• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL HELRIK SAMALOISA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL HELRIK SAMALOISA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR PENYEBAB MASYARAKAT MASIH MENGGUNAKAN

SISTEM PERTANIAN TRADISIONAL DI DUSUN MAPOUPOU

DESA MAKALO KECAMATAN PAGAI SELATAN

KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

ARTIKEL

HELRIK SAMALOISA

11070007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2016

(2)
(3)

Facktors Causing People Still Use Traditional Farming Systems in the Hamlet Village Mapoupou Makalo Distric of South

Pagai Mentawai Islands

Helrik Samaloisa1 , Marleni, M.Pd2 , Ariesta, M.Si3 Sociology Department of STKIP PGRI West Sumatra

ABSTRAK

This thesis examines the hamlet community farming systems Mapoupou Makalo still traditional Village. Based on this background, the researchers wantet to see what be a factor hamlet community Mapoupou Makalo using traditional farming system. The objectives of the study are : 1) Describe the causes of the hamlet community Mapoupou Makalo Village still use traditional systems agricultural, 2) Describe the social life of the Village hamlet community Mapoupou Makalo using traditional farming systems. This study uses the paradigm of social facts with the structural-functional theory proposed by Talcott Parsons, and used a qualitative approach with descriptive type. Informants were take by purposive sampling with the overall number of informants about 17 people. The type of data this research in the form of primary data and secondary data. The data collection techniques in this study in the form of observation, in-depth interview study and document. The unit of analysis in this research group. Based on this research can be concludet that, 1) the factors cousing people to use traditional farming systems can be seen from the factors supporting soils, factor culture and traditional, there is no other job and decrease government’s focus on agricultural development community, 2) the social life of the village hamlet community Mapoupou Makalo cen be viewed in terms of social ralations in society, social interaction in the community and of the system of social structure.

Key Word : Systems, Agricultural Traditional

____________________ 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan 2011

2

Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

3

(4)

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara agraris dan memiliki tanah yang subur, banyak penduduknya yang menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus tahun 2013, jumlah penduduk yang bermata pencaharian di sektor pertanian mencapai angka 34% atau sekitar 38,1 juta jiwa dari seluruh angkatan kerja di indonesia. Tenaga kerja di sektor pertanian tersebut terbesar pada empat sub sektor pertanian, yakni sub sektor tanaman pangan sekitar 52, 21%, kemudian perkebunan 28,63%, peternakan 10,40%, dan sub sektor kecil adalah tanaman holtikultura sekitar 7,71% (bps.go.id. tahun 2014). Data tersebut menunjukan bahwa sub sektor tanaman pangan adalah sektor angkatan kerja terbesar di indonesia. Salah satu jenis tanaman pangan yang utama bagi penduduk Indonesia adalah tanaman padi yang berasal dari pertanian sawah.

Badan pusat statistik (BPS) mencatat jumlah angkatan kerja di sektor pertanian mengalami penurunan dari tahun ketahun. Penurunan ini terlihat dari bulan Februari 2012 dengan jumlah angkatan kerja sebesar 41,2 juta jiwa menjadi 39,96 juta jiwa pada Februai 2013, dan 38,1 juta orang pada Agustus 2013 (bps.go.id). Salah satu penyebab penurunan jumlah angkatan kerja di sektor pertanian ini adalah rendahnya tingkatan penghasilan petani karena produktivitas yang rendah.

Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri dari 4 (empat) pulau yaitu pulau Siberut, pulau Sipora, pulau Pagai Utara dan pulau Pagai Selatan. Kabupaten Kepulauan Mentawai bergerak dalam bidang pertanian, sebagian nelayan, terutama yang terdapat di Dusun Mapoupou Desa Makalo masyarakatnya bergerak dalam bidang pertanian. Dalam buku Hernawati (2004:45), yang berjudul “Saureinu Sesuatu Yang Hilang” menurut Hernawati, semakin luas ladang yang dimiliki masyarakat, maka akan semakin besar pula sumber penghasilan yang diperoleh masyarakat.

