SAKLAR LAMPU RUANGAN OTOMATIS
DENGAN GERBANG DIGITAL DAN RANGKAIAN
KOMPARATOR
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Elektro
Disusun oleh :
MERARINTA GINTING NIM : 015114054
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
SAKLAR LAMPU RUANGAN OTOMATIS
DENGAN GERBANG DIGITAL DAN RANGKAIAN
KOMPARATOR
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Elektro
Disusun oleh :
MERARINTA GINTING NIM : 015114054
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
AUTOMATIC ROOM LIGHT SWITCH
USING DIGITAL GATE AND COMPARATOR CIRCUIT
FINAL PROJECT
Submitted for the Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Electrical Engineering of Electrical
Engineering Program Study
By :
MERARINTA GINTING 015114054
ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
FACULTY OF ENGINEERING
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
Lembar pernyataan keaslian karya
” Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis
ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya
ilmiah ”
Yogyakarta, Februari 2007
Motto
“ Oleh karena engkau berharga di mataKu dan mulia,
dan Aku ini mengasihi engkau “
INTISARI
Alat yang dibuat oleh penulis sebagai tema tugas akhir adalah saklar lampu ruangan yang bekerja secara otomatis berdasarkan ada tidaknya orang di dalam ruangan dan intensitas cahaya di luar ruangan. Ketika tidak ada orang di dalam ruangan maka lampu secara otomatis akan mati dan ketika ada orang di dalam ruangan maka lampu akan menyala dengan jumlah lampu yang menyala berdasarkan intensitas cahaya di luar ruangan. Jumlah orang yang ada di dalam ruangan dibatasi sampai 99 orang.
Alat ini terdiri atas satu sensor LDR yang dipasang pada pintu masuk, satu sensor LDR yang dipasang pada pintu keluar dan satu sensor LDR di luar ruangan. Jumlah orang di dalam ruangan akan ditunjukkan oleh seven segment. Pencacah yang digunakan adalah IC 74LS192. Rangkaian komparator digunakan sebagai pembanding tegangan pada rangkaian sensor pintu dan rangkaian sensor di luar ruangan.
ABSTRACT
As a final projects theme, the writer chooses the room lamp switch that works automatically based on the number of people in the room and light intensity outside the room. When no people are in the room, lamp will automatically turn off and when people are in the room, lamp will turn on. The number of lamps that turn on is based on the light intensity outside the room. The number of people in the room are limited for 99 people. This device consists of one LDR censor installed on entrance, one LDR sensor installed on exit, and one LDR sensor installed outside the room. Seven segments will display the number of people inside the room. IC74LS192 was used as a counter. Comparator circuit was used for comparing voltage to the door sensor and the sensor outside the room.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
kesempatan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada
kesempatan ini tidak lupa penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada berbagai pihak yang telah turut berperan, baik secara langsung ataupun tidak
langsung dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain :
1. My Saviour Jesus Christ selaku sponsor terbesar dalam hidupku, Allah Bapa atas
kesempatan, kasih dan peneriman-Mu dan Roh Kudus yang selalu mengingatkanku
bahwa saya tidak sendiri di dunia ini.
2. Bapak dan Ibu tercinta selalu mendukung, menasehati, menyemangati dan memberikan
banyak hal untuk kuliahku hingga akhir.
3. My younger brother atas bantuannya dalam penulisan tugas akhir ini.
4. Ibu Ir. Th, Prima Ari Setiyani, M.T. selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
memberikan kesabaran dan bimbingan dari awal hingga selesainya tugas akhir ini.
5. Bapak Martanto, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing II yang banyak memberikan
nasehat untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Bapak Martanto, S.T., M.T., Bapak Damar Wijaya, S.T., M.T. dan Ibu Wiwien
Widyastuti, S.T., M.T. selaku dosen penguji dalam ujian kolokium.
7. Ibu Bernadeta Wuri Harini, S.T, M.T. dan Bapak Damar Wijaya, S.T., M.T. selaku
dosen penguji dalam ujian tugas akhir.
8. Bapak A. Bayu Primawan, M.Eng, selaku kepala juruan Teknik Elektro dan Ibu Ir. Th.
9. Seluruh staf dosen Jurusan Teknik Elektro.
10.Seluruh Karyawan dan semua laboran Fakultas Teknik USD.
11.Seluruh teman-teman Jurusan Teknik Elektro atas kebersamaan dan bantuan selama
ini.
12.Semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh Karena itu
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN JUDUL BAHASA INGGRIS ... ii
LEMBAR PENGESAHAN OLEH PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN OLEH PENGUJI ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
MOTTO HIDUP ... vi
INTISARI ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan ... 2
1.3. Manfaat ... 2
1.4. Batasan Masalah ... 2
BAB II. DASAR TEORI ... 4
2.1. Gerbang Digital Dasar ... 5
2.2. Komparator ... 7
2.3. Schmitt Trigger Circuit ... 8
2.4. Pencacah naik-turun IC74192... 10
2.5. Decoder Binary Code Decimal ke Seven Segment ... 12
2.6. Penampil Sevent Segment ... 15
2.7. Relay ... 16
2.8. LDR ... 16
2.9. Transistor Sebagai Saklar ... 17
2.10. Penyearah Tegangan Dengan Jembatan Dioda... 19
2.11. Regulasi Dengan Regulator IC78XX ... 24
2.12. Rangkaian Pembagi Tegangan... 25
BAB III. PERANCANGAN ... 27
3.1. Diagram Blok Sistem ... 27
3.2. Rangkaian Catu Daya ... 29
3.3. Rangkaian Sensor Pintu Masuk dan Pintu Keluar ... 35
3.4. Rangkaian Pencacah Digital ... 38
3.5. Rangkaian Penggerak dan Penampil Seven Segment ... 40
3.6. Rangkaian Pengendali Digital ... 40
BAB IV. HASIL PENGAMATAN ... 50
4.1. Pengamatan Cara Kerja Alat ... 50
4.2. Pengamatan Untuk Sensor Pintu ... 53
4.2.1. Pengamatan Pengaruh Tinggi Badan ... 53
4.2.2. Pengamatan Pengaruh Lambaian Tangan Dengan Tinggi Badan 170 cm ... 57
4.3. Pengamatan Terhadap Rangkaian... 60
4.3.1. Pengamatan Terhadap Rangkaian Sensor Pintu Masuk Dan Pintu Keluar ………..………. 60
4.4.2. Pengamatan Rangkaian Sensor Cahaya Di luar Ruangan ... 63
BAB V. KESIMPULAN ... 65
5.1. Kesimpulan ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 2.1 Simbol Gerbang Digital ……….………...……….. 6
Gambar 2.2 Op-Amp sebagai Komparator ……….………...…. 7
Gambar 2.3 Schmitt Trigger yang digunakan untuk pembentukan sinyal digital ………… 8
Gambar 2.4 Simbol logika untuk IC 7414 ……….... 9
Gambar 2.5 IC 74LS192 ………. 10
Gambar 2.6 Diagram Waktu IC 74LS192 ……… 11
Gambar 2.7 Dekoder 74LS47 ……….……….. 13
Gambar 2.8 Tampilan Seven Segment Untuk Tiap Segment ……… 13
Gambar 2.9 Seven Segment Common Anode ……… 15
Gambar 2.10 Rangkaian Penggerak LED ……….……… 15
Gambar 2.11 Relay ………...… 16
Gambar 2.12 Simbol LDR ……… 17
Gambar 2.13 Rangkaian Transistor ………...…….. 17
Gambar 2.14 Kurva Garis Beban Transistor ……… 18
Gambar 2.15 Jembatan Dioda ……….. 19
Gambar 2.16 (a) tegangan pada titik a, (b) tegangan output setengah putaran positif, (c) tegangan output setengah putaran negatif (d) tegangan output, (e) tegangan output tanpa beban saat diberi kapasitor ………... 20
Gambar 2.17 Penyearah tegangan dengan jembatan dioda dan perata kapasitor ….…… 21
Gambar 2.19 Grafik perkiraan tegangan beban berdasarkan perbandingan arus ………. 22
Gambar 2.20 IC 78xx ……… 24
Gambar 2.21 Rangkaian Pembagi Tegangan Untuk Dua Resistor Seri ……… 25
Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem Alat ………...……….. 28
Gambar 3.2 Denah Ruangan dilihat dari atas ……….……….. 28
Gambar 3.3 Rangkaian Catu Daya ……….…... 29
Gambar 3.4 Denah Pemasangan Sensor Untuk Pintu dan Posisi Seven Segment …...… 36
Gambar 3.5 Rangkaian Sensor Pintu Masuk atau Keluar ………...…. 36
Gambar 3.6 Rangkaian Pencacah Digital ……….…...…. 39
Gambar 3.7 Dekoder dan Penampil Seven Segment ………....……. 40
Gambar 3.8 Rangkaian Pengendali Digital ……….……… 41
Gambar 3.9 Rangkaian Sensor Cahaya Di luar Ruangan ……..………….…….……….. 47
Gambar 3.10 Rangkaian Lampu …………...……… 49
Gambar 4.1 Gelombang Output dan Input untuk IC 7414 ………..………….……….… 61
Gambar 4.2 Tegangan output IC LM 358 pada saat mengaktifkan relay ……...…… 62
Gambar 4.3 Tegangan output IC LM358 pada saat pemutusan relay ………....…. 62
Gambar 4.4 Proses Terjadinya Bouncing ……….………. 63
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 2-1 Tabel Kebenaran Gerbang Dasar Digital ... 7
Tabel 2-2 Tabel Kebenaran Dekoder 74LS47 ... 14
Tabel 3-1 Penelitian Awal Nilai Hambatan LDR 2 Terhadap Intensitas Cahaya ... 44
Tabel 4-1 Hasil pengamatan cara kerja alat pada orang dengan tinggi badan 170 cm dan tanpa melambai …..………...…....….. 50
Tabel 4-2 Hasil pengamatan pengaruh tinggi badan 109 cm ………... 54
Tabel 4-3 Hasil pengamatan pengaruh tinggi badan 110 cm ………....…….. 55
Tabel 4-4 Hasil pengamatan pengaruh tinggi badan 111 cm ……….. 56
Tabel 4-5 Hasil pengamatan tanpa lambaian tangan dengan tinggi badan 170 cm ……. 57
Tabel 4-6 Hasil pengamatan satu lambaian tangan dengan tinggi badan 170 cm ……… 58
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini otomasi sangat diperlukan untuk mempermudah kegiatan manusia. Adanya
kemajuan teknologi menghasilkan komponen – komponen elektronis yang bervariasi sehingga
otomasi secara elektronis semakin mudah dibuat. Salah satu hal yang sering dijumpai adalah
pensaklaran secara otomatis untuk menggantikan pensaklaran secara manual. Dengan adanya
pensaklaran otomatis, kita tidak perlu menghidupkan atau mematikan lampu secara manual.
