• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP FEEDBACK LANGSUNG BERBENTUK VIDEO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP FEEDBACK LANGSUNG BERBENTUK VIDEO"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP FEEDBACK LANGSUNG

BERBENTUK VIDEO

L.D.S. Adnyani, D.A.E. Agustini

Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

luh_diah@yahoo.com

Abstrak

Pemberian feedback langsung dengan menggunakan video merupakan hal baru dalam pelaksanaan perkuliahan Writing 3, yaitu penulisan esai, di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha. Untuk itu, penelitian ini difokuskan pada persepsi mahasiswa terhadap pemberian feedback dalam bentuk video. Pendekatan dari penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan rancangan penelitiannya adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian berjumlah 23 mahasiswa. Berdasarkan hasil kuesioner, 100 persen mahasiswa sangat setuju dosen langsung memberikan koreksi yang benar terhadap tulisan mereka, 21 orang atau 91 persen mahasiswa sangat menyukai pemberian feedback dalam bentuk video.22 orang atau 96 persen mahasiswamerasa mendapat kemudahan dengan dapat menonton video kapanpun dan dimanapun, dapat menonton video koreksi miliknya maupun temannya berulang kali, dan bebas menekan pause dan play untuk lebih memahami penjelasan dosen. Saat menonton video koreksi, seluruh mahasiswa merasa seolah-olah dosen menjelaskan secara personal di depan mereka. Dalam hal proses menonton video, 15 orang atau 65 persen menyatakan mereka dapat melatih keterampilan mendengar dan menulis secara bersamaan, selain itu, perbedaan warna yang digunakan membuat mereka fokus terhadap hal-hal yang harus diperbaiki. Penggunaan video koreksi ini membuat mahasiswa termotivasi untuk menulis esai lebih baik dan lebih berhati-hati untuk tidak membuat kesalahan yang sama.

Kata Kunci: esai, feedback langsung, persepsi, video

Abstract

The application of video corrective feedback in Writing 3 course to make a good essay was a new thing in English Education Department. Therefore, the study focused on students’ perception on video corrective feedback application. This was a descriptive quantitative study using survey method. There were 23 students as the subjects of this study. Based on the result of the questionnaire, 100 percent students agree that the lecturer gives direct feedback in stead of indirect feedback, there are 21 students or 91 percent like the use of video corrective feedback. There are 22 students or 96 percent students can learn the video wherever and whenever they want, can watch their own or their friends’ video again and again, and free to press pause and play to understand better the explanation given in the video. Learning through video makes all of them feel the lecturer is right in front of them giving explanation personally. As they watch video, there are 15 students or 65 percent state they learn listening and writing skills simultaneously and different highlight makes them focus on the important things. Video corrective feedback makes them motivated to write better essay and avoid similar mistake.

(2)

1. Pendahuluan

Pemberian feedback merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa (Mahfoodh and Pandian, 2011). Walaupun dalam pelaksanaannya pemberian feedback

memerlukan keseriusan dan waktu, feedback yang diterima siswa dapat memberikan dampak yang luar biasa bagi perkembangan kemampuan siswa karena siswa dapat mengetahui gambaran akan kemampuan menulisnya, merevisi tulisannya sendiri, menghindari fosilisasi kesalahan, dapat mengetahui bahasa Inggris yang benar, dan menjadi termotivasi untuk dapat menulis lebih baik lagi (Ellis, 2008; Ferris & Hedgcock, 2005).

Menurut Ferris & Hedgcock (2005), pebelajar bahasa kedua atau L2 kerap membuat kesalahan yang berhubungan dengan kata kerja (misalnya kata kerja dalam konteks tense, bentuk kata kerja, pembentukan modal verb, dan sebagainya) dan kesesuaian subjek kalimat dengan kata kerja (subject-verb agreement). Pebelajar L2 juga sering membuat kesalahan dalam hal kata benda. Misalnya, mereka kurang memahami berbagai jenis kata benda (count

/ noncount, abstract, collective, dan sebagainya) dan implikasinya terhadap penggunaan bentuk jamak, akhiran yang menyatakan kepemilikan (possessive), penggunaan artikel dan kata tunjuk.

Berdasarkan observasi, kesalahan-kesalahan tersebut juga muncul pada tulisan mahasiswa di kelas IV E Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha tahun akademik 2013/2014. Melalui pendekatan proses yang dilakukan, sebenarnya mereka sudah bisa menyusun draft berupa kerangka tulisan yang cukup baik karena mereka telah dipandu dalam tahap drafting untuk menentukan kalimat topik dan ide-ide pendukungnya secara logis. Akan tetapi, setelah dihasilkan sebuah tulisan berdasarkan draft tersebut, kualitas tulisan mereka berada pada kategori cukup karena banyak terjadi kesalahan gramatika mendasar, seperti ketidakmampuan menulis dengan kata kerja yang tepat, kalimat pasif, ketidakcocokan subjek dan kata kerja utama yang mengikuti, adanya kalimat tanpa subjek, klausa yang salah, ketidaktepatan kata collocation, penggunaan referenceyang

tidak konsisten sesuai subjek kalimat, dan sebagainya.

Untuk memberikan revisi kesalahan gramatika tulisan mahasiswa, pengajar di kelas tersebut menggunakan jenis feedback langsung dengan cara menandai/mencoret bagian tulisan yang salah gramatikanya, dan menuliskan di sebelahnya koreksi yang benar.Mengingat feedback langsung masih dianggap efektif pada pebelajar EFL dewasa (Hyland & Hyland, 2006; Ferris, 2006), maka cara revisi ini tetap dipertahankan. Akan tetapi, mode feedback langsung dimodifikasi dan disajikan dalam format video. Penggunaan video diyakini dapat membuat koreksi dosen pengajar menjadi lebih menarik karena di samping mendengarkan penjelasan dosen, melalui video, mahasiswa dengan jelas mampu melihat cara dosen mengkoreksi tulisan mereka dari yang salah menjadi benar, bisa berhenti untuk sementara, kemudian memutar video lagi, atau memajukan dan memundurkan video (Stannard, 2011). Penggunaan warna yang berbeda untuk menunjukkan elemen kalimat yang salah dan kalimat revisi diyakini akan bisa membantu mahasiswa lebih tertarik, lebih paham, dan selanjutnya dapat belajar secara lebih efektif tentang mengapa bagian tertentu dianggap salah, dan kemudian

bagaimana cara

memperbaikinya.Dibandingkan dengan

feedback tradisional, feedback jenis ini

memungkinkan untuk memenuhi lebih banyak gaya belajar siswa karena feedback dengan video bersifat audio dan visual, atau

multimodal (Stannard, 2012). Dengan gabungan antara visualisasi dan komentar, juga diyakini ingatan mahasiswa tentang aspek gramatika yang ditekankan dalam proses pengkoreksian bisa bertahan lebih lama sehingga mereka dapat secara lebih efektif meningkatkan kemampuan gramatikanya dalam menulis (Mayer 2001, dalam Stannard, 2011).

Stannard (2011) menyarankan bahwa

feedback dalam bentuk video dapat

dilakukan dengan menggunakan bantuan

screen capture software. Software jenis ini

bisa merekam layar komputer pada saat tutor melakukan koreksi terhadap tulisan mahasiswa sekaligus suara berupa penjelasan tutor pada saat koreksi

(3)

dilakukan. Salah satu software ini adalah

Camtasia. Dengan merekam proses

pengkoreksian dengan fasilitas microsoft

words disertai penjelasan dari tutor yang

pada saat yang sama direkam oleh software ini, dihasilkan feedback berupa video yang bisa memberikan informasi baik aural maupun visual.

Menurut Stannard (2012), ada beberapa keunggulan penggunaan feedback dalam bentuk video, yaitu: 1) pembelajaran menjadi lebih inklusive dengan penekanan pada gaya belajar ganda, yang lebih dikenal dengan gaya multimodal, dengan menggunakan ITK; 2) lebih banyak

feedback bisa diberikan dengan video

daripada dengan teks saja; 3) mengacu Rotherham (2008), Stannard mengatakan bahwa feedback multimodal lebih sesuai dengan siswa yang setiap harinya diekspos dengan berbagai media audio dan video dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu; 4) memungkinkan digunakan untuk pembelajaran jarak jauh dan feedback yang lebih personal; 5) suara pada video dikatakan memiliki manfaat yang penting yang tidak bisa diperoleh dalam feedback tekstual; 6) banyak siswa yang lebih menyukai feedback oral dan visual karena mereka seakan merasakan kehadiran guru di samping mereka.

Penelitian yang menggunakan feedback berupa video masih sedikit keberadaannya, terutama karena hal ini merupakan lompatan inovatif dalam dunia pendidikan bahasa. Penelitian pertama oleh Stannard (2011) dilakukan dengan memberikan

feedback video kepada setiap siswa melalui

email. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa lebih senang

feedback dengan video dibandingkan

dengan feedback tekstual karena lebih mudah diikuti dan karena video menampilkan aspek audio dan visual. Di samping itu, siswa merasakan mendapatkan lebih banyak informasi dari feedback berupa video. Menariknya, mereka mengatakan bahwa informasi melalui video lebih mudah diingat dan mereka dapat memutar sekitar empat atau lima kali video tersebut sebelum mulai melakukan revisi tulisan mereka. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Jones, & Gunson (2012), yaitu siswa menyukai

feedback berupa video dan lebih termotivasi

untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Melihat potensi penggunaan video dalam pemberian feedback dan respon siswa berdasarkan kajian empiris diatas, peneliti menerapkan penggunaan video dalam memberikan feedback langsung terhadap tulisan esai mahasiswa kelas IV E jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Karena ini merupakan hal yang baru di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, penelitian ini berfokus pada persepsi mahasiswa terhadap penggunaan feedback langsung berbentuk video.

2. Metode

Pendekatan dari penelitian ini adalah pendekatan kuantitaif dan rancangan penelitiannya adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Peneliti mendeskripsikan secara apa adanya, baik secara kuantitatif dan kualitatif terkait temuan penelitian yang bersumber dari intrumen utama berupa kuesioner yang disebarkan kepada mahasiswa kelas IV E Jurusan Pendidikan bahasa Inggris.

Jumlah mahasiswa yang menjadi subjek penelitian ini 23 orang. Mereka adalah mahasiswa kelas IVE Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang mengambil mata kuliah

Writing III,yaitu penulisan esai, yang mendapatkan feedback langsung berbentuk video dalam proses pembelajaran. Hal yang mendapat perhatian khusus berdasarkan hasil observasi awal di kelas tersebut adalah akurasi tulisan esai mahasiswa yang meliputi gramatika tulisan bahasa Inggris mereka.

Dalam proses pembelajaran, pada awalnya mahasiswa diajak berdiskusi mengenai materi, contohnya narrative essay dan

process essay, kemudian mahasiswa

dibimbing dalam membuat outline sehingga terdapat kesesuaian ide antara thesis

statement, topic sentences, supporting sentences, dan juga dibimbing dalam

menentukan paragraph pembuka dan penutup sehingga menjadi esai yang memiliki alur yang baik dan menarik. Setelah siap dengan outline, mahasiswa

diminta menulis esay dan

(4)

mengoreksi esai mahasiswa dengan memberikan feedback langsungdan merekamnyadalam bentuk video. Hasil koreksi tersebut diserahkan kepada mahasiswa dua hari sebelum jadwal kuliah

writing III. Mahasiswa diharapkan

mempelajari video koreksi yang diberikan baik miliknya sendiri maupun milik teman-temannya. Pada pertemuan kedua di kelas, mahasiswa diberikan draft tulisan awal yang di print terlebih dulu, dan diminta untuk menulis revisi tulisan mereka sesuai dengan apa yang telah mereka pelajari. Pada pertemuan berikutnya, mahasiswa diberikan tes menulis esai dan kuesioner tentang persepsi mereka mengenai feedback

langsung berbentuk video.

Intrumen utama dari penelitian ini adalah kuesioner yang telah divalidasi oleh dua orang ahli. Data yang terkumpul dari instrumen angket dianalisis secara kuantitatif dengan mencari persentase jumlah mahasiswa yang memilih pilihan jawaban tertentu. Persentase yang didapat digunakan untuk menginterpretasikan persepsi mahasiswa secara kualitatif.

3. Pembahasan hasil

Ada 20 (dua puluh) pertanyaan dalam kuisioner yang digunakan untuk mengetahui persepsi mahasiswa terkait dengan peningkatan akurasi tulisan esai bahasa Inggris dan respon terhadap pemberianfeedbacklangsung berbentuk video dalam perkuliahan.

Berdasarkan hasil kuesioner, didapat informasi bahwa 23 orang atau 100 persen mahasiswa menyatakan bahwa esai yang dibuat adalah original tulisan mereka. Hal ini tidak diragukan lagi karena peneliti memang dengan sengaja memberi topik-topik yang terkait dengan kehidupan pribadi mahasiswa, sehingga hasil penilaian esai selama proses pembelajaran dapat mencerminkan kemampuan riil mahasiswa dalam membuat esai, khususnya dalam hal akurasi tulisan mereka.

Seluruh mahasiswa merasa senang tulisannya dikoreksi langsung oleh dosen. Mereka sangat mempercayai integritas dosen dan berpendapat jika dosen yang memberikan koreksi, sudah pasti akurat,

sementara jika dikoreksi oleh teman sebaya, belum tentu akurat. Sangat baik mahasiswa mempercayai integritas dosennya, namun dalam pembelajaran, kadang kala koreksi dari teman sebaya atau peer assessment ataupunkoreksi diri sendiri atau self-assessment diperlukan untuk melatih kemampuan mereka.

Hanya 2 orang atau 9 persen mahasiswa mengaku kurang suka jika dosen langsung memberikan kata atau kalimat yang benar saat mengoreksi. Mereka merasa kurang tertantang untuk menemukan sendiri bentuk koreksi yang seharusnya. Hal ini dapat membuat mahasiswa manja dan selalu ingin diberikan koreksi oleh dosen. Sementara 21 orang lainnya merasa sangat terbantu jika dosen memberikan koreksi yang tepat secara langsung.

Berbeda dengan pertemuan sebelumnya,

soft file video koreksi diberikan langsung ke

mahasiswa tanpa harus di upload ke you

tube. Ada 18 orang atau 78 persen

mahasiswa lebih senang menonton tanpa harus online. Mereka tidak perlu pergi ke warnet dan menunggu giliran, mengeluarkan biaya tambahan unk membayar warnet, menunggu dengan sabar saat buffering karena koneksi kurang bagus, dll. Ada 5 orang mahasiswa yang lebih memilih menonton via you tube karena mereka memiliki fasilitas smartphone yang canggih. Dengan memiliki soft file video koreksi, mereka bisa mempelajari video tersebut kapanpun dan dimanapun mereka sempat. Seluruh mahasiswa, baik yang memilih soft

file ataupun you tube sepakat dalam hal ini.

Saat menonton video koreksi, hanya 7 orang atau 30 persen mahasiswa merasa ada hal-hal yang kurang mereka pahami dari penjelasan yang diberikan dalam video. Penggunaan warna yang berbeda juga membuat pusing 3 orang atau 13 persen mahasiswa, sementara 20 orang lainnya tidak memiliki masalah dalam penggunaan warna yang berbeda, justru mereka terbantu dan menjadi lebih fokus pada hal-hal yang harus dikoreksi.

Walaupun ada yang merasa kurang jelas, seluruh mahasiswa sepakat merasa penjelasan yang diberikan dalam video

(5)

koreksi sangat berguna bagi mereka. Sebelumnya mereka merasa tulisan yang dikumpul sudah sempurna, namun ternyata saat menonton video koreksi, mereka mendapati hal-hal yang tidak benar dan mendapatkan penjelasan mengenai koreksi yang tepat.

Mempelajari feedback dalam bentuk video mengharuskan mereka untuk mendengar sekaligus melatih kemampuan menulisnya. Ada 15 orang atau 65 persen mahasiswa yang merasa mampu mendengar dan menulis dalam waktu yang bersamaan, sementara mahasiswa lainnya merasa tidak dapat secara maksimal mendengarkan penjelasan dalam video yang disampaikan dalam bahasa Inggris dan memperhatikan koreksi langsung serta mempersiapkan diri unk menghindari melakukan kesalahan yang sama. Mereka merasa terbebani karena harus mendengar, memahami penjelasan dan juga fokus pada tulisan mereka, sehingga tidak heran jika 21 orang mahasiswa atau 91 persen mengaku menekan play dan pause selama menonton video, dan menonton video mereka sendiri dan video orang lain sampai berkali-kali. Ada 13 orang atau 57 persen mahasiswa tidak ingin video koreksinya ditonton oleh mahasiswa lain walaupun seluruh mahasiswa berpendapat koreksi yang diberikan pada tulisannya ataupun tulisan teman-temannya membuat mereka merefleksi kemampuan menulis mereka. Ini menunjukkan mahasiswa hanya ingin hal-hal baik saja dari dirinya yang boleh diketahui oleh orang lain, mereka belum mampu menjadikan hal ini sebagai lecutan untuk meningkatkan kemampuannya. Hal yang dirasa berbeda dari penggunaan

feedback langsung berbentuk video ini

adalah mahasiswa, seluruhnya, merasa dosen lebih dekat dengan mereka, mereka merasa saat menonton video koreksi, dosen berada di depan mereka dan memberikan penjelasan secara personal. Ini memberikan efek nyaman dan memberi pengaruh positif pada pembelajaran.

Ada 21 orang atau 91 persen merasa termotivasi untuk menulis esai bahasa Inggris, namun hanya 12 orang atau 52 persen yang berusaha menghindari kesalahan yang sama karena saat mereka

menulis lagi, mereka terkadang lupa pada bentuk atau kata atau susunan kalimat yang tepat dan lupa akan penjelasan yang telah mereka pelajari dari video, sehingga hanya 14 orang atau 61 persen mahasiswa merasa yakin tulisan berikutnya lebih baik dari tulisan sebelumnya. Hal ini sebenarnya hanya perlu ditangani dengan terus mempelajari video koreksi dan mencoba menerapkan dalam contoh lain. Semakin sering menonton video koreksi dan semakin sering berlatih, kemampuan akurasi tulisan mahasiswa pasti akan meningkat.

Walaupun dalam pelaksanaan feedback langsung berbentuk video ini mahasiswa mengalami beberapa kendala, namun sebagian besar dari mereka, yaitu 19 orang atau 83 persen merasa bangga pada kemajuan menulisnya. Hal ini dapat memberi dampak positif karena belajar adalah proses dan diharapkan motivasi yang dimiliki dapat memicu mahasiswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam hal akurasi tulisannya.

Berdasarkan peningkatan nilai rata-rata akurasi tulisan esai mahasiswa kelas IVE jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, dapat disimpulkan bahwa pemberian feedback langsung berbentuk video dapat meningkatkan akurasi tulisan mahasiswa dan disukai oleh mahasiswa. Respon positif mahasiswa terhadap pemberian feedback langsung berbentuk video ini sejalan dengan hasil penelitian Stannard (2011) , Jones & Gunson (2012), Wachob (2011), dan Kirkgoz (2011).

Berdasarkan hasil kuesioner, mahasiswa lebih senang diberikan koreksi langsung daripada koreksi tak langsung karena koreksi langsung, sejalan dengan yang dinyatakan Ellis (2008), memberikan tuntunan kepada mahasiswa, terutama yang memiliki kemampuan rendah, bagaimana memperbaiki kesalahan yang telah ditulis. Hasil tes menulis esai menunjukkan hanya sedikit peningkatan akurasi tulisan mahasiswa walaupun mereka sudah mempelajari video koreksi. Berdasarkan hasil kuesioner, banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan mendengarkan penjelasan dosen, memahami, dan mempelajari koreksi tulisannya. Hal ini

(6)

bertentangan dengan apa yang dinyatakan Stannard (2007), bahwa video koreksi dipandang mampu memberikan feedback yang jauh lebih jelas karena informasi dihadirkan secara oral dan visual. Dalam hal ini, mahasiswa IVE Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris mengalami overloaded secara kognitif karena mereka harus mendengarkan, memahami, menulis secara bersamaan. Peningkatan akurasi tulisan mahasiswa ini, walaupun belum mencapai nilai rata-rata maksimal, patut dihargai karena hasil ini menunjukkan mereka berusaha mempelajari video koreksi dengan baik bahkan berdasarkan kuesioner, mereka sampai mengulang lebih dari sepuluh kali. Mempelajari video koreksi miliknya maupun milik temannya berulang-ulang dan kerap menekan play dan pause tidak hanya menunjukkan mahasiswa menyukai pemberian feedback langsung berbentuk video, tapi juga menunjukkan bahwa mereka memiliki kesulitan dalam memahami penjelasan yang diberikan dalam video. Penjelasan tersebut diberikan dalam bahasa Inggris, sehingga mahasiswa yang memiliki kemampuan rendah harus berusaha mendengar dengan seksama, mengartikan, memahami penjelasan, dan kemudian mengimplementasikannya kedalam revisi tulisan mereka.

4. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, mahasiswa memiliki respon yang positif terhadap pemberian feedback langsung berbentuk video dalam pembelajaran Writing III tentang penulisan esai bahasa Inggris. Mereka menyukai dan termotivasi untuk menulis esai lebih baik lagi dan menghindari kesalahan yang sama pada esai berikutnya. Namun respon positif itu tidak sepenuhnya sejalan dengan hasil tes menulis esai karena banyak mahasiswa kelas IVE Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang mengalami overloaded secara kognitif saat mereka harus mendengar penjelasan dalam video yang menggunakan bahasa Inggris, memahami penjelasan yang diberikan, fokus pada koreksi di layar monitor, dan berusaha mengingat koreksi yang diberikan sehingga tidak melakukan hal yang sama pada tulisan berikutnya. Hal yang masih perlu mendapat perhatian adalah mahasiswa yang memiliki

kemampuan mendengarkan yang rendah harus lebih melatih diri untuk dapat lebih memahami penjelasan yang diberikan, dan disarankan untuk lebih sering mempelajari video koreksi yang diberikan, baik miliknya sendiri maupun milik teman-temannya.

5. Daftar Pustaka

Ellis, R. 2008. A Typology of Written Corrective Feedback. Sebuah paper yang dipresentasikan dalam Asia Teflin: ELT: Globalising Asia. Sanur Bali, Agustus, 2008

Ferris, D.R. & Hedgcock,J.S.. 2005. Teaching ESL Composition: Purpose, Process, and Practice. New Jersey: Lawrence Erlbaum.

Ferris, D.R. 2006.Does Error Feedback Help Student Writers? New Evidence on the Short and long-term Effects of Written Error Correction.In K. Hyland & F. Hyland (Eds.), Feedback in Second Language Writing. Cambridge: Cambridge University Press

Hyland, K & Hyland,F. 2006.Feedback in Second Language Writing. Cambridge: Cambridge University Press.

Jones, N.G, P. & Gunson, J . 2012. Student Feedback Via Screen Capture Digital Video: Stimulating Student’s Modified Action. Higher Education: The International Journal of Higher Education Research, 61(1),3-17.

Kirkgoz, Y. 2011. A Blended Learning Study on Implementing Video Recorded Speaking Tasks In Task-Based Classroom Instruction. TOJET: The Turkish Online Journal of Educational Technology. 10 (4). Diunduh 15 Februari 2012 di http://www.tojet.net/articles/v10i4/1041.p df

Mahfoodh, O. H. 2011. A Qualitative Case Study of EFL Students’ Affective Reactions to and Perceptions of Their Teachers’ Written Feedback. English Language Teaching. 4(3), 14-25. Diunduh 30

September 2014 di

www.ccsenet.org/journal/index.php/elt/art icle/viewFile/11871/8331

Stannard, R.2007.A New Direction in

(7)

http://www.hltmag.co.uk/dec08/mart04.ht m.Diunduh 11 Februari 2009

Stannard, R. 2011. Screen Capture Software for Feedback in Language Education. In Proceedings of the 2nd International Wireless Ready Symposium.

Stannard, R. 2012. Simple Feedback that Can

Revolutionize Feedback We Provide. In Proceedings of the 3rd ICICTES 2012.

Wachob, P. 2011 Using Videos of Students in the Classroom to EnhanceLearner Autonomy. Teaching English with Technology, 11 (2), 18-28, Tersedia di http://www.tewtjournal.org. Diunduh 10/6/2011

Referensi

Dokumen terkait

pelaku usaha.. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa aktor yang terlibat dalam pengembangan klaster batik Kota Pekalongan sesuai dengan pengelompokan aktor yang

Pada tahap uji coba 1 ada hal yang harus di revisi alatnya oleh peneliti, yaitu sesnsitifitas pada sensor kurang baik pada saat terkena paparan sinar matahari,

Dalam kasus transportasi online, kelas tercipta karena adanya pendikotomian sistem kerja.Ketidakpuasan lahir atas dasar alienasi terhadap mereka pengemudi

Selain itu penelitian ini juga bertujuan agar remaja dari keluarga orang tua tunggal baik itu keluarga broken home maupun dari keluarga yang ditinggal mati oleh salah satu orang

Rencana Anggaran Keuangan (RAK) dibuat oleh masing-masing tingkatan, untuk diajukan persetujuannya kepada Pembina di tingkat masing-masing dan selanjutnya disahkan dalam rapat

Pemanfaatan Kebijakan Desentralisasi Fiskal Berdasarkan Undang- Undang Nomor 34 Tahun 2000 Oleh Pemerintah Daerah Untuk Menarik Pajak Daerah dan Retribusi Daerah : Studi Kasus di

Sudah barang tentu kejadian ini berbeda dengan dua contoh yang saya kemukakan sebelumnya (Pembakaran karya Tisna dan Pembongkaran patung Nyoman Nuarta). Semsar Siahaan memiliki