Dusun Mapoupou Desa Makalo merupakan daerah yang ada di Kecamatan Pagai Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Desa Makalo terdiri dari 6 (enam) dusun yaitu dusun Parak Batu, dusun

Talopulei, dusun Mapoupou, dusun Bere, dusun Makalo, dan dusun Tubeket. Tempat penelitian adalah Dusun Mapoupou. Dusun Mapoupou Desa Makalo berada di kawasan hutan dan perbukitan yang dilalui oleh satu sungai yaitu sungai Mapoupou.

Potensi lahan yang dimiliki Dusun Mapoupou Desa Makalo adalah memiliki lahan yang luas, daerah ini juga memiliki tanah yang subur sehingga dalam proses penanaman seperti padi, nilam, cengkeh, kelapa dan coklat, masyarakat tidak mengalami kesulitan, namun masyarakat belum memiliki pengetahuan yang memadai untuk mengembangkan mata pencaharian dan hasil pertanian mereka terutama pertanian padi.

Masyarakat Mapoupou mulai bertani menanam tanaman komuditi padi sejak tahun 1960-an, namun sejak tahun 1980 sampai 1990 masyarakat banyak yang tidak menanam tanaman padi lagi, sebab pada masa itu masyarakat lebih memilih menghabiskan waktu dan tenaga mereka untuk berladang cengke, atau nilam. Namun pada awal tahun 2013, masyarakat Dusun Mapoupou Desa Makalo kembali lagi untuk menanam tanaman padi (hasil wawancara dengan Bapak Mesek). Dalam mengelolah pertanian padi masyarakat tidak menggunakan alat teknologi yang canggih, tetapi masih bersifat tradisional dengan menggunakan alat-alat apa adanya, seperti cangkul, parang, sabit, pengolahan tanah yang tidak baik, irigasi yang tidak baik, sehingga hasil panen padi yang diperoleh masyarakat Dusun Mapoupou tidak memuaskan bagi masyarakat. Hasil panen padi yang dimiliki masyarakat tidak untuk dijual tetapi hanya cukup untuk kebutuhan keluarga mereka saja.

Pemerintah daerah setempat seperti Dinas Pertanian, telah memberikan penyuluhan kepada masyarakat Dusun Mapoupou Desa Makalo untuk merubah sistem pertanian masyarakat yang masih tradisional ke sistem pertanian yang lebih baik, agar masyarakat menetap dalam bertani tidak berpindah-pindah. Namun terlihat masyarakat Dusun Mapoupou masih menggunakan sistem pertanian tradisional dan tidak menetap dalam bertani. Hal ini dapat terlihat dari jumlah petani yang masih menggunakan sistem pertanian tradisional.

(5)

Tabel 1.

Mata Pencaharian Dusun Mapoupou Desa Makalo Dalam

Angka Tahun 2015 No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) 1 Petani Padi Nilam Coklat 85 15 10 2 Pedagang 3 3 Pegawai 5 4 Transportasi 5 5 Nelayan 2

Sumber: Dusun Mapoupou Desa Makalo tahun 2015

Dari tabel 1 di atas terlihat bahwa mayoritas mata pencaharian masyarakat Dusun Mapoupou Desa Makalo pada umumnya bergerak pada sektor pertanian. Jenis pertanian yang banyak dilakukan oleh masyarakat Dusun Mapoupou yaitu bergerak pada sektor pertanian ladang berpindah dengan komoditi padi. Hal ini disebabkan karena sudah turun temurun sejak dulu bahwa masyarakat adalah petani, dan juga minimnya tingkat pendidikan menyebabkan masyarakat tidak punya keahlian lain selain menjadi petani. Rata-rata penduduk Dusun Mapoupou Desa Makalo memenuhi kebutuhan hidupnya dari bekerja sebagai petani, salah satunya adalah petani padi.