Apalagi kadang – kadang orang lupa untuk mematikan lampu ketika keluar dari ruangan
sehingga menyebabkan pemborosan energi listrik.
Sebuah counter (pencacah) digital yang diletakkan di pintu menjadi indikator untuk
mengetahui ada tidaknya orang yang ada di dalam suatu ruangan. Jika tidak ada orang di dalam
ruangan, maka lampu secara otomatis akan padam dan saat ada orang di dalam ruangan, maka
lampu secara otomatis akan menyala. Selain itu intensitas cahaya ruangan dengan banyaknya
jendela dipengaruhi oleh cahaya dari luar ruangan. Sensor LDR dapat dimanfaatkan untuk
mengetahui intensitas cahaya diluar ruangan sehingga jumlah lampu yang menyala dalam
sebuah ruangan dapat diatur agar sebuah ruangan dapat mempunyai intensitas cahaya yang
tetap. Dengan demikian energi listrik yang digunakan dapat dihemat.
Penghematan energi listrik dilakukan dengan menghidupkan lampu seperlunya seiring
dengan perubahan waktu dan cuaca, apalagi jika ruangan tersebut merupakan fasilitas umum.
Sebagai contoh adalah museum dan ruang pengambilan bagasi di bandara. Dengan latar
mempermudah pensaklaran lampu dan penghematan energi listrik yaitu saklar lampu ruangan
otomatis dengan gerbang digital dan rangkaian komparator.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk membuat saklar lampu ruangan otomatis
dengan gerbang digital dan rangkaian komparator.
1.3 Manfaat
Manfaat dari alat yang dibuat adalah mempermudah kegiatan manusia dan efisiensi energi
terutama dalam hal penggunaan lampu.
1.4 Batasan Masalah
Dalam perancangan penulisan Saklar Lampu Ruangan Otomatis Dengan Gerbang Digital
Dan Rangkaian Komparator ini akan dibatasi pembuatannya , yaitu:
a. Alat ini dapat mencacah banyaknya orang di dalam ruangan, sehingga jika tidak
ada orang, maka lampu akan padam dan jika ada orang, maka lampu akan
menyala.
b. Jumlah lampu yang menyala akan disesuaikan dengan intensitas cahaya di luar
ruangan.
c. Cacahan maksimal 99 orang yang akan ditampilkan dengan seven segment.
d. Sensor yang dipasang adalah satu sensor pada pintu masuk, satu sensor pada
pintu keluar dan satu sensor di luar ruangan
1.5 Sistematika Penulisan
A. BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang sub bab latar belakang masalah, tujuan akhir penulisan tugas akhir,
manfaat dari alat yang dibuat, batasan masalah dan sistematika penulisan tugas akhir.
B. BAB II DASAR TEORI
Berisi tentang dasar teori komponen dan rangkaian elektronis yang digunakan untuk
menyusun pembuatan alat.
C. BAB III PERANCANGAN ALAT
Berisi perhitungan matematis dan gambar-gambar rangkaian tiap diagram blok dalam
perancangan alat.
D. BAB IV HASIL PENGAMATAN
Berisi hasil pengamatan data dan cara kerja alat yang telah dibuat.
E. BAB V KESIMPULAN
BAB II DASAR TEORI
Tugas akhir ini akan membuat saklar ruangan otomatis dengan rangkaian digital dan
rangkaian komparator yang memiliki cara kerja sebagai berikut. Sensor LDR dipasang untuk
pintu masuk, pintu keluar dan di luar ruangan masing – masing sebanyak satu sensor. Keluaran
dari rangkaian sensor di pintu akan diteruskan ke pencacah. Pencacah akan mencacah jumlah
orang yang masuk atau keluar ruangan. Hasil cacahan akan ditunjukkan pada penampil seven
segment. Jika semua orang keluar ruangan, maka pencacah pada posisi nol dan lampu akan
padam, baik di luar ruangan dalam keadaan gelap maupun terang. Sensor LDR yang berada di
luar ruangan berguna untuk mendeteksi cahaya matahari. Jika jumlah cacahan tidak sama
dengan nol, maka relay akan diaktifkan untuk menyalakan lampu seperlunya sesuai masukan
dari sensor LDR yang berada di luar ruangan.
Dari uraian tersebut komponen penyusun alat ini adalah :
a. pencacah yang berfungsi mengetahui ada tidaknya orang di dalam ruangan dengan
mencacah orang yang masuk dan keluar
b. komparator sebagai pembanding dua level tegangan
c. gerbang dasar digital sebagai dasar perancangan rangkaian pengendali digital
d. dekoder BCD sebagai pengubah hasil cacahan ke penampil seven segment
e. seven segment sebagai penampil hasil cacahan dalam satuan dan puluhan dalam
bentuk angka desimal dari 0 sampai dengan 9
f. LDR sebagai sensor orang yang lewat melalui pintu dan sensor intensitas cahaya di
g. relay sebagai piranti untuk mematikan atau menyalakan lampu AC dan
pensaklaran catu daya DC pada rangkaian sensor LDR di luar ruangan
h. transistor sebagai saklar digunakan untuk mengaktifkan atau mematikan relay
dengan mengatur besarnya tegangan dan arus pada relay hanya pada kondisi
saturasi atau cutoff
i. jembatan dioda berfungsi sebagai penyearah tegangan AC menjadi DC
j. IC Regulator 78xx sebagai regulasi tegangan yaitu mengubah tegangan dari output
jembatan dioda menjadi level tegangan yang sesuai dengan level tegangan yang
dibutuhkan pada alat yang akan dibuat.
2.1 Gerbang Dasar Digital
Pada rangkaian digital dikenal tujuh macam gerbang dasar yaitu NOT, OR, AND, XOR,
NOR, NAND dan XNOR. Simbol dan pernyataan Boolean dari tujuh gerbang dasar tersebut
C B
OR2
A
D B
A
AND2
C = A + B D = A + B (a) (b)
A
E
NOR2
B
NAND2 B
F A
E = A + B F = A . B (c) (d)
XOR2
B
G A
XNOR2 B
H A
G = A B H = A B (e) (f)
INV
A I
I = A (g)
Gambar 2.1 Simbol Gerbang Digital
(a) Gerbang OR, (b) Gerbang AND, (c) Gerbang NOR (NOT OR),
(d) Gerbang NAND (NOT AND), (e) Gerbang XOR (Eksklusif OR),
(f) Gerbang XNOR (Eksklusif NOR), (g) Gerbang NOT
Tabel Kebenaraan dari masing- masing gerbang digital pada Gambar 2.1 ditunjukkan pada Tabel
2-1.
