• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kalsium

Kalsium merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh tubuh dan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg (Rachmiatry, 2009). Kalsium serum merupakan satu persen dari kalsium tubuh total, terdapat di dalam cairan ekstraseluler dan jaringan lunak. Kalsium serum terdiri dari komponen ion (50%), terikat dengan protein (40%), terutama albumin, serta sebagian kecil (8-10%) terikat dengan asam organik dan inorganik seperti sitrat, laktat, bikarbonat dan sulfat (Dewi & Rohsiswatmo, 2012). Hampir seluruh kalsium di dalam tubuh ada dalam tulang yang berperan sentral dalam struktur dan kekuatan tulang dan gigi (Rachmiaty, 2009).

2.2. Fungsi Kalsium

Fungsi kalsium antara lain adalah untuk pembentukan tulang dan gigi,berp eran dalam pertumbuhan dan sebagai faktor pembantu dan pengatur reaksi biokimia dalam tubuh. Pada tulang, kalsium dalam bentuk garam (hydroxypatite) membentuk matriks pada kolagen protein pada struktur tulang membentuk rangka yang mampu menyangga tubuh serta tempat bersandarnya otot yang menyebabkan memungkinkan terjadinya gerakan.

Fungsi kalsium diantaranya adalah:

1. Membentuk struktur tulang dan gigi sebagai cadangan kalsium tubuh. Kalsium berfungsi sebagai pencegah osteoporosis yang berisiko terjadinya patah tulang terutama tulang panggul, vertebrae, dan deformitas(perubahan bentuk tulang) tulang belakang, terlihat tinggi badan kurang (Rachmiaty, 2009).

2. Peran kalsium adalah untuk kontraksi dan eksitasi otot jantung dan otot lainnya, transmisi sinap sistem saraf, agregasi platelet, koagulasi dan

(2)

5

sekresi hormon dan regulator lain yang memerlukan eksositosis (Setyorini, 2009).

3. Kalsium berperan dalam proses pembentukan hormon, enzim yang mengatur pencernaan dan metabolisme.

4. Kalsium dapat membantu melenturkan otot pembuluh darah sehingga memudahkan lepasnya plak atau endapan yang menempel pada pembuluh darah.

5. Kalsium dapat dapat mengurangi risiko kanker usus besar dengan cara menekan efek iritasi pada usus yang disebabkan asam empedu (Rachmiaty, 2009).

6. Kalsium mempunyai peran terhadap regulasi tekanan darah, diantaranya adalah menurunkan aktivitas sistem renin-angiotensin, meningkatkan keseimbangan natrium dan kalium, serta menghambat konstriksi pembuluh darah (Lestari, 2010). Asupan kalsium yang meningkat dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hypertensi (Yuniarti, 2014).

7. Asupan kalsium oleh ibu hamil membantu pembentukan tulang janin, gigi janin, mencegah pengeroposan tulang, mencegah hipertensi kehamilan, dan mencegah sesak nafas/ asma (alergi) (Sudargo, 2013).

2.3. Sumber Kalsium

Sumber utama kalsium dalam makanan terdapat pada susu dan hasil olahnya, seperti keju atau yoghurt. Sumber kalsium selain susu juga penting untuk memenuhi kebutuhan kalsium, baik yang berasal dari hewani atau nabati. Sumber kalsium yang berasal dari hewani, seperti sarden, ikan yang dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik. Sumber kalsium yang berasal dari nabati, seperti serealia, kacang-kacangan dan hasil kacang-kacangan, tahu dan tempe, dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium yang baik juga, tetapi bahan makanan ini mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat, fitat dan oksalat (Rachmiaty, 2009). Kontribusi kalsium dari kacang-kacangan dan olahan hampir sama banyaknya kontribusi dari pangan hewani bukan susu. Hal ini dikarenakan pangan

(3)

6

sumber kalsium dari kacang-kacangan dan olahan seperti tahu dan tempe, meskipun kandungan kalsiumnya lebih rendah daripada pangan hewani bukan susu tapi lebih sering dikonsumsi. Hal yang harus diperhatikan adalah adanya inhibitor seperti oksalat pada bayam dan fitat pada serealia sehingga ketersediaan biologis kalsium dari pangan nabati umumnya lebih rendah dibandingkan pangan hewani (Hardinsyah, 2008). Ikan dan sumber makanan laut mengandung kalsium lebih banyak dibanding daging sapi maupun maupun ayam (Rachmiaty, 2009).