Jumlah penduduk Dusun Mapoupou Desa Makalo tiap tahun selalu mengalami peningkatan. Kalau dilihat dari jumlah penduduk masyarakat Dusun Mapoupou Desa Makalo yang sekarang ini sebanyak (538 orang). Masyarakat Dusun Mapoupou Desa Makalo masih menggunakan sistem pertanian tradisional dalam menanam tanaman padi, seperti cara mereka bertani yang tidak menetap, mereka menggunakan modal hanya sedikit sekali, bekerja tidak menggunakan alat-alat yang modern tetapi menggunakan tenaga sendiri, mereka bekerja bertani menggunakan alat-alat yang sangat sederhana berupa cangkul, parang dan sabit, terlihat pengolahan tanah yang kurang baik, tidak menggunakan pupuk dan irigasi yang tidak teratur sehingga sampai sekarang terlihat sistem pertania masyarakat masih tradisional. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

faktor penyebab masyarakat Dusun Mapoupou Desa Makalo masih menggunakan sistem pertanian tradisional.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan tipe penelitian deskriptif. Jenis data penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu berupa observasi, wawancara mendalam dan studi dokumen.

Informan penelitian

Pemilihan informan pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dimana pengambilan informan berdasarkan pertimbangan tertentu, pertimbangan tersebut adalah orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang masalah yang dikaji.

Informan pada penelitian ini

1. Kepala desa Makalo dan kepala dusun Mapoupou

2. Masyarakat petani dusun mapopou. 3. Tokoh adat

Jenis data penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber primer adalah masyarakat (petani yang masih menggunakan sistem pertanian tradisional), kepala desa dan kepala dusun mapoupou dan juga toko adat di Dusun Mapoupou Desa Makalo Kecamatan Pagai Selatan yang mengetahui permasalahan, dan sumber sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber yang ada kaitannya dengan penelitian ini seperti: cacatan, laporan, dokumentasi, foto dan sumber pendukung lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Masyarakat Petani di Kampung Mapoupou

Masyarakat yang bekerja sebagai petani berjumlah (85 orang) dan komoditi yang ditanam adalah tanama padi. Pekerjaan ini dilakukan oleh masyarakat dengan memanfaatkan potensi alam berupa tanah yang terdapat di wilayah tersebut sebagai lahan untuk menanam tanaman padi. Dalam pengolahan lahan pertanian padi, masyarakat menggunakan alat-alat yang masih

(6)

sederhana berupa cangkul, parang dan sabit. Kondisi pertanian di Dusun Mapoupou tersebut masyarakat bertani padi dalam waktu pagi sampai sore. Jarak dari Kampung Mapoupou ke lokasi ladang padi ada 3-4 km, masyarakat menuju lokasi ladang padi dengan jalan kaki dan ada sebagian masyarakat naik sampan.

Pekerjaan di ladang padi tidak hanya dilakukan oleh kaum perempuan saja, kaum laki-laki juga ikut berperan. Namun kaum laki-laki hanya terlibat pada saat pembukaan lahan, penanaman dan pemanenan. Sedangkan selama masa perawatan tanaman dan menyiangi rumput umumnya kaum perempuan yang lebih banyak berperan. Masyarakat Dusun Mapoupou mulai berladang padi kembali secara serentak pada tahun 2013. Mereka mendapatkan bantuan bibit dari Dinas Pertanian seperti bibit coklat, pisang, cengke, dan salah satunya bibit padi. Bibit padi yang diberikan adalah yang masa tanamnya 3-4 bulan bisa panen. Lokasi ladang padi itu bernama ta’soroat yang berada tidak jauh dari pemukiman penduduk.

Setelah bibit dibagikan mereka secara serentak mulai menebang dan membersikan tempat ladang padi. Kebiasaan bertani bagi masyarakat Mapoupou untuk melakukan sistem pertanian tradisional seperti, sebelum melakukan penanaman tanaman padi, masyarakat melakukan acara kebaktian bernyanyi dan yang di tuakan ditenga masyarakat memberikan semacam pengarahan. Setelah selesai acara kebaktian, barulah mereka memulai untuk menanam bibit padi. Ini adalah nilai atau sebuah tradisi sebelum memulai kerja di Dusun Mapoupou, tujuannya supaya kegiatan masyarakat di ladang padi bisa lancar.