Tabel 2-1 Tabel Kebenaran Gerbang Dasar Digital
KELUARAN MASUKAN
Gerbang OR
Gerbang AND
Gerbang NOR
Gerbang NAND
Gerbang XOR
Gerbang XNOR
Gerbang NOT
A B C D E F G H I
0 0 0 0 1 1 0 1 1
0 1 1 0 0 1 1 0 1
1 0 1 0 0 1 1 0 0
1 1 1 1 0 0 0 1 0
Keterangan :
0 = logika rendah
1 = logika tinggi
2.2 Komparator
Komparator adalah sebuah rangkaian yang mengunakan Op-Amp untuk
membandingkan dua buah tegangan dan menghasilkan output yang memberikan indikasi
hubungan antara dua buah tegangan yang dibandingkan. Rangkaian komparator ditunjukkan
pada Gambar 2.2.
Vout
+
-3
2
1
4
1
1
VA
V+
VB
Keluaran komparator pada Gambar 2.2 memiliki ketentuan sebagai berikut :
a. Jika tegangan pada input non-inverting (VA) lebih besar dari tegangan pada input
inverting (VB), maka output komparator akan bernilai sebesar tegangan sumber (+V)
Op-Amp dikurangi satu.
Vout = (+V) - 1 ….………..……….. (2.1)
b. Jika tegangan pada input non-inverting (VA) lebih kecil dari tegangan pada input
inverting (VB), maka output komparator akan bernilai 0 Volt.
Vout = 0 Volt ……….. (2.2)
2.3 Schmitt Trigger Circuit
Rangkaian digital dapat bekerja dengan baik, bila diberi input berupa bentuk
gelombang dengan waktu naik turun yang cepat. Bentuk gelombang output pada Gambar 2.3
merupakan contoh sinyal digital yang baik. Sisi-sisi L(Low) ke H(High) dan H(High) ke L(Low)
pada gelombang persegi ini, digambarkan vertikal. Ini berarti, waktu naik turunnya sangat cepat
(t 0).
input (V)
1,7
0,9
t
output (V)
5 H H L L
0 t
Bentuk gelombang input pada Gambar 2.3 menunjukkan waktu naik turun yang sangat
lambat. Bentuk gelombang ini dapat mengakibatkan nilai yang tidak jelas antara logika tinggi
atau logika rendah, apabila dialirkan langsung ke gerbang atau rangkaian digital lainnya. Dalam
contoh ini, Schmitt Trigger Inverter digunakan untuk membuat sinyal input menjadi gelombang
kotak. Schmitt Trigger Inverter sangat banyak digunakan dalam pengkondisian sinyal, misal IC
7414.
Profil tegangan untuk IC inverter TTL Schmitt Trigger Inverter 7414, terlihat dalam
Gambar 2.4. Gambar 2.4 menunjukkan bahwa bila tegangan input mulai naik dari 0V sampai
dengan 1,7V, tegangan output akan bernilai logika tinggi. Jika tegangan input naik dari 1,7V
sampai dengan 5V dan turun dari 5V sampai dengan 0,9V, maka tegangan output bernilai logika
rendah. Demikian juga saat tegangan input turun dari 0,9V sampai dengan 0V, tegangan input
bernilai logika tinggi. Perbedaan antara kedua ambang alih ini (1,7V dan 0,9V) disebut
histerisis. Histerisis dapat membantu Schmitt Trigger untuk mempertegas peralihan dari
bentukan gelombang yang waktu naik turunnya lambat. Diagram voltase keluaran menunjukkan
bahwa tegangan output untuk logika tinggi bisa berada pada nilai 2,2V sampai dengan 5V dan
logika rendah bisa berada pada nilai 0V sampai dengan 0,5V.
2.4 Pencacah naik-turun IC 74192
IC 74192 dinyatakan oleh pabrik sebagai pencacah naik-turun sinkron TTL. Simbol
blok dari pencacah naik-turun IC74192 diperlihatkan pada Gambar 2.5.
B D 2S 74LS192 15 1 10 9 5 4 11 14 3 2 6 7 12 13 A B C D UP DN LOAD CLR QA QB QC QD CO BO DATA-MUATAN CACAH-BAWAH PINJAM BAWA CLEAR 1S (LSB) C CACAH-ATAS 4S 8S (MSB) A
Gambar 2.5 IC 74LS192
Cara kerja dari IC 74LS192 adalah sebagai berikut:
Jika input dari CACAH-ATAS diberi tegangan logika TTL rendah ke tinggi (pinggiran positif),
maka IC 74LS192 akan mencacah ke atas dari 0000 ke 1001 (0 sampai 9 dalam desimal). Jika
input detak CACAH-BAWAH diberi tegangan logika TTL rendah ke tinggi (pinggiran positif),
maka IC 74LS192 akan mencacah ke bawah dari 1001 ke 0000 (9 ke 0 dalam desimal).
Penghapusan input tak sinkron (CLEAR) ke pencacah 74LS192 diaktifkan oleh TINGGI (5
Volt). Ketika diaktifkan, input CLEAR mengubah seluruh keluaran Q ke RENDAH (QA = 0, QB
= 0, QC = 0, QD = 0). Input CLEAR menolak semua input yang lainnya. Dengan input
RENDAH pada DATA-MUATAN, data pada input (A,B,C,D) akan ditransfer secara tak
sinkron ke output Q ABCD (A=QA, B=QB, C=QC, D=QD). Output carry (PINJAM dan BAWA)
digunakan untuk menghubungkan beberapa pencacah bersama. Diagram input dan output dari
Gambar 2.6 Diagram Waktu IC 74LS192
Gambar 2.6 menunjukan cara kerja dari IC 74LS192. Ketika input CLEAR diberi
logika tinggi, maka output QA,QB,QC dan QD otomatis akan menjadi logika rendah. Saat
DATA-MUATAN diberi logika rendah akan mengakibatkan nilai pada output QA,QB,QC dan QD
menjadi sama dengan nilai input A,B,C dan D ( A=QA, B=QB, C=QC, D=QD ).
Saat CACAH-ATAS diberi logika rendah maka nilai output QA,QB,QC dan QD akan
otomatis mencacah naik. Gambar 2.6 menunjukkan nilai awal output QA,QB,QC dan QD sebelum
CACAH-ATAS diberi logika rendah pertama adalah 1110 (7). Saat diberi logika rendah kedua,
maka output QA,QB,QC dan QD naik sebesar satu menjadi 0001 (8). Pada proses berikutnya nilai
output QA,QB,QC dan QD juga naik satu menjadi 1001 (9). Hal yang berbeda bila
CACAH-ATAS diberi logika rendah sekali lagi maka output BAWA menjadi bernilai logika rendah dan
pada CACAH-ATAS nilai output QA,QB,QC dan QD akan mencacah naik dari 0000 (0), 1000 (1)
dan 0100 (2).
Saat CACAH-BAWAH diberi logika rendah maka nilai output QA,QB,QC dan QD
akan otomatis mencacah turun. Ketika CACAHAN-BAWAH diberi logika rendah satu kali
maka output QA,QB,QC dan QD akan mencacah turun dari 0100 (2) menjadi 1000 (1). Pada
logika rendah kedua, output QA,QB,QC dan QD akan mencacah turun menjadi 0000 (0). Hal
yang berbeda akan terjadi saat input CACAH-BAWAH diberi logika rendah ketiga, maka
output PINJAM akan menjadi logika rendah dan output QA,QB,QC dan QD akan menjadi
bernilai 1001 (9). Proses pemberian logika rendah keempat dan kelima, output QA,QB,QC dan
QD akan mencacah turun dari 1001 (9), 1000 (8) dan 0111(7).
2.5 Decoder Binary Coded Decimal (BCD) ke Seven Segment
Decoder TTL 7447A pada Gambar 2.7 memiliki empat buah input BCD 4-bit
yaitu INA yang bernilai satu, INB yang bernilai dua, INC yang bernilai empat, dan IND yang
bernilai delapan. Bilangan BCD tersebut dikodekan sehingga membentuk kode seven segment
yang akan menyalakan ruas-ruas (LED) pada seven segment. Input BCD diaktifkan oleh logika
1. Selain keempat input tersebut, terdapat juga tiga input, yaitu dua input pengosongan (BI/RBO
dan RBI) dan satu input uji LED. Sedangkan output dari 7447A (a,b,c,d,e,f,g) berupa output
a,b,c,d,e,f dan g berfungsi untuk mengaktifkan segment a,b,c,d,e,f dan g pada sevent segment,
seperti yang ditunjukkan pada Ganbar 2.8.