Adapun kandungan kalsium beberapa bahan makanan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.1. Nilai Kalsium Berbagai Jenis Pangan (Mg/100g)

Jenis Pangan Mg

Tepung susu Skim 1300

Susu Skim 123

Tepung Susu 904

Keju 777

Susu Sapi Segar 143

Yogurt 120

Susu Kental Manis 275

Susu Kental Tak Manis 243

Susu Kerbau 206 Es Krim 123 Mentega 15 Susu Kambing 98 Sarden Kaleng 354 Tempe Kedelai 129 Tahu 124 Oncom 96 Udang Kering 1209 Udang Segar 136

Teri Kering tawar 2381

Bayam 267 Kacang Ijo 125 Kacang Panjang 163 Mujair Goreng 346 Mujair Segar 96 Telur Ayam 54 Telur Asin 120 Empal Goreng 151 Sawi 220 Daun Singkong 165 Kangkung 73 Kacang Merah 80 Kacang Tanah 58

(4)

7

2.4. Metabolisme Kalsium

Kalsium sangat penting karena merupakan mineral terbanyak dalam tubuh dan diperlukan pada sebagian besar proses biologis. Kurang lebih 99% terdapat pada tulang rangka dan gigi dalam bentuk kristal hydroxyapatite. Sisanya (1%) dalam bentuk ion pada cairan intraseluler dan ekstraseluler, terikat dengan protein dan membentuk kompleks dengan ion organik, seperti sitrat, fosfat dan bikarbonat. Konsentrasi normal total kalsium dalam plasma adalah 2,4-2,5 mM sedangkan konsentrasi ion kalsium bebas berkisar antara 1.25-1.3 mM. Homeostasis kalsium yang efektif penting dalam banyak proses biologis, termasuk metabolisme tulang, proliferasi sel, koagulasi darah, hormonal

signalling transduction dan fungsi neuromuscular.

Keseimbangan kalsium dipertahankan oleh 3 organ utama, yaitu: sistem gastrointestinal, tulang, dan ginjal. Sistem gastrointestinal menjaga homeostasis kalsium dengan mengatur absorpsi kalsium melalui sel-sel gastrointestinal. Jumlah absorpsi tergantung dari asupan, usia manusia, hormone vitamin D, kebutuhan tubuh akan kalsium, diet tinggi protein dan karbohidrat serta derajat keasaman yang tinggi (pH rendah). Asupan kalsium tidak boleh melebihi 2500 mg/hari. Manusia dewasa mengkonsumsi kalsium sekitar 500-1200 mg sehari. Absorpsi kalsium ervariasi, antara 10-60% dan pada manusia kurang lebih 175 mg/hari. Jumlah ini menurun seiring dengan peningkatan usia dan meningkat ketika kebutuhan akan kalsium meningkat sementara asupan sedikit. Usus hanya mampu menyerap 500-600 mg kalsium sehingga pemberian kalsium harus dibagi dengan jarak 5-6 jam. Absorpsi terjadi dalam usus halus melalui mekanisme yang terutama dikontrol oleh calcitropic harmones (1,25-dihydroxycholecalciferol

vitamin D3 (1,25- (OH) 2D3) dan parathyroid harmone (PTH)).

Untuk mempertahankan keseimbangan kalsium, ginjal harus mengeksresikan kalsium dalam jumlah yang sama dengan kalsium yang diabsorpsi dalam usus halus. Tulang tidak hanya berfungsi sebagai penopang tubuh namun juga menyediakan sistem pertukaran kalsium untuk menyesuaikan kadar kalsium dalam plasma dan cairan ekstraseluler. Kurang lebih 90% kalsium yang masuk akan dikeluarkan melalui feses dan sebagian kecil melalui urin,

(5)

8

sekitar 200 mg/hari untuk mempertahankan kadar normal dalam tubuh. Metabolisme kalsium dan tulang berkaitan erat satu sama lain dan terintegrasi. Defisiensi kalsium (misalnya pada lansia), yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D dan peningkatan PTH, mengakibatkan tulang akan melepaskan kalsium (resorpsi tulang meningkat) untuk dapat mengembalikan kalsium serum kembali normal (Muliani, 2012).

