), (3) ragam usaha (konsultatif), (4) ragam santai (casual), (5) ragam akrab (intimate).

Variasi bahasa dari segi sarana, dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis, atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu. Ragam bahasa lisan dalam menyampaikan informasi

(5)

akan dibantu oleh unsur-unsur nonlinguistik yang berupa nada suara, gerak-gerik tangan, dan gelengan kepala, tetapi dalam ragam bahasa tulis hal tersebut tidak terdapat, yang dapat terlihat hanya dengan pemakaian tanda baca, diksi, dan gaya bahasa. Oleh karena itu, dalam berbahasa tulis harus lebih menaruh perhatian tanda lambang yang disusun agar dapat dipahami pembaca dengan baik. Salah satu fungsi tanda lambang adalah untuk menyampaikan pesan, dengan fungsi itu komunikasi tanda lambang berkembang dan tidak menentu mencari bentuk yang tepat untuk mewadahi pesan yang dikandungnya. Sebagai contohnya para pengguna SMS berkreasi menciptakan variasi bahasa tersendiri. Kaidah berbahasa memang tidak dapat dipaksakan kepada para penggunanya, begitu pula kepada pengguna SMS.

SMS adalah kependekan dari Short Message Service. Teknologi ini membuat kita untuk dapat bertukar pesan pendek antar sesama pemakai telepon genggam. Pengguna telepon genggam dengan Global Sending Mechanism (GSM) yaitu cara pengiriman pesan dapat mengirim dan menerima pesan singkat yang biasanya sampai dengan 160 karakter (huruf). Teks dapat berupa kata atau nomor maupun kombinasi huruf dengan angka. Short Message (pesan singkat) pertama yang dikirimkan adalah pada bulan Desember 1992 dari sebuah Personal Computer (PC) ke sebuah telepon genggam pada jaringan Vodafone GSM di Inggris. Pesan singkat ini dilakukan dengan huruf latin maka 160 karakter yang dapat dikirim, apabila nonlatin seperti huruf Arab atau Cina jumlah karakternya adalah 70 (http://www.total.or.id).

(6)

Bahasa SMS adalah salah satu bentuk dari perkembangan teknologi, dan adanya penggunaan jasa telekomunikasi dengan sebuah telepon genggam terlihat betapa maraknya pengguna SMS dalam masyarakat.

SMS merupakan sebuah pesan yang ditulis dengan singkatan-singkatan, kaya simbol, dan selipan bahasa asing (Inggris). SMS merupakan padanan penulisan yang dilafalkan dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing yang ditulis dengan susunan huruf-huruf tidak beraturan yang menghasilkan simbol-simbol dalam komunikasi. Simbol-simbol yang muncul kemudian diterima oleh pihak yang dituju pengirim dan diartikan sebagai pesan dari pengirim.

SMS seperti namanya merupakan pesan singkat. Pesan yang ditulis dalam SMS pun disingkat dengan lebih efisien dan padat. Pemakaian penulisan SMS ini sudah ada sejak SMS itu sendiri muncul. Namun pada perkembangannya, muncullah penulisan lain yang kadang-kadang aneh dan kurang dapat dipahami oleh orang-orang yang tidak menggunakan SMS. Pesan-pesan yang kata-katanya serba disingkat dalam SMS memang tergolong ‘liar’ tidak teratur menurut aturan apabila dilihat dari segi singkatan. Oleh karena namanya SMS, maka pengguna SMS semakin mempersingkat pesan yang akan dikirim ataupun yang diterima oleh sesama pengguna SMS.

Bahasa SMS dipergunakan generasi muda dalam berbahasa tulis, karena alasan kesulitan mengetik, rasa malas, atau sempitnya waktu bahasa SMS disusun sehingga disingkat-singkat, seperti tanda lambang fonem tetapi dibaca berupa kata, contohnya ‘kt dsrh bwt jdl az utk bsk’. Adapun maksud dalam kalimat tersebut dapat ditafsirkan pembaca yang menerima pesan tersebut lewat SMS

(7)

melalui telepon genggam tentu akan berbeda-beda. Namun, apabila kalimat tersebut ditulis sesuai dengan penulisan bentuk kata dengan kaidah penulisan yang baik, maka pembaca tidak akan bertanya-tanya dengan pesan yang telah diterima oleh si penerima pesan tersebut. Jelaslah bahwa maksud kalimat tersebut adalah kita disuruh membuat judul saja untuk besok. Dari contoh di atas dapat dinyatakan bahwa pemahaman tentang bentuk tampilan SMS sangat penting terutama dalam penulisan SMS.