A LT e f 74LS47 7 1 2 6 4 5 3 13 12 11 10 9 15 14 1 2 4 8 BI_RBO RBI LT A B C D E F G B RBI b d U1 D a g C c BI/RBO
Gambar 2.7 Decoder 74LS47
6 a
1 2 3
f
g
7 10 12 15
4 0
d c e
5 8 13
b
14
9 11
Tabel 2-2 Tabel Kebenaran Decoder 74LS47
Desimal
atau Masukan BI/RBO Keluaraan
Fungsi LT RBI D C B A a b C d e f g
0 H H L L L L H ON ON ON ON ON ON OFF
1 H X L L L H H OFF ON ON OFF OFF OFF OFF
2 H X L L H L H ON ON OFF ON ON OFF ON
3 H X L L H H H ON ON ON ON OFF OFF ON
4 H X L H L L H OFF ON ON OFF OFF ON ON
5 H X L H L H H ON OFF ON ON OFF ON ON
6 H X L H H L H OFF OFF ON ON ON ON ON
7 H X L H H H H ON ON ON OFF OFF OFF OFF
8 H X H L L L H ON ON ON ON ON ON ON
9 H X H L L H H ON ON ON OFF OFF ON ON
10 H X H L H L H OFF OFF OFF ON ON OFF ON
11 H X H L H H H OFF OFF ON ON OFF OFF ON
12 H X H H L L H OFF ON OFF OFF OFF ON ON
13 H X H H L H H ON OFF OFF ON OFF ON ON
14 H X H H H L H OFF OFF OFF ON ON ON ON
15 H X H H H H H OFF OFF OFF OFF OFF OFF OFF
BI X X X X X X L OFF OFF OFF OFF OFF OFF OFF
RBI H L L L L L L OFF OFF OFF OFF OFF OFF OFF
LT LT X X X X X H ON ON ON ON ON ON ON
H= Level Tinggi L= Level Rendah
Salah satu contoh cara kerja dari IC Dekoder 74LS47 sebagai berikut:
Jika input pada IC 74LS47 (IND,INC,INB,INA) adalah LLLH (0001), maka angka ini
merupakan kode untuk desimal satu. Menurut Tabel 2-2, kombinasi dari input ini akan
menyalakan ruas b dan c, maka terbentuklah desimal 1 seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8,
demikian juga untuk input yang berbeda maka output dari IC 74LS47 dapat dilihat pada Tabel
Common Anode
D6 e
D1 a
D5 c
D2 b
D4 d
D3 g
D7 f
D8
dp
2.6 Penampil Seven Segment
Salah satu peralatan output yang digunakan untuk memperagakan bilangan desimal adalah
seven segment, yang ditunjukkan pada Gambar 2.9. Peraga seven segment tersebut ditandai
dengan huruf standar dari a sampai g. Pada umumnya seven segment dibagi menjadi dua jenis
yaitu common anode dan common cathode.
Gambar 2.9 Seven Segment Common Anode
Pada Gambar 2.9 ditunjukkan seven segment common anode dan setiap segment berisi sebuah
LED. Disebut common anode karena anoda pada masing-masing LED dijadikan satu. Pada satu
segment dari seven segment dibuat dari satu buah LED. Rangkaian penggerak dari salah satu
LED ditunjukkan pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Rangkaian Penggerak LED 5V
Vs3
LED
IF Rx
SW
Perhitungan untuk mencari besarnya nilai Rx, diperlihatkan pada rumus - rumus di bawah ini :
Persamaan loop tertutup untuk Gambar 2.10 :
V = 0 ……… (2.3)
- VS3 – VLED + (IF x RX) = 0 ………..……….……… (2.4)
Dari persamaan (2.4) besarnya nilai Rx dirumuskan :
RX = VS3 – VLED ………. (2.5)
IF
2.7 Relay
Relay adalah saklar elektromagnetis yang berfungsi sebagai penyambung dan pemutus
arus listrik. Sebuah relay yang ditunjukkan dalam Gambar 2.11 terdiri dari sebuah koil dan satu
kontak (common), satu pin Normally Closed (NC), satu pin Normally Open (NO), atau lebih.
Ketika sebuah tegangan dipasangkan pada koil, arus yang mengalir menimbulkan terjadinya
medan magnet sehingga menarik kontak (com) dan terhubung dengan pin NO. Jika arus yang
mengalir pada koil dihentikan, maka medan magnet akan hilang dan kontak terhubung dengan
pin NC.
KOIL
Relay _SPDT (Single Pole Double Throw)
NC (Normally Closed) Kontak (common)
NO (Normally Open)
Gambar 2.11 Relay
2.8 LDR
LDR atau Light Dependent Resistor adalah sebuah komponen yang bisa mengalami
permukaan LDR. Semakin besar intensitas cahaya, maka resistansi LDR semakin kecil dan
semakin kecil intensitas cahaya, maka resistansi LDR semakin besar. Pada keadaan gelap, LDR
memiliki hambatan yang sangat tinggi sekitar 1M Hambatan LDR bisa berkurang hingga
menjadi sekitar 100 pada saat terang. Pada Gambar 2.12 diperlihatkan simbol LDR. Pada
umumnya LDR tersusun atas bahan CdS (Cadmium Sulfat).
Gambar 2.12 Simbol LDR
2.9 Transistor Sebagai Saklar
Transistor sebagai saklar berarti transistor bekerja pada daerah jenuh (saturasi) dan
cutoff.
Vcc
RC
IC Vb
Q2 C
B RB
IB
E
Gambar 2.13 Rangkaian Transistor
Selain daerah saturasi dan cutoff, terdapat juga daerah aktif. Gambar 2.13 menunjukkan
rangkaian transistor. Besarnya resistansi basis (RB) dirumuskan :
RB = Vb – VBE ……… (2.6)
Besarnya arus basis (IB) transistor dirumuskan :
IB = IC ……… (2.7)
Besarnya arus kolektor (IC) transistor dirumuskan :
IC = VCC –VCE ……… (2.8)
RE
Persamaan (2.6),(2.7) dan (2.8) merupakan persamaan pada daerah aktif transistor. Sedangkan
pada daerah cutoff dan saturasi hanya berlaku rumus (2.6) dan (2.8). Gambar 2.14 menunjukkan
titik dan daerah saturasi dan cutoff pada kurva garis beban transistor.
Ic
Daerah Saturasi
Ic (sat) IB
VcE VCE (sat) Daerah Cutoff
Gambar 2.14 Kurva Garis Beban Transistor
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk kondisi ON atau OFF transistor sebagai saklar adalah :
a. Transistor berada pada kondisi ON (saturasi) jika tegangan Vb lebih besar dari
VBE. IB yang dihasilkan menyebabkan IC berada pada keadaan saturasi
(IC(sat)) dan VCE bernilai minimum (VCE(sat)) biasanya antara 0,2V sampai
dengan 0,3V. Pada kondisi saturasi tidak berlaku persamaan (2.5).
IB = IC ……… (2.9)
b. Transistor berada pada kondisi OFF (cut off) jika tegangan Vb lebih kecil atau
sama dengan VBE (tegangan antara kaki basis dan emitor) sehingga tidak ada
2
.10 Penyearah Tegangan Dengan Jembatan DiodaPenyearah jembatan menggunakan empat buah dioda yang disusun seperti Gambar 2.15 (a).
~
~ +
-BRIDGE
Vac
R D1
D2
Vout D3
D4
a
(a)
R +
-D2
D1
-+
a
Vac V out
(b)
D3
R
+
V out
+
Vac
-
-a
D4
(c)
Gambar 2.15 Jembatan Dioda
(a) penyearah jembatan dioda (b) setengah putaran positif (c) setengah putaran negatif
Gambar 2.16(a) merupakan tegangan keluaran saat putaran penuh pada titik a. Dioda D1 dan D2
menghantar setengah putaran positif yaitu saat polaritas positif trafo berada di titik a seperti yang
terlihat pada Gambar 2.15(b), sehingga dihasilkan tegangan keluaran seperti Gambar 2.16(b).
Pada Gambar 2.15(c) dioda D3 dan D4 menghantar setengah putaran negatif yaitu saat polaritas
negatif trafo berada di titik a. Sehingga tegangan keluaran seperti Gambar 2.16(c). Dari Gambar
Va
Va (peak)
t (a)
Vout
Vout (peak)
t (b)
Vout
Vout (peak)
t (c)
Vout
Vout (peak)
t (d)
Vout
t (e)
Gambar 2.16 Tegangan pada Jembatan Dioda
(a) tegangan pada titik a, (b) tegangan output setengah putaran positif, (c) tegangan output setengah putaran negatif (d) tegangan output, (e) tegangan output tanpa beban saat diberi
Besarnya tegangan puncak di titik a ( Va(peak)) dirumuskan :
Va(peak) = 2 Va (rms) ……….………..(2.10)
Besarnya tegangan output tanpa beban dari hasil penyearahan oleh jembatan dioda dan
perataan oleh kapasitor dirumuskan:
Voutput = Va (peak) – 1,4V ……….………(2.11)
Kapasitor (C) yang dipasang seperti Gambar 2.17 berfungsi sebagai perata tegangan, sehingga
dihasilkan tegangan keluaran Vout tanpa beban seperti pada Gambar 2.16 (e). Jika output diberi
beban, maka Vout yang sudah diratakan oleh kapasitor akan timbul riak (ripple) pada Vout dan
besarnya tegangan Vout akan turun.