2.5. Mekanisme Absorpsi Kalsium

Transpor kalsium dalam usus halus dimediasi oleh proses transpor yang tersusun kompleks dan diregulasi oleh calcitropic harmones, yaitu : 1,25-(OH)2D3 and PTH. Hormon-hormon lain, seperti glukokortikoid, prolaktin dan estrogen berperan sebagai regulator absorpsi kalsium di usus halus. Absorpsi kalsium di usus halus dapat melalui 2 mekanisme, yaitu aktif dan pasif. Transpor kalsium aktif terjadi terutama di duodenum dan proximal jejenum, sementara transpor pasif terjadi pada seluruh usus halus. Usus besar juga mampu mengabsorpsi kalsium namun hal tersebut masih kontroversial. Duodenum adalah tempat absorpsi kalsium yang paling efisien karena dapat mengambil kalsium bahkan pada keadaan diet sangat rendah kalsium melalui mekanisme aktif, juga memiliki seluruh komponen bagi transpor kalsium melalui jalur transcellular, dan

paracellular. Mekanisme transport kalsium dalam duodenum, meliputi : 1. Transcellular Calcium Transport

Transcellular transport merupakan transpor aktif yang hanya terjadi di duodenum. Transpor ini memicu pergerakan kalsium melalui 3 tahap, yaitu : apical calcium entry, cytoplasmic calcium translocation dalam bentuk terikat dengan calbindin-D9k dan basolateral calcium extrusion. Kalsium luminal melewati membran melalui transient receptor potential vanilloid family calcium channel (TRPV)5 dan 6. Plasma membrane Ca2+-ATPase (PMCA1b) yang terdapat pada basolateral membrane akan mengeluarkan cytoplasmic calcium ke dalam plasma. Cytoplasmic calcium dapat juga dikeluarkan oleh transporter lain, yaitu NA+/Ca2+ exchanger 1 (NCX1) namun kemampuannya hanya 20% dibandingkan

(6)

9

dengan PMCA1b (80%). Transpor kalsium melalui jalur transcellular digunakan dalam kondisi fisiologis dan jalur ini semakin penting ketika terjadi peningkatan kebutuhan kalsium, misalnya ketika hamil dan menyusui. Jalur ini distimulasi langsung oleh 1,25-(OH)2D3.

2. Paracellular Calcium Ransport

Paracellular transport merupakan mekanisme aktif (cellular energy dependent) dan pasif (calcium gradient dependent). Komponen pada paracellular calcium transport, yaitu: passive paracellular, solvent-drag induced, dan voltage-dependent transport. Energi untuk paracellular transport pasif ini berasal dari energi bebas yang dihasilkan oleh transepithelial calcium gradient (5 mM pada luminal side dan 1.25 mM pada plasma side).

Transport ini penting terutama ketika terdapat konsentrasi kalsium luminal yang tinggi akibat asupan kalsium yang tinggi. Solvent-drag induced dan voltage-dependent transport merupakan proses aktif yang tergantung dari aktivitas Na+/K+-ATPase yang terjadi akibat lingkungan paracellular yang hiperosmotik bagi solvent drag dan perbedaan potensial di transepithelial. Lingkungan hiperosmotik akan menginduksi aliran air yang membawa ion kalsium melewati paracellular space. Solvent drag-induced paracellular calcium transport merupakan 80% dari total transport kalsium aktif.