1.1.2 Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang dan masalah yang telah diuraikan di atas maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah bentuk tampilan variasi bahasa dalam SMS pada majalah Hai?

2. Bagaimanakah makna variasi bahasa dalam SMS pada majalah Hai?

1.2 Batasan Masalah

Suatu penelitian harus dibatasi agar penelitian terarah dan tujuan penelitian tercapai. Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan variasi bahasa dalam SMS pada majalah Hai sebagai objek penelitian. Peneliti membatasi objek penelitian ini hanya dari bentuk tampilan dan makna variasi bahasa dalam SMS yang terdapat pada majalah Hai terbitan Januari sampai Mei 2008.

(8)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan dan memahami bentuk tampilan variasi bahasa dalam SMS pada majalah Hai.

2. Mendeskripsikan dan memahami makna variasi bahasa dalam SMS pada majalah Hai.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, manfaat yang diperolah dari hasil penelitian variasi bahasa dalam SMS pada majalah Hai adalah:

1. Menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat dalam memahami variasi bahasa dalam SMS pada majalah Hai.

2. Menjadi sumber masukan bagi peneliti lain yang ingin membicarakan tentang variasi bahasa dalam SMS pada majalah Hai dengan bentuk yang lain.

(9)

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian variasi bahasa dalam SMS pada majalah Hai secara praktis dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi pengguna SMS dalam memahami variasi bahasa dalam SMS yang lebih objektif dan realitas.

1.4 Metode Penelitian

1.4.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan (Nawawi, 1991:61). Untuk mencapai tujuan penelitian ini digunakan metode deskriptif, yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Jenis data pada penelitian ini menggunakan data kualitatif yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau uraian (Nawawi, 1991:97). Data kualitatif dibagi menjadi data primer dan data sekunder. Data primer atau objek pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode simak. Metode simak ialah metode yang dipakai untuk menyimak penggunaan bahasa (Mahsun, 2005:90). Sedangkan teknik dasar yang digunakan dalam metode simak adalah teknik sadap. Teknik sadap ialah teknik yang dipakai untuk penyimakan yang diwujudkan dengan penyadapan dan peneliti sendiri sebagai instrumen dalam penyadapan, yaitu peneliti membaca, mempelajari, dan memeriksa penggunaan bahasanya yang

(10)

terdapat dalam bahasa SMS pada majalah Hai terbitan Januari sampai Mei 2008. Selanjutnya teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan dalam menerapkan metode simak.

Data sekunder yaitu data yang mengutip dari sumber lain. Data sekunder diperoleh melalui sumber perpustakaan yang berupa buku cetak dan juga memperoleh data melalui sumber internet yang berhubungan dengan masalah penelitian kemudian mencatat data-data yang telah terkumpulkan.

1.4.2 Metode dan Teknik Pengkajian Data

Data yang telah terkumpul dianalis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang dilakukan secara bersamaan selama proses pengumpulan data sejak penyadapan, yaitu peneliti mambaca, mempelajari dan memeriksa penggunaan bahasanya. Dalam penelitian ini, variasi bahasa dalam SMS pada majalah Hai dianalisis secara keseluruhan kemudian mengklasifikasikan atau mengategorikan data berdasarkan beberapa tema yang sesuai dengan fokus penelitian (Suyanto, 2005:173). Selanjutnya data yang telah dianalisis disajikan berupa uraian kata-kata secara sistematis dalam bentuk laporan ilmiah yang berupa skripsi.

(11)

1.5 Landasan teori

1. Variasi Bahasa

Bahasa menjadi bervariasi karena penutur bahasa berhubungan dengan tingkat golongan, status, dan kelas sosial karena dalam masyarakat tidak merupakan kumpulan manusia yang homogen. Terjadinya kevariasian bahasa itu bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Perbedaan pekerjaan, profesi, jabatan, dan tugas para penutur juga dapat menyebabkan adanya variasi bahasa.