~
~
+
-BRIDGE
Vac D1
D2
Vout
D3
D4
a
C
1 2
Gambar 2.17 Penyearah tegangan dengan jembatan dioda
Vout
Vouttanpa beban
Vr
Vout min Vout dc beban penuh
Gambar 2.18 Grafik Vout dengan beban penuh dan tanpa beban
Pada Gambar 2.18 ditunjukkan Vout tanpa beban berupa tegangan dc tanpa riak yang terjadi saat
Vout tidak diberi beban. Saat dipasang beban maka terjadi penurunan besarnya Vout. Tegangan
Vout yang dihasilkan juga akan disertai oleh tegangan riak (Vr).
Besarnya nilai kapasitansi dari kapasitor (C) pada Gambar 2.18 dirumuskan :
C = IL .……….………….. (2.12) 2f x 2Vr (peak)
IL = arus beban
f = frekuensi
C = besarnya kapasitansi dari kapasitor
Besarnya tegangan output tanpa beban (Em) dapat dihitung melalui grafik :
Em
1,0 Em
y Em
0,7 Em IL 0 x 1 IT
Keterangan Gambar 2.19 :
Em = tegangan output tanpa beban = Vout tanpa beban
IL = arus beban
IT = arus output maksimum dari trafo
x = perbandingan antara nilai arus beban dengan arus output maksimum dari trafo
y = koefisien tegangan beban berdasarkan nilai x
Gambar 2.19 merupakan gambar grafik untuk memperkirakan besarnya tegangan beban dc
untuk setiap arus beban. Saat perbandingan nilai arus beban dengan arus keluran maksimum dari
trafo bernilai satu, maka nilai tegangan output sebesar 0,7Em
.
Demikian juga saat perbandingannilai arus beban dengan arus keluran maksimum dari trafo bernilai nol, maka nilai tegangan
output menjadi maksimum.
Besarnya perbandingan antara nilai arus beban dengan arus output maksimum dari trafo
dirumuskan :
x = IL ……… (2.13)
IT
Persamaan dari Gambar 2.19 untuk menentukan koefisien tegangan beban berdasarkan nilai
perbandingan antara nilai x sebagai berikut :
Tan = Em – 0,7 Em = y Em - 0,7Em ………..……….(2.14) 1 - 0 1 - x
Em (1 – 0,7) (1 - x) = Em ( y-0,7) ………....(2.15)
0,3 (1 - x) = y - 0,7 ………...(2.16)
0,3 – 0,3x = y - 0,7 ………...(2.17)
Besarnya nilai tegangan beban penuh (Vout beban penuh) dirumuskan :
Vout beban penuh = y Em ……….(2.19)
2.11 Regulasi Dengan Regulator IC 78xx
Pengertian dari regulasi adalah suatu besaran yang diatur pada nilai tertentu. Tegangan
yang didapatkan dari rangkaian penyearah dan kapasitor saat dipasang beban belum rata dan
belum stabil, sehingga masih terdapat tegangan riak pada Vout. Jika arus berubah maka tegangan
Vout berubah sesuai resistivitas keluaran (load). Untuk mendapatkan tegangan yang rata dan
konstan, perlu regulasi tegangan. Tugas dari regulasi tegangan adalah mengatur tegangan
sehingga tegangan riak hilang dan tegangan output tidak lagi tergantung arus yang mengalir.
Salah satu IC yang digunakan untuk regulasi tegangan adalah seri 78xx, xx menunjukkan
tegangan output dari IC tersebut. Terdapat xx = 05 untuk 5V, xx = 75 untuk 7,5V, xx = 09
untuk 9V, xx = 12 untuk 12V xx = 15 untuk 15V dan juga terdapat tegangan yang lebih tinggi.
L78xx
1
3
2
VIN
G
N
D
VOUT
Gambar 2.20 IC 78xx
IC 78xx mempunyai tiga kaki seperti Gambar 2.20, satu untuk tegangan input, satu untuk
tegangan output dan satu untuk ground. Selain regulasi tegangan, IC78xx juga memiliki
kemampuan untuk membatasi arus output. IC 78xx juga dipengaruhi oleh tegangan dropout
(Vdropout) yaitu tegangan minimum yang diperlukan IC untuk regulasi. Nilai tegangan dropout
Besarnya tegangan masukan minimum agar IC 78xx dapat melakukan regulasi dirumuskan :
Vinputregulasi minimum = Voutput IC 78xx + Vdroupout ……….…….(2.20)
Besarnya tegangan riak (ripple) maksimum agar IC 78xx dapat melakukan regulasi
dirumuskan :
Vr (peak) maksimum = Vout beban penuh - Vinputregulasi minimum ………(2.21)
2.12 Rangkaian Pembagi Tegangan
Rangkaian pembagi tegangan tersusun dari dua atau lebih resistor yang tersambung
secara seri seperti Gambar 2.21. Tegangan total (Vt) dibagi dalam perbandingan tahanan.
Ra
Va
2
1
a
Vt
Rb Vb
2
1
Gambar 2.21 Rangkaian pembagi tegangan untuk dua resistor seri
Besarnya tegangan di titik a (Va) dirumuskan :
Va = Ra x Vt ………..………..…….. (2.22)
Besarnya Resistansi total (R total) dirumuskan :
R total = Ra+Rb ………..……..…... (2.23)
Besarnya Ra dirumuskan :
Ra = Rtotal x Va ………....…(2.24)
Vt
Dari persamaan (2.21) dan (2.22) dapat dicari rumus lain untuk mencari Ra :
Ra = (Ra+ Rb) x Va ……….……(2.25) Vt
Vt x Ra = (Ra x Va
)
+ (Rb x Va) ………...………(2.26)Ra (Vt – Va) = Rb x Va ………. (2.27)
Ra = Rb x Va ……….. (2.28)
(Vt –Va)
BAB III
PERANCANGAN ALAT
3.1 Diagram Blok Sistem
Diagram blok sistem pada Gambar 3.1, terdiri dari rangkaian sensor pintu masuk yang akan
memberi masukan CACAH-ATAS pada rangkaian pencacah naik-turun dan rangkaian sensor pintu
keluar yang akan memberi masukan CACAH-BAWAH pada rangkaian pencacah naik-turun.
Keluaran dari rangkaian pencacah naik-turun BCD (QA,QB,QC,QD) dihubungkan dengan penggerak
seven segment dan rangkaian pengendali digital.
Penggerak seven segment dihubungkan dengan penampil seven segment, sehingga
banyaknya orang di dalam ruangan akan diketahui dari tampilan angka yang ditunjukkan pada seven
segment. Rangkaian pengendali digital akan mengendalikan catu daya yang terhubung dengan
rangkaian komparator.
Rangkaian sensor intensitas cahaya di luar ruangan dihubungkan dengan komparator yang
akan membandingkan taraf tegangan LDR pada rangkaian sensor intensitas cahaya dengan tegangan
Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem Alat
Sebagai contoh ruangan yang akan dipasang alat tersebut diperlihatkan pada Gambar 3.2.
LAMPU 2 Jendela
Laser Pointer
Jendela
Sensor Pintu Keluar Jendela
LAMPU 4
Jendela Jendela
LAMPU 3 LAMPU 1
Laser Pointer LAMPU 5
Sensor Cahay a Luar
Sensor Pintu Masuk Seven Segment
diletakan disamping pintu masuk
Gambar 3.2 Denah ruangan dilihat dari atas Rangkaian Sensor
Pintu Masuk
Rangkaian Sensor Pintu Keluar
Pencacah Naik-Turun
Penggerak
Seven Segment
Penampil
Seven Segment
Rangkaian Pengendali Digital
Tegangan Referensi
Rangkaian Sensor Intensitas Cahaya di luar ruangan
komparator Rangkaian
Pengontrol Lampu
200 uF U5 L7812/TO3 1 3 2 VIN G N D VOUT C1
V S2 = 6 Vdc
V S3 = 5 Vdc C2 U3 L7805/TO3 1 3 2 VIN G N D VOUT U4 L7806/TO3 1 3 2 VIN G N D VOUT 220 Vac 17Vac C3
V S1 = 12 Vdc
C1 200 uF 470 uF J 470 uF K Z U2 L7812/TO3 1 3 2 VIN G N D VOUT L
V S1 = 12 Vdc
~
~ +
-BRIDGE
3.2 Rangkaian Catu Daya
Sumber tegangan DC yang digunakan ada tiga level yaitu 5V, 6V dan 12V. Tegangan 5V
digunakan sebagai sumber tegangan untuk rangkaian digital, seven segment dan rangkaian
pembagi tegangan pada masukan inverting Op-Am rangkaian sensor di luar ruangan.