Kalsium bergerak melewati epitel melalui mekanisme transcellular atau paracellular. Paracellular transport tergantung pada active sodium transport yang menciptakan osmotic gradient dalam paracellular space dan transepithelial potential difference (PD) melewati lapisan epitel. Sodium terutama memasuki absorptive cells bersama-sama glukosa melalui sodium-dependent glucose transporter 1 (SGLT1). Potential difference sebesar 5 mV dengan sisi mukosa lebih negatif daripada sisi serosal. Transcellular calcium active transport, dimulai dengan masuknya apical passive calcium melalui transient receptor potential vanilloid family calcium channel (TRPV). Kalsium kemudian ditranslokasi melewati

(7)

10

cytoplasma, sebagian besar dalam bentuk terikat dengan calbindin-D9K, menuju basolateral membrane dan akhirnya dikeluarkan dari sel oleh Na+/K+- ATPase dan Na+/Ca2+ exchanger (NCX1). Beberapa peneliti menyatakan bahwa paracellular transport diregulasi oleh tight junction proteins dari claudin family. Claudins memiliki charged amino acids pada extracellular loops yang mengontrol pergerakan ion paracellular dalam channellike manner. Claudin-16 (paracellin-1) pada loop Henle bagian ascending meregulasi reabsorpsi kalsium dan magnesium tubular. Claudin-3, tergantung pada 1,25-(OH)2DClaudin-3, dan ekspresi beberapa claudin dihubungkan dengan peningkatan absorpsi kalsium di usus halus. Claudin-2,-3, dan -12 akan mengalami polimerisasi untuk membentuk ion- selective paracellular channels, dapat meregulasi transepithelial calcium transport. Protein transmembran lain dari tight junction, yaitu occludin, juga penting untuk mempertahankan integritas epitel. Sejumlah cytoplasmic tight junction proteins, misalnya protein zonula occludens (ZO) -1, -2, -3 dan cingulin, juga dapat meregulasi ekspresi, distribusi, dan fungsi claudins (Muliani, 2012).

2.6. Faktor yang Meningkatkan Absorpsi Kalsium

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan absorpsi, yaitu : 1. Vitamin D

Vitamin D diubah menjadi bentuk aktif 1,25 dihidroksi vitamin D secara langsung mempengaruhi kemampuan sel usus untuk mengabsorpsi kalsium. Vitamin D mengatur pembentukan kalsium terikat protein yang merupakan pembawa kalsium masuk dalam usus dan melepaskannya ke dalam darah. Adanya vitamin D bentuk aktif dapat meningkatkan absorpsi kalsium sebanyak 10-30%.

2. Laktosa

Laktosa dapat meningkatkan absorpsi pasif kalsium dengan meningkatkan kelarutan absorpsi pasif kalsium dengan laktosa dapat meningkatkan kelarutan kalsium pada ileum. Pada bayi, misalnya, laktosa dapat

(8)

11

meningkatkan proporsi absorpsi kalsium sebanyak 34%-48%. 3. Kebutuhan Kalsium

Kebutuhan kalsium yang tinggi seperti pada masa kehamilan, laktasi, remaja, akan meningkatkan absorpsi kalsium sampai 50%. Bila asupan kalsium rendah, tubuh akan beradaptasi dengan mengabsorpsi kalsium dalam jumlah besar dan mengekresi lebih sedikit.

4. Potassium

Potassium bekerja berlawanan dengan sodium. Potassium membantu absopsi kalsium dalam tubuh yaitu dengan mengurangi kalsium lewat urin (Mulyani, 2009).

2.7. Faktor yang Menurunkan Absorpsi Kalsium

Beberapa faktor yang dapat menurunkan absorpsi kalsium, yaitu: 1. Protein dan Sodium

Protein terutama protein hewani dan sodium dapat menurunkan absorpsi kalsium melalui urin. Setiap penambahan 43 mmol (1g) sodium akan menyebabkan penambahan kehilangan 0.66 mmol (26,3 mg) kalsium dan setiap penambahan 1g protein menyebabkan kehilangan 0,044 mmol (1,75 mg) kalsium.

2. Fosfor

Asupan tinggi fosfor mengurangi kehilangan kalsium lewat urin, akan tetapi meningkatkan kehilangan kalsium lewat feses pada waktu yang bersamaan, sehingga tidak ada keuntungan yang didapat.