Pemakaian bahasa tidak hanya dipengaruhi oleh faktor linguistik, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor-faktor nonlinguistik. Faktor nonlinguistik yaitu faktor sosial, dan faktor situasional. Faktor sosial yang mempengaruhi pemakaian bahasa terdiri atas status sosial, tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, dan lainnya. Sedangkan faktor situasional yang mempengaruhi pemakaian bahasa terdiri dari siapa yang berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa. Dengan adanya faktor sosial dan faktor situasional inilah yang menyebabkan adanya variasi bahasa. Dalam variasi bahasa setidaknya terdapat tiga hal yaitu adanya pola-pola bahasa yang sama, pola-pola bahasa yang dapat dianalisis secara deskriptif, dan pola-pola yang dibatasi oleh makna dipergunakan oleh penuturnya untuk berkomunikasi, sama halnya seperti yang dikemukakan Suwito (dalam Aslinda dan Leni, 2007:17) variasi bahasa adalah bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola yang menyerupai pola umum bahasa induknya.

(12)

Bahasa dalam lingkungan sosial masyarakat satu dengan yang lainnya berbeda. Dengan adanya kelompok-kelompok sosial tersebut menyebabkan bahasa yang dipergunakan bervariasi, hal ini didukung dengan pernyataan Chaer dan Agustina (1995:87) variasi bahasa berkenaan dengan tingkat golongan, status, dan kelas sosial para penuturnya, yang mana variasi bahasa dapat dibagi atas (1) Akrolek adalah variasi bahasa yang dianggap lebih tinggi atau bergengsi daripada variasi sosial lainnya. Sebagai contoh dari akrolek adalah yang disebut bahasa bagongan, yaitu variasi bahasa Jawa yang khusus yang digunakan oleh para bangsawan kraton Jawa.

(2) Basilek adalah variasi bahasa yang dianggap kurang bergengsi atau bahasa rakyat kebanyakan bahkan dianggap dipandang rendah. Bahasa Inggris yang digunakan oleh para cowboy dan kuli tambang dapat dikatakan sebagai basilek. Begitu juga bahasa Jawa “Krama ndesa”.

(3) Vulgar adalah variasi bahasa yang ciri-cirinya tampak pemakaian bahasa oleh mereka yang kurang terpelajar, atau dari kalangan mereka yang tidak berpendidikan dan berkecenderungan menyatakan sesuatu apa adanya dan kasar.

(4) Kolokial variasi bahasa yang digunakan oleh penutur dalam percakapan sehari-hari secara lisan. Kata kolokial berasal dari kata colloquium (=percakapan,konversasi). Jadi, kolokial berarti bahasa percakapan, bukan bahasa tulis. Juga tidak tepat kalau kolokial ini disebut bersifat “kampungan” atau bahasa kelas golongan bawah, sebab yang penting adalah konteks dalam pemakaiannya.

(5) Jargon adalah variasi bahasa yang digunakan secara terbatas oleh kelompok-kelompok sosial tertentu, ungkapan yang digunakan seringkali tidak

(13)

dapat dipahami oleh masyarakat umum atau masyarakat di luar kelompoknya namun ungkapan-ungkapan tersebut tidak bersifat rahasia. Misalnya dalam kelompok montir atau perbengkelan terdapatnya ungkapan-ungkapan seperti roda gila, didongkrak, dices, dibalans, dan dipoles. Dalam kelompok tukang batu dan bangunan ada ungkapan, seperti disipat, diekspos, disiku, dan ditimbang.

(6) Argot adalah variasi bahasa yang digunakan secara terbatas pada profesi-profesi tertentu dan bersifat rahasia, letak kekhususan argot adalah pada kosakata. Umpamanya dalam dunia kejahatan ( pencuri, tukang copet ) menggunakan ungkapan-ungkapan seperti barang dalam arti ‘mangsa’, kacamata dalam arti ‘polisi’, dan daun dalam arti ‘uang’, gemuk dalam arti ‘mangsa besar’, dan tape dalam arti ‘mangsa yang empuk’.

(7) Ken adalah variasi bahasa yang dipakai untuk merengek-rengek atau pura-pura yang bernada “memelas”, biasanya digunakan oleh kalangan sosial rendah misalnya oleh para pengemis.