Sedangkan tegangan 12V digunakan sebagai sumber tegangan pada rangkaian pembagi
tegangan LDR di luar ruangan dan rangkaian pembagi tegangan sensor pintu. Tegangan 6V
digunakan sebagai sumber tegangan Op-Amp.
Gambar dari rangkaian catu daya ditunjukkan pada Gambar 3.3. Perancangan untuk catu daya
12V, 6V dan 5V dijelaskan pada bagian berikut :
Tegangan untuk terminal sekunder trafo yang dipilih adalah 17 V. Tegangan
puncak pada titik Z dihitung dari persamaan (2.10) adalah
VZ= 2 x VZ (rms)
= 2 x 17
= 24,04 V
Sedangkan tegangan pada titik J tanpa beban dihitung dari persamaan (2.11) adalah
VJ = VZ – 1,4
= 24,04 - 1,4
= 22,64 V
a. Perancangan Catu Daya 12V
Perbandingan arus beban dengan arus output maksimal trafo dihitung dari persamaan (2.13)
adalah
x = IL = 0,5 = 0,25 IT 2
Besarnya tegangan tanpa beban dapat dihitung melalui grafik :
Em
1,0 Em
y Em
Besarnya nilai y dihitung dari persamaan (2.18) adalah
y = 1- 0,3x
= 1 - (0,3)(0,25)
= 0,925
Besarnya tegangan dengan arus maksimal sebesar 1A dihitung dari persamaan (2.19) adalah
VJbeban penuh = y Em
= 0,925 x 22,64
= 20,94 V
Karena regulasi tegangan pada data sheet adalah 2V, maka besarnya tegangan regulasi
minimum di titik J dihitung dari persamaan (2.20) adalah
VJregulasi minimum = VS1 + Vdroup out
= 12 + 2
= 14 V
Sehingga besarnya tegangan riak maksimum yang diperbolehkan dihitung dari persamaan
(2.21) adalah
Vr (peak) maksimum = VJbeban penuh - VJregulasi minimum
= 20,94 – 14
= 6,94 Vp
C1 = IL 2f x 2Vr (peak)
= 0,5 2 x 50 x 2 x 6,94
= 360,2 uF
Karena nilai kapasitior tersebut tidak ada di pasaran, dipilih kapasitor C1 dengan nilai 470 uF
b. Perancangan catu daya 6V
Perbandingan arus beban dengan arus output maksimal trafo dihitung dari persamaan (2.13)
adalah
x = IL = 0,5 = 0,25 IT 2
Besarnya tegangan tanpa beban dapat dihitung melalui grafik :
Em
1,0 Em
y Em
0,7 Em IL 0 0,25 1 IT
Besarnya nilai y dihitung dari persamaan (2.18) adalah
y = 1- 0,3x
= 1 - (0,3)(0,25)
Besarnya tegangan dengan arus maksimal sebesar 0,5A dihitung dari persamaan (2.19) adalah
VKbeban penuh = y Em
= 0,925 x 22,64
= 20,94 V
Karena regulasi tegangan pada data sheet adalah 2V, maka besarnya tegangan regulasi
minimum di titik K dihitung dari persamaan (2.20) adalah
VKregulasi minimum = VS2 + Vdroup out
= 6 + 2
= 8V
Sehingga besarnya tegangan riak maksimum yang diperbolehkan dihitung dari persamaan
(2.21) adalah
Vr (peak) maksimum = VKbeban penuh - VKregulasi minimum
= 20,94 – 8
= 12,94 Vp
Besarnya nilai kapasitor C2 yang dibutuhkan dihitung dari persamaan (2.12) adalah
C2 = IL 2f x 2Vr (peak)
= 0,5
2 x 50 x 2 x 12,94
= 193,2 uF
c. Perancangan catu daya 5V
Perbandingan arus beban dengan arus output maksimal trafo dihitung dari persamaan (2.13)
adalah
x = IL = 0,5 = 0,25 IT 2
Besarnya tegangan beban dapat dihitung melalui grafik :
Em
1,0 Em
y Em
0,7 Em IL 0 0,25 1 IT
Besarnya nilai y dihitung dari persamaan (2.18) adalah
y = 1- 0,3x
= 1 - (0,3)(0,25)
= 0,925
Besarnya tegangan dengan arus maksimal sebesar 0,5A dihitung dari persamaan (2.19) adalah
VLbeban penuh = y Em
= 0,925 x 22,64
= 20,94 V
Karena regulasi tegangan pada data sheet adalah 2V, maka besarnya tegangan regulasi
minimum di titik L dihitung dari persamaan (2.20) adalah
VLregulasi minimum = VS3 + Vdroup out
= 5 + 2
Sehingga besarnya tegangan riak maksimum yang diperbolehkan dihitung dari persamaan
(2.21) adalah
Vr (peak) maksimum = VJbeban penuh - VJregulasi minimum
= 20,94 – 7
= 13,94 Vp
Besarnya nilai kapasitor C3 yang dibutuhkan dihitung dari persamaan (2.12) adalah
C3 = IL
2f x 2Vr (peak)
= 0,5
2 x 50 x 2 x 13,94
= 179,3 uF
Karena nilai kapasitior tersebut tidak ada di pasaran, dipilih kapasitor C3 dengan nilai 200 uF
3.3 Rangkaian Sensor Pintu Masuk dan Pintu Keluar
Rangkaian sensor pintu berfungsi untuk mendeteksi ada tidaknya orang yang masuk atau
keluar. Rangkaian sensor tersebut akan dipasang pada ketinggian 110 cm karena merupakan
rata-rata tinggi bagian badan manusia yang memiliki lebar yang lebih besar dari bagian tubuh
manusia yang lain sehingga waktu sensor LDR untuk tidak terkena cahaya laser pointer lebih
lama. Gawang pintu yang dipakai memiliki lebar 60 cm dengan maksud agar orang yang
8
Sensor Pintu Laser Pointer
110cm 8
60cm DINDING
Seven Segment
Gambar 3.4 Denah Pemasangan Sensor Untuk Pintu dan Posisi Seven Segment
Hasil pengukuran awal dari sensor LDR1 didapatkan nilai resistansi sebagai berikut
RLDR1 pintu saat dilewati orang = 250 KOhm
RLDR1 pintu saat terkena cahaya laser pointer = 5KOhm
OUTPUT
R1 10K Ohm
2
1
R3
2
1
+
-LM 358
3
2
1
4
1
1
6 V
R2 10K Ohm
2
1
4,5 Vdc
V=12 V
LDR1
2
1
R4 180 Ohm
2
1
LASER
POINTER
B 7414
1 2
A
C
12 Vdc
Gambar 3.5 Rangkaian Sensor Pintu Masuk atau Keluar
LDR akan disusun secara seri dengan resistor R3 sebesar 5,6 KOhm. Sehingga tegangan di titik A
dihitung dari persamaan (2.20) adalah
Besarnya VA untuk kondisi sensor LDR dilewati orang adalah
VA = 2,5 x 105 x 12 (2,5 x 105 + 5,6 x 103)
= 9,8 V
Besarnya VA untuk kondisi sensor terkena cahaya laser pointer adalah
VA = 5 x 103 x 12 (5 x 103 + 5,6 x 103)
= 4,6 V
Karena tegangan di titik A akan dibandingkan dengan tegangan pada titik B, maka dipilih
tegangan dengan rentang antara 4,6V sampai dengan 9,8V yaitu sebesar 6V.
Jika R1 dipilih sama dengan 10K Ohm, maka besarnya R2 dihitung dari persamaan (2.26)
adalah
R2 = R1 x VB (VS1 – VB)
= 1 x 104 x 6 (12 - 6)
= 10K Ohm
Sedangkan Op-Am LM 358 yang dipakai berfungsi sebagai komparator yang akan
membandingkan tegangan antara titik A dengan masukan inverting (titik B) dari Op-Amp.
Op-Amp memiliki catu sebesar 6 Volt dan 0 Volt, hal ini dimaksudkan agar :
a. Jika tegangan VA lebih besar dari VB, maka besarnya Vout dapat dihitung daripers (2.1).
VC = VS2 - 1
= 6 – 1
= 5 V
b. Jika tegangan VA lebih kecil dari VB, maka besarnya Vout dapat dihitung daripers (2.2).