3. Asam Oksalat

Asam oksalat terdapat dalam sayuran hijau daun, seperti bayam. Asam oksalat dengan kalsium akan membentuk kalsium oksalat yang tidak larut dan sulit diabsorpsi. Terbentuknya kalsium oksalat tergantung pada jumlah asam oksalat yang ada. Jika terdapat kalsium dalam jumlah cukup untuk membentuk ikatan dengan asam oksalat maka tidak ada asam oksalat bebas untuk bergabung dengan kalsium dari bahan makanan lain. Sayuran daun pada pada umumnya banyak mengandung asam oksalat bebas.

(9)

12

Kurang lebih 55% asam oksalat bebas pada bayam terdapat dalam bentuk bebas dan mudah larut.

4. Asam Fitat

Asam Fitat juga membentuk ikatan garam dengan kalsium yang tidak dapat dipisahkan dalam usus dan terlalu besar untuk diabsorpsi secara utuh oleh rute paraseluler. Asam fitat terutama terdapat pada sekam padi/gandum. Asam fitat tidak terlalu merusak jika roti diragi dan ikatan fitat dihidrolisasi oleh enzim ragi selama proses fermentasi.

5. Ketidakstabilan Emosi

Efisiensi absorpsi kalsium dapat dipengaruhui oleh stabilitas emosional individu. Stress, tegang, cemas, sedih, bosan dapat mengganggu absorpsi kalsium. 6. Kurang Olah Raga

Orang yang tidak melakukan olahraga ketahanan tubuh seperti berjalan, berlari, bed rest sehingga cenderung tidak aktif, dapat kehilangan 0,5% kalsium tulang per bulan dan sulit untuk mengganti kalsium tersebut. Beberapa bukti menemukan bahwa kehilangan kalsium lebih disebabkan oleh kurangnya berat tulang bukan ketidak aktifan bergerak. Orang yang berolahraga renang memiliki kepadatan tulang lebih rendah daripada mereka yang berolahraga ketahanan tubuh seperti lari atau jalan.

7. Serat

Serat dapat meningkatkan motilitas gastrointestinal, mengikat mineral dalam struktur serat. Serat dalam sayuran hijau tidak memiliki efek terhadap absorpsi kalsium, namun serat dalam gandum dapat mengurangi absorpsi kalsium.

8. Kafein

Konsumsi tinggi kafein meningkatkan kalsium melalui urin dan merangsang sekresi urin ke dalam gastrointestinal. Secangkir kopi dapat mengurangi absorpsi kalsium kurang lebih 3 mg.

9. Obat

Obat-obatan seperti anti konvulsan, kortison, tiroksin, dan antasida mengandung aluminium memiliki efek samping menurunkan kalsium (Mulyani,2009).

(10)

13

2.8. Ekskresi Kalsium

Kalsium yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui feses. Jumlah kalsium yang diekskresi melalui urin mencerminkan jumlah kalsium yang diabsorpsi. Ekskresi kalsium juga terjadi melalui kulit, rambut, dan kuku (Mulyani, 2009).

2.9. Akibat Kekurangan Kalsium

Beberapa akibat yang timbul apabila seseorang kekurangan kalsium diantaranya adalah :

1. Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. 2. Kadar kalsium darah yang sangat rendah dapat menyebabkan tetani atau

kejang. Kepekaan serabut saraf dan pusat saraf terhadap rangsangan meningkat, sehingga terjadi kejang otot misalnya pada kaki. Tetani dapat terjadi pada ibu hamil yang makannya terlalu sedikit mengandung kalsium atau terlalu tinggi mengandung fosfor. Tetani kadang terjadi pada bayi baru lahir yang diberi minuman susu sapi yang tidak diencerkan yang mempunyai rasio kalsium:fosfor rendah.

3. Kekurangan kalsium menyebabkan sistem imunitas akan menurun dan kacau, akibatnya muncul penyakit lupus, jerawat dan penyakit kulit lainnya. Ketika tubuh diserang bakteri, virus, dan racun, ion kalsium berperan sebagai sirene tanda bahaya di dalam tubuh.

4. Kekurangan kalsium menyebabkan dengdosignal saraf mengalami hambatan. Akibatnya mekanisme rangsangan dalam tubuh akan terganggu. Kondisi tersebut pada anak akan menimbulkan gejala mudah kaget, resah, sulit tidur, menangis di malam hari, dan hiperaaktif. Gejala pada orang tua yakni mudah tegang, emosi dan merosotnya daya koordinasi saraf.

5. Kurangnya kadar kalsium akan mengurangi daya kontraksi otot jantung. Hal tersebut dapat menimbulkan berbagai macam penyakit jantung.

6. Kehilangan kalsium dari tulang sesudah usia 50 tahun akan menyebabkan osteoporosis (Agustiani, 2010).

(11)

14

7. Kekurangan kalsium dapat pula menyebabkan osteomalasia, yang dinamakan juga riketsia pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena kekurangan vitamin D dan ketidak seimbangan konsumsi kalsium terhadap fosfor (Nugroho, 2010).

8. Kekurangan kalsium pada ibu hamil menyebabkan nyeri pada tulang saat kehamilan, pengeroposan tulang (osteoporosis), dan hipertensi kehamilan (Sudargo, 2013).

2.10. Akibat Kelebihan Kalsium

Konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi 2500 mg/hari. Kelebihan kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal. Disamping itu dapat menyebabkan konstipasi atau susah buang air besar. Kelebihan kalsium bisa terjadi jika menggunakan suplemen kalsium (Agustiani, 2010).

2.11. Konsumsi Kalsium Remaja

Remaja merupakan periode kehidupan antara usia 11 tahun sampai 21 tahun (Rachmiaty, 2009). Masa remaja dapat dianggap sebagai masa terakhir dalam perbaikan gizi yang optimal, karena setelah melewati masa ini, perbaikan gizi sebagian besar hanya bermanfaat untuk mempertahankan kebugaran tubuh (Suryono, 2007). Konsumsi kalsium pada remaja sangatlah penting untuk menambah kepadatan massa tulang dan mengurangi resiko patah tulang/fraktur dan pengeroposan tulang/osteoporosis. Kurang lebih 45% massa tulang dewasa dibentuk dan 20% tinggi badan dewasa dicapai pada saat remaja. Remaja mampu menyimpan kalsium empat kali lebih banyak daripada orang dewasa. Penambahan kalsium pada tulang hampir tidak ada pada usia 26 tahun pada laki laki dan 24 tahun pada perempuan. Sehingga jelas asupan kalsium terpenting yaitu pada masa remaja.Selain itu pada masa remaja terjadi puncak pertumbuhan massa tulang/ Peak Bone Mass (PBM) yang menyebabkan kebutuhan gizi pada masa ini lebih tinggi daripada kehidupan lainnya. PBM dapat diibaratkan sebagai tabungan tulang yang mempunyai batas dalam pencapaiannya, yaitu sekitar dekade ketiga, karenanya orang berusia dibawah 30 tahun harus memperhatikan asupan

(12)

15

kalsiumnya. Setelah dekade ketiga, densitas atau massa tulang akan semakin berkurang (Agustiani, 2010).

2.12. Angka Kecukupan Kalsium Remaja

Kebutuhan kalsium pada remaja adalah 1000mg per hari. Konsumsi kalsium dapat dipenuhi dengan mengonsumsi kalsium seperti susu, dan produk susu 2-3 porsi ditambah sayuran 3-5 porsi setiap hari (Mulyani, 2009).