Membersikan tempat lokasi padi, pekerjaan ini dilakukan bersama oleh kaum laki-laki dan perempuan. Pembagian lokasi ladang padi oleh masyarakat Mapoupou adalah luas lahan yang di pakai untuk lokasi ladang padi 10-15 ha di bagi-bagi menjadi beberapa petak. Setiap kepala keluarga rata-rata 10 m, dengan panjang 100 m per kk dan di beri pematang (song). Untuk menggiling padi hasil panen, masyarakat Mapoupou masih menggunakan lesung.

1. Faktor Penyebab Masyarakat Dusun Mapoupou Masih Menggunakan Sistem Pertanian Tradisional

Dari hasil penelitian ada beberapa hal yang melatar belakangi masyarakat Dusun Mapoupou Desa Makalo bekerja sebagai petani tradisional, yaitu: 1). Faktor kondisi tanah yang tidak mendukung, 2). Faktor budaya dan tradisi, 3). Tidak ada pilihan pekerjaan lain, 4). Kurangnya perhatian pemerintah. Lebih jelasnya dapat dilihat sebagaiberikut.

1.1 Faktor Kondisi Tanah yang Tidak Mendukung

Dengan adanya tanah yang masih subur, maka disitu masyarakat membuka lahan pertanian. Tetapi kalau masyarakat melihat kondisi atau kesuburan tanah yang tidak mendukung lagi bagi masyarakat maka dapat memungkinkan membuat masyarakat tidak menetap dalam bertani. Masyarakat Mapoupou sistem bertani ataupun pengolahan lahan pertanian padi masih sangat tradisional dengan menggunakan alat-alat sederhana berupa parang, cangkul, sabit dan bahkan pemahaman masayarakat masih kurang dalam menggunakan irigasi, pengelolaan, dan penanaman.

1.2 Faktor Budaya dan Tradisi

Kebiasaan bertani yang telah membudaya terhadap masyarakat Mapoupou untuk melakukan sistem pertanian tradisional, seperti mereka mengerjakan atau membersikan ladang padi masing-masing. Sebelum mereka melakukan penanaman bibit padi, masyarakat terlebih dahulu melakukan upacara kebaktian, mereka menyanyikan kidung rohani dan yang di tuakan ditenga masyarakat memberikan semacam pengarahan dan membuka khotbah di tengah ladang. Setelah selesai upacara kebaktian, mereka kembali ke ladang padi masing-masing mulai menanam bibit padi. Ini adalah nilai atau sebuah tradisi sebelum memulai kerja di Dusun Mapoupou. Tradisi ini masih ada dalam masyarakat khususnya di Dusun Mapoupou, tradisi yang seperti ini sulit dihilangkan oleh masyarakat karena menurut masyarakat dengan adanya tradisi seperti ini, dapat meningkatkan kerja sama atau bisa menghasilkan buah yang baik,

(7)

meningkatkan kebersamaan dan keteraturan dalam bertani sehingga tradisi ini sulit bagi masyarakat untuk menghilangkannya.

Saat gotong royang desa atau dusun, kebaktian seperti itu juga dilakukan sebelum kerja di mulai. Hal seperti itu sulit untuk masyarakat merubah dengan apa yang telah biasa mereka lakukan dalam sistem bertani. Masyarakat juga terdapat sebagian kecil dipengaruhi dengan lemahnya pengetahuan tentang cara bertani sehingga mereka hanya mampu melakukan apa yang mereka ketahui dari pertama kali mereka bertani dan itulah yang mereka lakukan hingga sekarang. 1.3 Tidak Ada Pilihan Pekerjaan Lain

Pekerjaan sebagai petani merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Mapoupou, karena tidak adanya pekerjaan lain selain bertani.

1.4 Kurangnya Perhatian Pemerintah Pemerintah merupakan orang yang bekerja di bagian pemerintahan seperti Dinas pertanian dan Desa setempat. Pemerintah seharusnya membawakan masyarakat kepada kemajuan dan keperubahan, sehingga dengan adanya dorongan dari pemerintah maka sistem pertanian dan kehidupan masyarakat juga bisa berubah seperti halnya memberikan pengawasan ataupun pendampingan terhadap masyarakat terutama dalam memperhatikan pertanian masyarakat dan juga yang menyangkut dengan kehidupan masyarakat.