VC = 0 Volt
Output tersebut merupakan logika rendah (0) pada logika TTL.
Output dari sensor pintu ini akan dihubungkan dengan rangkaian pencacah digital.
Scmitt Trigger Inverter yang digunakan adalah IC 7414. IC 7414 difungsikan sebagai
pengkondisi sinyal dari rangkaian sensor pintu ke rangkaian pencacah digital. Sehingga
tegangan keluaran (Vout) dari rangkaian sensor pintu langsung berubah dari 0 Volt ke 5
Volt atau 5 Volt ke 0 Volt, yang mengakibatkan tegangan output (Vout) tidak melalui
kondisi don’t care dari rangkaian pencacah digital.
3.4 Rangkaian Pencacah Digital
Rangkaian pencacah digital ini berfungsi mencacah banyaknya orang yang ada dalam
ruangan, rangkaian pencacah digital ini menggunakan IC 74LS192 sebagai pencacah BCD
naik-turun seperti ditunjukkan pada Gambar 3.6. Input CACAH-ATAS dari IC 74LS192 yang
pertama dihubungkan dengan output dari rangkaian sensor pintu masuk, sehingga jika ada
orang masuk, maka IC 74LS192 akan mencacah naik. Input CACAH-BAWAH dari IC
74LS192 yang pertama dihubungkan dengan output dari sensor pintu keluar sehingga bila ada
orang yang keluar maka IC 74LS192 akan mencacah turun.
Rangkaian pencacah digital ini menggunakan dua buah IC 74LS192 agar bisa mencacah
dari 0 sampai dengan 99 dengan pemasangan sebagai berikut :
a. Output PINJAM dari IC 74LS192 yang pertama dihubungkan dengan input
CACAH-ATAS dari IC 74LS192 yang kedua, agar mampu mencacah naik
U2 74LS192 15 1 10 9 5 4 11 14 3 2 6 7 12 13 A B C D UP DN LOAD CLR QA QB QC QD CO BO OUTPUT PINJAM OUTPUT BAWA QD1 QC2
OUTPUT SENSOR KELUAR
5 V 5 V
QB2 QC1
OUTPUT SENSOR MASUK
U1 74LS192 15 1 10 9 5 4 11 14 3 2 6 7 12 13 A B C D UP DN LOAD CLR QA QB QC QD CO BO QB1 R5 150 Ohm 2 1 QA1 QA2 QD2 reset sw itch 5 V
b. Output BAWA dari IC 74LS192 yang pertama dihubungkan dengan input
CACAH-TURUN dari IC 74LS192 yang kedua agar mampu mencacah
turun, jika ada orang yang keluar.
c. Input A,B,C dan D dihubungkan dengan ground, LOAD (DATA
MASUKAN) harus diberi logika tinggi TTL (5V) dan CLEAR (CLR) harus
dihubungkan dengan ground.
Tombol switch reset berfungsi untuk merubah hasil cacahan menjadi bernilai nol. Jika tombol
switch reset ditekan, maka akan mengakibatkan CLEAR (CLR) menjadi aktif dan pencacah
akan kembali pada cacahan 00. Output dari IC 74LS192 yang pertama (QA1,QB1,QC1,QD1) dan
ouput dari IC 74LS192 yang kedua (QA2,QB2,QC2,QD2) dihubungkan dengan rangkaian
penggerak dan penampil seven segment.
3.5 Rangkaian Penggerak dan Penampil Seven Segment
Agar hasil cacahan bisa ditampilkan dalam bentuk bilangan desimal, hasil cacahan harus
dikodekan melalui rangkaian penggerak seven segment. Rangkaian penggerak seven segment
menggunakan decoder IC 74LS47 yang diperlihatkan pada Gambar 3.7. Setiap satu segmen
dari seven segment dibuat dari LED dengan spesifikasi arus 20mA dan tegangan 1,7 Volt.
Untuk membatasi arus yang melewati seven segment digunakan resistor pembatas arus yang
besarnya dapat dihitung dari persamaan (2.5) adalah
RX = VS3 – VLED IF = 5 – 1,7 0.02
= 165 Ohm
Karena di pasaran tidak ada besaran nilai resistor 165 Ohm, maka dipakai besarnya resistor
yang mendekati, yaitu 180 Ohm.
QB U8 74LS47 7 1 2 6 4 5 3 13 12 11 10 9 15 14 1 2 4 8 BI_RBO RBI LT A B C D E F G d 2 1 V s3= 5V
QA a
2 1
Vs3 = 5V
SEVEN SEGMENT COMMON ANODA 2 1 Rx 2 1 f dp c QC dp QD 2 1 b g 2 1 e 2 1
Gambar 3.7 Dekoder dan Penampil Seven Segment
3.6 Rangkaian Pengendali Digital
Input untuk rangkaian pengendali digital berasal dari output dua IC 74LS192 (QA1, QA2,
QA3, QA4, QB1, QB2, QB3, QB4). Sistem yang diinginkan jika semua output IC 74LS192 bernilai 0
kondisi masukan yang lain, output yang dihasilkan bernilai 1 (logika tinggi). Kondisi-kondisi
tersebut dapat dipenuhi oleh gerbang OR. Karena di pasaran lebih banyak ditemui gerbang OR
dengan dua input dari pada dengan input lebih dari dua, maka digunakan gerbang OR dengan
dua input. Rangkaian pada bagian ini ditunjukkan pada Gambar 3.8.
QC2
D
QA2
OR2
Z
QD1
OR2
OR2
RB1 2 1
Q1 BD139 QB1
QA1
Relay _SPDT
COM
A
B NC NO
QD2
OR2 QC1
OR2
12V W
QB2
OR2
OR2
Gambar 3.8 Rangkaian pengendali digital
Input pada empat gerbang OR bagian kiri berasal dari output IC74LS192. Perancangan alat ini
menggunakan relay dengan impedansi sebesar 400 Ohm dan tegangan catu 12 Volt, besarnya Ic
dapat dihitung dari persamaan (2.8) adalah
IC = VS1 – VCE(sat) RC
= 12 – 0.3 400
Pada data sheet transistor BD139 tertera antara 40 sampai dengan 250, maka diambil nilai
diantara kedua nilai tersebut yaitu = 100. Besarnya IB dapat dihitung dari persamaan (2.7)
IB = IC
= 2,925 x 10-2 100
= 0,2925 mA
Berdasarkan data sheet, pada saat VCC dari IC 74LS32 sebesar 5V, maka tegangan output
untuk logika tinggi (1) adalah 3,4V dan arus maksimal sebesar 0,4mA. Sehingga resistansi pada
kaki basis (RB1) dapat dihitung dari persamaan (2.6)
RB1 = VB - VBE IB
= 3,4 - 0,7 2,92 x 10-4
= 9,25 KOhm
Resistansi hasil perhitungan tersebut adalah resistansi maksimal yang harus digunakan sehingga
dipilih RB1 sebesar 8,2KOhm, dengan pertimbangan resistor sebesar itu banyak ditemui di
pasaran. Pada saat tegangan output dari gerbang OR mencapai 3,4 Volt (logika 1),
menyebabkan transistor berada pada keadaan saturasi. Sehingga VCE mencapai titik minimum
(0,3V) dan transistor menghantar. Pada saat itu relay menjadi aktif, maka pin NC menjadi
terhubung singkat dengan com dan menyebabkan catu daya 12V terhubung dengan rangkaian
3.7 Rangkaian Sensor Cahaya Di Luar Ruangan
Rangkaian ini menggunakan rangkaian pembagi tegangan pada penempatan LDR. LDR
yang digunakan untuk sensor luar memiliki karakteristik yang berbeda dengan sensor untuk
mencacah orang. Dari penelitian awal yang dilakukan oleh penulis dengan mengukur intensitas
cahaya matahari dari pukul 16.30 WIB sampai dengan pukul 17.30 WIB. Hasil penelitian awal
dari rentang waktu tersebut telah ditentukan bahwa intensitas cahaya mulai gelap sebesar 1300
lux dan batas intensitas cahaya pada waktu gelap adalah 300 lux. Alat ukur yang digunakan
adalah Luxmeter digital, Lutron LX-105.
Perancangan awal Bab I digunakan lima buah lampu maka dibuat lima level intensitas
cahaya. Hambatan LDR2 pada lima level intensitas cahaya tersebut akan diukur menggunakan
multimeter digital sehingga didapatkan hasil seperti Tabel 3.1.