Variasi bahasa yang terakhir adalah (8) Slang merupakan variasi bahasa yang bercirikan penggunaan kosakata yang baru ditemukan dan cepat berubah biasanya dipakai oleh kaum muda atau kelompok sosial dan profesional untuk berkomunikasi intrakelompok yang digunakan secara terbatas dan bersifat rahasia.

Bahasa slang dirumuskan sebagai ragam bahasa yang tidak resmi dipakai oleh kaum remaja atau kelompok sosial tertentu untuk komunikasi intern sebagai usaha orang diluar kelompoknya tidak mengerti, kosa kata slang dapat berupa pemendekan kata, kosa kata yang serba baru dan berubah-ubah.

(14)

Contoh bentuk tampilan variasi bahasa dalam SMS pada majalah Hai edisi 25 Februari – 2 Maret 2008 terlihat adanya variasi bahasa yang berupa bahasa slang yaitu:

Santai aj bro, yg lw bthin skrg tuh ksbrn. Skrg gw nysl bgt dlu dah nyiain dya.

Gw syg bgt sm dy. Tp nyokpnya g s7 dr dl (bkapnya ud alm).

Adapun bahasa slang yang terdapat dalam SMS pada majalah Hai antara lain :

bro = bro ‘sapaan akrab untuk teman laki-laki’ nyokp/bkap = nyokap/bokap ‘ibu/bapak’

gw = gue ‘saya atau aku’ lw = loe ‘kamu atau kau’

Dalam SMS pun dapat terlihat adanya variasi bahasa yang berupa bahasa slang. Jadi, terlihatlah banyak bentuk tampilan variasi bahasa dalam SMS dan perlu disadari bahwa pemahaman tentang bentuk tampilan SMS sangat penting terutama dari segi penulisannya.

(15)

2. Singkatan dan Akronim

a. Singkatan

Singkatan adalah kependekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik dilafalkan huruf demi huruf maupun dilafalkan dengan mengikuti bentuk lengkapnya (Sugihastuti, 2000:35).

Terlihat banyak singkatan yang berupa bahasa slang dalam SMS yang terdapat pada majalah Hai antara lain:

BTW ( by the way ) ‘ngomong-ngomong’ TP ‘tebar pesona’

PD ‘percaya diri’

ABG ‘anak baru gede’

b. Akronim

Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, atau gabungan huruf awal dan suku kata, yang ditulis dan dilafalkan seperti halnya kata biasa (Sugihastuti, 2000:36).

Dalam SMS pada majalah Hai banyak terlihat bentuk akronim yang berupa bahasa slang antara lain:

(16)

Pedekate ‘pendekatan’ Curhat ‘curahan hati’ Tante ‘tanpa tekanan’

3. Semantik

Semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Oleh karena itu semantik mencakup makna-makna kata, perkembangannya dan perubahannya.

Semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandai. Dengan kata lain, semantik adalah bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu semantik diartikan sebagai ilmu tentang tanda atau tentang arti, seperti yang dikemukakan oleh Chaer (1995:3) semantik mempelajari makna atau arti dari suatu tanda atau lambang yang mempunyai cakupan objek yang lebih luas, yakni mencakup makna tanda atau lambang pada umumnya. Dalam setiap bahasa sering kali ditemui adanya hubungan kemaknaan antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi.

Setiap kata mempunyai makna. Makna dari kata tersebut tidak hanya memiliki satu makna, adakalanya memiliki makna yang lebih dari satu sehingga menimbulkan kegandaan makna yang disebut dengan ambiguitas. Seperti yang dikemukakan oleh Chaer (1995:104) bahwa ambiguitas diartikan sebagai kata

(17)

yang bermakna ganda atau mendua arti. Kegandaan makna dalam ambiguitas berasal dari satuan gramatikal yang lebih besar, yaitu frase atau kalimat, dan terjadi sebagai akibat penafsiran struktur gramatikal yang berbeda. Ambiguitas adalah sebuah bentuk dengan makna yang berbeda sebagai akibat dari berbedanya penafsiran struktur gramatikal bentuk tersebut.

Misalnya bentuk tampilan SMS seperti penulisan lafal Allah dengan simbol 4JJI mengandung arti lain yang ambiguitasnya tersembunyi dan mengandung arti sampingan ‘for (dari bunyi kata four) Jesus Judas Isa’. Selain itu, penulisan Assalaamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh yang ditulis dengan singkatan Ass (aes) yang dalam bahasa Inggris artinya adalah ‘orang bodoh’. Jadi penulisan Ass mempunyai makna yang ambiguitas.