Lembaga pemerintah merupakan fenomena yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, bukan saja karena fungsinya untuk menjaga dan memperhatikan nilai-nilai yang sangat tinggi dalam masyarakat, melainkan juga berkaitan erat dengan pencapaian belbagai kebutuhan manusia. Maka ada yang memahami lembaga pemerintah sebagai sarana untuk pencapaian kebutuhan manusia (Raharjo, 2004: 161).

Dengan adanya perhatian pemerintah terhadap pertanian masyarakat maka kehidupan dan sistem pertanian masyarakat bisa berubah ke arah yang lebih baik. Tetapi sebaliknya karena kurangnya perhatian pemerintah dalam perkembangan pembangunan pertanian, seperti tidak

adanya pendampingan terhadap petani, tidak adanya pemberian pengetahuan tentang cara bertani yang baik, kurangnya memberikan bantuan terhadap petani sehingga sistem pertanian masyarakat tidak berkembang dan bahkan cara bertani masyarakat belum berubah sampai sekarang. Itulah sebabnya sistem pertanian masyarakat tidak berkembang ke arah yang modern.

1. Kehidupan Sosial Masyarakat Dusun Mapoupou Desa Makalo dengan Menggunakan Sistem Pertanian Tradisional

Masyarakat Mapoupou hidup dengan memanfaatkan potensi alam untuk dijadikan sebagai lahan atau lapangan pekerjaan, sehingga kegiatan dan aktivitas masyarakat lebih banyak di perladangan. Kehidupan masyarakat Mapoupou belum begitu makmur, di sebabkan karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat untuk mengembangkan sistem pertanian dan kehidupannya yang lebih baik. Cara masyarakat dalam mengelolah kehidupan dan sistem pertaniannya masih bersifat tradisional, di samping itu sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan kehidupan ataupun pertanian masyarakat belum begitu memadai, sehingga kehidupan dan sistem pertanian masyarakat masih bersifat tradisioanal. Masyarakat petani bekerja untuk menunjang kehidupan. Menurut Scott, perladangan subsistensi bukanlah kehidupan yang terjamin. Walaupun begitu, pola perladangan tradisional terbentuk karena kehandalan jangka panjangnya dalam memenuhi kebutuhan kalori dari populasi yang stabil. Paling tidak, petani subsisten tahu bahwa panen yang berhasil umumnya akan mampu menghidupi keluarga sampai panen berikutnya (Scott, 1993:32). Seperti halnya taraf kehidupan masyarakat petani tergantung pada potensi sumber daya yang dapat mendukung kesejahteraan masyarakat. Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa kehidupan sosial masyarakat dilihat dari segi, 1) relasi sosial masyarakat petani, 2) interaksi sosial dan 3) sistem dan struktur masyarakat. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

(8)

1.1 Relasi Sosial Masyarakat Petani Dengan adanya relasi sosial antara masyarakat petani ini, maka terciptalah hubungan antara petani yang masih menggunakan sistem pertanian tradisional dengan petani lainnya terjalin sangat baik, karena dengan adanya hungan ini mereka merasakan kebersamaan yang terjalin antara mereka saat pergi bekerja di ladang padi.

Hubungan lain pun terjadi antara orang yang bekerja sebagai petani yang masih menggunakan sistem pertanian tradisional dengan orang yang bukan bekerja sebagai petani, hungan tersebut terjalin dengan baik yang dapat dilihat pada saat petani tidak melakukan gegiatan rutinnya, mereka akan berkumpul dengan masyarakat lain ke rumah tetangganya yang berada dekat dengan rumah mereka dan juga dapat dilihat ketika mereka pergi bekerja di ladang padi mereka mempunyai hubungan baik dan saling berinteraksi dengan baik antara sesama petani.