Rentang intensitas cahaya = Intensitas cahaya saat gelap – Intensitas cahaya saat terang
= 1300 lux – 300 lux
= 1000 lux
Batas intensitas cahaya yang diinginkan adalah
= 1000 lux 4
Dari penelitian awal didapatkan nilai hambatan LDR 2 sebagai berikut :
Tabel 3-1 Penelitian Awal Nilai Hambatan LDR2 Terhadap Intensitas Cahaya
Spesifikasi penyalaan lampu sebagai berikut :
a. Jika intensitas cahaya lebih besar dari 1300 lux, maka semua lampu padam
b. Jika intensitas cahaya antara 1300 lux sampai 1050 lux, maka 1 buah lampu menyala
c. Jika intensitas cahaya antara 1050 lux sampai 800 lux, maka 2 buah lampu menyala
d. Jika intensitas cahaya antara 800 lux sampai 550 lux, maka 3 buah lampu menyala
e. Jika intensitas cahaya antara 550 lux sampai 300 lux , maka 4 buah lampu menyala
f. Jika intensitas cahaya lebih kecil dari 300 lux, maka 5 buah lampu menyala
Perhitungan tegangan untuk tiap level didapat dari persamaan (2.22)
VX = RLDR2 X VS1
(RLDR2+R6)
Level 1 dengan RLDR2 = 250 Ohm
VX = 250 x 12 ( 250 + 1 x 103 )
= 2,4 V Intensitas Cahaya
(lux)
RLDR 2 (Ohm)
1300 250
1050 280
800 320
550 390
Level 2 dengan RLDR2 = 280 Ohm
VX = 280 x 12 ( 280 + 1 x 103)
= 2,6 V
Level 3 dengan RLDR2 = 320 Ohm
VX = 320 x 12 ( 320 +1 x 103)
= 2,9 V
Level 4 dengan RLDR2 = 390 Ohm
VX = 390 x 12 ( 390 + 1 x 103)
= 3,4 V
Level 5 dengan RLDR2 = 560 Ohm
VX = 560 x 12 ( 560 + 1 x 103)
= 4,3 V
Nilai – nilai tegangan pada titik x (VX) di atas akan digunakan sebagai input inverting pada komparator.
Nilai RPOT pada rangkaian pembagi tegangan inverting komparator ditentukan sebesar 10K Ohm, sehingga
nilai R7,R8,R9,R10,R11 dan R12 pada Gambar 3.10 adalah
a. Untuk VS = 2,4 V, besarnya R7 dapat dihitung dari persamaan (2.24)
R7 = RPOT x VS VS3
= 1 x 104 x 2,4 5
b. Untuk VR = 2,6 V, besarnya R8 dapat dihitung dari persamaan (2.24)
R8 = R POT x VR VS3
= 1 x 104 x 2,6 5
= 5200 Ohm
c. Untuk VQ = 2,9 V, besarnya R9 dapat dihitung dari persamaan (2.24)
R9 = RPOT x VQ VS3
= 1 x 104 x 2,9 5
= 5800 Ohm
d. Untuk VP = 3,4 V, besarnya R10 dapat dihitung dari persamaan (2.24)
R10 = RPOT x VP VS3
= 1 x 104 x 3,4 5
= 6800 Ohm
e. Untuk VO = 4,3V, besarnya R11 dapat dihitung dari persamaan (2.24)
R11 = R POT x VO VS3
= 1 x 104 x 4,3 5
= 8600 Ohm
Q3 BD139 C4 100uF C F S U4 Relay _SPDT COM A B NC NO Q2 BD139 Q1 BD139 U2A LM358 3 2 8 4 1 + -V + V -OUT D3 Vs3= 5V
Vs2 = 6 V
Vs1 = 12 V
C4 100uF O G C4 100 uF R8 POT 1 3 2 V s3 = 5V
D2 Q5 BD139 Q U1A LM358 3 2 8 4 1 + -V + V -OUT
Vs3 = 5V
Vs2=6 V
Vs1 = 12 V
C4 100 uF P R7 POT 1 3 2 H Vs2 = 6V
V s 1 = 12 V
U4A LM358 3 2 8 4 1 + -V + V -OUT U5A LM358 3 2 8 4 1 + -V + V -OUT W Z COM A B NC NO
Vs2 = 6V
E
RB2 2 1
L
Vs3 = 5V
Vs1 = 12 V RB2
2 1
D4 Vs2 = 6 V
J R6
D5 V s 3 = 5 V
D1 U1 Relay _SPDT COM A B NC NO K R11 POT 1 3 2 D Q4 BD139 U2 Relay _SPDT COM A B NC NO U5 Relay _SPDT COM A B NC NO
Vs1 = 12 V RB2 2 1 R9 POT 1 3 2 RB2 2 1 R10 POT 1 3 2 I C4 100 uF LDR2 X
Vs1 = 12 V RB2 2 1 U3A LM358 3 2 8 4 1 + -V + V -OUT U3 Relay _SPDT COM A B NC NO R
Gambar 3.9 Rangkaian sensor cahaya di luar ruangan
Perancangan rangkaian pada Gambar 3.10 menggunakan relay dengan impedansi sebesar 400
Ohm dan tegangan catu 12 Volt. Nilai impedansi 400 Ohm didapatkan dari pengukuran
Dari persamaan (2.1), tegangan output (Vout) dari IC LM358 saat tegangan pada kaki
non-inverting lebih besar dari kaki non-inverting adalah :
Vout = VS2 – 1
= 6 - 1
= 5V
Mengacu pada perhitungan IC dan IB pada halaman 29, resistansi pada kaki basis (RB2) dapat
dihitung dari persamaan (2.6)
RB2 = VOUT - VBE IB
= 5 - 0,7 2,925 x 10-4
= 14,7 KOhm
Resistansi hasil perhitungan tersebut adalah resistansi maksimal yang harus digunakan sehingga
dipilih RB2 sebesar 12KOhm, dengan pertimbangan resistor sebesar itu banyak ditemui
dipasaran.
Terminal pada relay yaitu Com dan NO dihubungkan dengan rangkaian lampu pada Gambar 3.11.
Ketika relay menjadi aktif (IC saturasi), maka NO dari relay akan terhubung dengan Com pada relay,
sehingga menyebabkan adanya arus yang mengalir pada rangkaian lampu. Tetapi ketika relay tidak aktif
(IC = 0), terminal NO relay tidak terhubung dengan terminal Com relay, sehingga tidak ada arus yang
SOURCE 220Vac 50Hz H LAMPU 2 J LAMPU 1 U3 E COM A B NC NO SOURCE 220Vac 50Hz L LAMPU 5 U2 G COM A B NC NO U1 K COM A B NC NO SOURCE 220Vac 50Hz U1 I COM A B NC NO D LAMPU 4 SOURCE 220 Vac 50Hz U2 C COM A B NC NO F LAMPU 3 SOURCE 220Vac 50Hz
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Bagian ini akan membahas hasil pengujian dari alat saklar lampu ruangan otomatis
dengan gerbang digital dan rangkaian komparator yang telah dibuat. Berikut ini akan
diperlihatkan data - data hasil pengamatan alat :
4. 1 Pengamatan Cara Kerja Alat
Untuk memulai dari awal maka tombol reset harus ditekan dahulu agar cacahan awal mulai dari
nilai nol. Hasil pengamatan terhadap tampilan seven segment ditunjukkan pada Tabel 4-1
dibawah ini.
Tabel 4-1 Hasil pengamatan cara kerja alat pada orang dengan tinggi badan 170cm
dan tanpa melambai
No Masuk Keluar Intensitas Cahaya
(Lux)
Tampilan Seven
Segment
Jumlah Nyala Lampu
1 - - 199 s/d 211 00 -
2 - 199 s/d 211 01 -
3 - - 310 s/d 320 01 -
4 - - 398 s/d 410 01 -
5 - - 498 s/d 501 01 -
6 - - 605 s/d 621 01 -
7 - - 731 s/d 743 01 -
8 - - 810 s/d 821 01 -
9 - - 904 s/d 910 01 -
10 - - 996 s/d 1010 01 -
11 - - 1096 s/d 1110 01 -
12 - - 1198 s/d 1215 01 -
13 - - 1315 s/d 1323 01 -
14 - - 1409 s/d 1423 01 -
15 - - 1419 s/d 1409 01 -
16 - - 1327 s/d 1316 01 -
17 - - 1253 s/d 1228 01 -
Tabel 4-1.(lanjutan) Hasil pengamatan cara kerja alat pada orang dengan tinggi badan
170cm dan tanpa melambai
No Masuk Keluar Intensitas Cahaya (lux) Tampilan Seven
Segment
Jumlah Nyala Lampu
19 - - 1004 s/d 990 01 2
20 - - 906 s/d 895 01 2
21 - - 828 s/d 820 01 2
22 - - 717 s/d 710 01 3
23 - - 609 s/d 599 01 3
24 - - 511 s/d 499 01 4
25 - - 416 s/d 401 01