Munculnya ambiguitas dalam SMS akan terjadi kesulitan untuk mengartikan tanda yang terdapat dalam pesan tersebut. Dengan begitu perlu diperhatikan makna yang terkandung dalam SMS agar tidak terjadi salah pengertian.

4. Bahasa SMS

SMS adalah singkatan dari Short Message Service. Jadi, SMS adalah layanan untuk pesan pendek. Pesan pendek itu bisa dikirim lewat telepon genggam ke telepon genggam lainnya. Teknologi SMS pada dasarnya sudah banyak digunakan untuk melakukan komunikasi melalui pesan singkat dan telah banyak dikenal oleh kalangan masyarakat (http://softwareproject.wordpress.com)

(18)

Bahasa SMS atau surat masa singkat ialah sebuah layanan yang dilaksanakan dengan sebuah telepon genggam untuk mengirim atau menerima pesan-pesan pendek (http://forum.alambahasa.com).

Surat Masa Singkat (SMS) merupakan pesan yang tampilannya penuh dengan singkatan-singkatan, perpaduan huruf dengan angka, menggunakan huruf basar dan kecil sekaligus serta kaya tanda atau simbol yang digunakan untuk menggantikan sebuah kata dan hanya dimengerti oleh pengguna SMS. Seperti yang dikemukakan M.Wikan Hendarman bahwa bahasa SMS adalah pesan singkat yang tampil dengan aneka inovasi dari pengguna telepon genggam yang menggunakan tanda tertentu untuk menggantikan sebuah kata, mencampurkan huruf besar dan huruf kecil sampai dengan menggunakan aneka bentuk smile face (http://www.tribunkaltim.co.id).

Menurut Kris Bheda (http://forum.alambahasa.com) bahasa SMS adalah sebuah model penulisan dengan materi yang aneh, yang hanya ditangkap dan dimengerti oleh ‘kalangan sendiri’, yakni antara mereka (pengguna SMS) yang mengerti singkatan-singkatan dan simbol-simbol tersebut. Model penulisan dengan materi yang aneh maksudnya bahwa materi yang digunakan dalam bahasa SMS tidak seperti yang biasa dilihat oleh kalangan masyarakat karena hanya pengguna SMS saja yang mengerti materi yang mereka pakai dalam SMS tersebut.

Contoh tampilan SMS yang banyak terdapat singkatan, simbol-simbol dan kolaborasi antara fonem dengan angka yang dibaca berupa kata antara lain:

(19)

Km M5H NGR454 mrh sm Q

‘kamu masih ngerasa marah sama akiu’

Yod4 klo jd dtg t3l Q gi y

‘ya udah kalau jadi datang telp akiu gi ya’

SMS merupakan penulisan yang dipadankan dan dilafalkan dalam bahasa Indonesia (bahasa Inggris dan bahasa slang) yang ditulis dengan singkatan dan susunan huruf yang tidak teratur yang akhirnya menghasilkan simbol-simbol dalam komunikasi yang dimengerti antar pengguna SMS tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengalaman pengguna, dosis rendah hingga sedang (1-5 gram) serbuk daun kratom memiliki efek stimulan ringan yang menyenangkan, pada dosis lebih tinggi

Latar belakang: Obstructive sleep apnea (OSA) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peristiwa kolapsnya saluran napas bagian atas secara periodik pada saat tidur yang

Sementasyon derinliğini artıran tuzlar (yüksek sementasyon sıcaklığında çalışılan tuzlar). Bu durumda ise tuz banyosundaki siyanür miktarı %10’dur ve kullanılan

Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan

Variasi suhu pemanasan pada saat pembuatan minuman sari tempe menghasilkan kandungan senyawa isoflavon yang berbeda pula. Sebagai pembanding digunakan tempe dan

adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya

Aplikasi yang di buat oleh penulis ini menggunakan bahasa pemrograman yang dapat berinteraksi dengan software animasi, sehingga dapat membuat irang menjadi tertarik

Pelatihan Bahasa Arab untuk Tata Laksana Rumah Tangga Keluarga terdiri atas bahan yang paparan atau dialog untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap