• Tidak ada hasil yang ditemukan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

38 ANALISIS AKTIVITAS RINGAN SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA OBESITAS PADA REMAJA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 MANADO

Meirlyn Andiny Sawello*, Nancy S. Malonda*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRACT

Obesity in children is a very important determinant of obesity in adulthood. One of risks of obesity is in the age group of school age. One of the factors that lead to better nutrition in school-age children is a physical activity. Modern life, technological advances, and other instant form results a sedentary lifestyle. Physical activity energy stored as fat deposits that cause the symptoms of obesity. The purpose of the research is to know the description of physical activity and analyzing the relationship between physical activity with incidence of obesity in adolescents in SMP N 1 Manado.

This research used Case-control study design, conducted from February to May 2012 in SMP N 1 Manado. Respondents by 82 students (41 students are obese, and 41 students are not obese). Research instrument: the questionnaire of physical activity, height gauges (microtoice), and digital weight scales. Processing the data using Chi-Square test statistic with 95% confidence level (α = 0.5).

In conclusion, most of the SMP N 1 Manado students are obese has a mild physical activity (total 577.56 MET MET/week) and most students are not obese have a moderate physical activity (total 785.62 MET MET/week). Statistically, there is a significant association between physical activity with the incidence of obesity in adolescents in SMP N 1 Manado (p < 0.05, OR = 6.591).

Researcher suggested for children and adolescents should have duration of 60 minutes of accumulated moderate physical activity every day. Physical activity that requires a movement of bones and muscles are at least 3 times a week. Therefore, SMP N 1 Manado students is recommended to have at least once a week filled with activities like morning gymnastics that outside of the specified schedule.

Keywords: Obesity, Physical Activity, Junior High School Students ABSTRAK

Obesitas pada anak adalah faktor penentu yang sangat penting terhadap obesitas pada usia dewasa. Salah satu kelompok umur yang berisiko terjadinya obesitas adalah kelompok umur usia sekolah. Salah satu faktor yang menyebabkan gizi lebih pada anak usia sekolah adalah aktivitas fisik. Kehidupan modern, kemajuan teknologi, serta berbagai bentuk kemudahan (instant) menghasilkan pola hidup santai. Energi untuk aktivitas fisik disimpan sebagai timbunan lemak sehingga menimbulkan gejala obesitas. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui gambaran aktivitas fisik serta menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada remaja di SMP N 1 Manado.

Rancangan penelitian kasus kontrol (case control), dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2012 di SMP N 1 Manado. Responden sebesar 82 siswa (41 siswa obes, dan 41 siswa tidak obes). Instrumen penelitian: kuesioner aktivitas fisik, alat ukur tinggi badan (mikrotoa), dan timbangan berat badan digital. Pengolahan data menggunakan uji statistik Chi-Square dengan α = 0,5dan tingkat kepercayaan 95%.

Kesimpulannya sebagian besar siswa SMP N 1 Manado yang obes memiliki aktivitas fisik ringan (total MET 577,56 MET/minggu) dan siswa tidak obes sebagian besar memiliki aktivitas fisik sedang (total MET 785,62 MET/minggu). Secara statistik ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada remaja di SMP N 1 Manado (p < 0,05; OR= 6,591).

Peneliti menyarankan bagi anak dan remaja sebaiknya memiliki 60 menit durasi dari akumulasi aktivitas fisik sedang dan berat setiap hari. Aktivitas fisik yang membutuhkan pergerakan tulang dan otot paling kurang 3 kali seminggu. Bagi siswa SMP N 1 Manado disarankan memiliki paling tidak 1 hari dalam seminggu yang diisi dengan kegiatan senam pagi bersama, diluar jadwal pelajaran olahraga yang ditetapkan.

(2)

39 PENDAHULUAN

Masalah gizi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang belum pernah tuntas ditanggulangi di dunia. Selagi penanggulangan masalah gizi kurang belum dapat diatasi timbul era transisi gizi yang meningkatkan kejadian obesitas dan penyakit kronis sehingga masalah gizi menjadi semakin rumit. Obesitas pada anak adalah faktor penentu yang sangat penting terhadap obesitas pada usia dewasa. Indeks Massa Tubuh (IMT) yang tinggi pada remaja memprediksikan peningkatan risiko kematian dan penyakit kardiovaskular. Lebih dari 60% anak overweight sebelum masa pubertas akan berlanjut hingga masa dewasa awal, hal ini penting untuk diperhatikan karena obesitas memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan, status psikososial, kualitas hidup dan usia harapan hidup (WHO, 2009).

Salah satu kelompok umur yang berisiko terjadinya gizi lebih adalah kelompok umur usia sekolah. Hasil penelitian Husaini yang dikutip Hadi (2005) mengemukakan bahwa, dari 50 anak yang mengalami gizi lebih, 86% akan tetap obesitas hingga dewasa dan dari 50 anak perempuan yang obesitas, 80% akan tetap obesitas hingga dewasa. Dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, menunjukan untuk Indonesia prevalensi berat badan lebih pada anak usia sekolah sebesar 9,5% pada anak laki-laki dan 6,4% pada anak perempuan (Depkes, 2008).

Prevalensi berat badan lebih pada anak usia sekolah untuk Sulawesi Utara sebesar 9,2% pada laki-laki, dan 8,0% pada perempuan (Balitbangkes Depkes RI, 2008) . Di kota Manado berdasarkan hasil penelitian dengan sampel sebanyak 2.835 siswa SLTP di Kota Manado terdapat 35,71% obesitas pada usia 11-12 tahun dan 64,29% obesitas pada usia 13-15 tahun. Dengan distribusi prevalensi obesitas terbanyak pada perempuan sekitar 50,71% sedangkan pada laki-laki sebanyak 49,29% (Tambuwun, 2005).

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gizi lebih pada anak usia sekolah, antara lain sosial ekonomi yang mempengaruhi pola konsumsi sehingga berdampak pada asupan energi, faktor genetik dan aktivitas fisik. Suatu data menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat adanya perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktivitas fisik, seperti: ke sekolah dengan naik kendaraan dan kurangnya aktivitas bermain dengan teman

serta lingkungan rumah yang tidak memungkinkan anak-anak bermain diluar rumah, sehingga anak lebih senang bermain komputer/games, nonton TV atau video dibanding melakukan aktivitas fisik (Hidayati SN,2005).

Kehidupan yang modern dilingkungan tempat tinggal, kemajuan serta berbagai bentuk kemudahan (instant) menghasilkan pola hidup santai, energi yang tadinya untuk aktivitas fisik tidak terlalu diperlukan lagi dan akan disimpan sebagai timbunan lemak dan akhirnya menimbulkan gejala gizi lebih. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas di SMP N 1 Manado, dari sini peneliti tertarik untuk mengetahui apakah aktivitas fisik ringan merupakan faktor risiko terjadinya obesitas pada remaja di SMP Negeri 1 Manado. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis aktivitas fisik ringan sebagai faktor risiko terjadinya obesitas pada remaja di SMP N 1 Manado.

METODE

Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan kasus-kontrol (case-control). Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kota Manado. Waktu penelitian mulai bulan Februari sampai Mei 2012.

Populasi adalah seluruh siswa kelas 1-2 SMP N 1 Manado, yang berjumlah 1106 siswa. Besar sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 82 siswa, yang terbagi dalam kelompok kasus dan kontrol. Populasi yang dipilih menjadi sampel adalah yang memenuhi criteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel secara Purposive.

Data aktivitas fisik dikumpulkan dengan cara wawancara dengan pertanyaan yang tersusun dalam kuesioner. Sedangkan untuk data obesitas dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan responden.

Pengolahan data meliputi proses rekapitulasi data pengukuran responden, Coding, Data Entry dan, Data Cleaning. Analisis data univariat menggunakan tabel distribusi frekuensi untuk memperoleh informasi secara umum mengenai karakteristik responden. Sedangkan analisis bivariat menggunakanuji

(3)

40 HASIL DAN PEMBAHASAN

SMP Negeri 1 Manado adalah salah satu Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang berstatus Negeri di Kota Madya Manado sejak tanggal 1 Juli 1954. SMP Negeri 1 Manado berlokasi di Jalan W.R. Soepratman Nomor 72, kelurahan Lawangirung. Jumlah jam pelajaran dalam seminggu yaitu 2.242 jam. Setiap siswa di bebaskan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah baik olahraga, study club maupun kegiatan kesenian. Kegiatan ektrakurikuler di SMP N 1 Manado diantaranya; basket, softball, sepak bola, paduan suara, seni tari, dan majalah dinding. Jumlah sampel yang diukur dalam penelitian ini sebanyak 82, terdiri dari 41 siswa obesitas pada kelompok kasus, dan 41 siswa tidak obesitas pada kelompok kontrol. Sampel pada masing-masing kelompok kasus dan kontrol dilakukan matching untuk umur dan jenis kelamin dengan tujuan mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas. Karakteristik Responden

Penelitian yang melibatkan 82 siswa/i SMP Negeri 1 Manado sebagai sampel penelitian terdiri atas laki-laki 50 siswa (60,97%) dan perempuan 32 siswa (39,09%). Umur responden berkisar antara 11-14 tahun yang termasuk dalam batasan usia remaja menurut WHO. Sampel penelitian dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok kasus yang merupakan siswa dengan status obesitas berdasarkan parameter IMT/U, dan kelompok control yang merupakan siswa dengan status tidak obesitas, pada kedua kelompok ini dilakukan matching untuk umur dan jenis kelamin.

1. Jenis Kelamin Jenis

Kelamin

Obes Tidak obes

n % n %

Laki-laki 25 61,0 25 61,0 Perempuan 16 39,0 16 39,0

Jumlah 41 100 41 100

Subjek penelitian dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.

2. Agama

Agama Obes Tidak obes

n % n % Islam 13 31,7 15 36,6 Kristen Protestan 28 68,3 24 58,5 Kristen Khatolik 0 0 1 2,4 Budha 0 0 1 2,4 Jumlah 41 100 41 100

Agama yang dianut oleh subjek penelitian sebagian besar adalah Kristen Protestan. 3. Pekerjaan Orang tua

Jenis Pekerjaan Obes Tidak obes

n % n %

PNS 13 31,7 17 41,5

Pegawai Swasta 26 63,4 22 53,7

Wiraswasta 2 4,9 2 4,9

Jumlah 41 100 41 100

Sebagian besar pekerjaan ayah subjek penelitian adalah pegawai swasta.

Jenis Pekerjaan

Obes Tidak obes

n % n % PNS 13 31,7 10 24,4 Pegawai Swasta 10 24,4 15 36,6 Wiraswasta 0 0 2 4,9 Tidak bekerja 18 43,9 14 34,1 Jumlah 41 100 41 100

Sedangkan sebagian besar ibu subjek penelitian tidak bekerja.

Obesitas sangat dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi yang diantaranya adalah jenis pekerjaan yang menunjang penghasilan keluarga. Orang tua yang mrmiliki pekerjaan dengan penghasilan yang cukup dipandang mampu memenuhi asupan makanan keluarga lebih dari cukup, dan seiring perkembangan teknologi, orang tua berpenghasilan lebih, mampu memfasilitasi anak dengan alat elektronik sebagai sumber hiburan anak di rumah seperti televisi, komputer/laptop, playstation¸ dan DVD/VCD. Dengan ini anak lebih memilih untuk tinggal dirumah dan menikmati segala hiburan yang dimiliki dibandingkan bermain diluar rumah, hal ini sejalan dengan pendapat Musaiger (2004) bahwa peningkatan alat elektrikal rumah tangga menyebabkan hidup lebih santai. Pada

(4)

41 kelompok obes, sebagian besar ibu rumah

tangga, keadaan ini sedikit banyak ikut berpengaruh, karena kecenderungan orang tua yang lebih suka melihat anaknya tinggal dalam rumah, hal ini meningkatkan ketidakaktifan fisik pada anak.

Gambaran Aktivitas fisik Responden

sebagian besar kelompok obes memiliki aktivitas fisik ringan dengan rata-rata nilai MET 577,56, sedangkan kelompok tidak obes sebagian besar memiliki aktivitas fisik sedang dengan rata nilai MET 785,62. Untuk rata-rata nilai MET aktivitas ringan yang dilakukan keseluruhan subjek penelitian adalah 489,07, dan rata-rata nilai MET aktivitas sedang yang dilakukan keseluruhan subjek penelitian adalah 856,20. Sejalan dengan penelitian terhadap remaja SLTP di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul yang juga memberikan gambaran bahwa remaja obes dan tidak obes, sangat jarang melakukan aktivitas fisik, sebagian besar melakukan aktivitas ringan dan sedang (Huriyati, 2004).

Enam hari dalam seminggu, para siswa melakukan kegiatan disekolah. Lokasi sekolah yang terletak di pinggir jalanan umum membuat siswa dengan mudah menggunakan kendaraan sebagai transportasi. Rata-rata transportasi yang digunakan siswa untuk ke sekolah dan pulang sekolah dengan kendaraan

umum, dan kendaraan pribadi yang hanya bernilai 1 MET. Dari sini dapat dilihat bahwa pengeluaran energi subjek penelitian lebih rendah. Sejalan dengan penelitian di SMA 4 Semarang bahwa siswa yang berasal dari tingkat ekonomi menengah keatas sering ke sekolah dengan diantar kendaraan dan angkutan umum yang pengeluaran energinya lebih rendah (Mujur,2011). Sementara itu, subjek penelitian sebagian waktu di sekolah dihabiskan dengan duduk, baik pada saat menerima pelajaran maupun pada saat istirahat. Baik untuk bercerita dengan teman, makan atau untuk belajar. Hal ini sejalan dengan penelitian di SLTP di Kota Tomohon bahwa para remaja banyak melakukan aktivitas duduk setiap hari (Rawis, 2006). Kecenderungan ini lebih nampak pada kelompok kasus yang memiliki frekuensi kegiatan duduk dengan durasi yang lebih besar pada penelitian ini.

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Remaja SMP N 1 Manado Hasil penelitian yang menunjukan hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Remaja SMP N 1 Manado Tingkat Aktivitas

Fisik

Obes Tidak obes

p OR CI 95% n % n % Lower Upper Aktivitas ringan (≤ 600 MET/minggu) 28 68,3 11 26,8 0,000 6,591 2,513 17,287 Aktivitas sedang (>600-2999 MET/minggu) 13 31,7 30 73,2 Jumlah 41 100 41 100

Berdasarkan hasil analisis, ditemukan subjek penelitian pada kelompok obes dengan aktivitas sedang sebanyak 13 orang (31,7%) dan pada kelompok tidak obes sebanyak 30 orang (73,2%). Subjek penelitian dengan aktivitas ringan pada kelompok obes sebanyak 28 orang (68,3%) sedangkan pada kelompok tidak obes sebanyak 11 orang (26,8%). Hasil uji chi-square (x2) dengan diperoleh nilai Odds Ratio= 6,591 CI (2,513- 17,287). Hal ini

menunjukan bahwa aktivitas fisik merupakan faktor risiko terhadap kejadian obesitas dimana remaja dengan aktivitas fisik ringan 6,591 kali lebih berisiko menjadi obes, dibandingkan dengan remaja dengan aktivitas fisik sedang. Analisis dengan taraf signifikansi 95% diperoleh nilai p < 0,05 (0,000) yang berarti bahwa hipotesis diterima dan disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas. Hal ini sesuai

(5)

42 dengan teori terjadinya obesitas karena

rendahnya aktivitas fisik sehingga asupan energi yang masuk hanya sedikit terpakai untuk beraktivitas dan sebagian besar tersimpan sebagai lemak tubuh, dengan kata lain, kelompok obesitas hanya menggunakan sedikit energi untuk melakukan aktivitasnya (Proverawati, 2010).

Ada beberapa faktor penting yang menyumbang kejadian obesitas pada remaja terutama penurunan aktivitas fisik dan peningkatan ketidakaktifan fisik (inactivity). Secara nyata inactivity merupakan faktor yang jauh lebih besar pengaruhnya terhadap perkembangan obesitas dibanding makan berlebihan. Beberapa penelitian menunjukan bahwa peningkatan prevalensi obesitas lebih banyak terjadi akibat penuruann total energy expenditure (Rawis, 2006).

Aktivitas fisik remaja sekarang cenderung menurun, remaja lebih banyak bermain game komputer atau playstation dan menonton TV, hal serupa terjadi pada sebagian besar subjek penelitian ini. Sebagian besar subjek penelitian memiliki kegemaran menonton TV dan bermain game yang menghabiskan waktu lebih dari 2 jam sehari, baik pada kelompok obesitas maupun pada kelompok tidak obesitas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang mengatakan bahwa kehilangan aktivitas fisik akibat menonton televisi atau bermain game lebih dari 1 jam setiap hari memiliki kontribusi yang signifikan terhadap obesitas pada anak (Simatupang, 2008). Ada perkembangan pemikiran bahwa menonton televisi merupakan salah satu faktor penyebab obesitas yang dapat diubah. Penelitian pada anak Amerika lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton televisi dan main game daripada untuk mengerjakan pekerjaan lain kecuali tidur. Dua mekanisme utama dari menonton televisi yang menyumbang terjadinya obesitas, yaitu penurunan energy expenditure dari perubahan aktivitas fisik dan peningkatan asupan energi selama menonton televisi atau pengaruh dari iklan makanan (Wan, 2003)

Selain bermain game computer atau

playstation dan menonton televisi,

keikutsertaan anak terhadap kegiatan-kegiatan yang memerlukan pengeluaran energi yang besar juga turut mempengaruhi tingkat aktivitas fisik. Subjek penelitian yang termasuk kelompok obesitas, hanya sebagian kecil yang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan yang melakukan olahraga diluar

jam sekolah. Sedangkan pada kelompok tidak obesitas sebagian besar terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan seni tari serta memiliki waktu berolahraga diluar jam sekolah yang lebih banyak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sin (2003), dimana aktivitas berat pada kelompok obesitas lebih sedikit dibandingkan aktivitas berat pada kelompok tidak obesitas. Dalam Penelitian ini, lokasi penelitian berada di pusat kota dan dipinggiran jalan raya membuat siswa dengan mudah menggunakan transportasi seperti kendaraan umum ataupun diantar jemput, ketersediaan kendaraan ini ikut menyebabkan hidup lebih santai (Musaiger dalam Simatupang, 2008). Selanjutnya dari hasil analisis secara statistik juga diperoleh nilai odds ratio (OR) sebesar 6,591, yang artinya remaja dengan aktivitas fisik yang ringan 6,591 kali lebih berisiko menjadi obes dibandingkan remaja dengan aktivitas fisik sedang. Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian tentang aktivitas fisik pada remaja obes. Diantaranya, penelitian tentang aktivitas fisik pada remaja di Yogyakarta dan Bantul, dimana rasio aktivitas ringan dan berat yang lebih tinggi banyak pada kelompok obesitas (Hadi dan Huryati, 2004). Penelitian tentang perbedaan aktivitas fisik antara siswa SLTP obesitas dan tidak obesitas di Kota Tomohon menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna aktivitas fisik antara kedua kelompok ini. Dimana pada kelompok obesitas lebih sedikit melakukan aktivitas berat dibandingkan kelompok tidak obesitas (Rawis, 2006).

Menurut WHO (2003), aktivitas fisik sebagai penyebab obesitas merupakan faktor yang dapat diubah (modifiable factor). Diet tinggi lemak dan tinggi kalori dan pola hidup kurang gerak (sedentary lifestyle) adalah karakteristik yang sangat berkaitan dengan peningkatan prevalensi obesitas seluruh dunia.

Aktivitas fisik memberikan keuntungan untuk kesehatan anak dan remaja. Aktivitas fisik yang baik memberikan kontribusi bagi perkembangan kesehatan jaringan musculoskeletal termasuk tulang, otot, dan sendi, perkembangan kesehatan sistem kardiovaskular, dan juga membantu memelihara berat tubuh yang ideal. WHO merekomendasikan aktivitas fisik untuk kelompok usia 5-17 tahun, meliputi: 60 menit akumulasi aktivitas fisik sedang dan berat setiap hari, Sebaikanya aktivitas yang membutuhkan pergerakan tulang dan otot

(6)

43 dilakukan paling kurang tiga kali seminggu

(WHO, 2011). SIMPULAN

1. Sebagian besar siswa SMP N 1 Manado yang obes memiliki aktivitas fisik ringan dengan total MET/minggu 577,56 dan siswa tidak obes memiliki aktivitas fisik sedang dengan total MET/minggu 785,62.

2. Siswa dengan aktivitas fisik ringan berisiko 6,591 kali lebih besar menjadi obes dibandingkan siswa dengan aktivitas fisik sedang.

3. Aktivitas fisik secara statistik mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian obesitas pada remaja di SMP Negeri 1 Manado (p<0,05).

SARAN

Saran yang diberikan peneliti, adalah:

1. Disarankan bagi anak dan remaja sebaiknya memiliki 60 menit durasi dari akumulasi aktivitas fisik sedang dan berat setiap hari. Sebaiknya aktivitas fisik yang membutuhkan pergerakan tulang dan otot dilakukan paling kurang 3 kali seminggu. 2. Siswa SMP N 1 Manado disarankan

memiliki paling tidak 1 hari dalam seminggu diisi dengan kegiatan senam pagi bersama, diluar jadwal pelajaran olahraga yang ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali M, Asrori M. 2011. Psikologi Remaja-Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara

Barasi ME. 2007. At Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Bardosono S. 2009. (Ed). Masalah Gizi Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia Vol: 59; No: 1. (491-492) Dahlan MS. 2006. Besar Sampel dalam

Penelitian Kedokteran dan Kesehataan. Jakarta: PT Arkans

Dehghan M, Danesh NA, Merchant AT. 2005. Childhood Obesity, Prevalence and Prevention. Nutrition Journal 4:24, 1-8. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat

FKM-UI. 2009. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers. Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik.

Obesitas pada Anak dalam Hidayati SN, Irawan R, Hidayat B (Eds). 2005. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unair. Surabaya.

Galuska DA, Khan LK. 2001. Obesity: A Public Health Perspective. Dalam Bowman BA dan Russel RM (Eds).

Present Knowledge in Nutrition.

Washington: ILSI Press (Hal 531-551). Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM, Arab

L. Gizi Kesehatan Masyarakat.

Diterjemahkan oleh Andi Hartono. 2008. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Hadi H, Huryati E. 2004. Aktivitas Fisik pada Remaja SLTP Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul serta hubungannya dengan obesitas. Jurna: Gizi Klinik Indonesia. Vol:1 no: 2.

Hadi H. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan

Implikasinya Terhadap Kebijakan

Pembangunan Kesehatan. Pidato

Pengukuhan Guru Besar, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Inoue S, Zimmet P. The Asia Pacific Perpective: Redefining obesity and its

Treatment. Australia (Melbourne):

Communication Australia Pty Limited on Behalf of The Steering Committee Kapantow NH. 2010. Bahan Ajar: Ilmu Gizi

Klinik. Manado: Fakultas Kesehatan Masyarakat UNSRAT.

Kemenkes RI. 2011. Kepmenkes RI Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

Matthews V. 2011. The Risk of child and adolescent overweight is related to types of foof concumed. Nutrition Journal. 10:71.

Mahan LK, Stump SE.2004. Krause’s Food, Nutrition, and Diet Therapy. USA: Elsevier.

Monks FJ, Knoers AMP. 2002. Psikologi Perkembangan. Diterjemahkan oleh Siti Rahayu Haditono. 2002. Yogyakarta: Gadja Mada University Press.

Mujur A. 2011. Hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian berat badan lebih pada remaja. Semarang: Universitas Diponegoro.

Musaiger AO. 2004. Overweight and Obesity in The Eastern Mediterranian Region : Can We Control It?. Eastern Mediterranian Health Journal.

Notoatmodjo S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

(7)

44 Proverawati A. 2010. Obesitas dan Gangguan

Perilaku Makan pada Remaja.

Yogyakarta: Nuha Medika

Pudjiadi S. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Simatupang MR. 2008. Pengaruh Pola Konsumsi terhadap kejadian obesitas pada siswa Sekolah Dasar Swasta di Kecamatan Medan Baru. Tesis dipublikasikan. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Supariasa I, Bachyar B, Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Sjarif DR. 2003. Obesity in Chlidhood: Pathogenesis and Management. Dalam Adi Murtiwi, Tjokoprawiryo, Hendromartono(Eds). Naskah Lengkap National Obesity symposium

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.

Tambuwun I. 2005. Prevalensi obesitas dan pol makan pada remaja siswa SLTP dengan obesitas dikota Manado. Skripsi tidak diterbitkan. Manado: PS.IKM UNSRAT. Hal 41

Umardani M. 2011. Kebiasaan Jajan, Aktivitas Fisik, Status Gizi dan Kesehatan serta Hubungannya dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar di Kota Bogor. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB

Wan AMW. 2011. Dietary Practice Among Overweight and Obese Chinese Children in Kota Bharu. Mal J Nutr 17(1)

WHO Europe Regional. 2009. Prevalence Of Overweight and obesity in children and Adolescents.

WHO.2000. Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) Analysis Guide. Surveillance and Population-Based Prevention Department of Chronic Disease and Helath Promotion, (Online) www.who.int/chp/steps, diakses 2 Mei 2012

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memperoleh parameter algoritma genetik yang dapat menghasilkan makespan minimal, uji coba dilakukan dalam beberapa dimensi permasalahan, yaitu dengan memberikan

Tingkat self regulated learning siswa di MAN 2 Batu Malang Berdasarkan hasil kategorisasi pada variabel self-regulated learning siswa dari 159 responden yang berada pada kategori

Karena nyala di dalam negeri Bela nan mati di mana ca ri Oi dalam berkata bujuk cu mbuan Hampirkan sia n g hari nan (utln PUlri beradu behal i rawan Oi

pelayanan maksimal, dengan berpedoman pada Tri Brata dan Catur Prasetya dan Komisi Kode Etik Profesi Polri sebagaimana tugas pokok kepolisian yaitu mengayomi

Menurut Ibnu Suraij dari Syafi’i dalam penjelasan Iman Nawawi, seseorang yang menentukan tanggal satu dengan dasar ilmu falak (astronomi) meskipun menurut perhitungannya

Jika kita memperhatikan lebih dalam ke kitab-kitab hadits syiah, maka kita bisa yakin bahwa kitab-kitab itu sengaja dibuat oleh orang-orang yang tidak mendalami ilmu hadits, anda

29 paragraf 11 huruf d menyatakan bahwa keragu-raguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) merupakan keadaan

Penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah merupakan suatu operasi hitung dalam pekajaran matematika yang harus dipahami oleh setiap peserta didik khususnya bagi