Dari wawancara dengan beberapa informan bahwa hubungan yang terjalin antara masyarakat petani yang masih menggunakan sistem pertanian tradisional yang berada di Desa Makalo, terutama masyarakat yang berada di Dusun Mapoupou sudah terjalin dengan baik, sehingga hubungan dan interaksi diantara sesama petani yang masih menggunakan sistem pertanian tradisional selalu baik dan mereka mempunyai semangat untuk bekerja di ladang padi walaupun sistem pertanian mereka masih tradisional itu disebabkan karena didorong dengan adanya hubungan kebersamaan dan interaksi yang baik antara sesama petani.

1.2 Interaksi Sosial

Interaksi sosial tak akan mungkin terjadi apa bila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem syarafnya, sebagai akibat hungan termaksud (Soekanto, 2010:57).

Hubungan antara masyarakat petani yang masih menggunakan sistem pertanian tradisional dangan petani lainnya terjalin sangat baik, karena dengan adanya hungan baik ini mereka merasakan adanya

kebersamaan yang terjalin antara mereka sesama petani padi.

Hungan lain pun terjadi antara orang yang bekerja sebagai petani yang masih menggunakan sistem pertanian tradisional dengan orang yang bukan bekerja sebagai petani, hungan tersebut terjalin dengan baik yang dapat dilihat pada saat ketika mereka bekerja. Apa bila mereka tidak bekerja di diladang padi, maka mereka akan berkumpul pada waktu senggang dengan masyarakat lain yang berada dekat dengan rumah mereka.

Dari wawancara dengan beberapa informan bahwa hubungan yang terjalin antara sesama pekerja yang masih menggunakan sistem pertanian tradisional yang berada di Desa Makalo, terutama masyarakat yang berada di Dusun Mapoupou sudah terjalin dengan baik walaupun sistem pertanian yang mereka gunakan masih tradisional, karena setiap mereka sama-sama mempunyai kegiatan dan sistem pertanian yang sama, kegiatan lain yang dilakukan masyarakat adalah menjaga jangan sampai ada pertengkaran atau konflik diantara mereka karena menurut mereka kalau terjadi konflik antara sesama petani, maka hasil pertanian tidak akan baik, dan pertanian merekapun tidak akan bertahan lama karena mereka bertani saling membutuhkan. Walaupun sistem pertanian yang digunakan masih tradisional, jika mereka membutuhkan bantuan terhadap sesamanya maka sesamanya itu membantu tanpa upa.

1.3 Sistem dan Struktur Masyarakat Sistem dan struktur sosial dalam masyarakat Dusun Mapoupou terlihat dari strukturnya seperti adanya masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi masyarakat dan pemerintahan desa. Struktur sosial dalam masyarakat dapat berfungsi sebagai dasar untuk menanamkan suatu disiplin sosial dalam masyarakat. Karena struktur sosial tercipta dari kelompok ataupun masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu masyarakat akan mendapat pengetahuan dan kesadarannya tentang bersikap, kebiasaan, dan kepercayaan terhadap kelompok masyarakat.

Dengan adanya sistem dan struktur dalam masyarakat dapat mengatur

(9)

kehidupan dalam masyarakat walaupun berbeda status dan perannya masing-masing di dalam masyarakat. Setiap status memiliki peran (role) tertentu. Bagaimana hubungan atau interaksi antara anggota yang berdasar status dan peran yang mereka miliki itu, kesemuanya telah ditentukan dan di atur oleh kompleks norma atau peraturan yang ada (Raharjo, 2004:94). Masyarakat yang tinggal di Dusun Mapoupou merupakan masyarakat Desa yang hidup dengan adat istiadat sebagai norma-norma yang lebih banyak mengatur kehidupannya, seperti masyarakat Mentawai lainya, masyarakat Dusun Mapoupou hidup berkelompok-kelompok berdasarkan suku-suku. Masing-masing suku dipimpin oleh kepala suku yang dituakan.