Berikut ini disajikan tabel kebutuhan kalsium pada setiap fase:

Tabel 2.2. Kebutuhan Kalsium pada Setiap Fase-fase Kebutuhan Kalsium (mg/hari)

Fase-Fase Kebutuhan mg/hari Anak-Anak 0-6 bulan 200 7-12 bulan 400 1-3 tahun 500 4-6 tahun 500 7-9 tahun 600

Remaja (Usia 10-18 Tahun)

Laki-laki 1000

Perempuan 1000

Dewasa (Usia 19-49 Tahun)

Laki-laki 800 Perempuan 800 Lansia (≥ 50 Tahun) Laki-laki 800 Perempuan 800 Ibu Hamil +150 Ibu Menyusui +150

Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004) dalam Skripsi Agustiani (2010)

2.13. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Kalsium pada Remaja 1. Teman Sebaya (Peer Group)

Pengaruh peer group adalah yang terpenting selama masa remaja di sekolah. Pada situasi tertentu pengaruh peer group lebih besar dari pada pengaruh keluarga. Ketika anak mulai sekolah tekanan teman sebaya mulai mempengaruhi pemilihan makanan yang menyebabkan pengabaian terhadap kebutuhan gizi. Remaja mulai peduli terhadap

(13)

16

penampilan fisik dan perilaku sosial, serta berusaha untuk mendapatkan penerimaan dari teman sebayanya. Pemilihan makan makanan menjadi penting supaya mereka diterima oleh teman sebayanya. Terdapat rasa kekamian yang menyebabkan anggota-anggota peer group bertindak sama satu dengan yang lainnya. Selanjutnya pengaruh peer group semakin kuat pada remaja untuk dapat diterima sebagai anggota peer group, untuk itu ia akan menyesuaikan tingkah lakunya atau aturan-aturan dalam peer group tersebut. Pengaruh peer group terhadap konsumsi terjadi terutama karena kepatuhan anggota untuk melakukan tindakan yang sama dengan anggota lainnya serta upaya yang kuat untuk tidak melanggar aturan peer group tersebut. Disamping itu peer group juga dapat berpengaruh terhadap konsumsi jajanan. Remaja SMP cenderung memiliki perilaku makan yang labil, karena selain masih dipengaruhi keluarga, pengaruh teman juga semakin kuat. Kedua pengaruh ini akan menentukan perilaku makan remaja selanjutnya. Teman juga berpengaruh terhadap konsumsi kalsium, karena remaja pada umumnya semakin mandiri dalam memilih makanan namun pengaruh teman sebaya semakin berpengaruh terhadap pemilihan makanan yang hendak dimakan. Biasanya remaja lebih memilih makanan populer yang rendah kalsium daripada makanan yang sehat kaya kalsium. Teman sebaya berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu, yaitu dalam memilih jenis makanan (Agustiani, 2010).

2. Informasi / Media Massa

Informasi dapat diakses oleh siapapun melalui media massa atau lainnya. Media masaa berpengaruh positif mempromosikan informasi kesehatan dan peningkatan kesadaran atau pemilihan makanan yang tepat. Media massa terutama iklan-iklan perdagangan dan promosi penjualan sangat mempengaruhi pada pemilihan susunan makanan. Keunggulan pemakaian media massa adalah dapat menjangkau setiap orang dalam bentuk yang sama dan dapat menimbulkan pengalaman yang sama. Media massa sebagai salah satu sarana komunikasi berpengaruh besar membentuk opini dan kepercayaan seseorang. Televisi, radio, majalah,

(14)

17

koran dan buku dapat dijadikan saluran komunikasi bagi sejumlah orang. Remaja yang masih dalam proses mencari jati diri, sering kali menjadi sasaran empuk bagi produsen yang menawarkan produknya. Hal ini dikarenakan remaja paling cepat dan efektif dalam penyerapan gaya hidup konsumtif, baik dalam kebutuhan primer maupun sekunder. Rata-rata remaja menghabiskan waktunya selama 2,5 jam per hari di depan pesawat TV. Pada kesempatan ini mereka dijejali berbagai iklan tentang makanan atau minuman. Iklan makanan atau minuman yang menggunakan seorang bintang sebagai model akan lebih mudah memikat mereka. Mereka langsung menjadi penggemar “berat”, apakah minuman itu bergizi atau tidak. Makanan yang diiklankan melalui TV berwujud minuman atau makanan manis (berkalori tinggi). Iklan di TV sering menampilkan makanan snack ringan yang rendah gizinya, makanan instant yang bisa disajikan secara cepat dan aspek lain yang tidak mendukung makanan gizi seimbang. Perkembangan teknologi dan media massa juga mempunyai peran dalam pemilihan makanan. Akan tetapi, iklan atau media massa tidak berpengaruh terhadap perilaku konsumsi individu (Agustiani, 2010). 3. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang dilakukan dengan berdasarkan pada pengetahuan akan bertahan lebih lama dan kemungkinan menjadi perilaku yang melekat pada seseorang dibandingkan jika tidak berdasarkan pengetahuan. Pengetahuan gizi menjadi landasan dalam menentukan konsumsi pangan individu. Jika seseorang memiliki pengetahuan gizi yang baik maka cenderung untuk memilih makanan yang bernilai gizi tinggi. Selain itu, pengetahuan gizi dapat meningkatkan seseorang dalam menerapkan pengetahuan gizi dalam memilih maupun mengolah bahan makanan sehingga kebutuhan gizi tercukupi. Sedangkan penyebab penting gangguan gizi karena kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi

(15)

18

tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian (Mulyani, 2009) tentang konsumsi kalsium pada remaja di SMPN 201 Jakarta Barat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan konsumsi kalsium pada remaja (nilai P = 0, 035) dengan nilai odds rasio sebesar 2, 597 yang artinya remaja yang pengetahuan tentang kalsiumnya kurang mempunyai peluang 2,6 kali mengkonsumsi kalsium yang tidak adekuat. Remaja yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebesar 58,6%, sedangkan remaja yang tingkat pengetahuannya kurang dan konsumsi kalsiumnya baik 41,4%. Remaja yang tingkat pengetahuannya cukup dan konsumsi kalsiumnya baik sebesar 64,7%, sedangkan remaja yang tingkat pengetahuannya cukup dan konsumsi kalsiumnya kurang sebesar 35,3%. Pengetahuan kalsium terutama yang berasal dari makanan dan sumber-sumber yang merupakan langkah awal untuk meningkatkan asupan kalsium, karena remaja yang asupan kalsiumnya kurang masih memerlukan informasi yang spesifik mengenai sumber-sumber kalsium (Agustiani, 2010).

4. Kebiasaan Jajan

Kebiasaan jajan pada remaja merupakan salah satu masalah kebiasaan makan terkait dengan kesehatan. Makanan remaja yang kurang zat-zat gizi cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya proporsi makanan di luar rumah. Bila uang untuk makan siang ini digunakan untuk membeli makanan jajanan yang cenderung rendah nilai gizinya dan lebih memilih makanan yang mencerminkan perilaku seragam antar teman sebaya. Pilihan remaja terhadap makanan pada umumnya tinggi gula, sodium dan lemak serta rendah vitamin dan mineral. Remaja yang kurang kalsium banyak ditemukan pada remaja yang sering jajan (Mulyani, 2009) .

Referensi

Dokumen terkait

Answer : Bila kalian sudah bisa membuat dashboard seperti itu maka saya rasa sudah cukup bagi saya untuk membantu reporting callisto ini.. Interview was done at

Bulan lalu Jumlah SPJ

Pemberian pupuk organik berpengaruh nyata pada jumlah daun dan berat basah bawang merah serta tidak berbeda nyata pada tingi tanaman dan jumlah daun. Daun sangat dibutuhkan

Tujuan dari penelian ini adalah untuk mengkaji pengaruh ekstrak buah nanas dalam pakan buatan terhadap tingkat pemanfaatan protein pakan, dan pertumbuhan ikan mas,

Ditambah lagi dengan sosok dan ketokohan Ali Shariati yang cukup fenomenal dan menggetarkan urat nadi jiwa-jiwa muda yang seorang mahasiswa seperti penulis ketika itu yang

Diakhir pelaksanaan siklus I peneliti dan guru merefleksikan yang terjadi didalam kelas VIII.6 SMP Negeri 8 Palopo, dari pengamatan yang silakukan oleh observer pada aktivitas

Berbicara mengenai keberadaan humas dalam lembaga pendidikan tinggi sama pentingnya ketika membahas peran Humas/PR dalam organisasi lainnya karena mereka adalah pihak yang