Berdasarkan hasil yang peneliti temukan dilapangan bahwa dalam kehidupan masyarakat Dusun Mapoupou selalu ada pemimpin atau norma yang mengatur kehidupan masyarakat. Aturan yang ada seperti, aturan adat. Masyarakat petani yang masih menggunakan sistem pertanian tradisional seperti di Dusun Mapoupou dalam bertani masih menggunakan aturan adat, seperti sebelum melakukan penanaman bibit padi harus ada upacara adat terlebih dahulu, harus melakukan kegiatan pertanian secara serentak, jangan sampai terjadi konflik antara sesama, jika terjadi konflik antara sesama petani atau melanggar aturan adat, maka pemimpin seperti kepala dusun atau tokoh adat memberikan sanksi terhadap mereka yang melanggar aturan. Sanksinya yang diberikan adalah berupa pembayaran, tanahnya diambil oleh masyarakat dan membersikan jalan dikampung. Dengan adanya aturan adat seperi ini, sehingga masyarakat selalu melakukan kegiatan pertanian secara bersama.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kampung Mapoupou Desa Makalo, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Faktor penyebab masyarakat Dusun

Mapoupou Desa Makalo menggunakan sistem pertanian tradisional, karena faktor kondisi tanah yang tidak mendukung dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang sistem pengolahan, penanaman dan penggunaan irigasi

sehingga membuat masyarakat tidak menetap dalam bertani, faktor budaya dan tradisi juga dapat mempengeruhi sistem pertanian masyarakat sehingga pertanian masyarakat sulit untuk berubah, bekerja sebagai petani padi yang masih menggunakan sistem pertanian tradisional juga merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat Mapoupou karena tidak adanya pilihan pekerjaan lain, dan juga kurangnya perhatian pemerintah dalam pembangunan pertanian sehingga sistem pertanian masyarakat belum berubah sampai sekarang.

2. Kehidupan sosial masyarakat Mapoupou Desa Makalo dapat dilihat dari segi relasi sosial. Relasi sosial dalam masyarakat dapat dilihat dari hubungan masyarakat dan sistem pertanian tradisional yang mereka gunakan, mereka mempunyai hubungan baik dengan petani lainnya dan terjalin sangat baik walaupun sistem pertanian yang mereka gunakan masih tradisional begitu juga dengan interaksi mereka sangat baik. Sistem dan struktur dalam masyarakat terlihat dari strukturnya seperti adanya masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi masyarakat dan pemerintahan desa.

(10)

B. DAFTAR PUSTAKA

Bps.go.id. Propil Kemiskinan di Indonesia Maret 2014. No. 52/07/Th.XVII. Diakses 2 September 2015.

Hernawati, Tarida. 2004. Saureinu Sesuatu

Yang Hilang. YCM. Padang.

Raharjo. 2004. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi. Yogiyakarta: Pustaka Pelajar.

Scott, James C. 1993. Perlawanan Kaum

Tani. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Setiadi, Elly M. & Usman Kolip. 2011.

Pengantar Sosiologi. Bandung: Kencana Prenada Media Group. Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu

Referensi

Dokumen terkait

secara berkelompok untuk menjawab pertanyaan tentang pengertian, jenis, karakteristik, lingkup usaha jasa wisata; serta hubungan antara berbagai usaha jasa wisata guna

Meanwhile, the result of partial test on stock selection skill has negative significant effect on equity mutual fund’s performance, risk level has possitive significant effect

Adapun judul dari penelitian ini adalah “Pengaruh Anggaran Pelatihan dan Anggaran Pengembangan pada Laba Perusahaan dengan Kinerja Karyawan Bagian Penjualan sebagai Variabel

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Nanda Hapsari Ayuning Ratri menyatakan bahwa skripsi dengan judul : Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial

[r]

[r]

Dengan tidak adanya pengaturan dalam Undang-undang Jabatan Notaris tentang perlindungan bagi karyawan Notaris yang menjadi saksi instrumenter dalam peresmian akta, maka

Keanekaragaman Jenis Pohon Ruang Terbuka Hijau di Kebun Raya Jompie Pare-Pare Budirman Bachtiar dan Resti Ura'.. Distribusi l{hite Spot Syndrome Zirus (WSSV)